Analisis pengaruh kinerja keuangan bank terhadap simpanan musharabah perbankan syariah di Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK

TERHADAP SIMPANAN

MUDHARABAH

PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

(

Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia

)

SKRIPSI

Oleh:

Nur Hakimah

NIM: 104081002512

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK

TERHADAP SIMPANAN

MUDHARABAH

PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh Nur Hakimah NIM : 104081002512

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini LC, M,Si NIP. 196902032001121003 NIP. 19770122200312.1.00

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK

TERHADAP SIMPANAN

MUDHARABAH

PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh

Nur Hakimah NIM : 104081002512

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini, LC, M.Si NIP. 196902032001121003 NIP. 19770122200312.1.00

Penguji Ahli

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Hari ini Kamis Sembilan Belas Maret Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif, atas nama Nur Hakimah NIM: 104081002512 dengan judul skripsi

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK

TERHADAP

SIMPANAN

MUDHARABAH

PERBANKAN

SYARIAH DI INDONESIA

”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Maret 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Indoyama Nasarudin, SE, MAB

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Nur Hakimah

Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 8 Maret 1985

Alamat : Jl. Blok Masjid RT.01/04 NO.1 Pondok Aren

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Telepon : 085692280172 / 02194688358

Email/FS/FB : chiqu_uchiel@yahoo.com

Hobi : Membaca novel, memasak, menyanyi, menulis

Warna Favorit : Biru

Cita-cita : Penulis buku, khairunnaas ‘anfa’uhum linnaas.

II. PENDIDIKAN FORMAL

Madrasah Ibtidaiyah Maraqil Falah Tangerang 1991-1997

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta La Tansa Lebak Banten 1997-2000 Sekolah Menengah Umum Swasta La Tansa Lebak Banten 2000-2003 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2004-2009

III. PENGALAMAN ORGANISASI

Pengurus Konsulat Tangerang Pondok Pesantren La tansa Banten 2002-2003 Pengurus Osis Divisi I Pondok Pesantren La Tansa Banten 2002-2003 Panitia Studi Banding Gontor-Ponorogo Jawa Timur 2002-2003 Jaringan Pendidikan Pemilu Rakyat Banten (JPPR) 2007

IV. PENDIDIKAN NON FORMAL

Kursus Bahasa Inggris SLTP La Tansa 1997

Pelatihan Jurnalistik Harian Republika Jakarta 2001

Pelatihan Metode Iqra Pondok Pesantren La Tansa 2002 Training of Operational Bangking Simultan FEIS UIN Jakarta 2007

Kursus Bahasa Inggris ILP Ciputat 2009


(6)

ABSTRACT

The objective of this research to know financial performance the relationship Bank Syariah sharing saving and deposit of mudharabah by using Bank Muamalat Indonesia as research object.

The test in this research uses of mudharabah as dependent variable and financial ratio those are ROE, CAR, FDR, BOPO, and NPF as its independent variable. This ratio is as financial ratios which used consistenly by research of info bank in assessing and rating banking of national. Data which is used in this research is annual financial statement of publication of PT Bank Muamalat Indonesia Tbk for year 2005-2007.

By using analyzer of SPSS 16.0 for windows model multiple regression, correlation and path analysis.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan bank syariah dan simpana mudharabah yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia sebagai objek penelitian

Uji pada penelitian ini yaitu Simpanan Mudharabah sebagai variable dependen, dan rasio-rasio keuangan bank seperti ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF sebagai variabel independen. Rasio keuangan bank ini diperoleh dan digunakan secara konsisiten sebagai penelitian atau info bagi perbankan nasional. Data yang digunakan adalah laporan keuangan bank yang dipublikasikan oleh Bank Muamalata Indonesia Tbk pada periode 2005 sampai 2007.

Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan Windows SPSS 16.0 dengan model Regresi berganda, korelasi dan Uji path analisis.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karunia dan pancaran cahaya ilmu-Nya, keMaha Agungnya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita akhiirul anbiyaa, manusia paling sempurna, Nabi Muhammad saw, yang membawa umat manusia kepada penyempurnaan akhlak.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis telah mendapatkan begitu banyak bantuan baik berupa moril maupun materil, motivasi, bimbingan, petunjuk maupun sarana dan prasarana dari berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tersayang H. Muhidir, setiap kata-katanya adalah nasihat, setiap perilakunya adalah tauladan, diamnya adalah kesabaran. Terima kasih telah menjadi ayah terhebat di seluruh dunia. Terima kasih atas peluh dan kerja kerasnya, tetesan air mata dan doa di sujud-sujud malamnya. Ibunda terkasih HJ. Sumiyati, setiap kerja kerasnya adalah motivasi bagi ananda, terima kasih atas segala curahan doa dan kasih sayangnya, yang selalu mengantarkan makanan dan minuman ketika penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, love you mom, so much. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya, selalu memberikan kesehatan dan umur panjang untuk mereka. 2. Untuk keluarga tersayang, terima kasih untuk kedua abangku, Bang omat dan

Bang Yoyon atas semua doa dan motivasinya. Untuk my lovely sister K Mut, terima kasih untuk segala dukungannya, doa-doanya, kasih sayang dan candanya, tempat berbagi dalam suka dan duka. Teruntuk adik-adikku Jamal dan Sahal, terima kasih untuk motivasinya ya, lebih giat lagi belajarnya. Dan kupersembahkan untuk kedua nenekku, terima kasih atas doa-doa, dan kasih sayangnya selamanya ini.


(9)

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan FEIS UIN Jakarta semoga karunia Allah senantiasa dilimpahkan kepada bapak. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keselamatan agar daapt menjalankan Amanah yang bapak pegang dengan sebaik-baiknya. Amin.

4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku kajur FEIS UIN Jakarta.

5. Bapak prof. Dr. Ahmad Rodoni, dan Bapak Arief Mufraini Lc, M.Si yang telah memberikan pengarahan dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk penyelesaian skripsi ini. Semoga ilmu yang bapak berikan bermanfaat untuk kita semua.

6. Seluruh civitas akademika dan dosen FEIS yang telah sabar dan ikhlas mengajarkan ilmunya dan berbagi pengalaman.

7. Kepada semua Staff FEIS terima kasih atas kerja sama dan jasa-jasanya. Pak Bambang yang lucu dan baik hati, Bu Siska, Bu Lili, Pak Rahmat yang baik banget, yang begitu dengan sabarnya melayani segala kebutuhan saya di akademik, terimakasih juga buat Pak Sugeng dan Bu Umi atas kesabarannya untuk mengurus perbaikan nilai-nilai saya, Para OB, terima kasih sudah dengan ikhlas dan sabar membersihakan lingkungan fakultas, semoga menjadi amal. Pak Ali si penjaga perpustakaan, maaf ya pak suka telat ngembaliin bukunya.

8. Untuk Dyah, terima kasih atas semua motivasi dan dukungannya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih udah dengan sabar ngajarin cara ngolah data dan sebagainya. Untuk Tante Suprapti dan Om Hartana yang selalu memberikan motivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang sudah sering diganggu waktu istirahatnya,maaf ya om, tante. Untuk Sugih, teman sekaligus guru bagi penulis, yang dengan sabarnya berbagi ilmu, menjelaskan hal-hal yang penulis tidak pahami dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah yang akan membalas kebaikan dan ketulusan hati kalian.

