Pengertian Sehat Menurut UU Pokok Kesehatan No

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang
meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari
penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang
terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu
itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam UndangUndang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan
ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru.
Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan
sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan
sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
sesuatu secara ekonomi.

Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosialekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang
produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan
sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau
masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan
seseorang, kelompok atau masyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan

dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal
atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.

Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan
semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya

sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab
itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai
kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau
mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia
lanjut.
Pengertian sehat adalah dapat didefinisikan sebagai berikut. Sehat tidak dapat diartikan sesuatu
yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang
dinamis.
Kesehatan adalah suatu spektrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan
mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan
menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Ada beberapa pengertian sehat dan diantaranya pengertian sehat menurut WHO adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947). Dan beberapa pengertian sehat lagi yaitu :


Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang
kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan

integritas struktural. ( Menurut Pender, 1982 )



Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
( Menurut UU N0. 23/1992 tentang kesehatan)



Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care
Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan
perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut Paune, 1983)

3 Unsur Kesehatan
Ada anggapan ‘bodoh’ selama ini yang berkembang dalam masyarakat, seolah-olah dokter dan
penyembuh itu ‘Tuhan’ yang bisa mengangkat semua penyakit mereka.
Manusia lupa, penyakit timbul karena adanya ketidakseimbangan dalam tubuh.

Ketidakseimbangan yang disebabkan oleh tiga faktor:
-pola makan yang salah
-gaya hidup yang tidak seimbang
-pola pikir negatif yang merusak
Tanpa perbaikan ketiga unsur di atas, semujarab dan semahal apapun obat yang Anda minum, tak
akan menyembuhkan penyakit. Paling penyakit akan menghilang sejenak, untuk muncul
kembali.

Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani
1.Kecepatan (speed) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu
sesingkat-singkatnya
Latihan kecepatan (Speed training)
Latihan kecepatan yang masih bersifat umum ini diberikan dalam bentuk latihan lari dan
sekaligus dengan latihan reaksi. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam latihan
kecepatan antara lain sebagai berikut.
Perlu diingat bahwa untuk lebih efektifnya latihan kecepatan tersebut, perlu rangsanganrangsanganlstimulus luar seperti: tanda dengan tepukan Langan, bunyi peluit, atau suara sebagai
komando untuk mulai yang sekaligus juga melatih reaksi pemain.
Latihan peningkatan kecepatan (speed)
Pengertian kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. (Muhajir 60: 2006). Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh

dengan cepat, tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan kecepatan antara lain :

a) Lari cepat dengan jarak 40 dan 60 meter.a
b) Lari dengan mengubah-ubah kecepatan (mulai lambat ) makin lama makin cepat).
c) Lari naik bukit
d) Lari menuruni bukit.
e) Lari menaiki tangga gedung.
1)

Lari cepat dengan jarak 40 dan 60 meter

a) Tujuannya : – melatih kecepatan gerakan seseorang
- untuk mengukur kecepatan.
b)

Perlengkapan :

(1)


Lintasan yang lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 40-60 meter.

(2)

Bendera start, peluit, stopwatch, serbuk kapur, formulir tes, alat tulis.

c)
(1)

Pelaksanaan / cara melakukannya adalah sebagai berikut :
Siswa berdiri di belakang garis start dengan sikap badan tegak dan kedua kaki dibuka.

(2) Kedua tangan di samping badan dengan sikap berdiri, dengan salah satu ujung jari kakinya
sedekat mungkin dengan garis start (aba-aba bersedia).
(3)

Pada aba-aba “siap” siswa mengambil sikap start berdiri siap untuk berlari.

(4) Pada aba-aba “ya” siswa lari secepat mungkin menuju garis finish atau menempuh jarak

40-60 meter.
(5) Apa siswa mencuri start, atau mengganggu lintasan lain maka tes harus diulang.
(6) Pengukuran waktu dilakukan pada saat bendera di angkat (saat aba-aba “ya”) sampai siswa
dapat melintasi garis finish.
2.Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah
menerima perintah atau rangsangan.
Latihan Kecepatan bereaksi
1) Tujuannya : melatih kelincahan dalam melakukan suatu reaksi gerakan.
2) Cara melakukannya adalah sebagai berikut :

a) Berdiri dengan sikap ancang-ancang, kedua lengan di samping badan dengan sikap
bengkok, perhatikan aba-aba peluit.
b) Bunyi peluit pertama, lari kedepan dengan secepat-cepatnya.
c) Bunyi peluit kedua, lari mundur secepat-cepatnya.
d) Bunyi peluit ketiga, lari kesamping kiri secepat-cepatnya.
e) Bunyi peluit keempat, lari ke samping kanan secepat-cepatnya
f) Latihan ini dilakukan terus – menerus secara berangkai tanpa berhenti dahulu.
3.Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok alat
untuk bekerja secara maksimal.
Contoh Latihan Daya Ledak (Power)

