Terorisme dan War by Proxy America

UNIVERSITAS INDONESIA

TERORISME DAN KONTRATERORISME

FERNANDO PM TAMBUNAN
1206304603

PROGRAM STUDI KAJIAN KETAHANAN NASIONAL
KEKHUSUSAN KAJIAN STRATEJIK INTELIJEN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
2013

Strategi Terorisme Dan War By Proxy

1.

Resume
Di dalam bukunya whittaker berbicara mengenai strategi dan taktik terorisme

dalam mengetahui metode dan taktik yang digunakan oleh para pelaku terorisme.
Strategi adalah sebuah perencanaan dengan mempertimbangkan sebuah perhitungan

yang komprehensif dari sebuah tujuan dan sumber daya yang dimiliki dengan
perkiraan yang cerdik mengenai niat, tujuan, dan sumber daya musuh. Sedangkan
taktik adalah langkah-langkah yang memungkinkan untuk diambil guna memenuhi
tujuan yang telah dibuat dalam sebuah strategi. Sehingga taktik dan metode yang
adalah sesuatu yang tidak terpisahkan. Produk yang dihasilkan oleh para teroris
adalah sebuah pengaruh yang tahan lama berada di masyarakat. Seperti salah satu
contoh Abraham Gullen telah membuat sebuah kontribusi yang signifikan kepada
sebuah cita-cita gerilya selama 20 tahun setelah perang dunia kedua. Dalam
penerapannya gerilya harus beroperasi dengan tiga prinsip yang mendasar, pertama
dalam mata rantai aksi unjuk rasa yang bekerja dengan cara pertemuan, demonstrasi,
propaganda dan pemogokam akan menenggelamkan tiap orang kedalam sebuah
“perang total” yang telah dipersiapkan, kedua inti dari keberhasilan gerilya harus
dapat membawa seluruh anggota dari organisasi tidak menjadi pasif, akan tetapi
menjadi aktif dan berpartisipasi langsung. Dengan adanya persamaan rasa, pemikiran
dan tujuan tanpa adanya pemaksaan. Yang ketiga bukan kemenangan akan
peperangan yang menjamin adanya perbaikan bagi masyarakat, akan tetapi sebuah
“politik yang menyakinkan” secara menyeluruh kepada seluruh konstituen.
Che Guevara dalam bukunya mengenai Guerrilla warfare (1969) membangun
sebuah teori perjuangan bersenjata yang dia sebut sebagai foquismo. Dengan tiga
prinsip utama: revolusi harus dimulai dari sekarang, dan tidak ada gunanya untuk

menunggu sebuah kondisi menjadi benar atau menunggu seluruh “peserta” menjadi
siap, kedua sebuah tindakan yang cepat membawa kesuksesan, dengan dukungan
kepopuleran dari revolusi, dan ketiga foquistas (gerilyawan) adalah batu loncatan,
penggagas, perancang dalam perkembangan sebuah revolusi. Metode Guevara (yang
telah disempurnakan bersama fidel castro, seorang partisan cuba) mengungkapkan
adanya pengaruh dari Guillen dan Mao Tse-tung. Dengan mendirikan basis di daerah
pedalaman seperti di desa, adanya kelompok-kelompok kecil yang sangat tersebar
yang mengetahui inti dari medan, mengifiltrasi kekuatan angkatan bersenjata dan
 



kepolisian. Gerilyawan bersifat mandiri, dengan mengandalkan orang lokal yang
memberikan meraka kebutuhan makanan, tempat tinggal dan informasi. Pindah dari
kota kekota mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi jarak pandang jika metode
yang digunakan dikerahkan di dalam sebuah ruang yang sempit. Dan biasanya
beberapa aktivitas dari para kaum gerilyawan membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam mempersiapkan dan melakukan kampanye kebebasan mereka. Kemudian
Frantz Fanon, salah seorang penginspiratif di dunia pergerakan mengakui bahwa
proses menuju kebebasan dari belenggu kolonial akan sangat keras dan merupakan

