RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU (Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)
RUU APBN 2010 DISAHKAN MENJADI UU
(Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan
Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)
Paparan Menteri Keuangan
Pers Conference
Tanggal 30 September 2009
TOPIK
1. Perkembangan Ekonomi Global Terkini
2.Asumsi Dasar Ekonomi Makro, APBN
2010
3.Postur APBN 2010 dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal 2010
Ringkasan APBN 2010
Kebijakan Pendapatan Negara, APBN 2010
Kebiajakan Belanja Negara, APBN 2010
Kebijakan Pembiayaan Anggaran, APBN 2010
2
Perkembangan Ekonomi Global Terkini
Hasil pertemuan G-20 di Pittsburgh-USA
tanggal 24-25 September 2009:
Memberikan konfirmasi adanya tanda-tanda
awal pemulihan ekonomi dunia.
Fase pemulihan masih sangat dini dan tidak
pasti, sehingga perlu dijaga bersama.
Koordinasi kebijakan ekonomi, regulasi
dan pengawasan sektor keuangan
RESPON INDONESIA
Indonesia akan memanfaatkan momentum dan situasi global yang
diharapkan membaik pada tahun 2010 dengan merancang kebijakan
fiskal yang sesuai dengan tujuan nasional yaitu menjaga momentum
pemulihan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Meskipun kondisi 2010 diperkirakan akan lebih stabil, namun tidak
berarti risiko terhadap perekonomian Indonesia dan APBN 2010
menurun.
Indonesia sepakat untuk menyusun model pertumbuhan ekonomi
dunia yang seimbang, berkelanjutan, dan kuat.
Hal ini sangat sesuai dengan kebijakan Pemerintah selama lima tahun
terakhir yang akan diteruskan oleh Pemerintahan lima tahun
mendatang yaitu mencapai pertumbuhan yang disertai pemerataan
(growth with equity) melalui triple track strategies (pro- growth,
pro-job, pro-poor).
FAKTOR RESIKO PEREKONOMIAN INDONESIA
DAN APBN 2010
Beberapa faktor eksternal dan global yang harus diwaspadai dan dikelola
dampaknya terhadap perekonomian nasional:
Melonjaknya ekspansi fiskal dan moneter yang dilakukan oleh hampir
seluruh negara di dunia dalam rangka memerangi krisis keuangan dan
ekonomi global, yang diperkirakan akan menyebabkan:
meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan ancaman
inflasi dunia pada jangka menengah (2010) yang harus diwaspadai.
terjadinya crowding out (kompetisi) sumber pembiayaan defisit dalam bentuk
penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal
dan perbaikan sektor perbankan.
Ketidakpastian harga minyak dunia, yang berdasarkan pengalaman sangat
mempengaruhi baik sisi penerimaan negara maupun belanja subsidi.
Faktor eksternal akan sangat mempengaruhi situasi asumsi makro yang
digunakan dalam perhitungan APBN 2010, dan elemen risiko ini tetap
cukup nyata dan dapat mempengaruhi pelaksanaan APBN 2010.
Postur APBN 2010 dan PokokPokok Kebijakan Fiskal 2010
6
6
APBN 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.
II.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
Selisih Thd RAPBN
911,5
949,7
38,2
PENERIMAAN PERPAJAKAN
910,1
729,2
948,1
742,7
38,1
13,6
2.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
180,9
205,4
24,5
1,4
1,5
0,1
HIBAH
1.009,5
1.047,7
38,2
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699,7
725,2
25,6
A.
B.
327,6
372,1
340,1
385,1
12,6
13,0
201,9
20,0
144,4
99,4
59,0
40,4
44,9
0,0
0,0
209,5
20,0
157,8
106,5
68,7
37,8
51,3
7,2
7,1
7,6
0,0
13,5
7,1
9,8
(2,6)
6,3
7,2
7,1
309,8
293,0
76,6
195,8
20,6
16,8
322,4
306,0
81,4
203,5
21,1
16,4
12,6
13,0
4,8
7,7
0,5
(0,4)
(98,0)
(1,6)
(98,0)
(1,6)
0,0
0,0
98,0
98,0
(0,0)
107,9
107,9
(0,0)
BELANJA K/L
BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
a.l Subsidi
a Subsidi Energi
- BBM, LPG & BBN
- Listrik
b Subsidi Non Energi
Belanja Hibah
a.l Hibah ke daerah
II.
APBN
1.
B. BELANJA NEGARA
I
RAPBN
TRANSFER KE DAERAH
1. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% defisit thd PDB
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II.
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
(9,9)
(9,9)
0,0
7
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5
triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit Anggaran disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
8
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
I.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
Tax Ratio (% thd PDB)
a. Pajak Dalam Negeri
1) Pajak Penghasilan
- PPh Non-Migas
- PPh Migas
2) Pajak pertambahan nilai
3) Pajak bumi dan bangunan
4) BPHTB
5) Pajak lainnya
6) Cukai
b. Pajak Perdagangan Internasional
1) Bea masuk
2) Bea Keluar
2.
II.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
a. Penerimaan SDA
1) SDA Migas
- Minyak bumi
- Gas Bumi
2) Non Migas
- Pertambangan umum
- Panas Bumi
- Kehutanan
- Perikanan
b. Bagian Laba BUMN
c. PNBP Lainnya
d. Pendapatan BLU
HIBAH
JUMLAH
RAPBN
Selisih Thd RAPBN
APBN
910,1
729,2
12,1
702,0
340,3
300,4
39,9
267,0
26,5
7,4
3,8
57,0
948,1
742,7
12,4
715,5
351,0
303,9
47,0
269,5
26,5
7,4
3,9
57,3
38,1
13,6
27,1
19,5
7,6
27,2
19,6
7,6
0,1
0,1
0,0
180,9
111,5
101,3
75,6
25,6
205,4
132,0
120,5
89,2
31,3
24,5
20,6
19,3
13,6
5,7
10,2
7,1
0,2
2,7
0,1
23,0
36,7
9,7
1,4
11,5
8,2
0,2
2,9
0,2
24,0
39,9
9,5
1,5
911,5
949,7
13,5
10,6
3,5
7,1
2,5
0,0
0,0
0,0
0,3
1,3
1,1
0,0
0,1
0,0
1,0
3,2
(0,2)
0,1
38,2
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
PERPAJAKAN
PNBP
320,6
742,7
625,0
215,1
218,0
205,4
180,9
RAPBN-P
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 1,9% dari tahun RAPBN 2010 (Perpajakan nonmigas naik 0,9%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,4% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik
pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia
usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak.
• Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
10
Langkah-langkah pengamanan Penerimaan
Pajak 2010:
Ekstensifikasi
Pengenaan pajak atas Surplus BI
Penambahan subjek pajak OP
Intensifikasi penggalian potensi melalui :
Program Mapping dan benchmarking dengan menggunakan analisis profile dan implementasi aplikasi
approweb dan multimedia super oridor.
Law enforcement : penagihan, pemeriksaan, dan penyidikan
Pembinaan (adanya komunikasi kepada setiap WP): Tax Education (terutama WP baru), maintenance,
dan pelayanan
penggalian sektor tetntu yang diperkirakan booming :
Penggunaan aplikasi optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) terhadap transaksi dua
kewajaran untuk PPN dan PPh.
Kegiatan pasca Sunset Policy:
Pemantapan profil seluruh WP KPP Madya,WP KPP LTO dan khusus, serta 500 WP KPP Pratama
Pembuatan profil High Rise Building
Pengawasan intensif dari PPh pasal 25 retailer (0,75%)
Pengawasan intensif WP OP potensial
Optimalisasi penggalian pajak dari WP bendahara
sektor pertambangan
sektor perkebunan
Melanjutkan reformasi dan modernisasi di Perpajakan
Intensifikasi Penggalian Potensi menggunakan Aplikasi
Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) terhadap
transaksi yang di luar kewajaran.
a. PPN
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai transaksi misalnya:
WP yang tidak melaporkan sebagian Pajak Keluarannya
WP memungut PPN, tetapi tidak membayar/tidak melaporkan SPT
WP Non PKP menerbitkan Faktur Pajak yang sudah dikreditkan orang lain
WP menggunakan SSP palsu (ada lembar ke-3 tapi lembar ke-2 tidak ada)
WP telah restitusi, tetapi Lebih Bayar tsb dikompensasi bulan berikutnya
WP terindikasi menggunakan Faktur Pajak fiktif
b. PPh
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai WP yang misalnya melakukan:
Mengalihkan sebagian omset ke persediaan akhir
Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan
Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam SPT lebih besar dari sebenarnya
Menyandingkan omset PPh dengan omset PPN (Equalisasi)
Menyandingkan Biaya gaji dengan PPh Pasal 21
Pembebanan biaya overhead (sewa, jasa, transportasi, promosi,
bunga, dll) tanpa diimbangi dengan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 ayat 2
Kebijakan dan administrasi
Kepabeanan dan Cukai
Kebijakan dan administrasi cukai:
Kenaikan tarif cukai 5-10% sejalan IHT
Menaikkan tarif Cukai HT sejalan dengan roadmap IHT
Menaikan tarif Cukai MMEA dan EA dalam negeri
Penyederhanaan tarif cukai dan golongan produsen rokok
Perubahan ketentuan mengenai perizinan
Menerapkan KPPBC Madya cukai
Otomatisasi pelayan dan pembayaran di bidang cukai
Pembentukan unit layanan informasi dan kepatuhan internal
Peningkatan pengawasan pita cukai: peningkatan oprasi pasar,
pemeriksaan lokasi pabrik, peningkatan security features pita
cukai, dan peningkatan pengawasan peredaran MMEA impor
Kebijakan dan administrasi
kepabeanan:
Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 2,0%, ASEAN-Korea 2,6%, ASEAN-China 3,8% dan IndonesiaJepang 4,0%
Insentif mendukung kebijakan perdagangan dan industri
Penyesuaian tarif bea keluar berdasarkan perkembangan harga CPO internasional ambang batas
HPE CPO USD 700/to
Implementasi NSW dan ASW (ASEAN Single Window)
Tarif bea masuk rata-rata tertimbang turun
Pemberian berbagai fasilitas pembebasan dan keringanan BM
Kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produksi
dalam negeri
Peningkatan manajemen tagihan/piutang yang ditujukan untuk mengukur tingkat kolektibilitas
tagihan/piutang melalui penerbitan surat paksa, surat sita, dan pelaksanaan pelelangan
Reformasi kepabeanan: pembentukan KPPBC Madya Pabean dan pengembangan NSW
Program intensifikasi:
Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi
Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang
Optimalisasi sarana operasi seperti kapal patroli dan mesin sinar X dan sinar gamma
Law enforcement:
Peningkatan pengawasan:
Mengembangkan manajemen risiko kepabeanan dan cukai
Membangun sistem dokumentasi penganggaran kepabeanan dan
cukai
Pemberantasan penyelundupan fisik dan pelanggaran administrasi
Pemberantasan penggunaan pita cukai palsu
Pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai
Peningkatan audit:
Pembuatan dokumentasi sistem informasi perencanaan audit
Penyusunan database profil dan obyek audit
Monitoring pelaksanaan audit
Penyempurnaan aplikasi audit
Kebijakan Umum PNBP
Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak
mentah dan efisiensi cost recovery.
Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan
peraturan disektor pertambangan.
Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi
alternatif.
Mengggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap
mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup.
Mengoptimalkan dividen BUMN dengan tetap mempertimbangkan
peningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital
Expenditure).
Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
Melakukan penyempurnaan peraturan mengenai tarif PNBP pada K/L.
Meningkatkan kinerja pelayanan dan administrasi pada PNBP K/L.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010
(dalam triliun rupiah)
RAPBN
BELANJA NEGARA
I.
APBN
Selisih Thd RAPBN
1.009,5
1.047,7
38,2
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699,7
725,2
25,6
A.
327,6
340,1
12,6
372,1
385,1
13,0
201,9
20,0
209,5
20,0
7,6
BELANJA K/L
B. BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
1.
2.
3.
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
161,7
100,2
76,9
158,1
103,0
83,2
(3,6)
2,8
6,4
4.
Pembayaran Bunga Utang
i. Utang Dalam Negeri
ii. Utang Luar Negeri
115,6
77,4
38,2
115,6
77,4
38,2
(0,0)
(0,0)
-
5.
Subsidi
a Subsidi Energi
- BBM, LPG & BBN
- Listrik
b Subsidi Non Energi
a.l. 1) Pangan
2) Pupuk
144,4
99,4
59,0
40,4
44,9
11,8
11,3
157,8
106,5
68,7
37,8
51,3
11,4
14,8
13,5
7,1
9,8
(2,6)
6,3
(0,5)
3,5
6.
a.l
7.
8.
a.l
Belanja Hibah
- Hibah ke daerah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-Lain
- Dana Cadangan Risiko fiskal
0,034
0,000
69,1
31,8
5,6
7,2
7,1
69,6
30,7
8,6
7,2
7,1
0,5
(1,1)
3,0
699,7
725,2
25,6
JUMLAH
BELANJA PEGAWAI
Belanja pegawai disepakati Rp158,1 T, antara lain
untuk menampung:
Penyeimbang inflasi sebesar 5% dari gaji dan pensiun pokok
kepada PNS, TNI, Polri dan pensiunan.
Kenaikan uang makan PNS Pusat dan uang lauk pauk
TNI/Polri, masing-masing menjadi Rp20.000,0 dan
Rp40.000,0.
Remunerasi pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga
terkait dengan reformasi birokrasi, termasuk remunerasi
pejabat negara.
Jaminan pemeliharaan kesehatan Menteri dan pejabat
tertentu.
Penambahan 100 ribu pegawai baru pusat.
BELANJA BARANG
Belanja barang disepakati Rp103,0 T, antara lain menampung
anggaran kegiatan prioritas:
Anggaran sensus penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T.
Promosi pariwisata sebesar Rp0,25 T.
BELANJA MODAL
Belanja modal disepakati Rp83,2 T, antara lain untuk:
Alat utama sistem senjata (Alutsista) Departemen Pertahanan sebesar
Rp10,2 T;
Infrastruktur ketenagalistrikan sebesar Rp4,5 T.;
Infrastruktur transportasi sebesar Rp23,2 T (termasuk jalan, jembatan,
kereta api, pelabuhan dan Bandar udara);
Infrastruktur irigasi, bendungan, penanggulangan banjir sebesar Rp8,0 T,
dan
Pembangunan sarana pengadaan air bersih sebesar Rp3,0 T.
BELANJA HIBAH
Belanja hibah disepakati Rp7,2 T, yang
diperuntukkan:
Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) project sebesar Rp34,4
miliar, dan
Basic Education Capacity Trust Fund sebesar Rp57,6 miliar.
Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sebesar
Rp7.100,0 miliar, dengan kategori daerah yang menerima
hibah sebagaimana dalam laporan Panja Transfer ke Daerah.
BANTUAN SOSIAL
Bantuan sosial disepakati Rp69,6 T, antara lain dialokasikan untuk:
Dana cadangan penanggulangan bencana alam sebesar Rp3,0 T.
Anggaran untuk Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar
Rp19,8 T, dengan mencakup 44,1 juta siswa.
Anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp1,3 T, dengan
penambahan RTSM di beberapa provinsi/kab/kota/kecamatan.
Anggaran untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas ) sebesar
Rp5,1 T, yang terdiri atas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebesar Rp1 T,
dan Pelayanan Kesehatan di Kelas III Rumah sakit sebesar Rp4,1 T, dengan
keduanya mencakup 76,4 juta Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
Anggaran untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM
Mandiri) sebesar Rp12,9 T, dengan cakupan 6.458 kecamatan.
BELANJA LAIN-LAIN
Belanja lain-lain dalam tahun 2010 adalah sebesar Rp30,7 T, antara
lain untuk:
Dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp8,6 T.
Melanjutkan Revitalisasi kakao sebesar Rp0,5 T.
Menampung dana cadangan beras pemerintah sebesar Rp1,0 T.
Menampung dana cadangan untuk sarana dan prasarana konversi
energi sebesar Rp4,8 T.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi kepada lembaga
internasional sebesar Rp0,7 T.
Operasional TVRI sebesar Rp0,55 T.
Operasional RRI sebesar Rp0,6 T.
ANGGARAN PENDIDIKAN
Anggaran pendidikan dalam tahun 2010 sebesar Rp209,5 T, tetap dipertahankan sebesar
20% dari total belanja negara, yaitu sebesar Rp1.047,7 T.
Anggaran pendidikan terdiri atas anggaran pendidikan pada kementerian
negara/lembaga (K/L) dan anggaran pendidikan pada transfer ke daerah.
Anggaran Pendidikan Tahun 2010
(miliar Rp)
Uraian
1. Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga
APBN
(1)
(2)
77.403,7
83.170,0
a. Departemen Pendidikan Nasional
51.514,3
54.704,3
b. Departemen Agama
22.695,4
23.663,6
3.194,0
4.802,1
122.799,7
126.367,6
c. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya
2. Anggaran Pendidikan Transfer ke Daerah
i.
RAPBN
DBH Pendidikan
521,5
617,0
ii. DAK Pendidikan
9.334,9
9.334,9
iii. DAU Pendidikan
93.904,9
95.923,1
iv.DAU Ta mbahan (TPP guru PNSD)
7.940,0
5.800,0
v. DAU Tunjangan Profesi Guru
8.854,9
10.994,9
vi. Dana Otsus Pendidikan
2.243,4
2.309,9
vii. Dana Penyesuaian Insentif DAU Kependidikan
3. Penyesuaian anggaran pendidikan 20% (BA 999)
4. Anggaran Pendidikan (1+2+3)
5. Total Belanja Negara
Rasio Anggaran Pendidikan
1.727,3
1.387,8
-
201.930,7
209.537,6
1.009.485,7
1.047.666,0
20,0%
20,0%
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM, LPG, dan BBN
Subsidi BBM, LPG dan BBN disepakati Rp68,7 T, naik Rp9,8 T dari
usulan RAPBN 2010 sebesar Rp58,975 T.
Pengendalian anggaran subsidi BBM tahun 2010 dilakukan melalui efisiensi terhadap biaya
distribusi dan margin usaha (Alpha), dan melakukan kebijakan penghematan konsumsi
BBM bersubsidi.
Kebijakan penghematan BBM bersubsidi melalui :
Penerapan secara bertahap sistem pendistribusian BBM bersubsidi dengan pola
tertutup.
Melanjutkan program pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG tabung 3
(tiga) kilogram.
Peningkatan pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.
Dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam satu tahun
mengalami kenaikan lebih dari 10 persen dari harga yang diasumsikan dalam APBN 2010,
Pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi
KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK
Subsidi listrik disepakati Rp37,8 T turun Rp2,6 T dari
usulan RAPBN 2010 Rp40,4 T.
Pengendalian subsidi listrik dalam tahun 2010
dilakukan melalui :
Pemberian margin kepada PT PLN (Persero) sebesar 5 persen.
Penerapan tarif daftar listrik (TDL) sesuai harga keekonomian
secara otomatis untuk pemakaian energi diatas 50 persen
konsumsi rata-rata nasional tahun 2009 bagi pelanggan rumah
tangga (R), bisnis (B), dan Publik (P) dengan daya mulai 6.600 VA
keatas.
