Hubungan antara Motivasi Intrinsik dan S

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

Hubungan antara Motivasi Intrinsik dan Self-Efficacy dengan Keterlibatan Kerja pada
Karyawan Bagian Konveksi P.T. Dan Liris Sukoharjo
The Relationship between Intrinsic Motivation and Self-Efficacy
with Job Involvement on the Employees in Garment Division of
P.T. Dan Liris Sukoharjo
Ema Rafika Rahmi, Munawir Yusuf , Aditya Nanda Priyatama
Program Studi Psikologi FakultasKedokteran
UniversitasSebalasMaret
ABSTRAK
Keterlibatan kerja yang dimiliki karyawan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap kemajuan
organisasi, berhasil atau tidak dalam mencapai tujuannya, karena karyawan yang mempunyai keterlibatan kerja
yang tinggi akan menunjukkan sikap kerja yang penuh perhatian dan menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi.
Motivasi intrinsik dibutuhkan untuk mendorong karyawan melakukan pekerjaan secara tulus dengan tujuan
memperoleh kepuasan dan memperoleh kesenangan dari partisipasi dalam bekerja tanpa memperhatikan reward
yang diperoleh. Self-efficacy dibutuhkan untuk mendorong karyawan meyakini kemampuannya dalam mencapai
tujuan atau hasil yang diharapkan.Motivasi intrinsik dan self-efficacy yang tinggi pada karyawan dapat berperan
dalam meningkatkan keterlibatan kerja.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
motivasi intrinsik dan self-efficacy dengan keterlibatan kerja.Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan

bagian konveksi P.T. Dan Liris Sukoharjo sejumlah 923 orang. Sampel penelitian ini adalah karyawan bagian
konveksi P.T. Dan Liris Sukoharjo sejumlah 90 karyawan.Sampling penelitian ini adalah simple random sampling.
Instrumen yang digunakan adalah skala keterlibatan kerja dengan jumlah aitem valid 25 dengan reliabilitas 0,859,
skala motivasi intrinsik sejumlah 30 aitem valid dengan reliabilitas0,843, dan skala self-efficacysejumlah 26 aitem
valid dengan reliabilitas sebesar 0,853.
Analisis data menggunakan teknik analisis linear regresi berganda, diperoleh p-value sebesar 0,00 < 0,05 dan
Fhitung49,480 >Ftabel= 3,104serta R sebesar0,729. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi intrinsik dan
self-efficcay dengan keterlibatan kerja. Nilai koefisien determinan (R Square) sebesar 0,532 artinya motivasi
intrinsik dan self-efficacysecara bersama-sama memberi sumbangan efektif (SE) sebesar 53,2% terhadap
keterlibatan kerja. Sumbangan relatif motivasi intrinsik terhadap keterlibatan kerja adalah 52,93% dan sumbangan
relatif self-efficacy terhadap keterlibatan kerja adalah 47,04%. Sumbangan efektif yang diberikan motivasi intrinsik
terhadap keterlibatan kerja adalah 28,17% dan sumbangan efektif variabel self-efficacy terhadap keterlibatan kerja
adalah 25,04%.
Kata kunci: (keterlibatan kerja, motivasi intrinsik, self-efficacy, karyawan)

PENDAHULUAN
Dunia usaha dan industri tidak lepas dari
adanya unsur manusia.Tanpa adanya manusia,
organisasi tidak mungkin dapat bergerak untuk


mencapai tujuan yang telah disusun dan
direncanakan.Era

globalisasi

seperti

sekarangsatu hal yang dijadikan tolok ukur
keberhasilan organisasi adalah kualitas manusia
dalambekerja.Hal ini didukung oleh pendapat
168