perjuangan yang sangat berdarah. Sama seperti Guevara dan Guillen, Fanon berbicara
mengenai sebuah perlawanan yang terorganisir terhadp penindasan yang menjadi
sebuah perang yang terorganisir, dengan menggunakan instrument kekerasan.
Adapula perdebatan yang terjadi mengenai metode teroris, diamana adanya
sebuah dilemma dari kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan, khususnya
kelompok mandela dan kelompok-kelompok tertentu di timur tengah. Pertanyaan
yang muncul adalah apakah metode dalam memperjuangkan kemerdekaan memakai
metode terror atau tidak? Dan ketika metode kekerasan menjadi sangat tidak
produktif, apakah harus mengambil sebuah taktik yang mengurangi adanya
kekerasan? Pada tahun 1940-1945an para pejuang Nelson Mandela menggunakan
sebuah metode lunak dalam melakukan perjuangannya, yaitu pembangkangan sipil,
boikot, pemogokan dan pembangkangan massal. Kemudian pada tahun 1960,
kebrutalan polisi di Sharpeville menembak mati 69 demonstran yang tidak bersenjata,
dengan begitu para pejuang mandela menggunakan senjata, bom, dan peledak.
Mandela banyak sekali mengilhami perjalanan Fidel Castro, Che Guevara dan Mao
Tse-tung, dengan menggunakan perang gerilya. Menurut whittaker metode seperti
sabotase merupakan metode yang halus dari sebuah tindak teroris, dan apabila metode
ini tidak berhasil, maka akan berubah menjadi sebuah perang gerilya. Pada waktu itu
para negara anggota PBB dihadapkan pada sebuah masalah mengenai legitimasi
perjuangan bersenjata dalam menyelesaikan konflik internal. Dan PBB memutuskan

bahwa hal menggunakan kekerasan diperbolehkan hanya dalam sebuah situasi ekstrim
sebagai respon akhir untuk pelanggaran HAM secara sistematik. Dimana metode
kekerasan untuk perlawanan harus sebanding dengan “gravitasi dari sebuah situasi”,
tanpa penggunaan bom. Terorisme tidak mendapatkan dukungan apa-apa, akan tetapi
kampanye akan kebebasan dan perjuangan kemerdekaan akan didukung oleh dunia

 



internasional. Pejuang kemerdekaan yang menggunakan metode terror bisa
disebabkan karena adanya keputusasaan.
Berbeda dengan timur tengah, di Lebanon dalam 10 tahun terakhir telah
berkembang menjadi kekerasan di internal dan eksternal, dimana adanya sikap protes
oleh komunitas syiah akan dominasi agama kristiani, dan disertai dengan propaganda
anti asing. Pembunuhan, pembajakan pesawat, bom bunuh diri, serangan terhadap
Israel, membuat kekhawatiran di kalangan pemerintah dan para intelektual di Beirut.
Maka Barat dan Israel akan melihat ini sebagai sebuah tindakan tanpa kompromi dan
tidak adanya negosiasi dan rekonsiliasi. Kemudian di Palestina, pemimpin Palestina
Yassir Arafat yang dikutuk sebagai teroris, dikarenakan adanya kelompok liberal

yaitu Tanzim yang berdiri dengan demokrasi, cara-cara damai, dan menolak gagasan
dengan menggunakan kekerasan dan juga kelompok Hamas yang bersikeras bahwa
hanya dengan khasanah mereka yang menggunakan kekerasan dan pengerusakan
dapat mebebaskan wilayah Arab. Dan adanya sebuah kelompok yang berusia 18
sampai dengan 22 tahun dan nekat berada di sebuah gubuk dank amp-kamp pengungsi
yang tidak akan pernah bubar dan tidak mengenal kompromi siap untuk membakar
dan meledakkan Israel. Sehingga para pemimpin spiritual, jurnalis berpengaruh,
penulis, dan para diplomat di tugaskan ke luar negeri unutk menyampaikan pesan agar
menghentikan terror dan penyelesaian masalah dengan jalan berbicara dan saling
mendengarkan satu sama lain. Dan juga Adanya desakan yang berat dari Amerika
Serikat dan Israel pada bulan Mei tahun 2003, bahwa terorisme di palestina harus
benar-benar berhenti dalam waktu dua tahun. Kemudian di Libya isu utama yang
dibahas adalah sejauh mana setiap kelompok atau negara dapat lanjut mengadopsi
taktik teroris. Dimana cita-cita dan kebijakan memberikan energi pada sebuah politik
kekerasan? Karena Libya selama 25 tahun, telah membantu teroris dari berbagai
negara dengan menempatkan beberapa kamp-kamp pelatihan, pendanaan, dan
pasokan persenjataan yang canggih.
Metode bomb bunuh diri dalam beberapa decade ini menjadi sebuah fenomena
global. Mendapatkan perhatian lebih di Televisi, dan sekitar 15 kelompok teroris di
beberapa negara yang berbeda telah menggunakan metode ini terhadap musuh

