SUBJEK dan OBJEK HUKUM islam

MAKALAH SUBJEK dan OBJEK HUKUM

Disusun oleh :
Shofwatul Hanani (8111413253)
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat mengerjakan makalah Pengantar Ilmu
Hukum. Besar harapan kami agar makalah yang kami buat ini dapat diterima olrh
pembaca dan memberikan informasi mengenai subjek dan objek dalam kaitannya
dengan hukum. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata
sempurna. Maka, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Kami ucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Semarang, 12 September 2013

Penyusun

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan
kewajiban untuk bertindak dalam hukum. Sedangkan objek hukum adalah segala
sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek dalam
suatu hubungan hukum. Objek hukum berupa benda atau barang atau hak yang
dimiliki dan bernilai ekonomis.
Subjek Hukum terdiri atas subjek Hukum Manusia dan Subjek Hukum
Badan Usaha. Dan Objek Hukum memiliki dua jenis yang berdasarkan 503-504
KUH Perdata, disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi dua yakni, benda
yang bersifat kebendaan (Materiekogoderen), dan benda yang bersifat tidak
kebendaan (Immateriekogoderan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu subjek hukum?
2. Jenis subjek hukum?

3. Apa itu objek hukum?
3

4. Sifat objek hukum?

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia hukum, perkataan orang (Persoon) berarti pembawa hak,
yaitu sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum.
Subjek hukum itu terdiri dari :
a. Manusia (Natuurlijke Persoon)
b. Badan Usaha (Rechtspersoon)
Boleh dikatakan setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing
dengan tidak memandang agama maupun kebudayaannya adalah subjek hukum.
Berlakunya manusia itu sebagai pembawa hak mulai saat ia dilahirkan dan
berakhir saat ia meninggal dunia.
Walaupun menurut hukum setiap manusia tidak terkecuali memiliki hak.
Akan tetapi, didalam hukum tidaklah semua orang boleh bertindak sendiri dalam
melaksanakan hak – haknya. Mereka yang oleh hukum telah dinyatakan tidak
cakap untuk melakukan sendiri perbuatan hukum ialah :

a. Orang yang masih dibawah umur (belum mencapai 21 tahun).
b. Orang yang tidak sehat pilirannya (gila), pemabuk dan pemboros.
4

c. Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).
Badan hukum sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa dapat melakukan
sebagai pembawa hak manusia. Misalnya, dapat melakukan persetujuan –
persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan –
kekayaan anggotanya.
Bedanya dengan manusia ialah, badan hukum tidak dapat melakukan
perkawinan, tidak dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda).
Badan hukum bertindak dengan perantara pengurus – pengurusnya :
a. Badan Hukum Publik, yaitu Negara, Daerah Swantantra Tingkat I dan II,
Kotamadya, Kotapraja, Desa.
b. Badan Hukum Perdata, yang dapat dibagi lagi dalam :
1. Badan Hukum (Perdata) Eropah, seperti Perseroan Terbatas, Yayasan,
Lembaga, Koperasi, Gereja.
2. Badan Hukum Indonesia seperti : Gereja Indonesia, Masjid, Wakaf,
Koperasi Indonesia.
1. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah orang pembawa hak dan kewajiban atau setiap
mahkluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh dan menggunakan hak
dan kewajiban dalam lalu lintas hukum. Subjek hukum terdiri dari dua, yaitu :
1.1 Manusia
Manusia sebagai subjek hukum telah mempunyai hak dan mampu
menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum.
Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir
hingga meninggal dunia. Namun ada pengecualian menurut Pasal 2 KUHPerdata,
bahwa bayi yang masih ada didalam kandungan ibunya dianggap telah lahir dan

5

menjadi subjek hukum jika kepentingannya menghendaki, seperti dalam hal
kewarisan. Namun, apabila dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia, maka
menurut hukum dia dianggap tidak pernah ada. Sehingga ia bukan termasuk
subjek hukum.
Ada juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum
karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum (Personal Miserabile)
yaitu:
1. Anak dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah.