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

Leavitt (2006) yang menyatakan bahwa salah sejauh mana individu memihak dirinya dengan
satu yang berpengaruh terhadap kemajuan pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi di
organisasi

adalah


karyawan

yang dalamnya, dan menganggap performansi yang

berkualitas.Menurut Robbins (2007), karyawan dilakukannya penting untuk harga dirinya.
yang

berkualitas

menunjukkan

adalah

karyawan

pengabdian,

yang Ditambahkan juga bahwa tingkat keterlibatan

partisipasi, kerja yang tinggi akan menurunkan tingkat


kreativitas, dan juga motivasi yang tinggi dari ketidakhadiran dan pengunduran diri karyawan
karyawan yang berada di dalam perusahaan. dalam sebuah perusahaan, sedangkan tingkat
Brown dan Thomas (1996) menambahkan keterlibatan

kerja

karyawan yang mampu menunjang keberhasilan meningkatkan

yang

rendah

akan

dan

angka

ketidakhadiran


dan efektifitas perusahaan adalah karyawan pengunduran diri yang lebih tinggi dalam
sebuah organisasi.

yang memiliki keterlibatan kerja.

Robbins dan Judge (2007) menjelaskan, bahwa Keterlibatankerja merupakanketertarikan dan
keterlibatan kerja adalah tingkat sejauh mana perhatian

yang

besar

terhadap

pekerjaan

seseorang memihak pekerjaannya, berpatisipasi sehingga menuntun individu untuk bekerja keras
secara


aktifdidalamnya

dan

menganggap dan

bertanggung

pekerjaan tersebut penting bagi harga dirinya. tanggung

jawab

jawab.Kerja
tersebut

keras

muncul

dan


karena

Selain itu, Robbins dan Judge (2007) juga individu memiliki kualitas yang positif terhadap
menjelaskan bahwa keterlibatan kerja yang dirinya dan keyakinan dari dalam dirinya bahwa
tinggi akan meningkatkan ketidakhadiran dan dirinya mampu menyelesaikannya atau sering
disebut dengan self- efficacy.Individu yang

tingkat pengunduran diri yang rendah.
Keterlibatan kerja merupakan bagian dari sikap
kerja (Blau & Boal, 1987). Sikapkerja akan
mempunyai dampak langsung pada kinerja
(Robbins, 2007), sehingga dengan adanya
keterlibatan kerja yang tinggi dari karyawan,
makadiharapkan kinerja dari karyawan akan
meningkat. Keterlibatan kerja telah dipelajari
selama

lebih dari 20 dekade dalam perilaku


organisasi, manajemen sumber daya manusia
dan hubungannya (Akinbobola, 2011).
Hiriyappa

(2009)

menjelaskan

memiliki self-efficacy yang tinggi tidak akan
mudah menyerah dan putus asa jika mengalami
kesulitan melainkan akan lebih aktif melibatkan
dirinya dengan pekerjaan (Ivancevich dkk.,
2005).

Menurut Bandura (1977), self-efficacy adalah
evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau
kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas,
mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan.
Stajkovic dan Luthans (dalam Luthans, 2005)


bahwa mengemukakan, bahwa self-efficacy merupakan

keterlibatan kerja merupakan tingkat sampai prediktor penting dalam menentukan sikap

169

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

kerja. Hal ini didukung adanya penelitian yang penting karena merupakan motivator yang
dilakukan oleh Yang dan Huang (2006), yang sangat kuat bagi perilaku manusia yang dapat
menunjukkan pentingnya pengaruh self-efficacy digunakan untuk membuat seseorang lebih
pada

keterlibatan

kerja.

Hal

ini


berarti, produktif

(Walgito,

2004).Hal

serupa

karyawan yang merasa bahwa dirinya mampu diungkapkan oleh Dysvik dan Kuvaas (2008),
melakukan pekerjaan maka karyawan tersebut bahwa kehadiran motivasi intrinsik semakin
semakin terlibat didalam pekerjaannya.

memungkinkan
menampilkan

seseorang

untuk


lebih

performansi

kerja

yang

Selain keyakinan yang kuat dari dalam individu bagus.Performansi

kerja

yang

bagus

dari

(self-efficacy), dalam menentukan sikap kerja seorang karyawan bisa diartikan karyawan
juga tidak terlepas dari dorongan dari individu terlibat

secara

aktif

dalam

pekerjannya

untuk melakukan tindakan. Dorongan dari (Robbins, 2007).
individu untuk melakukan tindakan sering
disebut motivasi. Individu dengan motivasi
yang tinggi cenderung menunjukkan kinerja
yang tinggi pula (Ivancevich, 2005).

merupakan hasrat di dalam diri seseorang yang
orang

tersebut

karyawan3 (tiga) bulan terakhirmeningkat dari
21% sampai 50 % (Kepala HRD P.T.Dan Liris,
2012).

