PENCITRAAN DAN KOMUNIKASI POLITIK PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009

(1)

i

PENCITRAAN DAN KOMUNIKASI POLITIK

PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2009

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sains Sosiologi

Oleh: FAQIH USMAN

NIM: 09250044

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

PENCITRAAN DAN KOMUNIKASI POLITIK

PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2009

TESIS

Program Studi Magister Sains Sosiologi

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sains Sosiologi

Diajukan oleh: FAQIH USMAN

NIM: 09250044

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

iii

PENCITRAAN DAN KOMUNIKASI POLITIK

PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF

TAHUN 2009

Oleh: FAQIH USMAN

NIM: 09250044

Telah disetujui Tanggal, 06 Februari 2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. H.M. Mas’ud Said, Ph.D. Prof. Dr. Setyobudi, M.S.

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Sains Sosiologi


(4)

iv

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh: FAQIH USMAN

NIM: 09250044

Telah diperahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 03 Februari 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Setyobudi, M.S. ………

Sekretaris : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si. ………

Penguji I : Dr. Vina Salviana DS, M.Si. ………


(5)

v SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Faqih Usman

NIM : 09250044

Program Studi : Magister Sosiologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa: 1. Tesis dengan judul:

PENCITRAAN DAN KOMUNIKASI POLITIK PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009,

Adalah hasil karya saya sendiri dan dalam naskah tesis ini tidak tyerdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibukyikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya besedia TESIS ini digugurkan dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumnber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gresik, 27 Januari 2012


(6)

vi KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufikNya sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini. Penyelesaian penelitian ini memerlukan pencurahan tenaga dan pikiran, oleh sebab itu diharapkan hasilnya akan banyak memberikan kontribusi, manfaat dan informasi baru tentang perilaku politik pemilih dalam Pemilihan Umum. Penelitian yang kami lakukan ini berjudul “Pencitraan dan Komunikasi Politik Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif Tahun 2009.”

Secara sadar kami mengakui, bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekuarangan terutama karena penelitian sifatnya kasuistik, sehingga kesimpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi secara umum. Untuk itu, penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan fokus penelitian ini sangat diperlukan. Selanjutnya, ucapan terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung terhadap penelitian ini. Mudah-mudahan amal baiknya diterima Allah SWT sebagai amal sholeh, Amin. Secara khusus kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah menyediakan fasilitas dan juga dorongan moril selama perkuliahan.

2. Bapak Direktur Pascasarjana, Dr. Latipun, M.Kes, atas kesempatan yang diberikan untuk dapat menimba ilmu di bangku kuliah di kampus putih. 3. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.Si, selaku Ketua Program Pascasarjana jurusan


(7)

vii 4. Bapak Prof. H.M. Mas’ud Said, Ph.D. selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, pikiran dalam proses bimbingan hingga terselesaikannya tesis ini dan Bapak Prof. Dr. Setyobudi, M.S. selaku pembimbing pendamping atas motivasi dan pengorbanannya selama pembimbingan tesis ini.

Akhirnya kami tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dalam penelitian ini. Kritik dan saran selalu kami nantikan kepada semua pihak demi perbaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat, Amin.

Malang, 27 Januari 2012


(8)

