PENERAPAN GOOD GOVERNANCE BERBASIS E-GOVERNMENT DAN REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH ACEH

  

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE BERBASIS E-GOVERNMENT

DAN REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA MENINGKATKAN

KINERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH ACEH

  1 2 3 1)

Arief Jauhari , Hasan Basri , M. Shabri

2.3)

Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  

Abstract: This study aims to determine the relationship of good governance based on e-government and

bureaucratic reforms in order to improve the performance of the Aceh Government Unit. Population in this

research is the Government of Aceh. This research was conducted with a qualitative approach to the study of

literature. The results showed that e-government and reform the bureaucracy associated with the implementation

of good governance and performance as well as good governance related to performance. The benefits are

expected to be accommodated by the results of this study are as references and resources as well as to conduct

further research or similar research, in order to provide input to the implementation of good governance based

on e-government to the reform of the bureaucracy and its impact on government performance more

perfect in the future which will come.

  Keywords: Implementation of Good Governance, E-government, Bureaucratic Reforms, Performance

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan good governance berbasis e-

government dan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kinerja Satuan Kerja Pemerintah Aceh.

  

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintah Aceh. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif

dengan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-government dan reformasi birokrasi berhubungan

dengan penerapan good governance dan kinerja serta penerapan good governance berhubungan dengan kinerja.

Manfaat yang diharapkan dapat diakomodir oleh hasil penelitian ini adalah sebagai referensi dan sumber

informasi serta untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau penelitian yang sejenis, guna memberikan masukan

untuk penerapan good governance berbasiskan e-government menuju reformasi birokrasi dan dampaknya

terhadap kinerja pemerintah yang lebih sempurna di masa yang akan datang.

  Kata kunci: Penerapan Good Governance, E-government, Reformasi Birokrasi, Kinerjan.

  

PENDAHULUAN pemerintahan yang baik (Irfan, 2011). Prinsip ini

  Fungsi pemerintahan yang baik dalam harus ditegakkan pada semua unit pemerintahan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebab transparansi yang baik biasanya akan ditempuh dengan melahirkan regulasi (kebijakan) diikuti dengan terbangunnya kepercayaan publik yang adil dengan alokasi dan distribusi sumber pada pengelola Negara yang pada gilirannya daya yang merata. Guna mewujudkan kepercayaan tersebut akan diikuti oleh tumbuh- penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good kembangnya partisipasi masyarakat dalam

  

governance ) maka proses partisipasi dan pembuatan kebijakan publik maupun pada

transparansi menjadi penting dalam mendukung implementasi dan kontrolnya (Munawir, 2011).

  terwujudnya akuntabilitas penyelenggaraan Istilah kinerja sering digunakan untuk pemerintahan tersebut (Munawir, 2011). menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan Kata transparansi selalu berkaitan dengan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa kata partisipasi dan akuntabilitas. Ketiganya diketahui hanya jika individu atau kelompok adalah pilar dalam good governance atau tata invidu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Mahsun, 2011).

  Gubernur Aceh yang diwakili Sekretaris Daerah seperti yang dikutip oleh waspada.co.id Tanggal 17 Februari 2014 mengemukakan bahwa, pada tahun 2012 tingkat akuntabilitas pemerintahan Aceh mendapatkan nilai rata-rata 50,19 poin, kemudian pada tahun 2013 naik menjadi 53,27 poin dengan predikat rating “CC” yang artinya cukup memad ai. “Ini berarti ada kenaikan sebesar 3,08 poin dari tahun sebelumnya,” kata Gubernur. Namun penilaian ini belum memenuhi harapan. Apalagi nilai “CC” itu mengandung makna perlu adanya perbaikan dibeberapa bidang. Karena itu, dibutuhkan pembinaan dan pengarahan di berbagai lembaga struktural dan teknis, sehingga pada tahun depan, capaian akuntabilitas Pemerintah Aceh dapat lebih baik lagi atau minimal mencapai nilai B. Gubernur juga menekankan, semua jajaran Pemerintahan di Aceh bersama-sama membulatkan tekad untuk melakukan perbaikan ini, sehingga cita-cita untuk menghadirkan clean

  government dan good governance di Aceh bisa tercapai (Koto, 2014).