Menurut Mathis dan John (2002) motivasi

menyebabkan

Fakta menunjukkan bahwa tingkatketerlambatan

melakukan

tindakan.Dengan demikian, motivasi merupakan
suatu dorongan yang membuat orang mau
bekerja atau bertindak dengan cara tertentu yang
berlangsung secara sadar. Dorongan seseorang
untuk mengarahkan, dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan kerja
sering disebut dengan motivasi kerja.

Dari

diasumsikan,

penjelasan
bahwa

diatas

dapat

kedisiplinan

kerja

karyawan bagian konveksi di P.T. Dan Liris dari
3 (tiga) bulan terakhir menurun. Menurunnya
kedisiplinan

kerja

karyawan

tersebut

mengindikasikan kurangnya keterlibatan kerja
pada dimensi disiplin kerja. Pada dimensi ini,
karyawan

seharusnya

dapat

menumbuhkan

perasaannyauntukmempertahankandanmeningk
atkantujuan

organisasi

melaluikepatuhannyamenjalankan
peraturanorganisasi.

Herpen dkk.(2005) mengungkapkan motivasi
seseorang berasal dari internal, yang sering Berdasarkan

latar

belakang

permasalahan

disebut motivasi intrinsik, dan eksternal, yang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan
sering disebut motivasi ekstrinsik.Chowdhuri penelitian yaitu, apakah terdapat hubungan
(2007) menjelaskan, bahwa motivasi intrinsik antara motivasi

intrinsik dan

self-efficacy

mempunyai pengaruh yang lebih besar pada dengan keterlibatan kerja pada karyawan bagian
perilaku kerja seseorang dibandingkan dengan konveksi P.T.Dan Liris Sukoharjo, apakah
motivasi ekstrinsik.Motivasi intrinsik sangat terdapat

hubungan

antaramotivasi

intrinsik
170

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

dengan keterlibatan kerja pada karyawan bagian seberapa

besar

individu

menaruh

sikap,

konveksi P.T.Dan Liris Sukoharjo, dan apakah perhatian yang terlihat secara mendalam dengan
terdapat hubungan antara self-efficacy dengan pekerjaaan yang dilakukan saat ini. Sikap kerja
keterlibatan

kerja

pada

karyawan

bagian tersebut merupakan manifestasi dan tanggung
jawab seseorang terhadap tugas-tugas dalam

konveksi P.T. Dan Liris Sukoharjo.

pekerjaannya (Kreitner dan Kinicki, 2003),

DASAR TEORI

sehingga

1. Keterlibatan Kerja

seseorang

yang

mempunyai

keterlibatan tinggi akan menaruh perhatian

Keterlibatan kerja merupakan tambahan yang
terbaru dalam literatur perilaku organissai

yang besar terhadap semua aktivitas yang
berkaitan dengan pekerjaannya.

(Robbins, 2007). Davis Newstrom (1998)
mendefinisikan

keterlibatan

kerja

adalah

tingkatan karyawan menyatukan diri dengan
pekerjaan, mencurahkan waktu dan energi dan
memandang pekerjaan sebagai bagian penting
dalam kehidupan mereka. Ini berarti bahwa
dengan bekerja, ia dapat mengekspresikan diri
dan menganggap bahwa pekerjaan merupakan
aktivitas yang menjadi pusat kehidupannya.
Karyawan yang memiliki tingkat keterlibatan
yang tinggi sangat memihak dan benar-benar
peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka

Berdasarkan

dari

disimpulkan,
merupakan

definisi

bahwa

di

atas

keterlibatan

partisipasi

seorang

dapat
kerja

karyawan

terhadap pekerjaannya yang ditandai dengan
karyawan memiliki kepedulian yang tinggi
terhadap pekerjaan, adanya perasaan terikat
secara psikologis terhadap pekerjaan yang ia
lakukan,

keyakinan

kemampuannya

yang

dalam

kuat

terhadap

menyelesaikan

pekerjaan.
Dimensi-dimensi keterlibatan kerja menurut
Lodahl dan Kejner (1965) meliputi :harapan

lakukan (Robbins, 2007).

yang besar terhadap pekerjaan, keterlibatan
Lodahl dan Kejner (1965) mendefinisikan
keterlibatan kerja sebagai tingkat performansi
kerja seseorang yang dipengaruhi oleh harga

emosional terhadap pekerjaan, rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaan, rasa bangga terhadap
pekerjaan, keinginan untuk mobilitas tinggi.

dirinya dan tingkat seseorang secara psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan
mengidentifikasi diri terhadap pekerjaannya kerja diungkapkan oleh Brown (1996), yaitu :
atau pentingnya pekerjaan dalam gambaran diri faktor personal seperti etika kerja, motivasi
totalnya. Individu yang memiliki keterlibatan internal dan faktor situasional seperti seperti
yang tinggi mengidentifikasi dirinya pada kepuasan gaji, kondisi pekerjaan, umpan balik,
pekerjaan dan menganggap pekerjaan sebagai dan partisipasi karyawan
hal yang penting dalam kehidupannya. Hal ini
berarti,

keterlibatan

kerja

merefleksikan
171

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

2. Motivasi Intrinsik

3. Self-efficacy

Motivasi intrinsik didefinisikan oleh Winardi

Istilah self-efficacy atau efikasi diri pertama kali

(2001) sebagai motivasi yang berfungsi tanpa

diperkenalkan oleh Bandura dalam teori Belajar

adanya rangsangan dari luar, dalam diri

Sosial (Bandura,1977).Bandura mendefinisikan

individu sudah ada suatu dorongan untuk

self-efficacy

melakukan tindakan.Wexley dan Yukl (1977)

terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk

menjelaskan, motivasi intrinsik adalah suatu

melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau

istilah

mengatasi hambatan.Lebih lanjut Stajkovic dan

yang

dipergunakan

untuk

sebagai

evaluasi

seseorang

menggambarkan usaha yang telah dicurahkan

Luthans

dalam

mengungkapkan, bahwa self-efficacy mengacu

suatu

pekerjaan

guna

memenuhi

(dalam

Luthans,

2009)

kebutuhan pertumbuhan, seperti : keberhasilan,

pada

keahlian, serta aktualisasi diri. Kemudian

kemampuannya

Thomas

(2000)

mengemukakan

bahwa

motivasi,sumber daya kognitif,dan tindakan

motivasi

intrinsik

adalah

yang

yang diperlukan agar berhasil melaksanakan

muncul dari dalam diri seseorang karena

tugas dalam konteks tertentu.Baron dan Byrne

terlibat dalam kegiatanuntuk dirinya sendiri

(2004)

danmemperoleh kesenangan serta kepuasandari

merujuk pada keyakinan individu bahwa ia

partisipasinya tersebut.

mampu mengerjakan tugas, mencapai sebuah

dorongan

Maka, melalui berbagai pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah dorongan dari dalam diri seorang
karyawan

untuk

mengerahkan

segala

kemampuan dalam melakukan pekerjaan dan
tanggung jawabnya

dengan

tujuan

untuk

memperoleh kesenangan dan kepuasan dalam
bekerja, karena karyawan tersebut memiliki
otonomi,

kompetensi

untuk

melakukan

pekerjaan, merasa penuh arti, dan merasa
memiliki kemajuan dan peningkatan yang
berarti dalam pekerjaannya tersebut.
Menurut

Thomas

(2000),

aspek

keyakinan

individu
untuk

mengatakan,

mengenai
memobilisasi

bahwa

self-

efficacy

tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Lebih
lanjut Alwisol (2010) mengemukakan, bahwa
self-efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat
atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan
sesuai dengan yang dipersyaratkan.Self-efficacy
ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena
cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal
yang seharusnya (dapat dicapai), sedangkanselfefficacy menggambarkan penilaian kemampuan
diri.

