MEDIA MASSA DAN KOMUNIKASI POLITIK DALAM KAMPANYE PEMILU

MEDIA MASSA DAN KOMUNIKASI

KEMERDEKAAN MEMAKNAI KEMERDEKAAN

  SECARA POLITIS REFERENSI TEBING TINGGI DELI SINERGI Good Bye www.tebingtinggikota.go.id

  Politik 0 0 1 4 0

   1978 - 8080 | NOMOR 140 TAHUN 2014 | TAHUN XII AGUSTUS 2014 N S

  IS 771979 8 0 0 8 8 5

  9 ESA HILANG DUA TERBILANG MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

DUA TERBILANG

  SINERGI D A R I R E D A K S I

  Edisi Sinergi Agustus 2014 ini menyoroti

  Pembaca Budiman

  persoalan etika politik bangsa ini. Sinergi beru- saha bicara soal pemaknaan kemerdekaan ejak 1945, perkiraan ke- secara politik, bagaimana Pemilu di merdekaan Indonesia

  Amerika yang dikenal sebagai ne- sudah masuk dalam gara kampiun demokrasi, atau hitungan 69 tahun. bagaimana permainan ko-

  Selama masa munikasi politik di media lebih dari setengah abad

  S

  massa. Topik ini kami jadi- itu, ada banyak perjalan kan sebagai kajian utama. sejarah bangsa ini yang

  Pada rubrik lain, kami telah tercatat rapi, juga berusaha memotret dalam berbagai hal. sejumlah masalah. Mis-

  Bidang politik mis- alnya, rubrik pendidikan alnya, bangsa ini tel- tentang prestasi seorang ah melalui sejumlah siswa SD yang mampu orde, mulai dari orde menjadi juara lukis. Di revolusi, orde lama, halaman kesehatan, kami orde baru hingga orde memuat artikel tentang reformasi sekarang satu jenis penyakit yang ini. Berdasarkan orde bikin dunia geger yakni politik itu pula, berbagai ebola. Sedangkan rubric bidang lainnya mengikuti lingkungan hidup mencoba sesuai dengan thema politik menyorot kembali persoalan yang ada. Di bidang ekonomi pengelolaan sampah di kota ini. Ada ada masa ekonomi revolusi, masa pula kajian tentang wanita dian leba- ekonomi orde lama, masa ekonomi raran yang sering membuat mereka pusing. orde baru dan masa ekonomi orde reformasi.

  Pada rubric olah raga, Sinergi menampilkan Berbeda dengan politik, persoalan ekono- satu sosok pelatih olah raga yang ‘pulang kampung’ mi dari perjalanan orde-orde politik itu, dirasakan untuk membenahi olah raga angkat berat/besi yang masyarakat kian sulit saja. Contoh paling anyar, puluhan tahun lalu pernah menjadi kebanggaan kota adalah tak terselesaikannya persoalan subsidi bahan Tebingtinggi. Sosok itu adalah Sori Endah Nasution. bakar minyak (BBM) hingga membuat masyarakat

  Sedangkan di rubric agama, ada tulisan menarik soal harus antri berlapis-lapis. Antri, mengingatkan orang Hari Idul Fithri sebagai hari kemenangan. Profil kali pada kegagalan ekonom orde revolusi dan orde lama ini menampilkan sosok veteran RI yang bisa jadi di masa Soekarno, di mana orang harus berjuang contoh kegigihan dalam berjuang, yakni kehidu- mendapatkan jatah untuk hidup. Kegagalan ekono- pan Mayor (Purn) HM. Nur Sikumbang. Kemudian mi itu, berikutnya memicu sikap antipasti tentang ada juga cerita tentang penhobi sepeda tua ontel. politik. Sehingga di masa orde lama era Suharto, ekonomi justru jadi panglima, menggantikan politik.

  Hal yang tak bisa pembaca lewatkan dalam edisi ini, adalah informasi seputar wisata murah di Di masa orde baru, ekonomi memang tum- sekitar kota Tebingtinggi. Jika banyak orang beper- buh pesat, tapi mulai menampakkan sistem yang gian untuk menikmati eksotisme negeri dan daerah menjauh dari semangat Pancasila dan UUD 1945. orang lain, hal itu wajar. Tapi sebenarnya di sekitar

  Sistem ekonomi Pancasila yang digadang-ga- kita juga banyak lokasi wisata yang tak layak un- dang penguasa orde baru, member ruang terbuka tuk diabaikan. Laporan ini ada dalam rubric ragam. bagi tumbuhnya ekonomi kapitalistis. Maka, saat

  Akhirnya dari meja redaksi Sinergi kami mengu- orde baru tumbang dan digantikan orde reforma- capkan selamat menikmati laporan kami kali ini. si, ekonomi kapitalis liberal tumbuh meraksasa.

  Salam…

2 S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4 KETUA PENGARAH Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi ) PENGENDALI

  38.

  

INFO NASIONAL

  59. SALAM REDAKSI MOMENTUM SINERGITAS Kemerdekaan UTAMA Memaknai Kemerdekaan Secara Politis Media Massa Dan Kamunikasi Politik Dalam Kempanye Pemilu Mengenal Pemilu Amerika Serikat PENDIDIKAN Pablo Picasso Tebing Tinggi Monica Hadinata Juara Melukis Se-Sumatera EKONOMI Pelaku Umkm/Ikm Tebing Tinggi Csr Bank Sumut KESEHATAN Awas Virus Ebola Menyerang Kita LINGKUNGAN HIDUP WANITA LENSA PEMKO PEMKO KITA

PARLEMENTARIA

AGAMA OLAH RAGA FROPIL RAGAM SOSIAL PUISI

RAGAM PLURALIS

  58.

  57.

  52.

  49.

  48.

  47.

  46.

  44.

  40.

  26.

  H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli ) PENANGGUNG JAWAB Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum ) PIMPINAN REDAKSI Drs. Bambang Sudaryono (Kabag Adm. Humas PP) WAKIL PIMPINAN REDAKSI Maslina Dalimunthe.SE (Kasubag Adm. Humas PP) BENDAHARA : Jafet Candra Saragih KOORDINATOR LIPUTAN Drs Abdul Khalik, MAP SEKRETARIS REDAKSI Dian Astuti REDAKSI Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda, Ulfa Andriani,S.Sos LAYOUT DESAIN GRAFIS Aswin Nasution, ST FOTOGRAFER : Sulaiman Tejo, Tomy Erlangga, Agung Purnomo KOORDINATOR DISTRIBUSI Edi Suardi, S.Sos Ridwan LIPUTAN DAN REPORTER Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampir- kan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.