Salah satu bentuk latihan daya ledak power yang sering dilakukan orang yaitu dengan
menggunakan besi atau mengangkat beban. Pelaksanaanya adalah mengangkat besi/beban
dengan berat badan disesuaikan dengan kebutuhan. Cara mengangkat beban yaitu dilakukan
berulang-ulang dengan cepat. Perlu diingat bahwa penentuan jumlah/berat beban jangan terlalu
berat, agar beban dapat diangkat dengan berulang kali. Lamanya melakukan latihan dibagi dalam
beberapa repetisi dan dilakukan dalam beberapa set.
Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak (power) adalah sebagai berikut:
a) Melompat dengan dua kaki (double leg bound)
b) Melompat dengan satu kaki secara bergantian
c) Lompat Jongkok
d) Melompat dengan dua kaki (double leg bound)
e) Melompat dengan kaki secara bergantian
f) lompat jongkok
g) Lompat dua kaki dengan box
4. Kekuatan otot adalah tenaga,gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal.
Contoh Latihan Kekuatan Otot
Salah satu teknik melaksanakan latihan kekuatan otot adalah dengan menggunakan beban
yang sangat ringan dan diulang secepat-cepatnya (repetisi maksimal) selama 30 detik. Setelah
beristirahat selama ± 30 detik, latihan dilanjutkan dengan cara yang sama untuk otot yang lain.

Keseluruhan latihan kekuatan otot yang optimal melibatkan 8 - 10 jenis latihan untuk otot
besar tubuh. Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan ini adalah jika anda belum terlatih, maka
periode istirahat antar set latihan harus diperpanjang. Namun, demikian untuk melatih kekuatan
otot anda harus diingat bahwa secara bertahap periode istirahat tersebut harus dikurangi, dan
pada saat yang tepat beban angkatan ditambah.
Latihan untuk otot-otot lengan

1) Push up (telungkup dorong angkat badan)
a) Tujuan : untuk melatih kekuatan otot lengan.
b) Cara melakukan :
(1) Tidur telungkup, kedua kaki rapat lurus ke belakangdengan ujung kaki bertumpu
pada lantai.
(2) Kedua telapak tangan menapaklantai di samping dada, jari-jari menghadap ke depan,
siku ditekuk.
(3)Angkat badan ke atas hingga kedua tangan lurus, sementara posisi kepala,badan, dan
kaki berada dalam satu garis lurus.
(4) Badan diturunkan kembalidengan cara menekuk lengan, sementara posisi kepala,
badan, dan kakitetap lurus tidakmenyentuh lantai.
(5) Gerakan ini dilakukan berulang-ulangsampai tidak kuat.
2) Pull up(gantung angkat tubuh)

a) Tujuan : untuk melatih kekuatan otot lengan.
b) Cara melakukan :
(1) Sikap awal : bergantung pada palang tunggal, jarakkedua tangan selebar bahu, posisi
telapak tangan mengahadap kearahkepala, kedua lengan lurus.
(2) Mengangkat tubuh ke atas hingga daguberada di atas palang.
(3) Badan diturunkan kembali dengan carameluruskan lengan, sementara posisi kepala,
badan, dan kaki tetap lurus.
(4)Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai tidak kuat
3) Jongkok angkat tubuh
a) Tujuan : untuk melatih kekuatan otot lengan.
b) Cara melakukan :
(1) Sikap awal jongkok, kedua kaki sedikit terbuka, keduatelapak tangan menempel di
lantai di antara kedua paha mendekati lutut, danlengan lurus.
(2) Sentuhan paha ke bagian dalam dekat dengan siku tangan
(3) Angkat kedua kaki ke atas secara perlahan-lahan hingga lepas dan lantai,siku dapat
berfungsi sebagai penahan pada paha.
(4) Tahan gerakan iniselama mungkin.

5.Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun
atau berulang ulang terhadap suatu beban sub maksimal dalam jangka waktu tertentu

