Peran Faktor Kepribadian dan Self Effica

Peran Faktor Kepribadian dan Self-Efficacy terhadap Prestasi Akademik

Andi Tenri Faradiba
Puti Febrayosi
Irene Surya
Naquita Almira
Luthfiyatul Badriyah
Kamilia Nur Umamah

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PANCASILA

MARET 2018

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................
1.2. Rumusan masalah ..........................................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................

1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................................
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Prestasi Akademik ..........................................................................................................
2.2. Faktor Prestasi Akademik ...............................................................................................
2.3. Kepribadian .....................................................................................................................
2.4. Faktor Kepribadian .........................................................................................................
2.5. Self-Efficacy ...................................................................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kategori Penelitian..........................................................................................................
3.2. Variabel Penelitian ..........................................................................................................
3.3. Responden Penelitian ......................................................................................................
3.4. Prosedur Penelitian .........................................................................................................
3.5. Metode Analisis Data......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
RENCANA ANGGARAN BIAYA .....................................................................................
2




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka menghadapi persaingan global di bidang pendidikan antar perguruan tinggi
baik di dalam maupun di luar negeri, diperlukan mahasiswa yang memiliki prestasi akademik
yang berkompeten sehingga dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional. Di dunia
perguruan tinggi, mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Lebih
lanjut, mahasiswa selalu dituntut untuk menjadi individu yang kritis baik dari segi intelektual
maupun sosial. Mahasiswa yang dapat menggunakan potensinya dapat mencapai prestasi
akademik secara optimal.
Prestasi akademik merupakan tolak ukur dari hasil pembelajaran yang dilakukan oleh
mahasiswa di perguruan tinggi. Untuk menunjang prestasi akademik ada faktor yang
mempengaruhi hal tersebut, yaitu faktor kepribadian dan self-efficacy. Kepribadian setiap
individu unik dan karakteristik yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Feist dan Feist(1998)
mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah pola yang relatif menetap, trait, disposisi atau
karakteristik didalam individu yang memberikan beberapa ukuran yang konsisten tentang
perilaku. Teori kepribadian yang paling umum digunakan saat ini adalah teori Big Five
Personality (Pervin & John, 2001). Terdapat 5 dimensi yang mencakup kepribadian yaitu, (1)
Openness to experience, skala trait openness memberikan penilaian proaktif, membutuhkan
apresiasi terhadap pengalaman, mentoleransi dan mengeksplorasi sesuatu yang tidak dikenal.

Skor yang tinggi pada openness dimiliki oleh individu yang memiliki rasa ingin tahu tinggi,
menarik, kreatif, original, imajinatif, dan tidak tradisional, sedangkan skor yang rendah adalah
konvensional, rendah hati, minat yang sempit, tidak artistik, dan tidak analitik. (2)
Conscientiousness, skala trait conscientiousness yang tinggi dimiliki oleh individu yang disiplin,
memiliki target pencapaian(3) Extraversion, skala extraversion memberikan penilaian kuantitas
dan intensitas terhadap pengaruh timbal balik antar perseorangan, tingkat aktivitas, keperluan
stimulus, dan kapasitas untuk kesenangan. (4) Agreeableness, skala trait agreeableness
memberikan penilaian kualitas terhadap suatu orientasi pengaruh timbal balik bersamaan dengan
rangkaian kesatuan dari perasaan kasihan menjadi sebaliknya, perasaan ini terjadi baik dalam
3



pemikiran, perasaan, maupun tindakan. (5) Neuroticism, dimensi neuroticism memberikan
penilaian pada penyesuaian dibanding dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan
kecenderungan pada penderitaan psikologis, ide-ide yang tidak realitis, keinginan-keinginan
yang berlebihan, dan penyelesaian respon yang maladaptif.
Selain faktor kepribadian yang telah disebutkan, self-efficacy juga dapat menjadi faktor
penting yang mempengaruhi prestasi akademik. Bandura (1977) menyatakan bahwa self-efficacy
merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus

sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada
hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Self-efficacy merupakan harapan
seseorang atas usaha-usaha pribadinya sehingga mampu menguasai situasi-situasi dan
menciptakan hasil-hasil yang diinginkan (Hall dan Lindzey, 1993). Namun, perlu diingat bahwa
self-efficacy bersifat spesifik dalam tugas dan situasi yang dihadapi. Seseorang dapat memiliki
keyakinan yang tinggi pada suatu tugas atau situasi tertentu, namun pada situasi dan tugas yang
lain tidak. Self-efficacy juga bersifat kontekstual, artinya tergantung pada konteks yang dihadapi.
Umumnya Self-efficacy akan memprediksi dengan baik suatu tampilan yang berkaitan erat
dengan keyakinan tersebut.
Hasil penelitian sebelumnya mengenai kepribadian menyatakan bahwa semua faktor
kepribadian menjadi prediktor yang signifikan kecuali ekstraversion terhadap prestasi akademik
(Komarraju & Nadler, 2011). Sedangkan hasil penelitian sebelumnya menganai self-efficacy
mengatakan bahwa kecerdasan dapat berubah dan dapat dimodifikasi dengan usaha untuk
memiliki self-efficacy yang tinggi dan memiliki rasa percaya diri terhadap performa akademik
mereka. Siswa diharapkan mampu megembangkan self-efficacy dan juga memperkuat keyakinan
bahwa performanya dapat ditingkatkan dengan usaha dan kerja keras yang tinggi. Dengan
demikian self-efficacy dapat berperan penting dalam memprediksi prestasi akademik siswa
(Koseoglu, Y. 2015).
Penelitin ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh faktor kepribadian dan
self-efficacy dalam mempengaruhi prestasi belajar jika dianalisis secara bersamaan dan dianalisis

setiap variabel. Prestasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang dimiliki oleh

4



mahasiswa di tingkat perguruan tinggi. Sampel diambil dari dua universitas di wilayah Jakarta
Selatan dan terdiri dari perwakilan setiap fakultas dalam jumlah partisipan yang sama.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah kepribadian dan self-efficacy memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap
prestasi akademik mahasiswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh kepribadian dan self-efficacy secara bersama-sama terhadap
prestasi akademik mahasiswa .
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat memberikan sumbangan
pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari
penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu Psikologi Pendidikan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan infornasi kepada bagian akademik

fakultas dan seluruh dosen pengampu mata kuliah mengenai faktor yang mempengaruhi
prestasi akademik mahasiswa untuk selanjutnya dibuatkan strategi agar setiap mahasiswa
dapat mencapai prestasi yang optimal.