  25.

  24.

  23.

  19 20.

  15.

  7.

  6.

  4.

  J A J A R A N R E D A K S I TA H U N 2 0 1 4 REFERENSI TEBING TINGGI DELI 2.

  SINERGI Redaksi RIZAL SYAM Distributor RIDWAN Koordinator Distributor EDI SUARDI Layout Desain Grafis ASWIN NAST,ST Foto Grafer Sinergi SULAIMAN Foto Grafer Sinergi TOMY ERLANGGA Foto Grafer Sinergi AGUNG PURNOMO Redaksi ULFA ANDRIANI,S.Sos Redaksi JUANDA Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi DIAN ASTUTI Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH Koordinator Liputan Drs.ABDUL KHALIK,MAP Pimpinan Redaksi Drs.BAMBANG SUDARYONO

Wakil Pimpinan Redaksi

MASLINA DALIMUNTHE,SE

ESA HILANG DUA TERBILANG

  TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI NO.480.05/ 286 TAHUN 2002

  Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Eimail : sinergi@tebingtinggikota.go.id Facebook : majalah_sinergi@tebingtinggikota.go.id

  IKLAN OVOP GRATIS TEPIAN D A F T A R I S I E D I S I 1 4 0 | A G U S T U S 2 0 1 4

ESA HILANG DUA TERBILANG

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4 M o m e n t u m

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

DUA TERBILANG

  SINERGI SINERGITAS

  Setelah Indonesia dijajah sekian abad lamanya, maka cerita para pahlawan kemerdekaan memperjuangkan

segala hak asasi kita (untuk kemerdekaan) patutlah

untuk direnungkan. Dengan upaya keras dan perjuangan mereka kita semua terbebas dari belenggu penderitaan. KEMERDEKAAN

  e t a p i , t a h u k a n , sesungguhnya mere- ka para pahlawan bangsa itu, tentu mengharapkan gen- erasi penerus bangsa untuk tidak

  T

  menyia-nyiakan segenap perjuan- gan yang telah dipersembahkan- nya untuk negara tercinta ini. Artinya, tidak hanya berleha-leha menikmati kemerdekaan itu, akan tetapi meneruskan perjuangan mereka dengan mempertahankan apa yang telah diperoleh. Dan, juga mengisinya dengan pem- bangunan yang bertujuan menye- jahterakan segenap anak bangsa.

  Dulu, begitu mudahnya kreatifitas itu, para generasi dapat semua hanya cobaan yang akan anak bangsa ini terkecoh dan ke- menciptakan inovasi yang ber- menjadikan kita dewasa dan pe- mudian terpecah belah. Namun, guna untuk kemajuan bangsa dan nuh percaya diri untuk memper- dengan tekad serta sumpah setia negara, serta menjadi modal yang tahankan apa yang telah diper- seluruh anak negeri: berbangsa besar bagi individunya sendiri. juangkan oleh pendiri bangsa ini satu, bertanah air dan berbahasa

  Lalu, apa yang mesti kita dahulunya. Bila setiap orang dari satu, maka tujuan mulia dari cita- lakukan? Tidak lain, masing-mas- rakyat ini tak berhenti berinovasi cita pendiri bangsa hingga kini ing dari kita sekarang, terutama dan bercita-cita, pasti semua per- tetap eksis. Sehingga terkecoh sekali generasi muda dituntut un- soalan itu dapat diatasi. Beban itu dan terpecah belah tidak akan tuk mampu melakukan pengayaan boleh saja menumpuk, tapi kita pernah terulang lagi, karena itu diri akan ilmu pengetahuan. Den- tak boleh berhenti menyatukan pulalah yang membuat kita tidak gan itu dari waktu ke waktu secara tekad dan perjuangan untuk sen- gampang dijajah oleh bangsa lain cepat dan aktif, akan menjadi- antiasa mengisi kemerdekaan. Kini, suatu hal yang saat kan bangsa ini maju dan mak-

  Yakinlah; kemakmuran, ini menjadi salah satu tuntutan mur. Jadilah individu yang aktif kesejahteraan, ketenteraman dan pemerintah bersama rakyatnya dan penuh dengan kreativitas! kemajuan negeri ini senantiasa adalah ide dan gagasan untuk

  Realita kehidupan tak se- menjadi milik kita. Teruslah ber- membangun bangsa. Ini berarti lamanya indah dan sesuai den- juang, meski tidak dengan fisik, bahwa pemerintah lebih menun- gan apa yang kita rencanakan. tapi dengan fikiran dan tekad tut generasi bangsa ini menjadi

  Pasti ada gesekan, perselisihan, untuk terus bersatu. Merdeka! individu yang penuh dengan ide yang akan menjadi beban moral dan kreatifitas. Dengan ide dan untuk segenap rakyat ini. tapi itu **(Khairul Hakim)

6 S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  7 UTAMA MEMAKNAI KEMERDEKAAN SECARA POLITIS Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dicanangkan tahun 1945 bukan hanya dimungkinkan oleh perubahan-perubahan dramatis dalam keseimbangan politik dunia, melainkan juga oleh semangat dan kesadaran kebangsaan yang secara eksistensial menampilkan diri dalam bentuk yang sangat nyata. Proklamasi kemerdekaan itu terjadi dalam tempat dan momentum sejarah tertentu, bukan yang lain.

  K

  elahiran nyata paham kebang- saan tidaklah lepas dari arus, kekuatan, dan lingkungan se- jarah yang tidak selalu jelas me- nampilkan diri dalam kekuatan- kekuatan masyarakat, politik, dan ekonomi yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terlepas dari kondisi-kondisi dalam pe- riode-periode sebelumnya. Elite politik masyarakat Indonesia me- mang dengan berani membuat se- jarah. Namun, mereka juga telah tidak bisa memilih secara bebas momen dan tempat bagi pence- tusan proklamasi kemerdekaan.

  Renungan dan Analisis

  Renungan, analisis, dan pe- nilaian terhadap 69 tahun perjala- nan Republik Indonesia menuntut pembahasan yang secara tegas mempersoalkan dimensi subjek- tif dan objektif serta interaksi dialekstis antara keduanya. Re- nungan analisis dan penilaian terh- adap peristiwa dan kecenderungan dalam rentangan waktu 69 tahun kemerdekaan Indonesia haruslah kita letakkan dalam suatu inter- aksi dinamis dan dialektis antara dimensi subjektif dan objektif.