mereka. Dorongan di balik metode bunuh diri berhubungan dengan beberapa motivasi
yang dapat dikenal, yaitu: teroris yang melakukan kematian bagi diri mereka sendiri,
juga akan mengikut sertakan target mereka, atau biasanya para penonton yang berada
di sekitar target, kemudian teroris yang melakukan misi dengan resiko tinggi telah
 



direncanakan dalam waktu yang lama dan bersedia menerima konsekuensi mematikan
dari tindakan mereka. Hal ini oleh sekelompok teroris adalah sebuah nilai
kepahlawanan yang menjanjikan hadiah di luar kehidupan. Adanya rasa fanatic yang
berasal dari seorang individu dengan menampilkan sifat antusiasme yang berlebihan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, seperti politik, sosial, atau agama dengan
komitmen yang sangat keras, dan mengenai sebuah kebenaran dari mengikuti sebuah
kelompok. Tidak ada rasa menahan diri atau berfikir mengenai adanya sebuah jalan
alternatif. Metode kekerasan akan digunakan tanpa melihat konsekuensi yang akan
terjadi. Tindakan bunuh diri tersebut menurut Crenshaw merupakan tindakan yang
disengaja. Karena kelompok yang paling ekstrim akan mengikuti logika yang
memungkinkan mereka untuk menemukan cara yang wajar dalam mengejar
kepentingan mereka dalam arena politik. Seorang Psikiater Amerika, Jerrold Post

(Pst, Reich 1998:25,38-40), melihat perilaku ekstrim teroris sebagai sebuah produk
yang dihasilkan dari kekuatan-kekuatan psikologis yang mendorong mereka untuk
melakukan tindakan kekerasan. Logika yang mereka punya adalah pembenaran dari
setiap tindakan kekerasan mereka. Sikap dan retorika mereka adalah absolut, dimana
sumber kejahatan, harus dimusnahkan oleh “kami” karena kita berada di dalam
kebenaran. Dan pemikiran ini dibawa ketitik ekstrim sebagai pendorong untuk
memusnahkan dapat dilakukan dengan tindakan penghancuran diri atau bunuh diri.

2.

Tinjauan Kritis
Penulis mencoba mencari sebuah definisi dari pemikiran dengan adanya

keterlibatan beberapa negara maju. Dimana negara maju tersebut menyatakan perang
terhadap terorisme, akan tetapi mereka juga mengambil sebuah keuntungan dari
adanya tindakan kekerasan yang sedang dilakukan oleh kelompok teroris. Hal ini
membuat banyak kebimbangan dalam mendefinisikan pihak ketiga yang mendorong,
membantu dan mengambil keuntungan dari adanya kelompok teroris.
Amerika atau CIA sebagai kepanjangan tangan dalam politik dan kepentingan
Nasional Amerika, telah banyak melakukan campur tangan yang sangat mendalam di

dalam organisasi-organisasi lawan untuk merealisasikan kepentingan mereka di
negara-negara berkembang. Sejak tahun 1948 Amerika telah memberikan bantuan
berupa finansial kepada seluruh negara-negara berkembang untuk mempengaruhi
ekonomi dan politik yang berada di negara-negara berkembang tersebut melalui
organisasi NED (National Endowment for Democracy) dengan membentuk organisasi
 



yang pro-demokrasi di negara-negara tersebut.1 Adanya peran asing sudah di rasakan
sejak tahun 1955 di Indonesia, dimana pada saat adanya pemilihan parlemen, CIA
telah memberikan dana sekitar 1 juta dollar kepada partai Masyumi sebagai dukungan
atas lawan terkuat Soekarno di dalam politik. 2 Terutama dalam mendukung
pemberontakan PRRI dan PERMESTA, dimana Pada tanggal 12 Mei 1958 ketika
pasukan Nasution menduduki Pekan Baru dan ladang minyak, dan juga menemukan
kotak yang penuh dengan senjata-senjata dari AS. hal ini dijadikan sebagai bukti yang
tak terbantahkan dari adanya keterlibatan AS dalam mendukung pemberontakan. 3
Terlebih lagi dengan dengan ditangkapnya Allien Lawrence Pope pada tanggal 18
Mei 1958, yang merupakan pilot angkatan udara Amerika dan maskapai CIA.
Adanya kerjasama yang baik antara AS dan Al-Qaeda merupakan sebuah

