makalah filsafat barat modern muhammad
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Masalah
Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar,
sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan mendapat pijakan filsafat.
Dengan demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan
ditemukan hakikat, seluk beluk dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.
Pencarian kebijaksanaan bermakna menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran. Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan
sumber primer dalam berpikir. Oleh karena itu kebenaran filosofis tidak lebih
dari kebenaran berpikir yang rasional dan radikal.
Dalam perkembangan sejarahnya, filsafat terbagi menjadi beberapa
zaman sejarah, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zaman
Keemasan Skolastik, Zaman Akhir Abad Pertengahan, Zaman Modern (16001800) dan Zaman Baru (1800-1950 M).
Pada zaman Barat Modern, disebut sebagai masa pencerahan atau
disebut juga “aufklarung”, dimana pikiran orang-orang dibebaskan dari
doktrin-doktrin gereja yang memabatasi pemikiran para filsufnya. Sehingga
pemikiran para filsufnya lebih kepada ilmu pengetahuan bukan pada kitab
injil.
2
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Filsafat Barat Modern abad ke-17 Aliran Idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam
jiwa dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga, idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh) Pandangan ini
telah dimiliki oleh Plato yang sudah jauh ada sebelum adanya tokoh-tokoh
idealisme1.
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Penganut
aliran idealisme menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek
fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Idealisme secara umum selalu
berhubungan dengan rasionalisme
yang mengajarkan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh dengan akal manusia. Lawan rasionalisme ialah empirisme 2
yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh melalui akal, akan tetapi
dengan pengalaman. Orang-orang empiris amat sulit menerima paham bahwa
semua realitas bergantung kepada jiwa atau roh karena pandangan itu
melibatkan dogma metafisik atau doktrin yang fokusnya kepada hal-hal yang
terlihat nyata maupun abstrak3.
II.
Filsafat Barat Zaman Modern abad ke-18
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal.144
Empirisme adalah suatu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan peranan akal.(Ahmad Syadali, 2004:116)
3
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hal. 260
1
2
3
Pada abad ke-18, era filsafat semakin berkembang ke arah yang lebih
modern, berbeda sekali dengan zaman-zaman sebelumnya, yang filsafat itu
sendiri didoktrin oleh gereja, sehingga pembahasan para filsuf tidak jauh dari
jiwa atau roh yang didasari oleh doktrin metafisik. Immanuel Kant
mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan,
“Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig
yang dengannya ia sendiri bersalah.”
Maksud dari denifisinya itu adalah, manusia itu sendiri bersalah.
Mereka mempunyai rasio atau akal yang telah di anugerahkan oleh Tuhan,
tetapi mereka tidak menggunakan akalnya sendiri untuk mencari kebenaran4.
1.
Pengertian Aufkalerung atau Pencerahan
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa zaman aufkalerung
itu fase dewasa yaitu masa kelanjutan dari zaman Renaissanance.
Aufkalerung berasal dari bahasa Jerman yang berarti “pencerahan”
atau dalam bahasa Inggris disebut “Enlighment”. Disebut era
pencerahan, karena pada abad ke-17 di Inggris berkembanglah suatu
tata negara yang liberal. Oleh karena itu, lambat laun pencerahan
tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir.
Sikap pencerahan terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat
adalah, orang-orang membuang jauh ajaran Descartes. Cita-cita
pemikiran pencerahan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan sampai
pada puncaknya yaitu oleh Isaac Newton, yang telah memberikan
hukum fisika klasik. Hukum-hukum filsafat itu diterapkan pada ilmu
pengetahuan yang lain.
Dari Inggris, gerakan ini dibawa ke Perancis dan dari sana
tersebarlah ke seluruh Eropa. Di Perancis gerakan ini bertentangan
dengan kemasyarakatan, gereja dan negara sehingga terjadilah konflik.
4
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media, 2005), Hal. 113
4
Akhirnya Jerman mengikuti jejak Perancis itu. Akan tetapi, di Jerman
gerakan aufkalerung ini berjalan lebih damai dan tenang.
Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orangorang bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan
wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum,
yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan5.
2.