9. Teruntuk seseorang yang sudah mengisi dan menemani hari-hariku menjadi lebih berwarna Andreas Nurwidodo Hartono, terima kasih atas segala doa, bantuan dan motivasinya.


(10)

10.Untuk sahabat-sahabat Manajemen C Nisa si narsis imut yang baik hati, Vivi bu guru yang penyabar, Eko si wonder woman, Pani si sunda tea, Kania yang ceria, Umi yang betawi abis, Leni yang ga ada kabarnya, Isna for a yellow day when i met U, untuk hari-hari yang sudah dilalui dalam suka dan duka, Tia untuk semua sharing, motivasi, bantuan, kostannya, untuk segala macam bantuan yang selalu diberikan kepada penulis, untuk cerita-ceritanya yang selalu diulang-ulang, hehehe, terima kasih banyak kawan. Rahman, Oka, Ikin, Redy, Miftah, Abdul, Roby, Ahmad, Imam, Arief, Denis dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.

11.Teman-teman Manajemen Perbankan angkatan 2004, Miftah, Mail, Badai, Opik, Gita, Nila, Ima dan yang lain-lain, semoga ilmu kita dapat bermanfaat untuk kita dan orang lain. Semoga kita menjadi bankir-bankir selanjutnya, amin.

12.Teman-teman seperjuangan Kompre, Nafi, Nanin, Tia, Dyah, Oka, Rahman mudah-mudahan ilmu yang sudah didapat tidak hilang begitu saja, bisa bermanfaat untuk kita dan orang lain di kemudian hari, amin.

13.Untuk Mas Day dan Tia, terima kasih banyak atas bantuannya selama ini, yang sudah dengan rela kostannya dimonopoli, dipinjemin komputernya seharian buat revisi, udah mau ngeditin photo buat daftar sidang, hehehe.. 14.Sahabat-sahabatku Genk Tempe Hilmi, Yuli, K Barkah, seluruh teman-teman

Scientist dan Ankabut, terima kasih banyak untuk tidak bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 15.Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak. Amin..

Jakarta, Juni 2009

Nur Hakimah


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 14

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Definisi Bank dan Bank Umum ... 17

1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional... 21

2. Prinsip Operasional Perbankan Syariah... 23

B. Pengertian Kinerja... 24

C. Pengertian Mudharabah... 29

1. Rukun Mudharabah... 30

2. Simpanan Mudharabah... 33

3. Kontrak Al Mudharabah... 34


(12)

E. Penelitian Terdahulu... 39

1. Penelitian Kiagus Andi (2005)... 39

2. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003) ... 40

3. Superadmin (2007) ... 41

F. Kerangka Berpikir ... 42

G. Hipotesa Penelitian... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Metode penentuan Sampel... 46

C. Metode Pengumpulan Data... 47

D. Metode Analisis Data ... 47

1. Deskripsi Data Penelitian... 47

2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur (Path Analisys) ... 49

E. Operasional Variabel ... 54

1. Variabel Dependen ... 55

2. Variabel Independen... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

A. Sekilas Gambaran Umum Tentang Bank Muamalat Indonesia... 58

1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia ... 58

2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Tbk ... 60

B. Hasil dan Pembahasan... 60

1. Deskripsi Data Penelitian... 60


(13)

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Keterbatasan... 84

C. Implikasi ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah ... 11

1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga ... 13

1.3 Perkembangan Jenis-jenis Pembiayaan ... 13

2.1 Perbedaan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional... 22

2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional... 22

4.1 Uji Koefisien Determinasi ... 69

4.2 Uji F ... 71

4.3 Uji T... 73


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Al Mudharabah... 36

2.2 Diagram Kemitraan Bank Syariah ... 37

2.3 Kerangka berpikir ... 43

3.1 Model Diagram Jalur ... 50

3.2 Diagram Jalur ... 51

4.1 Data Simpanan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ... 62

4.2 Data ROE Bank Muamalat Indonesia 2005-2007... 62

4.3 Data CAR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007... 63

4.4 Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ... 64

4.5 Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ... 64

4.6 Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ... 65

4.7 Model Diagram Jalur berdasarkan Paradigma ... 67

4.8 Diagram Jalur ... 68


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Mentah ... 89 2 Hasil Output SPSS Uji Regresi Berganda... 95 3 Hasil Output SPSS Uji Korelasi ... 97


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam membolehkan semua bentuk transaksi yang adil, jujur, benar, dan dapat mewujudkan kemaslahatan umat manusia, sebaliknya melarang bentuk transaksi yang mengandung unsur penipuan, kedzaliman, eksploitasi, merusak dan merugikan.

Karenanya, Islam telah menggariskan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi, terutama yang berkaitan dengan etika-moral (akhlak). Islam adalah agama yang semua ajarannya terkait dengan tujuan utusannya yaitu Muhamad untuk menyempurnakan akhlak.

Islam selalu mengkaitkan akhlak dengan keimanan seseorang. Tidaklah seseorang itu dianggap beriman jika ia tidak amanah, tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan, berzina, mencuri, minum, memutuskan hubungan silaturahmi, menyakiti hati tetangga, dan tidak bisa berkata benar. Karenanya, seluruh ajaran Islam tidak bisa terlepas dari nilai moral, tanpa kecuali masalah-masalah yang terkait dengan perekonomian.

Berdirinya IDB (Islamic Development Bank) pada sidang menteri keuangan di Jeddah tahun 1975, menjadi titik awal gagasan pendirian bank-bank syariah di berbagai negara. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki (Antonio, 2001:21).


(18)

Berkembangnya bank syariah di kancah internasional, memberi pengaruh bagi pengembangan bank syariah di Indonesia. Mengingat Indonesia berpenduduk 88% muslim (Sensus Penduduk, 2000), maka pantaslah bila awal pendiriannya kental dengan peluang captive market yang dimiliki Indonesia.

Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri jejaknya sejak tahun 1988 di saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, tanggal 19-22 Agustus 1990, kemudian diikuti dengan undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan, maka Bank Muamalat Indonesia merupakan bank umum syariah pertama yang beroperasi di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan syariah. Namun demikian, adanya kedua jenis bank tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh Karen itu, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Maal wa Tamwil (BMT) (Zainul Arifin, 2008:26).

Ketergantungan sistem perekonomian terhadap perbankan telah demikian besar, sehingga hampir mustahil untuk mengabaikan peran perbankan dalam kegiatan ekonomi suatu bangsa. Persoalan yang masih


(19)

menjadi perdebatan adalah bagaimana keabsahan sistem perbankan tersebut (terutama penerapan sistem bunga jika dikaitkan dengan ajaran agama Islam). Untuk itu, keberadaan bank syariah patut dilihat sebagai sebuah upaya menerapkan kegiatan perbankan yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama.

PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di Indonesia yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dengan landasan operasi berbasis bagi hasil (profit sharing), di bawah Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Hingga kini bank syariah telah berkembang pesat, dan sekitar tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Melalui sistem syariah penghimpunan dananya mengalami peningkatan 52% pertahun dan ini melebihi perbankan dengan sistem konvensional. Tidak kurang dari 176 bank syariah telah beroperasi (Jurnal Manajemen Gajayana, 2004).

Atas pertimbangan itu, sudah saatnya kalangan perbankan syariah memberikan perhatian lebih pada pola pembiyaan selain murabahah, yaitu dengan meningkatkan prosentase pembiyaan melalui skema mudharabah dan

musyarakah. Perbankan syariah membutuhkan suatu investment modes yang berdasarkan pada risk-return modes. Untuk menghindari kerugian, maka bank syariah perlu melakukan beberapa langkah, yaitu: diversifikasi portofolio evaluasi mendalam dan hati-hati terhadap proyek yang akan dibiayai; dan menelusuri dan menganalisis latar belakang nasabah yang akan mendapatkan pembiayaan.