Penerapatan kebijakan tarif yang bertujuan untuk mendorong
penghematan tenaga listrik (a.l. daya max plus) dan pelayanan
khusus.
Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan oleh pemerintah
setelah mendapat persetujuan dari DPR.
KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK
Subsidi pupuk tahun 2010 sebesar Rp14,8 triliun, terdiri
atas :
Subsidi harga pupuk Rp11,3 triliun
Bantuan langsung pupuk (BLP) Rp1,6 triliun
Unit Pengolahan Pupuk Organik Rp105,0 miliar
Bantuan Ternak Sapi Rp250,0 miliar
Kurang bayar tahun sebelumnya Rp1,5 triliun
Pemerintah mengutamakan kecukupan pasokan gas yang
dibutuhkan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dalam rangka menjaga ketahanan pangan
Pemerintah menjamin harga gas untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dengan harga domestik
Pemerintah daerah diberi kewenangan mengawasi
penyaluran pupuk bersubsidi melalui mekanisme Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)
Reward and Punishment
Pasal 14 UU APBN 2010;
(1) “Dalam rangka efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program stimulus fiskal 2009,
kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk
provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan
tugas pembantuan/dekonsentrasi namun tidak
sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal
tahun 2009 sebagaimana telah ditetapkan, akan
menjadi faktor pengurang dalam penetapan alokasi
anggaran Tahun Anggaran 2010”
(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi provinsi dan
kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal
dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah.
(3)Faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran
2010 bagi K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya
melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
Pengurangan dikenakan hanya terhadap K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota
yang tidak dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum sebesar sisa
anggaran stimulus fiskal 2009 yang tidak diserap; dan
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b dibebankan pada:
satuan kerja pusat/vertikal K/L yang melaksanakan kegiatan stimulus fiskal melalui
pemotongan alokasi anggaran pada Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK)/DIPA satuan
kerja pusat/vertikal K/L yang bersangkutan;
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan
tugas pembantuan/dekonsentrasi stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada
SAPSK/DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
Provinsi/kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam
rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) di atas dengan memperhitungkannya dari transfer ke daerah
Provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Setelah Tahun Anggaran 2009 berakhir, Kuasa Pengguna Anggaran Satuan
Kerja penerima dana stimulus fiskal Tahun Anggaran 2009 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyampaikan Laporan Realisasi
Kegiatan dan Anggaran Stimulus Fiskal 2009 kepada K/L yang
memberikan/menyalurkan dana Anggaran Stimulus Fiskal paling lambat
tanggal 22 Januari 2010.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kementerian
Negara/Lembaga (K/L) selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran program/kegiatan stimulus fiskal 2009 menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan, realisasi anggaran dan alasan apabila alokasi
anggaran tidak terserap seluruhnya kepada Menteri Keuangan paling
lambat tanggal 29 Januari 2010.
(6) Menteri Keuangan menetapkan surat edaran pengurangan pagu kepada
Kementerian Negara/Lembaga (K/L)/provinsi/kabupaten/kota yang tidak
sepenuhnya melaksanakan program stimulus fiskal paling lambat tanggal
26 Februari 2010.
(7)Pengurangan pagu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaporkan
dalam APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 dan atau Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP).
(8) Tata cara pemotongan pagu belanja diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
Fleksibilitas Anggaran (pasal 23)
Dalam hal diperlukan tambahan anggaran belanja maksimal
2% (dua persen) dari belanja negara untuk kebutuhan belanja
prioritas yang belum tersedia pagu anggarannya, Pemerintah
dapat mengajukan perubahan APBN.
Pembahasan dan penetapan perubahan APBN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Badan Anggaran
dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu dalam masa
sidang, setelah perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah
kepada DPR RI.
Perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dilakukan paling lambat akhir Maret 2010 untuk
kemudian disampaikan pada Laporan Semester Pertama
pelaksanaan APBN 2010.
TRANSFER KE DAERAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
RAPBN
APBN
Selisih Thd
RAPBN
1.
Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
- Pajak Bumi dan Bangunan
- Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
- Pajak Penghasilan Perseorangan
- Cukai Tembakau
- Migas
- Pertambangan umum
- Panas Bumi
- Kehutanan
- Perikanan
b. Dana Alokasi Umum
- DAU Murni
- DAU Tambahan Untuk Tunjangan Profesi Guru
c. Dana Alokasi Khusus
293,0
76,6
25,2
7,4
13,2
1,1
22,2
5,7
0,2
1,5
0,1
195,8
187,0
8,9
20,6
306,0
81,4
25,2
7,4
13,2
1,1
26,0
6,6
0,2
1,6
0,1
203,5
192,5
11,0
21,1
13,0
4,8
0,0
0,0
0,0
0,0
3,8
0,9
0,0
0,0
0,0
7,7
5,5
2,1
0,5
2.
Dana Otonomi Khusus dan Peny.
a. Dana Otonomi Khusus
- Dana Otonomi Khusus Papua
- Dana Otonomi Khusus NAD
- Tambahan Otsus Infrastruktur
b. Dana Penyesuaian
- Dana Insentif Daerah
- Tambahan Tunjangan Kependidikan untuk guru
- Kurang Bayar DISP tahun 2008
- Kurang bayar DAK Tahun 2008
16,8
8,9
3,7
3,7
1,4
7,9
0,0
7,9
0,0
0,0
16,4
9,1
3,8
3,8
1,4
7,3
1,4
5,8
0,0
0,1
(0,4)
0,2
0,1
0,1
0,0
(0,6)
1,4
(2,1)
0,0
0,1
309,8
322,4
12,6
JUMLAH
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4 T)
DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Triliun Rp
400
300
292,4
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,13 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless
Menampung tunjangan profesi guru
(realokasi dari bansos K/L) Rp10,995 T
Otsus dan
Penyesuaian DAK DAU DBH
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum,
Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan
dan Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan
Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU
nasional)
Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3T, menampung Tambahan Tunjangan
Guru PNSD, Dana Insentif Daerah, Kurang
Bayar DAK dan DISP TA 2008).
309,3
322,4
253,3
226,2
200
150,8
129,7
100
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009 2010
APBNP APBN
33
Anggaran Pendidikan melalui
Dana Transfer ke Daerah
(dalam miliar rupiah)
1.
2.
3.
4.
5.
DBH Pendidikan
DAU Pendidikan
DAK Pendidikan
Tambahan Tunjangan Guru PNSD
DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi
Guru
6. Dana Insentif Daerah
7. Dana Otonomi Khusus Pendidikan
Total
617,05
95.923,07
9.334,88
5.800,00
10.994,89
1.387,80
2.309,88
126.367,
48
34
Dana Insentif Daerah TA 2010
Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan untuk:
•Daerah yang berprestasi
•Sebagai Dana Penyeimbang bagi daerah yang
mengalami koreksi luas wilayah yang signifikan dan
daerah yang terkena dampak pemekaran, agar dapat
menjaga kesinambungan dan stabilitas fiskal daerah.
35
Tolok Ukur Daerah yang Berprestasi
1. Kinerja Keuangan Daerah, a.l.:
a. Effort Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
b. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
c. Ketepatan waktu penyampaian Perda APBD
d. Daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah dibawah ratarata nasional dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diatas rata-rata nasional.
2. Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan, a.l.:
a. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional
b. Pengurangan tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional
c. Pengurangan tingkat pengangguran diatas rata-rata nasional
d. Tingkat inflasi daerah dibawah rata-rata nasional
36
DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010
(dalam triliun rupiah)
RAPBN
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% Defisit Terhadap PDB
Selisih Thd RAPBN
(98,0)
(1,6)
(98,0)
(1,6)
0,0
98,0
98,0
(0,0)
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
1. Perbankan dalam negeri
a.l - RDI
- Rekening Pembangunan Hutan
- SAL
107,9
7,1
5,5
0,6
1,0
107,9
7,1
5,5
0,6
1,0
(0,0)
0,0
0,0
0,0
0,0
2.
100,8
0,0
1,2
104,4
1,0
(3,9)
100,8
0,0
1,2
104,4
1,0
(3,9)
(0,0)
0,0
0,0
(0,0)
0,0
0,0
(9,9)
57,6
24,4
33,2
24,5
8,6
(8,6)
(58,8)
(9,9)
57,6
24,4
33,2
24,5
8,6
(8,6)
(58,8)
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
APBN
Non-perbankan dalam negeri
a. Penerimaan Privatisasi
b. Hasil Pengelolaan Aset
c. Surat Berharga Negara (neto)
d. Pinjaman Dalam Negeri
e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
a. Pinjaman Program
b. Pinjaman Proyek Bruto
i. Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat
ii. Penerusan Pinjaman (SLA)
2. Penerusan SLA
3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
PEMBIAYAAN ANGGARAN
APBN2010
Pembiayaan defisit sebesar Rp98,0 triliun bersumber dari pembiayaan non-
utang sebesar Rp2,5 triliun dan pembiayaan utang sebesar Rp95,5 triliun.