5



BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Prestasi Akademik
Prestasi akademik adalah kinerja yang ditunjukkan seorang pelajar dalam bidang yang
terkait dengan proses belajar mengajar. Dalam hal ini di tingkat perguruan tinggi, prestasi
akademik ditunjukkan melalui hasil perolehan Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) yang umumnya memliki rentang skor 0-4. Keberhasilan seseorang
dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud meliputi faktor psikologis seperti intelegensi, sikap, minat,
bakat, motivasi, kepribadian, keyakinan, dan faktor fisiologis yaitu keadaan organ-organ
tubuh mahasiswa. Adapun faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, pola asuh orang tua,
gaya atau pendekatan yang digunakan dalam belajar, fasilitas belajar, dan profesionalisme

pendidik (Slavin, 2009; Gunarsa, 1990). Dalam hal ini, fokus penelitian adalah terkait faktor
kepribadian dan self-efficacy.
2.2. Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan karakteristik individu yang menjelaskan pola-pola konsisten dari
perasaan, pikiran dan perilaku (Pervin&John, 2001). Kepribadian individu dinilai berdasarkan
kemampuannya memperoleh informasi atau reaksi positif dari berbagai orang dan dalam
berbagai keadaan tertentu. Organisasi dinamik dalam individu atas sistem psikofisis yang
menentukan penyesuaian diri yang khas terhadap lingkungan (Allport, 1937 dalam
Pervin&John, 2001). Kepribadian merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan
diri seseorang yang membedakan individu tersebut dari individu yang lain.
Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan stabil, yang tidak
menyangkut secara khusus dalam perbedaan tingkah laku secara psikologis (berpikir, merasa,
dan gerakan). Dari seseorang dalam waku yang panjang dan tidak dapat dipahami secara
sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologis. Kata kunci dari kepribadian
adalah penyesuaian diri, yang diartikan sebagai suatu proses respon individu baik bersifat
behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
6




ketegangan emosional, frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara
pemenuhan tuntutan lingkungan.
Teori kepribadian yang paling umum digunakan saat ini adalah teori Big Five Personality (
Costa dan McCrae 2006, Pervin & John, 2001 ), yaitu:
1. Openness to experience, mengatakan bahwa skala trait openness memberikan penilaian
proaktif, membutuhkan apresiasi terhadap pengalaman, mentoleransi dan mengeksplorasi
sesuatu yang tidak dikenal. Skor yang tinggi pada openness adalah penasaran, menarik,
kreatif, original, imaginatif, dan tidak tradisional, sedangkan skor yang rendah adalah
konvensional, rendah hati, minat yang sempit, tidak artistik, dan tidak analitik.
menambahkan bahwa orang yang berada dalam dimensi ini adalah orang yang mencari
pengalaman yang berbeda dan orang yang imaginatif, intelektual, dan mempunyai
pemikiran yang luas, serta memiliki kebutuhan untuk menjadi kreatif.
2. Conscientiousness, mengatakan bahwa skala trait conscientiousness memberikan penilaian
tingkat 4 individu dalam organisasi secara terus menerus, dan motivasi dalam mencapai
tingkah laku yang ingin dicapai secara langsung. Dimensi ini mempunyai perbedaan
dengan orang yang bergantung pada orang lain, cerewet, lesu, dan tidak rapi. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dimensi conscientiousness membedakan orang yang mandiri,
terorganisir, dapat dipercaya, seksama, pekerja keras, dan tekun, dengan orang yang tidak
mandiri, tidak terorganisir, impulsif, tidak dapat dipercaya, tidak bertanggung jawab,
teledor, lalai, dan malas.

3. Extraversion, skala yang memberikan penilaian kuantitas dan intensitas terhadap pengaruh
timbal balik antar perseorangan, tingkat aktivitas, keperluan stimulus, dan kapasitas untuk
kesenangan. Skor yang tinggi pada extraversion adalah dapat bersosialisasi, aktif,
talkative (cakap berbicara), berorientasi pada sesama, optimis, fun-loving, dan sikap
afektif (penyayang), sedangkan skor yang rendah pada extraversion adalah sikap suka
menyendiri, tenang, menyendiri, berorientasi pada tugas, malu-malu, dan sikap yang
tidak gembira. Dimensi extraversion berkaitan dengan karakter yang terlihat maupun
tidak terlihat dalam diri individu, extraversion ini cenderung lebih aktif secara fisik dan
verbal, dan lebih asertif. Ektraversion, cenderung ramah, terbuka serta menghabiskan
7



banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati dalam berinteraksi dengan orang
lain. Sementara Introvert cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan memiliki hubungan
atau relasi yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, ia lebih senang
dengan kesendirian.
4. Agreeableness, trait agreeableness memberikan penilaian kualitas terhadap suatu orientasi
pengaruh timbal balik bersamaan dengan rangkaian kesatuan dari perasaan kasihan
menjadi sebaliknya. Perasaan ini terjadi baik dalam pemikiran, perasaan, maupun tindakan.