(20)

Ada beberapa dampak yang timbul dari peningkatan prosentase pembiayaan melalui pola mudharabah dan musyarakah. Pertama, akan menggairahkan sektor riil. Investasi akan meningkat, yang disertai dengan pembukaan lapangan kerja baru. Akibatnya tingkat pengangguran akan dapat dikurangi dan pendapatan masyarakat akan bertambah. Kedua, ditinjau dari sisi nasabah. Nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan mendepositokan dananya pada bank syariah atau pada bank konvensional. Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return

yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional, dimana selama ini fakta telah membuktikan, bahwa ternyata rate of return bank syariah lebih tinggi bila dibandingkan dengan

interest rate yang berlaku pada bank konvensional. Sehingga ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah (Ma’ruf Amin, 2007).

Dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem dan prinsip perbankan syariah maka dirasa perlu untuk melaksanakakn kegiatan sosialisasi perbankan syariah kepada kalangan masyarakat umum dengan memberikan informasi yang efektif mengenai keberadaan dan eksistensi perbankan syariah.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan. Untuk menggunakan suatu barang/jasa setiap individu dipengaruhi oleh banyak hal, terutama lingkungannya, seperti budaya (culture), keluarga (family), kelas social (social class), dan kelompok referensi (refence groups).

Tahun 2006 merupakan tahun yang penuh dinamika bagi industri perbankan syariah. Sebagai bagian dari perekonomian nasional, dinamika


(21)

ekonomi yang berkembang khususnya di sektor riil mempengaruhi perkembangan perbankan syariah. Kondisi perekonomian yang pada awal 2006 masih sangat kuat dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan BBM tahun 2005, yang ditandai dengan tingginya inflasi dan suku bunga, kenaikan biaya produksi serta melemahnya daya beli masyarakat, menciptakan iklim yang kurang kondusif pada dunia usaha termasuk perbankan syariah. Namun sejalan dengan kestabilan makro yang semakin meningkat, pada semester kedua 2006 ekspansi perekonomian secara lebih luas mulai terlihat, sehingga kinerja industri perbankan syariah kembali menemukan momentumnya, ditandai dengan pertumbuhan volume usaha yang tinggi. Dinamika industri yang terjadi menyebabkan sejumlah indikator kinerja seperti pertumbuhan dana pihak ketiga, pembiayaan dan profitabilitas menunjukkan perbaikan dibanding tahun sebelumnya, namun sebaliknya indikator seperti tingkat risiko portofolio pembiayaan dan kecukupan modal mengalami penurunan meskipun masih dalam koridor kehati-hatian yang dipersyaratkan.

Terlepas dari dinamika keuangan yang terjadi, perkembangan perbankan syariah pada 2006 memberikan sejumlah indikasi positif ditinjau dari kemajuan pencapaian visi pengembangan yang ditetapkan. Meningkatnya share industri perbankan syariah dari 1,4% menjadi 1,6% yang diikuti dengan pelaksanaan fungsi intermediasi secara optimal yang ditunjukkan rasio financing to deposit (FDR) sebesar 98,9% memberikan harapan terpeliharanya keberpihakan perbankan dalam mendorong sektor riil


(22)

sebagai basis perekonomian nasional.Dengan pendekatan nilai dan karakteristik operasional yang berbeda, kontribusi tersebut lebih jauh lagi diyakini juga memberikan kemanfaatan dalam hal pembangunan sosial kemasyarakatan. Pada periode laporan, kemanfaatan dimaksud secara nyata diwujudkan melalui berbagai aktivitas dalam kerangka program perbankan syariah peduli umat. Kebijakan yang ditempuh dalam pengem- bangan perbankan syariah secara umum mengacu pada cetak biru pengembangan perbankan syariah yang pada tahun 2006 difokuskan pada upaya memperkuat struktur industri sebagai bagian dari tahap kedua implementasi cetak biru. Selain itu kebijakan yang ditempuh juga diarahkan untuk mengantisipasi tantangan maupun dinamika yang dihadapi perbankan syariah guna mempertahankan momentum pertumbuhannya.

Selama tahun 2006 jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebanyak 1 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 13 BPRS. Secara industri pada akhir 2005 terdapat 3 Bank Umum Syariah (BUS), 20 UUS dan 105 BPRS. Sejalan peningkatan tersebut, jaringan kantor bank syariah (termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah) juga mengalami peningkatan sebanyak 40 kantor sehingga menjadi 636 kantor pada akhir tahun 2006.

Selama tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp5,8 triliun sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp26,7 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset


(23)

perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir tahun 2005 menjadi 1,6% pada akhir 2006.Di sisi penghimpunan dana, perkembangan DPK perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan semakin menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Pertumbuhan DPK perbankan syariah mengalami tekanan dalam kondisi suku bunga perbankan yang tinggi di awal 2006, namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak semester kedua, DPK yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7%, atau lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%. Peningkatan tersebut menyebabkan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional meningkat dari 1,4% (2005) menjadi 1,6 %. pembiayaan masih berjalan optimal, dengan laju pertumbuhan sebesar 34,2% atau melebihi baik laju pertumbuhan DPK yang dihimpun sepanjang 2006 maupun laju pertumbuhan pembiayaan pada tahun sebelumnya. Ditengah kondisi perbankan nasional yang masih menghadapi berbagai kendala dalam upaya meningkatkan penyaluran dana ke berbagai sektor produksi, perkembangan pembiayaan dimaksud menjadi sangat berarti dan mampu mengangkat pangsa pembiayaan perbankan syariah pada skala nasional dari 2,2% pada tahun 2005 menjadi 2,6% pada tahun laporan. Pertumbuhan pembiayaan yang masih cukup tinggi dalam kondisi sektor riil yang belum kondusif, berdampak pada meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah (non performing financing)


(24)

yang dihadapi perbankan syariah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas pembiayaan bank syariah sebagaimana tercermin dari rasio NPF (gross) perbankan syariah yang meningkat hingga mencapai 4,8% pada posisi akhir 2006.

Akhir 2006 memberikan catatan fantastik tentang keunggulan sistem Perbankan Islam yang merupakan salah satu aspek penting syariat islam dalam bidang ekonomi di banding perbankan konvensional. Hal ini terlihat dari perbandingan beberapa aspek performance operasi sistem perbankan meliputi

Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF), Financing/Loan to Deposits Ratio (FDR/LDR), simpanan bank di SBI atau SWBI, dan kinerjanya dalam menggerakkan sektor riil.

Rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap dana pihak ketiga (financing to deposits ratio atau FDR) juga tinggi, sebesar 111% lebih dibanding perbankan nasional yang hanya sekitar 62%. Apa artinya? Perbankan syariah secara sempurna mengemban fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Dari 100% dana yang dikumpulkannya dari pihak ketiga, semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan kepada sektor riil. Bahkan tidak cukup itu, sebanyak 11% dari pembiayaan itu didanai dari modal mereka sendiri. Beban yang ditimbulkan bank syariah karena penempatan dana dalam bentuk Sertifikat Wadiah BI (SWBI) juga sangat kecil. Artinya, beban yang dipikul BI juga ringan (http://Alihozi77.blogspot.com).