  Dalam upaya mengukur kemajuan suatu provinsi, dibentuklah lembaga Partnership for

  Governance Reform atau biasa disebut

  dengan Kemitraan (Partnership), yang melakukan pemeringkatan Tata Kelola Pemerintahan di 33 Provinsi yang ada di Indonesia. Partnership melakukan pengukuran terhadap empat sektor tata-kepemerintahan, yaitu pemerintah (legislatif dan eksekutif), birokrasi, masyarakat sipil dan dunia usaha. Kekuatan keempat sektor tersebut diukur menggunakan enam parameter good governance, yaitu: akuntabilitas, transparansi, partisipasi, keadilan, efisiensi, dan efektifitas. Hasilnya, berupa skor untuk masing-masing sektor yang kemudian akan dituangkan dalam suatu Indeks Tatakelola Pemerintahan yang disebut Indonesian

  Governance Index (IGI). Adanya perbedaan skor

  indeks pada masing-masing provinsi, maka dimungkinkan untuk pembuatan rangking bagi seluruh provinsi yang ada di Indonesia (rimanews.com, 2013).

  Oleh karena itu, penelitian ini melibatkan variabel e-government dan reformasi birokrasi yang diduga kuat akan berhubungan dengan penerapan good governance dan hubungannya dengan kinerja pada Pemerintah Aceh. Penelitian ini akan menguji penerapan good governance berbasis e-government dan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kinerja satuan kerja pemerintah aceh.

  Manfaat yang diharapkan dapat diakomodir oleh hasil penelitian ini adalah: Sebagai referensi dan sumber informasi serta untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau penelitian yang sejenis, guna memberikan masukan untuk penerapan good governance berbasiskan e-government menuju reformasi birokrasi dan dampaknya terhadap kinerja pemerintah yang lebih sempurna di masa yang akan datang.

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

  Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1). Kinerja mengacu pada suatu hasil yang dicapai atas kerja atau kegiatan yang telah dilakukan. Dalam konteks pemerintahan, kinerja akan dinilai sebagai suatu prestasi manakala dalam melaksanakan suatu kegiatan dilakukan dengan mendasarkan pada peraturan yang berlaku, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Yusriati, 2008).

  Definisi yang dirumuskan oleh beberapa peneliti mengenai pengukuran kinerja cukup beragam, namun tetap bermuara pada satu kesepakatan bahwa dengan mengukur kinerja maka proses pertanggungjawaban pengelola atas segala kegiatannya kepada stakeholders dapat lebih obyektif. Hatry (1999: 37) mendefinisikan “pengukuran kinerja sebagai pengukuran hasil dan efisiensi jasa atau program berdasarkan basis regu ler (tetap, teratur).”

  Mengukur kinerja kegiatan suatu organisasi dapat mencerminkan baik tidaknya pengelolaan organisasi yang bersangkutan. Pengelola suatu organisasi perlu mengetahui apakah kegiatan pelayanan yang mereka berikan sudah memenuhi prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban pengelola kepada para

  stakeholders . Pengelola bertanggung jawab tidak

  hanya sebatas pelayanan fisik, melainkan lebih dari itu, yaitu pada pengelolaan usaha yang baik (Siregar, 2010).

  Manfaat pengukuran dan manajemen kinerja terutama adalah untuk meningkatkan akuntabilitas dan untuk menyediakan jasa publik secara lebih baik (Flynn, 1997). Parker (1996: 3) menyebutkan lima manfaat adanya pengukuran kinerja suatu entitas pemerintahan, yaitu: (1) Pengukuran kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan, (2) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal, (3) Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik, (4) Pengukuran kinerja mendukung perencanaan stategi dan penetapan tujuan, dan (5) Pengukuran kinerja memungkinkan suatu entitas untuk menentukan penggunaan sumber daya secara efektif.

  Fokus pengukuran kinerja pada awalnya adalah pada pengukuran tingkat efisiensi. Hal tersebut berhubungan erat dengan obyek pembahasan pada awalnya yaitu pengukuran kinerja kegiatan usaha swasta. Ketika kesadaran para pegambil kebijakan muncul bahwa kegiatan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah seharusnya juga dapat diukur efisiensi dan efektivitasnya, maka pembahasan yang intensif mengenai pengukuran kinerja pemerintah dimulai. Meskipun demikian, masalah muncul ketika disadari bahwa untuk pelayanan publik banyak sekali hal-hal yang bersifat kualitatif (Silalahi, 2012).

  Pengukuran kinerja suatu instansi, apalagi sektor publik yang bertanggung jawab langsung terhadap masyarakat, harus dilakukan demi meningkatkan akuntabilitas instansi tersebut. Salah satu pedoman pengukuran kinerja instansi pemerintah adalah Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Menurut ketentuan ini, pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja yang terdiri atas indikator input, output, outcome, benefit, dan impact. Pengukuran data kinerja untuk indikator input, output, dan outcome dilakukan setiap tahun untuk mengukur kehematan, efisiensi, efektivitas, dan mutu pencapaian sasaran. Sedangkan pengumpulan data kinerja untuk indikator benefit dan impact dapat dilakukan pada akhir periode selesainya suatu program atau dalam rangka mengukur pencapaian tujuan instansi pemerintah (Santoso, 2013).