viii ABSTRAK

Faqih Usman: Pencitraan dan Komunikasi Politik Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif di Gresik tahun 2009. Prof. H.M. Ma’sud Said, Ph.D., Prof. Dr. Setyobudi, M.S.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa; 1) pemilihan umum merupakan pesta demokrasi yang harus benar demokratis; 2) umumnya terdapat kecenderungan perilaku pemilih daerah berbasis santri untuk memilih partai berideologi Islam; 3) terjadi penurunan angka pemilih untuk partai berbasis Islam utamanya PKB; dan 4) terjadi peningkatan untuk Partai Demokrat yang berbasis nasionalis.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pencitraan dan komunikasi politik Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif tahun 2009.” Penelitian ini menggunakan konsep image building dari Nimmo, Gunter Schweiger dan Michaela Adami, Brune Newman, dan Gazali mengenai tingkat pengaruh pencitraan seseorang terhadap preferensi pemilih. Selain itu juga menggunakan teori komunikasi politik dari Anwar Arifin dan Steven J. Rosebstone dan John Mark Hansen bahwa mobilisasi partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui mobilisasi langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kajian teoritik maka dihasilkan, antara lain; 1) citra dan legitimasi yang mampu disuguhkan oleh Susilo Bambang Yudoyono berpengaruh posisif terhadap Partai Demokrat di Indonesia, termasuk juga di Gresik, sehingga pada Pemilu Legislatif 2009 menjadi idola yang kesohor. Partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudoyono ini dalam waktu singkat mampu menjadi partai nomor satu di Pemilu 2009 yang lalu. Partai Demokrat ini pula dalam Pemilu Legislatif 2009 di Gresik mampu tampil sebagai pemenang kedua dengan perolehan 8 kursi setelah PKB. Alasan-alasan informan memilih Calon Legislatif dari Partai Demokrat rata-rata karena dalam tubuh partai tersebut terdapat seorang figure sentral yaitu Susilo Bambang Yudoyono; 2) Komunikasi politik juga berperan penting dalam menentukan perolehan suara Partai Demokrat di Kabupaten Gresik. Komunikasi politik itu mampu mendobrak dinding-dinding ideologis, rasionalitas, dan fanatisme golongan. Umumnya, para informan yang memilih Calon Legislatif dari Partai Demokrat meninggalkan alasan rasionalitas. Mereka tidak begitu peduli adanya platform, visi misi, track record Calon Legislatif, serta program-program yang ditawarkan kepada masyarakat oleh Partai Demokrat. Informan yang memilih Calon Legislatif dari Partai Demokrat dengan alasan pragmatis juga banyak. Mereka yang menentukan pilihannya karena dorongan program sesaat menjelang pemilu, mislanya kaos, sembako, kedatangan artis ibukota, atau bahkan politik uang yang diterimanya. Tetapi informan juga sangat terpengaruh dengan komuniasi politik Partai Demokrat yang popular dengan keperpihakan terhadap kehidupan Wong Cilik.


(9)

ix ABSTRACTS

Faqih Usman: Imaging and Communications in Democratic Party politics in Gresik legislative elections in 2009. Prof. H. M. Ma'sud Said, Ph.D., Prof. Dr. Setyobudi, M.S. The research was motivated by the fact that: 1) a general election is a party to be truly democratic democracy, 2) generally have a tendency of voting behavior based on the students to choose the party's Islamic ideology, 3) a decline in the number of voters for the party's main Islamic-based PKB, and 4 ) an increase for the Democratic Party based nationalist. Issues raised in this study is "How do imaging and communications in Democratic Politics in 2009 legislative elections." This study uses the concept of image building of Nimmo, Gunter Schweiger and Michaela Adami, Brune Newman, and Gazali about a person's level of influence imaging of voter preferences . It also uses the theory of political communication from Anwar Arifin and Steven J. And John Mark Hansen Rosebstone that the mobilization of community participation can be done through direct and indirect mobilization.

Based on the theoretical studies generated, among other things: 1) the image and legitimacy that can be served by Susilo Bambang Yudhoyono of the Democrat Party posisif influence in Indonesia, including in Gresik, so that in the 2009 legislative elections become a famous idol. Party founded by Susilo Bambang Yudhoyono in a short time to become the number one party in the 2009 elections ago. Democrats are also in the 2009 legislative elections in Gresik able to emerge as the winner of both the acquisition of eight seats after the PKB. The reasons for selecting informants Legislative Candidates of the average Democrat in the party because there was a central figure that is Susilo Bambang Yudhoyono, 2) political communication also plays an important role in determining the Democratic vote in the district of Gresik. Political communication can break down the walls of the ideological, rationality, and class bigotry. Generally, the informants who chose candidates from the Democratic Legislature left the grounds of rationality. They do not really care about the platform, vision, mission, track record of legislative candidates, as well as programs offered to the public by the Democrats. Informants who voted Democratic Legislative Candidates with too many pragmatic reasons. Those who make their choice because of a boost just before the election program for, say t-shirts, food, the arrival of artists, or even the politics of money it receives. But informants are also greatly affected by the politics of Communications Democrats are popular with Grassroots trends to life.