pertanyaan besar sampai saat ini apa yang menjadi pendorong utama dari Al-Qaeda
dalam melakukan tindakan terorisme terhadap AS? penulis mencoba untuk
mengumpulkan beberapa bukti dan teori yang mendukung adanya sebuah Proxy war
yang menjadi fokus utama dalam tulisan ini.
War by Proxy adalah sebuah perang yang terjadi pada waktu perang dingin,
dimana perang antara negara-negara regional yang dapat dianggap sebagai substitusi
dari konforntasi langsung antara negara adikuasa. War by Proxy merupakan hasil dari
ditemukannya senjata nuklir, dan juga kebutuhan dari negara adikuasa dalam
menghindari berada langsung di dalam konflik antara satu sama lain. War by Proxy
dapat diidentifikasi dengan ada atau tidaknya intervensi militer dari luar. 4 Proxy
didefinisikan di dalam kamus Oxford sebagai otoritas atau kekuatan untuk melakukan
aktifitas untuk pihak lain. mereka yang menggunakan istilah ini biasanya
mengimplikasikan 4 hal; 1. Satu pihak meminta yang lain untuk bertindak untuk
kepentingan dia karena dia tidak dapat atau tidak mau bertindak untuk dirinya sendiri
dalam situasi tertentu. 2. Ada beberapa hubungan sebelumnya antara kedua belah
pihak. 3. Hubungan akan berkembang lebih lanjut, dan apakah nantinya daya tarik
tersebut diterima atau ditolak. 4. Jika tidak adanya suatu permintaan, atau paksaan,
maka proxy tidak akan bertindak atas kemauannya sendiri. Dan menurut Yaacov Bar
                                                        
1


Berkowitz, Bruce.D dan Goodman, Allan E. Best Truth Intelligence In The Information Age. Yale
University Press. USA. 2000. H.127
2
Tim Weiner. Legacy of Ashes: The History of CIA. Doubleday Broadway Publishing Group. 2007.
New York. H 143.
3
Lihat Doeppers (1972); Kahin and Kahin (1995), 169-170; Conboy and Morrison (1999), 82-84. 
4
Yaacov Bar-Siman_Tov. The Strategy of War by Proxy. Middle east institute, Columbia University
and Department of International Relations. 1984.

 



ada beberapa alasan mengapa menggunakan proxy, yaitu; 1. Tidak ada kepentingan
vital dipertaruhkan dalam sebuah perang khusus untuk membenarkan intervensi
militer langsung. 2. Ketika kepentingan vital dipertaruhkan dalam sebuah perang
tertentu, resiko intervensi militer secara langsung dianggap terlalu tinggi. 3. Dengan

menggunakan proxy, krisis dapat mengelola dengan sangat baik dalam menghindari
intervensi militer secara langsung. 4. Tidak ada legitimasi eksternal maupun domestic
untuk intervensi militer secara langsung. 5. Opsi militer yang layak dalam situasi
tertentu masih sangat kurang, meskipun proxy menawarkan kemungkinan untuk
mencapai tujuan yang lebih ekonomis dan dengan biaya politik yang lebih sedikit dan
mengurangi resiko.

Dan Yacoov Bar membedakan antara dua jenis proxy: 1.

Sesorang yang dipaksa untuk bertindak melakukan perlawanan demi kebebasan
dirinya. 2. Seseorang yang bertindak secara sukarela sebagai proxy karena memiliki
kepentingan dalam melakukan hal tersebut.
Potensi meningkat menjadi sebuah scenario mutually assured destruction
(MAD), dengan menggunakan pihak ketiga agar mengurangi resiko adanya konflik
langsung antara kedua negara adikuasa, yaitu perang habis-habisan. Negara adikuasa
membiayai, mempersenjatai, membantu pihak ketiganya tanpa terlibat langsung di
dalam pertempuran. Sarana seperti pasokan senjata, intelijen, pelatihan, dan
pendanaan, mendukung adanya beberapa konflik lokal yang mengambil dimensi baru
pada pemicuan akan kekerasan dan perang yang berkepanjangan. Karena setiap
potensi penyelesaian konflik dirusak oleh sifat kompetisi daya bipolar, dimana adanya
jaminan akan kemenangan akan menyebabkan terjadinya perang berkepanjangan.
Persaingan antara negara adikuasa tidak menghalangi adanya kekuatan yang lebih
rendah terbentuk dan terlibat dalam proxy war. Untuk menentukkan sebuah proxy war
adalah dengan melihat bagaimana fenomena ini berbeda dari jenis peperangan
lainnya.
Amerika dengan covert action-nya yang dilakukan, adalah cara bagaimana
mereka memainkan peran di dalam sebuah negara berkembang untuk merealisasikan
kepentingan mereka. Pada tahun 1960 Operasi CIA yang mendukung paramiliter
Anticommunist Hmong dalam melawan rezim dari Pathet Lao yang pro komunis di
Laos, di dalam perang dingin amerika menggunakan Radio Free Europe dan Radio
Liberty untuk menyiarkan berita, hiburan, dan propaganda untuk membangkitkan
adanya perbedaan pendapat di Eropa Timur. Dan pada tahun 1986 Amerika secara
terbuka membantu para demonstran Corazon Aquino untuk melawan rezim dari
 



