Laporan Praktikum sosio Ekonomi Pantai S

Laporan Praktikum

EKSPLORASI SUMBERDAYA PERAIRAN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Praktikum
Eksplorasi Sumberdaya Perairan Mengenai Sosial Ekonomi Sendang Biru

Oleh: Kelompok IV
Vivi Fitriani
Kartika Armadani P.
Haidar Nahdi H.
Rohmat Syaivudin M. S.
Milzam Kazaruni R.

NIM. 201310260311026
NIM. 201310260311046
NIM. 201310260311067
NIM. 201310260311069
NIM. 201310260311076

LABORATORIUM PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
EKSPLORASI SUMBERDAYA PERAIRAN
Disusun oleh: Kelompok IV
Vivi Fitriani
NIM. 201310260311026
Kartika Armadani P.
NIM. 201310260311046
Haidar Nahdi H.
NIM. 201310260311067
Rohmat Syaivudin M. S.
NIM. 201310260311069
Milzam Kazaruni R.
NIM. 201310260311076
Telah di periksa dan disahkan oleh Instruktur dan Asisten Laboratorium Perikanan
Pada Tanggal: ............................................
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Praktikum


Asisten I

Asisten II

(Aji Cahyo Nugroho)

(Kindi Ali Akbar)

NIM : 201210260311032 Mengetahui,
Instruktur

NIM : 201110260311011

Riza Rahman Hakim S.Pi., M.Sc.
NIP.105.0501.0424

2

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, atas segala berkah rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum eksplorasi sumbardaya perairan. Laporan ini
digunakan untuk melengkapi tugas penulis di mata kuliah eksplorasi sumberdaya
perairan sebagai mahasiswa jurusan perikanan di Fakultas Pertanian Peternakan
Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun 2015.
Laporan ini penulis buat berdasarkan praktikum eksplorasi sumperdaya
perairan yang telah dilaksanakan selama 4 kali pertemuan. Laporan yang penulis
susun ini sudah penulis asistensikan dan sudah di ACC oleh asisten yang
bersangkutan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu untuk penyusunan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik penulisannya maupun penyajiannya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan lebih sempurna. Penulis
berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak yang membutuhkan.

Malang, 2 Juni 2015

Penulis


3

Daftar Isi
Halaman Judul...........................................................................................................i
Lembar pengesahan.................................................................................................ii
Kata Pengantar........................................................................................................iii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Alat Penangkap Ikan.......................................................................................3
2.1.1 Purse Seine..............................................................................................3
2.1.2 Payang......................................................................................................4
2.1.3 Long Line.................................................................................................4
2.2 Tempat Pelelangan Ikan.................................................................................5
2.3 Koperasi Unit Desa........................................................................................6
METODOLOGI.......................................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................................7

3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................7
3.2.1 Alat...........................................................................................................7
3.2.2 Bahan.......................................................................................................7
3.3 Cara Kerja.......................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................8
4.1 Hasil Praktikum..............................................................................................8
4.1.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan).................................................................8
4.1.2 KUD (Koperasi Unit Desa).....................................................................9
4.1.3 Alat Tangkap Long Line...........................................................................9
4.1.4 Alat Tangkap Payang.............................................................................10
4.1.5 Alat Tangkap Purse Seine......................................................................10
4.2 Pembahasan..................................................................................................11
4.2.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan Saluran Pemasaran.........................11
4.2.1 KUD (Koperasi Unit Desa)...................................................................12

4

4.2.3 Alat Tangkap..........................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................14
5.1 Kesimpulan...................................................................................................14

5.2 Saran.............................................................................................................14
Daftar Pustaka........................................................................................................15

5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekitar 75% dari luas wilayah Indonesia adalah berupa lautan. Salah satu
bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan
adalah wilayah laut. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000 km.
Wilayah laut memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah pemersatu
antara pulau Indonesia yang memiliki sifat dan ciri yang unik. Selain itu laut
menjadi sumber nafkah bagi sebagian besar masyarakat pesisir terutama nelayan.
Sesuai dengan salah satu amanat konstitusi, bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi
permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat
tangkap. Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi di mana akan

terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan
dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih keuntungan yang sebesarbesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan.
Oleh karena oleh karena pemanfaatan sumberdaya laut dan ikan penting
bagi kelangsungan hidup sebagian besar masyarakat Indonesia umumnya dan
masyarakat pesisir khususnya, maka mahasiswa perikanan wajib mengerti
mengenai cara sumberdaya laut khususnya ikan itu diperoleh dan dimanfaatkan.
Untuk itulah praktikum eksplorasi sumberdaya perairan mengenai sosial ekonomi
Sendang Biru ini dilaksanakan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru?
2) Bagaimana saluran pemasaran hasil penangkapan yang ada di Sendang
Biru?
3) Apa saja kebijakan KUD(Koperasi Unit Desa) yang diberikan kepada
nelayan?
4) Bagaimana hubungan perikan dengan eksplorasi sumberdaya perairan?

