HUKUM PASAR UANG ANTAR BANK BERDASARKAN

HUKUM PASAR UANG ANTAR BANK BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH
Makalah ini diajukan sebagai Tugas Ujian Tengah Semester pada Mata Kuliah
Hukum Perbankan Syariah
Dosen Pengampu :
Muhammad Hasanuddin, M. Ag

Disusun oleh :
Kelompok 2
Hera Ananda
Hilman Anggi Miftahudin
Hilman Mucharom
Imas Nurul Fuadiah
Ita Puspitasari
Ivan Hermanto

1133020085
1133020087
1133020088
1133020096
1133020104

1133020105

Muamalah / HPS B / V

Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2015 / 2016

HUKUM PASAR UANG ANTAR BANK
BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
Oleh : Kelompok 2
Hukum Perbankan Syariah V/B

A. Pendahuluan
Gagasan bahwa islam merupakan suatu jalan hidup yang unik dan berbeda
dari semua isme dan ideologi lain, merembes kedalam kehidupan ekonomi ummat.
Suatu penentuan untuk membentuk kembali perekonomian berdasarkan jalur islam
yang khas telah menjadi dimensi penting bagi peradaban ekonomi islam.
Salah satu instrument ekonomi islam adalah Perbankan Syariah. Dewasa
ini sektor Perbankan Syariah dan investasi bukanlah


menjadi suatu masalah

teoritis semata, melainkan menjadi suatu yang penting bagi proses islamisasi
ekonomi. Lebih dari dua belas bank nasional dan internasional yang bebas bunga
dewasa ini telah beroperasi dengan gemilang diberbagai belahan dunia,
perkembangan ini pun dipastikan akan mempunyai berbagai konsekuensi berdaya
jangkau jauh bagi mode perbankan dalam perspektif ekonomi islam1.
Selain itu sektor uang pun menjadi suatu yang krusial bagi proses islamisasi
ekonomi, terlebih bagi dunia perbankan.
Perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat memerlukan
pengelolaan likuiditas dan pasar uang yang lebih likuid dan efisien. Oleh karena
itu dalam rangka pengelolaan dana bank, baik yang berupa kelebihan maupun
kekurangan dana, maka keberadaan Pasar Uang Antar Bank menjadi sangat
penting bagi dunia perbankan (PUAK bagi perbankkan konvensional dan PUAS
bagi perbankkan Syariah) sebagai sarana memobilisasi pengumpulan dana

1

Muhammad Nejatullah Siddiqi, Bank Islam ( Bandung; Pustaka Ganesha, 1984 )


2

masyarakat dan untuk memenuhi atau mempertahankan likuiditasnya.2 Atas dasar
tersebut tulisan ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dan hukum pasar
uang antar bank, regulasi yang menjadi landasan serta ketentuan pelaksanaan
pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, dan kendala apa
saja yang dihadapi bank syariah terhadap adanya pasar uang antar bank
berdasarkan prinsip syariah.

B. Pengertian dan Hukum Pasar Uang antar Bank
Pengertian pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS)
diatur dalam Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/26/PBI/2005
tentang perubahan atas PBI No. 2/8/PBI/2000 tentang PUAS adalah kegiatan
investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip
mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola
untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan dan keuntungan
tersebut akan dibagikan kepada kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Pengertian lain terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 37/DSN-MUI/X/2002

tanggal 23 Oktober 2002 Masehi atau 16 Sya’ban 1423 Hijriyah, menyebutkan
bahwa PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar peserta
pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 3
PUAS merupakan salah satu sarana perangkat dan piranti yang
memudahkan bank syariah untuk berinteraksi dengan bank syariah lain atau unit
usaha syariah Bank Konvensional. Pasar uang (money market) adalah pasar di
mana di dalamnya diperdagangkan surat-surat berharga jangka pendek.4 Artikelartikel yang diperdagangkan di pasar uang adalah uang (money) dan uang kuasi
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, UUP AMP YKPN,Yogyakarta, 2002.h.3112.
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia.
(Jakarta : Prenada Media Grup, 2006) Hlm. 110
4
Zainul Arifin, , Dasar-Dasar Manajeman Bank Syari’ah, (Jakarta : Pustaka Alvabet.III, 2005),
hlm.169.