  Jika sikap semacam itu dapat diterima, dalam pandangan Farch- an Bulkin, analisis, renungan, dan penilaian itu haruslah kita pusat- kan pada interaksi dua gugus per- soalan. Pertama, kesadaran yang menampilkan diri dalam pikiran, sikap, kehendak, dan harapan yang intinya bersumber dari pa- ham kebangsaan yang dari waktu ke waktu dengan keras mencoba memperjelas sosok kehadirannya, termasuk gugus persoalan ini ada- lah perubahan-perubahan ideologi,

  SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  Proses perjuangan untuk mewu- judkan kedaulatan rakyat dalam tubuh pemerintahan negara kita sampai sekarang tidak ada habis-habisnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari proses emansipasi bangsa Indonesia.

  (Dikutip A. Khalik Untuk SINERGI) Membela, memperta- hankan, dan bersedia mati untuk Tanah Air begitu tiba-tiba me- nyergap setiap kelom- pok yang dinamik dalam masyarakat. Paham nasional- isme telah memasuki momen-momen yang sangat eksistensial UTAMA

  Bagaimanapun perjalanan telah kita awali 69 yang lalu. Kita kini mengembara di antara dua du- nia; dunia lama yang sudah kita tinggalkan dan dunia baru yang belum kunjung selesai kita teg- akkan. Dirgahayu Kemerdekaan RI. Imron Nasri, Lampost.co.

  Jika kemerdekaan itu ada- lah suatu alat, mungkin di situ kita memeriksa kembali, alat seperti apa yang kita pakai dan bagaimana cara kita mempergunakannya, un- tuk sampai pada tujuan dunia baru dengan martabat kemanusiaan.

  Agaknya, setelah 69 tahun menghayati kemerdekaan, cara kita memandang kemerdekaan itu harus dikembalikan pada maknan- ya yang hakiki. Pengalaman bernegara enam dasawarsa telah mengajarkan ikhwal yang terlalu banyak bagi kita. Timbangan ten- tang ini akan memperlihatkan apa yang menjadi perolehan dan apa yang terlepas dari genggaman.

  Dalam asas kedaulatan rakyat sebenarnya terkandung perjuangan untuk memerdekakan bangsa Indonesia ke dalam. Tahun 1945 kita memerdekakan bangsa sendiri secara totalitas terhadap dunia luar, tetapi perjuangan untuk memerdekakan bangsa Indonesia itu sendiri ke dalam, dalam arti proses emansipasi manusia Indone- sia, belum selesai sampai sekarang.

  Sebab, kedaulatan rakyat tidak bisa dilepaskan dari proses pemerdekaan manusia Indone- sia itu sendiri. Hanya orang yang merdeka jiwanya yang bisa be- nar-benar menghayati kemandi- riannya. Dengan demikian, juga menghormati hak-hak dan marta- batnya, termasuk hak politiknya sebagai pemegang kedaulatan.

  Proses Pemerdekaan

  8

  Faktor ketiga adalah revo- lusi itu sendiri. Ini sebenarnya merupakan proses gabungan anta- ra runtuhnya orde sosial kolonial, masuknya tentara Jepang yang telah memobilisasi masyarakat secara militer, serta perjuangan diplomasi dan fisik untuk mem- pertahankan Republik. Sementara itu, bayangan masa depan tentang sebuah Republik yang merdeka belumlah tergambar secara jelas.

  Salah satu faktor terpent- ing bagi terjadinya perubahan ini tentunya adalah keberhasilan kes- adaran subjektif masyarakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai kon- sekuensinya, masyarakat harus menciptakan lembaga negara, bukan hanya untuk menghadapi segala kemungkinan dari luar, mel- ainkan tidak kalah pentingnya juga untuk mempertahankan Republik yang telah diproklamasikan itu. Faktor kedua adalah perubahan dalam paham kebangsaan. Jika pada masa-masa sebelumnya pa- ham kebangsaan masih merupa- kan harapan dan mimpi menge- nai tegaknya sebuah negeri yang terjajah, pada periode ini (pe- riode kemerdekaan) paham ke- bangsaan sudah menuntut segala sesuatu yang konkret berdasarkan perkembangan hari demi hari.

  Sejak penaklukan Pemer- intah Hindia Belanda oleh bala tentara Jepang sampai peny- erahan kedaulatan Indonesia, masyarakat telah mengalami perubahan-perubahan drastis dan penjabaran kesadaran sub- jektivitas yang amat kompleks.

  Namun, dalam sejarah perjuangan bangsa kita, apa yang diletakkan secara kukuh seba- gai fundamental kemerdekaan bangsa Indonesia ini, dalam per- jalanan 69 tahun merdeka telah mengalami pasang-surut yang besar sekali, baik dalam penaf- siran maupun pelaksanaannya.

  Politik, demokrasi, dan hak asasi manusia adalah semata-mata penciptaan manusia yang di satu sisi mencerminkan subjektif ke- manusiaan dan di sisi lain dengan tegas menampilkan keterbatasan dan keharusan-keharuan objektif lingkungan di luar diri manusia. Maka itu, lahirlah peristiwa, pros- es dan kecenderungan politik, ide- ide demokrasi dan nondemokrasi, tatanan kenegaraan dan susunan masyarakat yang demokratis dan non-demokratis, serta yang mam- pu menghargai dan menghor- mati hak-hak kemanusiaan atau yang menindas hak kemanusiaan.

  kehidupan keagamaan, dan tradisi serta perubahan-perubahan terha- dap diri manusia. Kedua, perkem- bangan dan perubahan dalam dunia nyata yang secara konsep- tual ditampilkan oleh lembaga negara, masyarakat, dan ekonomi. Masalah-masalah politik pada um- umnya dan khususnya masalah demokrasi serta hak asasi manusia juga menuntut penganalisisan yang menekankan interaksi antara di- mensi subjektif dan objektif. Terle- bih, kalau kita sadari bahwa ketiga masalah ini bukanlah sesuatu yang bersifat alamiah, tumbuh dengan sendirinya atau bersifat universal.

  SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  9 S

  a t u f e n o m e n a y a n g menonjol dalam Pemilu di era reformasi, adalah semakin kuatnya peranan media Massa. Misalnya terlibat dalam proses mengkon- struksi citra para kandidat. Baik perseorangan (caleg, capres dan cawapres) maupun organisasi par- tai politik. Pemanfaatan media untuk mendongkrak popularitas sebenarnya telah mulai marak dan bebas. Dimulai sejak Pemilu 1999 dan semakin menguat di Pemilu 2004. bahkan hingga Pemilu kali ini. Bisa kita katakan, kemenangan SBY pada pemilihan presiden se- cara langsung (tahun 2004) meru- pakan keberhasilan marketing politiknya. Karena partainya sendi- ri (baca: demokrat) bukanlah par- tai pemenang Pemilu. Pada Pamilu 2009 masa kampanye diperpanjang menjadi 9 bulan. Dimulai 12 Juli 2008-April 2009. Dengan 38 par- tai peserta Pemilu. dan banyaknya tokoh yang menyatakan diri siap menjadi kandidat Presiden dan Wakil Presiden pada pilpres ke- marin. Tentunya kian meramaikan "pertarungan citra" dalam merebut hati para pemilih. Kandidat yang menguasai industri citra tentunya akan memperbesar peluangnya me- menangkan pertarungan tersebut.

  Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi politik dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya. Par- tai politik perlu menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat efektif (Cholisin, 2007: 114). Komuni- kasi politik menjadi posisi penting terutama sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan kekuasaan.

  Pemerintah membutuhkan informasi tentang kegiatan raky- atnya; dan sebaliknya rakyat juga harus mengetahui apa yang dik- erjakan oleh pemerintahnya. Pers memang diakui merupakan salah satu alat demokratisasi yang cukup efektif. Pers menjadi jembatan yang menghubungkan kepentin- gan-kepentingan politik baik verti- kal maupun horizontal. Pers men- jadi bagian dari kehidupan politik untuk mempertemukan rakyat dan penguasa. Bahkan kebebasan pers sering menjadi salah satu ukuran apakah suatu negara telah menga- nut sistem demokrasi atau tidak.

  Dalam masa kampanye Pemilu, media dalam hal ini me- dia massa maupun elektronik sangat potensial dalam hal me- mepengaruhi publik untuk meng- galang dukungan. Pada masa orde baru media adalah pendukung pemerintah. Maka setiap berita- pun tentu selalu memuji pemerin- tah dan kalaupun ingin mengritik pemerintah harus dengan cara yang amat halus dan tidak tajam. Begitu juga saat Pemilu, media tentunya akan pro pada partai pemerintah.

  Dalam hal kampanye, media massa baik cetak maupun elektronik mer- upakan sebuah salauran kampa- nye terhadap konstituen. Apalagi dengan arus teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salau- ran utama bagi jalan untuk mem- pengaruhi pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampa- nye Pemilu. Medium ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Hal itu salah satunya disebabkan sudah banyaknya masyarakat yang me- miliki televisi maupun radio, bah- kan sebagian lagi sudah mampu menggunakan internet. Oleh ka- rena itu banyak Partai maupun calon yang akan berkompetisi di Pemilu menggunakan sarana atau saluran kampanye melalui me- dia elektronik khususnya televisi.

  Contoh kasus bisa kita li- hat pada Pemilu tahun 2004 kema- rin khususnya Pemilu pemilihan presiden. Siapa yang sering terli- hat di layar TV dari setiap stasiun televisi, dialah yang berhasil me- narik simpati masyarakat. Saya ter- ingat pada masa Pemilu legislatif di TPS ada seorang nenek yang bertanya pada petugas TPS untuk menunjukkan mana yang berlam- bang moncong putih yang akan dia coblos. Dengan enteng nenek tersebut berargumen bahwa bu- kannya gambar moncong putih yang harus dicoblos menurut iklan televisi dan yang sering diingatnya.

  MEDIA MASSA DAN KOMUNIKASI POLITIK DALAM KAMPANYE PEMILU DALAM momentum demokrasi. peran media massa sangat vital. Berfungsi

menjaga keseimbangan sebuah entitas negara dan masyarakat.

Kebebasan pers termasuk media massa merupakan keunggulan dalam rezim demokrasi. Sehingga menjadi pilar penting dalam tegaknya berdemokrasi. Media massa memiliki fungsi kontrol. Karena melalui transformasi informasi, media massa mampu mengerem laju kebijakan peremintah yang tidak memihak kepada kepentingan rakyat.

  SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG UTAMA

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  yang riuh dalam mencoblos foto SBY sebagai idolanya bu- kan karena kesadaran politik.

  Bagi mereka yang takda- pat melihat, bisa menikmati den- gan mendengar, begitu juga bagi yang tak dapat mendengar dapat menikmatinya dengan visual- isasinya. Selain faktor aktuali- tas, televisi dengan karakteristik audio visualnya memberikan sejumlah keunggulan, diantara- nya mampu menyampaikan pesan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, serta da- pat menayangkan ruang yang sangat luas kepada sejumlah be- sar pemirsa dalam waktu bersa- maan (Nurrahmawati, 2002: 97).

  Semakin sering seorang tokoh atau berita tentang par- tai dimuat di halaman itu, maka akan semakin terkenallah dia. Kita coba ingat kembali berita dalam surat kabar pada waktu menjel- ang Pemilu 2004. Siapakah calon, tokoh, atau partai yang sering ‘berpose’ di halaman utama. Ten- tunya kita sering melihat berita tentang tokoh baru tersebut, ten- tunya seorang figur Susilo Bam- bang Yudhoyono (SBY). Nama dan partainya begitu sering mun- cul, ditambah dengan berita yang membuat simpati pada tokoh terse- but akibat disia-siakan oleh pemer- intah sewaktu menjabat menteri.

  Ternyata media massa baik surat kabar maupun televisi ber- pengaruh sangat besar bagi peme- nangan dalam Pemilu. Komuni- kasi politik lebih efektif melalui sarana tidak langsung atau meng- gunakan media tersebut. Karena pesan yang disampaikan akan ser- entak diketahui oleh orang banyak di segala penjuru dan juga dapat diulang-ulang penayangannya. Persepsi, interpretasi, maupun opini publik mudah dipengaruhi lewat iklan maupun berita dalam media. Maka untuk menghindari terjadinya disfungsi media, media harus bisa menjadi penengah atau perantara antara pemerintah, elit partai, dan masyarakat. Di masa reformasi ini, dimana sudah mu- lai ada kebebasan pers seharusn- ya pers harus mengubah pola kerjanya yang semula ‘menjilat’ pemerintah karena terpaksa, tetapi sekarang harus netral dan seba- gai alat kritik sosial bagi pemer- intah maupun masyarakat. Media merupakan arena penyampaian isi terkait Pemilu 2009, dimana politi- si dan partai-partai politik adalah pemain sekaligus penulis isi in- formasi dan sutradara. Semen- tara itu, Rakyat hanya penonton.