1

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru.

2) Untuk mengetahui saluran pemasaran hasil periklanan yang ada di
Sendang Biru.
3) Untuk mengetahui kebijakan KUD yang diberikan kepada nelayan.
4) Untuk mengetahui hubungan perikanan dengan eksplorasi sumberdaya
perairan.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Penangkap Ikan
2.1.1 Purse Seine
Menurut Andrew (1960) purse seine atau pukat cincin adalah jenis alat
tangkap yang “seine” yaitu alat tangkap yang aktif untuk menangkap ikan-ikan
pelagis yang hidup umumnya membentuk kawanan atau bergerombol dalam suatu
kelompok besar.
Purse seine dapat digolongkan dalam jaring lingkar karena dalam
pengoperasiannya jaring akan membentuk pagar dinding melingkar yang
mengelilingi kawanan ikan yang akan ditangkap. Setelah jaring mengurung
(mengelilingi) kawanan ikan, maka pada tahap akhir penyelesaian penangkapan

bagian bawahnya tertutup seolah membentuk suatu kantong besar.
Menurut klasifikasi atau penggolongan alat penangkapan ikan dunia yang
distandarisasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), purse seine
termasuk kelompok jaring lingkar (surrounding net). Jaring lingkar menurut FAO
terdiri dari jaring (lingkar) yang bertali kerut dan jaring (lingkar) tanpa tali kerut.
Purse seine yang disingkat PS dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar
bertali kerut dengan kode 01.01.00, sedangkan Lampara yang disingkat LA
dimasukkan ke dalam kelompok jaring lingkar tanpa tali kerut dengan kode
01.2.0.
Untuk pengoperasian alat tangkap purse seine ini alat bantu yang sering
digunakan adalah rumpon dan lampu. Rumpon digunakan pada saat
pengoperasian siang hari, biasanya rumpon ini sudah dipasang sebelumnya.
Rumpon diletakkan pada tengah-tengah untuk mengumpulkan ikan lalu alat
tangkap utama yang mengelilinginya. Sedangkan lampu digunakan pada saat
pengoperasian malam hari, fungsinya sama seperti rumpon yaitu sebagai
pengumpul ikan. Biasanya nelayan menggunakan sumber lampu ini dari oncor
atau obor, petromaks, dan lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas
hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri) (Subani dan
Barus, 1989).


3

2.1.2 Payang
Ayodhya (1981) menyatakan bahwa alat tangkap jaring payang terdiri dari
tali, kaki, badan dan kantong. Prinsip kerja dari jaring payang adalah menangkap
ikan disekitar rumpon dengan menggunakan jaring yang memiliki kantong.
Untuk mengoperasikan jaring payang, digunakan sebuah perahu dengan ukuran
12,0 m x 2,4 m x 1,0 m. Sebagai tenaga penggerak digunakan mesin panther
dengan kekuatan 4 silinder (1 PK).
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004) alat tangkap payang terbuat dari
bahan serat sintetis jenis nylon multi filamen. Panjang jaring keseluruhan
bervariasi dari puluhan meter sampai ratusan meter.
Menurut Hakim (2008), prinsip pengoperasian

payang

dengan

melingkarkan sayap-sayap jaring pada gerombolan ikan (misalnya di sekitar
rumpon) yang sudah dipasang sebelumnya, kemudian jaring ditarik ke arah

perahu. Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada malam
maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam
keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks
(kerosene pressure lamp).