2

3

3


(near money).5 Uang dan uang kuasi tersebut yag dimaksud tidak lain adalah suratsurat berharga (financial paper ) yang mewakili uang dimana seseorang (atau
perusahaan) mempunyai kewajiban kepada orang (atau perusahaan) lain.
Dalam hal pasar uang ini, yang ditransaksikan adalah hak untuk
menggunakan uang dalam jangka waktu tertentu. Jadi di pasar tersebut terjadi
transaksi pinjam- meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan hutang-piutang.
Adapun barang yang ditransaksikan dalam pasar ini adalah secarik kertas berupa
surat hutang atau janji untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu
tertentu pula.6
Surat-surat berharga yang diperdagangkan di dalam pasar uang dapat
bervariasi, bisa surat berharga yang berjangka kurang dari satu tahun sampai
dengan surat berharga yang berjangka lima tahun, akan tetapi pada kenyataanya
sebagian besar aktiva keuangan yang diperdagangkan di pasar uang adalah surat
berharga yang berjangka kurang dari satu tahun. Hal ini dikarenakan surat
berharga yang berjangka lebih panjang biasanya lebih banyak dimiliki oleh
investor di pasar modal.
Tujuan pasar uang adalah untuk memberikan alternatif, baik bagi lembaga
keuangan bank maupun bukan bank untuk memperoleh sumber dana atau
menanamkan dananya.7 Karenanya keberadaan pasar uang dalam sistem
perekonomian sangat mutlak dibutuhkan, diakibatkan banyaknya lembaga atau
perusahaan serta individu yang mengalami arus kas yang tidak sesuai antara

inflows dan outflows. Dengan demikian, dalam rangka peningkatan efisiensi
pengelolaan dana bank jika permasalahan ini dihubungkan dengan kondisi
likuiditas sebuah perbankan syariah, maka tentunya dibutuhkan suatu pasar
uangantar bank yang berdasarkan prinsip-prinsip ajaran syariah yang ada. Oleh
5

Heinz Reihl and Rita M Ropdriguez, Foreign Exchange Market,A Guide to Foreign Currency
Options,(MG Graw),hlm.4.
6
muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktik, jakarta : Gema Insani :2001 .hal
183
7
Ensiklopedi Ekonomi , Bisnis an Manajemen (jilid 2) (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka , 1992 hal 24

4

karenanya PUAS dalam kancah perbankan syariah di Indonesia ini dapat
memenuhi kebutuhan akan pasar uang tersebut. Pandangan Islam Terhadap Uang
Islam memandang uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas atau
barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi

kebutuhan transaksi (money demad for transaction), bukan untuk spekulasi atau
trading . Islam tidak mengenal spekulasi (money demand for speculation). Karena
pada hakikatnya uang adalah milik Allah SWT yang diamanahkan kepada manusia
untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Dalam
pandangan Islam uang adalah flow concept , karenanya harus selalu berputar
dalam perekonomian, sebab semakin cepat uang itu berputar dalam perekonomian,
akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan akan semakin baik
perekonomian.
Prinsip Syariah Dalam Pasar Uang Sebagaimana telah disinggung di atas,
bahwa tugas utama manejemen bank, adalah memaksimalkan laba, meminimalkan
resiko dan menjamin selalu tersedianya likuiditas yang cukup, tidak kurang dan
tidak lebih. Dengan adanya fasilitas pasar uang antar bank, maka bank-bank
syari’ah, akan mendapatkan kemudahan-kemudahan, untuk memanfaatkan dana
yang sementara idle ( nganggur) , bank dapat melakukan investasi jangka pendek
di Pasar Uang, dan begitu sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
jangka pendek, bank juga dapat memperolehnya dari Pasar Uang. Namun, karena
surat-surat berharga yang beredar di pasar uang konvensional merupakan suratsura berharga yang berbasis bunga, maka bank-bank syari’ah tidak dapat
memanfaatkan pasar uang yang ada, karena perbankkan syari’ah tidak
diperbolehkan menjadi bagian dari aktiva maupun pasiva yang berbasis bunga, dan
hal ini merupakan kendala bagi kalangan perbankkan syari’ah dalam melakukan