Ciri-ciri Zaman Pencerahan
Abad pencerahan merupakan masa transisi akhir abad
pertengahan menuju awal zaman modern, sehingga terjadinya suatu
paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mem percayai bahwa
penggunaan akal pikir akan membimbing manusia untuk menemukan
hukum-hukum alam yang semuanya bisa memberi pencerahan. Ciriciri abad pencerahan, yaitu:
Penduniawian Terhadap Ajaran
Para filsuf dan tokoh agama abad pertengahan menafsirkan alam
semesta dengan manusia berdasarkan kitab-kitab suci, sedangkan
orang-orang pencerahan lebih cenderung kepada ilmu pasti. Para
pemikir abad pencerahan berkeyakinan bahwa gerbang menuju
kebenaran bukanlah berdasarkan wahyu, tetapi lebih kepada ilmu pasti,
logika, dan pemikiran.
Keyakinan Pada Pemikiran
Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional
dari alam dan pada hukum-hukum ilmiah. Pemikiran manusia adalah
suatu penentu yang berkuasa penuh pada suatu hal, dan manusia telah
ditentukan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam
mengupas kegaiban alam dan juga pemikirannya sendiri.
Paham Serba Guna
Jiwa tokoh zaman pencerahan bersifat serbaguna dan praktis. Manusia
harus mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya sendiri, sehingga
5
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogjakarta: Kanisius, 1989), Hal. 48
5
terbentuklah paham tentang martabat manusia. Manusia bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri, bukan kepada Tuhan. Manusia berhak
mencari dan mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan, pikirannya
bersifat serbaguna dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu
dan teknologi dapat meraih kemakmuran, sehingga muncullah paham
tentang hak atas kebahagiaan.
Optimisme atau Percaya Diri Sendiri
Orang-orang
pencerahan
sangat
yakin,
percaya
penuh
akan
kemampuan mereka untuk menemukan hukum-hukum alam sesuai
dengan pendapat mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat
alamiah, dan mereka yakin melalui penyelidikan dan penelitian akan
dapat mengungkap rahasia-rahasia alam6.
3.
Tokoh-tokoh Penting Zaman Pencerahan
Zaman Pencerahan tidak akan terjadi jika tidak ada filsuf yang
berkontribusi dalam terjadinya era baru. Tokoh-tokoh yang sangat
berperan dalam abad pencerahan, yaitu:
a. George Berkeley
Berkeley yang lahir di Irlandia menganut aliran empirisme. Ia
dilahirkan pada 12 Maret 1685 di County Kilkenny, Irlandia. Berkeley
mengembangkan suatu pandangan tentang pengenalan visual tentang
jarak dan ruang. Selain itu, ia juga mengembangkan sistem metafisik
yang serupa dengan idealisme untuk melawan pandangan skeptisisme.
Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang "pengenalan".
Menurutnya, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek
yang mengamati dan obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi
karena hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu
dengan pengamatan indra yang lain. Misalnya, jika seseorang
mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena ada hubungan antara
indra pelihat dan indra peraba. Indra penglihatan hanya mampu
menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari
6
Lestari, Historiografi Abad Pencerahan(2012). Diakses dari
http://sariaerahmawati.blogspot.com/Historiografi-Barat-Abad -Pencerahan.html
6
indra peraba. Kedua indra tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan
jarak adalah indra lain dan juga pengalaman. Dengan demikian,
Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap
sesuatu yang kongkret.
Pada 1709, Berkeley menerbitkan karya pertamanya yakni, "An
Essay towards a New Theory of Vision", dalam karyanya tersebut ia
membahas keterbatasan penglihatan manusia dan mengajukan teori
bahwa benda yang terlihat bukanlah benda material, tapi cahaya dan
warna. Hal tersebut membayangi karya filosofisnya Treatise Mengenai
Prinsip Pengetahuan Manusia tahun 1710, setelah penerimaan yang
buruk, ia menulis ulang dalam bentuk dialog dan diterbitkan dengan
judul Tiga Dialog antara Hylas dan Philonous pada tahun 1713 7.
b. David Hume
David Hume lahir di Edinburh, Skotlandia, 7 Mei 1711. Ia
mempelajari hukum, sastra, dan filsafat di Universitas Edinburgh.
Pribadinya lebih tertarik dengan dunia filsafat dibandingkan dengan
ilmu yang lain. Ia adalah seorang filsuf empiris. Ia bekerja sebagai
Diplomat di Perancis, Italia, Australia, Austria dan Inggris.