Industri perbankan syariah pada tahun 2007 diperkirakan akan kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan. Perkiraan tersebut didukung adanya


(25)

ekspektasi penguatan sisi permintaan yang berasal dari meningkatnya daya beli masyarakat maupun perbaikan ekonomi secara umum. Arah pergerakan suku bunga yang diperkirakan semakin kondusif sebagai respon terhadap perkembangan yang positif pada sisi makro, juga akan berimplikasi pada meningkatnya daya saing produk penghimpunan dana perbankan syariah. Kebutuhan akan pembiayaan usaha dari perbankan akan turut meningkat sejalan dengan membaiknya kondisi permintaan dan menurunnya risiko usaha, yang akan berdampak pada terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi perbankan syariah untuk merealisasikan potensi pertumbuhannya. Disamping itu, keyakinan terhadap membaiknya prospek industri juga tercermin dari ditetapkannya target pertumbuhan yang sangat signifikan oleh beberapa bank syariah. Peningkatan target tersebut juga merupakan wujud partisipasi perbankan dalam program percepatan pengembangan industri untuk mencapai target indikatif pangsa pasar di 2008.

Sebagai satu industri yang baru berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang relatif cepat, telah terjadi kecenderungan semakin meningkatnya minat pelaku perbankan untuk masuk kedalam industri perbankan syariah. Hal ini ditandai dengan bertumbuhnya bank-bank baru yang masuk kedalam industri perbankan syariah selama tahun 2006. Pada tahun 2006, Bank Indonesia telah mengeluarkan 1 izin usaha pembukaan Unit Usaha Syariah baru, 9 izin usaha pendirian BPR Syariah, 4 izin konversi BPR konvensional menjadi BPR Syariah, serta perizinan akuisisi 2 BPR Syariah. Dari sisi ekspansi usaha, telah dikeluarkan izin pembukaan 20 kantor


(26)

cabang syariah (terdiri dari 9 kantor cabang dari Bank Umum Syariah dan 11 kantor cabang syariah dari Unit Usaha Syariah), 54 persetujuan pembukaan kantor dibawah kantor cabang syariah serta 464 layanan syariah dari unit usaha syariah. Dibanding tahun 2005, terdapat penurunan jumlah pembukaan kantor cabang syariah oleh Unit Usaha Syariah. Pada tahun 2005 izin pembukaan kantor cabang syariah sebanyak 25 kantor cabang syariah sedangkan tahun ini hanya 11 kantor cabang syariah. Hal ini terjadi sebagai dampak dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional yang memberi kemudahan bagi Unit Usaha Syariah untuk memperluas jaringan kantor syariah melalui pembukaan layanan syariah. Sebagian besar Unit Usaha Syariah membuka layanan syariah di kantor-kantor konvensionalnya karena penyebaran jaringan kantor konvensional jauh lebih banyak dan luas, selain itu biaya investasi yang lebih rendah.

Seiring dengan dinamika tersebut, kinerja perbankan syariah khususnya pada paro kedua tahun 2006 kembali menemukan momentumnya. Hingga akhir tahun 2006, pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan syariah meningkat sebesar Rp5,2 triliun dari tahun sebelumnya sehingga mendorong kenaikan rasio Financing to Deposit (FDR) perbankan syariah dari 97,8% pada akhir 2005 menjadi 98,9%. Dalam periode yang sama,


(27)

Kelompok Bank 2002 2003 2004 2005 2006

Bank Umum Syariah 2 2 3 3 3

Unit Usaha Syariah 6 8 15 19 20

BPRS 83 84 86 92 105

Jumlah Kantor BUS & UUS 127 299 401 504 531

Jumlah Layanan Syariah - - - - 456

Sumber: Bank Indonesia

jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun meningkat sebesar Rp5,1 triliun sehingga memberikan indikasi bahwa seluruh dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan oleh perbankan syariah atau dengan kata lain fungsi intermediasi perbankan syariah telah berjalan optimal.

Sejalan dengan bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi, jaringan kantor bank syariah juga mengalami peningkatan yang signifikan. Selama periode laporan, jumlah kantor bank syariah (termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah) bertambah 40 kantor dari 596 kantor pada akhir tahun 2005. Ditinjau dari penyebarannya, jaringan kantor perbankan syariah kini telah menjangkau masyarakat di lebih dari 70 kabupaten/kodya di 31 propinsi. Jumlah tersebut belum termasuk jaringan kantor cabang bank konvensional penyedia layanan syariah (office channeling) sebanyak 456 kantor yang umumnya baru beroperasi pada semester kedua tahun 2006. Hal ini mengindikasikan para pemilik dana masih melihat potensi yang cukup tinggi untuk pengembangan perbankan syariah, khususnya ke wilayah-wilayah potensial di luar ibu kota propinsi.

Tabel 1.1


(28)

Dari sisi penghimpunan dana, perkembangan DPK perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan semakin menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Dalam kondisi suku bunga yang tinggi, daya tarik produk penghimpunan dana perbankan syariah mengalami penurunan secara relatif terhadap produk perbankan konvensional sehingga pertumbuhan PDK pada paruh pertama tahun 2006 mengalami tekanan hingga ke level 5,5% (y-t-d). Namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak paruh kedua tahun 2006, DPK yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7% yang terutama didukung oleh pertumbuhan DPK UUS yang mencapai 80,8%. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%, sehingga mendorong peningkatan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional dari 1,4% menjadi 1,6%.

Struktur DPK perbankan syariah masih didominasi oleh dana investasi tidak terikat, namun menunjukkan kecenderungan bergeser ke arah giro dan tabungan (wadiah maupun mudharabah) yang memiliki maturitas relatif pendek. Hal ini mengindikasikan preferensi likuiditas nasabah perbankan syariah yang cenderung meningkat sepanjang tahun 2006.


(29)

2005 2006 2005 2006 2005 2006

Simpanan Wadiah

Giro 2.045 3.416 26,2 67 13,1 16,5

Tabungan 60 122 35,5 105 0,4 0,6

Lainnya 130 210 379,3 61,6 0,8 1

Investasi Mudharabah

Tabungan 4.181 6.098 31 45,9 26,8 29,5

Deposito 9.166 10.826 31,4 18,1 58,8 52,4

Total 15.582 20.672 31,4 32,7 100 100

Sumber: Bank Indonesia

Pangsa (%) Jumlah (Miliar) Pertumbuhan (%)

Jenis Dana

2005 2006 2005 2006 2005 2006

Musyarakah 1.898 2.335 49,40 23,0 12,5 11,4

Mudharabah 3.124 4.062 51,50 30,0 20,5 19,9

Piutang Murabahah 9.487 12.624 24,20 33,1 62,3 61,7

Piutang Istishna 282 337 (10,00) 19,6 1,8 1,6

Qard 125 250 26,20 100,6 0,8 1,2

Ijarah 316 836 201,80 164,7 2,1 4,1

Total 15.232 20.445 32,6 34,2 100 100

Sumber: Bank Indonesia

Pangsa (%) Jumlah (Miliar) Pertumbuhan (%)

Jenis Pembiayaan

Tabel 1.2

Komposisi Dana Pihak Ketiga

Tabel 1.3

Perkembangan Jenis-jenis Pembiayaan

Dari penjelasan di atas, menjadi penting kini untuk mengetahui pengaruh apa saja yang memotivasi depositor untuk menyimpan dananya di bank syariah, dan mengetahui apa saja yang mempengaruhi besarnya penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia khususnya simpanan mudharabah.