pengelolaan likuiditas. Oleh karena itu untuk mendukung kelancaran perbankkan
syari’ah dalam mengelola likuiditasnya, maka perlu adanya instrumen-instrumen
pasar uangyang berbasis syari’ah, sehingga perbankkan syariah dapat melakukan
fungsinya secara penuh, tidak saja dalam memfasilitasi kegiatan perdagangan

5

jangka pendek akan tetapi juga berperan dalam mendukung Investasi jangka
panjang.
Adapun landasan atau dalil yang dijadikan dasar atas dperbolehkanya
pelaksanaan pasar uang antar bank dengan prinsip syari’ah adalah Firman Allah
dalam surat Al Baqarah ayat 275 yang berbunyi :

َ‫شيط ن من المس ذل ب ن‬
َ ‫الَذ يتخبَطه ال‬
‫فه‬

‫الَذين ي ك ن الرب ا ي م ن إاَ كم ي‬

‫ح َل ه البيع ح َر الرب فمن ج ءه م عظةُ من َربه ف نت‬


‫النَ ر ه في خ لد ن‬

‫صح‬

‫ق ل ا إنَم البيع مثل الرب‬

‫م س ف مره إل ه من ع د ف لئ‬

Artinya : orang – orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu ada;ah disebabkan mereka berpendapat sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padalah Alloh telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.

Serta

Kaidah fiqhiyah yang berbunyi: “Segala sesuatu di dalam

mu’amalah boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkany”.

Pasar Uang dalam Perspektif Islam Islam memandang uang hanyalah
sebagai alat tukar (money demand for transaction) bukan untuk spekulasi (money
demand for speculation). Dalam pandangan Islam, Uang adalah Flow Concept

sehingga harus selalu berputar dalam perekonomian agar akan semakin tinggi
tingkat pendapatan masyarakat dan perekonomian pun semakin baik. sebuah
transaksi yang terjadi dalam sebuah perbankan yang mengatas namakan syariah
maka harus dengan prinsip syariah, dalam transaksi pasar uang yang terjadi
antarbank dalam prinsip syariah.

C. Regulasi Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS)
Dalam hal landasan operasional pasar uang antar bank berdasarkan prinsip
syariah ada dua regulasi yang berlaku yakni Fatwa DSN No : 37/DSN-

6

MUI/X/2002 tentang pasar uang antar bank dan Peraturan Bank Indonesia No.
17/4/PBI/2015 Tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah.
Adapun ketentuan umum operasional pasar uang antar bank berdasarkan
prinsip syariah yang tercantum dalam Fatwa DSN No : 37/DSN-MUI/X/2002

tentang pasar uang antar bank adalah :
Pertama Ketentuan Umum :
1. Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank yang berdasarkan bunga.
2. Pasar uang antarbank yang dibenarkan menurut syariah yaitu pasar uang
antarbank yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah adalah kegiatan transaksi
keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
4. Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3, adalah: o bank syariah
sebagai pemilik atau penerima dana o bank konvensional hanya sebagai pemilik
dana
Kedua : Ketentuan Khusus
1) Akad yang dapat digunakan dalam Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip
Syariah adalah:
a) Mudharabah (Muqaradhah)/ Qiradh
b) Musyarakah
c) Qardh
d) Wadi’ah
e) Al-Sharf
2) Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang sebagaimana tersebut dalam
butir
3) Menggunakan

akad-akad

syariah

yang

digunakan

dan

hanya

boleh

dipindahtangankan sekali.
Dari segi keputusan-keputusan yang tertuang dalam fatwa tersebut
disebutkan bahwa pasar uang antar bank yang dibenarkan adalah tanpa bunga, dan