Zaman Hume dikenal sebagai “Zaman Akal Budi”. Budi merupakan
ide penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk
menunjukkan batas-batas akal budi. Pemikirannya lebih mengkritisi
keyakinan-keyakinan yang ada. Pada zaman Hume, banyak filsuf
Prancis
terancam
hidupnya
karena
dinilai
terlalu
radikal
memperjuangkan gagasan mereka.
Model pemikiran Hume bercorak skeptis, di mana ide rasio tidak
melebihi pengalaman. Ia sangat
menekankan
aspek pengalaman
daripada rasionalitas dalam menjelaskan segala sesuatu. Ia juga
berusaha mengkritisi keyakinan-keyakinan (tradisi) yang sudah ada
7
Muhammad nurdin fathurrahman, George Berkeley-Filsuf Empiris Inggris(2012). Diakses
dari http://ketikankebenaran.blogspot.com/2011/09/george-berkeley.html
7
sebelumnya. Meski demikian, Hume juga menyadari keterbatasan akal
budi untuk mengungkap sesuatu8.
c. Voltaire
Nama aslinya adalah Francois Marie arouet, lahir 21 November 1694
dan meninggal 30 Mei 1778. Ia lebih dikenal dengan nama penanya
“Voltaire” yang adalah seorang penulis dan filsuf Perancis pada era
Pencerahan. Voltaire dikenal dengan tulisan filsafatnya yang tajam,
dukungan terhadap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk
kebebasan beragama dan hak mendapatkan pengadilan. Ia sering
menggunakan karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan institusi
Perancis pada saat itu. Voltaire dianggap sebagai salah satu tokoh yang
paling berpengaruh pada zamannya.
Voltaire merupakan salah satu dari dua tokoh filsuf pencerahan
Perancis yang paling terkenal, tetapi fokus filsafat mereka tidak tertuju
pada metafisika dan epistemologi. Voltaire membatasi perhatiannya
pada masalah yang kurang abstrak dan lebih praktis, seperti politik dan
pendidikan. Gagasan Voltaire ialah bila manusia ingin merdeka dan
bebas dari kungkungan, ia harus melawan segala bentuk dominasi dan
pengaruh agama Kristen dan gereja. Bagi Voltaire sumber segala
kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia adalah agama yang
terorganisir (The root of all evil in the world was organised religion).
Agama memaksa manusia mempercayai absurditas, keyakinan
supranatural yang tidak masuk akal dan berbuat sesuatu atas nama
kehendak tuhan. Voltaire pecaya bahwa semua agama berakar dari
ketakutan manusia terhadap kekuatan misterius dari kekuatan alam.
Rasa ketakutan ini dieksploitisir oleh pendeta yang merasa menemukan
Tuhan, pengontrol semua kekuatan itu. Perintah dan nasehat pendeta
harus dipatuhi jika manusia ingin selamat9.
Stefanus Sylvan, Pokok Pemikiran David Hume-Tokoh Filsafat Modern(2013) diakses
dari www.academia.edu/3055959/Pokok-Pemikiran-David-Hume
9
Michael H Hart, Voltaire 1694-1778 (2012). Diakses dari
http://media.isnet.org/iptek/100/Voltaire.html
8
8
d. Jean Jaques Rousseau
Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva, 28 Juni 1712. Ia adalah
seorang tokoh filosofis besar, penulis dan juga komposer. Rousseau
mengarang sebuah novel yang berjudul Emile atau On Education yang
merupakan kunci pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya.
Menurut Rousseau, manusia abad pencerahan sudah mengubah dirinya
menjadi manusia rasional yang hanya mementingkan faktor material
untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Faktor-faktor non-material berupa
perasaan dan emosi mengalami pengikisan yang berakibat manusia
seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya saja. Abad Pencerahan
menurut Rousseau adalah abad pesimisme total. Pemikir-pemikir
pencerahan,
perkembangan
teknologi
dan
sains
menyebabkan
dekadensi moral dan budaya. Akibatnya, manusia menjadi rakus dan
tamak sehingga terjadi kerusakan dan penghancuran besar-besaran
bagi keberlangsungan manusia, baik itu alam maupun manusianya
sendiri. Oleh sebab itu, Rousseau berpikir bahwa manusia seharusnya
kembali pada kehidupannya yang alamiah yang memiliki emosi dan
perasaan untuk mencegah dan terhindar dari kehancuran total.