  Kenyataan buatan yang ditampilkan lewat iklan dan pro- gram-program politik di media sesungguhnya membodohi dan menipu Rakyat karena tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Coba nilai, iklan politik Susilo Bambang Yudoyono (SBY), pres- iden saat ini, menonjolkan keber- hasilan pemerintahannya menu- runkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak tiga kali setelah pemerintahannya sendiri menai- kkan harga BBM. Semua orang tahu naik-turunnya harga BBM di Indonesia mengikuti harga BBM dunia. Kenaikan harga BBM telah meningkatkan jumlah orang mis- kin. Tetapi SBY dengan bangga tanpa merasa bersalah sedikit pun menyatakan secara terbuka di beberapa media bahwa dia yang menurunkan harga BBM.

  Begitu pun iklan lawan politiknya, Megawati. Dia mema- sang iklan untuk menepis iklan keberhasilan SBY. Pada iklan tersebut, Megawati menggunakan data-data kegagalan pemerintah untuk menjatuhkan pamor SBY. Padahal, banyak kegagalan Mega- wati saat menjabat menjadi pres- iden (termasuk menaikkan harga BBM), sehingga dia saat itu ke- hilangan pamor dan SBY terpilih menjadi presiden. Sampai saat ini Megawati dan mesin politiknya tidak menunjukkan program- program konkret untuk Rakyat. Partai politik memang sadar betul bahwa aksi-aksi politiknya men- jadi tidak berarti tanpa kehadiran media. Menurut C. Sommerville, dalam bukunya Rakyat Pandir atau Rakyat Informasi (2000), kegiatan politik niscaya akan berkurang jika tidak disorot media. Ada be- berapa hal memengaruhi itu, salah satunya media memiliki kemam- puan reproduksi citra dahsyat. Be- berapa aspek dari reproduksi citra bisa dilebihkan dan dikurangi dari realitas aslinya. Selain itu, me- dia menyediakan beragam makna untuk mewakili dan membangun kembali fakta tidak terkatakan (unspeakable), yaitu beragam kepentingan politis dan finansial yang sengaja disembunyikan di balik berita dan semua isi yang ter- saji melalui media. Kemampuan mendramatisir oleh media pada gilirannya merupakan amunisi yang baik bagi para politisi, terle- bih menjelang pemilu, untuk me- mengaruhi Rakyat sebagai penon- ton sehingga mendukung para politisi dan partai-partai politik.

  Dari ilustrasi ini menggambarkan begitu kuatnya pengaruh media televisi untuk mempengaruhi orang awam sekalipun seperti mereka. Dengan televisi, kampanye mampu menjangkau orang-orang yang cacat sekalipun seperti tuna netra dan tuna rungu. UTAMA SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

10 Juga atusias kaum ibu-ibu

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  11 Kebanyakan media massa

  akhir-akhir ini di ramaikan oleh iklan-iklan politik dari berbagai politisi ataupun partai. Baik me- dia cetak, elektronik maupun me- dia lainnya, hampir setiap hari didalamnya kita disuguhi oleh iklan-iklan politik tersebut. Pada awalnya, kita sering melihat iklan- iklan politik ini hanya mengand- ung unsur ajakan, coblos ini coblos itu, tetapi seiring dengan semakin mendekatnya momentum pesta demokrasi, pemilu 2009, iklan- iklan tidak hanya bersifat ajakan atau mengarahkan mana yang harus dicoblos, melainkan sudah dalam tempo saling serang. Bu- kankah seharusnya memang ada panduan bagaimana iklan poli- tik yang baik dan sesuai etika? Dengan melakukan iklan, politisi atau partai dapat mendongkrak tingkat popularitasnya. Contohn- ya, sewaktu belum memakai iklan, seorang politisi hanya berhasil menjamah 20% kepopulerannya dari publik. Tetapi setelah meng- gunakan jasa yang bukan tanpa pamrih ini, orang tersebut berhasil membujuk masyarakat melalui iklan dengan tingkat kepopuler- annya mencapai lebih dari 50%. Sungguh dahsyat memang kekua- tan dari iklan yang ditampilkannya

  Manfaat iklan politik.

  Dunia advertising ini da- pat mengaktualisasikan makna kesejahteraan pada publik karena pada dasarnya iklan bersifat per- suasif dan informatif. Karewna bersifat informatif, iklan politik menjadi sarana politik bagi pub- lik untuk menyadarkan mereka bahwa publik siap ikut untuk men- jadi konstituen yang kuat, cerdas dan mandiri. Iklan politik juga da- pat mendorong terciptanya suatu persaingan yang sehat antara pe- serta untuk membuat atau men- ciptakan program-program baru yang di butuhkan oleh khalayak.

  Tetapi pada kenyataannya sekarang masyarakat masih kurang begitu paham bahwa sebenarnya ada konspirasi-konspirasi para elit politik dengan media yang bermain didalamnya. Sosialisasi, pembangunan citra, janji-janji, ataupun kata-kata manis dalam iklan bisa saja hanya realitas re- kayasa dari media. Masyarakat seakan-akan termakan oleh hara- pan-harapan semu yang diberikan oleh para politisi dalam upaya pen- dekatannya dengan publik. Iklan politik semata-mata menjadikan tempat utama bagi masyarakat un- tuk mengetahui figur politis atau partai, sehingga istilahnya, masyr- akat dengan mudah hanya meng- gangguk saja sebagai tanda bukti konstituen mereka walaupun sebe- narnya pencitraan itu hanya terlihat dari depan ataupun samping dan tidak mengetahui di balik pung- gungnya. Barangkali masih tern- giang di benak kita akan janji pro- gram 100 hari yang direncanakan oleh capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) yang heboh pada saat itu, pemilu 2004 kemaren, setelah itu kita bisa melihat sendiri kan?sudah banyak contoh kasus lain seperti ini tetapi mungkin saja tetap berlangsung dan seakan sudah menjadi tradisi.