Contoh Latihan Daya Tahan Otot
Daya tahan otot adalah kemampuan otot-otot untuk melakukan tugas gerak yang membebani
otot dalam waktu yang cukup lama. Salah satu bentuk latihannya adalah latihan beban (weight
training). Latihan beban adalah latihan yang sistematis denagan bahan yang hanya dipakai
sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mecapai tujuan tertentu. Seperti: memperbaiki
fisik, kesehatan, kekuatan, prestasi dalam cabang olah raga, dan sebagainya. Oleh karena itu,
beban-beban yang dipergunakandalam latihan tidaklah seberat seperti dalam angkat besi.
6.Daya tahan (Endurance) Jantung Paru adalah kapasitas sistem jantung,paru dan pembuluh
darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari hari dalam waktu yang
lama.
Contoh Latihan Aerobik untuk Daya Tahan (Endurance) Jantung-Paru
Jalan cepat, lari, bersepeda (stasioner maupun sepeda biasa), dan berenang merupakan contoh
latihan yang melibatkan hampir semua otot utama, sehingga dapat memacu kerja jantung. Jika
waktu Anda terbatas, maka cobalah untuk melaksanakannya dengan intensitas cukup tinggi
setiap kali anda punya waktu.
Intensitas latihan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kecepatan
lari/bersepeda/berenang, meskipun cara ini mengandung risiko yang besar terhadap
kemungkinan cedera otot dan sendi. Untuk mencegah timbulnya cedera, diperlukan pemanasan
(warming-up) yang sangat optimal. Pilihan lainnya adalah dengan “memilah” latihan menjadi
dua bagian, sebagian dilaksanakan pagi hari dan sebagian lagi dilaksanakan sore/malam hari.
7.Fleksibilitas (kelenturan) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang
gerak sendi secara maksimal.
Contoh Latihan Kelenturan
Kelenturan diperoleh dengan melakukan berbagai latihan peregangan, yang dapat dilakukan di
manapun dan dalam posisi apapun. Peregangan dapat dilakukan sambil berdiri maupun duduk,
dan berbagai benda dapat digunakan sebagai alat bantu latihan, misalnya tembok, kursi, lemari,
dan sebagainya.
Namun, jika anda belum mampu melakukan latihan lengkap, berikut ini berbagai cara kreatif
untuk memacu anda melaksanakan latihan:


Pertama, Gunakan tangga sebanyak mungkin dan hindari lift maupun elevator. Sebagai
variasi, lompati 2 anak tangga sekaligus, atau percepat langkah Anda.



Kedua, berjalanlah sebanyak anda bisa. Banyak cara dapat Anda lakukan, misalnya
dengan memarkir kendaraan agak jauh dari tujuan, dan hindari berbelanja secara drivethrough. Jika anda memindahkan barang-barang, jangan lakukan sekaligus sehingga anda
perlu berjalan bolak-balik.

8.Komposisi tubuh adalah berat badan tanpa lemak yang terdiri dari masa otot,tulang dan organ
organ tubuh.
KOMPOSISI TUBUH berhubungan dengan ukuran lemak dalam tubuh dan bentuk tubuh
(somatotype).
Terdapat 3 klasifikasi tipe/bentuk tubuh:
1. Mesomorph
Sehat, kuat, tangkas, gagah, dan tampan.
2. Endomorph
Gemuk bulat, mudah sakit.
3. Ectomorph
Kecil kerempeng, lemah, dan mudah sakit.
9.Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh tubuh untuk mengubah arah secara tepat tanpa
adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan.
Contoh latihan kelincahan
antara lain : lari bolak balik (shuttle – run), lari belak-belok (zig-zag), dan jongkok – berdiri
(squat thrust).
a. Latihan Mengubah gerak tubuh arah lurus (shuttle run)
1) Tujuannya : melatih mengubah gerak tubuh arah lurus.
2) Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a) Lari bolak-balik dilakukan dengan secepat mungkin sebanyak 6 – 8 kali (jarak 4 – 5 meter).
b) Setiap kali sampai pada suatu titik sebagai batas, si pelari harus secepatnya berusaha megubah
arah untuk berlari menuju titik larinya.
c) Perlu diperhatikan bahwa jarak antara kedua titik tidak boleh terlalu jauh, dan jumlah ulangan
tidak terlampau banyak sehingga menyebabkan kelelahan bagi si pelari.
d) Dalam latihan ini yang diperhatikan ialah kemampuan mengubah arah dengan cepat pada
waktu bergerak.
b. Latihan lari belak-belok (zig-zag)
1) Tujuannya : melatih mengubah gerak tubuh arah berkelok-kelok.
2) Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a) Latihan bolak-balik dengan cepat sebanyak 2-3 kali antara beberapa titik (misalnya 4 -5 titik).
b) Jarak setiap titik sekitar dua meter.