Penangkapan yang dilakukan pada siang hari

menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau tanpa
menggunakan alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga di tempat
yang dikira banyak ikan atau mencari gerombolan ikan.
Menurut Subani dan Barus (1989) menangkap ikan dengan pukat kantong
dilakukan pada malam hari dan siang hari. Siang hari dilakukan pada saat
matahari akan terbenam dan malam hari dilakukan pada matahari mulai terbit
terutama pada hari-hari gelap (tidak dalam keadaan bulan terang). Penangkapan
ikan pada siang hari biasanya menggunakan alat bantu rumpon atau payaos.
2.1.3 Long Line
Menurut Sadhori (1985), perawai merupakan salah satu alat penangkap
ikan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada tiaptiap ujung cabangnya dikaitkan sebuah pancing. Secara teknis operasional rawai
termasuk dalam jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap pancing
diberi umpan yang tujuannya untuk menarik ikan sehingga ikan memakan umpan
tersebut dan terkait oleh pancing. Secara material ada yang mengklasifikasikan

4

rawai termasuk dalam golongan penangkapan ikan dengan tali line fishing karena
bahan utama untuk rawai ini terdiri dari tali-temali.
Alat penangkapan ikan ini disebut rawai karena bentuk alat sewaktu
dioperasikan adalah rawe-rawe (rawe = bahasa Jawa) yang berarti sesuatu yang
ujungnya bergerak bebas. Rawai disebut juga dengan longline yang secara harfiah
dapat diartikan dengan tali panjang. Alat ini konstruksinya berbentuk rangkaian
tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang
dengan beratus-ratus tali cabang (Sadhori, 1985).
Menurut Mulyono (1986), Perawai terdiri dari sejumlah mata kail yang di
pasangkan pada panjangnya tali yang mendatar. Tali yang mendatar ini merupakan
tali pokok atau utama (main line) dari suatu rangkaian pancing-pancing perawai.
Pada tali utama terdapat tali-tali pendek yang disebut tali cabang (branch line).
Menurut bentuk, sasaran dan cara penangkapannya perawai termasuk dalam jenis
“Bottom Set Longline“. Cara penangkapannya pancing ini dilepas atau dilabuhkan
sampai posisinya dapat mendasar.
2.2 Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan salah satu sarana dalam kegiatan
perikanan dan merupakan faktor penggerak dalam meningkatkan pendapatan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan (Wiyono, 2005). Tujuannya
adalah untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga
membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya (Pramithasari, Anggoro dan
Susilowati, 2006).
Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan
sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) di mana melewati penawaran
umum di hadapan pembeli, yang berhak mendapatkan ikan hasil lelang adalah
penawar tertinggi. Tujuan Tempat Pelelangan Ikan yang semula didirikan sematamata hanya untuk kepentingan nelayan dan koperasi perikanan dengan tujuan
untuk melepaskan dari kemiskinan, menjadi semakin berkembang menjadi sarana
untuk memungut retribusi oleh Pemda Tingkat I, Tingkat II, dan sebagainya
(Pramithasari, Anggoro dan Susilowati, 2006).

5

2.3 Koperasi Unit Desa
Sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian,
bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasar prinsip
koperasi, sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.”
Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan,
koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara lain meningkatkan
kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal, dan mengembangkan
usaha.
Dalam prakteknya, usaha koperasi disesuaikan dengan kondisi organisasi
dan kepentingan anggotanya. Berdasar kondisi dan kepentingan inilah muncul
jenis-jenis koperasi.

.

6

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapang eksplorasi sumberdaya perairan mengenai sosial
ekonomi TPI Sendang Biru dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 Mei 2015 pukul 09.30
WIB - selesai bertempat di tempat pelelangan ikan pelabuhan Sendang Biru
Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1) Perekam suara
2) Alat tulis
3.2.2 Bahan

7

1) Kuisioner
2) 3.3 Cara Kerja
1)
2)
3)
4)
1)

Menyiapkan Alat dan bahan
Menentukan orang yang akan diwawancara
Menanyakan satu per satu pertanyaan dalam kuesioner
Merekam sekaligus mencatat jawaban responden