7

akad-akad yang dianjurkan adalah mudharabah, musyarakah, qard, wadiah,
maupun sharf, dan atas kepemilikan atas instrumen pasar hanya dapat
dipindahtangankan satu kali saja. namun dalam realitanya akad-akad yang sering
digunakan adalah wadiah dan mudharabah.
Selanjutnya dari segi keputusan yang tertuang dalam Fatwa Peraturan Bank
Indonesia No. 17/4/PBI/2015 Tentang Pasar Uang Antar bank Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Ketentuan Umum
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Bank Umum Konvensional yang selanjutnya disingkat BUK adalah Bank
Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai Perbankan, termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
2. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disingkat BUS adalah Bank Umum
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai Perbankan Syariah.
3. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS adalah Unit Usaha Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
Perbankan Syariah.
4. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing yang selanjutnya
disebut Perusahaan Pialang adalah Perusahaan Pialang sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pialang pasar uang
rupiah dan valuta asing.
5. Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disingkat
PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank
berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing.
6. Instrumen Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya
disebut Instrumen PUAS adalah instrumen keuangan berdasarkan prinsip
syariah yang digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS.

8

7. Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah Berdasarkan Prinsip
Syariah yang selanjutnya disebut Transaksi Repo Syariah adalah transaksi
penjualan surat berharga syariah oleh peserta PUAS kepada peserta PUAS
lainnya yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, dengan janji pembelian
kembali pada waktu tertentu yang diperjanjikan.
8. Prinsip Syariah adalah Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang yang mengatur mengenai Perbankan Syariah.

D. Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah dan Pasar Uang Antar
Bank Secara Konvensional
Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah dan pasar uang antar bank
secara konvensional memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yakni :
 Persamaan

Persamaan Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah dan pasar uang
antar bank secara konvensional adalah Keduanya merupakan instrument
likuiditas yang fungsinya memudahkan perbankan yang mengalami kesulitan
likuditas, baik berupa kekurnagan maupun kelebihan likuiditas. Kemudian
pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah dan pasar uang antar bank
secara konvensional keduanya memiliki jagka waktu paling lama 90 hari atau
merupakan jenis investaasi jangka pendek. Selanjutnya dalam hal pembayaran
keduanya dapat dilakukan dengan nota kredit melalui kliring atau bilyet giro
Bank Indonesia atau transfer dana secara elektronis.

 Perbedaan

Yang membedakan antara pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah
dan pasar uang antar bank secara konvensional adalah Puas tidak mendasarkan
transaksinya pada suku bunga melainkan pola bagi hasil, sedangkan PUAB
seluruhnya mendasarkan transaksinya pada suku bunga. Kemudian perserta
PUAS meliputi bank syariah dan bank konvesional sedangkan PUAB hanya