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAM JUDUL... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN ……….. iv

SURAT PERNYATAAN ……….. v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ………. 7

B. Politik Pencitraan ... 9

B. Komunikasi Politik ………... 14

C. Persuasi, Manajemen Pencitraan, dan Opini Publik ……….…….. 16

D. Media Massa dan Komunikasi Politik... 24

E. Aliran Pemikiran Partai di Indonesia ……….. 31

F. Perilaku Pemilih di Indonesia ………. 36

G. Pemilihan Umum Legislatif ……… 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... ... 40

B. Sumber Data ……... 41


(11)

xi

D. Metode Pengumpulan Data... 42

E. Teknik Analisis Data ………... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Geografis Gresik …………..………. 45

B. Topografis Gresik ….………... 46

C. Gambaran Umum Politik Kabupaten Gresik ….………. 48

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……… 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 86

B. Saran ……… 87 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekapitulasi daftar Pemilih Tetap Pemilu Legislatif 2009 50

Tabel 2. Tingkat Kehadiran Pemilih 51

Tabel 3. Partai Politik Lolos Verifikasi dalam Pemilu Legislatif 2009 55 Tabel 4. Rekapitulasi Perolehan Suara dan Kursi DPRD Gresik 2009 56 Tabel 5. Daftar Nama Calon Terpilih Anggota DPRD Gresik 2009 59


(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN


(15)

xv BIODATA PENULIS

Nama : Faqih Usman

Tempat/tgl lahir : Gresik, 11 Oktober 1971 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Desa Pantenan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik Riwayat Pendidikan :

MI Al Islam Pantenan Gresik (1984)

MTs Muhammadiyah 7 Pantenan Gresik (1987) SMA Muhammadiyah Panceng Gresik (1990) S-1 Universitas Muhammadiyah Gresik (1996)

S-2 Universitas Muhammadiyah Malang (Angkatan 2009) Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Gresik (Fraksi PAN).


(16)

1 DAFTAR PUSTAKA

Anwar Arifin (2006). Pencitraan dalam politik. Jakarta: Pustaka Indonesia.

Achmad Maulidini (2010). Analisis Kemenangan Partai Demokrat dalam Pemilihan Umum Legislatif (DPR RI) 2009 di Kota Semarang. Semarang: Tesis Undip. Almond, Gabriel A. (1985). Sosialisasi, Kebudayaan dan Partisipasi dalam Muchtar

Masoed, dan Clon Mac Andrews (ed), Perbandingan Sistem Politik, UGM, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Budiarjo, Miriam (2004). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budiarjo, Miriam. 1981 (ed) Partisipasi dan Partai Politik, Sebuah Bunga Rampai.

Jakarta: Gramedia.

Chaidar, Al, (1999). Pemilu 1999: Pertarungan Ideologis Partai Partai Islam versus Partai Sekuler. Jakarta: Darul Falah, Jakarta.

Chilcote, Ronald H. (2004). Teori Perbandingan Politik: Penelusuran Paradigma. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cipto, Bambang (2000). Partai, Kekuasaan dan Militerisme. Yogyakarta: ustaka Pelajar.

Dhakidae, Daniel, dkk. (1985). Analisa Kekuatan politik di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Duverger, Maurice (1981). Partai-Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Kepentingan, terj. Laela Hasyim. Jakarta: Bina Aksara.

Feith, Herbert & Castles, Lances (1988). Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965.

Jakarta: LP3ES.

Geertz, Clifford (1981). Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Irsyam, Mahrus dan Romli, Lili (2003). Menggugat Partai Politik. Jakarta: Laboratorium Ilmu politik UI.


(17)

2 Karim, Rusli (1983). Perjalanan Partai Politik Di Indonesia: Sebuah Potret Pasang

Surut. Jakarta: CV. Rajawali, Jakarta.

Koentjaraningrat (1997). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Koirudin (2004). Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi. Jakarta: ustaka Pelajar.

Koirudin (2004). Profil Pemilu 2004. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Mashudi (2011). Perilaku Politik Pemilik Pemula di Kabupaten Lamongan. Malang: Proposal Tesis UMM.

Muhammad Haris (2008). Kemenangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Desa Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang pada`Pemilu 2004. Semarang: Tesis S2 Undip.

Nasution, S. (2001). Metode Research, (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Seravica M. Mahu. Marketing Politik Partai Demokrat dalam Pemilu 2009. Semarang: Tesis Undip.