Kebijakan Pembiayaan:
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang
tanpa menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto dan
pinjaman program), apabila terdapat sumber pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Penarikan pinjaman siaga baik dari kreditor bilateral maupun multilateral apabila
kondisi pasar keuangan memburuk
Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, Pemerintah akan mengurangi proporsi
pinjaman luar negeri yang mengikat (tied loan)
Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan hak tagih/kredit
terhadap UMKM
Investasi Pemerintah oleh PIP tidak diberikan kepada BUMN yang sudah menjadi
perusahaan terbuka
Dalam pengelolaan dana bergulir, risiko pemberian dana bergulir diupayakan
mendekati nol (zero risk)
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
% PDB
2004
2005
2006
2007
2008
2009 APBN-P
2010 APBN
0,0
(0,1)
(0,5)
(0,6)
(1,0)
(1,0)
(1,5)
(0,9)
(1,3)
(1,6)
(2,0)
(2,5)
(2,4)
(3,0)
39
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
Triliun Rp
7000
6000
85
%
89
100
90
80
77
5000
67
70
61
60
57
4000
47
3000
50
39
35
33
31
32
2000
40
29
30
20
1000
10
0
0
1999
2000
PDB
2001
2002
2003
2004
2005
Outstanding Utang
2006
2007
2008
2009*
2010*
Rasio Utang thd PDB
40
40
Terima Kasih
41
KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan perpajakan, akan terus dilanjutkan
42
langkah-langkah reformasi perpajakan dengan fokus perbaikan administrasi
pemungutan pajak, meneruskan modernisasi perpajakan yang difokuskan pada
sistem dan manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, antara
lain akan ditempuh langkah-langkah kebijakan untuk menaikkan tarif cukai,
meningkatkan efektivitas pemeriksaan dokumen dan barang, meningkatkan fungsi
pengawasan dan audit, serta secara konsisten melanjutkan program reformasi
kepabeanan dan cukai.
Untuk mengoptimalkan penerimaan migas, akan dilakukan efisiensi cost recovery,
dan penyelesaian penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang cost recovery.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan sumber daya alam nonmigas akan
dilakukan antara lain penyesuaian tarif pungutan SDA kehutanan, dan revisi
terhadap PP Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan PPN untuk lebih mengoptimalkan penerimaan SDA pertambangan
umum.
Untuk meningkatkan kinerja BUMN dan penerimaan negara yang berasal dari
dividen atas laba BUMN, akan dilakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
dari BUMN sektor perbankan dengan prioritas piutang UMKM.
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
PERPAJAKAN
PNBP
320,6
742,7
625,0
215,1
218,0
205,4
180,9
RAPBN-P
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 11,8% dari tahun 2009 (Perpajakan non-migas
naik 14,4%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,1% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik
pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia
usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak.
• Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
43
KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2010
Di bidang Belanja Negara, Pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan reformasi perencanaan dan penganggaran
yang memuat langkah-langkah bertahap dan terukur untuk meningkatkan kualitas belanja negara. Reformasi
perencanaan dan penganggaran tersebut akan dilakukan antara lain melalui restrukturisasi program dan kegiatan agar
dapat lebih mencerminkan kinerja dan akuntabilitas masing-masing institusi, penerapan anggaran berbasis kinerja
dengan pilot project pada enam kementerian negara/lembaga, penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah
(KPJM), dan perubahan format Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) agar lebih
berorientasi pada kebijakan strategis.
Di samping itu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program stimulus fiskal tahun 2009, Pemerintah
dan DPR sepakat untuk memberikan sanksi berupa pengurangan alokasi anggaran tahun 2010 bagi kementerian
negara/lembaga dan pemerintah daerah yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009
sebagaimana yang telah ditetapkan. Upaya ini sejalan dengan tujuan untuk membangun anggaran yang semakin
berbasis pada kinerja.
Selanjutnya, dalam rangka “pemulihan perekonomian nasional dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat”, Pemerintah
sependapat dengan Dewan yang terhormat mengenai perlunya anggaran belanja negara lebih diutamakan untuk
program-program prioritas sebagai berikut. Pertama, meneruskan/meningkatkan seluruh program kesejahteraan
rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan berbagai subsidi lainnya). Kedua, melanjutkan pembangunan
infrastruktur, pertanian dan energi, proyek padat karya, dan stimulus fiskal bila diperlukan. Ketiga, mendorong
revitalisasi industri, pemulihan dunia usaha termasuk melalui pemberian insentif perpajakan dan bea masuk. Keempat,
meneruskan reformasi birokrasi. Kelima, meningkatkan anggaran operasional, pemeliharaan, dan pengadaan alutsista.
Keenam, menjaga anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Ketujuh, meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya
alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim.
RKP, 5 Agenda dan 15 Prioritas
Pembangunan
APBN 2010 memadukan RKP 2010 dengan
Agenda dan Prioritas Pembangunan
Presiden Terplih 2009-2014
45
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Bab IV dari
Lampiran UU No.
17/2007: RPJPN
2005-2025
RKP 2010
TEMA
PEMBANGUNAN
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
2010
RAPBN
2010
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai kelanjutan dari RPJMN
ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih
memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Pemulihan Perekonomian Nasional dan
Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat
• Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan
Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
• Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan
Demokrasi dan Keamanan Nasional
• Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan
pertanian, infrastruktur, dan energi
• Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas
penanganan perubahan iklim
Pertumbuhan Ekonomi
5,0%
Jumlah Pengangguran
8,0%
Jumlah Orang Miskin
12,0% -13,5%
46
Prioritas RKP dan Alokasi APBN 2010
TEMA: PEMULIHAN PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN PEMELIHARAAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
5 PRIORITAS PEMBANGUNAN & ANGGARAN :
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan
kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial
Rp36,1 T
Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
Rp51,4 T
Pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta
pemantapan demokrasi dan keamanan nasional Rp18,1 T
Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan
pertanian, infrastruktur, dan energi Rp61,3 T
Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan
kapasitas penanganan perubahan iklim Rp3,5 T
47
5 Agenda Pembangunan
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat
Pembangunan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa
Penguatan demokrasi dan menghormati HAM
Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi
Pembangunan adil dan merata
48
Program 5 Agenda Pembangunan dalam
Alokasi Belanja APBN 2010
(Rp Miliar)
159.788,6
Peningkatan
1.
ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
12.920,9
i. PNPM
1.300,0
ii. PKH
19.825,3
iii. BOS
Beasiswa Pendidikan Siswa Miskin
2.702,8
iv.
5.125,6
v. Askeskin/Jamkesmas
68.726,7
vi. Subsidi BBM
37.800,0
vii.Subsidi Listrik
11.387,3
viii.Subsidi Pangan
11.252,1
Pembangunan
2.
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Remunerasi
K/L dalam rangka Reformasi Birokrasi
10.616,8
i.
Peningkatan kualitas pelayanan publik
500,8
ii.
Pengembangan
sistem peningktan kinerja dan kesejahteraan PNS
134,5
iii.
3.523,6
Penguatan
3.
demokrasi dan menghormati HAM.
3.300,0
i. Sensus Penduduk
Peningkatan
efektivitas pelaksanaan peran organisasi masyarakat sipil dan partai politik
ii.
86,7
Pelaksanaan
keterbukaan informasi publik
137,0
iii.
212,1
Penegakan
4.
hukum dan pemberantasan korupsi.
Pemantapan
Peraturan Perundang-Undangan
33,2
i.
Pemantapan
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas penanganan perkara korupsi 178,9
ii.
93.997,4
Pembangunan
5.
adil dan merata.
93.997,4
i. Pembangunan Infrastruktur
49
15 Prioritas Program Kerja (1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertumbuhan ekonomi minimal 7% di tahun 2013
Pengurangan kemiskinan menjadi 8-10%
Pengurangan pengangguran menjadi 5-6%
Peningkatan pendidikan dalam hal mutu, infrastruktur,
kesejahteraan pengajar, dan gratis untuk yang miskin
Peningkatan layanan kesehatan masyarakat dan gratis
untuk yang miskin
Meningkatkan ketahanan pangan dengan swasembada
beras, daging sapi, dan kedelai
Mewujudkan ketahanan energi dengan pembangunan
daya listrik skala besar
50
15 Prioritas Program Kerja (2)
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur
dengan sejumlah mega-proyek
Pembangunan perumahan rakyat dan rumah susun
sederhana
Pemeliharaan lingkungan hidup
Peningkatan keamanan dan pertahanan dengan
perhatian pada alutsista
Reformasi birokrasi dengan pemberantasan KKN
Pemerataan pembangunan dan desentralisasi keuangan
Menjaga demokrasi dan penghormatan HAM
Peningkatan peran-peran internasional
51
Postur APBN 2010
52
52
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
% PDB
2004
2005
2006
2007
2008
2009 APBN-P
2010 APBN
0,0
(0,1)
(0,5)
(0,6)
(1,0)
(1,0)
(1,5)
(0,9)
(1,3)
(1,6)
(2,0)
(2,5)
(2,4)
(3,0)
53
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
Triliun Rp
7000
6000
85
%
89
100
90
80
77
5000
67
70
61
60
57
4000
47
3000
50
39
35
33
31
32
2000
40
29
30
20
1000
10
0
0
1999
2000
PDB
2001
2002
2003
2004
2005
Outstanding Utang
2006
2007
2008
2009*
2010*
Rasio Utang thd PDB
54
54
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5
triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit Anggaran disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
55
Exercise APBN 2010
(dalam miliar rupiah)
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.
II.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
Selisih Thd RAPBN
911.475,8
949.656,1
38.180,3
PENERIMAAN PERPAJAKAN
910.054,3
729.165,2
948.149,3
742.738,0
38.095,1
13.572,8
2.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
180.889,0
205.411,3
24.522,3
1.421,5
1.506,8
85,3
1.009.485,7
1.047.666,0
38.180,3
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699.688,1
725.243,0
25.554,9
A.
B.
327.556,9
372.131,2
340.149,2
385.093,8
12.592,3
12.962,6
201.930,7
20,0
144.355,1
99.409,3
58.975,5
40.433,8
44.945,8
34,4
0,0
209.537,6
20,0
157.820,3
106.526,7
68.726,7
37.800,0
51.293,6
7.192,0
7.100,0
7.606,9
0,0
13.465,2
7.117,4
9.751,2
(2.633,8)
6.347,9
7.157,6
7.100,0
309.797,6
292.979,6
76.586,1
195.805,6
20.587,9
16.818,0
322.423,0
306.023,4
81.404,8
203.485,2
21.133,4
16.399,6
12.625,5
13.043,9
4.818,7
7.679,6
545,5
(418,4)
(98.009,9)
(1,6)
(98.009,9)
(1,6)
0,0
0,0
98.009,9
98.009,9
(0,0)
107.891,4
107.891,4
(0,0)
HIBAH
BELANJA K/L
BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
a.l Subsidi
a Subsidi Energi
BBM, LPG & BBN
Listrik
b Subsidi Non Energi
Belanja Hibah
a.l Hibah ke daerah
II.