Orang mempunyai skor yang tinggi pada trait ini adalah orang yang penolong, pemaaf,
lembut hati, karakter yang baik, dapat dipercaya, mudah dibujuk, dan bersikap terangterangan. Skor yang rendah pada trait ini adalah kasar, mudah curiga, kurang dapat diajak
bekerja sama, manipulatif, bersikap sinis, dan suka mencari masalah. Dimensi
agreeableness terdiri dari kumpulan trait yang terbentang dari rasa kasihan sampai pada
perasaan pertentangan (antagonis) terhadap orang lain. Orang dengan nilai yang tinggi
pada dimensi ini adalah orang yang menyenangkan, baik hati, hangat, simpatik, kooperatif,
sedangkan mereka yang rendah dalam dimensi ini adalah orang yang tidak bersahabat,
tidak menyenangkan, agresif, argumentatif, dingin, terkadang bersifat bermusuhan, dan
dendam. sifat-sifat tersebut berasal dari dalam diri sendiri (internal) dan bukan paksaan
orang lain (eksternal).
5. Neuroticism, dimensi neuroticism memberikan penilaian pada penyesuaian dibanding
dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan kecenderungan pada penderitaan
psikologis, ide-ide yang tidak realitis, keinginan-keinginan yang berlebihan, dan
penyelesaian respon yang maladaptif. Skor yang tinggi pada neuroticism adalah khawatir,
cemas, emosional, tidak nyaman, perasaan kurang, dan rasa cemas yang berlebihan,
sedangkan skor yang rendah pada neuroticism adalah tenang, rileks, tidak mudah emosi,
tabah, rasa aman, dan rasa puas. Orang yang tinggi pada neuroticism cenderung tidak
mempunyai stabilitas emosional. Mereka cenderung mengalami emosi yang negative,
menjadi moody, lekas marah, gugup, dan mudah kuatir. Dimensi ini membedakan orang
yang bersemangat, mudah mengatasi emosinya, dan cenderung tenang.

2.3. Self-Efficacy
8



Self-efficacy adalah kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan pembelajaran sebagai
tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan keyakinan pada diri sendiri, (Bandura, 1997). Selfefficacy juga dapat dikatakan sebagai kepercayaan tentang suatu kemampuan seseorang untuk
melatih kompetensi yang dimiliki pada situasi tertentu. Setiap mahasiswa memiliki kompentensi
yang baik, namun sering kali dikalahkan dengan tingkat Self-efficacy yang rendah sehingga
kompetensi yang ada pada diri mahasiswa tidak dapat berkembang menjadi sebuah prestasi. Selfefficacy juga tidak hanya tentang persepsi dan kemampuan seseorang yang diidentifikasi dari
situasi tetapi fokus pada orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat memiliki kemampuan
dibawah kondisi tertentu.
Dalam situasi lain Self-efficacy tidak bisa disamakan dengan Self-esteem atau Selfconcept dimana Self-concept itu merupakan kecenderungan seseorang dalam mempercayai diri
mereka sendiri. Sedangkan Self-esteem adalah kecenderungan seseorang untuk meyakini diri
mereka sendiri. Seperti yang dikatakan (Bandura, 1997) Self-efficacy merupakan struktur
pengetahuan yang membuktikan sifat unik manusia terhadap refleksi diri dan belajar dari
pengalaman. Bandura mengatakan bahwa Self-efficacy merupakan harapan seseorang akan
usaha-usaha pribadinya untuk mampu menguasai situasi-situasi dan menciptakan hasil-hasil
yang diinginkan (Hall dan Lindzey, 1993). Bandura (1997) menyatakan bahwa Self-efficacy
merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu untuk mengatasi situasi khusus,
sehubungan dengan penilaian atas kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada
hubungannya dengan tugas khusus atau situasi tertentu. Menurut teori Self-efficacy Bandura
(1997), Self-efficacy mengacu pada kepercayaan tentang kemampuan seseorang untuk berhasil
melakukan tugas atau perilaku tertentu mungkin merupakan mediator penting perilaku dan
perubahan perilaku. Oleh karena self-efficacy bersifat spesifik, penelitian ini fokus pada selfefficacy for self regulated learning, yaitu keyakinin diri terhadap kemampuan dalam mengatur
proses pembelajaran.
Dalam mengembangkan Self-Efficacy seseorang perlu memahami 5 sumber yang
dianggap penting untuk mengembangkan Self-Efficacy yang dimiliki, yaitu: performance
experience, vicarios experience, imaginal experience, verbal persuasion, and affective and
psychological state. Berikut penjelasan masing-masing tersebut:
9



1. Performance experience merupakan sumber kekuatan terbesar dalam pembentukan
Self-Efficacy (Bandura, 1997).
2. Vicarios Experience, observasi dari perilaku orang lain dan konsekuensinya dari
perilaku tersebut. Orang yang menggunakan pengamatan ini membentuk harapan
tentang perilaku dan konsekuensinya sendiri dan bergantung pada seberapa besar dia
merasakan bahwa dia mirip dengan yang dia amati.
3. Imaginal Experience, seseorang dapat mempengaruhi keyakinan Self-Efficacy nya
melalui penggambaran tentang diri mereka sendiri atau orang lain baik secara efektif
maupun tidak efektif dalam hypothetical situations.
4.

Verbal Persuasion, keyakinan Self-Efficacy dipengaruhi oleh verbal persuasion
mengenai apa yang orang lain katakan kepada seseorang tentang kemampuan dan
probabilitas keberhasilan seseorang. Potensi persuasi verbal sebagai sumber
kepercayaan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti, expertness trustworthiness, and
attractiveness of the sources.