Sholikhin, Ahmad (2008). Pendapat Publik tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008 (Tesis Tesis Program Studi Ilmu Politik Program Pascasarjana Undip Semarang).

Singarimbun, Masri & Efendi Sofian (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Tarigan, Marlini (2009). Partisipasi Masyarakat Temanggung dalam Pelaksanaan Pilkada Tahun 2008 (Tesis Program Studi Ilmu Politik Program Pascasarjana Undip Semarang).


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga perwakilan, dilaksanakannya pemilihan umum, dan meluasnya hak-hak orang yang ambil bagian dalam pemilihan umum (Irsyam, 2003 : 11). Menurut catatan para ahli, pada tahun 1950-an hampir semua nation states di dunia, baik negara maju maupun berkembang sudah mengenal dan memiliki partai politik (Dhakidae, 19858 : 189).

Partai Politik merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan demokrasi modern. Demokrsi modern mengandaikan sebuat sistem keterwakilan, baik dalam lembaga formal kenegaraan seperti parlemen (DPR/DPRD) maupun keterwakilan aspirasi masyarakat dalam institusi kepartaian. Berbeda dengan demokrasi langsung sebagai praktek di masa Yunani kuno, demokrasi modern sebagai demokrasi tak langsung membutuhkan media penyambung pesan politik kepada negara (pemerintah). Media yang berupa institusi tersebut biasa kita sebut dengan partai politik dan keberadaannya diatur dalam konstitusi negara modern.

Mengingat pentingnya fungsi partai politik, sering keberadaan dan kinerja merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Meskipun ia bukan merupakan pelaksana dari pemerintahan, namun keberadaannya akan mempengaruhi bagaimana dan ke arah mana pelaksanaan pemerintahan yang berjalan. Terutama bagi partai pemenang pemilihan atau partai yang berkuasa dan partai oposisi yang berjalan efektif, partai politik merupakan pelaksana pemerintah yang tersembunyi. Keberadaannya mempengaruhi ragam kebijakan yang


(19)

2 dikembangkan. Karena itu bisa dikatakan bahwa kegagalan sekaligus keberhasilan suatu pemerintahan dalam melayani dan memakmurkan rakyatnya adalah kegagalan dan keberhasilan partai politik menjalankan fungsinya secara efektif.

Meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir dan berkembang untuk menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah dipihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Oleh karena itulah, di negara-negara berkembang umumnya partai politik sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. Pentingnya partai politik dalam mencapai tujuan-tujuan politik, dikatakan oleh Richard M. Merelman dengan, ”politisi modern tanpa partai politik sama dengan ikan yang berada di luar air” (Duverger, 1981 : v)

Mempertegas pentingnya keberadaan partai dalam proses politik, secara lebih elaboratif Miriam Budiharjo (2004 : 163-164) memaparkan empat macam fungsi partai politik, yakni : pertama, partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Dalam konteks ini ada yang disebut interest aggregation (penggabungan kepentingan) dan

interest articulation (perumusan kepentingan); kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik (instrumentof political socialization); ketiga, partai politik sebagai sarana rekruitmen politik, dengan pengertian bahwa partai akan terus aktif mencari anggota (political recruitment); dan keempat, partai politik sebagai sarana conflic management (pengatur konflik).

Di Indonesia, kehidupan partai politik dalam arti sesungguhnya dimulai pasca kemerdekaan, yaitu sejak pemerintah melalui Wakil Presiden, Muhammad Hatta mengeluarkan maklulat Pemerintah No. X tentang pendirian partai politik pada tanggal 3 November 1945. Maklumat tersebut menyatakan bahwa : ”Pemerintah


(20)

3 menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partaipartai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat” (Irsyam, 2003: 113).

Sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa pada pemilihan umum pertama sejak merdeka dapat dilaksanakan pada tahun 1955. Pada pemilu itu diperoleh suara sah sebanyak 37.785.298 suara yang memperebutkan 257 kursi parlemen. Adapun sebaran perolehan suara pada pemilu itu tergambar sebagai berikut (Komarudin, 2003: 21):

1. PNI memperoleh 8.434.653 suara (22,3 %) dengan 57 kursi. 2. Masyumi memperoleh 7.903.886 suara (20,9 %) dengan 57 kursi 3. Numemperoleh 6.955.141 suara (18,4 %) dengan 45 kursi 4. PKI memperoleh 6.176.913 suara (16,4 %) dengan 39 kursi

5. Partai lainnya memperoleh 8.314.705 suara ( 22,0 %) dengan 59 kursi

Secara teoritis, hasil pemilu 1955 merupakan frame of reference tentang konfigurasi ”papan catur” politik Indonesia (Kamarudin, 2003 : 21) yang diwarnai dengan kuatnya nuansa politik aliran. Fenomena yang sangat menonjol adalah pengelompokkan politik terjadi menurut kesamaan orientasi budaya, yaitu ikatan sekelompok orang kepada dominant culture dalam kelompoknya (Geertz, 1981).

Empat partai politik tersebar yang memenangkan Pemilu 1955 sebagaimana tergambar di atas, maka pendukung PNI pada umumnya adalah golongan priyayi, pemilih NU dan Masyumi mayoritas adalah santri, sedangkan PKI merupakan tempat berkumpulnya kelompok abangan. Hasil pemilu pertama sejak Indonesia merdeka tersebut, menghasilkan kesimpulan penting di kalangan para peneliti, bahwa tumbuh dan berkembangnya partai politik di Indonesia sangat diwarnai oleh politik aliran.


(21)

4 Iklim demokrasi tidak sebaik Pemilu 1955, nuansa politik aliran masih tetap mewarnai pada dua kali pemilu pertama masa orde baru; pemilu 1971 dan 1977 walaupun sudah melemah akibat intervensi negara yang demikian kuat. Adapun pemilu-pemilu berikutnya masa orde baru; 1982, 1987, 1992, dan 1997, jauh dari suasana demokratis, sehingga pemilu hanyalah ”seremonial” rutin lima tahunan untuk memenuhi kepatutan agar disebut sebagai negara demokrasi.

Kejatuhan rejim otoriter Orde Baru, 1998, kembali membuka peluang bagi partai politik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, maka tidak kurang dari 169 partai lahir dalam waktu singkat. Sesudah dilakukan proses verifikasi, 48 partai politik dinyatakan lulus seleksi untuk mengikuti pemilu (Koirudin, 2004 : 52). Iklim demokratis yang tumbuh kembali pasca kejatuhan Orde Baru memberi peluang kembali lahirnya nuansa politik aliran sebagaimana pemilu 1955. Oleh karena itu wacana yang kembali mengemuka seiring dengan munculnya partai-partai berbasis agama, suku, dan golongan adalah kebangkitan kembali politik aliran. Dari 48 partai peserta pemilu 1999, terdapat 20 partai atas dasar agama (Islam), dan 28 partai politik non agama (sekuler). Kalau pada tahun 1955, partai yang berbasis Islam dibandingkan dengan partai non agama hampir berimbang, maka pada pemilu 1999 perolehan suara partai Islam jauh di bawah partai sekuler, hal ini tidak bisa dipisahkan dengan gejala politik yang terjadi di luar jawa, yang dulu menjadi basis Masyumi, pada pemilu 1999 menjadi basis Partai Golkar. Pada Pemilu 2004 jumlah kontestan mengalami penurunan, yaitu 24 partai politik dengan komposisi 8 partai Islam, dan 14 partai sekuler.

Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang pada pemilu 2009 dimenangkan oleh PKB dengan perolehan 100.670 suara (18,29 %) dengan perolehan kursi di DPRD kabupaten Gresik sebanyak 10 kursi (20 %).


(22)

5 Peringkat kedua diduduki Partai Demokrat dengan perolehan 76.430 suara (13,88%) dengan perolehan kursi di DPRD Kabupaten Gresik sebanyak 8 kursi (16 %). Dilihat dari kesadaran beragama, Gresik secara mayoritas, meminjam instilah Geertz, masuk kategori santri, karena mereka umumnya taat dalam menjalankan perintah agama. Sepanjang pemilu masa Orde Baru sebanyak 6 kali selalu dimenangkan oleh Golkar, sedangkan pada pemilu 1999 dimenangkan oleh PKB. Adapun pada Pemilu 2009, yang diikuti oleh 44 kontestan partai Partai Demokrat menduduki peringkat kedua dengan perolehan suara yang sangat signifikan. Pemilu Legislatif tahun 2009, Partai Demokrat memperoleh suara yang cukup signifikan, padahal Partai Demokrat tergolong sebagai partai pendatang baru, sehingga kemampuan Partai Demokrat dalam mendulang suara sangat penting untuk diteliti factor-faktor pendukungnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “ Bagaimanakah pencitraan dan komunikasi politik Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif tahun 2009?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencitraan dan komunikasi politik Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif tahun 2009.