(30)

Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan besarnya simpanan simpanan mudharabah

perbankan syariah di Indonesia, untuk itu penulis mengambil judul :

“ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK

TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Berapa besar CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR mempengaruhi Simpanan Mudharabah?

2. Bagaimana pengaruh CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR terhadap simpanan mudharabah baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun secara gabungan (simultan)?

3. Variabel mana di antara CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR yang paling besar pengaruhnya terhadap simpanan mudharabah?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh CAR, ROE, FDR, BOPO, dan NPF dengan

Simpanan Mudharabah

2. Menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen


(31)

3. Menganalisis seberapa besar variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dan kreatifitas berpikir, serta dapat dijadikan sebagai sarana pembanding dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan penerapannya di dunia kerja.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank-bank syariah di Indonesia, khususnya pada bank Muammalat Indonesia. Hasil penelitian ini merupakan salah satu upaya lebih memahami apa dan bagaimana bank syariah, dan melihat apakah kinerja keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan mudharabah pada bank syariah. Selain itu, kepercayaan nasabah diharapkan dapat meningkat karena rasa keingintahuan nasabah lambat laun akan dapat memahami mekanisme perbankan syariah dari penelitian ini. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian perbankan syariah dalam meningkatkan manajemen dananya.

3. Bagi praktisi

Khususnya dari pihak perbankan syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan dalam mengevaluasi dan menentukan kebijakan perbankan yang


(32)

harus dikembangkan guna meningkatkan partisipasi muslim dalam menyimpan dananya di perbankan syariah, khususnya penghimpunan simpanan mudharabah.

4. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian sejenisnya, pemasyarakatan ilmu ekonomi syariah dan memacu motivasi untuk melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian yang lebih baik.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bank dan Bank Umum

Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan yang dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.

Bank Umum menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsipsyariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan nomor 14 tahun 1967, bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek, sedangkan menurut UU Perbankan nomor 7 tahun 1992, bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua defiinisi tersebut tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan (Ahmad Rodoni, 2006:21)


(34)

Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah deangan UU No. 10 Tahun 1998, yaitu bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat (Ahmad Rodoni, 2006:21).

Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”

(Kasmir, 2005:23).

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah uang.

Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat


(35)

Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit

(lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal (Kasmir, 2005:24).

Pengertian bank yang lain dikemukakan oleh Frederick Mishkin (1994): “Banks are financial institutions that accept money deposits and make loans”. Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan memberikan pinjaman.

Tabungan dari masyarakat di bank akan memberikan manfaat apabila ia digunakan untuk kegiatan produktif (investasi). Apabila tabungan hanya ditimbun tanpa diinvestasikan, maka ia bagaikan “seonggok” harta yang tidak berguna (Karim, 2001:18).

Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia, sebagaimana telah diperingatkan oleh Al Qur’an (At Takasur: 1-2). Islam tidak memberikan insentif terhadap tabungan yang tidak diinvestasikan, namun diberikan insentif untuk melakukan investasi. Konsekuensi logis dari investasi adalah munculnya kemungkinan untung dan rugi.

Tabungan membuat penyimpan dana menangguhkan present consumption untuk future consumption, dan pada umumnya, present consumption lebih disukai, sehingga penundaan konsumsi meminta kompensasi.


(36)

Dalam setiap perekonomian, selalu ada keadaan inflasi dan deflasi. Bila keadaan inflasi menjadi alasan adanya time value of money, seharusnya deflasi menjadi alasan negative time value of money. Ternyata hal ini tidak berlaku. Hanya satu kondisi yang diakomodasi oleh konsep time value of money, yaitu kondisi inflasi sedangkan kondisi deflasi diabaikan.

Ekonomi syariah menolak keadaan yang disebut al ghunmubilaghurmi (gaining return without responsibility for any risk) dan al kharaj biladhaman (gaining income without responsibility for any expenses) itu. Keadaan yang juga ditolak oleh ilmu keuangan berdasarkan prinsip return goes along with risk (Karim, 2001:37).

Dalam ekonomi syariah, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga mu’ajjal (bayar tangguh) dapat dibenarkan karena pertimbangan berikut (Karim, 2001: 38):

1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan

economic value added (nilai tambah ekonomis).

2. Tertahannya hak si penjual yang telah melaksanakan kewajiban dengan menyerahkan barang atau jasa sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.

Discount rate dapat pula digunakan dalam menentukan nisbah bagi hasil. Dalam hal ini, nisbah dikalikan actual return, bukan dengan expected return. Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual-beli atau transaksi sewa-menyewa. Sebab, dalam transaksi bagi hasil, hubungan yang tercipta bukan antara penjual dan pembeli, atau penyewa dan yang menyewakan,


(37)

melainkan antar pemodal dan yang memproduktifkan modal tersebut. Si pemodal melaksanakan kewajibannya dengan menyerahkan sejumlah modal, sedangkan yang memproduktifkan modal melaksanakan kewajibannya dengan memproduktifkannya. Hak bagi mereka berdua timbul ketika usaha memproduktifkan modal tersebut menghasilkan pendapatan atau keuntungan. Mereka berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut sesuai dengan kesempatan awal, baik berdasarkan pendapatan atau berdasarkan keuntungan.

1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Kajian akademis mengenai perbankan syariah banyak berintikan pada keraguan para ekonom atau bankir akan sistem perbankan syariah yang diterapkan dalam sistem perekonomian. Sementara itu, perbankan konvensional yang kita kenal sekarang merupakan hasil dari proses perkembangan yang panjang dan berjalan dengan mapan dalam masyarakat, maka tidaklah mengejutkan bila persepsi orang mengenai bank selalu terkait dengan suku bunga .Perkembangan persepsi masyarakat mengenai perbedaan perbankan syariah dan perbankan konvensionalpun masih begitu minim.

Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara keduanya:


(38)

Tabel 2.1

Perbedaan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional

FAKTOR BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH

Hubungan bank dengan nasabah

Investor dengan investor Kreiditur dan debitur Sistem pendapatan

usaha

Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee Organisasi Tidak terdapat struktur

pengawasan syariah

Terdapat struktur pengawasan syariah yaitu Badan Pengawas Syariah

Penyaluran Pembiayaan

Liberal untuk tujuan keuntungan Adanya batasan-batasan, memperhatikan unsur moral dan lingkungan.

Tingkat risiko umum dalam usaha

Risiko menengah-tinggi karena adanya transaksi spekulasi

Risiko menengah-rendah karena malarang transaksi spekulasi

Penanggung resiko investasi

Satu sisi hanya pada bank Dua sisi yaitu bank dan nasabah (deposan maupun debitur).

Sumber: Antonio, 2001

Selain perbedaan paradigma, terdapat pula perbedaan dasar kegiatan usaha bank konvensional dan bank syariah :

Tabel 2.2

Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional

Dasar Kegiatan usaha Bank Konvension al Bank Syariah Keterangan

Kredit (bunga) Penyaluran kredit atau peneneman dana lainnya.

Pembiayaan (bagi hasil)

Prinsip mudharabah dan musyarakah Jual Beli Prinsip bai / salam

Sewa-beli Prinsip ijarah

Simpanan dana (bunga)

Deposito, tabungan, atau giro Investasi dana

(bagi hasil)

Investasi tidak terbatas, deposito, tabungan , giro.