  Karakteristik Pemerintah Daerah sebagai

  pure non provit organization menempatkan

  organisasi ini mempunyai keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab besar di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah harus mencakup pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan (Mahsun, 2011).

  Dalam Keban (2004: 203) untuk melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut: a. kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat, b. Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja, Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja,

  Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja.

  Menurut Soesilo dalam Tangkilisan (2005: 180), kinerja suatu organisasi dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut: a. struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi, b. kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi, c. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal, d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database untuk digunakan dalam meingkatkan kinerja organisasi, e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.

  Selanjutnya Yuwono dkk. dalam Tangkilisan (2005: 180) mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya manajemen dalam menterjemahkan dan menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif.”

  Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara garis besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah faktor internal (faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor eksternal (faktor yang datang dari luar organisasi). Setiap organisasi akan mempunyai tingkat kinerja yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki ciri atau karakteristik masing- masing sehingga permasalahan yang dihadapi juga cenderung berbeda tergantung pada faktor internal dan eksternal organisasi.

  Kehadiran birokrasi merupakan tuntutan mutlak yang harus dipenuhi untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Pemberian layanan merupakan fungsi negara sebagai alat pemenuhan kebutuhan rakyat. Birokrasi merupakan organ negara yang diberi tugas menjalankan semua kebijakan pemerintah yang terkait dengan kepentingan rakyat. Jika diterapkan secara benar maka birokrasi dapat menjadi alat untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pekerjaan. Namun, seringkali birokrasi diterapkan secara keliru. Keberadaan birokrasi bukan mempercepat proses, tetapi justru menyebabkan berbagai aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Belum lagi berbagai pungutan yang menyebabkan ekonomi berbiaya tinggi.

  Dalam realita pemerintahan saat ini, birokrasi terkesan negatif dan menyulitkan dalam melayani masyarakat, padahal para pegawai birok rasi itu dibayar dari “pajak” masyarakat. Dan terkadang wewenang yang diberikan kepada pegawai dari birokrasi tersebut disalahgunakan. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya reformasi birokrasi. Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional (Dominata, 2013).

  Tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembagunan menurut dipraktikkannya prinsip good governance.

  Oleh karena itu, diperlukan langkah reformasi birokrasi untuk memenuhi aspek produktivitas yang ekonomis, efisien dan efektif dalam pemerintahan. Reformasi birokrasi di Indonesia pada dasarnya dirancang sebagai birokrasi yang rasional (Mustopadidjaja, 2003). Rasionalisasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas melalui pembagian kerja secara hierarki dan horizontal yang seimbang, diukur dengan rasio antara volume dan beban tugas dengan jumlah sumber daya, disertai tata kerja yang formalistik dan pengawasan yang ketat.

  Untuk menggairahkan kinerja ekonomi, reformasi birokrasi adalah sebuah keniscayaan (Gunarjo, 2011). Reformasi birokrasi diperlukan untuk menata ulang, mengubah, menyempurnakan dan memperbaiki birokrasi agar menjadi lebih bersih, cepat tanggap, kreatif, efisien, efektif, dan produktif. Dengan demikian, pelaku ekonomi dapat menjalankan bisnisnya secara aman dan nyaman tanpa harus direcoki urusan birokrasi yang lambat dan bertele-tele.

  Diawal abad ke-dua puluh, penggunaan internet dan semua bentuk komunikasi digital lainnya telah menjadi instrumen yang penting dalam semua sektor, demikian juga di sektor pelayanan publik dan politik. Media elektronik ini telah menjadi instrumen yang penting dalam komunikasi data internal dan eksternal. Penggunaan jaringan internet telah mempercepat proses komunikasi, termasuk jika diterapkan di pemerintahan, kontak antar instansi pemerintah dengan masyarakat akan semakin dekat dan bersifat langsung, waktu tunggu untuk memperoleh informasi semakin singkat, dan aliran data dari satu unit instansi pemerintah ke unit organisasi lain (baik privat maupun publik) juga akan mengalami peningkatan luar biasa (Kurniawan, 2006).

  E-Government menjadi sangat populer

  sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication

  technology -ICT).

  “E-Government

  merupakan suatu sarana penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik” (Indrajit, 2004: 2). Namun dalam praktiknya, implementasi

  e-government di Indonesia adalah masih sebatas

  penggunaan Internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dengan cara yang lebih berorientasi pada pelayanan masyarakat (Agustianto, 2012). Padahal keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pada pelayanan publik (Widyawati, 2013).