APBN
1.
B. BELANJA NEGARA
I
RAPBN
TRANSFER KE DAERAH
1. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% defisit thd PDB
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II.
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
(9.881,5)
(9.881,5)
0,0
56
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI
Pemberian Gaji & Pensiun ke-13
Kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok sebesar 5%
Kenaikan uang makan/lauk pauk TNI/Polri dari
Rp35.000/hari Rp40.000/hari
Kenaikan uang makan PNS pusat dari Rp15.000/hari
kerja Rp20.000/hari kerja
Remunerasi pada beberapa K/L yang telah & sedang
melakukan reformasi birokrasi:
Tahun 2010 : Kejagung, Dephan, Depkumham, Kantor Menko
Perekonomian, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Polhukam, Kantor
Meneg PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kepolisian Negara RI,
Lembaga Administrasi Negara, BKN, dan BPKP
Tahun 2011: K/L lainnya (reformasi birokrasi tuntas)
Penataan remunerasi dan jaminan kesehatan bagi pejabat
negara.
Penambahan pegawai baru pusat sebanyak 100 ribu orang
58
KEBIJAKAN BELANJA BARANG
o Menampung perkembangan
organisasi pemerintahan
o Menjaga Operasi dan pemeliharaan
aset/BMN
o Peningkatan efisiensi & efektivitas
biaya perjalanan dinas (untuk
mendukung tugas pokok & bersifat at
cost).
o Menampung anggaran kegiatan
prioritas:
Sensus Penduduk tahun 2010
sebesar Rp3,3 T (dasar untuk
pembuatan Nomor Induk
Kependudukan/NIK)
Promosi pariwisata sebesar Rp250 M
Belanja Barang
(Rp Triliun)
120,0
103,0
100,0
85,5
80,0
60,0
40,0
47,2
54,5
56,0
2007
2008
29,2
20,0
0,0
2005
2006
2009
APBN-P
2010
APBN
Sensus Penduduk Tahun 2010 memakan Biaya Besar Desain Harus Baik
Output dapat digunakan sebagai Dasar Pembuatan Nomor Induk
Kependudukan (NIK)
59
KEBIJAKAN BELANJA MODAL
Meningkatkan belanja untuk
pembangunan infrastruktur.
Memperhitungkan kesinambungan
pembiayaan, khususnya untuk proyekproyek multiyears.
Belanja Modal
(Rp Triliun)
90,0
83,2
80,0
72,8
Menampung alokasi anggaran untuk:
70,0
Alutsista Dephan sebesar Rp11,3T
60,0
Infrastruktur ketenaga listrikan
sekitar Rp12,4 T
50,0
Infrastruktur transportasi Rp28,6T
40,0 32,9
(termasukjalan, Jembatan, KA,
Pelabuhan, dan Bandar Udara)
30,0
Infastruktur irigasi, bendungan,
penanggulangan banjir Rp7,9 T
Pembangunan air bersih Rp3,0 T
73,4
64,3
55,0
20,0
10,0
0,0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
APBN-P APBN
60
Anggaran Infrastruktur dan Revitalisasi Industri
Triliun Rp
120.0
100.0
PU
Perhubungan
K/L Lainnya
DAK
102.7
93.9
77.4
80.0
60.0
53.3
59.1
40.0
26.1
20.0
-
2005
2006
2007
2008
Program Revitalisasi Industri
• Mengacu pada target-target KPIN (Kebijakan
Pembangunan Industri Nasional)
• Dukungan Pemerintah : fiskal (perpajakan,
kepabeanan & anggaran) dan nonfiskal
(pembiayaan, pertanahan, produksi nasional,
perdagangan, dan regulasi sektoral)
• Fokus : revitalisasi pabrik gula, semen, pupuk, dan
industri strategis
2009
2010
Pertumbuhan PDB Industri Manifaktur (%)
5
4.6
4.6
4.7
4.5
4
3.7
3.7
3.5
3
2.3
2.5
2
2005
2006
2007
2008
2009
2010
61
Kebijakan Belanja Hibah
Menampung hibah kepada pemerintah daerah yang
diperuntukkan untuk:
1.Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) Project.
2.Basic Education Capacity Trust Fund.
3.Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
KEBIJAKAN BANTUAN SOSIAL
Memprioritaskan alokasi
anggaran untuk
kesinambungan
program/kegiatan prioritas
kesejahteraan rakyat (BOS,
PKH, PNPM, Askeskin/
Jamkesmas),
Mengalokasikan anggaran
untuk penanggulangan
bencana, dan
Mempertimbangkan
realokasi tunjangan
profesi Guru ke DAU
sebesar Rp8,85 T.
Bantuan Sosial
(Rp Triliun)
90,0
77,9
80,0
69,6
70,0
57,7
60,0
49,8
50,0
40,7
40,0
30,0
24,9
20,0
10,0
0,0
2005
2006
2007
2008
2009
APBN-P
2010
APBN
63
Redesign Kebijakan Subsidi
Subsidi harga
Salah sasaran
Terjadi distorsi
APBN menjadi vulnerable terhadap
guncangan (shock) dari luar
Targeted subsidy
(Subsidi yang tepat sasaran)
Accountable
Tepat sasaran dan efektif
Predictable
APBN yang stabil
158,1
157,8
2009
2010
64
Kebijakan Subsidi BBM dan Listrik Tahun 2010
Subsidi BBM
Dipertimbangkan penyesuaian harga jual eceran BBM dalam negeri
mendekati harga keekonomian dengan memperhitungkan daya beli
masyarakat dan kemampuan keuangan negara.
Pengguna BBM bersubsidi dibatasi hanya pada sektor rumah tangga,
usaha kecil, usaha perikanan, nelayan, transportasi dan pelayanan
umum.
Pendistribusian BBM bersubsidi dengan sistem tertutup dan lebih tepat
sasaran.
Subsidi Listrik
Pengendalian subsidi listrik secara bertahap melalui penyesuaian TDL
hingga mendekati Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.
Penurunan BPP tenaga listrik, melalui:
Melaksanakan tepat waktu untuk proyek 10.000 MW dan menurunkan
kontribusi pembangkit dengan menggunakan BBM.
Optimalisasi penggunaan gas, penggantian High Speed Diesel (HSD)
menjadi Marine Fuel Oil (MFO).
65
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (1)
66
Kebijakan Belanja Lain-Lai
Menampung dana cadangan resiko fiskal, dana
cadangan beras Pemerintah, dana cadangan untuk
sarana dan prasarana konversi energi.
Melanjutkan revitalisasi kakao.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi
kepada lembaga Internasional.
Operasional TVRI.
Operasional RRI.
AKURASI PENDATAAN RTS SUBSIDI PERTANIAN
Peningkatan Efektivitas Subsidi Pertanian, menerapkan sistem “targeted subsidy”
langsung kepada petani
BPS telah menyelesaikan Pendataan Usaha Tani (PUT) 2009 untuk petani padi,
jagung , kedele, dan tebu
Diperoleh data : 17,83 juta usaha tani padi, jagung, kedele, tebu; terdiri dari
14,99 juta usaha tani padi
6,71 juta usaha tani jagung
Menurut nama dan
1,16 juta usaha tani kedele
alamat
196 ribu usaha tani tebu
Subsidi pertanian (pupuk, benih, kredit) dapat disusun dan diarahkan langsung
untuk diterima petani tanpa melalui subsidi terhadap produknya.
Direncanakan 2010 akan dilakukan pilot proyek di 10 propinsi terlebih dahulu.
68
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (2)
Subsidi Bunga Kredit Program (2010) : Rp5,3 T
KPRsh, Rusunami, KKP-E, Risk sharing KKP-Energi, dan Imbal jasa penjaminan KUR
Kredit usaha sektor peternakan;
Kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP), dan
Resi gudang.
Subsidi Pajak (2010): Rp16,9 T
Untuk mendorong sektor-sektor prioritas (misal investasi migas).
Subsidi pajak: PPh DTP, PPN DTP, dan Bea Masuk DTP.
69
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4T)
DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Triliun Rp
400
322,4
300
292,4
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi,
Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan
Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan
Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU nasional)
Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3 T, a.l menampung dana tambahan
tunjangan guru PNSD Rp5,8 T dan insentif
Daerah Rp1,4 T.
309,3
253,3
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,3 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless
Menampung tambahan untuk tunjangan
profesi guru (realokasi dari bansos K/L) Rp11,0
T
Otsus dan
Penyesuaian DAK DAU DBH
226,2
200
150,8
129,7
100
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009 2010
APBN-P APBN
70
Kebijakan Pembiayaan Defisit Tahun 2010 (2)
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi
instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan
perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto
dan pinjaman program), apabila terdapat sumber
pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Sumber pembiayaan:
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp104,4T
Pinjaman luar negeri bruto Rp57,6 T
Pinjaman program (dari Bank Dunia, ADB, Jepang & Perancis)
Pinjaman Proyek, khususnya untuk kegiatan multi-year
Penerusan Pinjaman (SLA)
(Menjaga Momentum Pemulihan Perekonomian dan
Memperbaiki Kesejahteraan Rakyat)
Paparan Menteri Keuangan
Pers Conference
Tanggal 30 September 2009
TOPIK
1. Perkembangan Ekonomi Global Terkini
2.Asumsi Dasar Ekonomi Makro, APBN
2010
3.Postur APBN 2010 dan Pokok-Pokok
Kebijakan Fiskal 2010
Ringkasan APBN 2010
Kebijakan Pendapatan Negara, APBN 2010
Kebiajakan Belanja Negara, APBN 2010
Kebijakan Pembiayaan Anggaran, APBN 2010
2
Perkembangan Ekonomi Global Terkini
Hasil pertemuan G-20 di Pittsburgh-USA
tanggal 24-25 September 2009:
Memberikan konfirmasi adanya tanda-tanda
awal pemulihan ekonomi dunia.