Ferdinan Marcos.5 Perjalanan panjang dari usaha amerika dalam memainkan proxy
war, pada waktu 1992 sampai dengan 1996 untuk melenyapkan kekuasaan Saddam
Hussein yang dianggap sebagai ancaman Amerika dan sekutunya. Amerika
mendukung pemberontakan paramiliter yang dilakukan oleh bangsa Kurdi yang
tinggal di sebelah utara Iraq, yaitu KDP (Kurdistan Democratic Party) dan PUK
(Ptriotic Union of Kurdistan).6
Untuk melakukan perlawanan terhadap Bosnia, Kosovo dan Libya, Amerika telah
melakukan persengkokolan dengan kelompok teroris yaitu Al-Qaeda. Dalam hamper
semua perang sejak tahun 1989, Amerika dan kelompok islam telah melakukan
kompetisi dalam menentukan siapa yang akan mengontrol Eurasia setelah era Soviet.
Intervensi lain yang Amerika lakukan adalah dengan menggunakan Al-Qaeda sebagai
sumber daya untuk meningkatkan pengaruh mereka, misalnya Azerbaijan pada tahun
1993, telah berhasil menurunkan seorang presiden yang pro-moskow digulingkan
dengan mengimpor beberapa orang Arab dan veteran Mujahidin asing yang berasal
dari Afghanistan, yang dilakukan oleh tiga mantan veteran CIA menggunakan
pesawat terbang Amerika. orang –orang tersebut adalah Richard Secord, Harry
Aderholt, dan Ed Dearborn.7 Pola kerjasama Amerika dengan fundamentalis muslim
dalam melawan musuh berawal pada tahun 1953, ketika CIA merekrut para organisasi
mullah sayap kanan untuk menggulingkan Perdana Menteri Mossadeq di Iran dan
juga mulai bekerjasama dengan The Sunni Muslim Brotherhood.8
Proxy by War juga dibuktikan dengan adanya bentrokan yang sengit pada bulan
September 1995 antara Libya Islamic Fighting Group (LIFG) dengan pasukan
keamanan Qadhafi. Dimana keterlibatan Inggris dalam kampanye yang dilakukan
LIFG terhadap Qadhafi tetap menjadi sebuah kontroversi besar. Mantan perwira MI5
David Shayer, mengatakan bahwa peristiwa tersebut telah mendapat dukungan dari
Inggris, dimana intelijen Inggris memberikan dana sebesar $160.000.9 Di Kosovo,
pada tahun 1999, dukungan Amerika terhadap sekutu Al-Qaeda yaitu Kosovo
Liberation Army (KLA). Intelijen Amerika telah mengakui bahwa mereka membantu
                                                        
5 Berkowitz, Bruce.D dan Goodman, Allan E. Best Truth Intelligence In The Information Age. Yale
University Press. USA. 2000. H.128. 
6

ibid, H. 138.
Scott, D. Peter. Wealth, Empire, and the Future of America. Circle of University of California Press.
England. 2007. H. 163-165.
8
Aburish, Said.K. A Brutal Friendship : The West and The Arab Elite. St. Martin’s Press. 1998. H.
60-61.
9
Diambil dari Gary Gambill, “The Islamic Fighting Group (LIFG), Jamestown Foundation,” Terrorism
Monitor, 5 Mei 2005.