  Menurut Kementerian Komunikasi dan Informasi e-government adalah upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepeme- rintahan yang berbasis/menggunakan elektronik dalam rangka meningkatkan pelayanan publik secara efektif dan efesien (Ramdiana, 2010). Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan

  Strategi Nasional Pengembangan e-Government ,

  yang dimaksud e-government adalah penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik (teknologi informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis dan kelompok terkait lainnya menuju good

  governance .

  Dengan menyediakan pelayanan melalui internet, e-government dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu penyediaan informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik secara penuh. Penyediaan informasi yaitu berupa tersedianya informasi yang memadai bagi masyarakat melalui media internet. Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas unduh suatu formulir yang dibutuhkan dalam proses pelayanan publik. Pengisian, pengumpulan dan pemrosesan formulir secara online dan realtime merupakan contoh interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan elektronik secara penuh berupa pengambilan keputusan dan transaski pembayaran yang berbasis internet (e-banking) (Eko, 2011).

  Berdasarkan fakta yang ada di Indonesia, sebagian besar pelaksanaan e-government barulah pada tahap publikasi situs website oleh pemerintah dan pemberian informasi publik. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah membuka situs website mereka. Akan tetapi 24% dari situs website tersebut gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap (Abhiseka, 2003)

  Pengertian good governance menurut

  (Mardiasmo, 1998: 18) adalah “suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintah yang baik.” Lebih lanjut menurut Bank Dunia yang dikutip (Wahab, 2002: 34) menyebut:

  government adalah penggunaan internet untuk

  Berdasarkan pendahuluan, studi kepustakaan dan kerangka pemikiran, maka pengujian hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Business , c. Government to Government, d. Government to Employees.

  a. Government to Citizen, b. Government to

  itu, menurut Indrajit (2006: 41), ada 4 (empat) konsep yang berlaku di dalam e-government itu sendiri, konsep-konsep tersebut adalah:

  Government to Government , b. Government to Citizen , c. Government to Business. Sementara

  Berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi No. 8 Tahun 2004, bahwa objek layanan aplikasi e-government dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: a.

  melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (Adronafis, 2009). E-government adalah sistem informasi manajemen berbasis elektronik untuk membantu pemerintah dalam menyediakan informasi, memberikan layanan umum, dan memungkinkan adanya transaksi secara online baik ke badan/perusahaan lain maupun dengan masyarakatnya dengan kualitas yang lebih baik (Syailendra, 2008).

  Dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang akuntabel dan transparan, praktik e-

  Good governance

  akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus ada keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009).

  governance adalah adanya transparansi,

  Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber- sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai good

  mencapai pemerintahan yang baik maka harus memiliki beberapa bidang yang dilakukan agar tujuan utamanya dapat dicapai (Efendi, 2005), yang meliputi: a. Politik, b. Ekonomi, c. Sosial, d. Hukum.

  Good governance sebagai upaya untuk

  political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.

  adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan

  

H

1 : E-government berhubungan dengan Penerapan Good Governance.

H

2 : Reformasi Birokrasi berhubungan dengan Penerapan Good Governance.

H

3 : E-government berhubungan dengan Kinerja.

H

4 : Reformasi Birokrasi berhubungan dengan Kinerja.

H

5 : Penerapan Good Governance berhubungan

  dengan Kinerja.

  Ada banyak literatur substansial pada

  government adalah alat yang ampuh dalam

  Pengadaan barang dan jasa secara elektronik ternyata cukup membantu dalam efisiensi birokrasi. Pola e-procurement ini memangkas praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam pengadaan barang dan jasa. Pola ini juga membantu menekan pengeluaran anggaran negara 10 hingga 50 persen (Zawani, 2012). Hal ini didukung hasil penelitian Elbahnasawy (2013) yang menunjukkan bahwa e-

  governance yang baik (Zawani, 2012).

  , yang merupakan proses pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik yang berbasis web atau internet. Instrumen ini memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi pemerintah melalui Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Hal ini merupakan langkah konkret dari pemerintah dalam penerapan good

  e-procurement

  dengan

  e-government

  yang membahas teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai instrumen untuk mengurangi peran birokrasi dalam organisasi pemerintah (Cordella dan Tempini, 2015). Sebagai contoh di Indonesia, pemerintah telah memanfaatkan implementasi

  e-government

  governance .

  III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

  Teknologi komunikasi dan informasi dapat meningkatkan good governance dalam tiga hal, yaitu pertama, peningkatan transparansi, informasi, dan akuntabilitas. Kedua, memfasilitasi partisipasi publik dalam pembuatan keputusan. Ketiga, meningkatkan efisiensi pelayanan publik (Magno dan Serafica, 2001). Hasil penelitian Habib (2007) menunjukkan adanya hubungan positif antara penerapan e-government dengan upaya pelaksanaan good governance. Demikian juga dengan hasil penelitian Alaaraj dan Ibrahim (2014) yang menyatakan bahwa praktik-praktik e-government mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap good

  IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan E-government dengan Penerapan Good Governance

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk melihat kesesuaian hubungan antar variabel.