3) BAB IV
4) HASIL DAN PEMBAHASAN
5) 4.1 Hasil Praktikum
6) 4.1.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
7) TPI sebagai pusat tempat transaksi kegiatan penjual dan pembeli sebagai
alur pendistribusian hasil tangkapan yang ada di sendang biru di mulai
dari: nelayan-tempat pelelangan ikan-pengepul-pengusaha pengolahanekspor (Amerika dan Eropa). Sementara untuk pemasarannya sendiri
biasanya dipasarkan ke Jakarta, Bali, dan Surabaya. Sementara jenis ikan
yang biasa dijual yaitu jenis tuna, cakalang, baby tuna, dan ikan pelagis.
Peraturan di sendang biru, maksimal pembelian mencapai 40 ton. Harga
ikan yang termahal yaitu tuna dengan kualitas tinggi mencapai Rp
50.000,-/kg, dan ikan yang termurah ialah Lemuru kecil seharga Rp.
1.500,-/kg.
8) Pada usaha pelelangan ikan, modal awal pengepul mencapai Rp
1.000.000.000,- hingga 2.000.000.000,-. Sistem Pembayaran dilakukan
selambat-lambatnya 5 hari setelah pembelian. Pembayaran dilakukan di
kasir, yang kemudian melalui kasir tersebut akan dibagikan kepada
nelayan. Tenaga kerja yang dimiliki mencapai 25 orang, sementara gaji
pekerja dibayar di akhir trip. Alat angkut ikan yang digunakan di Sendang
Biru berupa sebatang bambu berdiameter besar yang dipikul oleh 2 orang
pengangkut/manol. Para pengangkut dibayar

Rp 5.000/2 orang setiap

sekali angkut. Mayoritas Pembeli datang pada tempat pelelangan ikan.
9) Pendapatan mencapai Rp10.000.000,-/bulan, sementara kendala yang
dihadapi oleh pedagang berasal dari kesepakatan harga yang tidak sesuai
antara nelayan dan pengepul, selain itu kendala yang dihadapi ialah
pemasaran yang kurang dan tingkah laku nelayan yang tidak sopan
10) Fasilitas yang ada di Sendang Biru berupa tempat penampungan pabrik es.
Penyebab tidak adanya pabrik es karena sumber air yang ada di Sendang
Biru hanya satu, sementara sumber air tersebut digunakan oleh seluruh
masyarakat Sendang Biru. Sementara fluktuasi harga ikan di TPI ini cukup
besar jika ada pergantian musim, di mana faktor yang mempengaruhi

fluktuasi harga adalah harga pasar, permintaan, bulan dan musim. Untuk
harga tertinggi terdapat pada waktu gelombang tinggi sementara harga
terendah terjadi pada saat bulan purnama.
11) Syarat menjadi pedagang yang ada di Sendang Biru adalah melalui uji
kelayakan dan tanggung jawab, serta SIUP. Surat Perizinan Usaha (SIU)
dapat diurus di kantor pajak, lama pengurusan mencapai 10 hari.
12) 4.1.2 KUD (Koperasi Unit Desa)
13) KUD di Sendang Biru mempunyai peran dalam membantu anggota
/nelayan, sebagai wadah untuk menanam modal atau meminjam modal.
Sedangkan anggota KUD terdiri dari masyarakat dan nelayan yang telah
terdaftar sebagai anggota koperasi unit desa. Saat ini anggota KUD
mencapai 116 orang yang aktif, dan ribuan orang tidak aktif. Modal dari
KUD ialah dari anggota koperasi unit desa yang tersimpan dalam
simpanan pokok wajib. Bagi anggota koperasi yang ingin meminjam
modal dikenakan bunga 2,5 % bukan anggota 3 %. Oknum yang sering
berperan dalam KUD biasanya pelelang ikan atau juragan yang memiliki
modal besar. Penghasilan KUD selama 1 tahun kurang lebih 1 M.
14) Akan tetapi, selam 2 tahun terakhir ini program simpan pinjam ini sudah
tidak dilaksanakan karena beberapa faktor. KUD Sendang Biru bekerja
sama dengan Dinas Perikan Kabupaten Malang. Bantuan pemerintah
dalam menjalankan roda KUD sangat bayak seperti; pasar pusat oleholeh,bengkel kapal,subsidi BBM dll.
15) 4.1.3 Alat Tangkap Long Line
16) Proses pengoperasiannya berasal dari modal usah yang dipinjam dari
punggawa

di

mana

besar

kredit

peminjamannya

sebesar

12.000.00.biasya pengoperasian meliputi biaya tetap yaitu

Rp

investasi

berupa alat tangkap pancing yang ukurannya 200 meter. Sementara
pemilik alat tangkap ialah milik sendiri. Biaya perawatan alat tangkap ini
selama 4 tahun kurang lebih Rp 4.000.000, sementara biaya penyusutan
peralatan seperti alat tangkap perahu mesin untuk BBM 1.200.000, ES
batu Rp 400.00 dan konsumsi Rp500.00.-.