Investasi terbatas/khusus

Prinsip mudharabah muqayyadah

Jasa perbankan Prinsip ujrah (bank syariah), fee base income (bank konvensional)


(39)

2. Prinsip Operasional Perbankan Syariah

Perbankan syariah dan perbankan konvensional menawarkan produk perbankan yang hampir serupa, termasuk tabungan, deposito dan giro. Perbedaannya bahwa di bank syariah tidak menawarkan dan menerima bunga yang dilarang dalam Islam. Secara umum, konsep sistem operasional bank syariah adalah :

a. Bank syariah sebagai penghimpun dana dari pihak surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola sesuai hukum syariah. Dana yang dimaksud adalah dana dari pihak pertama ( pemodal dan pemegang saham), dana pihak kedua (pinjaman dari bank dan bukan bank, atau pinjaman dari Bank Indonesia), dan dana pihak ketiga (nasabah).

b. Bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan, baik berupa kredit atau pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang diberikan oleh bank syraiah meliputi tiga kerangka (aqad), yaitu pembiayaan yang beraqad tijarah (jual beli), pembiayaan yang beraqad syarikah (kerjasama atau kongsi) dan pembiayaan yang beraqad hasan

(kebajikan) (Antonio, 1999).

Ada beberapa prinsip yang melandasi produk-produk bank syariah yang sudah ditawarkan kepada masyarakat (Antonio, 1999: 121-188) yaitu: 1. Prinsip Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

2. Prinsip Musyarakah (Parthnership, Project Financing) 3. Prinsip Wadiah (Depository)


(40)

4. Prinsip Jual Beli ( Al Buyu’ atau sale and purchase)

5. Jasa-jasa lain seperti Ijarah (Operational lease), wakalah (Deputyship),

Kafalah ( Guaranty), Hawalah ( Transfer Service), Rahn (Mortgage). 6. Prinsip Al Qard (Benevolent Loan) atau pinjaman kebaikan.

B. Pengertian Kinerja

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin: 2003).

Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank


(41)

dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar.

Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan keuangan juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Laporan keuangan sangat berguna terutama bagi pemilik, manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah bank, guna mengetahui kondisi bank tersebut. Setiap laporan yang disajikan haruslah dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2007:263).

Analisis laporan finansial (financial statement analysis), khususnya mencurahkan perhatian kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa lalu, sekarang dan memproyeksikan masa yang akan datang. Analisis rasional merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan finansial. Dengan kata lain, diantara alat-alat analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi pasar dibidang keuangan, adalah analisis rasio (financial ratio analysis). Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan yang lainnya dari suatu laporan finansial. Rasio-rasio keuangan bank umumnya diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu rasio likuiditas atau

liquidity ratio, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas (Kasmir, 2007: 263-264).

Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitas yang tinggi dan mampu membagikan dividen dengan


(42)

baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga sangat tipis, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan karena para pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya ke bank lain.

Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu bank adalah CAR, FDR, BOPO, dan NPL. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa digunakan utnuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) yaitu rasio yang menggamabarkan besarnya kembalian atas total modal untuk menghasilkan keuntungan. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang


(43)

berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002: 573). CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).

FDR adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga dan pembiayaan yang tinggi menyebabkan financing to deposit ratio atau FDR perbankan syariah tergolong tinggi dan mencerminkan fungsi intermediasi bank syariah yang berjalan baik.

Akhir 2006 memberikan catatan fantastik tentang keunggulan sistem perbankan Islam yang merupakan salah satu aspek penting syariat Islam dalam bidang ekonomi di banding perbankan konvensional. Hal ini terlihat dari perbandingan beberapa aspek performance operasi sistem perbankan meliputi

Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF), Financing/Loan to Deposits Ratio (FDR/LDR), simpanan bank di SBI atau SWBI, dan kinerjanya dalam menggerakkan sektor riil. (Nur Kholis, 2006).


(44)

Berikutnya adalah hubungan kapasitas kredit terhadap penawaran kredit. Semakin tinggi kapasitas kredit (NPF) yang dimiliki oleh perbankan syariah, maka semakin besar dana yang dapat disalurkan (FDR). Oleh sebab itu, hubungan antara kapasitas kredit (NPF) terhadap dengan penawaran kredit (FDR) adalah positif. Hasil estimasi menunjukkan kesesuaian dengan teori yakni kenaikan kapasitas kredit akan meningkatkan penawaran kredit.

Hubungan kredit macet (NPF) dengan penawaran kredit perbankan syariah adalah negatif. Semakin tinggi kredit macet akan menyebabkan penurunan penawaran kredit perbankan syariah. Hasil estimasi sesuai dengan teori ini, yakni meningkatnya kredit macet (NPF) akan menurunkan panawaran kredit perbankan syariah. Hubungan nisbah pinjaman dan simpanan (FDR) terhadap penawaran kredit perbankan syariah adalah positif. Semakin tinggi FDR maka akan semakin meningkatkan kredit perbankan syariah. Hasil estimasi menunjukkan kesesuaiannya dengan teori, yaitu semakin tinggi FDR akan mendorong peningkatan penawaran kredit. Berdasarkan hasil persamaan simultan itu, kegentingan kredit perbankan syariah disebabkan oleh sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan dengan semakin tinggi nisbah mudharabah (MD) menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan syariah. Sementara dari sudut penawaran kredit, kredit macet (NPF) merupakan faktor utama yang dapat mengurangi penawaran kredit (Lukman Hakim, 2006).

Rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap dana pihak ketiga (financing to deposits ratio atau FDR) juga tinggi, sebesar 111% lebih


(45)

syariah secara sempurna mengemban fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Dari 100% dana yang dikumpulkan bank dari pihak ketiga, semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan (FDR) kepada sektor riil.

Hal ini menjelaskan bahwa antara CAR dan FDR memiliki hubungan satu sama lain, apabila modal (CAR) yang dimiliki oleh suatu bank atau perusahaan tinggi maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko.

BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca.

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional, yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar (Andi, 2005).

C. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhamad saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan


(46)

akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktek mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Quran, Sunnah, maupun Ijma’ (Adiwarman Karim, 2004: 190)

Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul atau berjalan. Pergertian memukul dan berjalan ini sesungguhnya merupakan gambaran seseorang yang menggerakkan tangan dan kaki untuk melakukan usaha. Sedangkan secara teknis, mudharabah adalah kesepakatan dua pihak, dimana pihak pertama, disebut shahibul maal menyediakan seluruh dana, dan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Namun apabila rugi, maka kerugian itu akan ditanggung pemilik dana selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh pengelola dana. Jika kerugian itu akibat dari pengelola dana maka ia wajib bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio, 2001:137).

1. Rukun Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah: a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

Pelaku, jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemililk modal (shahibul maal), sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau ‘amil).


(47)

b. Objek mudharabah (modal dan kerja)

Objek. Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek

mudaharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad

mudharabah pun tidak akan ada.

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum

(sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara suka rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya mengontribusikan kerja.

Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua


(48)

belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan (Adiwarman Karim, 2007:205)

d. Nisbah keuntungan

Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan (Adiwarman Karim, 2007:205)

Nisbah Keuntungan Pembiayaan Mudharabah

1) Prosentase. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara kedua pihak, bukan dinyatakan dalam nilali nominal tertentu. Jadi nisbah kekuntungnan itu misalnya adalah 50:50, 70:30 atau 60:40, atau bahkan 99:1. jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah keuntungan sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal tertentu.