  Teknik Analisis Data

  Pengukuran variabel dilakukan dengan melihat hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk melihat hubungan antara variabel seperti yang telah dikemukakan pada kajian pustaka.

  Pengukuran Variabel

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPA yang terdiri dari 48 SKPA.

  Populasi

  Lokasi penelitian ini adalah pada Pemerintah Aceh. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif berdasarkan studi literatur. Penelitian ini akan melihat hubungan penerapan good governance berbasis e-government dan reformasi birokrasi dalam rangka meningkatkan kinerja satuan kerja pemerintah aceh.

  mengurangi korupsi-melalui infrastruktur telekomunikasi dan ruang lingkup dan kualitas layanan-online yang diperkuat dengan adopsi internet yang lebih besar.

  Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Penerapan Good Governance

  Pengalaman sejumlah negara menunjukkan bahwa reformasi birokrasi merupakan langkah yang menentukan dalam pencapaian kemajuan negara tersebut. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak hanya efektif dan efisien tetapi juga mampu menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (Alfikri, 2012). Pada akhirnya, keberhasilan pelaksanaan daripada reformasi birokrasi akan sangat mendukung dalam penciptaan good governance, karena reformasi birokrasi merupakan inti dari upaya penciptaan

  good governance (Hirto, 2011). Hal ini sesuai

  dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiasmo, Barnes, dan Sakurai (2008) yang menyatakan bahwa kurangnya instrumen hukum

  good governance adalah sama dengan kurangnya

  reformasi birokrasi. Sedangkan penelitian Supriyatno (2014) menyatakan bahwa reformasi birokrasi pemerintah adalah cara untuk mencapai "good governance", yang dapat menjadi awal dari maju dan modernnya sebuah negara.

  Lee (1970) mengemukakan tentang pemahaman reformasi administrasi (birokrasi) dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional dengan menerapkan berbagai ide-ide baru dan mengkombinasikannya ke dalam sistem administrasi yang menyatakan bahwa sebuah reformasi administrasi (birokrasi) merupakan upaya sadar dan terencana melalui perbaikan sistem yang positif untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Reformasi birokrasi merupakan usaha mendesak dalam upaya menciptakan good governance. Lebih jauh Minogue (2002) menyatakan bahwa reformasi

  good governance dan reformasi sektor publik

  dianggap sebagai reformasi yang saling mendukung.

  Hubungan E-Government dengan Kinerja

  Pola e-government sudah mulai di praktikkan hampir di seluruh sendi-sendi pemerintahan baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Pemanfaatannya pun dapat dirasakan baik secara internal maupun eksternal. Tujuannya sederhana, dari segi internal

  e-government

  mampu menciptakan koordinasi yang baik dalam pemerintahan, dan dari segi eksternal akan lahir aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik, sehingga demokratisasi bisa lebih dirasakan oleh masyarakat (Zawani, 2012). Dalam praktiknya, e-government adalah penggunaan Internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat (Agustianto, 2012). Pelayanan yang baik berhubungan dengan kinerja aparatur, sehingga aparatur menjadi unsur penentu keberhasilan pemerintah dalam melayani masyarakat (Kurniasih, Fidowaty dan Sukaesih, 2012).

  Tiga tujuan utama penggunaan

  e-government yaitu: penggunaan layanan, penggunaan informasi dan penelitian kebijakan.

  Derajat penggunaan e-government untuk tujuan tertentu dapat diprediksi oleh lima faktor: faktor psikologis adopsi teknologi, pemikiran akan kepentingan umum, saluran informasi, kepercayaan dalam pemerintahan, dan sosial demografi dan karakteristik pribadi (Nam, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Purnami (2011), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat kuat penerapan

  e-government terhadap kinerja pegawai.

  Sedangkan Hasil penelitian Kurniasih, Fidowaty dan Sukaesih (2012), menunjukkan bahwa implementasi kebijakan

  Kinerja 5. Penerapan Good Governance berhubungan dengan Kinerja

  Reformasi Birokrasi berhubungan dengan Penerapan Good Governance 3. E-Government berhubungan dengan Kinerja 4. Reformasi Birokrasi berhubungan dengan

  Good Governance 2.