17) Waktu penangkapan ikan masih tergolong tradisional karena masih
mengandalkan tanda-tanda alam, untuk durasi per hauling mencapai 1-2
jam. Sementara waktu proses penangkapan setiap bulannya tidak tentu
karena mengandalkan musim, hasil tangkapan yang didapat dari alat
tangkap ini ialah tongkol.
18) Sekali melaut pendapatan nelayan mencapai 8-12 rak, hasil penangkapan
dijual kepada punggawa dan sebagai pembeli datang sendiri. Sementara
pemasaran pemasaran tidak memberikan kendala yang berarti.
19) 4.1.4 Alat Tangkap Payang
20) Asal modal usah dan pinjaman modal berasal dari juragan darat dengan
besar kredit pinjaman Rp 2.000.000,./ jumlah alat tangkap yang dimiliki: 2
v(payang dan Slerek) dengan ukuran alat tangkap 7/6 kotak slerek Harga
satuan Rp 1.900,-per pis. Satuan kepemilikan alat tangkap juragan darat.
21) Lama penangkapan/melaut selama sehari dan slerek satu malam durasi per
hauling 2 jam 10 menit (menebar 10 menit dan tarik kurang lebih 2 jam) di
daerah laut bebas dan daerah kabupaten Malang. Dalam satu tahun
penangkapan

biasa

dilakukan

pada

bulan

7-11

(Juli-November)

penangkapan dalam satu bulan tidak pasti (tergantung musim dan cuaca)
22) Hasil tangkap dengan menggunakan alat ini beragam. Rata - rata hasil
tangkapan berupa ikan tongkol locok, ikan cucut, ikan Peng-peng, ikan
tuna dan ikan cakalang mencapai 1 ton dan kondisinya masih segar.
Tangkapan ini dijual di TPI Pembelinya datang sendiri dari berbagai
daerah.
23) 4.1.5 Alat Tangkap Purse Seine
24) Daerah penangkapan purse seine biasanya tergantung cuaca dan daerah
penangkapan biasanya 20 km dari bibir pantar, setiap trip selalu berbeda
tempatnya tetapi masih pada ruang lingkup pantai Malang Selatan.
Penentuan daerah penangkapan mengandalkan insting yaitu dengan
melihat burung, jika burung banyak maka ikannya banyak.
25) Modal didapatkan dengan cara meminjam uang dari bos, modal
dibutuhkan dalam 1 kali trip kurang lebih 4 juta. Sementara kendala dalam
penangkapan sangat bergantung pada cuaca. Peran KUD

dalam

permodalan hanya untuk turun ke kelompok tidak langsung ke nelayan,
dan yang bertanggung jawab atad modal ialah yang punya perahu.
26) Ada beberapa kendala dalam pengoperasian alat ini tangkap pure seine
yaitu jarring yang sobek., mesin rusak, perahu bocor dan ABK kapal sakit,
selain

itu

kurangnya

persiapan

sebelum

keberangkatan

akan

mempengaruhi proses penangkapan ikan dan hasil penangkapan
27) Perizinan pada kapal ini ada, untuk pengurusan perizinan dilakukan
dengan mengurus dokumen ke Dinas Perikanan, Perizinan ini bertujuan
untuk retribusi ABK. Sementara untuk pendapatan ABK dalam 1 kali trip
mencapai 2 juta dan pembagian hasil setiap 5 trip,dan paling banyak untuk
si pemilik kapal. Sementara untuk antisipasi naiknya harga BBM tidak ada
hal yang bias dilakukan oleh nelayan atau pemilik kapal.
28) 4.2 Pembahasan
29) 4.2.1 TPI (Tempat Pelelangan Ikan) dan Saluran Pemasaran
30) TPI sebagai pusat transaksi antara penjual dan pembeli di mana yang
berperan sebagai produsen adalah nelayan dan pembeli berupa pengepul.
Menurut Effendi (1977) nelayan dikelompokkan dalam produsen karena
nelayan merupakan pihak yang menghasilkan barang untuk keperluan
konsumsi