5. Psychological states, hal ini menjadi berpengaruh karena ketika seseorang belajar
untuk menghubungkan pengalaman yang minim atau persepsi yang gagal dengan
gairah fisiologis yang tidak menyenangkan dan sukses dengan emosi senang.

10



BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Kategori penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan dengan desain korelasional
yang akan melihat berapa persen peran setiap independent variabel terhadap dependent variabel
jika dilakukan analisis secara terpisah dan bersama.
3.2. Variabel penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Independent variabel 1: Faktor kepribadian
Independent variabel 2: Self-Efficacy
Dependent variabel: Prestasi akademik
3.3. Partisipan penelitian
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 600 mahasiswa yang berasal dari dua universitas di
Jakarta Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling, yaitu
accidental sampling.
3.4. Alat ukur penelitian
Kepribadian diukur dengan menggunakan kuesioner NEO-FFI yang terdiri dari 60 item.
Setiap faktor kepribadian diwakili oleh 12 item pernyataan yang memiliki rentang pilihan respon
5 poin, dari sangat tidak sesuai hingga sangat sesuai. Partisipan diminta memberikan penilaian
terhadap pernyataan dengan sebenar-benarnya dan jaminan kerahasiaan. Selain itu, alat ukur selfefficacy for self regulated learning berjumlah 11 item juga diberikan. Pilihan respon tersebar
dalam 5 poin skala, yaitu sangat tidak yakin, tidak yakin, kurang yakin, yakin, dan sangat yakin.
Contoh item pernyataan adalah “saya dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu”. Semu alat ukur
yang digunakan dialihbahasakan oleh peneliti dan dilakukan uji statistik untuk mengetahui
validitasnya dengan menggunakan pendekatan confirmatory factor analysis.
11



3.4. Prosedur penelitian
Partisipan diberikan petunjuk untuk mengisi alat ukur kepribadian yang menggunakan
lima poin skala Likert. Selain itu, partisipan diminta untuk menuliskan indeks prestasi kumulatif
(IPK) yang diperoleh. Agar menghindari ketidakjujuran partisipan dalam mengisi IPK, mereka
diberi informasi bahwa keterlibatan mereka dalam penelitian tidak akan berpengaruh pada proses
perkuliahan dan penilaian. Setelah data terkumpul, data dilakukan dengan menggunakan SPSS
for Windows Versi 23.0

12



BAB 4
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai gambaran partisipan penelitian, deskripsi
data, kategorisasi data, analisis data dan hasilnya.

4.1. Karakteristik Partisipan
Berdasarkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 632
partisipan, dengan kriteria berdasarkan jenis kelamin, usia, dan semester. Karakteristik dari
partisipan secara lengkap disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Karakteristik Partisipan Berdasarkan Kriteria
N = 632
n (%)

Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
17 tahun
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
22 tahun
23 tahun
24 tahun
25 tahun
26 tahun
29 tahun
Semester
Semester 3
Semester 5
Semester 7
Semester 8
Semester 9
Semester 11
Semester 13

259 (41)
373 (59)
3 (0,5)
34 (5,4)
192 (30,4)
231 (36,6)
131 (20,7)
26 (4,1)
9 (1,4)
2 (0,3)
2 (0,3)
1 (0,2)
1 (0,2)
241 (38,1)
253 (40)
116 (18,4)
4 (0,6)
15 (2,4)
1 (0,2)
2 (0,3)

13



Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa tiga karakteristik partisipan penelitian diuraikan
sebagai berikut:
1) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa dari total 632 responden terdapat laki-laki
sebanyak 259 orang dan perempuan sebanyak 373 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa
eksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa dalam hal ini
ialah self efficacy for self regulated learning dan kepribadian akan diperoleh
informasinya lebih banyak dari perempuan dibandingkan laki-laki.
2) Karakteristik responden berdasarkan usia
Karakteristik responden berdasarkan usia yang terlihat pada Tabel 4.1 didominasi
oleh responden yang berusia 19 – 21 tahun. Tepatnya usia 20 tahun sebanyak 36,6%,
disusul oleh usia 19 tahun sebanyak 30,4% dan usia 21 tahun sebanyak 20,7%.
Sedangkan usia responden yang jumlahnya paling sedikit yaitu berada pada usia 26 dan
29 tahun, masing-masing sebanyak 1 orang atau 0,2% dari total responden yang ada.
Dilihat dari penjelasan tersebut maka responden dengan usia 19 – 21 tahun yang
merepresentasikan gambaran mengenai pengaruh self efficacy for self regulated learning
dan kepribadian terhadap prestasi akademik mahasiswa.
3) Karakteristik responden berdasarkan semester
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa dari total 632 responden terdapat responden
semester 3, 5, dan 7 yang paling mendominasi. Secara rinci, semester 5 sebanyak 40%,
semester 3 sebanyak 38,1%, kemudian semester 7 sebanyak 18,4%. Sedangkan terdapat 1
responden yang berasal dari semester 11. Hal ini mengindikasikan bahwa penyebab
bervariasinya prestasi akademik mahasiswa akan diperoleh informasinya dengan
didominasi semester 3, 5, dan 7.