(23)

6 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan Sosiologi Politik terkait dengan perilaku pemilih dalam Pemilu Legislatif.

2. Manfaat Praktis

Hasil peneltian ini dapat menjadi masukan bagi semua partai politik di Kabupaten Gresik tentang langkah apa yang diperlukan untuk mengambil dan mempertahankan simpati masyarakat sehingga suaranya pada pemilu 2014 tetap bertahan atau bahkan mengalami peningkatan. Selain itu penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi partai politik.


(24)

(1)

dikembangkan. Karena itu bisa dikatakan bahwa kegagalan sekaligus keberhasilan suatu pemerintahan dalam melayani dan memakmurkan rakyatnya adalah kegagalan dan keberhasilan partai politik menjalankan fungsinya secara efektif.

Meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir dan berkembang untuk menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah dipihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Oleh karena itulah, di negara-negara berkembang umumnya partai politik sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. Pentingnya partai politik dalam mencapai tujuan-tujuan politik, dikatakan oleh Richard M. Merelman dengan, ”politisi modern tanpa partai politik sama dengan ikan yang berada di luar air” (Duverger, 1981 : v)

Mempertegas pentingnya keberadaan partai dalam proses politik, secara lebih elaboratif Miriam Budiharjo (2004 : 163-164) memaparkan empat macam fungsi partai politik, yakni : pertama, partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Dalam konteks ini ada yang disebut interest aggregation (penggabungan kepentingan) dan interest articulation (perumusan kepentingan); kedua, partai politik sebagai sarana sosialisasi politik (instrumentof political socialization); ketiga, partai politik sebagai sarana rekruitmen politik, dengan pengertian bahwa partai akan terus aktif mencari anggota (political recruitment); dan keempat, partai politik sebagai sarana conflic management (pengatur konflik).

Di Indonesia, kehidupan partai politik dalam arti sesungguhnya dimulai pasca kemerdekaan, yaitu sejak pemerintah melalui Wakil Presiden, Muhammad Hatta mengeluarkan maklulat Pemerintah No. X tentang pendirian partai politik pada tanggal 3 November 1945. Maklumat tersebut menyatakan bahwa : ”Pemerintah


(2)

menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partaipartai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat” (Irsyam, 2003: 113).

Sejarah politik Indonesia menunjukkan bahwa pada pemilihan umum pertama sejak merdeka dapat dilaksanakan pada tahun 1955. Pada pemilu itu diperoleh suara sah sebanyak 37.785.298 suara yang memperebutkan 257 kursi parlemen. Adapun sebaran perolehan suara pada pemilu itu tergambar sebagai berikut (Komarudin, 2003: 21):

1. PNI memperoleh 8.434.653 suara (22,3 %) dengan 57 kursi. 2. Masyumi memperoleh 7.903.886 suara (20,9 %) dengan 57 kursi 3. Numemperoleh 6.955.141 suara (18,4 %) dengan 45 kursi 4. PKI memperoleh 6.176.913 suara (16,4 %) dengan 39 kursi

5. Partai lainnya memperoleh 8.314.705 suara ( 22,0 %) dengan 59 kursi

Secara teoritis, hasil pemilu 1955 merupakan frame of reference tentang konfigurasi ”papan catur” politik Indonesia (Kamarudin, 2003 : 21) yang diwarnai dengan kuatnya nuansa politik aliran. Fenomena yang sangat menonjol adalah pengelompokkan politik terjadi menurut kesamaan orientasi budaya, yaitu ikatan sekelompok orang kepada dominant culture dalam kelompoknya (Geertz, 1981).

