Zakat dan Kemiskinan atabik ziswaf

Zakat dan Ke miskinan
Fadel M uhammad
Tulisan ini berisi t ent ang suat u t injauan t erhadap buku
“ Zakat dan Pembangunan : Era Baru Zakat M enuju
kesejaht eraan Ummat ” sebagai acuan ut ama dit ambah
dengan beberapa art ikel t ert kait zakat dan pengent asan
kemiskinan.

Pengantar
Dunia pada saat ini memang tidak bisa dilepaskan dari isu kesenjangan dan kemiskinan.
Telah banyak ide dan instrumen yang digunakan untuk membuat masalah kesenjangan dan
kemiskinan ini teratasi. Mulai dari pemberantasan kemiskinan level negara hingga MDGs
buatan PBB.
Jika ditelaah kebelakang, pada masa awal islam telah dikenalkan kepada penduduk bumi
tentang instrumen klasik yang berupaya untuk menghilangkan kesenjangan dan mengurangi
kemiskinan. Sebuah instrumen yang membela kepentingan orang miskin melalui mekanisme
transfer kekayaan telah dikenalkan oleh Nabi Muhammmad SAW melalui islam, yaitu zakat.
Zakat di era terkini bisa dikatakan terpinggirkan sebagai salah satu instrumen fiskal negara.
Padahal di zaman awal keislaman, zakat adalah salah satu faktor pendapatan utama negara
yang di salurkan kepada mereka yang berhak (mustahik). Zakat jelasa sasaran tujuannya
(delapan ashnaf ) tetapi berbeda dengan pajak yang syarat dengan muatan politik untuk

mengarahkan penyalurannya kepada pemberantasan kemiskinan.
Tulisan ini akan memberikan gambaran dan semoga memberikan kesadaran kepada
akademisi dan praktisi bahwa zakat adalah intrumen klasik yang perlu diterapkan dan
dikelola dengan baik untuk pemberantasan kemiskinan.
Beberapa Hal Tentang Zakat
Zakat adalah salah rukun islam. Zakat menurut Qhardawi adalah harta dengan persyaratan
tertentu yang Allah SWT wajibkan atas pemiliknya (muzakki) untuk diserahkan kepada yang
berhak menerimanya (mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.
Zakat adalah amalan ibadah yang bersifat vertikal dan horizontal. Zakat tidak hanya sebagai
suatu ibadah kepada Tuhan (hablumminallah) tapi juga memiliki fungsi sosial terhadap
sesama (hablumminannas). Zakat membuat kehidupan menjadi lebih indah ketika mereka
yang memiliki kelebihan harta memberikan sebagian kelebihan itu untuk mereka yang
kekurangan (Muthohar, 2011).
Zakat adalah instrumen untuk membersihkan harta yang dimiliki oleh kaum muslimin. Sesuai
dengan surat At taubah ayat 103 yang artinya

Zakat dan Kemiskinan

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka....”

Penerima zakat disebut dengan mustahik. Mereka ada delapan kelompok yang berhak untuk
menerima harta dari para muzakki. Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 60 yang
artinya:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekakan) budak, orangorang yang berutang, untuk jalan Allah(fiisabilillah), dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Lagi Maha
Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.”
Zakat dan Kemiskinan
Mahatma Ghandi mengatakan bahwa kemiskinan adalahbentuk terburuk dari kekerasan.
Sehingga masalah kemiskinan adalah sebuah masalah yang menjadi tanggung jawab
bersama. Tidak perlu mengambil contoh sampai ke negara negara Afrika untuk melihat
kemiskinan. Lihat saja di dalam negeri Republik Indonesia. Angka kemiskinan menurut BPS
per Maret 2013 berjumlah 28,07 juta jiwa.
Sistem konvesional dan peran negara tentu sadar dengan keadaan kemiskinan warga
negaranya. Namun sampai sekarang angka kesenjangan sosial itu semaki tinggi semakin hari.
Menurut laporan Oxfam bahwa setengah kekayaan penduduk dunia hanya dimiliki oleh 85
orang terkaya di dunia.
Semua pihak sadar bahwa untuk menggerakkan perekonomian maka butuh tingkat konsumsi
yang tinggi. Namun bagaimana hal ini akan dicapai ketika orang-orang miskin di negaranya
tidak mapu untuk membeli barang-barang kebutuhan?
Zakat adalah instrumen yang bertujuan untuk menghapus kemiskinanan (Qhardawi, 1997).

Dari delapan ashnaf yang berhak menerima zakat, maka prioritas pertama dan kedua dari
mustahik itu yang ialah fakir dan miskin. Hal ini menunjukkan bahwa islam betul-betul
membela hak kaum yang lemah.