4.2. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah kuisioner yang
digunakan sudah dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan menggunakan pendekatan
confirmatory factor analysis (CFA). Uji validitas alat ukur yang dilakukan menggunakan model
14



first order unidimensional pada variabel masing-masing yakni self efficacy for self regulated
learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness, dan
agreeableness. Hal ini diartikan bahwa peneliti menguji apakah item-item yang digunakan benar
hanya mengukur variabel tersebut. Uji CFA menggunakan software Mplus 7.4. Apabila model
yang dianalisis sudah dapat dinyatakan fit sesuai dengan kriteria, maka tahap selanjutnya ialah
menentukan item valid atau tidak. Sebagai dasar pengambilan keputusan item valid atau tidak,
sebagai berikut:
a) Jika arah muatan faktor loading positif, maka item dinyatakan valid
b) Jika koefisien t-value > 1,96, maka item dinyatakan valid
Di bawah ini disajikan hasil uji validitas terhadap variabel self efficacy for self regulated
learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness, dan
agreeableness sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Pengujian Validitas
Variabel

Self efficacy for
self regulated
learning

Conscientiousness

ITEM
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 5
Item 10
Item 15
Item 20
Item 25
Item 30
Item 35
Item 40
Item 45

Muatan
Faktor
Loading
0,497
0,548
0,571
0,349
0,482
0,323
0,542
0,451
0,295
0,428
0,573
0,300
0,283
0,454
0,438
0,474
0,589
0,574
0,554
0,665
15




Standard
Error

T value

Keterangan

0,032
0,033
0,033
0,030
0,032
0,028
0,024
0,033
0,031
0,030
0,028
0,041
0,043
0,035
0,037
0,034
0,031
0,032
0,032
0,028

20,374
17,125
14,963
18,660
14,375
23,163
30,794
13,390
17,528
19,776
21,816
7,266
6,648
12,920
11,953
14,059
18,915
18,107
17,302
23,845

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Extraversion

Neuroticism

Openness

Agreeableness

Item 50
Item 55
Item 60
Item 2
Item 7
Item 12
Item 17
Item 22
Item 27
Item 32
Item 37
Item 42
Item 47
Item 52
Item 57
Item 1
Item 6
Item 11
Item 16
Item 21
Item 26
Item 31
Item 36
Item 41
Item 46
Item 51
Item 56
Item 3
Item 8
Item 13
Item 18
Item 23
Item 28
Item 33
Item 38
Item 43
Item 48
Item 53
Item 58
Item 4
Item 9
Item 14
Item 19
Item 24
Item 29

0,683
0,630
0,486
0,716
0,464
0,430
0,700
0,746
0,454
0,246
0,563
0,346
0,328
0,421
0,251
0,692
0,417
0,677
0,737
0,685
0,536
0,427
0,719
0,506
0,463
0,781
0,497
0,073
0,599
0,160
-0,054
0,148
0,523
0,423
0,530
0,458
0,348
0,252
0,255
-0,026
0,234
0,261
-0,113
0,536
0,751

0,027
0,030
0,036
0,030
0,034
0,034
0,030
0,039
0,034
0,036
0,034
0,035
0,040
0,038
0,041
0,024
0,035
0,024
0,021
0,023
0,029
0,039
0,023
0,032
0,034
0,018
0,031
0,044
0,062
0,043
0,052
0,052
0,045
0,044
0,050
0,039
0,041
0,044
0,042
0,042
0,040
0,040
0,039
0,034
0,026
16




24,930
21,319
13,624
23,664
13,530
12,833
23,215
19,105
13,416
6,789
16,632
10,001
8,238
10,959
6,070
28,488
12,065
28,287
34,735
29,384
18,226
11,020
31,592
15,907
13,713
42,935
15,980
1,635
9,599
3,729
-1,055
2,827
11,694
9,516
10,560
11,721
8,592
5,695
5,995
-0,618
5,820
6,519
-2,864
15,864
28,488

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid

Item 34
Item 39
Item 44
Item 49
Item 54
Item 59

0,236
0,388
0,678
0,734
0,433
0,256

0,038
0,039
0,029
0,025
0,039
0,041

6,151
9,990
23,328
28,872
11,151
6,331

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Dari hasil uji validitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa semua butir pernyataan atau item dari
variabel self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism
yang digunakan dinyatakan valid, karena arah muatan faktor loading positif dan koefisien t-value
> 1,96. Sehingga data tersebut dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. Namun, berbeda
dengan variabel openness dan agreeableness terdapat item yang tidak valid karena arah muatan
faktor loading negatif dan koefisien t-value < 1,96. Untuk variabel openness yakni item 3 dan
item 18, sedangkan untuk variabel agreeableness yakni item 4 dan item 19. Jadi hanya 10 item
valid pada masing-masing variabel tersebut yang dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.
4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi yang baik harus bebas dari masalah penyimpangan terhadap asumsi
klasik. Berikut ini adalah pengujian terhadap asumsi klasik dalam model regresi.
4.3.1. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan terhadap residual regresi. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan grafik P-P Plot. Data yang normal adalah data yang membentuk titik-titik yang
menyebar tidak jauh dari garis diagonal. Hasil analisis regresi linier dengan grafik normal P-P
Plot terhadap residual error model regresi yang diperoleh sudah menunjukkan adanya pola grafik
yang normal, yaitu adanya seberan titik yang berbeda tidak jauh dari garis diagonal, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 4.1 . Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa titik-titik berada tidak
jauh dari garis diagonal. Hal tersebut menunjukkan bahwa residual model regresi tersebut sudah
berdistribusi secara normal.
4.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar

17



Gambar 4.1
Hasil Pengujian Normalitas

variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang
sangat kuat antara variabel independen dengan variabel independen yang lain.
Suatu variabel menunjukkan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF (Variance
Inflation Faktor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Nilai VIF yang
lebih besar dari 10 menunjukkan adanya gejala multikoloneritas dalam model regresi. Sebaliknya
jika nilai VIF yang lebih kecil dari 10 menunjukkan variabel tidak mengalami multikolinearitas
dalam model regresi. Untuk nilai tolerance kurang dari 0,01 maka variabel tesebut mengalami
multikolinearitas sedangkan nilai tolerance lebih dari 0,01 maka variabel tesebut tidak
mengalami multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dengan nilai VIF dan nilai
tolerance dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :
Hasil uji melalui VIF pada hasil output SPSS for Windows Versi 23.0 tabel coefficients,
masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak
kurang dari 0.01. Maka dapat disimpulkan pada pengujian di atas terbebas dari multikolinearitas
sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