  Iklan politik tentu saja san- gat efektif dalam memuluskan pen- citraan popularitas, apalagi melalui media elektronik seperti televisi yang daya jangkaunya ke publik 90% lebih besar dari media lain- nya. Untuk itu, para penguasa me- dia memainkan kesempatan besar ini dan menumpuk rupiah. Pemilik media tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan besar ini, menjelang pemilu 2009 ini seakan menjadi deadline bagi mereka untuk mem- perbanyak pundi-pundi uang dari iklan politik dari koleganya. Siasat yang dijalankan media mungkin yang paling mencolok adalah biaya per spotnya. Misalnya, per detik iklan dipatok 6 juta rupiah, durasi iklan adalah 30 detik. Kita tinggal mengalikan saja hasilnya. Apabila dalam satu program yang satu jam memakai iklan tersebut, tentu kita akan tahu berapa besarnya keun- tungan yang ada. Oleh itu, politi- si atau partai harus siap merogoh kocek dalam-dalam agar muka dan visi-misi mereka muncul di televisi.

  Rezim Kerahasiaan Pemilu

  Iklan politik menjadi pri- madona bagi para kontestan pe- milihan umum untuk menjaring preferensi publik. Riset Nielsen menunjukkan, dana iklan politik ta- hun 2008 mencapai Rp 2,208 trili- un (baca: Rp 2 triliun 208 miliar), meningkat 66 persen dibandingkan dengan tahun 2007 yang menca- pai Rp 1,327 triliun. Angka yang sesungguhnya pasti lebih besar karena riset ini belum menghitung belanja iklan politik untuk media radio, Internet, serta media luar ru- ang. Dana iklan politik juga masih akan menggelembung karena, menjelang pemilu legislatif April 2009, dapat dipastikan iklan politik semakin gencar menyapa publik. Namun, gegap-gempita iklan politik selalu meninggalkan per- soalan kompleks. Bagaimana transparansi dan akuntabilitasnya? Publik tidak pernah tahu secara persis besaran dana iklan poli- tik itu, dari mana asalnya, siapa saja donaturnya, dibelanjakan untuk apa saja, serta bagaimana konsekuensinya terhadap kinerja pemerintahan yang baru nanti. Partai politik, para calon legislator, dan kandidat presiden tidak mem- punyai tradisi, juga tidak dikondisi- kan untuk secara terbuka menjelas- kan ihwal dana politik yang mereka gunakan. Publik tidak mengetahui apakah kampanye politik benar- benar steril dari penyalahgunaan

  UTAMA SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  12

  anggaran publik APBN/APBD, dana departemen, dana dekon- sentrasi, dan seterusnya. Publik juga tidak akan tahu seandainya, di balik gebyar iklan pemilu di media, beroperasi dana dari para pengusaha hitam, pejabat ber- masalah, atau dana hasil money laundering. Aturan main pemilu sangat tidak memadai dalam men- gantisipasi masalah ini. Menurut Undang-Undang Pemilu, hanya biaya kampanye partai politik yang harus dilaporkan ke Komi- si Pemilihan Umum. Tidak je- las bagaimana transparansi dana sumbangan dari para simpatisan. Undang-Undang Pemilu juga hanya menyatakan "dana kampa- nye dapat berasal dari sumban- gan pihak lain yang sah menurut hukum dan dibatasi besarannya" (pasal 138). Tanpa penjabaran lebih operasional, tentu klausul semacam ini mudah dilanggar atau diinterpretasikan secara berbeda.

  Netralitas Media Massa

  Ketika media massa berada dalam konteks sosial dan dikon- sumsi oleh khalayak. Maka pada saat itu media massa berhadapan dengan masalah etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media massa pada dasarnya tidak bebas nilai. Ujian terberat bagi media massa. Yakni menyeim- bangkan kebebasan pers dalam memberikan informasi/pember- itaan dengan porsi tanggung jawab yang diembanya. Ia harus mempo- sisikan netral. Keputusannya tidak boleh mau diintervensi penguasa. Walaupun disiram dengan imba- lan. Karena etika kebijaksanaan pers bertujuan melakukan pendidi- kan terhadap rakyat. Maka pers tidak boleh tergoda oleh imbalan. Etika adalah aturan moral. Be- rasal dari sebuah situasi di mana seseorang bertindak dan mempen- garuhi tindakan orang atau kelom- pok lain. Definisi etika ini juga berlaku untuk kelompok media se- bagai subjek etis yang ada. Setiap arahan dan aturan moral mempu- nyai nilai dan level kontekstual- isasi. Bisa pada tingkat individu, kelompok, komunitas atau sistem sosial yang ada. Dapat dikata- kan bahwa etika pada level tert- entu sangat ditentukan oleh ara- han sistem sosial yang disepakati.

  Dalam konteks politik, ter- utama dalam kesuksesan pemili- han Presiden. Peran media dihara- pkan dapat melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Setidaknya berperan dalam penambahan in- formasi tentang pemilu presiden. Informasi tersebut bisa mem- pengarui perilaku memilih. Se- hingga akan berdampak pada sistem politik yang berjalan. Se- lain itu, media dapat menjadi sa- rana sosialisasi. Bisa penyampaian program-program dari kandidat presiden, kemudian media juga menjadi sarana untuk memberi- takan sepak terjang kandidiat. Sehingga berharap masyarakat mempunyai penilaian. Tidak salah pilih terhadap kandidat presiden. Pemilihan presiden akan meng- hasilkan pemimpin baru. Pewaris pemegang otoritas kekuasaan negara ke depan. Ia memiliki wewenang dan kapasitas untuk menjalankan dan mengatur pemer- intahan negara. Maka peran media adalah mengawasi (baca: kontrol). Memberikan informasi kepada publik atas aktivitas-aktivitas dan keputusan-keputusan politik yang dilakukan pemerintahannya. Ak- tivitas dan keputusan politik akan menjadi sentral perhatian. Dan secara tidak langsung akan mem- bentuk opini dalam masyarakat. Dalam mekanisme demokrasi, publik merupakan penguasa. Setiap keputusan-kepu- tusan politik yang dihasilkan dan mengikat semua orang haruslah diketahui terlebih dahulu oleh pub- lik (masyarakat). Publik tentunya akan merespon keputusan terse- but. Apakah sesuai dengan aspirasi mereka atau tidak. Respon tersebut kemudian menjadi pedoman. Khu- susnya bagi penguasa untuk mem- perbaiki keputusan yang mereka keluarkan. Begitu seterusnya hing- ga masyarakat (publik) akan men- erima keputusan tersebut. Opini masyarakat terhadap figur kandi- dat pilpres sangat dipengaruhi oleh informasi yang diberikan me- dia massa. Peranan media massa sanggup dan mampu membentuk opini masyarakat. Media massa bahkan mampu menggiring opini masyarakat pada kesimpulan dan persepsi yang diciptakan media.