c. Latihan mengubah posisi tubuh / jongkok-berdiri (squat-thrust)
a) Tujuannya : melatih mengubah posisi tubuh (jongkok dan berdiri tegak).
b) Pandangan ke arah depan.
c) Lemparkan kedua kaki belakang sampai lurus dengan sikap badan telungkup dalam keadaan
terangkat.
d) Dengan serentak kedua kaki ditarik ke depan, kemudian kembali ke tempat semula
e) Latihan ini dilakukan berulang-ulang dengan gerakan yang sama.
c. Latihan Kelincahan bereaksi
1) Tujuannya : melatih kelincahan dalam melakukan suatu reaksi gerakan.
2) Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
a) Berdiri dengan sikap ancang-ancang, kedua lengan di samping badan dengan sikap bengkok,
perhatikan aba-aba peluit.
b) Bunyi peluit pertama, lari kedepan dengan secepat-cepatnya.
c) Bunyi peluit kedua, lari mundur secepat-cepatnya.
d) Bunyi peluit ketiga, lari kesamping kiri secepat-cepatnya.
e) Bunyi peluit keempat, lari ke samping kanan secepat-cepatnya
f) Latihan ini dilakukan terus – menerus secara berangkai tanpa berhenti dahulu.
10.Keseimbangan (balance) adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi atau sikap
tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan.
Latihan Keseimbangan (Balance)
Latihan keseimbangan ini dapat dilakukan dengan jalan mengurangi atau memperkecil bidang
tumpuan. Latihan keseimbangan adalah latihan / bentuk sikap badan dalam keadaan seimbang
baik pada sikap berdiri, duduk, maupun jongkok.
a. Latihan keseimbangan mengangkat salah satu kaki dari sikap kayang
1) Tujuan : melatih kekuatan otot-otot tungkai, punggung, dan lengan, serta
menjaga keseimbangan.
2) Cara melakukan :
a) Tidur telentang, kaki terbuka dan lutut ditekuk, telapak kaki menapak di lantai, kedua telapak
tangan berada di sisi telinga, siku mengarah ke atas.
b) Angkat badan dengan cara menolakkan kedua lengan hingga lurus dan kedua kaki juga
diluruskan bersamaan (posisi kayang).
c) Angkat salah satu kaki lurus ke atas, pertahankan posisi selama 8 hitungan.
d) Lakukan dengan kaki tumpua yang berbeda.
b.Latihan keseimbangan dengan sikap kapal terbang.
1) Tujuan : melatih kekuatan otot-otot tungkai dan menjaga keseimbangan
2) Cara melakukan :
a) Berdiri tegak, kedua kaki rapat dan kedua tangan di samping badan.
b) Rentangkan kedua lengan, badan dibungkukkan ke depan.

c) Angkat salah satu kaki perlahan-lahan lurus ke belakang, hingga badan dan kaki membentuk
satu garis horizontal, sedangkan kepala tetap menengadah (sikap kapal terbang)
d) Setelah seimbang, nagkat tumit kaki tumpu dan pertahankan posisi ini selama 8 hitungan.
e) Lakukan dengan kaki tumpu yang berbeda.
c. Latihan keseimbangan dari sikap berdiri kemudian jongkok.
1) Tujuan : melatih kekuatan otot-otot tungkai dan menjaga keseimbangan.
2) Cara melakukan :
a) Berdiri tegak, kedua kaki rapat, dan kedua tangan di pinggang.
b) Angkat salah satu kaki perlahan-lahan lurus ke depan hingga membentuk sudut 90 menit
dengan kaki yang lain.
c) Perlahan-lahan bengkokkan lutut kaki tumpu hingga jongkok dan tahan sebentar.
d) Berdiri lagi dengan posisi salah satu kaki tetap lurus ke depan.
e) Lakukan dengan tumpuan kaki yang berbeda.
d. Latihan keseimbangan dari sikap duduk.
1) Tujuan : melatih kekuatan otot-otot tungkai dan menjaga keseimbangan
2) Cara melakukan :
a) Duduk terlunjur dan kedua kaki rapat lurus ke depan.
b) Dari sikap duduk, angkat kedua kaki bersamaan ke atas sehingga membentuk huruf V,
pertahankan posisi selama 8 hitungan.
e. Latihan keseimbangan dari berdiri dengan satu kaki dan kaki yang lain disilangkan
di lutut.
1) Tujuan : melatih kekuatan otot-otot tungkai dan menjaga keseimbangan.
2) Cara melakukan :
a) Gerakan 1, angkat dan tekuklah kaki kanan ke dalam, pertahankan selama mungkin.
b) Gerakan 2, tekuklah kaki kanan ke luar, pertahankan selama mungkin.
c) Lakukan berulang ulang dengan kaki bergantian.
11.Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk mengarahkan
sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.
12.Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat, dan
efisien.
Latihan kombinasi gerakan sendi pinggul, pinggang, dan lutut (gerakan koordinasi)

(1) Tujuannya : koordinasi gerakan sendi pinggul, pinggang dan lutut
(2) Cara melakukannya :
(a)

Mula-mula berdiri tegak, kedua kaki dirapatkan dan kedua tangan di samping badan.

(b) Kemudian beringkukkan badan ke depan, kedua kaki lurus, kepala ditundukkan dan
telapak tangan menyentuh tanah.
(c) Lalu hitungan kedua, berjongkok, tumit di angkat dan kedua tangan lurus ke depan sejajar
dengan bahu.
(d)

Hitungan ketiga, kembali ke posisi yang pertama.

sien.
13. Power ( Daya / tenaga ) Adalah kemampuan mengeluarkan kekuatan / tenaga maksimal
dalam waktu yang tercepat. Seseorang yang mempunyai tenaga yang besar.
Cara-Cara Meningkatkan Daya Tahan Secara Umum:
• Dicapai melalui peningkatan tenaga aerobik maksimal (VO2maks) dan
ambang anaerobik
• Bentuk latihan dapat dilakukan dengan
(1) lari sprint,
(2) lari lambat yang kontinu,
(3) lari dengan interval untuk memperkembangkan stamina,
(4) fartlek atau speed play untuk membangun, mengembalikan atau
memulihkan kondisi tubuh.
• Mempertinggi intensitas latihan daya tahan
• Memperjauh jarak lari atau renang
• Mempertinggi tempo (kecepatan)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARANJASMANI
1. Umur. Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30
tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira
sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya.
2. Jenis Kelamin. Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya mempunayi nilai
yang jauh lebih besar.