2. Orang yang berada dalam pengampunan (Curatele) yaitu, orang yang sakit
ingatan, pemabuk, pemboros, dan isteri yang tunduk pada pasal 110
KUHP, yang sudah dicabut oleh SEMA No. 3/1963.
1.2. Badan Hukum
Badan hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum. Jadi badan
hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa, dapat melakukan
persetujuan – persetujuan, memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas
dari kekayaan anggotanya. Misalnya, suatu perkumpulan dapat dimintakan
pengesahan sebagai badan hukum dengan cara :
 Didirikan akta notaris.
 Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negri setempat.
 Dimintakan pengesahan anggaran dasar kepada Menteri Kehakiman dan
HAM khusus untuk Badan Hukum Dana Pensiun oleh Menteri
Keuangan.
 Diumumkan dalam berita negara RI.
Badan hokum dibagi menjadi dua macam bagian, yaitu :
1.2.1. Badan Hukum Privat

6


Badan hokum privat (Privat Rechts Persoon) adalah badan hokum
yang didirikan berdasarkan hokum sipil atau perdata yang menyangkut
kepentingan banyak orang didalam badan hokum itu.
Dengan demikian badan hokum privat merupakan badan hokum
swasta yang didirikan orang untuk tujuan tertentu yakni keuntungan,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain – lain. Menurut hukum
yang berlaku secara sah misalnya, Perseroan Terbatas, Koperasi, badan
amal dan yayasan.
1.2.2. Badan Hukum Publik
Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan
hukum yang didirikan berdasarkan publik untuk menyangkut kepentingan
publik atau orang banyak atau negara umumnya.
Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan hukum
negara yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perudang –
undangan yang dijalankan secara fungsional oleh eksekutif (pemerintah)
atau badan pengrus yang diberikan tugas untuk itu, seperti Negara
Republik Indonesia, Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, Bank Indonesia
dan Perusahaan Negara.
2. Objek Hukum
objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat untuk subjek

hukum dan menjadi objek dalam suatu hubungan hukum.objek hukum berupa
benda atau barang atau hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis. Biasanya
objek hukum disebut BENDA. Menurut hukum perdata, benda ialah segala barang
– barang dan hak – hak yang dimiliki orang.
Jenis objek hukum yaitu berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata
disebutkan bahwa benda dapat dibagi menjadi 2, yakni benda yang bersifat
kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat tidak kebendaan
(Immateriekegoderan). Berikut ini penjelasannya :
7

2.1.

Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu

benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri
dari benda berubah / berwujud. Yang meliputi :
2.1.1. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan
benda yang tidak dapat dihabiskan.
2.1.2. Benda tidak bergerak.

2.2.

Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)
Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu

benda yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian
dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten,
dan ciptaan musik / lagu.
3. Hak Kebendaan yang Bersifat sebagai Pelunasan Utang (Hak
Jaminan)
Hak kebendaan yang bersifat sebagai pelunasan utang adalah hak
jaminan yang melekat pada kreditur yang memberikan kewenangan kepadanya
untuk melakukan ekekusi kepada benda melakukan yang dijadikan jaminan, jika
debitur

melakukan

wansprestasi

terhadap


suatu

prestasi

(perjanjian).

Penggolongan jaminan berdasarkan sifatnya, yaitu :
3.1.

Jaminan yang bersifat umum:

3.1.1. Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang).
3.1.2. Benda tersebut dapat dipindah tangankan haknya pada pihak lain.
3.2.

Jaminan yang bersifat khusus:

3.2.1. Gadai.
3.2.2. Hipotik.

8

3.2.3. Hak tanggungan.
3.2.4. Fidusia.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Subjek dan objek hukum memiliki keterkaitan yang tidak dapat
dilepaskan. Karena tidak memungkinkan adanya objek hukum tanpa adanya
subjek terlebih dahulu.
Objek adalah hal yang dikuasi oleh subjek hukum tersebut, sedangkan
subjek penguasa daripada objek hukum tersebut. Namun, tidak berarti suatu
subjek hukum dapat berlaku sewenangnya terhadap objek hukum karena tetap ada
suatu perundangan yang mengatur terhadap pelanggaran yang dilakukan suatu
subjek hukum terhadap objek hukum.
B. Saran
Melalui tulisan ini diharapkan kita sebagai mahasiswa memberikan
kontribusiagar subjek hukum dan objek hukum mendapatkan keseimbangan satu
dengan yang lainnya agar menjadi tidak tumpang tindih,yang dimana subjek yang

memiliki kekuasaan harus bisa juga menggunakan objek hukum sebagai sarana
untuk meningkatkan mutu hukum di mata masyarakat.

9

DAFTAR PUSTAKA
-

Kansil, C.S.T. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Laksana Hukum
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

-

Dirdjosisworo, Soedojo. 2003. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

-

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/subjek-hukum-objek-hukum

-

http://vanezintania.wordpress.com/2011/05/13/hak-kebendaan-yangbersifat-sebagai-pelunasan-hutang-hak-jaminan/

10