  Setelah dilakukan penelitian pengujian hipotesis yang diajukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian atas kelima hipotesis tersebut adalah:

  signifikan terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Senada dengan hasil dua penelitian sebelumnya, Yusuf (2009) menemukan bahwa kinerja pemerintah daerah dipengaruhi oleh penerapan good governance sebesar 93,32% dan sisanya sebesar 6,68% dipengaruhi oleh faktor lain. Begitu juga dengan Juliuana (2013) dan Wasita (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara pelaksanaan good governance dengan kinerja organisasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pelaksanaan good governance terhadap kinerja organisasi.

  government governance terbukti berpengaruh

  Selanjutnya penelitian Nofianti dan Suseno (2014) menyatakan bahwa penerapan good

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuanida (2010), menyimpulkan bahwa faktor-faktor dan prinsip-prinsip good governance secara parsial dan simultan terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah.

  Hubungan Penerapan Good Governance dengan Kinerja

  Hubungan reformasi birokrasi dengan kinerja seperti yang dikemukakan oleh Turner dan Hulme (1997) yang memberikan gambaran bahwa reformasi birokrasi merupakan suatu keniscayaan karena memiliki keterkaitan dengan kinerja dalam organisasi publik. Hasil penelitian Aji (2013), menunjukkan bahwa secara parsial dan simultan reformasi birokrasi telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kinerja organisasi. Adapun kategori reformasi birokrasi yang berdampak cukup variatif terdiri dari dasar reformasi, agen reformasi, dan lingkungan. Sedangkan hasil penelitian Wasita (2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh reformasi birokrasi terhadap kinerja organisasi.

  Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kinerja

  , maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah.

  e-government

  memberikan pengaruh sebesar 54,85% terhadap kinerja aparatur pemerintah, sedangkan sisanya sebesar 45,15% merupakan pengaruh faktor- faktor lain. Hal tersebut memberikan bukti empiris bahwa semakin baik implementasi kebijakan

  e-government

V. KESIMPULAN DAN

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

1. E-government berhubungan dengan Penerapan

DAFTAR PUSTAKA

  com/News/Print.aspx?id=13095). Diak ses 29 Januari 2015. Agustianto, Rio Nur. 2012. Dampak

  Good Governance: Kasus Best

  Alfikri, Ikhwan. 2012. Reformasi Birokrasi dan

  Malaysia: Journal of Public Administration and Governance, Vol. 4, No. 3.

  The Influence of E-government Practices on good governance from the perspective of Public in Lebanon .

  Alaaraj, Hassan, Ibrahim, Fatimah Wati. 2014.

  Reformasi Birokrasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi pada Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Bandung: Universitas Pasundan.

  Aji, Muhamad Qudrat Wisnu. 2013. Dampak

  gustianto.blogspot.com/2012/07/dampak

  E-Government Terhadap Efektivitas Kinerja Pemerintah . (http://rionura

  Government: Upaya Mewujudkan Pemerintahan yang Akuntabel dan Transparan . (http://www.wikimu.

  Berdasarkan hasil dari penelitian, berikut adalah rekomendasi praktis yang dapat diberikan kepada Pemerintah Aceh: (1) Untuk lebih meningkatkan penerapan good governance, maka Pemerintah Aceh harus meningkatkan e-

  Adronafis, Hidayatullah. 2009. Good

  . (http://www.thejakarta post.com/news/2003/01/14/egovernmen t-be-launched-promote-good-governa nce.html). Diakses 30 Januari 2015.

  Launched to Promote Good Governance

  Abhiseka, Arya. 2003. e-Government to be

  Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melihat keterbatasan-keterbatasan pada penelitian ini yang dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian dimasa yang akan datang. Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang dapat diberikan baik secara teoretis maupun praktis adalah sebagai berikut: (1) Tidak hanya menggunakan data sekunder berupa studi literatur dalam hal mendapatkan data, tetapi bisa ditambahkan dengan wawancara langsung, kuesioner atau studi lapangan untuk lebih menguatkan hasil dari penelitian, (2) Metode penelitian tidak hanya dengan pendekatan kualitatif, tetapi juga dengan pendekatan kuantitatif, (3) Menambah ruang lingkup penelitian dengan variabel-variabel lain yang relevan diluar variabel pada penelitian ini, sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang lebih kompleks.

  Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yang membatasi kesempurnaannya. Dari hasil pembahasan penelitian ini, maka dapat disampaikan beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut: (1) Penelitian ini menggunakan penelitian sebelumnya tanpa observasi langsung ke lapangan. (2) Ruang lingkup penelitian terbatas pada e-government , reformasi birokrasi, penerapan good governance dan kinerja.

  kinerja, maka Pemerintah Aceh harus meningkatkan reformasi birokrasi, dan (5) Untuk lebih meningkatkan kinerja, maka Pemerintah Aceh harus meningkatkan penerapan good governance .

  government , (4) Untuk lebih meningkatkan

  , (2) Untuk lebih meningkatkan penerapan good governance, maka Pemerintah Aceh harus meningkatkan reformasi birokrasi, (3) Untuk lebih meningkatkan kinerja, maka Pemerintah Aceh harus meningkatkan e-

  government

  • e-government-terhadap.html). Diak ses 26 Januari 2015.

  Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia .

  Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi

  Indrajit, Richardus Eko. 2004. Electronic

  Government (Strategi Pemba ngunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital) .

  Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Irfan. 2011. Transparansi Anggaran di Kota

  Surakarta . .

  Diakses 19 Januari 2015. Juliuana, Rifka. 2013. Pengaruh Pelaksanaan

  Good Governance Terhadap Kinerja Organisasi Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara . Medan: Universitas Negeri Medan.

  Strategis Administrasi Publik . Jakarta: Gaya Media.

  Procurement Process . A Regional

  Koto, Hendro. 2014. Kinerja Pelayanan Publik di Aceh Meningkat . (http://waspada.co. id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=316638:kinerja-pelayan an-publik-di-aceh-meningkat&catid=1 3:aceh&Itemid=26). Diakses 1 Febru ari 2015.

  Kurniasih, Dewi, Tatik Fidowaty dan Poni Sukaesih. 2012. Pengaruh

  Implementasi Kebijakan e-Govern ment Terhadap Kinerja Aparatur Kota Cimahi . Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

  Kurniawan, Teguh. 2006. Hambatan dan

  Tantangan dalam Mewujudkan Good Governance melalui Penerapan e- Government di Indonesia .

  . Diakses 20 April 2014. Lee, Hahn-Been. 1970. Administrative Reforms

  Forum on Procurement Monitoring as a Social Accountability Tool Advancing Citizen’s Engagement With Government. Ateneo School of Government.

  Hunja, Robert. 2009. Overview of the Public

   Diakses 30 Septem ber 2014. Cordella, Antonio, dan Tempini, Niccolò. 2015.

  Eko. 2011. e-Government. . Diakses 21 Januari 2015. Elbahnasawy, G. Nasr. 2013. E-Government,

  E-government and Organizatio nal Change: Reappraising the Role of ICT and Bureaucracy in Public Service Delivery . UK: Government Informa

  tion Quarterly 32 (2015) 279-286. Dominata, Ayurisya. 2013. Apa itu Reformasi

  Birokrasi? . (http://blog.sivitas.lipi.go.

  id/blog.cgi?isiblog&1253275195&&& 1036006290&&1351657451&ayur001 &). Diakses 31 Januari 2015.

  Effendi, Sofian. 2005. Membangun Budaya Birokrasi Untuk Good Governance .

  Makalah Seminar Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Diselenggarakan Kantor Menteri Negara PAN 22 September 2005.

  Internet Adoption, and Corruption: An Empirical Investigation . Mesir: World

   . Diakses 25 Januari 2015.

  Development Vol. 57, pp. 114-126, 2014. Flynn, Morman. 1997. Public Sector

  Management . New Jersey: Prentice Hall.

  Gunarjo, Nursodiq. 2011. Reformasi Birokrasi, Syarat Mutlak Pembangunan Ekonomi .

  Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Edisi 5 September 2011: 45-62. Habib, Ircham. 2007. Pengaruh E-Government

  Terhadap Upaya Pelaksanaan Good Governance pada Kantor Wilayah VII Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta . Jakarta: Universitas Indone sia.

  Hatry, Harry, 1999, Performance Measurement, Washington D.C.: The Urban Institute. Hirto, Sahrony A. 2011. Reformasi Birokrasi Indonesia di Tengah Arus Globalisasi .

  In Asia . Eastern regional Organization

  mentation of Good Government Governance (GGG) and their Implications Towards Performance Accountability . International Confe

  Rimanews.com. 2013. Indonesia Governance

  rence on Accounting Studies 2014,

  ICAS 2014, 18-19 August 2014, Kuala Lumpur, Malaysia: Procedia - Social and Behavioral Sciences 164 (2014) 98-105.

  Parker, Wayne C. 1993. Performance Measurement in the Public Sector .

  Utah: State of Utah University. Purnami, Dewi. 2011. Pengaruh Penerapan

  e-Government Terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Pendidikan Kota Cilegon . Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Ramdiana. 2010. e-Government .

   . Diakses 14 Maret 2015.

  Index (IGI): Inilah Ranking Provinsi dalam Tatakelola Pemerintahan .

  2014. Factors Affecting Imple

  

  • . Diakses 24 September 2014.