9

bank konvesional. Dalam hal piranti yang digunakan dalam PUAS adalah
sertifikat IMA (Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah), sedangkan piranti
yang umum digunakan dalam PUAB adalah promes atau promisiary notes.
sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS hanya dapat dialihkan satu kali,
sedangkan terhadap proes dapat dipindahtangankan berulang kali selama belum
jatuh tempo.
Dalam perhitungan imbalan piranti utama PUAS tidak mengikutkan sama
sekali komponen bunga, dilain pihak bunga merupakan komponen utama
perhitungan imbalan dalam PUAB
Sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS diterbitkan sebagai tanda bukti
penyertaan dalam suatu proyek investasi, oleh karena itu hanya dapat dipindah
tangan kan satu kali, sedangkan promes merupakan satu negotiable instrument
dimana para pihak tidak di batasi dalam menegosiasiaknnya hingga jatuh tempo
akhir.
E. Transaksi Pasar Uang Antar Bank Syari’ah.
Piranti yang digunakan transaksi dalam pasar Uang Antar Syari’ah (PUAS)
adalah Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA)8, SBPU (Surat
Berharga Pasar Uang) Mudharbah dan SWBI (Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia),
sedangkan mengenai instrumen apa yang dipakai dalam pasar uang berprinsip
syariah adalah apa yang disebut dengan SIMA atau Sertifikat Investasi
Mudharabah Antar Bank yang digunakan sebagai sarana investasi bagi bank yang
memiliki kelebihan dana untuk mendapatkan keuntungan, dan di lain pihak dapat
digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan dana jangka pendek bagi
banksyariah yang mengalami defisit dana. Di Indonesia masalah ini telah diatur
oleh Bank Indonesia dengan PBI No.2/8/PBI/2000. dan Fatwa DSN Nomor:
37/DSNMUI/X.2002. Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam

8

Atang Abd Hakim, Fiqih Perbankan Syariah, Bandung : Refika Aditama. 2011, hlm 102

10

menerbitkan sertifikat ini adalah:
1. Mencantumkan hal-hak sebagai berikut :
a. Kata-kata ”Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank”.
b. Tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
Syari’ah (IMA).
c. Nomor Seri Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA).
d. Nilai Nominal Investasi.
e. Nisbah bagi hasil.
f. Jangka waktu Investasi.
g. Tingkat Indikasi Imbalan.
h. Tanggal Pembayaran Nominal dan Imbalan.
i. Tempat Pembayaran.
j. Nama Bank Penanam Dana.
k. Nama Bank Penerbit dan tanda tangan pejabat yang berwenang.
2. Berjangka waktu paling lama 90 hari (sembilan puluh) hari.
3. Diterbitkan oleh Kantor pusat bank Syari’ah atau Unit Usaha Syari’ah.
4. Format Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) hendaknya
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Bagi bank Syariah yang telah menerbitkan Sertifikat Investasi Mudharabah
Antar Bank Syari’ah (IMA) wajib melaporkan kepada Bank Indonesia pada hari
penerbitan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) tersebut
mengenai hal-hal: (1) Nilai Nominal Investasi; (2) Nisbah Bagi Hasil; (3) Jangka
waktu Investasi dan; (4) Tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA.
Adapun peserta yang terlibat dalam transaksi PUAS ini adalah bank-bank
yang secara langsung menerbitkan SIMA ini dan bank-bank yang ikut
menanamkan dananya pada sertifikat tersebut. Sementara itu bank-bank yang
boleh melakukan penerbitan atas sertifikat IMA ini adalah: (1) Kantor pusat bank
syariah, yaitu bank yang seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.
(2) Unit usaha syariah (UUS), yaitu kantor pusat dari kantor- kantor cabang

11

syariah dari bank umum yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah. Dan adapun bank-bank yang diperbolehkan untuk menjadi penanam
modal pada sertifikat IMA ini adalah kantor pusat bank syariah, yaitu bank yang
seluruh kegiatann usahanya berdasarkan prinsip syariah. Di samping itu adalah
kantor pusat unit usaha syariah ataupun kantor pusat bank umum yang
menjalankan kegiatan usaha perbankan secara konvensional.