  Kesimpulan:

  Oleh karena itu media massa seharusnya menjadi sarana pencerahan dan transformasi nilai- nilai kebenaran agar masyarakat dapat melihat secara apa adanya. Media sebaiknya tidak memuncul- kan kesan menilai atau keberpiha- kan khususnya dalam masa kam- panye Pemilu. Biarlah masyarakat sendiri yang akan menilai. Yang diperlukan media hanyalah meny- ampaikan informasi yang sebe- narnya, jelas hitam putihnya. Se- hingga masyarakat tidak terjebak pada pilihan mereka, karena perso- alan Pemilu adalah persoalan masa depan bangsa. Media harus mampu bersikap objektif dalam penayan- gan berita. Selanjutnya pengaruh dari media massa terhadap politik dapat di bedakan menjadi dua, yai- tu pengaruh televisi (media massa elektronik) dan pengaruh surat kabar (media massa cetak) Den- gan demikian diperlukan obyek- tivitas dan netralitas dari media itu sendiri agar tercipta iklim yang baik dalam masa Pemilu. http://hi- tamandbiru.blogspot.com/2012/08 (Dikutip A. Khalik untuk SINERGI)

  UTAMA SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

DUA TERBILANG

  SINERGI UTAMA

  MERIKA Serikat ialah negara adikuasa yang penuh dengan pesona bagi kita di Indonesia. Berbagai macam hal yang berasal dari Neg- eri Paman Sam, pasti sangat menarik minat kita. Salah satu hal yang juga menjadi poin pent- ing akan ketertarikan orang Indonesia terhadap

  Amerika ialah dunia politik. Segala macam kebijakan Ameri-

  A

  ka selalu menjadi bahan pembicaraan hangat bukan hanya di Indonesia tapi juga di seluruh belahan dunia. Kini, rakyat Amerika telah bersiap untuk memberikan suaranya pada pemi- lu Presiden yang akan dilangsungkan 6 November mendatang.

  Berikut ini saya akan menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai Pemilu di Amerika Serikat, yang didasari dari pengalaman kuliah selama dua bulan terakhir di Colorado dan menjadi moderator US Election Outsearch di @America Jakarta. Semoga bermanfaat.

SISTEM KEPARTAIAN

  Gambar di ambil dari ciricara.com

  Amerika Serikat merupakan negara yang menganut sis- tem dua partai. Dua partai besar yang selalu memenangi pe- milihan umumn Presiden sejak 1852, yakni Demokrat dan Republik. Dua partai besar inilah yang selalu menghadirkan calon Presiden dan wakil Presiden bagi rakyat Amerika Seri- kat. Sebenarnya masih ada beberapa partai kecil yang ada, namun mereka tidak mampu menandingi dua partai raksa- sa itu, baik dari segi ideologi, dukungan maupun finansial.

  Ada pebedaan mencolok dari Demokrat dan Re- publik dalam hal ideologi. Bila partai Demokrat meno- morsatukan persamaan kesempatan dan kesetaraan bagi setiap warga negara Amerika, sedangkan partai Republik mengagungkan kebebasan berpendapat dan individu tan- pa adanya intervensi dari manapun, termasuk pemerintah.

  Gambar di ambil dari http://news.detik.com

MENGENAL PEMILU AMERIKA SERIKAT

  bung suara utama bagi Presiden Barrack Obama

  PEMILIH dalam memenangkan pemilu Presiden pertamanya.

  Warga Amerika yang ada di luar negeri tetap Warga Amerika Serikat harus berusia mini- bisa memilih karena pemerintah Amerika Serikat mal 18 tahun untuk bisa memberikan suaranya akan mengirimkan ballot (surat suara) ke alamat dalam pemilu. Untuk bisa memilih mereka bisa warganya tersebut yang ada di luar Amerika. Setelah mendaftarkan dirinya via online dengan mengisi for- terisi, ballot tersebut harus secepatnya dikirimkan mulir pemilih. Untuk pemilih pemula, yang biasanya kembali ke Amerika Serikat. Satu perbedaan dengan masih duduk di bangku kuliah, seluruh Universitas pemilu di Indonesia ialah warga Amerika Serikat di Amerika Serikat juga membuka pendaftaran bagi bisa memberikan suara tanpa harus menunggu hari-H mahasiswanya yang ingin memberikan suara dalam pemilu, yang dilaksanakan di Selasa minggu kedua pemilihan umum. Pemilu 2008 menunjukkan bahwa di bulan November pada tahun pemilu. pemilih pemula, berusia sekitar 18-24, adalah lum-

  13 S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  Pemilu Presiden dilakukan pada hari Selasa di min- ggu kedua di bulan November, atau di antara tanggal 4-8 November. Dan bagi Presiden yang terpilih akan dilantik pada 20 Januari di tahun berikutnya.

  UTAMA SINERGI ESA HILANG DUA TERBILANG

PERHITUNGAN SUARA

  Dan jumlah suara electoral college lah yang dihitung untuk menjadi pemenang pemilu bukan jumlah suara pemilih. Jadi, sepasang calon Presiden dan Wakil Presiden tidak butuh menang di mayoritas Negara Bagian untuk memenangkan Pemilu, mereka cukup menang di 11 Negara Bagian dengan jumlah elec- toral college terbesar, seperti California (55 suara), Texas (38), New York (29), Florida (29), Illinois (20), Pennsylvania (20), Ohio (18), Michigan (16), Georgia (16). North Carolina (15), New Jersey (14), total jumlah electoral college dari 11 Negara Ba- gian itu adalah 270 dan hal itu sudah cukup untuk mengunci kemenangan di pemilu Presiden AS tanpa mempedulikan hasil di 39 Negara Bagian sisanya. Iksan Mahar, www.kompasiana.com, 7/9/2014.

  Bagaimana sepasang calon Presiden dan Wapres mendapatkan suara dalam electoral col- lege? Beginilah ilustrasinya. Misalkan dalam pemilu 2008 lalu Obama meraih 1.000.000 suara di negara bagian California dan lawannya, McCain mendapat suara 950.000 suara, otomatis Obama akan men- dapatkan 55 suara electoral college dari California.

  Electoral College adalah sebuah sistem perhitungan suara. Setiap negara bagian memiliki jumlah electoral college yang berbeda, yang didasari oleh besarnya populasi negara bagian tersebut. Sebagai contoh California memiliki jumlah electoral college terbanyak 55, diikuti Texas (34) dan New York (29). Jumlah keseluruhan electoral college adalah 538, dan seorang calon harus meraih minimal 270 jumlah electoral college untuk memenangkan pemilu.