3. Genetik. Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh,obesitas, haemoglobin/sel
darah dan serat otot.
4. Makanan. Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi
protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot
yang besar.
5. Rokok. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap
daya tahan, selain itu menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat
memperbesarpengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan.

Dalam rangka upaya menigkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dan Rumah Sakit
tidak akan berjalan dengan baik bila faktor eksternal juga kurang mendukung.
Sementara penyedia layanan terkendala dengan minimnya anggaran untuk digunakan
menyentuh faktor penunjang yang justru berdampak terhadap mutu pelayanan itu
sendiri.
Misalnya : kebersihan mulai dari halaman ruang tunggu, ruang periksa, bahkan kamar
mandi, dll.
Puskesmas dan RS sama-sama memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang membutuhkan namun berbeda dalam hal wilayah kerja. Puskesmas mempunyai
wilayah kerja sedangkan rumah sakit tidak.
Dari awal sejarahnya, kata rumah sakit sendiri kita warisi dari zaman Belanda yaitu dari kata "ziekenhuis".
Kata inilah yang menjadi acuan bagi penyedia jasa layanan kesehatan di Indonesia untuk diadopsi
menjadi "Rumah Sakit", celakanya tidak semua orang menyadari bahwa hal inilah yang sering menjadi
akar masalah di bidang pelayanan kesehatan. Tidak hanya orang awam yang tidak menyadari, bahkan
tidak semua tenaga medis yang notabene lebih memahami perumahsakitan juga menyadari bahwa
kerangka berpikir yang salah sering menjadi pemicu terjadinya pelayanan kesehatan yang buruk di
rumah sakit.
Mulai dari dokter yang hanya memikirkan jumlah pasiennya ketimbang proses pelayanannya, sampai
pada pasien yang lebih suka menyalahkan dokternya apabila penyakitnya tidak dapat disembuhkan.
Tidakkah kita semua sadar bahwa kekecewaan sering timbul dari cara berpikir yang salah, dan cara
berpikir yang salah timbul dari kerangka pikirnya juga salah.

PELAYANAN KESEHATAN
2.1.1

pengertian pelayanan kesehatan
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu dilakukan.
Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran yang cukup penting ialah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum 1974 dikutip oleh Azwar, 1998).

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelanggan. Dalam Kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain (Adunair, 2007).
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat (Levey and Loomba (1973), dikutip oleh Azwar, 1998).
2.1.2. Macam Pelayanan Kesehatan
Meskipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan beraneka ragam, namun jika
disederahanakan secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
a.

Pelayanan kedokteran (Medical services)
Ditandai dengan pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri (Solo Practice) atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi (Institution). Tujuan utama dari pelayanan ini untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perorangan atau keluarga.

b. Pelayanan Kesehatan masyarakat ( Public Health Services).
Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu
organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah,
serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
2.1.3. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan
Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun
untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus mempunyai
persyaratan pokok, menurut Azwar (1998), persyaratan pokok tersebut adalah :
a.

Tersedia (available) dan berkesinambungan (continous)
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat ada pada saat dibutuhkan.

b. Dapat diterima (acceptable) dan wajar ( appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
c.

Mudah dicapai (accessible)
Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana
kesehatan menjadi sangat penting

d.

Mudah dijangkau (affordable)Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari
sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus diupayakan biaya
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

e.

Bermutu (quality)
Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesusi dengan kode etik dan
standar yang telah ditetapkan.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut WHO (1984) dalam Juanita (1998) menyebutkan bahwa faktor prilaku yang

mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah:
a. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)
Berupa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaianpenilaian seseorang terhadap
obyek, dalam hal ini obyek kesehatan.
b. Orang Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)
Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting atau berpengaruh
besar terhadap dorongan penggunaan pelayanan kesehatan.
c. Sumber-Sumber Daya (Resources)
Mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Sumbersumber daya juga
berpengaruh terhadap prilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan negatif.
d. Kebudayaan (Culture)
Berupa norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.
2.2. INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
2.2.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan

dengan

pendekatan

pemeliharaan,

peningkatan

kesehatan

(promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Siregar,
2004).

