BAB II LANDASAN TEORI - 05-BAB II
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pengertian belajar banyak ragamnya, bergantung pada teori belajar
yang dianut. Menurut Zainal Arifin (2011: 56) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat berbetuk pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Menurut Anisah dan Syamsu (2011: 15) belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang bisa dilakukan secara sengaja atau acak, melibatkan pemerolehan informasi atau keterampilan, sikap baru, pengertian atau nilai disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut Morgan dalam bukunya Mustaqim (2008: 33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.
Jadi, pada intinya yang dimaksud belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang sengaja atau acak yang dilakukan dengan berinteraksi untuk mendapatkan informasi atau ketrampilan.
Johson dan Myldebust dalam (Mulyono, 2003: 252) ”Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berp ikir.”
Lerner dalam (Mulyono, 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Berdasar pengertian pembelajaran dan matematika di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar di suatu lingkungan belajar dalam mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif. Pembelajaran matematika merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, matematika, untuk memudahkan cara berfikir siswa mengenai penyelesaian permasalahan.
2. Motivasi a.
Motivasi Motivasi mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika. Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.
Menurut McDonald memilih pengertian motivasi sebagai
perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpilkan bahwa motivasi adalah dorongan seseorang yang bersifat positif untuk bertingkah laku yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan setiap individu.
b.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menurut penulis motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri siswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang dapat berwujud konkret maupun non konkret.
Menurut Cucu Suhana (2009: 26-27) motivasi terdiri dari dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik a.
Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri siswa itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri dari lubuk yang paling dalam. b.
Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri siswa, seperti adanya pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antar siswa, hukuman.
c.
Indikator Motivasi Belajar Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal tersebut mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Adapun indikator-indikator motivasi belajar siswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut (menurut Hamzah B. Uno, 2007 : 23) :
1) Adanya hasrat dan keinginan belajar. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6)
Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Indikator-indikator motivasi yang akan peneliti teliti meliputi keaktifan siswa dalam mengajukan pendapat dan bertanya terhadap guru dan siswa lainnya,memperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung,kemampuan siswa dalam mengerjakan soal dan siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru.
3. Model Pembelajaran ARIAS a.
Model Pembelajaran ARIAS Wijaya (2008) dalam wordpress.com, model pembelajaran
ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest.
Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata
interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian).
Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.
Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
b.
Komponen Model Pembelajaran ARIAS 1).
Assurance (Percaya Diri) Sikap yakin, penuh percaya diri, dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, akan mendorong siswa untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya agar mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain.
Salah satu hal yang dapat dilakukan guru untuk membangun rasa percaya diri adalah peran guru yang aktif bertanya pada siswa. Pertanyaan tersebut disusun mulai dari yang mudah, tujuannya untuk memancing keberanian dan tumbuhnya rasa percaya diri untuk bertanya (Thursan Hakim, 2002: 56) 2). Relevance (Keterkaitan)
Relevance , yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa
baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki sekarang atau yang akan datang. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. 3).
Interest (Minat) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang meyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2003: 180).
Pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar dan guru hendaknya berusaha membangkitkan minat siswa terhadap belajar. Guru juga harus berusaha memusatkan perhatian siswa terhadap apa yang disampaikannya. Hal ini dapat dilakukan degan menggunakan permainan dalam penyajian materi pelajaran kepada anak didiknya.
4).
Assesment (Evaluasi) Assesment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program intruksional (Oemar Malik, 2001: 146).
Jika siswa memperolah hasil yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan yang lain. Akibatnya siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat.
5).
Satisfaction (Rasa Puas / Bangga) Dalam teori belajar, satisfaction adalah reinforcement
(penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga atau puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggan itu menjadi penguat (reinforcement) bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Memberikan penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal antara lain kata-kata:
“bagus”, “baik”, “betul”, “tepat”, dan sebagainya atau berupa kalimat:
(semua gerakan tubuh: senyuman, anggukan, tepuk tangan, acungan jempol, dan sebagainya) kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya (Syaiful Bahri Djamarah, 2006: 117).
4. Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction).
Arends dalam Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa Problem
Based Instruction merupakan pendekatan belajar yang menggunakan
permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi , mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Problem Based Instruction berpusat pada siswa. Problem Based Instruction merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang
dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007: 8). Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan . guru sebagai penyaji masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem Based Instruction didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah.
Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa pengembangan Problem Based Instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah Problem Based Instruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa dilingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, selain itu masalah yang disusun mencakup materi pelajaran disesuaikan dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Adanya keterkaitan atar disiplin ilmu Apabila Problem Based
Instruction diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu,
hendaknya memilih masalah yang autentik sehingga dalam pemecahan setiap masalah siswa melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Penyelidikan autentik Problem Based Instruction mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4. Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya. Problem Based
Instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk
5. Kolaborasi Problem Based Instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru.
penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah di depan kelas.
Problem Based Instruction mengacu pada inkuiri, kontruktivisme
dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif untuk mengajarkan proses
- – proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya dan membantu siswa memproses informasi yang telah dimiliki. Problem Based Instruction menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Lingkungan belajar yang terbuka menuntut peran aktif siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah sehingga menjadi pembelajar yang mandiri.