dan

pedagang

pengepul

merupakan

pedagang

yang

berhubungan langsung dengan nelayan. TPI Sendang Biru telah
menjalankan fungsi pokoknya sebagai tempat pelelangan ikan, di mana
yang menentukan harga dari pihak pengelola TPI, penentuan harga sangat
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran oleh konsumen.
31) Saluran pemasaran yang ada di Sendang Biru yaitu dari nelayan-tempat
pelelangan ikan-pengepul-pengusaha pengolahan-ekspor(Amerika dan
Ekspor). dan untuk pemasarannya sendiri biasanya dipasarkan ke Jakarta,
Bali, dan Surabaya. Menurut Amstrong (2008) Saluran pemasaran
merupakan sekelompok organisasi yang saling tergantung membuat
produk atau jasa tersedia digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen.

32) 4.2.1 KUD (Koperasi Unit Desa)
33) Menurut Effendi (1977)

Pada dasarnya Koperasi Unit Desa dibentuk

berdasarkan kebutuhan kepada anggota seperti usaha simpan pinjam atau
kredit. Sementara KUD yang ada di Sendang Biru telah memvakumkan
pelayanan simpan pinjam

dan digantikan dengan subsidi BBM. akan

tetapi subsidi BBM ini dianggap tidak efektif karena hanya turun pada
kelompok nelayan, bukan kepada nelayannya Peran KUD di sini hanya
sebagai wadah pengelola bantuan yang diberikan oleh pemerintahan pusat.
Menurut instruksi presiden Republik Indonesia No4 Tahun 1984 pasal 1
ayat 92) di sebutkan bahwa pengembangan KUD dapat menjadi pusat
layanan kegiatan perekonomian di daerah pedesaan yang merupakan
daerah bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dan
dibina serta dikembangkan secara terpadu melalui program lintas sektoral.
Dari undang undang tersebut, pemerintahan pusat telah memberikan
bantuan kepada masyarakat khususnya nelayan, bantuan yang diberikan
oleh pemerintahan berupa subsidi BBM untuk nelayan, bengkel kapal,
pasar oleh-oleh dan lain-lain.
34) 4.2.3 Alat Tangkap
35) Alat tangkap yang digunakan di Sendang Biru berupa alat tangkap payang,
alat tangkap Long line dan alat tangkap purse seine. Alat tangkap ini
mempunya cara pengoperasian yang berbeda-beda. Menurut Djariah
(2001) Alat tangkap purse seine adalah alat tangkap yang biasa disebut
dengan berbentuk pukat cicin dan waktu pengoperasiannya jaring tersebut
menyerupai cincin. Alat tangkap payang ialah alat penangkapan berbentuk
seperti pukat kantong, sayapnya berguna untuk menakut-nakuti dan
pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan. Sementara
alat tangkap long line adalah alat tangkap yang memanjang yang
dimasukkan ke dalam laut, yang terdiri dari tali utama dan tali cabang. Tali
cabang adalah tali sebagai cabang utama yang menjorok ke dalam laut dan
di bawahnya digantungkan pancing-pancing yang diberi umpan

36) Dari jenis alat penangkapan dan dengan metode penangkapan yang
berbeda pula akan berdampak pada hasil penangkapan dan biaya
pengoperasiannya, rata-rata biaya pengoperasiannya di pinjam kepada
pemilik modal seperti pengepul atau biasa di sebut bos besar. Hasil
penangkapan sangat tergantung pada musim, fluktuasi penangkapan yang
paling tinggi antara bulan Juli-November, sementara apabila tidak melaut
para nelayan maupun pengepul mempunyai pekerjaan menjadi tukang
batu, bercocok tanam, memperbaiki kapal yang rusak.
37) Menurut Anonim, (2013) Rata-rata nelayan Indonesia menentukan daerah
penangkapan masih dengan menggunakan cara yang alami atau dengan
menggunakan insting seperti, banyaknya burung yang bergerombolan di
atas laut, serta air laut yang berwarna gelap di tengah perairan. Hal ini
sama dengan yang dilakukan oleh nelayan di sendang biru, di mana untuk
menentukan daerah penangkapan sangat bergantung pada alam.
38) Kendala-kendala yang dihadapi oleh nelayan antara lain sulitnya
mengembalikan modal yang di pinjam, serta robeknya jaring saat melaut,
mesin yang rusak dan ABK yang sakit, Kendala-kendala ini sangat
memberikan dampak terhadap hasil penangkapan ikan. Menurut Iruda
(2006) Permasalahan yang ada di nelayan biasanya modal Yang dipinjam
tidak dapat dikembalikan, faktor utamanya ialah musim sehingga
menyebabkan hasil penangkapan sedikit bahkan tidak ada, faktor lain
seperti jaring yang rusak ataupun mesin yang rusak.
39) Seluruh kapal yang diwawancarai masing-masing mempunya Surat Izin,
Perizinan di urus Dinas Perikanan Kabupaten Malang. Surat izin ini sangat
membantu para nelayan untuk beroperasi di tengah laut, karena dengan
adanya surat izin ini menandakan bahwa kapal yang beroperasi telah
Legal.
40)
41)