Pemikiran ini menjadi cikal bakal dari aliran Romantisme (paham
politik yang mengagungagungkan masa lampau) yang berkembang di
Eropa10.
e. Immanuel Kant
Immanuel kant lahir di Jerman pada tahun 1724 M. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa Kant adalah filsuf yang membawa filsafat ke dalam
abad baru. Ia merupakan filsuf terbesar dari zaman modern karena
kritiknya yang mendalam atas pengetahuan manusia. Kritik ini
tertampung dalam buku-buku yang ia karang. Buku-buku yang
terpenting atas kritiknya, yaitu:
a)
Kritik der Vernunft, 1781, (kritik atas akal murni)
b)
Kritik der Praktischen, 1788 (kritik atas akal budi praktis)
10
Anggina Mutiara Hanum, Perkembangan Pemikiran Politik dari Masa Pencerahan Hingga
Ke Masa Revolusi (2014) diakses dari http://www.academia.edu/9904780/CharlesLouis_de_Montesquieu_and_Jean-Jacques_Rousseau...
9
c)
Kritik der Urteilskraft, 1790 (kritik atas daya pertimbangan)11.
Kant adalah pelopor aliran kritisme. Secara harfiah, kritik berarti
“Pemisahan”. Berfikir Kritis, yaitu lebih mendasarkan diri pada nilainilai yang lebih tinggi dari pada akal, tetapi tidak mengingkari adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal, sehingga akal ada batasbatasnya12. Filsafat Kant lebih kepada pengenalan yang murni dan
yang tidak murni, yang pasti dan yang tidak pasti. Maksudnya,
filsafatnya sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio
secara objektif. Menurutnya, pemikiran telah mencapai arahnya yang
pasti di dalam ilmu pasti, seperti yang telah disusun oleh Newton13.
Tujuan Kant, yaitu menyusun suatu sistem tentang prinsip-prinsip
dasar pengetahuan yang berlaku secara mutlak dan umum. Prinsipprinsip dasar itu tidak berasal dari pengalaman, sebab pengalaman
tidak pernah menghasilkan suatu pengetahuan yang mutlak dan umum.
Akan tetapi, pengetahuan yang mutlak dan umum itu harus melekat
pada akal murni, sehingga program utama Kant adalah menyelidiki
akal budi untuk menemukan prinsip-prinsip dasar bagi pengetahuan
dalam segala bentuknya14. Ia juga mengupayakan agar filsafat menjadi
ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan membentuk
pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti yang kuat15.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah (Yogjakarta: Kanisius, 1982), hal.
94
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 119
Harun..., Sari Sejarah...,...,op.cit: hal.64
14
Theo..., Filsafat Hukum...,.... op.cit:hal 94.
15
Asmoro..., Filsafat umum,... op.cit: hal
12
13
10
Di abad ke-18 dimulai suatu zaman baru yang memang telah berakar pada
Renaissance dan mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Masa ini
disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang menurut Immanuel Kant,di
zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak baik yang disebabkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri yang tidak memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman
pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia merasa bebas, zaman perwalian
pemikiran manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari
luar dirinya.
Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program
khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer.
Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia
bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu
terlaksana ,orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat
sepihak empirisme.
Sedangkan di Perancis, salah satu tokohnya adalah Voltaire. Gagasannya
adalah bila manusia ingin merdeka dan bebas dari kungkungan, ia harus melawan
segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen dan gereja. Bagi Voltaire sumber
segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia adalah agama yang terorganisir.
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang Masalah
Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar,
sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan mendapat pijakan filsafat.
Dengan demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan
ditemukan hakikat, seluk beluk dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.
Pencarian kebijaksanaan bermakna menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran. Alat untuk menemukan kebijaksanaan adalah akal yang merupakan
sumber primer dalam berpikir. Oleh karena itu kebenaran filosofis tidak lebih
dari kebenaran berpikir yang rasional dan radikal.
Dalam perkembangan sejarahnya, filsafat terbagi menjadi beberapa
zaman sejarah, yaitu Zaman Patristik, Zaman Awal Skolastik, Zaman
Keemasan Skolastik, Zaman Akhir Abad Pertengahan, Zaman Modern (16001800) dan Zaman Baru (1800-1950 M).