Fase pemulihan masih sangat dini dan tidak
pasti, sehingga perlu dijaga bersama.
Koordinasi kebijakan ekonomi, regulasi
dan pengawasan sektor keuangan
RESPON INDONESIA
Indonesia akan memanfaatkan momentum dan situasi global yang
diharapkan membaik pada tahun 2010 dengan merancang kebijakan
fiskal yang sesuai dengan tujuan nasional yaitu menjaga momentum
pemulihan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan rakyat.
Meskipun kondisi 2010 diperkirakan akan lebih stabil, namun tidak
berarti risiko terhadap perekonomian Indonesia dan APBN 2010
menurun.
Indonesia sepakat untuk menyusun model pertumbuhan ekonomi
dunia yang seimbang, berkelanjutan, dan kuat.
Hal ini sangat sesuai dengan kebijakan Pemerintah selama lima tahun
terakhir yang akan diteruskan oleh Pemerintahan lima tahun
mendatang yaitu mencapai pertumbuhan yang disertai pemerataan
(growth with equity) melalui triple track strategies (pro- growth,
pro-job, pro-poor).
FAKTOR RESIKO PEREKONOMIAN INDONESIA
DAN APBN 2010
Beberapa faktor eksternal dan global yang harus diwaspadai dan dikelola
dampaknya terhadap perekonomian nasional:
Melonjaknya ekspansi fiskal dan moneter yang dilakukan oleh hampir
seluruh negara di dunia dalam rangka memerangi krisis keuangan dan
ekonomi global, yang diperkirakan akan menyebabkan:
meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan ancaman
inflasi dunia pada jangka menengah (2010) yang harus diwaspadai.
terjadinya crowding out (kompetisi) sumber pembiayaan defisit dalam bentuk
penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal
dan perbaikan sektor perbankan.
Ketidakpastian harga minyak dunia, yang berdasarkan pengalaman sangat
mempengaruhi baik sisi penerimaan negara maupun belanja subsidi.
Faktor eksternal akan sangat mempengaruhi situasi asumsi makro yang
digunakan dalam perhitungan APBN 2010, dan elemen risiko ini tetap
cukup nyata dan dapat mempengaruhi pelaksanaan APBN 2010.
Postur APBN 2010 dan PokokPokok Kebijakan Fiskal 2010
6
6
APBN 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.
II.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
Selisih Thd RAPBN
911,5
949,7
38,2
PENERIMAAN PERPAJAKAN
910,1
729,2
948,1
742,7
38,1
13,6
2.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
180,9
205,4
24,5
1,4
1,5
0,1
HIBAH
1.009,5
1.047,7
38,2
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699,7
725,2
25,6
A.
B.
327,6
372,1
340,1
385,1
12,6
13,0
201,9
20,0
144,4
99,4
59,0
40,4
44,9
0,0
0,0
209,5
20,0
157,8
106,5
68,7
37,8
51,3
7,2
7,1
7,6
0,0
13,5
7,1
9,8
(2,6)
6,3
7,2
7,1
309,8
293,0
76,6
195,8
20,6
16,8
322,4
306,0
81,4
203,5
21,1
16,4
12,6
13,0
4,8
7,7
0,5
(0,4)
(98,0)
(1,6)
(98,0)
(1,6)
0,0
0,0
98,0
98,0
(0,0)
107,9
107,9
(0,0)
BELANJA K/L
BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
a.l Subsidi
a Subsidi Energi
- BBM, LPG & BBN
- Listrik
b Subsidi Non Energi
Belanja Hibah
a.l Hibah ke daerah
II.
APBN
1.
B. BELANJA NEGARA
I
RAPBN
TRANSFER KE DAERAH
1. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% defisit thd PDB
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II.
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
(9,9)
(9,9)
0,0
7
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5
triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit Anggaran disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
8
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
I.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
Tax Ratio (% thd PDB)
a. Pajak Dalam Negeri
1) Pajak Penghasilan
- PPh Non-Migas
- PPh Migas
2) Pajak pertambahan nilai
3) Pajak bumi dan bangunan
4) BPHTB
5) Pajak lainnya
6) Cukai
b. Pajak Perdagangan Internasional
1) Bea masuk
2) Bea Keluar
2.
II.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
a. Penerimaan SDA
1) SDA Migas
- Minyak bumi
- Gas Bumi
2) Non Migas
- Pertambangan umum
- Panas Bumi
- Kehutanan
- Perikanan
b. Bagian Laba BUMN
c. PNBP Lainnya
d. Pendapatan BLU
HIBAH
JUMLAH
RAPBN
Selisih Thd RAPBN
APBN
910,1
729,2
12,1
702,0
340,3
300,4
39,9
267,0
26,5
7,4
3,8
57,0
948,1
742,7
12,4
715,5
351,0
303,9
47,0
269,5
26,5
7,4
3,9
57,3
38,1
13,6
27,1
19,5
7,6
27,2
19,6
7,6
0,1
0,1
0,0
180,9
111,5
101,3
75,6
25,6
205,4
132,0
120,5
89,2
31,3
24,5
20,6
19,3
13,6
5,7
10,2
7,1
0,2
2,7
0,1
23,0
36,7
9,7
1,4
11,5
8,2
0,2
2,9
0,2
24,0
39,9
9,5
1,5
911,5
949,7
13,5
10,6
3,5
7,1
2,5
0,0
0,0
0,0
0,3
1,3
1,1
0,0
0,1
0,0
1,0
3,2
(0,2)
0,1
38,2
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
PERPAJAKAN
PNBP
320,6
742,7
625,0
215,1
218,0
205,4
180,9
RAPBN-P
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 1,9% dari tahun RAPBN 2010 (Perpajakan nonmigas naik 0,9%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,4% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik
pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia
usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak.
• Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
10
Langkah-langkah pengamanan Penerimaan
Pajak 2010:
Ekstensifikasi
Pengenaan pajak atas Surplus BI
Penambahan subjek pajak OP
Intensifikasi penggalian potensi melalui :
Program Mapping dan benchmarking dengan menggunakan analisis profile dan implementasi aplikasi
approweb dan multimedia super oridor.
Law enforcement : penagihan, pemeriksaan, dan penyidikan
Pembinaan (adanya komunikasi kepada setiap WP): Tax Education (terutama WP baru), maintenance,
dan pelayanan
penggalian sektor tetntu yang diperkirakan booming :
Penggunaan aplikasi optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) terhadap transaksi dua
kewajaran untuk PPN dan PPh.
Kegiatan pasca Sunset Policy:
Pemantapan profil seluruh WP KPP Madya,WP KPP LTO dan khusus, serta 500 WP KPP Pratama
Pembuatan profil High Rise Building
Pengawasan intensif dari PPh pasal 25 retailer (0,75%)
Pengawasan intensif WP OP potensial
Optimalisasi penggalian pajak dari WP bendahara
sektor pertambangan
sektor perkebunan
Melanjutkan reformasi dan modernisasi di Perpajakan
Intensifikasi Penggalian Potensi menggunakan Aplikasi
Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) terhadap
transaksi yang di luar kewajaran.
a. PPN
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai transaksi misalnya:
WP yang tidak melaporkan sebagian Pajak Keluarannya
WP memungut PPN, tetapi tidak membayar/tidak melaporkan SPT
WP Non PKP menerbitkan Faktur Pajak yang sudah dikreditkan orang lain
WP menggunakan SSP palsu (ada lembar ke-3 tapi lembar ke-2 tidak ada)
WP telah restitusi, tetapi Lebih Bayar tsb dikompensasi bulan berikutnya
WP terindikasi menggunakan Faktur Pajak fiktif
b. PPh
Dari aplikasi OPDP dapat digali potensi dari berbagai WP yang misalnya melakukan:
Mengalihkan sebagian omset ke persediaan akhir
Melakukan kompensasi kerugian yang tidak diperkenankan
Mengkreditkan PPh Pasal 25 dalam SPT lebih besar dari sebenarnya
Menyandingkan omset PPh dengan omset PPN (Equalisasi)
Menyandingkan Biaya gaji dengan PPh Pasal 21
Pembebanan biaya overhead (sewa, jasa, transportasi, promosi,
bunga, dll) tanpa diimbangi dengan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 ayat 2
Kebijakan dan administrasi
Kepabeanan dan Cukai
Kebijakan dan administrasi cukai:
Kenaikan tarif cukai 5-10% sejalan IHT
Menaikkan tarif Cukai HT sejalan dengan roadmap IHT
Menaikan tarif Cukai MMEA dan EA dalam negeri
Penyederhanaan tarif cukai dan golongan produsen rokok
Perubahan ketentuan mengenai perizinan
Menerapkan KPPBC Madya cukai
Otomatisasi pelayan dan pembayaran di bidang cukai
Pembentukan unit layanan informasi dan kepatuhan internal
Peningkatan pengawasan pita cukai: peningkatan oprasi pasar,
pemeriksaan lokasi pabrik, peningkatan security features pita
cukai, dan peningkatan pengawasan peredaran MMEA impor
Kebijakan dan administrasi
kepabeanan:
Tarif nominal MFN 7,5%, CEPT 2,0%, ASEAN-Korea 2,6%, ASEAN-China 3,8% dan IndonesiaJepang 4,0%
Insentif mendukung kebijakan perdagangan dan industri
Penyesuaian tarif bea keluar berdasarkan perkembangan harga CPO internasional ambang batas
HPE CPO USD 700/to
Implementasi NSW dan ASW (ASEAN Single Window)
Tarif bea masuk rata-rata tertimbang turun
Pemberian berbagai fasilitas pembebasan dan keringanan BM
Kebijakan non tarif yang berorientasi pada pengendalian barang impor dan penggunaan produksi
dalam negeri
Peningkatan manajemen tagihan/piutang yang ditujukan untuk mengukur tingkat kolektibilitas
tagihan/piutang melalui penerbitan surat paksa, surat sita, dan pelaksanaan pelelangan
Reformasi kepabeanan: pembentukan KPPBC Madya Pabean dan pengembangan NSW
Program intensifikasi:
Peningkatan akurasi penelitian nilai pabean dan klasifikasi
Peningkatan efektivitas pemeriksaan fisik barang
Optimalisasi sarana operasi seperti kapal patroli dan mesin sinar X dan sinar gamma
Law enforcement:
Peningkatan pengawasan:
Mengembangkan manajemen risiko kepabeanan dan cukai
Membangun sistem dokumentasi penganggaran kepabeanan dan
cukai
Pemberantasan penyelundupan fisik dan pelanggaran administrasi
Pemberantasan penggunaan pita cukai palsu
Pemberantasan penyalahgunaan fasilitas kepabeanan dan cukai
Peningkatan audit:
Pembuatan dokumentasi sistem informasi perencanaan audit
Penyusunan database profil dan obyek audit
Monitoring pelaksanaan audit
Penyempurnaan aplikasi audit
Kebijakan Umum PNBP
Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak
mentah dan efisiensi cost recovery.
Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan
peraturan disektor pertambangan.
Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi
alternatif.
Mengggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap
mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup.
Mengoptimalkan dividen BUMN dengan tetap mempertimbangkan
peningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital
Expenditure).
Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
Melakukan penyempurnaan peraturan mengenai tarif PNBP pada K/L.
Meningkatkan kinerja pelayanan dan administrasi pada PNBP K/L.
BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2010
(dalam triliun rupiah)
RAPBN
BELANJA NEGARA
I.
APBN
Selisih Thd RAPBN
1.009,5
1.047,7
38,2
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699,7
725,2
25,6
A.
327,6
340,1
12,6
372,1
385,1
13,0
201,9
20,0
209,5
20,0
7,6
BELANJA K/L
B. BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
1.
2.
3.
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
161,7
100,2
76,9
158,1
103,0
83,2
(3,6)
2,8
6,4
4.
Pembayaran Bunga Utang
i. Utang Dalam Negeri
ii. Utang Luar Negeri
115,6
77,4
38,2
115,6
77,4
38,2
(0,0)
(0,0)
-
5.
Subsidi
a Subsidi Energi
- BBM, LPG & BBN
- Listrik
b Subsidi Non Energi
a.l. 1) Pangan
2) Pupuk
144,4
99,4
59,0
40,4
44,9
11,8
11,3
157,8
106,5
68,7
37,8
51,3
11,4
14,8
13,5
7,1
9,8
(2,6)
6,3
(0,5)
3,5
6.
a.l
7.
8.
a.l
Belanja Hibah
- Hibah ke daerah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-Lain
- Dana Cadangan Risiko fiskal
0,034
0,000
69,1
31,8
5,6
7,2
7,1
69,6
30,7
8,6
7,2
7,1
0,5
(1,1)
3,0
699,7
725,2
25,6
JUMLAH
BELANJA PEGAWAI
Belanja pegawai disepakati Rp158,1 T, antara lain
untuk menampung:
Penyeimbang inflasi sebesar 5% dari gaji dan pensiun pokok
kepada PNS, TNI, Polri dan pensiunan.
Kenaikan uang makan PNS Pusat dan uang lauk pauk
TNI/Polri, masing-masing menjadi Rp20.000,0 dan
Rp40.000,0.
Remunerasi pada beberapa Kementerian Negara/Lembaga
terkait dengan reformasi birokrasi, termasuk remunerasi
pejabat negara.
Jaminan pemeliharaan kesehatan Menteri dan pejabat
tertentu.
Penambahan 100 ribu pegawai baru pusat.
BELANJA BARANG
Belanja barang disepakati Rp103,0 T, antara lain menampung
anggaran kegiatan prioritas:
Anggaran sensus penduduk tahun 2010 sebesar Rp3,3 T.
Promosi pariwisata sebesar Rp0,25 T.
BELANJA MODAL
Belanja modal disepakati Rp83,2 T, antara lain untuk:
Alat utama sistem senjata (Alutsista) Departemen Pertahanan sebesar
Rp10,2 T;
Infrastruktur ketenagalistrikan sebesar Rp4,5 T.;
Infrastruktur transportasi sebesar Rp23,2 T (termasuk jalan, jembatan,
kereta api, pelabuhan dan Bandar udara);
Infrastruktur irigasi, bendungan, penanggulangan banjir sebesar Rp8,0 T,
dan
Pembangunan sarana pengadaan air bersih sebesar Rp3,0 T.
BELANJA HIBAH
Belanja hibah disepakati Rp7,2 T, yang
diperuntukkan:
Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) project sebesar Rp34,4
miliar, dan
Basic Education Capacity Trust Fund sebesar Rp57,6 miliar.
Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah sebesar
Rp7.100,0 miliar, dengan kategori daerah yang menerima
hibah sebagaimana dalam laporan Panja Transfer ke Daerah.
BANTUAN SOSIAL
Bantuan sosial disepakati Rp69,6 T, antara lain dialokasikan untuk:
Dana cadangan penanggulangan bencana alam sebesar Rp3,0 T.
Anggaran untuk Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar
Rp19,8 T, dengan mencakup 44,1 juta siswa.
Anggaran untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp1,3 T, dengan
penambahan RTSM di beberapa provinsi/kab/kota/kecamatan.
Anggaran untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas ) sebesar
Rp5,1 T, yang terdiri atas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas sebesar Rp1 T,
dan Pelayanan Kesehatan di Kelas III Rumah sakit sebesar Rp4,1 T, dengan
keduanya mencakup 76,4 juta Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
Anggaran untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM
Mandiri) sebesar Rp12,9 T, dengan cakupan 6.458 kecamatan.
BELANJA LAIN-LAIN
Belanja lain-lain dalam tahun 2010 adalah sebesar Rp30,7 T, antara
lain untuk:
Dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp8,6 T.
Melanjutkan Revitalisasi kakao sebesar Rp0,5 T.
Menampung dana cadangan beras pemerintah sebesar Rp1,0 T.
Menampung dana cadangan untuk sarana dan prasarana konversi
energi sebesar Rp4,8 T.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi kepada lembaga
internasional sebesar Rp0,7 T.
Operasional TVRI sebesar Rp0,55 T.
Operasional RRI sebesar Rp0,6 T.
ANGGARAN PENDIDIKAN
Anggaran pendidikan dalam tahun 2010 sebesar Rp209,5 T, tetap dipertahankan sebesar
20% dari total belanja negara, yaitu sebesar Rp1.047,7 T.
Anggaran pendidikan terdiri atas anggaran pendidikan pada kementerian
negara/lembaga (K/L) dan anggaran pendidikan pada transfer ke daerah.
Anggaran Pendidikan Tahun 2010
(miliar Rp)
Uraian
1. Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga
APBN
(1)
(2)
77.403,7
83.170,0
a. Departemen Pendidikan Nasional
51.514,3
54.704,3
b. Departemen Agama
22.695,4
23.663,6
3.194,0
4.802,1
122.799,7
126.367,6
c. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya
2. Anggaran Pendidikan Transfer ke Daerah
i.
RAPBN
DBH Pendidikan
521,5
617,0
ii. DAK Pendidikan
9.334,9
9.334,9
iii. DAU Pendidikan
93.904,9
95.923,1
iv.DAU Ta mbahan (TPP guru PNSD)
7.940,0
5.800,0
v. DAU Tunjangan Profesi Guru
8.854,9
10.994,9
vi. Dana Otsus Pendidikan
2.243,4
2.309,9
vii. Dana Penyesuaian Insentif DAU Kependidikan
3. Penyesuaian anggaran pendidikan 20% (BA 999)
4. Anggaran Pendidikan (1+2+3)
5. Total Belanja Negara
Rasio Anggaran Pendidikan
1.727,3
1.387,8
-
201.930,7
209.537,6
1.009.485,7
1.047.666,0
20,0%
20,0%
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM, LPG, dan BBN
Subsidi BBM, LPG dan BBN disepakati Rp68,7 T, naik Rp9,8 T dari
usulan RAPBN 2010 sebesar Rp58,975 T.
Pengendalian anggaran subsidi BBM tahun 2010 dilakukan melalui efisiensi terhadap biaya
distribusi dan margin usaha (Alpha), dan melakukan kebijakan penghematan konsumsi
BBM bersubsidi.
Kebijakan penghematan BBM bersubsidi melalui :
Penerapan secara bertahap sistem pendistribusian BBM bersubsidi dengan pola
tertutup.
Melanjutkan program pengalihan penggunaan minyak tanah ke LPG tabung 3
(tiga) kilogram.
Peningkatan pengawasan pendistribusian BBM bersubsidi.
Dalam hal perkiraan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) dalam satu tahun
mengalami kenaikan lebih dari 10 persen dari harga yang diasumsikan dalam APBN 2010,
Pemerintah diberikan kewenangan untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi
KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK
Subsidi listrik disepakati Rp37,8 T turun Rp2,6 T dari
usulan RAPBN 2010 Rp40,4 T.