Myers

mengungkapkan,

(dalam

Suseno,

2009)

bahwa self-efficacy adalah

perasaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya
yang

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan,

membentuk motivasi intrinsik adalah pilihan,

self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan

kompetensi, penuh arti, dan kemajuan.

kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan
yang diinginkan atau kepercayaan individu
172

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

mengenai kemampuan-kemampuannya untuk Kejner (1965) yaitu 1. Harapan yang besar
mengatur dan menjalankan kegiatan yang terhadap pekerjaan, 2. Keterlibatan emosional
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan.

terhadap pekerjaan, 3. Rasa tanggung jawab

Bandura

terhadap pekerjaan, 4. Rasa bangga terhadap

(1977)

dimensi

mengemukakan

self-efficacy,yaitu:

dimensiMagnitude,

Generality, Strength.

pekerjaan, 5. Keinginan untuk mobilitas tinggi.
2. Skala Motivasi Intrinsik

METODE PENELITIAN

Skalamotivasi intrinsik dalam penelitianini

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh

disusun berdasar skalamotivasi intrinsik yang

karyawan P.T. Dan Liris Sukoharjo yang

diadaptasi dan dimodifikasi penulis dari skala

berjumlah 923. Jumlah sampel yang digunakan

Katarini (2011) yang menggunakan aspek

untuk

dariThomas (2000) yaitu : pilihan, kompetensi,

penelitian

adalah

90

karyawan.

Kemudian jumlah sampel yang digunakanuntuk
uji coba skala adalah sebanyak 50 karyawan.
Teknik pengambilan sampel yangdigunakan

penuh arti, dan kemajuan.
3. Skala Self-Efficacy

dalam penelitian ini adalahsimple random

Skalaself-efficacydalam penelitian ini disusun

sampling,yaitu teknik ini digunakan untuk

berdasar skala

menentukan jumlah sampel dari populasi yang

oleh peneliti dari skala Yulita (2011) berdasar

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

pada teori yang dikemukakan oleh Bandura

strata yang ada dalam populasi (Sugiyono,

(1977) yaitu :Magnitude, generality, strength.

2010).

self-efficacyyang diadaptasi

HASIL- HASIL

Uji coba skala ini dilaksanakan pada tanggal21

Metode analisis data yang digunakan analisis

Januari2013 sampai dengan 28 Januari 2013.

regresi berganda, dengan menggunakan bantuan

Penelitian

komputer

dilakukan

di

P.T.

Dan

Liris

Sukoharjo pada tanggal 09 Februari 2013 - 16

Statistical

Product

and

Service

Solution (SPSS) versi 16.0.

Februari 2013.
1. Uji Asumsi Dasar
Metode

pengumpulan

data

menggunakan

a. Uji Normalitas

alatukur berupa skala psikologi dengan jenis
skala

Likert.

Ada

tiga

skala

psikologi

yangdigunakan, yaitu:

Uji

normalitas

menggunakan

dalam

metode

penelitian

uji

One

ini

Sample

Kolmogorov-Smirnovdengan taraf signifikansi
1. Skala Keterlibatan Kerja

0,05. Berdasarkan hasil penghitungan, pada

Skalaketerlibatan kerjayang digunakan dalam

kolom sig. diketahui bahwa nilai signifikansi

penelitian ini disusun berdasarkan dimensi-

keterlibatan kerja 0,72;

dimensi keterlibatan kerja dari Lodahl dan

0,140; sertaself-efficacy0,159. Oleh karena nilai

motivasi intrinsik

173

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar scatterplot. Berdasarkan hasil analisis pada pola
dari 0,05; dapat disimpulkan bahwa data pada scatterplot diperoleh penyebaran titik-titik tidak
variabel keterlibatan kerja, motivasi intrinsik, teratur, berada di sekitar 0, plot yang terpencar,
dan tidak membentuk suatu pola tertentu,

dan self-efficacy berdistribusi normal.

sehingga pola tersebut tidak menunjukkan

b. Uji Linearitas
Uji

adanya

linearitas

dalam

penelitian

gejala

heteroskedastisitas.