7

 



pelatihan KLA sebelum peristiwa pemboman yang dilakukan NATO di Yugoslavia.
CIA mengembangkan hubungan dengan KLA dan KLA memberikan tentara Amerika
beberapa informasi dalam melakukan perlawanan dengan tentara Yugoslavia dan
polisi di Serbia. Banyak sekali pertukaran data dilakukan oleh komandan gerilya KLA
dan Washington yaitu Jendral Wesley Clark yaitu Komandan NATO. 10 Dengan
adanya bukti – bukti di atas, maka sudah sangat jelas bahwa Amerika secara berulangulang kali memina bantuan kepada Al-Qaeda sebagai asset dalam pekerjaan-pekerjaan
Amerika yang lebih luas untuk mempertahankan sebuah intervensi dinamika sosial
secara global.

3.

Kesimpulan
Menurut whittaker strategi yang dilakukan teroris muncul dari motivasi mereka

dalam merealisasikan pemikiran dan perjuangan dalam mencari kebebasan. Adanya
sikap fanatisme menjadi sebuah fundamental bagi para pelaku terorisme, dibuktikan
dengan adanya beberapa pemikiran mengenai perjuangan para gerilyawan dalam
memperjuangkan kepentingan mereka. Metode dengan melakukan bomb bunuh diri
dalam beberapa dekade ini menjadi sebuah fenomena global. Mendapatkan perhatian
lebih di Televisi, dan sekitar 15 kelompok teroris di beberapa negara yang berbeda
telah menggunakan metode ini terhadap musuh mereka. Dorongan di balik metode
bunuh diri berhubungan dengan beberapa motivasi yang dapat dikenal, yaitu: teroris
yang melakukan kematian bagi diri mereka sendiri, juga akan mengikut sertakan
target mereka, atau biasanya para penonton yang berada di sekitar target, kemudian
teroris yang melakukan misi dengan resiko tinggi telah direncanakan dalam waktu
yang lama dan bersedia menerima konsekuensi mematikan dari tindakan mereka. Hal
ini oleh sekelompok teroris adalah sebuah nilai kepahlawanan yang menjanjikan
hadiah di luar kehidupan.
Adanya beberapa pemikiran dari penulis mengenai, bagaimana mengdefinisikan
pihak ketiga yang melakukan perang dengan memanfaatkan organisasi teroris dalam
merealisasikan kepentingan mereka? Apakah mereka termasuk teroris? Karena output
yang dihasilkan oleh organisasi teroris tersebut merupakan tindak pidana terror secara
internasional. War by proxy adalah sebuah perang yang terjadi pada waktu perang
dingin, dimana perang antara negara-negara regional yang dapat dianggap sebagai
                                                        
10

 

Diambil dari http://www.globalpolicy.org/component/content/article/192/38782.html



substitusi dari konforntasi langsung antara negara adikuasa. . Dan menurut Yaacov
Bar ada beberapa alasan mengapa menggunakan proxy, yaitu; 1. Tidak ada
kepentingan vital dipertaruhkan dalam sebuah perang khusus untuk membenarkan
intervensi militer langsung. 2. Ketika kepentingan vital dipertaruhkan dalam sebuah
perang tertentu, resiko intervensi militer secara langsung dianggap terlalu tinggi. 3.
Dengan menggunakan proxy, krisis dapat mengelola dengan sangat baik dalam
menghindari intervensi militer secara langsung. 4. Tidak ada legitimasi eksternal
maupun domestic untuk intervensi militer secara langsung. 5. Opsi militer yang layak
dalam situasi tertentu masih sangat kurang, meskipun proxy menawarkan
kemungkinan untuk mencapai tujuan yang lebih ekonomis dan dengan biaya politik
yang lebih sedikit dan mengurangi resiko. Amerika dengan menggunakan covert
action-nya telah meninggalkan beberapa footprint dalam mendorong berbagai macam
usaha kudeta dan pengeboman demi mengurangi kekuasaan dan pengaruh Unisoviet
di wilayah Eurasia.

 



DAFTAR PUSTAKA

Whittaker, David J. Terrorists and Terrorism in the Contemporary World.
Routledge. London. 2004.
Berkowitz, Bruce.D dan Goodman, Allan E. Best Truth Intelligence In The
Information Age. Yale University Press. USA. 2000.
Tim Weiner. Legacy of Ashes: The History of CIA. Doubleday Broadway Publishing
Group. 2007. New York.
Scott, D. Peter. Wealth, Empire, and the Future of America. Circle of University of
California Press. England. 2007.
Aburish, Said.K. A Brutal Friendship : The West and The Arab Elite. St. Martin’s
Press. 1998.

 

10