  Meski dipilih langsung oleh rakyat, pemilu di Amerika Serikat memiliki sistem yang berbeda dengan apa yang ada di Indonesia. Di Indonesia, pasangan calon Presiden yang telah mengumpulkan suara terbanyak akan langsung dinobatkan sebagai pemenang pemilu, namun di Amerika Serikat masih ada Electoral College yang berperan menentukan pasangan calon pemenang pemilu.

  Pentingnya suara pemilih pemula, yang sebagian besar mahasiswa, ditunjukkan dengan kampanye dan debat yang dilakukan di Universitas- universitas seantero Amerika Serikat.

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4

  Setelah resmi dinobatkan dalam Konvensi Nasional partai, dua calon Presiden bersama calon wakil presiden mulai gencar melakukan kampanye di televisi, Koran, dan media sosial untuk menarik minat pemilih. Selain itu, mereka juga akan melaku- kan debat terbuka, yang disiarkan langsung televisi Nasional. Debat dilakukan empat (4) kali; 3 untuk calon Presiden dan 1 untuk calon wakil Presiden.

  B. Pemilu Presiden

  Para bakal calon akan berkampanye ke se- luruh 50 negara bagian, mereka membuat iklan dan berdebat satu sama lain untuk menunjukkan kapa- bilitasnya sebagai calon yang layak mewakili partai dan bertarung dengan calon dari partai lain. Para bakal calon itu akan dipilih langsung oleh simpatisan partai di setiap negara bagian. Dan bakal calon den- gan suara tertinggi akan dinobatkan sebagai calon Presiden dalam Konvensi Nasional yang dihelat antara bulan Agustus-September.

  Pemilu pendahuluan berlangsung dari bu- lan Januari sampai Juni di tahun berlangsungnya Pemilu. Tahap ini bertujuan untuk menentukan satu calon Presiden dari partai, baik Republik ataupun Demokrat. Pemilu pendahuluan diikuti oleh sejum- lah bakal calon Presiden dari partai yang sama untuk memperebutkan posisi calon Presiden dari partai tersebut.

  A. Pemilu Pendahuluan

  Pemilihan umum di Amerika Serikat di- lakukan empat (4) tahun sekali. Setiap Presiden maksimal bisa memimpin selama dua periode, atau total delapan (8) tahun. Salah satu syarat mutlak bagi calon Presiden Amerika Serikat ialah dia harus warga negara Amerika Serikat yang lahir di Negeri Paman Sam juga. Jadi itu menutup kemungkinan bagi setiap warga negara AS yang lahir di luar wilayah Amerika Serikat. Pemilu Presiden berlangsung dua tahap; Pemilu Pendahuluan dan Pemilu Presiden.

  • **(Dikutip A. Khalik untuk SINERGI)

14 PEMILIHAN UMUM PRESIDEN

  • ** Tim Sinergi

  S I N E R G I | A G U S T U S 2 0 1 4 S

  IAPA yang tak kenal Pablo Ruiz Picasso. Picasso adalah pe- lukis terkenal dari Spanyol yang lahir pada 25 Oktober

  1881 dan meninggal pada 8 April 1973 dalam usia 91 tahun. Pelukis yang terkenal dalam aliran kubisme itu, merupakan pelukis revolusioner abad 20 yang punya kejeniusan dalam seni patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Khusus untuk seni melukis Picasso dikenal sebagai pelukis kubisme.

  Semangat melukis Picasso itu, ternyata tak hanya dimiliki khusus oleh seniman abad 20 itu. Karena semangat melukis, ternyata bagian iden- tik dari rahmat Tuhan YME kepada orang-orang tertentu. Seniman, merupakan potensi berkah yang bisa diberikan ke- pada siapa saja, di mana ketika potensi itu dioptimalkan, akan melahirkan karya-karya yang monumental untuk zamannya.

  Ada sejumlah pelukis negeri ini yang sudah mendunia, semisal Raden Saleh, Affandi serta Sudjojono. Mereka mengharumkan nama Indone- sia di kancah seni lukis dunia, karena karya-karyanya menembus ruang dan waktu, sehingga mendapat apresiasi berbagai kalangan. Jalan profesionali- tas putra-putra terbaik bangsa di dunia seni lukis itu, akan terus membahana dan melahikran kader-kader pelukis sesuia zamannya.

  Adalah Monika Hadinata, 10, pelajar kelas IV SD Budi Dharma kota Tebing Tinggi yang mendapat berkah kemampuan mewarisi salah satu talenta milik Picasso itu, yakni melukis. Monika Hadinata dalam usia yang masih kanak-kanak itu, mampu membanggakan sekolah dan kotanya. Pasalnya, Monika berhasi menjadi juara I lomba melukis se Sumatera yang diselenggarakan salah satu peru- sahaan pastel. Monika berhasil men- galahkan 18 ribu peserta dari berbagai kabupaten/kota di Sumatera Bagian Utara dan Aceh. Pihak perusahaan kemudian menghadiahinya tour ke

  Singapura.

  

Penyerahan hadiah dan peng-

hargaan kepada Monika Hadinata, dilaksanakan Agustus lalu, di aula utama Dinas Pendidikan kota Tebing Tinggi di Jalan Sudirman. Hadir dalam penyerahan itu Kadis Pendidi- kan Drs.H. Pardamean Siregar, MAP, perwakilan Faber-Castel, pimpinan Yayasan Budi Dharma serta orang tua Monika Hadinata.

  Kadis Pendidikan Drs. H. Pardamean Siregar, MAP, dalam pen- garahannya bangga terhadap prestasi siswa SD swasta di Jalan Senangin itu. “Monika yang kecil ini telah men- unjukkan prestasinya yang membang- gakan kota, sekolahnya serta orang tuanya,” ujar Pardamean. Diakui, prestasi melukis Monika tidak bisa dipandang kecil, karena kemampuan- nya mengalahkan rival dari berbagai daerah yang jika ditotal jumlahnya mencapai 18 ribu peserta.

  Ditambahkan, apa yang diraih Monika Hadinata menunjukkan bahw iklim pendidikan kota Tebing Tinggi semakin baik, karena berhasil mengantarkan pelajar dari berbagai tingkatan untuk berprestasi di bidang minat masing-masing. “Ke depan sua- sana dan iklim belajar yang kondusif ini akan terus kita tingkatkan hingga pelajar bisa berprestasi lebih maksi- mal,” kata dia.