Pada zaman Barat Modern, disebut sebagai masa pencerahan atau
disebut juga “aufklarung”, dimana pikiran orang-orang dibebaskan dari
doktrin-doktrin gereja yang memabatasi pemikiran para filsufnya. Sehingga
pemikiran para filsufnya lebih kepada ilmu pengetahuan bukan pada kitab
injil.
2
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Filsafat Barat Modern abad ke-17 Aliran Idealisme
Idealisme berasal dari kata idea yang berarti sesuatu yang hadir dalam
jiwa dan isme yang berarti paham atau pemikiran. Sehingga, idealisme adalah
doktrin yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami
dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh) Pandangan ini
telah dimiliki oleh Plato yang sudah jauh ada sebelum adanya tokoh-tokoh
idealisme1.
Idealisme mempunyai argumen epistimologi tersendiri. Penganut
aliran idealisme menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek
fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Idealisme secara umum selalu
berhubungan dengan rasionalisme
yang mengajarkan bahwa pengetahuan
dapat diperoleh dengan akal manusia. Lawan rasionalisme ialah empirisme 2
yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh melalui akal, akan tetapi
dengan pengalaman. Orang-orang empiris amat sulit menerima paham bahwa
semua realitas bergantung kepada jiwa atau roh karena pandangan itu
melibatkan dogma metafisik atau doktrin yang fokusnya kepada hal-hal yang
terlihat nyata maupun abstrak3.
II.
Filsafat Barat Zaman Modern abad ke-18
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), hal.144
Empirisme adalah suatu aliran dalam filosof yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan peranan akal.(Ahmad Syadali, 2004:116)
3
Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hal. 260
1
2
3
Pada abad ke-18, era filsafat semakin berkembang ke arah yang lebih
modern, berbeda sekali dengan zaman-zaman sebelumnya, yang filsafat itu
sendiri didoktrin oleh gereja, sehingga pembahasan para filsuf tidak jauh dari
jiwa atau roh yang didasari oleh doktrin metafisik. Immanuel Kant
mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan,
“Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig
yang dengannya ia sendiri bersalah.”
Maksud dari denifisinya itu adalah, manusia itu sendiri bersalah.
Mereka mempunyai rasio atau akal yang telah di anugerahkan oleh Tuhan,
tetapi mereka tidak menggunakan akalnya sendiri untuk mencari kebenaran4.
1.
Pengertian Aufkalerung atau Pencerahan
Banyak para ahli yang berpendapat bahwa zaman aufkalerung
itu fase dewasa yaitu masa kelanjutan dari zaman Renaissanance.
Aufkalerung berasal dari bahasa Jerman yang berarti “pencerahan”
atau dalam bahasa Inggris disebut “Enlighment”. Disebut era
pencerahan, karena pada abad ke-17 di Inggris berkembanglah suatu
tata negara yang liberal. Oleh karena itu, lambat laun pencerahan
tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir.
Sikap pencerahan terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat
adalah, orang-orang membuang jauh ajaran Descartes. Cita-cita
pemikiran pencerahan dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan sampai
pada puncaknya yaitu oleh Isaac Newton, yang telah memberikan
hukum fisika klasik. Hukum-hukum filsafat itu diterapkan pada ilmu
pengetahuan yang lain.
Dari Inggris, gerakan ini dibawa ke Perancis dan dari sana
tersebarlah ke seluruh Eropa. Di Perancis gerakan ini bertentangan
dengan kemasyarakatan, gereja dan negara sehingga terjadilah konflik.
4
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika (Jakarta: Prenada Media, 2005), Hal. 113
4
Akhirnya Jerman mengikuti jejak Perancis itu. Akan tetapi, di Jerman
gerakan aufkalerung ini berjalan lebih damai dan tenang.
Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orangorang bercita-cita untuk mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan
wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum,
yang dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan5.
2.
Ciri-ciri Zaman Pencerahan
Abad pencerahan merupakan masa transisi akhir abad
pertengahan menuju awal zaman modern, sehingga terjadinya suatu
paham dari orang-orang intelektual Eropa yang mem percayai bahwa
penggunaan akal pikir akan membimbing manusia untuk menemukan
hukum-hukum alam yang semuanya bisa memberi pencerahan. Ciriciri abad pencerahan, yaitu:
Penduniawian Terhadap Ajaran
Para filsuf dan tokoh agama abad pertengahan menafsirkan alam
semesta dengan manusia berdasarkan kitab-kitab suci, sedangkan
orang-orang pencerahan lebih cenderung kepada ilmu pasti. Para
pemikir abad pencerahan berkeyakinan bahwa gerbang menuju
kebenaran bukanlah berdasarkan wahyu, tetapi lebih kepada ilmu pasti,
logika, dan pemikiran.