Dengan

ini demikian dapat diambil kesimpulan bahwa

menggunakanTest for Linearity dengan taraf model regresi terbebas dari asumsi klasik
signifikansi

0,05.

Hasil

uji

linearitas heteroskedastisitas.

menunjukkan bahwa antara keterlibatan kerja
denganmotivasi

intrinsik

keterlibatan

serta

kerja

antara

denganself-

c. Uji Otokorelasi
Pengujian otokorelasi dalam penelitian ini

efficacymenghasilkan nilai signifikansi pada menggunakan uji DW (Durbin-Watson). Nilai
linearity sebesar
tersebut

0,000.

kurang

dari

Nilai

signifikansi DW yang diperoleh sebesar 1,771; berada

0,05;maka

dapat diantara du dan (4-du), yang berarti tidak ada

disimpulkan bahwa antara variabel prediktor otokorelasi dalam penelitian ini.
dengan variabel kriterium terdapat hubungan
yang linear.

3. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh

2. Uji Asumsi Klasik

p-value 0,000 < 0,05 dan F-hitung 49,480> F-

a. Uji Multikolinearitas

tabel 3,104, artinya, bahwa hipotesis yang

Berdasarkan uji multikolinearitas dilakukan diajukan dalam penelitian ini dapat diterima,
dengan melihat nilai Variance Inflation Factor yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara
(VIF) pada model regresi. Berdasarkan hasil uji motivasi

intrinsik

danself-efficacydengan

multikolinearitas dapat diketahui bahwa nilai keterlibatan kerja. Nilai koefisien korelasi ganda
VIF kedua variabel prediktor, yaitumotivasi (R) yang dihasilkan adalah 0,729dan nilai
intrinsik dan self-efficacy adalah 2,001. Hal koefisien determinasi
tersebut

menunjukkan

bahwa

prediktor

tidak

terdapat

(R Square) adalah

antarvariabel 0,532 atau 53,2%. Nilai tersebut menunjukkan
persoalan bahwa

variabel

prediktor

memberikan

multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kontribusi sebanyak 53,2% terhadap variabel
kurang dari 5.

kriterium, sisanya 46,8% dipengaruhi atau
dijelaskan

b. Uji Heteroskedastisitas

oleh

variabel

lain

yang tidak

termasuk dalam penelitian ini. Nilai korelasi
Metode

pengujian

heteroskedastisitas
menggunakan

pada

pengamatan

untuk
penelitian
pola

uji parsial antaraketerlibatan kerja dengan motivasi
ini intrinsik,variabelself-efficacy

dikendalikan,

pada
174

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

adalah sebesar 0,456. Arah hubungan yang hasil analisisregresi tersebut dapat dikatakan
terjadi adalah positif, karena nilai r positif, bahwa

motivasi

intrinsik

danself-

artinya semakin tinggi motivasi intrinsik, maka efficacymemiliki hubungan yang kuat dengan
semakin tinggi keterlibatan kerja.Nilai korelasi keterlibatan kerja. Hal ini berarti motivasi
parsial antaraketerlibatan kerja dengan self- intrinsik
efficacy,variabel
dikendalikan,

intrinsik sebagai

motivasi

adalah

sebesar

dan

self-efficacydapat

prediktor

untuk

digunakan
memprediksi

Arah keterlibatan kerja. Berdasarkan hasil analisis

0,424.

hubungan yang terjadi adalah positif, karena regresi tersebut, maka hipotesis pertama yang
nilai r positif, artinya semakin tinggiself diajukan dalam penelitianini dapat diterima,
efficacy, maka semakin tinggi keterlibatan kerja.
4. KontribusiMotivasi