F. Mekanisme Transaksi dan Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Berdasarkan
Prinsip Syariah
Terdapat beberapa mekanisme dalam melaksanakan transaksi berdasarkan
prinsip syariah yakni :
1. mekanisme Call money ; bisa diperdagangkan secara langsung antar bank, dan
biasanya dilakukan melalui telepon. Hal ini dilakukan karena kebutuhan liquiditas
bank biasanya mendesak, baik karena kekurangan dalam kliring maupun untuk
memenuhi kebutuhan kewajiban likuiditas.
2. SBI dan SBPU harus diperdagangkan melaui security house (Ficorinvest)
sebagai perantara antara pemilik dan pemakai, melalui jual beli surat-surat
berharga dengan mekanisme; BI menjual SBI kepada Ficorinvest, barulah
kemudian kepada lembaga-lembaga keuangan.
3. mekanisme untuk SBPU; nasabah, baik badan usaha maupun perorangan
mengeluarkan surat aksep atau wesel untuk mendapatkan dana dari bank atau
lembaga keuangan non-bank, kemudian surat-surat berharga ini diperjualbelikan
oleh bank atau lembaga keuangan non-bank melalui security house yang akan
memperjualbelikan dengan BI.9
Adapun mekanisme dan penyelesaian transaksi Investasi Mudharabah
Antar Bank Syari’ah (IMA) dalam pasar uang adalah sebagai berikut:
9

Ensiklopedi Ekonomi , Bisnis an Manajemen (jilid 2) (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka , 1992 hal 2425

12

1. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) yang diterbitkan
oleh Bank Pengelola dana dalam rangkap tiga, lembar pertama dan kedua
tersebut wajib diserahkan kepada bank penanam dana sebagai bukti
penanaman dana, sedangkan lembar ketiga digunakan sebagai arsip bagai
bank penerbit dana.
2. Bank penanam dana pada Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
Syari’ah (IMA) melakukan pembayaran kepada bank penerbit sertifikat IMA
dengan mengunakan nota kredit melalui kliring, atau Bilyet Giro Bank
Indonesia dengan melampiri lembar kedua Sertifikat Investasi Mudharabah
Antar Bank Syari’ah (IMA) atau dengan transfer dana elektronik yang disertai
dengan penyampaian lembar kedua Sertifikat Investasi Mudharabah Antar
Bank Syari’ah (IMA) kepada Bank Indonesia.
3. Pemindahtanganan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah
(IMA) hanya dapat dilakukan oleh pihak bank penanam dana pertama,
sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan untuk memindah
tangankan kepada bank lain sampai berahirnya jangka waktu, artinya sertifikat
Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) hanya sekali dapat
dipindahtangankan. Hal ini dimaksudkan agar Bank Penerbit sertifikat IMA
dapat melakukan pembayaran kepada bank yang berhak, oleh karena itu bank
pemegang sertifikat terakhir wajib memberitahukan kepemilikan sertifikat
tersebut kepada bank penerbit Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah
(IMA) IMA.
4. Kemudian pada saat sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah
(IMA) jatuh tempo, penyelesaian transaksi dilakukan oleh bank Penerbit
Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syari’ah (IMA) dengan
melakukan pembayaran kepada pemegang sertifikat terakhir sebesar nilai
nominal Investasi (face Value) dengan menggunakan nota kredit melalui
kliring,menggunakan Bilyet Giro BI atau menggunakan transfer dana secara

13

elektronik. Sedangkan imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank
Syari’ah (IMA) akan dibayar pada hari kerja pertama bulan berikutnya.

G. Teknik Perhitungan Imbalan
Adapun besarnya imbalan dari sertifkat IMA ini yang dibayarkan pada
awal bulan dihitung berdasarkan tingkat realisasi imbalan deposito investasi
mudharabah pada bank penerbit sebelum didistribusikan sesuai dengan jangka
waktu penanaman. Misalkan untuk jangka waktu sertifikat IMA dari batasan 1
hingga 30 hari, maka tingkat imbalan yang digunakan adalah nilai pengembalian
deposito investasi mudharabah 1 bulan. Begitu juga dengan jangka waktu yang
ditentukan dalam waktu antara 31-90 hari, maka tingkat imbalannya adalah
deposito investasi mudharabah selam 3 bulan.
Rumus perhitungan besarnya imbalan Sertifikat IMA adalah sebagai beriku:10
X = P x R x t/360 x k
Keterangan:
X = Besarnya imbalan yang diberikan kepada bank penanam dana
P = Nilai nominal investasi
R = Tingkat realisasi imbalan Deposito Investasi Mudharabah
t = Jangka waktu investasi