  Santoso, Urip. 2013. Indikator Kinerja: Impact dan Benefit . (https://bukucoretanulun. wordpress.com/2013/02/25/indikator- kinerja-impact-dan-benefit/). Diakses

  21 Februari 2015. Silalahi, Sem Paulus. 2012. Pengaruh

  Anggaran Berbasis Kinerja, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Penilaian Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Pemerintahan di Kota Dumai) . Jurnal

  Ekonomi, Vol. 20, No. 3 September 2012. Siregar, Rahmayani. 2010. Pengaruh

  Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai) . Medan: Universitas Sumatera Utara.

  Supriyatno, Budi. 2014. Role of Government Reform in Bureaucracy in the Region .

  ment Information Quarterly 31 (2014) 211-220. Nofianti, Leny, dan Suseno, Novie Susanti.

  for Public Administration, Manila. Philippines.

  Sakurai, Yuka. 2008. Implementation of

  rafica.

  2001. Information Techno logy for

  Good Governance . Manila: De La Salle University.

  Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja

  Sektor Publik . Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

  Mardiasmo. 1998. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah .

  Yogyakarta: Penerbit ANDI. Mardiasmo, Diaswati and Barnes, Paul H. and

  Good Governance by Regional Governments in Indonesia: The Challenges . Proceedings Contempo

  E-government Use . Korea: Govern

  rary Issues in Public Management: The Twelfth Annual Conference of the International Research Society for Public Management (IRSPM XII), pages pp. 1-36, Brisbane, Australia.

  Minogue, M. 2002. Power to the people? Good

  governance and the reshaping of the state . Manila: 117-35.

  Munawir, Rokhmad. 2011. Transparansi Anggaran di Kota Surakarta .

   . Diakses 20 April 2014.

  Mustopadidjaja AR. 2003. Manajemen Proses

  Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia . Jakarta: Duta

  Pertiwi Foundation. Nam, Taewoo. 2014. Determining the Type of

  Jakarta: Scientific Research Journal (SCIRJ), Volume II, Issue VII, July 2014. Page 11-22. Syailendra. 2008. Implementasi e-Government.

   .

  Diakses 30 Januari 2015. Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik . Jakarta: Grassindo.

  Turner, Mark dan David Hulme. 1997.

  Governance, Administration, and Development. London: MacMillan

  Press. Wahab, Solichin Abdul. 2002. Analisis

  Kebijaksanaan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara .

Dokumen yang terkait

SISTEM PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA MASYARAKAT PADA BRI UNIT MANDA (Studi Kasus pada Kota Tegineneng Lampung Selatan) Gatot Hidayat, Universitas Bandar Lampung Shinta Deswati, Universitas Bandar Lampung Goenawan, Universitas Bandar Lampung Abstract -

0 0 16

PENGARUH PRINSIP BAGI HASIL,TINGKAT PENDAPATAN, RELIGIUSITAS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENABUNG NASABAH PADA BANK SYARIAH DI BANDA ACEH

0 0 8

PEMAHAMAN MANAJEMEN TENTANG PERATURAN PERPAJAKAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (Studi Kasus pada KPP Tanjung Karang) Syamsu Rizal, Universitas Bandar Lampung Nia Fitri Sari, Universitas Bandar Lampung Haninun, Universitas Bandar Lam

0 0 12

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE KEUANGAN DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA TERHADAP MANIPULASI AKTIVITAS RIIL (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014)

2 5 11

PENGARUH PERSEPSI PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH MENGENAI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (Studi Kasus pada Kota Metro) Goenawan, Universitas Bandar Lampung Leni Marlina, Universitas Bandar Lampung Chairul Anwar, Universitas Bandar Lampung Abstract -

1 1 12

PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Studi Kasus pada Kantor BPKP Bandar Lampung.) Yunus Fiscal, Universitas Bandar Lampung Justian Suhendra, Universitas Bandar Lampung Riswan, Universitas Bandar Lampung Ab

0 0 14

PENGARUH POLITIK ANGGARAN DAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PROSES PENYUSUNAN PENDAPATAN DAN BELANJA ACEH (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Aceh)

0 0 10

APLIKASI PSAK NO.28 DALAM KAITANNYA DENGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ASURANSI JIWA (Studi Kasus pada Bumi Putra Magelang) Habiburahman, Universitas Bandar Lampung Jevilie, Universitas Bandar Lampung Riswan, Universitas Bandar Lampung Abstract - Aplikasi

0 0 14

PENGARUH POTENSI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH, PENETAPAN TARGET PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENGAWASAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENCAPAIAN TARGET PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA INSTANSI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH

0 1 9

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA AUDITOR KANTOR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN WILAYAH LAMPUNG (Study Kasus di Kantor BPK Wilayah Lampung) Rosmiaty Tarmizi, Universitas Bandar Lampung Gilang Suryo Dewantoro, Universitas Ba

0 0 16