Keyakinan Pada Pemikiran
Zaman pencerahan merupakan abad keyakinan pada tingkat rasional
dari alam dan pada hukum-hukum ilmiah. Pemikiran manusia adalah
suatu penentu yang berkuasa penuh pada suatu hal, dan manusia telah
ditentukan untuk menggunakan kemampuan intelektualnya dalam
mengupas kegaiban alam dan juga pemikirannya sendiri.
Paham Serba Guna
Jiwa tokoh zaman pencerahan bersifat serbaguna dan praktis. Manusia
harus mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya sendiri, sehingga
5
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogjakarta: Kanisius, 1989), Hal. 48
5
terbentuklah paham tentang martabat manusia. Manusia bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri, bukan kepada Tuhan. Manusia berhak
mencari dan mengumpulkan kekayaan demi kebahagiaan, pikirannya
bersifat serbaguna dan praktis dengan menempatkan kemajuan ilmu
dan teknologi dapat meraih kemakmuran, sehingga muncullah paham
tentang hak atas kebahagiaan.
Optimisme atau Percaya Diri Sendiri
Orang-orang
pencerahan
sangat
yakin,
percaya
penuh
akan
kemampuan mereka untuk menemukan hukum-hukum alam sesuai
dengan pendapat mereka melalui ilmu pengetahuan yang bersifat
alamiah, dan mereka yakin melalui penyelidikan dan penelitian akan
dapat mengungkap rahasia-rahasia alam6.
3.
Tokoh-tokoh Penting Zaman Pencerahan
Zaman Pencerahan tidak akan terjadi jika tidak ada filsuf yang
berkontribusi dalam terjadinya era baru. Tokoh-tokoh yang sangat
berperan dalam abad pencerahan, yaitu:
a. George Berkeley
Berkeley yang lahir di Irlandia menganut aliran empirisme. Ia
dilahirkan pada 12 Maret 1685 di County Kilkenny, Irlandia. Berkeley
mengembangkan suatu pandangan tentang pengenalan visual tentang
jarak dan ruang. Selain itu, ia juga mengembangkan sistem metafisik
yang serupa dengan idealisme untuk melawan pandangan skeptisisme.
Inti pandangan filsafat Berkeley adalah tentang "pengenalan".
Menurutnya, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek
yang mengamati dan obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi
karena hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu
dengan pengamatan indra yang lain. Misalnya, jika seseorang
mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena ada hubungan antara
indra pelihat dan indra peraba. Indra penglihatan hanya mampu
menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari
6
Lestari, Historiografi Abad Pencerahan(2012). Diakses dari
http://sariaerahmawati.blogspot.com/Historiografi-Barat-Abad -Pencerahan.html
6
indra peraba. Kedua indra tersebut juga tidak menunjukkan jarak
antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan
jarak adalah indra lain dan juga pengalaman. Dengan demikian,
Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap
sesuatu yang kongkret.
Pada 1709, Berkeley menerbitkan karya pertamanya yakni, "An
Essay towards a New Theory of Vision", dalam karyanya tersebut ia
membahas keterbatasan penglihatan manusia dan mengajukan teori
bahwa benda yang terlihat bukanlah benda material, tapi cahaya dan
warna. Hal tersebut membayangi karya filosofisnya Treatise Mengenai
Prinsip Pengetahuan Manusia tahun 1710, setelah penerimaan yang
buruk, ia menulis ulang dalam bentuk dialog dan diterbitkan dengan
judul Tiga Dialog antara Hylas dan Philonous pada tahun 1713 7.
b. David Hume
David Hume lahir di Edinburh, Skotlandia, 7 Mei 1711. Ia
mempelajari hukum, sastra, dan filsafat di Universitas Edinburgh.
Pribadinya lebih tertarik dengan dunia filsafat dibandingkan dengan
ilmu yang lain. Ia adalah seorang filsuf empiris. Ia bekerja sebagai
Diplomat di Perancis, Italia, Australia, Austria dan Inggris.