Zakat dan Kemiskinan

Zakat dengan mekanisme transfer tepat sasaran, yaitu pemberian harta dari golongan muzakki
kepada mustahik akan mendorong MPC dan APC dari golongan fakir dan miskin. Karena
mereka mendapatkan uang, maka mereka bisa berkonsumsi dan berusaha keluar dari
kemiskinan (PEBS, 2009).
Zakat dapat memaksa kegiatan produksi untuk barang-barang yang dibutuhkan oleh orang
miskin. Hal ini terjadinya karena permintaan dari orang miskin yang meningkat akibat
transfer zakat yang mereka peroleh. Produsen akan memproduksi air bersih, sandang, pangan
yang secara tidak langsung akan memberantas kemiskinan dan membuka lapangan pekerjaan
(PEBS, 2009).
Sistem pajak yang merupakan sumber utama pendapatan negara diharapkan mampu untuk
mengurangi kemiskinan yang dihadapi oleh suatu negara. Walaupun pajak diambil dari orang
kaya namun seringkali penyalurannya tidak tepat sasaran dan sering bermuatan politis dalam
penentuan anggaran pengeluaran negara (PEBS, 2009).
Zakat juga membuat orang kaya untuk menginvestasikan uangnya kepada sektor riil karena

investasi di sektor finansial jika mendapatkan bungan adalah riba. Investasi ini perlu
dilakukan karena orang kaya tidak mau hartanya di potong setiap tahun karena adanya zakat.
Harta mereka akan berkurang setiap tahun jika kekayaannya dibiarkan menganggur (PEBS,
2009). Tentu investasi di sektor riil akan membuka lapangan kerja dan menggerakkan
perekonomian.

Zakat dan Kemiskinan

Zakat Sebagai Solusi Pemberantasan Kemiskinan
Zakat dalam upaya pengentasan kemiskina adalah sebuah built-in system dalam islam.
Pertama ada asnaf atau golongan penerima zakat. Sehingga jelas kemana arah dari dana zakat
tersebut tanpa harus ada politisasi. Fakir miskin sebagai pelanggan utama zakat adalah buktu
bahwa zakat adalah instrumen pengentasan kemiskinan. Pro-poor dan self targeted membuat
zakat adalah instrumen efektif untuk pengetasan kemiskinan. Tak ada satupun instrumen
fiskal yang memiliki karakteristik seperti ini. Kedua, zakat dikenakan pada basis yang luas
dan meliputi berbagai aktivitas perekonomian. Ketiga, zakat adalah pajak spritual yang wajib
dibayar oleh muslim dalam kondisi apapun.
Zakat sangat superior untuk program pengentasan kemiskinan secara berkelanjutan. Pada
sistem konvensional pengentasan kemiskinan adalah pilihan bukan suatu kewajiban.
Pengentasan kemiskinan menjadi bersifat politik karena tidak adanya dorongan yang tinggi,

tergantung kepada politic will dari rezim penguasa. Berbeda dengan zakat yang merupakan
kewajiban yang tertulis dalam Al Quran.
Walaupun dimikian demi sebuah tugas mulia yang berjudul pengentasan kemiskinan, islam
tidak hanya membebankan pada instrumen zakat semata. Kemiskinan hanya bisa di berantas
dengan sistem islam yang komprehensif, yaitu pelarangan ribam pembangunan infrastruktur,
sistem kepemilikan tanah, anggaran publik dan lain-lain. Karena ketika hanya zakat yang
dijalankan tapi perekonomian masoh menggunakan riba misalkan, maka efek pengentasan
zakat ini tidak akan terlihat atau mungkin tidak ada sama sekali.

Zakat dan Kemiskinan

Daftar Pustaka
FEUI, PEBS. 2009. Zakat dan Pembangunan : Era Baru Zakat Menuju Kesejahteraan
Ummat. Jakarta
Zakat, Indonesia Magnificence, PEBS FEUI. 2010. Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia :
Menuju Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Pengelolaan Zakat Nasional.
Jakarta
Sukamana, et.al. 2010. The Power of Zakah in Poverty Alleviation. Malaysia
Muthohar, Ahmad Mifdol. 2011. Keberkahan dalam Berzakat. Miranda Publishing. Jakarta
http://www.beritasatu.com/nasional/122934-bps-maret-2013-penduduk-miskin-berkurang052-juta-orang.html Di akses pada hari senin, 2 juni 2014

http://www.lensaindonesia.com/2014/01/21/setengah-kekayaan-penduduk-dunia-hanyadikuasai-85-orang.html Di akses pada hari senin, 2 juni 2014

Zakat dan Kemiskinan