18



Tabel 4.3
Hasil Pengujian Multikolinearitas
No
1
2
3
4
5
6

Variabel

Tolerance

VIF

Hasil

0,720

1,389

Bebas multikolinearitas

0,520
0,820
0,781
0,865
0,686

1,923
1,220
1,280
1,156
1,458

Bebas multikolinearitas
Bebas multikolinearitas
Bebas multikolinearitas
Bebas multikolinearitas
Bebas multikolinearitas

Self efficacy for self regulated
learning (X1)
Conscientiousness (X2)
Extraversion (X3)
Neuroticism (X4)
Openness (X5)
Agreeableness (X6)

4.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heterokesdastisitas menguji ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas
yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Jika tidak terdapat
variabel yang signifikan maka dapat disimpulkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Adapun hasil pengujiannya sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

19



Hasil pengujian heteroskedastisitas seperti pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tidak
terdapat pola yang jelas dari titik-titik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa titik-titik menyebar
diatas angka 0 (nol) dan dibawah angka 0 (nol). Jadi, dapat disimpulkan bahwa data pada regresi
model penelitian yang diajukan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas, atau data telah
bersifat homokedastisitas.

4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian yaitu self efficacy for self regulated
learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan
agreeableness) terhadap academic achievement dengan teknik analisa regresi berganda (multiple
regression analysis) menggunakan software SPSS versi 23. Dari hasil analisis diperoleh hasil
yang dipaparkan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
ANOVA
Predictor (independent variable)

Sum of
Squares

df

Mean
Square

F

Sig.

self efficacy for self regulated
Regression
5,376
6
0,896
8,337 0,000
learning dan kepribadian
(conscientiousness,
Residual
67,179
625
0,107
extraversion, neuroticism,
openness dan agreeableness) Total
72,555
631
Dari tabel 4.4. diperoleh nilai F sebesar 8,337 atau sig. = 0,000, yang berarti bahwa
hipothesis nol dengan pernyataan “tidak terdapat pengaruh self efficacy for self regulated
learning dan kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan
agreeableness) terhadap academic achievement” ditolak. Hal ini dapat diartikan terdapat
pengaruh self efficacy for self regulated learning dan kepribadian (conscientiousness,
extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness) terhadap academic achievement.
Peneliti juga memaparkan berapa besar pengaruh keseluruhan independent variable
terhadap dependent variable, seperti tabel di bawah ini:

20



Tabel 4.5.
R Square Academic Achievement
Predictor
(independent variable)
self efficacy for self
regulated learning dan
kepribadian
(conscientiousness,
extraversion, neuroticism,
openness dan
agreeableness)

Outcome
(dependent variable)

R

academic achievement 0,271

R Square

Adjusted
R Square

Std.
Error

0,074

0,065

0,32785

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pengaruh self efficacy for self regulated learning dan
kepribadian (conscientiousness, extraversion, neuroticism, openness dan agreeableness)
terhadap academic achievement sebesar 0,074 atau 7,4% pengaruh keseluruhan variabel
independent terhadap academic achievement. Sisanya 92,6% dipengaruhi oleh error atau faktor
lain yang tidak diteliti.
Langkah selanjutnya ialah melihat signifikan tidaknya dampak dari tiap independent
variable terhadap dependent variable. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value dan sig.
untuk setiap koefisien regresi dalam satuan baku (standardized coefficient regression atau β).
Jika t-value yang dihasilkan > 1,96 (dengan taraf keyakinan 95%) dan sig. yang dihasilkan <
0.05 artinya koefisien regresi tersebut signifikan dan sebaliknya. Berikut ini hasil penghitungan
koefisien regresi yang belum distandarisasi (B) ataupun dalam satuan baku (β), standard error
(S.E.) dari koefisien regresi, t-value dan sig. setiap independent variable terhadap academic
achievement yang disajikan pada tabel berikut:
Berdasarkan koefisien regresi dalam skala baku atau β pada tabel 4.6., dapat dituliskan
persamaan regresi sebaagai berikut:
ZACADEMIC_ACHIEVEMENT =

0,251 * Zself_efficacy + 0,089 * Zconscientiousness
- 0,056 * Zextraversion + 0,116 * Zneuroticism
+ 0,024 * Zopenness - 0,057 * Zagreeableness

21



Tabel 4.6.
Koefisien regresi masing-masing IV
Independent
variable
(Constant)
Self efficacy
Conscientiousness
Extraversion
Neuroticism
Openness
Agreeableness

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
2,597
1,173
0,010
0,002
0,004
0,002
-0,002
0,002
0,004
0,002
0,001
0,002
-0,002
0,002

Standardized
Coefficients
Beta (β)
0,251
0,089
-0,056
0,116
0,024
-0,057

t-value

Sig.

14,996
5,542
1,660
-1,322
2,657
0,587
-1,236

0,000
0,000
0,097
0,187
0,008
0,557
0,217

Hasil model penelitian ini, dua variabel dari enam variabel yang berpengaruh secara
signifikan terhadap academic achievement yakni self efficacy for self regulated learning dan
neuroticism. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel self efficacy for self regulated learning
Nilai koefisien regresi variabel self efficacy for self regulated learning adalah 0,251 dengan tvalue = 5,542 artinya variabel self efficacy for self regulated learning secara positif dan
signifikan mempengaruhi academic achievement. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi self
efficacy for self regulated learning, maka semakin tinggi academic achievement, atau
sebaliknya.
2. Variabel conscientiousness
Nilai koefisien regresi variabel conscientiousness adalah 0,089 dengan t-value = 1,660 artinya
variabel conscientiousness secara positif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak
signifikan.
3. Variabel extraversion
Nilai koefisien regresi variabel extraversion adalah -0,056 dengan t-value = -1,322 artinya
variabel extraversion secara negatif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak
signifikan.