Intrinsik

dan

Self-

efficacy terhadapKeterlibatan kerja

denganketerlibatan kerja sebesar 53,9%, terdiri
kontribusi

motivasi

intrinsik

sebesar

28,17% dan self-efficacy sebesar 25,04%.

antara

motivasi

intrinsik dan self-efficacy dengan keterlibatan
pada karyawan bagian konveksi P.T. Dan Liris

Hasil analisis korelasi parsial antara motivasi
intrinsik dengan keterlibatan kerja sebesar
0,456, hal ini berarti bahwa terdapat hubungan

dengan keterlibatan kerja. Tingkat signifikansi

Hasil kategorisasi pada skalaketerlibatan kerja
dapat diketahui bahwa responden secara umum
memiliki tingkatketerlibatan kerja yang tinggi
dengan rerata empirik 64,44; serta pada

memiliki

hubungan

positif yang sedang antara motivasi intrinsik

5. Analisis Deskriptif

skalaself-efficacy

terdapat

Sukoharjo.

Kontribusimotivasi intrinsik dan self-efficacy

atas

yaitu

secara

umum

responden

tingkatself-efficacyyang

sedang

dengan rerata empiric 47,78 dan motivasi
intrinsik yang tinggi dengan dengan rerata

atau probabilitas sebesar p = 0,000 (p F Tabel 3,104. Berdasarkan
175

Rahmi et,al / HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DAN

tinggi

tingkat

kerjakaryawan. kesuksesan karena telah melakukan pekerjaan

keterlibatan

Namun sebaliknya, semakin rendah motivasi dengan baik.
intrinsikkaryawan, maka semakin rendah pula
tingkatketerlibatan karyawan.

Hasil

kategorisasi

skala

motivasi

intrinsikmenunjukkan bahwa subjek penelitian

Menurut Robbins dan Judge (2007), keterlibatan memiliki tingkat motivasi intrinsikyang tinggi,
kerja adalah tingkat sejauh mana seseorang dengan mean empirik sebesar 85,17 berada pada
memihak pekerjaannya, berpatisipasi secara rentang nilai 84-102 dengan presentase 54,44%.
aktif didalamnnya dan menganggap pekerjaan Hasil ini menunjukkan bahwa karyawan P.T.
tersebut penting bagi harga dirinya. Hasil Dan Liris Sukoharjo memiliki tingkat motivasi
kategorisasi

skala

kerja intrinsik yang tinggi. Hal ini sesuai didukung

keterlibatan

menunjukkan bahwa subjekpenelitian memiliki oleh pendapat Thomas (2000), bahwa seseorang
tingkat keterlibatan kerja yang tinggi dengan akan

termotivasi

secara

internal

apabila

nilai mean empirik sebesar 73,98 berada pada melakukan pekerjaan dengan tulus, berusaha
rentang nilai antara 70-85 dengan persentase mencari cara terbaik untuk menyelesaikannya,
64,44%. Sesuai yang diungkapkan oleh Brown dan merasa terpuaskan dengan kesuksesan
(1996)

keterlibatan

meningkatkan

efektivitas

produktivitas dengan
sepenuhnya
dengan

yang

dalam

dapat karena telah melakukan pekerjaan tersebut

tinggi
organisasi

dan dengan baik. Kepuasan

terhadap pekerjaan

melibatkan karyawan tersebut merupakan prediktor keterlibatan kerja
pekerjaan

membuat

mereka

pekerjaan

dan (Knoop, 1995).

menjadi

pengalaman yang penuh makna bagi karyawan.

Hasil analisis korelasi parsial antaraself efficacydengan keterlibatan kerja sebesar 0,424,

Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat hal ini berarti bahwa terdapat hubungan positif
keterlibatan

kerja

agar

karyawan

mampu yang

sedang

antaraself-efficacydengan

mengoptimalkan kinerjanya pada organisasi keterlibatan kerja. Tingkat signifikansi atau
adalah dengan meningkatkan motivasi intrinsik probabilitas

sebesar

p=

0,000

(p