Empat partai politik tersebar yang memenangkan Pemilu 1955 sebagaimana tergambar di atas, maka pendukung PNI pada umumnya adalah golongan priyayi, pemilih NU dan Masyumi mayoritas adalah santri, sedangkan PKI merupakan tempat berkumpulnya kelompok abangan. Hasil pemilu pertama sejak Indonesia merdeka tersebut, menghasilkan kesimpulan penting di kalangan para peneliti, bahwa tumbuh dan berkembangnya partai politik di Indonesia sangat diwarnai oleh politik aliran.


(3)

Iklim demokrasi tidak sebaik Pemilu 1955, nuansa politik aliran masih tetap mewarnai pada dua kali pemilu pertama masa orde baru; pemilu 1971 dan 1977 walaupun sudah melemah akibat intervensi negara yang demikian kuat. Adapun pemilu-pemilu berikutnya masa orde baru; 1982, 1987, 1992, dan 1997, jauh dari suasana demokratis, sehingga pemilu hanyalah ”seremonial” rutin lima tahunan untuk memenuhi kepatutan agar disebut sebagai negara demokrasi.

Kejatuhan rejim otoriter Orde Baru, 1998, kembali membuka peluang bagi partai politik untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, maka tidak kurang dari 169 partai lahir dalam waktu singkat. Sesudah dilakukan proses verifikasi, 48 partai politik dinyatakan lulus seleksi untuk mengikuti pemilu (Koirudin, 2004 : 52). Iklim demokratis yang tumbuh kembali pasca kejatuhan Orde Baru memberi peluang kembali lahirnya nuansa politik aliran sebagaimana pemilu 1955. Oleh karena itu wacana yang kembali mengemuka seiring dengan munculnya partai-partai berbasis agama, suku, dan golongan adalah kebangkitan kembali politik aliran. Dari 48 partai peserta pemilu 1999, terdapat 20 partai atas dasar agama (Islam), dan 28 partai politik non agama (sekuler). Kalau pada tahun 1955, partai yang berbasis Islam dibandingkan dengan partai non agama hampir berimbang, maka pada pemilu 1999 perolehan suara partai Islam jauh di bawah partai sekuler, hal ini tidak bisa dipisahkan dengan gejala politik yang terjadi di luar jawa, yang dulu menjadi basis Masyumi, pada pemilu 1999 menjadi basis Partai Golkar. Pada Pemilu 2004 jumlah kontestan mengalami penurunan, yaitu 24 partai politik dengan komposisi 8 partai Islam, dan 14 partai sekuler.

Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang pada pemilu 2009 dimenangkan oleh PKB dengan perolehan 100.670 suara (18,29 %) dengan perolehan kursi di DPRD kabupaten Gresik sebanyak 10 kursi (20 %).


(4)

Peringkat kedua diduduki Partai Demokrat dengan perolehan 76.430 suara (13,88%) dengan perolehan kursi di DPRD Kabupaten Gresik sebanyak 8 kursi (16 %). Dilihat dari kesadaran beragama, Gresik secara mayoritas, meminjam instilah Geertz, masuk kategori santri, karena mereka umumnya taat dalam menjalankan perintah agama. Sepanjang pemilu masa Orde Baru sebanyak 6 kali selalu dimenangkan oleh Golkar, sedangkan pada pemilu 1999 dimenangkan oleh PKB. Adapun pada Pemilu 2009, yang diikuti oleh 44 kontestan partai Partai Demokrat menduduki peringkat kedua dengan perolehan suara yang sangat signifikan. Pemilu Legislatif tahun 2009, Partai Demokrat memperoleh suara yang cukup signifikan, padahal Partai Demokrat tergolong sebagai partai pendatang baru, sehingga kemampuan Partai Demokrat dalam mendulang suara sangat penting untuk diteliti factor-faktor pendukungnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu “ Bagaimanakah pencitraan dan komunikasi politik Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif tahun 2009?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencitraan dan komunikasi politik Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif tahun 2009.


(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan Sosiologi Politik terkait dengan perilaku pemilih dalam Pemilu Legislatif.

2. Manfaat Praktis

Hasil peneltian ini dapat menjadi masukan bagi semua partai politik di Kabupaten Gresik tentang langkah apa yang diperlukan untuk mengambil dan mempertahankan simpati masyarakat sehingga suaranya pada pemilu 2014 tetap bertahan atau bahkan mengalami peningkatan. Selain itu penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi partai politik.


(6)