2) Bagi untung dan bagi rugi. Ketentuan itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita


(49)

kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga (Adiwarman, 2007:206-207).

2. Simpanan Mudharabah

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan melakukan aktivitas penghimpunan dana. Bentuk deposito dan tabungan mudharabah

adalah usaha penghimpunan dana yang paling umum dalam perbankan syariah.

Dalam aplikasi perbankan, akad mudharabah ini bisa diterapkan dalam pembiayaan maupun penghimpunan dana. Aplikasi dalam penghimpunan dana inilah yang kemudian disebut deposito mudharabah. Dalam hal ini deposan bertindak sebagai shahibul maal, sedangkan bank bertindak sebagi mudharib. Deposito mudharabah dapat dicairkan sesuai jangka waktu yang disepakati 1, 3, 6, atau 12 bulan. Pada saat jatuh tempo nanti, bank akan membagikan keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.

Secara tehnik perbankan, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :

a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan pembagian keuntungan. b. Sebagai tanda bukti simpanan deposito, bank wajib menerbitkan

sertifikat atau tanda bukti penyimpanan deposito kepada deposan. c. Ketentuan lain yang berkaitan dengan deposito dapat diberlakukan


(50)

3. Kontrak Al Mudharabah

Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah tidak diterapkannya bunga sebagai pranata beroperasinya sistem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam, bunga dapat dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah Islamiyah. Sebagai gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariah Islamiyah berdasarkan Al Quran dan Al Hadist. Dalam praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha harus ditentukan di muka atau pada awal akad/kontrak usaha disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil biasanya ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 40:60 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan sebesar 40% kepada pemilik dana/investor (shahibul maal) dan sebesar 60% didistribusikan kepada pengelola dana (mudharib).

Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua cara, profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing

(bagi pendapatan), yakni sebagai berikut: a. Profit sharing (bagi laba)

Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.


(51)

keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung, bank berfungsi sebagai mudharib

(pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

(penyandang dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan dengan pengusaha/peminjam dana, bank berfungsi sebagai shahibul maal sementara pengusaha sebagai mudharib pengelola dana bank.

Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bertindak sebagai shahibul maal

(pemilik dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.

b. Revenue sharing (bagi pendapatan)

Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.

Di sisi lain, dengan pengusaha atau peminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana), baik dari tabungan, deposito, giro maupun dana bank sendiri yang berupa modal pemegang saham. Sementara itu pengusaha atau peminjam akan berfungsi sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha


(52)

dengan cara mengelola dana bank. Berikut penjelasan gambarnya (Antonio, 2001:98).

Gambar 2.1

Skema Al Mudharabah

Sumber: Antonio, 2001

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib

(pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana (Slamet Wiyono, 2006).

NASABAH BANK

PERJANJIAN BAGI HASIL

Modal 100% Keahlian/

Keterampila

PROYEK USAHA

Pembagian Keuntungan

MODAL %

X

Nisbah NisbahY%

Pengambilan Modal Pokok


(53)

Shahibul Maal Shahibul Maal

Akad :

Mudharabah, musyarakah

Akad mudharabah Murabahah, bai as-salam

dll.

Penabung

Bank

Nasabah

Peminjam Dalam pelaksanaannya Mudharabah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah muqayyadah (investasi terikat). Mudharabah muthlaqah adalah akad

mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasi, sedangkan mudharabah muqayyadah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.

Dalam operasional mudharabah, bank syariah dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemililk dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank bertindak sebagai pengelola dana maka, dalam akad

mudharabah muqayyadah, dana yang diterima disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah. Dalam akad mudharabah muthlaqah, dana yang diterima disajikan dalam neraca sebagai investasi tidak terikat. Mengenai pengembalian pembiayaan

mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya akad mudharabah.

Gambar 2.2

Diagram Kemitraan Bank Syariah


(54)

D. Analisis Jalur

Analisis jalur merupakan bagian analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antarvariabel di mana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara. (Jonathan Sarwono, 2006:147)

Analisis jalur (Path Analisys) merupakan perluasan dari analisis regresi liniear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner. ((Imam Ghozali, 2003:160).

Dalam dunia ilmu pengetahuan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih telah mendapat banyak perhatian walaupun bukan tanpa tantangan. Para ahli sangat ketat dalam menetapkan adanya hubungan sebab akibat. Untuk dapat menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel, harus dipenuhi tiga syarat yaitu:

1. Terdapat hubungan atau korelasi antara dua variabel.

2. Terdapat urutan waktu yang benar, yaitu variabel bebas terjadi lebih dahulu dari pada variabel terikat. Dapat juga dikatakan bahwa hubungan antara kedua variabel tidak simetrik, artinya tidak timbal balik.


(55)

Untuk dapat memenuhi ketiga syarat tersebut, metode penelititan yang paling tepat adalah eksperimen. Dengan kata lain, metode penelitian yang paling tepat untuk menguji hubungan sebab akibat antara dua variabel adalah eksperimen. Kalau eksperimen tidak dapat dilakukan, maka yang dilakukan oleh para peneliti adalah melakukan kontrol statistik, termasuk analisis jalur

(path analisys) (Irawan Soehartono, 2003:1-2).

Supranto dalam bukunya Analisis Multivariat menuliskan beberapa asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini diuraikan beberapa asumsi yang perlu diperhatikan dalam analisis jalur:

1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau yang paling baik skala rasio.

2. Seperti model linear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative).

3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita ketahui, data yang berasal dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan mengandung banyak kesalahan dari berbagai sumber. Maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas (validity dan reliability)

(J. Supranto, 2004:234-235).

E. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Kiagus Andi (2005)

Kiagus Andi dalam penelitiannya, Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah: Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dalam penelitiannya itu


(56)

digunakan data sekunder dengan runtun waktu tahunan yaitu periode laporan keuangan tahun 1999-2003 yang diperoleh dari berbagai sumber seperti Laporan Tahunan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), http://www.muamalatbank.com, dan beberapa sumber pendukung lainnya.

Variabel dependen yang digunakan adalah Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah dan variabel independen yang digunakan adalah ROA, ROE, FDR, GWM, BOPO, NIM, dan CAR. Penelitiannya menggunakan model Regresi Linier dengan perangkat SPSS 11.0.

Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Kiagus Andi menunjukkan bahwa simpanan mudharabah merupakan salah satu jenis produk bank syariah yang memiliki prosentasi terbesar dari seluruh dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank syariah, yaitu rata-rata 84,40% selama lima tahun periode Laporan Keuangan BMI. Total aktiva BMI sejak tahun 1999 hingga periode laporan keuangan 2003 meningkat cukup besar yaitu 377.22% atau rata-rata meningkat 47.59% setiap tahunnya. Begitu juga yang terjadi pada dana pihak ketiga, sejak tahun 1999 hingga periode laporan keuangan tahun 2003, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BMI rata-rata meningkat 45.34% setiap tahunnya. 2. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003)

Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin dalam penelitiannya, Analisis Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia periode 2000-2001. Data yang digunakan merupakan data


(57)

sekunder yaitu laporan keuangan tahun 2000-2001 berupa neraca dan laporan laba rugi bank devisa dan bank non devisa yang ada di Bank Indonesia. Metode yang digunakan adalah dengan uji hipotesis untuk mengetahui perbandingan bank devisa dan non devisa. Variabel dari penelitian ini adalah kinerja keuangan bank devisa dan non devisa yang tercatat di Bank Indonesia dan indikator-indikator yang digunakan untuk menilai kinerja bank adalah rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio rentabilitas yaitu Return on Assets dan Return on Equity serta rasio likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

3. Superadmin (2007)

Superadmin dalam penelitiannya berjudul, Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio) BOPO (Rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional) dan NPL (Non Performing Loan) terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Periode Januari: 2004 Oktober: 2006. Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri dengan tujuan mengetahui tingkat profitabilitas pada bank tersebut juga bertujuan untuk membandingkan tingkat profitabilitas bank syariah dengan bank konvensional.