2.2.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/

1992 tentang

Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, tugas rumah sakit adalah mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu
menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan
asuhan

keperawatan,

pelayanan

rujukan,

pendidikan

dan

pelatihan,

penelitian

dan

pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan. Rumah sakit mempunyai empat fungsi
dasar yaitu pelayanan penderita, pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat (Siregar,
2004).
Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi
medik dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat,
unit rawat jalan, dan unit rawat inap. Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak
terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan
fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayana rumah sakit kemudian
bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran, peningkatan
pendapatan dan pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak saja
bersifat kuratif (penyembuhan) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya
dilaksanakan secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya untuk
individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus
perhatiannya memang pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari

keluarga. Atas dasar inilah, pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
yang komprehensif (Muninjaya, 2004).
2.2.3 Misi dan Visi Rumah Sakit
Penyusunan misi dan visi rumah sakit merupakan fase penting dalam tindakan strategis
rumah sakit. Menetapkan misi dan visi bukanlah proses yang mudah. Pernyataan misi dan visi
merupakan hasil pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh anggota rumah sakit. Misi dan
visi bersama ini memberikan fokus dan energi untuk pengembangan organisasi.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah sakit didirikan,
apa tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan kegiatan. Visi rumah sakit adalah
gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan
visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan kosong. visi merupakan gambaran mengenai keadaan
lembaga di masa depan yang berpijak dari masa sekarang.
Misi dan visi Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Trinantoro, Laksono; 2005).
2.2.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut :
1. Kepemilikan.
2. Jenis pelayanan.
3. Lama tinggal.
4. Afiliasi pendidikan.
5. Status akreditasi.
1. Klasifikasi Berdasarkan Kepemilikan
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah dan rumah sakit
sukarela. Rumah sakit pemerintah terdiri atas rumah sakit vertikal yang langsung dikelola oleh
Departemen Kesehatan, rumah sakit pemerintah daerah, rumah sakit militer dan rumah sakit
BUMN. Rumah sakit sukarela adalah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat. Rumah sakit
sukarela terdiri atas rumah sakit hak milik dan rumah sakit nirlaba. Rumah sakit hak milik adalah
rumah sakit bisnis yang tujuan utamanya adalah mencari laba (profit). Rumah sakit yang
berafiliasi dengan organisasi keagamaan pada umumnya beroperasi bukan untuk maksud
membuat laba, tetapi adalah nirlaba. Rumah sakit nirlaba, mencari laba sewajarnya saja, dan laba
yang diperoleh rumah sakit ini digunakan sebagai modal peningkatan sarana fisik, perluasan dan
penyempurnaan mutu elayanan untuk kepentingan penderita.
2. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanannya

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit ini terdiri atas rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada erbagai penderita dengan berbagai
jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti
penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatri, ibu hamil, dan sebagainya.
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberi pelayanan diagnosis dan pengobatan
untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik Bedah maupun non bedah, seperti rumah
sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatrik, ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitasi dan
penyakit kronis.
3. Klasifikasi Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan jangka pendek dan
jangka panjang. Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat
penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari. Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah
rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
4. Klasifikasi Berdasarkan Afiliasi Pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis yaitu rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit nonpendidikan. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang
melaksanakan program pelatihan dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain.
Rumah sakit yang tidak memiliki

afiliasi dengan universitas disebut rumah sakit non

pendidikan.
5. Klasifikasi Berdasarkan Status Akreditasi
Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah diakreditasi dan
rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah diakreditasi adalah rumah sakit yang
telah diakui secara formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa
suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.
6. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit
Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan Pada unsur pelayanan, ketenagaan
a.

fisik, dan peralatan.
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subpesialistik luas.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
c.

kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik terbatas.
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d.

Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).
2.2.4 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Program akreditasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak tahun 1995 diawali dengan 5 jenis
pelayanan, yaitu pelayanan medis, pelayanan keperawatan, rekam medis, administrasi dan
manajemen, dan pelayanan gawat darurat. Pada tahun 1997, program diperluas menjadi 12
pelayanan, yaitu kamar operasi,pelayanan perinata resiko tinggi, pelayanan radiologi, pelayanan
farmasi, pelayanan laboratorium, pengendalian infeksi, dan kecelakaan keselamatan serta
kewaspadaan bencana. Pada tahun 2000 dikembangkan instrumen 16 bidang pelayanan untuk
menilai ke-20 proses pelayanan di rumah sakit. Untuk membantu proses persiapan akreditasi,
dilakukan berbagai pelatihan akreditasi rumah sakit oleh Balai Pelatihan Kesehatan. Di samping
akreditasi, penerapan system manajemen mutu mengikuti ISO 9001:2000 mulai dilakukan juga
di puskesmas dan rumah sakit sejak tahun 2003 untuk menjawab tuntutan global.