10

Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah diakses pada
http://www.fe.umy.ac.id/eei/index.php?option=page&id=146&item=328 pada 3 Juni 2010

14

K = Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana

H. Kendala-Kendala yang Dihadapi Bank Syariah Terhadap Adanya Pasar
Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah
Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan syariah
adalah kesulitan mereka mengendalikan likuiditasnya secara efisien. Hal itu
terlihat dari beberapa gejala, antara lain :11
1. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana deposito yang
diterimanya. Dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa
hari sehingga mengurangi pendapatan mereka.
2. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan pada saat ada
penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya, bank-bank syariah menahan alat
likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata-rata perbankan
3. konvensional. Kondisi inipun menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan
bank.
4. Tanpa adanya fasilitas pasar uang, bank konvensionalpun akan menghadapi hal
yang sama mengingat pada umumnya perbankan sulit menghindari posisi
keuangan yang mismatched untuk memanfaatkan dana yang sementara itu.
Bank dapat melakukan investasi jangka pendek di pasar uang, sebaliknya untuk
memenuhi kebutuhan dana untuk likuiditas jangka pendek karena mismatched,
bank juga dapat memperolehnya di pasar uang.

I. Penutup
Perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat memerlukan
pengelolaan likuiditas dan pasar uang yang lebih likuid dan efisien. Oleh karena
itu dalam rangka pengelolaan dana bank, baik yang berupa kelebihan maupun
kekurangan dana, maka keberadaan Pasar Uang Antar Bank menjadi sangat
11

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, hlm. 194

15

penting bagi dunia perbankan (PUAK bagi perbankkan konvensional dan PUAS
bagi perbankkan Syariah) sebagai sarana memobilisasi pengumpulan dana
masyarakat dan untuk memenuhi atau mempertahankan likuiditasnya.
Pasar Uang Antar Bank Syariah dapat menjadi sarana perangkat dan piranti
yang memudahkan bank syariah untuk berinteraksi dengan bank syariah lain atau
unit usaha syariah Bank Konvensional. Terlebih diindonesia sendiri sektor
perbankan telah memiliki paying hukum yang jelas berupa regulasi terus
berkembang dengan mengimbangi kebutuhan pangsa pasar perbankan, pun
demikian dalam hal pasar uang antar bank syariah terdapat regulasi yang
mengaturnya secara spesifik.

16

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori, 2009.
Hukum Perbankan Syariah, Bandung: Refika Aditama.
Atang Abd Hakim, 2011.
Fiqih Perbankan Syariah , Bandung : Refika Aditama.
Awalil Rizky dan Nasyith Majidi. 2008.
Indonesia: Undercover Economy bank Bersubsidi Yang Membebani.
Yogyakarta: E-Publishing
Dahlan Siamat, 1999.
Manajemen Lembaga Keuanagan, (Jakarta: FE UII ,)
Einz Reihl and Rita M Ropdriguez.
Foreign Exchange Market,A Guide to Foreign Currency Options,(MG Graw)
Ensiklopedi Ekonomi , 1992.Bisnis an Manajemen (jilid 2) . Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka .
Gemala Dewi, 2006.
Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia. Jakarta : Prenada Media Grup.
Muhammad Nejatullah Siddiqi, 1984.
Bank Islam . Bandung: Pustaka Ganesha.
Muhammad Syafi’i Antonio, 2001.
Bank Syariah dan Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani
Muhammad, 2002 .
Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta; UUP AMP YKPN
Wahyu Purwandari.
Pasar Uang Berdasarkan Prinsip Syariah . Pada www.MSI-UII.Net diakses
pada 14 November 2015
Zainul Arifin, 2005. Dasar-Dasar Manajeman Bank Syari’ah. Jakarta : Pustaka
Alvabet.