Penelitian ini menjelaskan tingkat profitabilitas yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing Deposit to Ratio), BOPO (Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), dan NPL (Non


(58)

Performing Loan). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri periode Januari 2004–Oktober 2006. Metode analisis yang digunakan adalah asumsi klasik. Selanjutnya diolah dengan menggunakan regresi. Hasil dari penelitian ini memberikan penjelasan bahwa tingkat profitabilitas bank syariah mandiri tergolong baik walaupun dilihat dari sisi CAR masih ada kekurangan, hal tersebut karena bank syariah mandiri lebih mengedepankan sektor riil. Hal tersebut yang membuat CAR masih kurang karena pembiayaan sektor riil tergolong sangat beresiko. Tapi dilihat dari variabel lainnya bank syariah mandiri masih layak menjadi bank syariah yang tergolong memiliki profitabilitas yang baik.

F. Kerangka Berpikir

Bank syariah adalah bank yang berazaskan antara lain, pada asas kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah keprcayaan masyarakat. Seperti halnya bank konvensional, bank syariah juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masysrakat dalam bentuk titipan (giro, tabungan) serta dalam bentuk investasi/mudharabah (tabungan dan deposito) dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan.

Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank


(59)

dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancer, karena itu tugas pimpinan bank bersama-sama dengan penyedia kredit menjaga kualitas aktiva produktivitasnya agar tetap baik dan tidak ada kredit bermasalah sehingga akan mengurangi biaya operasional.

Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar: 2.3

Kerangka berpikir

Variabel Independen: ROE, CAR, FDR, BOPO, NPF

Variabel Dependen: Simpanan Mudharabah

Menentukan Hipotesis Menentukan Model Diagram jalur

Membuat Diagram Jalur

Interpretasi PT Bank Muamalat

Membuat Desain Variabel, Input Data, dan Analisis Data

Regresi dan Korelasi Laporan Keuangan Bank Indonesia


(60)

G. Hipotesa Penelitian

Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif, seperti yang telah dijelaskan, hipotesis dikembangkan dari telaah teororitis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. (Bambang Supomo, 1999).

Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE dengan Simpanan

Mudharabah secara parsial

Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR dengan Simpanan

Mudharabah secara parsial

Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR dengan Simpanan

Mudharabah secara parsial

Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO dengan Simpanan

Mudharabah secara parsial

Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara NPF dengan Simpanan

Mudharabah secara parsial

Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, CAR, FDR, NPF, BOPO, dan NPF dengan Simpanan Mudharabah secara simultan


(61)

Pengambilan keputusuan:

- Jika Sig / probabilitas > 0,05, maka H0 diterima - Jika Sig / probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak Atau

- Jika T hitung < T tabel, maka H0 diterima - Jika T hitung > T tabel, maka H0 ditolak - Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap simpanan mudharabah periode 2005-2007 dengan menggunakan metodeanalisis jalur (path analysis) dan model yang digunakan adalah regresi berganda. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan mudharabah sebagai variabel dependen, CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR sebagai variabel independen. Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia, dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah bulanan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia, serta hasil penelitian yang sudah ada yang berhubungan untuk kemudian diolah dengan program Excel, dan

SPSS 16.0.

B. Metode penentuan Sampel

Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif, dikarenakan luasnya prosedur pemilihan responden sampel penelitian (Abdul Hamid, 2007:24).


(1)

Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007

BULAN

2005

2006

2007

JANUARI

FEBRUARI

MARET

APRIL

MEI

41,22

JUNI

40,23

JULI

42,28

AGUSTUS

42,12

SEPTEMBER

44,25

OKTOBER

46,98

NOPEMBER

45,35


(2)

Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007

BULAN

2005

2006

2007

JANUARI

FEBRUARI

MARET

APRIL

MEI

55,25

JUNI

65,12

JULI

78,63

AGUSTUS

67,86

SEPTEMBER

76,44

OKTOBER

72,32

NOPEMBER

71,05

DESEMBER

72,31


(3)

Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007

BULAN

2005

2006

2007

JANUARI

1,05

6,90

5,17

FEBRUARI

1,10

6,94

5,54

MARET

1,10

5,10

5,73

APRIL

1,07

5,30

6,14

MEI

1,10

5,20

6,17

JUNI

1,01

5,20

6,20

JULI

1,60

5,20

6,58

AGUSTUS

1,40

5,30

6,63

SEPTEMBER

1,40

4,90

6,29

OKTOBER

1,50

5,08

6,23

NOPEMBER

1,50

5,20

5,64

DESEMBER

6,50

4,90

5,99


(4)

Lampiran 2

Hasil Output SPSS Uji Regresi Berganda

Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Change Statistics

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

Durbin-Watson

1 .820a .672 .617 .15269 .672 12.291 5 30 .000 .810

a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR b. Dependent Variabel: LNSM

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.433 5 .287 12.291 .000a

Residual .699 30 .023

1

Total 2.132 35

a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR b. Dependent Variabel: LNSM


(5)

Uji T

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 15.562 .511 30.440 .000

ROE .007 .005 .187 1.566 .128

CAR -.010 .015 -.078 -.675 .505

FDR .000 .002 -.047 -.256 .799

BOPO .009 .005 .254 1.852 .074

1

NPF .088 .022 .773 4.090 .000


(6)

Lampiran 3

Hasil Output SPSS Uji Korelasi

Correlations

ROE CAR FDR BOPO NPF

Pearson Correlation 1 -.272 -.169 .352* .110

Sig. (2-tailed) .109 .325 .035 .522

ROE

N 36 36 36 36 36

Pearson Correlation -.272 1 -.057 -.407* .084

Sig. (2-tailed) .109 .742 .014 .627

CAR

N 36 36 36 36 36

Pearson Correlation -.169 -.057 1 .349* -.818**

Sig. (2-tailed) .325 .742 .037 .000

FDR

N 36 36 36 36 36

Pearson Correlation .352* -.407* .349* 1 -.424*

Sig. (2-tailed) .035 .014 .037 .010

BOPO

N 36 36 36 36 36

Pearson Correlation .110 .084 -.818** -.424* 1

Sig. (2-tailed) .522 .627 .000 .010

NPF

N 36 36 36 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

4 14 154

PENGARUH PROGRAM AKSELERASI PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH (PAPBS) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 2 12

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAPKINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH Analisis Pengaruh Rasio Camel Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2014.

0 2 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional (Studi Kasus pada Bank Syariah Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara).

0 2 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional (Studi Kasus pada Bank Syariah Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara).

0 2 15

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 2 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 3 17

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR DI BANK INDONESIA.

0 0 25

ANALISIS COMPARATIF KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA Analisis Comparatif Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Di Indonesia (Studi Kasus: Pada Industri Perbankan Indonesia Tahun 2005-2012).

0 0 14

ANALISIS KINERJA SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Analisis Kinerja Sosial Perbankan Syariah Di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, dan Muamalat Indonesia).

0 1 13