22



4. Variabel neuroticism
Nilai koefisien regresi variabel neuroticism adalah 0,116 dengan t-value = 2,657 artinya
variabel neuroticism secara positif dan signifikan mempengaruhi academic achievement. Hal
ini dapat diartikan semakin tinggi neuroticism, maka semakin tinggi academic achievement,
atau sebaliknya.
5. Variabel openness
Nilai koefisien regresi variabel openness adalah 0,024 dengan t-value = 0,587 artinya variabel
openness secara positif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak signifikan.
6. Variabel agreeableness
Nilai koefisien regresi variabel agreeableness adalah -0,057 dengan t-value = -1,236 artinya
variabel agreeableness secara negatif mempengaruhi academic achievement, tetapi tidak
signifikan.
Selanjutnya, pada bagian ini peneliti memaparkan sumbangan masing-masing IV
terhadap DV (academic achievement) yang diperoleh dari R Square change, seperti table di
bawah ini:
Tabel 4.7.
Pengaruh masing-masing IV
R
Adjusted
Model
Square R Square
a
b
c
d
e
f

0,057
0,057
0,061
0,071
0,072
0,074

0,055
0,054
0,057
0,066
0,064
0,065

Std.
Error
0,32959
0,32984
0,32930
0,32779
0,32799
0,32785

Change Statistics
R Square
F
df1
df2
Change Change
0,057
37,923
1
630
0,000
0,025
1
629
0,005
3,087
1
628
0,010
6,797
1
627
0,000
0,233
1
626
0,002
1,528
1
625

Sig. F
Change
0,000
0,873
0,079
0,009
0,630
0,217

Keterangan:
a. self efficacy for self regulated learning
b. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness
c. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion
d. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism
e. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism,
openness
f. self efficacy for self regulated learning, conscientiousness, extraversion, neuroticism,
openness, agreeableness
23



Berdasarkan table 4.7. maka dapat diketahui berapa besar sumbangan masing-masing IV
terhadap DV. Apabila dijumlahkan sumbangan tiap IV (R square change) hasilnya akan sama
dengan sumbangan keseluruhan IV (R square). Berikut peneliti paparkan dalam point di bawah
ini:
1. Besarnya pengaruh self efficacy for self regulated learning terhadap academic
achievement sebesar 5,7% dengan sig. = 0,000. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh self
efficacy for self regulated learning signifikan.
2. Besarnya pengaruh conscientiousness terhadap academic achievement sebesar 0%
dengan sig. = 0,873. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh conscientiousness tidak
signifikan.
3. Besarnya pengaruh extraversion terhadap academic achievement sebesar 0,5% dengan
sig. = 0,079. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh extraversion tidak signifikan.
4. Besarnya pengaruh neuroticism terhadap academic achievement sebesar 1% dengan sig.
= 0,009. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh neuroticism signifikan.
5. Besarnya pengaruh openness terhadap academic achievement sebesar 0% dengan sig. =
0,630. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh openness tidak signifikan.
6. Besarnya pengaruh agreeableness terhadap academic achievement sebesar 0,2% dengan
sig. = 0,217. Hal ini dapat dinyatakan pengaruh agreeableness tidak signifikan.

24



BAB 5
KESIMPULAN

5.1.Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa self-efficacy dan kepribadian
memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik. Adapun variabel yang memberikan pengaruh
signifikan adalah self-efficacy dan faktor kepribadian neuroticism sedangkan faktor lainnya
seperti faktor conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan openness to experience tidak
signifikan dalam mempengaruhi prestasi akademik. Lebih lanjut arah hubungan variabel sebagai
berikut:
1. Self-efficacy berpengaruh positif
2. Faktor conscientiousness berpengaruh positif
3. Faktor extraversion berpengaruh negatif
4. Faktor neuroticism berpengaruh positif
5. Faktor agreeableness berpengaruh negatif
6. Faktor openness to experience berpengaruh positif

5.2.Diskusi
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian dan self-efficacy
terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berpengaruh
terhadap prestasi akademik sebesar 7,4%. Ketika dianalisis secara bersamaan, hanya faktor
kepribadian neuroticism dan self-efficacy yang berpengaruh secara signifikan. Di sisi lain, faktor
kepribadian extraversion memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan, faktor kepribadian
extraversion memiliki pegaruh negatif, tetapi tidak signifikan, faktor keprbadian agreeableness
memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan, dan faktor openness to experience memiliki
pengaruh positif tetapi tidak signifikan.
Hasil studi sebelumnya menunjukkan bahwa faktor kepribadian yang memiliki pengaruh
terhadap prestasi akademik adalah openness to experience, agreableness, dan conscientiousness
(Komarraju, Karau, Schmeck, Avdic, 2011; Poropat, 2009; Pekrun, Goetz, Perry, Kramer,
Hochstadt, Molfenter, 2004). Data dalam penelitian ini tidak mendukung beberapa penelitian
25



