Perbandingan kinerja keuangan bank Konvensional dan bank syariah Tahun 2010-2016 - Perbanas Institutional Repository

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Peran dunia perbankan di Indonesia sangat penting dan sangat mempengaruhi dalam perekonomian di Indonesia. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki pengaruh dan tugas penting didalam perekonomian di uatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Hal itu dikarenakan perbankan adalah salah satu dari sistem keuangan yang memiliki fungsi sebagai Financial

  

Intermediary, yaitu suatu lembaga yang mempunyai peran untuk mempertemukan

  antara pemilik dan yang membutuhkan dana. Oleh sebab itu, kegiatan bank ataupun sistemnya harus sejalan secara efisien pada skala mikro maupun makro.

  Jika kegiatan bank tidak sesuai dengan aturan yang ada, hal itu akan membuat kerugian untuk negara. Dana hasil gerakan masyarakat yang dibagikan pada banyak sektor ekonomi dan keseluruhan area yang membutuhkan, secara tepat dan cepat.

  Bank sebagai sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan transparansi atau pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan (Gunawan dan Dewi, 2003).

  Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran Kasmir (2009:25).

  Bank konvensional memiliki pengertian yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan. Bank konvensional dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil.

  Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk- produk untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro. Seperti menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek, dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat berharga.

  Dekade ini, Indonesia membiayai peluncuran sistem keuangan Islam dalam rangka untuk mengakomodasi orang-orang Indonesia yang mayoritas nya adalah muslim. (Wijaya 2008) menjelaskan bahwa sistem keuangan Islam di Indonesia telah diperluas ke pasar modal, asuransi, hipotek, tabungan dan lembaga pinjaman, bank. Pemerintah melakukan langkah strategis pengembangan untuk membuka cabang Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu konversi bank konvensional menjadi bank syariah (Antonio 2001). Namun, selama periode 1992-1998 (Aziz 2009) mengkritik hanya ada satu Bank Umum Syariah (BUS) sebagai pelaku industri perbankan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Hal ini disebabkan selama enam tahun beroperasi praktis tidak ada regulator lain yang mendukung sistem Perbankan Islam. Strategi ini juga merupakan respon dan inisiatif dari perubahan dalam Undang-Undang Perbankan No.10/1998 sebagai pengganti UU No.7/1992, yang secara tegas. Sistem Perbankan Islam diposisikan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional. Pada tahun 2008 Pemerintah menerbitkan UU No.21/2008 Perbankan Islam, yang diharapkan untuk memberikan dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan Perbankan Islam di Indonesia sehingga sama dan sejajar dengan bank konvensional. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undangundang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah N0 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip Bagi Hasil.

  Karakteristik dasar dari perbankan syariah yang antara lain melarang penerapan riba dan melarang transaksi yang didasarkan pada motif spekulasi, membuat bank syariah diidentikan sebagai lembaga pembiayaan yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompetitif bagi bank syariah. Operasional bank syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil ini ternyata menjadi solusi terhadap wabah penyakit negative bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi atas kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah dibandingkan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di bank).

  Bank syariah pertama kali muncul pada tahun 1963 dalam bentuk bank tabungan pedesan di kota kecil Mit Ghamr, Mesir. Percobaan berikutnya terjadi di Pakistan pada tahun 1965 dalam bentuk bank koperasi. Setelah itu, gerakan bank syariah mulai hidup kembali pada pertengahan tahun 1970-an.

  Bank syariah merupakan sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya.

  Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja (Antonio 2001).

  Terdapat perbedaan yang sangat mendasar di antara keduanya yaitu dalam bank syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi perbankan syariah yang melarang riba dan melarang transaksi yang bermotif spekulasi, membuat bank syariah diidentikkan sebagai lembaga pembiayaanyang memiliki keterkaitan erat dengan sektor riil, dan hal inilah yang menjadi keunggulan kompetitif bagi bank syariah.