Zaman Hume dikenal sebagai “Zaman Akal Budi”. Budi merupakan
ide penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk
menunjukkan batas-batas akal budi. Pemikirannya lebih mengkritisi
keyakinan-keyakinan yang ada. Pada zaman Hume, banyak filsuf
Prancis
terancam
hidupnya
karena
dinilai
terlalu
radikal
memperjuangkan gagasan mereka.
Model pemikiran Hume bercorak skeptis, di mana ide rasio tidak
melebihi pengalaman. Ia sangat
menekankan
aspek pengalaman
daripada rasionalitas dalam menjelaskan segala sesuatu. Ia juga
berusaha mengkritisi keyakinan-keyakinan (tradisi) yang sudah ada
7
Muhammad nurdin fathurrahman, George Berkeley-Filsuf Empiris Inggris(2012). Diakses
dari http://ketikankebenaran.blogspot.com/2011/09/george-berkeley.html
7
sebelumnya. Meski demikian, Hume juga menyadari keterbatasan akal
budi untuk mengungkap sesuatu8.
c. Voltaire
Nama aslinya adalah Francois Marie arouet, lahir 21 November 1694
dan meninggal 30 Mei 1778. Ia lebih dikenal dengan nama penanya
“Voltaire” yang adalah seorang penulis dan filsuf Perancis pada era
Pencerahan. Voltaire dikenal dengan tulisan filsafatnya yang tajam,
dukungan terhadap hak-hak manusia, dan kebebasan sipil, termasuk
kebebasan beragama dan hak mendapatkan pengadilan. Ia sering
menggunakan karyanya untuk mengkritik dogma gereja dan institusi
Perancis pada saat itu. Voltaire dianggap sebagai salah satu tokoh yang
paling berpengaruh pada zamannya.
Voltaire merupakan salah satu dari dua tokoh filsuf pencerahan
Perancis yang paling terkenal, tetapi fokus filsafat mereka tidak tertuju
pada metafisika dan epistemologi. Voltaire membatasi perhatiannya
pada masalah yang kurang abstrak dan lebih praktis, seperti politik dan
pendidikan. Gagasan Voltaire ialah bila manusia ingin merdeka dan
bebas dari kungkungan, ia harus melawan segala bentuk dominasi dan
pengaruh agama Kristen dan gereja. Bagi Voltaire sumber segala
kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia adalah agama yang
terorganisir (The root of all evil in the world was organised religion).
Agama memaksa manusia mempercayai absurditas, keyakinan
supranatural yang tidak masuk akal dan berbuat sesuatu atas nama
kehendak tuhan. Voltaire pecaya bahwa semua agama berakar dari
ketakutan manusia terhadap kekuatan misterius dari kekuatan alam.
Rasa ketakutan ini dieksploitisir oleh pendeta yang merasa menemukan
Tuhan, pengontrol semua kekuatan itu. Perintah dan nasehat pendeta
harus dipatuhi jika manusia ingin selamat9.
Stefanus Sylvan, Pokok Pemikiran David Hume-Tokoh Filsafat Modern(2013) diakses
dari www.academia.edu/3055959/Pokok-Pemikiran-David-Hume
9
Michael H Hart, Voltaire 1694-1778 (2012). Diakses dari
http://media.isnet.org/iptek/100/Voltaire.html
8
8
d. Jean Jaques Rousseau
Jean Jacques Rousseau lahir di Geneva, 28 Juni 1712. Ia adalah
seorang tokoh filosofis besar, penulis dan juga komposer. Rousseau
mengarang sebuah novel yang berjudul Emile atau On Education yang
merupakan kunci pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya.
Menurut Rousseau, manusia abad pencerahan sudah mengubah dirinya
menjadi manusia rasional yang hanya mementingkan faktor material
untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Faktor-faktor non-material berupa
perasaan dan emosi mengalami pengikisan yang berakibat manusia
seolah-olah hanya bergerak menurut rasionya saja. Abad Pencerahan
menurut Rousseau adalah abad pesimisme total. Pemikir-pemikir
pencerahan,
perkembangan
teknologi
dan
sains
menyebabkan
dekadensi moral dan budaya. Akibatnya, manusia menjadi rakus dan
tamak sehingga terjadi kerusakan dan penghancuran besar-besaran
bagi keberlangsungan manusia, baik itu alam maupun manusianya
sendiri. Oleh sebab itu, Rousseau berpikir bahwa manusia seharusnya
kembali pada kehidupannya yang alamiah yang memiliki emosi dan
perasaan untuk mencegah dan terhindar dari kehancuran total.