B. Kajian Pustaka
Penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika telah banyak dilakukan dengan berbagai macam metode pembelajaran. Kesimpulan secara umum alasan dilakukan penelitian-penelitian tersebut adalah: (1) rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika, (2) pembelajaran di kelas yang masih berjalan satu arah dan monoton serta didominasi oleh aktivitas gurunya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Pujiati (2010) tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui Active
Learning dengan strategi Index Card Match . Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri Plupuh. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui
Active Learning dengan strategi Index Card Match yaitu antusias belajar siswa
terhadap matematika, mendengar penjelasan guru pada penyampaian materi ajar, menanggapi secara positif dorongan guru atau siswa lain dan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan siswa yang mampu mencapai target (KKM) sebanyak 23 siswa, pada putaran I tercatat sebanyak 25 siswa, putaran II sebanyak 28 siswa, dan putaran III tercatat sebanyak 32 siswa.
Riza Apriliniawati (2010) dalam penelitiannya tentang penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Lightening The Learning Climate untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika mmenunjukkan bahwa melalui strategi pembelajaran aktif tipe Lightening The
Learning Climate dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi
belajarpun dapat meningkat. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya siswa yang mencapai nilai ≥ 60 setelah diadakan tes individu dari putaran I sampai putaran
III.
Rofi Perdana Putri (2010) meneliti tentang penerapan strategi Student
Teams Achievement (STAD) sebagai upaya peningkatan keaktifan dan motivasi
siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi STAD dalam kegiatan pembelajaran dapat menarik perhatian siswa dan membuat siswa lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran matematika.
Hasil penelitian di atas mendukung bahwa peningkatan motivasi belajar siswa masih perlu dilakukan. Mengacu pada penelitian-penelitian di atas, maka penulis mencoba menerapkan model pembelajaran ARIAS terintegrsi pada pembelajaran PBL untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
Tabel 2.1 Perbedaan dan persamaan penelitian lain dengan penelitian ini
Variabel Penelitian No Nama Tahun
x 1 x 2 x 3 x 4 x 5 x 6 x
7
1 Pujiati 2010 √ √
2 Riza Apriliniawati 2009 √ √ √
3 Rofi Perdana P 2010 √ √ √
4 Peneliti 2012 √ √ √
Keterangan :
x 1 : Motivasi x : Prestasi
2 x 3 : Keaktifan
: Index Card Match
x
4 x 5 : Lightening The Learning Climate x
6 : STAD x : Model Pembelajaran ARIAS
7 Peneliti akan memfokuskan pada motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran matematika melalui model pembelajaran ARIAS terintegrasi pada pembelajaran Problem Based Instruction untuk dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini layak dilakukan karena penelitian tentang peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dilakukan. Diterapkannya model pembelajaran aktif tipe ARIAS diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan pelajaran yang dianggap oleh sebagian siswa adalah pelajaran yang sulit. Melihat kenyataan seperti itu sudah menjadi kewajiban bersama untuk menepis semua anggapan negatif tentang matematika. Dewasa ini pembelajaran matematika dirasa kurang efektif karena masih didominasi oleh guru yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan siswa hanya pasif mendengarkan dan menerima apa yang diberikan oleh guru.
Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat juga disebabkan karena media pembelajaran yang minim didalam suatu kelas. Di dalam kelas guru menerangkan hanya menggunakan papan tulis saja sehingga siswa difungsikan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru.
Pada kondisi awal siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 2 mempunyai motivasi belajar matematika yang rendah. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal menggunakan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran ARIAS terintegrasi pada Problem Based Instruction dapat membuat motivasi siswa lebih baik dan pembelajaran menjadi berfareatif akan menjadikan pembelajaran lebih maksimal
Kondisi akhir yang diharapkan dengan menggunakan Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Terintegrasi pada Pembelajaran Problem Based
Instruction dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa
Berdasarkan uraian diatas, kerangka berpikir penelitian ini dapat di ilustrasikan pada gambar
1. Rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran matematika yang meliputi:
KONDISI a.
Motivasi siswa dalam bertanya (13,333%)
AWAL b.
Motivasi siswa Mengerjakan soal di depan kelas (20%) c. Motivasi dalam berdiskusi (13,33%)
2. Rendahnya hasil belajar siswa (KKM ≥ 70) (53,333%)
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS terintegrasi pada TINDAKAN
Problem Based Instruction . Adapun langkah-lagkah tindakan ini adalah sebagai berikut : a.
Pengkondisian Kelas b.
Memunculkan masalah.
c.
Team Recognize (penghargaan kelompok) d.
Assesment (Evaluasi) e. Motivasi belajar
KONDISI 1.
Meningkatnya motivasi siswa dalam pembelajaran
AKHIR
matematika yang meliputi:
a. (40%)
Motivasi siswa dalam bertanya
b.(46.667%)
Motivasi siswa mengerjakan soal di depan kelas
c. (40%)
Motivasi dalam berdiskusi2. Meningkatnya hasil belajar siswa (KKM ≥ 70) (86,667%)
Gambar 2.1 Sistematika kerangka pemikiran D.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan di atas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: jika guru menerapkan model pembelajaran ARIAS terintegrasi pada pembelajaran Problem Based Instruction dengan tepat dan benar maka motivasi siswa akan meningkat. Selanjutnya peningkatan motivasi siswa juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.