42) BAB V
43) PENUTUP
44) 5.1 Kesimpulan
1) Jenis alat tangkap yang ada di Sendang Biru ialah alat tangkap pure sine,
alat tangkap payang dan alat tangkap Long line.
2) Saluran Pemasaran Ikan yang ada di Sendang Biru dimulai dari nelayan –
tempat pelelangan ikan – pengepul – perusahaan pengolahan – ekspor
(Amerika dan Eropa).
3) Kebijakan KUD antar lain memberikan bantuan solar kepada nelayan,
turun langsung memberikan pembinaan kepada nelayan, mengolah hasil
perikanan, serta mendistribusikannya ke pasar oleh-oleh.
4) Hubungan mempelajari eksplorasi sumberdaya perairan ialah kita dapat
menambah ilmu pengetahuan dengan mengetahui jenis alat tangkap daerah
penangkapan, kendala-kendala dan hubungannya dengan perekonomian
masyarakat setempat.
45) 5.2 Saran
1) Diharapkan kepada asisten untuk lebih mengarahkan praktikan saat
wawancara karena belum banyak yang bisa melakukan wawancara secara
baik dan benar..
2) Diharapkan agar penentuan lokasi praktikum lapang agar lebih
menekankan dari sudut pandang ekonomi.

46) Daftar Pustaka
47) Anonim. 2012. Alat Tangkap Long Line. Temu karya ilmiah perikanan
perairan umum, pengkajian potensi dan prospek pengembangan alat
tangkap perikanan Indonesia.
48) Anonim. 1998. Klasifikasi alat tangkap Ong Ine. http://dkp.go.id
49) Anonim. 1985. Teknologi Eksplorasi Laut. Seluruh perairan Indonesia
50) Arisandi, D. M. 2011. Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di TPI
PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang - Jawa Timur.
http://defrianmarza.blogspot.com/2011/05/manajemen-operasionalpelelangan-ikan.html diakses 2 Juni 2015
51) Ayodhyoa, AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri.
Bogor.
52) Djariah. 2001. Jenis-jenis alat tangkap. prosiding seminar hasil penelitian.
Balitkanwar, Bogor
53) Hakim, Tegar Rakhmansyah. 2011. Kontribusi Wisata Bahari Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Karangsong Kabupaten Indramayu.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Skripsi. Universitas Padjadjaran
(UNPAD). Jatinangor
54) Irauda. 2006. Wawancara: Praktek Praktikum Magang. http://
era.blogspot.com diakses Mei 2015
55) Kordi. 2005. Pesisir Indonesia. Program DIII Manajemen Bisnis
Perikanan. IPB. Bogor.
56) Mallawa, A.,Sudirman.2004.Teknik Penangkapan Ikan. Rineka
Cipta:Jakarta.
57) Mulyono. 1986. Alat-alat Penangkapan Ikan - Buku I: Macam-macam
Pancing, Perangkap, Jaring Angkat. Dinas Perikanan Produksi Daerah
Tingkat I: jawa Tengah.

58) Naryo, Sadhori. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa.
Bandung.
59) Pramitasari, Sulistiyani Dyah., Sutrisno. Anggoro dan Indah. Susilowati.
2006. Analisis efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kelas 1,2 dan 3
diJawa Tengah dan pengembanganya untuk Peningkatan Kesejahteraan
Nelayan.Jurnal pasir laut, 1(2): 21-21.
60) Waluyo Subani dan H.R Barus.1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang
Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
61) Wiyono, W. 2005. Peran dan strategi koperasi perikanan dalam
menghadapi tantangan pengembangan PP dan PPI di Indonesia. Makalah
semiloka internasional tentang pelabuhan perikanan.
62)
63)