Rancangan Konfigurasi Jaringan Logistik. pdf

RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN
SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA
MALANG DAN KOTA BATU)
Faizatul Widad, I Nyoman Pujawan
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: faizatulwidad@gmail.com ; pujawan@ie.its.ac.id

Abstrak
Pemerintah membuat kebijakan pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG)
pada tahun 2007. Konversi dari minyak tanah ke LPG ditargetkan akan selesai pada tahun 2010.
Di Kota Malang dan Kota Batu telah 100% terkonversi sedangkan di Kab. Malang belum
sepenuhnya terkonversi. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian LPG 3 kg selama ini
adalah sistem terbuka. Sistem terbuka merupakan sistem dimana downstream channel dapat
memperoleh pasokan lebih dari 1 upstream channel namun sistem tersebut menimbulkan
ketidakstabilan demand pada SPPBE dan agen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Penulis
melakukan pendekatan sistem tertutup. Metode yang digunakan dalam dalam Tugas Akhir ini
adalah integer programming dengan menggunakan software LINGO. Dari hasil running LINGO,
dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya distribusi selama 1 tahun untuk distribusi terbuka
sebesar Rp 663,845,850,356.90,- sedangkan untuk distribusi tertutup sebesar Rp

813,328,840,727.52,-. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar
149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.
Kata kunci: distribusi tertutup, integer programming, LINGO, dan LPG 3 kg,.
ABSTRACT
The government made the policy of diversion of kerosene subsidy to Liquid Petroleum Gas (LPG)
in 2007. This conversion program is targeted to be completed in 2010. In Malang and Batu
district have converted 100% while Kabupaten Malang has not fully converted yet. The system
used in the distribution of LPG 3 kg is an open system. Open system is a system where the
downstream channel can obtain more than one supplies from upstream channel but the system is
causes instability in demand SPPBE and agents. To solve these problems use a closed distribution
approach. The method which is the writer used in the Final Project is an integer programming
using Lingo software. From the LINGO’s, we know that the difference in distribution cost for 1
year for the open system is Rp 663,845,850,356.90, - while for the closed system is Rp
813,328,840,727.52, -. This difference between with the two system approaches about Rp
149,482,990,370.62 or 23% more expensive than open system.
Keywords: closed distribution, integer programming, LINGO, and LPG 3 kg.

1.

Pendahuluan


Pada tahun 2007 Pemerintah membuat
kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak
tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG). Dasar
persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk
penggantian minyak tanah terdapat dalam surat
dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006
tanggal 31 Agustus 2006
tentang
PT.
Pertamina
(PERSERO) untuk melakukan
pengalihan minyak tanah ke LPG bagi
konsumen rumah tangga serta surat Wakil
Presiden RI No.20/ WP/ 9/2006 tanggal 1

September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian
Mitan ke Elpiji.
Pada
awalnya

proses
konversi
direncanakan berjalan dari tahun 2007 dan
selesai pada tahun 2010 untuk wilayah Jawa
Timur, Bali dan NTB. Data per 31 Juli 2009
Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit
Pemasaran IV telah mendistribusikan 7.019.846
penduduk yaitu sekitar 81% dari target awal
wilayah Jawa Timur. Adanya keterlambatan
tersebut disebabkan banyak faktor salah satunya
ketidaksiapan pabrikan dalam penyediaan alatalat pendukung. Permasalahan tidak selesai

1

hanya pada terpenuhi target pendistribusian
paket konversi, selanjutnya permasalahan yang
lebih penting untuk dihadapi adalah rangkaian
distribusi dari LPG berukuran 3 kg.

Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk

LPG

Gambar 1.2 Data Penjualan LPG 3 kg Wilayah Jawa
Timur

Pada Gambar 1.1
terlihat alur
penerimaan dan distribusi LPG 3 kg. Ada mata
rantai baru yang muncul dalam distribusi LPG 3
kg,
yaitu
keberadaaan
dari
Stasiun
Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji
(SPPBE). Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa
kenaikan demand semakin meningkat seiring
dengan berjalannya waktu maka keberadaan dan
kapasitas dari SPPBE memegang peranan
penting dalam kelancaran distribusi LPG.

Padahal untuk mendirikan SPPBE dibutuhkan
waktu yang lama dan modal yang besar
sehingga pendiriannya harus dengan rencana
dan strategi yang matang. Maka dari itu,
diperlukan suatu penelitian untuk mengukur
kondisi eksisting SPPBE saat ini agar dapat
diketahui kemampuan SPPBE dalam memenuhi
kebutuhan demand yang semakin meningkat.