T U G A S - T U G A S : 1.Melaksanakan Fungsi Perencanaan (P1)
a. Menentukan macam, mutu dan jumlah alat yangdibutuhkan dlm pelayanan gawat
daruratb.Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di ruang rawat
daruratc. Membagi tugas harian dgn memperhatikan jumlah& tingkat kemampuan tenaga
keperawatand.Menyusun & mengusulkan program pengembangan staf dan
pendidikane.Berperan aktif menyusun prosedur / tata kerja di ruang rawat
daruratf . M e m b u a t d a n m e n y u s u n p r o g r a m o r i e n t a s i b a g i pegawai baru dan
pasieng.Mentaati peraturan & kebijakan yg telah ditetapkan Rumah Sakit

2.Melaksanakan Fungsi Penggerakan & pelaksanaan (P2)
a. Memantau seluruh staf dalam penerapan & pelaksanaanperaturan / etika yang berlaku di ruang
rawat daruratb.Mengatur pelayanan keperawatan dgn kebutuhan tim dan kemampuan
tenagac. Membuat jadwal kegiatan (time schedule)d.Memantau pelaksanaan tugas yang
dibebankane . M e n g a t u r p e m a n f a a t a n s u m b e r d a y a s e c a r a t e p a t g u n a dan hasil
gunaf . M e n g i s i d a n m e n y i m p a n “ a n e c d o t a l r e c o r d ” s e r t a menandatangani daftar
prestasi untuk berbagaikepentingan pegawai

3. Melaksanakan Fungsi Pengawasan,Pengendalian dan Penilaian (P3)a. Mengawasi pelaksanaan
tugas masing-masing pegawaib . M e n g a w a s i , m e m p e r t a h a n k a n d a n mengatur alat2
agar selalu siap pakai dantepat gunac. Mengawasi pelaksanaan inventarissecara

periodikd . M e n g a n a l i s a m a s a l a h d a n m e l a k u k a n tindak lanjute . M e n g a w a s i
kinerja perawat

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah bagian terdepan dan sangat berperan di
Rumah Sakit, baik buruknya pelayanan bagian ini akan memberi kesan secara
menyeluruh terhadap pelayanan rumah sakit. Pelayanan gawat darurat
mempunyai aspek khusus karena mempertaruhkan kelangsungan hidup
seseorang. Oleh karena itu dan segi yuridis khususnya hukum kesehatan
terdapat beberapa pengecualian yang berbeda dengan keadaan biasa. Menurut
segi pendanaan, nampaknya hal itu menjadi masalah, karena dispensasi di
bidang ini sulit dilakukan. Untuk menuju pelayanan yang memuaskan dibutuhkan
sarana dan prasarana yang memadai, meliputi ruangan, alat kesehatan utama,
alat diagnostik dan alat penunjang diagnostik serta alat kesehatan untuk suatu
tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah pentingnya sumber daya manusia
yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitas. Petugas yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan yang andal dan tingkah laku
yang baik.
Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan masuknya
penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara
keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat
rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari kemampuan unit ini.
Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah satu komponen penilaian
penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit. Penderita dari ruang
UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral, ataupun
bangsal perawatan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain.
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang
sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah. Sistem
mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta dampak yang
diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat diukur dengan
melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan.
B. Karakteristik Pelayanan Gawat Darurat
Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat
berbeda dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik
khusus. Beberapa isu khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan
pengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkan hubungan hukum yang

berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat. Beberapa Isu Seputar Pelayanan

Gawat Darurat yaitu, pada keadaan gawat darurat medik didapati beberapa
masalah utama yaitu :
· Periode waktu pengamatan/pelayanan relatif singkat
· Perubahan klinis yang mendadak
· Mobilitas petugas yang tinggi
Hal-hal di atas menyebabkan tindakan dalam keadaan gawat darurat
memiliki risiko tinggi bagi pasien berupa kecacatan bahkan kematian. Dokter
yang bertugas di gawat darurat menempati urutan kedua setelah dokter ahli
onkologi dalam menghadapi kematian. Situasi emosional dari pihak pasien
karena tertimpa risiko dan pekerjaan tenaga kesehatan yang di bawah tekanan
mudah menyulut konflik antara pihak pasien dengan pihak pemberi pelayanan
kesehatan.
C. Hubungan Dokter Pasien dalam Keadaan Gawat Darurat
Hubungan dokter pasien dalam keadaan gawat darurat sering merupakan
hubungan yang spesifik. Dalam keadaan biasa (bukan keadan gawat darurat)
maka hubungan dokter pasien didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak,
yaitu pasien dengan bebas dapat menentukan dokter yang akan dimintai
bantuannya (didapati azas voluntarisme). Demikian pula dalam kunjungan
berikutnya, kewajiban yang timbul pada dokter berdasarkan pada hubungan
yang telah terjadi sebelumnya (pre-existing relationship). Dalam keadaan darurat
hal di atas dapat tidak ada dan azas voluntarisme dan keduabelah pihak juga
tidak terpenuhi. Untuk itu perlu diperhatikan azas yang khusus berlaku dalam
pelayanan gawat darurat yang tidak didasari atas azas voluntarisme.
Apabila seseorang bersedia menolong orang lain dalam keadaan darurat,
maka ia harus melakukannya hingga tuntas dalam arti ada pihak lain yang
melanjutkan pertolongan itu atau korban tidak memerlukan pertolongan lagi.
Dalam hal pertolongan tidak dilakukan dengan tuntas maka pihak penolong
dapat digugat karena dianggap mencampuri/ menghalangi kesempatan korban
untuk memperoleh pertolongan lain (loss of chance).
D.Pengaturan Staf dalam Instalasi Gawat Darurat
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam jumlah memadai adalah syarat yang
harus dipenuhi oleh UGD. Selain dokter jaga yang siap di UGD, rumah sakit juga
harus menyiapkan spesialis lain (bedah, penyakit dalam, anak, dll) untuk
memberikan dukungan tindakan medis spesialistis bagi pasien yang