  Baik bank syariah maupun bank konvensional sama-sama memberikan keuntungan bagi nasabahnya. Hanya saja pemberian keuntungan kedua bank ini berbeda bentuk. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Konvensional merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan memberi keuntungan berupa suku bunga kepada nasabahnya.

  Sementara itu, dalam Bank Syariah, pemberian suku bunga sama sekali dihindarkan. Pada umumnya, masyarakat melihat kinerja antara bank konvensional dan bank Syariah berbeda secara pembagian hasil dan keuntungannya yang dimana bank Syariah menerapkan sistem bagi hasil yang sesuai dengan syariat Islam.

  Adanya persaingan yang terjadi antara bank syariah dan bank konvensional tidak dapat dihindari, hal ini membawa dampak yang positif dan negatif bagi perkembangan dari bank syariah maupun bank konvensional itu sendiri. Dampak positifnya yaitu memotivasi agar bank saling berlomba dan berpacu menjadi yang terbaik. Dampak negatifnya adalah terjadinya kekalahan didalam persaingan yang dapat menghambat laju perkembangan sebuah bank yang bersangkutan. Kondisi seperti ini akan memberikan kerugian yang besar bagi bank, bahkan bisa juga menyebabkan kebangkrutan. Bank-bank yang termasuk dalam persaingan ini akan

  Rasio keuangan untuk mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan menghitung capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio. Rasio Rentabilitas dapat diketahui dengan menghitung return on asset (ROA), dan

  

loanto deposit (LDR) .Loan to deposit ratio (LDR) dalam perbankan syariah biasa

disebut financing to deposit ratio (FDR).

  a.

  Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan penilaian terhadap aspek permodalan suatu bank untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Manfaat dari Capital Adequacy Ratio

  (CAR) adalah untuk indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi

  penurunan aktiva sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

  b.

  Return On Assets (ROA) yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan seluruh modal. Manfaatnya adalah untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.

  c.

  Loan Deposit Ratio (LDR)yaitu rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.

  LDR di gunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi

  jumlah kredit dengan jumlah dana. Manfaatadalah sebagai indikator penilaian

  tingkat kesehatan bank dan juga untuk menilai strategi manajemen sebuah bank.Financing to Deposit Ratio digunakan untuk bank syariah dan Loan

  Deposit Ratio untuk bank umum.

  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH PADA TAHUN 2010-2016

  ”

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

  

“Apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan Bank Syariah dengan

Bank Konvensional padatahun 2010-2016?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui perbedaankinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank UmumKonvensional untuk masing-masing rasio keuangan.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1.

  Bagi penulis, dapat digunakan untuk menambah ilmu mengenai perbedaan kinerja keuangan bank konvensional dan bank syariah.

  2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya. Sekaligus bisa untuk memperbaiki apabila Bank Syariah tersebut memiliki kelemahan atau kekurangan.

  3. Bagi Bank konvensional, sebagai bahan acuan atau pertimbangan untuk membentuk suatu unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi menjadi Bank

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

  Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka akan dibagi dalam beberapa bab yang disusun secara sistematis dengan uaraian sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan mengenai teori dan hasil penelitian sebelumnya yang akan menguraikan tentang perbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini sebagai dasar pengembangan hipotesis, landasan teori yaitu dasar- dasar teori yang digunakan, kerangka pemikiran suatu penelitian, dan hipotesis penelitian.

  BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai produk atau cara untuk mengetahui sesuatu dalam penelitian dengan menggunakan langkah-langkah seperti, rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, danteknik analisis data.

  BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

  Bab ini secara garis besar menjelaskan tentang gambaran subyek penelitian, menganalisis data dan mencakup analisis deskriptif dan pengujian hipotesis.

  BAB V PENUTUP Bab ini akan menjelaskan tentang kesimpulan mengenai analisis data dan hasil dari penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran tentang hasil penelitian.