Dari hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi
untuk menentukan jumlah dan lokasi yang
optimal agar pendistribusian LPG dapat
berjalan lancar.
Selain SPPBE, peranan dari agen LPG
juga penting. Agen mempunyai fungsi sebagai
perantara antara PT. Pertamina dengan
konsumen dalam penyaluran LPG. Harga jual
tertinggi dari LPG 3 kg telah ditetapkan oleh
PT. Pertamina dengan harapan masyarakat
sasaran tidak akan dirugikan dengan permainan

harga oleh agen namun permasalahan justru
pada harga jual terendah LPG 3 kg. Agen LPG
3 kg saling berebut konsumen dengan
menetapkan harga jual yang lebih rendah dari
yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp
12.750,- sehingga akan terjadi persaingan yang
tidak sehat di level agen. Hal tersebut
menjadikan ketidakpastian demand pada
masing-masing agen yang berpengaruh pada
product availability. Maka dari itu, diperlukan
suatu perbaikan konfigurasi supply chain
dengan melakukan pendekatan sistem tertutup
dengan tujuan dapat memperbaiki kondisi serta
menyelesaikan masalah yang terjadi pada sistem
terbuka pada distribusi LPG 3 kg selama ini.
Permasalahan mendasar yang terkait
dengan pendistribusian LPG berukuran 3 kg
adalah sistem yang diterapkan oleh PT.
Pertamina dalam pendistribusian dan pemasaran
LPG dalam mencapai kestabilan demand supply

chain pada masing-masing level. Setiap level
memiliki jumlah dan kebijakan untuk
mempertahankan kestabilannya. Dalam hal ini
kestabilan dan kelancaran distribusi LPG 3 kg
adalah yang menjadi tujuan utama. Oleh karena
itu perumusan masalah yang akan dibahas pada
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE yang
harus ada di Kab./Kota Malang dan
Kota Batu berdasarkan perkiraaan
demand saat ini.
2. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE
Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang
harus ada ketika diproyeksikan demand
potensial sudah terpenuhi semua dengan
pendekatan sistem tertutup.
3. Bagaimana alokasi produk dari masingmasing SPPBE ke wilayah agen
(demand point) dengan pendekatan

2


sistem tertutup di wilayah Kab./Kota
Malang dan Kota Batu.
4. Bagaimanakah perbandingan distribusi
LPG 3 kg dengan pendekatan sistem
terbuka dan tertutup.
Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini
adalah memberikan kajian dan masukan pada
Pemerintah tentang jumlah dan lokasi SPPBE
yang optimal di wilayah Kab./Kota Malang dan
Kota Batu dengan adanya pendekatan sistem
distribusi tertutup untuk mencapai kestabilan
demand.
Batasan dalam penelitian Tugas Akhir
ini adalah lokasi distribusi tabung LPG 3 kg
berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota
Batu. Asumsi dalam penelitian Tugas Akhir ini
adalah:
1. Untuk
konsumen

rumah
tangga
menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama
13,04 hari.
2. Untuk konsumen pengusaha kecil
menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama
7,89 hari.
3. Setiap demand point mewakili jumlah
demand pada suatu wilayah.
4. Agen dapat menambah kapasitasnya
maksimal 50% dari kapasitas awal.
Manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini
adalah :
1. Mengetahui proses dan sistem distribusi
dari LPG 3 kg dari pihak PT. Pertamina
sampai ke konsumen.
2. Mengetahui faktor-faktor kritis yang
mempengaruhi distribusi LPG 3 kg.
3. Memberikan saran perbaikan yang
berhubungan dengan penyelesaian studi

kasus di Pertamina.
2.

Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian disusun secara
sistematis dan terarah yang digunakan sebagai
suatu kerangka dalam sebuah penelitian ilmiah.
Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah :
2.1 Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini adalah tahap awal dalam
pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap
identifikasi masalah, perumusan masalah,

penentuan tujuan dan studi lapangan. Pada
tahap identifikasi awal ini dilakukan
pengumpulan informasi mengenai situasi pada
Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit
Pemasaran
V

untuk
mengidentifikasi
permasalahan yang sedang terjadi pada
distribusi LPG 3 kg.
2.2 Tahap Studi Pustaka
Pada tahap ini dilakukan literature
review yang berasal dari buku, penelitian serta
jurnal yang berhubungan dengan sistem tertutup
dan integer programming. Dengan adanya studi
pustaka maka akan didapatkan rancangan
penelitian serta metode yang akan digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan.
2.3 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
data
yang
mendukung
penyelesaian
permasalahan. Data yang dibutuhkan antara
lain:
a. Data lokasi dan kapasitas SPPBE yang
telah beroperasi
b. Data penjualan elpiji 3 kg yang berada
di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota
Batu yang dikelompokkan menjadi
demand point.
c. Data konversi daerah Jawa Timur
khususnya Kab./Kota Malang dan Kota
Batu
d. Data demand masing-masing agen LPG
3 kg di Kab./Kota Malang dan Kota
Batu.
2.4 Tahap Pengembangan Model
Pada tahap pengembangan model akan
dilakukan dengan menggunakan formulasi
minimasi biaya pada distribusi LPG 3 kg untuk
demand saat ini dan demand potensial baik
dengan pendekatan sistem terbuka dan sistem
tertutup. Persamaan yang digunakan untuk
menggambarkan kondisi pada saat demand
sekarang dan demand potensial adalah:
Minimum :

∑ f y +∑ f
i

i

i

w

w

y w + ∑∑ ciw xiw d iw (1)
i

w

Untuk sistem tertutup yang akan
dikembangkan modelnya terdapat pada Gambar
2.1. Model yang dibuat berdasarkan struktur
distribusi yang terjadi di lapangan. Aktifitas