memerlukannya. Dokter spesialis yang bertugas harus siap dan bersedia
menerima rujukan dan UGD. Jika dokter spesialis gagal memenuhi kewajibannya

maka tanggung jawab terletak pada dokter itu dan juga rumah sakit karena tidak
mampu mendisiplinkan dokternya.
E. Peraturan
Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Pelayanan
Gawat Darurat
Pengaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan gawat
darurat adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan Menteri
Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat Ketentuan tentang
pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 5l
UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya,
walaupun dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah
pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan
pelayanan tersebut sebenamya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh
derajat kesehatan yang optimal (pasal 4) Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa
Pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang
mampu. Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik
yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta).
Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah satu persyaratan ijin
rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak diperkenankan untuk
meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian pelayanan. Dalam
penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit
dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah
sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang
Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit
untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari
F. Masalah Lingkup Kewenangan Personil dalam Pelayanan Gawat
Darurat
Hal yang perlu dikemukakan adalah pengertian tenaga kesehatan yang
berkaitan dengan lingkup kewenangan dalam penanganan keadaan gawat

darurat. Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU
No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan
memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan yang
dilakukan mengandung risiko yang tidak kecil.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Ketentuan tersebut
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan seseorang yang tidak
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan/perawatan,
sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan
pasien dapat dihindari, khususnya tindakan medis yang mengandung risiko.
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan
medik diatur dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan yang
merumuskan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkuta. Pengaturan di atas
menyangkut pelayanan gawat darurat pada fase di rumah sakit, di mana pada
dasarnya setiap dokter memiliki kewenangan untuk melakukan berbagai
tindakan medik termasuk tindakan spesifik dalam keadaan gawat darurat. Dalam
hal pertolongan tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan maka yang
bersangkutan harus menemelakukanrapkan standar profesi sesuai dengan
situasi (gawat darurat) saat itu.
G. Masalah Medikolegal pada Penanganan Pasien Gawat Darurat
Hal-hal yang disoroti hukum dalam pelayanan gawat darurat dapat meliputi
hubungan hukum dalam pelayanan gawat darurat dan pembiayaan pelayanan
gawat darurat
karena secara yuridis keadaan gawat darurat cenderung menimbulkan privilege
tertentu bagi tenaga kesehatan maka perlu ditegaskan pengertian gawat
darurat. Menurut The American Hospital Association (AHA) pengertian gawat
darurat adalah “An emergency is any condition that in the opinion of the patient,
his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the

hospital-remelakukanquires immediate medical attention. This condition
continues until a determination has been made by a health care professional that
the patient’s life or well-being is not threatened”.

Adakalanya pasien untuk menempatkan dirinya dalam keadaan gawat
darurat walaupun sebenarnya tidak demikian. Sehubungan dengan hal itu perlu
dibedakan antara false emergency dengan true emergency yang pengertiannya
adaiah: A true emergency is any condition clinically determelakukanmined
to require immediate medical care. Such conditions range from those requiring
extensive immediate care and admission to the hospital to those that are
diagnostic probmelakukanlems and may or may not require admission after
work-up and observation.
Untuk menilai dan menentukan tingkat urgensi masalah kesehatan yang
dihadapi pasien diselengganakanlah triage. Tenaga yang menangani hal tersebut
yang paling ideal adalah dokter, namun jika tenaga terbatas, di beberapa tempat
dikerjakan oleh perawat melalui standing order yang disusun rumah sakit.
H. Hubungan Hukum dalam Pelayanan Gawat Darurat
Dalam hal pertanggungjawaban hukum, bila pihak pasien menggugat
tenaga kesehatan karena diduga terdapat kekeliruan dalam penegakan diagnosis
atau pemberian terapi maka pihak pasien harus membuktikan bahwa hanya
kekeliruan itulah yang menjadi penyebab kerugiannya/cacat (proximate cause).
Bila tuduhan kelalaian tersebut dilakukan dalam situasi gawat darurat maka
perlu dipertimbangkan faktor kondisi dan situasi saat peristiwa tersebut terjadi.
Jadi, tepat atau tidaknya tindakan tenaga kesehatan perlu dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang berkuamelakukanlifikasi sama, pada pada situasi dan
kondisi yang sama pula.
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien
(in