Pemikiran ini menjadi cikal bakal dari aliran Romantisme (paham
politik yang mengagungagungkan masa lampau) yang berkembang di
Eropa10.
e. Immanuel Kant
Immanuel kant lahir di Jerman pada tahun 1724 M. Banyak ahli yang
mengatakan bahwa Kant adalah filsuf yang membawa filsafat ke dalam
abad baru. Ia merupakan filsuf terbesar dari zaman modern karena
kritiknya yang mendalam atas pengetahuan manusia. Kritik ini
tertampung dalam buku-buku yang ia karang. Buku-buku yang
terpenting atas kritiknya, yaitu:
a)
Kritik der Vernunft, 1781, (kritik atas akal murni)
b)
Kritik der Praktischen, 1788 (kritik atas akal budi praktis)
10
Anggina Mutiara Hanum, Perkembangan Pemikiran Politik dari Masa Pencerahan Hingga
Ke Masa Revolusi (2014) diakses dari http://www.academia.edu/9904780/CharlesLouis_de_Montesquieu_and_Jean-Jacques_Rousseau...
9
c)
Kritik der Urteilskraft, 1790 (kritik atas daya pertimbangan)11.
Kant adalah pelopor aliran kritisme. Secara harfiah, kritik berarti
“Pemisahan”. Berfikir Kritis, yaitu lebih mendasarkan diri pada nilainilai yang lebih tinggi dari pada akal, tetapi tidak mengingkari adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal, sehingga akal ada batasbatasnya12. Filsafat Kant lebih kepada pengenalan yang murni dan
yang tidak murni, yang pasti dan yang tidak pasti. Maksudnya,
filsafatnya sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio
secara objektif. Menurutnya, pemikiran telah mencapai arahnya yang
pasti di dalam ilmu pasti, seperti yang telah disusun oleh Newton13.
Tujuan Kant, yaitu menyusun suatu sistem tentang prinsip-prinsip
dasar pengetahuan yang berlaku secara mutlak dan umum. Prinsipprinsip dasar itu tidak berasal dari pengalaman, sebab pengalaman
tidak pernah menghasilkan suatu pengetahuan yang mutlak dan umum.
Akan tetapi, pengetahuan yang mutlak dan umum itu harus melekat
pada akal murni, sehingga program utama Kant adalah menyelidiki
akal budi untuk menemukan prinsip-prinsip dasar bagi pengetahuan
dalam segala bentuknya14. Ia juga mengupayakan agar filsafat menjadi
ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan membentuk
pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti yang kuat15.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah (Yogjakarta: Kanisius, 1982), hal.
94
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 119
Harun..., Sari Sejarah...,...,op.cit: hal.64
14
Theo..., Filsafat Hukum...,.... op.cit:hal 94.
15
Asmoro..., Filsafat umum,... op.cit: hal
12
13
10
Di abad ke-18 dimulai suatu zaman baru yang memang telah berakar pada
Renaissance dan mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Masa ini
disebut dengan masa pencerahan atau Aufklarung yang menurut Immanuel Kant,di
zaman ini manusia terlepas dari keadaan tidak baik yang disebabkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri yang tidak memanfaatkan akalnya. Voltaire menyebut zaman
pencerahan sebagai “zaman akal” dimana manusia merasa bebas, zaman perwalian
pemikiran manusia dianggap sudah berakhir,mereka merdeka dari segala kuasa dari
luar dirinya.
Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program
khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer.
Di Jerman hadir sosok Immanuel Kant yang dalam filsafat kritiknya ia
bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu
terlaksana ,orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat
sepihak empirisme.
Sedangkan di Perancis, salah satu tokohnya adalah Voltaire. Gagasannya
adalah bila manusia ingin merdeka dan bebas dari kungkungan, ia harus melawan
segala bentuk dominasi dan pengaruh agama Kristen dan gereja. Bagi Voltaire sumber
segala kejahatan dan bencana kemanusiaan di dunia adalah agama yang terorganisir.