sebelumnya terkait ketiga faktor kepribadian tersebut. Faktor opennes to experience berperan
secara signifikan terhadap prestasi akademik pada pelajar usia 13 tahun (Caprara, Vecchione, M.,
Alessandri, Gerbino, M., & Barbaranelli, C, 2011) sementara penelitian ini memiliki partisipan
yang berusia 19-21 tahun. Mahasiswa tidak lagi berada dalam tahap mengeksplor segala hal
untuk menentukan minat dan ketertarikannya karena telah menempuh perkuliahan yang
pelajarannya lebih spesifik dibandingkan usia sekolah. Faktor conscientiousness yang harusnya
menjadi prediktor kuat terhadap prestasi akademik tidak ditemukan pada data dalam penelitian.
Hal ini memberikan peluang untuk penelitian sebelumnya agar tidak lagi hanya melihat kaitan
prestasi akademik dengan faktor besar kepribadian melainkan melihat faktor kecil dari
conscientiousness yang terdiri dari competence, order, dutifulness, achievement striving, selfdiscipline, dan deliberation dan juga mempertimbangkan untuk menggunakan desain penelitian
yang menjadikan kepribadian sebagai moderator atau mediator. Di sisi lain, memiliki
kepercayaan kepada orang lain, berusaha untuk selalu menyenangkan orang lain, bersimpati
kepada orang miskin, dan keinginan untuk tidak menjadi fokus perhatian yang diukur melalui
faktor agreeableness tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik. Keberhasilan
berlajar di perguruan tinggi ditentukan oleh diri sendiri sehingga hal-hal terkait orang lain tidak
berperan. Faktor kepribadian neuroticism memiliki pengaruh yang signifikan dengan arah positif
yang mengindikasikan bahwa mahasiswa yang memiliki tinggat neuroticism tinggi cenderung
memiliki prestasi akademik yang bagus yang ditunjukkan melalui IPK cenderung tinggi karena
rasa cemas membuat mahasiswa mempersiapkan dan mempelajari lebih giat materi kuliah dalam
rangka persiapan tes dan ujian (Pekrun, R., Goetz, T., Perry, R. P., Kramer, K., Hochstadt, M., &
Molfenter, S., 2004).
Selain faktor kepribadian, self-efficacy juga diprediksi mempengaruhi prestasi akademik.
Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy khususnya terkait self-regulated
learning memprediksi prestasi akademik. Artinya bahwa mahasiswa yang memiliki keyakinan
untuk mengatur jadwal pembelajaran dan mengkondisikan dirinya secara baik untuk menerima
dan mengolah materi perkuliahan memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa yang tidak memiliki keyakinan. Hal ini mendukung hasil penelitian sebelumnya
bahwa persepsi keyakinan yang dimiliki individu membuat mereka persisten dalam menghadapi
segala kesulitan yang dihadapi dan persepsi bahwa mereka mampu mengatur lingkungan dan
26



dirinya untuk melakukan proses belajar dengan baik (Caprara, Vecchione, M., Alessandri,
Gerbino, M., & Barbaranelli, C, 2011; Komarraju, M., & Nadler, D. (2013).
Penelitian ini memberikan dukungan bahwa faktor kepribadian dan self-efficacy
memberikan kontribusi terhadap prestasi akademik. Walaupun demikian, penelitian ini memiliki
kekurangan. Prestasi akademik yang diukur dengan nilai IPK yang dilaporkan oleh partisipan
memberi peluang terjadinya bias karena peneliti tidak dapat mengontrol kejujuran partisipan
dalam memberikan data. Pengumpulan data yang dilakukan di jeda waktu perkuliahan membuat
partisipan mengisi item pernyataan dalam situasi yang kurang atensi karena kelelahan setelah
mengikuti perkuliahan dan proses pengisian kuesioner diselingi aktivitas lain seperti makan
siang. Akan tetapi, jumlah partisipan yang termasuk tinggi dalam penelitian ini menjadi
keunggulan dalam rangka mengumpulkan partisipan yang mewakili populasi mahasiswa di
wilayah Jakarta Selatan. Selain itu, instrumen penelitian yang digunakan dijamin valid. Ketika
inign menggunakan alat ukur kepribadian, penelitian berikutnya dapat menyesuaikan bahasa
yang digunakan berdasarkan sampel partisipan sedangkan alat ukur self-efficacy dapat
disesuaikan dengan jenis self-efficacy yang diukur. Pengukuran kepribadian untuk penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menelisik hingga facet dari setiap faktor untuk menambah
pengetahuan terkait kepribadian dan prestasi akademik.

27



DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change.
Psychological review, 84(2), 191.
Caprara, G. V., Vecchione, M., Alessandri, G., Gerbino, M., & Barbaranelli, C. (2011). The
contribution of personality traits and self‐efficacy beliefs to academic achievement: A
longitudinal study. British Journal of Educational Psychology, 81(1), 78-96.
Feist, J.&Feist, G.J. (1998). Theories of personality. New York:McGraw Hill Company.
Komarraju, M., & Nadler, D. (2013). Self-efficacy and academic achievement: Why do
implicit beliefs, goals, and effort regulation matter?. Learning and Individual
Differences, 25, 67-72.

Komarraju, M, Karrau, S.J, Schmerk, R.R, & Avdic, A. (2011). The Big Five Personality
traits, learning style, and academic achievment. Personality and individual differences,
51(4), 472-477
Koseoglu, Y. (2015). Self-Efficacy and Academic Achievement—A Case from Turkey.
Journal od Education and Practice, 6(29), 131-141.
McCrae, R. R., & Costa, P. T. (2003). Personality in adulthood: A five-factor theory
perspective. Guilford Press.

Pekrun, R., Goetz, T., Perry, R. P., Kramer, K., Hochstadt, M., & Molfenter, S. (2004).
Beyond test anxiety: Development and validation of the Test Emotions Questionnaire
(TEQ). Anxiety, Stress & Coping, 17(3), 287-316.

Pervin, L. A., Robins, R. & John, O. P. (2001). Handbook of personality: Theory and
research. New York: Guilford Press.

Poropat, A. E. (2009). A meta-analysis of the five-factor model of personality and academic
performance. Psychological bulletin, 135(2), 322.

28


Slavin, R. E., Lake, C., & Groff, C. (2009). Effective programs in middle and high school
mathematics: A best-evidence synthesis. Review of Educational Research, 79(2), 839911.

29