3

distribusi yang diamati adalah pada SPPBE ke
agen dan agen ke demand point. Yang
membedakan model untuk menggambarkan
sistem tertutup dan sistem terbuka pada level
SPPBE-agen adalah konstrain 1 agen hanya bisa
mendapatkan LPG dari 1 SPPBE.
Sedangkan
untuk
pengelompokan
demand point yang ada di level kecamatan
menjadi demand potensial pada agen akan
menggunakan sistem distribusi terbuka dan
tertutup dengan fungsi tujuan minimasi jarak
antara agen ke kecamatan. Fungsi tujuan yang
digunakan adalah :

∑x

wj

≤ K w yw : Jumlah yang dikirim agen ke

seluruh demand point tidak
melebihi kapasitas agen

j

Sedangkan konstrain untuk distribusi tertutup
yang terdapat pada model yang dibuat adalah :

∑x

iw

≤ K i yi

w

xiw = Dw Ziw

Minimum :

∑d

wj

(2)

w

Penyelesaian model akan menggunakan
software LINGO dengan metode integer
programming yang melakukan perhitungan
biaya transportasi dengan input data berasal dari
data PT. Pertamina.

∑x

wj

: Jumlah yang dikirim
SPPBE ke setiap agen sama
dengan kebutuhan agen
apabila
agen
tersebut
menjadi anggota agen yang
bersangkutan

≤ K w yw : Jumlah yang dikirim agen
ke seluruh demand point
tidak melebihi kapasitas
agen

j

xwj = D j Zwj

∑Z

: Pengiriman dari SPPBE
tidak
melebihi kapasitas
SPPBE

iw

=1

: Jumlah yang dikirim agen
ke setiap demand point sama
dengan kebutuhan demand
point apabila demand point
tersebut menjadi anggota
agen yang bersangkutan
: Setiap agen hanya dilayani

i

oleh 1 SPPBE

∑Z

ij

=1

: Setiap demand point hanya

i

Gambar 2.1 Closed System pada distribusi LPG 3 kg

Adapun konstrain untuk distribusi
terbuka yang terdapat pada model yang dibuat
adalah :

∑x

iw

≤ K i yi : Pengiriman dari SPPBE tidak

w

xiw = Dw Ziw

melebihi kapasitas SPPBE

: Jumlah yang dikirim SPPBE
ke setiap agen sama dengan
demand pada agen

dilayani oleh 1 agen
Keterangan notasi :
i
= index untuk SPPBE (1, 2,…n)
w
= index untuk agen (1, 2, …p)
j
= index untuk demand point (1, 2, …m )
Dj
= permintaan tahunan dari demand point j
diw = jarak antara SPPBE ke agen
dwj = jarak antara agen ke demand point
= kapasitas tahunan SPPBE i
Ki
Kw = kapasitas tahunan agen w
fi
= biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi
biaya tahunan) SPPBE i
fw
= biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi
biaya tahunan) agen w
ciw = biaya transportasi 1 unit produk dari
SPPBE i ke agen w
Yi
= 1 bila SPPBE i dipilih dan 0 jika tidak
Yw = 1 bila agen w dipilih dan 0 jika tidak
xiw = volume yang dikirim dari SPPBE i ke
agen w tiap tahun

4

Zwj

= 1 bila agen w melayani demand point j
dan 0 jika tidak

2.5

Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini akan dilakukan
pengolahan data yang didapatkan dari PT.
Pertamina unit Pemasaran V dan sumber yang
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Pengolahan data akan dilakukan dengan
menggunakan software LINGO 8.0 agar dapat
dilakukan pendekatan eksak. Dari hasil yang
didapatkan dengan pendekatan sistem tertutup
dan sistem terbuka akan dapat terlihat hasil
yang berbeda.
2.6 Tahap Analisa dan Intepretasi
Pada tahap ini dilakukan analisa dari
hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari
pengolahan data. Analisa yang dilakukan akan
mempertimbangkan ketidaksesuaian hasil yang
didapatkan dengan keadaan real berdasarkan
asumsi yang telah ditentukan sebelumnya.
2.7

Tahap Pengambilan Kesimpulan

Tahap terakhir adalah penarikan
kesimpulan dimana kesimpulan yang diambil
harus menjawab tujuan awal dari penelitian
Tugas Akhir.
3.

Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1

Penyelesaian Model dengan LINGO

Untuk menentukan jumlah SPPBE yang
dibutuhkan dalam pemenuhan demand saat ini
menggunakan persamaan 3.1 yang dikerjakan
dengan LINGO. Adapun
fungsi yang
dimasukkan ke dalam LINGO adalah :
sets :
SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1;
agen /1..32/ : butuh,biaya2;
kirim (SPPBE, agen) : jumlah,
jarak;
endsets
MIN = @sum(kirim(i,j):
jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+@sum(SP
PBE(i):biaya1)+@sum(agen(j):biaya2)
;
! Konstrain 1;
@for(SPPBE(i): @sum(agen(j):
jumlah(i,j))