Pengendalian subsidi listrik dalam tahun 2010
dilakukan melalui :
Pemberian margin kepada PT PLN (Persero) sebesar 5 persen.
Penerapan tarif daftar listrik (TDL) sesuai harga keekonomian
secara otomatis untuk pemakaian energi diatas 50 persen
konsumsi rata-rata nasional tahun 2009 bagi pelanggan rumah
tangga (R), bisnis (B), dan Publik (P) dengan daya mulai 6.600 VA
keatas.
Penerapatan kebijakan tarif yang bertujuan untuk mendorong
penghematan tenaga listrik (a.l. daya max plus) dan pelayanan
khusus.
Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan oleh pemerintah
setelah mendapat persetujuan dari DPR.
KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK
Subsidi pupuk tahun 2010 sebesar Rp14,8 triliun, terdiri
atas :
Subsidi harga pupuk Rp11,3 triliun
Bantuan langsung pupuk (BLP) Rp1,6 triliun
Unit Pengolahan Pupuk Organik Rp105,0 miliar
Bantuan Ternak Sapi Rp250,0 miliar
Kurang bayar tahun sebelumnya Rp1,5 triliun
Pemerintah mengutamakan kecukupan pasokan gas yang
dibutuhkan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dalam rangka menjaga ketahanan pangan
Pemerintah menjamin harga gas untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan produsen pupuk dalam negeri
dengan harga domestik
Pemerintah daerah diberi kewenangan mengawasi
penyaluran pupuk bersubsidi melalui mekanisme Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)
Reward and Punishment
Pasal 14 UU APBN 2010;
(1) “Dalam rangka efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program stimulus fiskal 2009,
kementerian negara/lembaga (K/L) termasuk
provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan
tugas pembantuan/dekonsentrasi namun tidak
sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal
tahun 2009 sebagaimana telah ditetapkan, akan
menjadi faktor pengurang dalam penetapan alokasi
anggaran Tahun Anggaran 2010”
(2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi provinsi dan
kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal
dalam rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah.
(3)Faktor pengurang dalam penetapan alokasi anggaran pada Tahun Anggaran
2010 bagi K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota yang tidak sepenuhnya
melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
Pengurangan dikenakan hanya terhadap K/L termasuk provinsi dan kabupaten/kota
yang tidak dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 bagi K/L termasuk provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum sebesar sisa
anggaran stimulus fiskal 2009 yang tidak diserap; dan
Pengurangan pagu belanja Tahun Anggaran 2010 sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b dibebankan pada:
satuan kerja pusat/vertikal K/L yang melaksanakan kegiatan stimulus fiskal melalui
pemotongan alokasi anggaran pada Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK)/DIPA satuan
kerja pusat/vertikal K/L yang bersangkutan;
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan kegiatan
tugas pembantuan/dekonsentrasi stimulus fiskal melalui pemotongan alokasi anggaran pada
SAPSK/DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) provinsi/kabupaten/kota yang
bersangkutan; dan
Provinsi/kabupaten/kota yang menerima bantuan teknis dan pendanaan stimulus fiskal dalam
rangka mendukung pelaksanaan urusan/tugas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) di atas dengan memperhitungkannya dari transfer ke daerah
Provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan.
(4) Setelah Tahun Anggaran 2009 berakhir, Kuasa Pengguna Anggaran Satuan
Kerja penerima dana stimulus fiskal Tahun Anggaran 2009 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menyampaikan Laporan Realisasi
Kegiatan dan Anggaran Stimulus Fiskal 2009 kepada K/L yang
memberikan/menyalurkan dana Anggaran Stimulus Fiskal paling lambat
tanggal 22 Januari 2010.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kementerian
Negara/Lembaga (K/L) selaku Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran program/kegiatan stimulus fiskal 2009 menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan, realisasi anggaran dan alasan apabila alokasi
anggaran tidak terserap seluruhnya kepada Menteri Keuangan paling
lambat tanggal 29 Januari 2010.
(6) Menteri Keuangan menetapkan surat edaran pengurangan pagu kepada
Kementerian Negara/Lembaga (K/L)/provinsi/kabupaten/kota yang tidak
sepenuhnya melaksanakan program stimulus fiskal paling lambat tanggal
26 Februari 2010.
(7)Pengurangan pagu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaporkan
dalam APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010 dan atau Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP).
(8) Tata cara pemotongan pagu belanja diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
Fleksibilitas Anggaran (pasal 23)
Dalam hal diperlukan tambahan anggaran belanja maksimal
2% (dua persen) dari belanja negara untuk kebutuhan belanja
prioritas yang belum tersedia pagu anggarannya, Pemerintah
dapat mengajukan perubahan APBN.
Pembahasan dan penetapan perubahan APBN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan Badan Anggaran
dalam waktu paling lambat 1 (satu) minggu dalam masa
sidang, setelah perubahan APBN diajukan oleh Pemerintah
kepada DPR RI.
Perubahan APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dilakukan paling lambat akhir Maret 2010 untuk
kemudian disampaikan pada Laporan Semester Pertama
pelaksanaan APBN 2010.
TRANSFER KE DAERAH, 2010
(dalam triliun rupiah)
URAIAN
RAPBN
APBN
Selisih Thd
RAPBN
1.
Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
- Pajak Bumi dan Bangunan
- Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
- Pajak Penghasilan Perseorangan
- Cukai Tembakau
- Migas
- Pertambangan umum
- Panas Bumi
- Kehutanan
- Perikanan
b. Dana Alokasi Umum
- DAU Murni
- DAU Tambahan Untuk Tunjangan Profesi Guru
c. Dana Alokasi Khusus
293,0
76,6
25,2
7,4
13,2
1,1
22,2
5,7
0,2
1,5
0,1
195,8
187,0
8,9
20,6
306,0
81,4
25,2
7,4
13,2
1,1
26,0
6,6
0,2
1,6
0,1
203,5
192,5
11,0
21,1
13,0
4,8
0,0
0,0
0,0
0,0
3,8
0,9
0,0
0,0
0,0
7,7
5,5
2,1
0,5
2.
Dana Otonomi Khusus dan Peny.
a. Dana Otonomi Khusus
- Dana Otonomi Khusus Papua
- Dana Otonomi Khusus NAD
- Tambahan Otsus Infrastruktur
b. Dana Penyesuaian
- Dana Insentif Daerah
- Tambahan Tunjangan Kependidikan untuk guru
- Kurang Bayar DISP tahun 2008
- Kurang bayar DAK Tahun 2008
16,8
8,9
3,7
3,7
1,4
7,9
0,0
7,9
0,0
0,0
16,4
9,1
3,8
3,8
1,4
7,3
1,4
5,8
0,0
0,1
(0,4)
0,2
0,1
0,1
0,0
(0,6)
1,4
(2,1)
0,0
0,1
309,8
322,4
12,6
JUMLAH
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4 T)
DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Triliun Rp
400
300
292,4
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,13 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless
Menampung tunjangan profesi guru
(realokasi dari bansos K/L) Rp10,995 T
Otsus dan
Penyesuaian DAK DAU DBH
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum,
Sanitasi, Prasarana Pemerintahan, Kelautan
dan Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan
Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU
nasional)
Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3T, menampung Tambahan Tunjangan
Guru PNSD, Dana Insentif Daerah, Kurang
Bayar DAK dan DISP TA 2008).
309,3
322,4
253,3
226,2
200
150,8
129,7
100
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009 2010
APBNP APBN
33
Anggaran Pendidikan melalui
Dana Transfer ke Daerah
(dalam miliar rupiah)
1.
2.
3.
4.
5.
DBH Pendidikan
DAU Pendidikan
DAK Pendidikan
Tambahan Tunjangan Guru PNSD
DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi
Guru
6. Dana Insentif Daerah
7. Dana Otonomi Khusus Pendidikan
Total
617,05
95.923,07
9.334,88
5.800,00
10.994,89
1.387,80
2.309,88
126.367,
48
34
Dana Insentif Daerah TA 2010
Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan untuk:
•Daerah yang berprestasi
•Sebagai Dana Penyeimbang bagi daerah yang
mengalami koreksi luas wilayah yang signifikan dan
daerah yang terkena dampak pemekaran, agar dapat
menjaga kesinambungan dan stabilitas fiskal daerah.
35
Tolok Ukur Daerah yang Berprestasi
1. Kinerja Keuangan Daerah, a.l.:
a. Effort Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
b. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
c. Ketepatan waktu penyampaian Perda APBD
d. Daerah yang memiliki Kemampuan Fiskal Daerah dibawah ratarata nasional dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diatas rata-rata nasional.
2. Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan, a.l.:
a. Pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional
b. Pengurangan tingkat kemiskinan diatas rata-rata nasional
c. Pengurangan tingkat pengangguran diatas rata-rata nasional
d. Tingkat inflasi daerah dibawah rata-rata nasional
36
DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2010
(dalam triliun rupiah)
RAPBN
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% Defisit Terhadap PDB
Selisih Thd RAPBN
(98,0)
(1,6)
(98,0)
(1,6)
0,0
98,0
98,0
(0,0)
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
1. Perbankan dalam negeri
a.l - RDI
- Rekening Pembangunan Hutan
- SAL
107,9
7,1
5,5
0,6
1,0
107,9
7,1
5,5
0,6
1,0
(0,0)
0,0
0,0
0,0
0,0
2.
100,8
0,0
1,2
104,4
1,0
(3,9)
100,8
0,0
1,2
104,4
1,0
(3,9)
(0,0)
0,0
0,0
(0,0)
0,0
0,0
(9,9)
57,6
24,4
33,2
24,5
8,6
(8,6)
(58,8)
(9,9)
57,6
24,4
33,2
24,5
8,6
(8,6)
(58,8)
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
APBN
Non-perbankan dalam negeri
a. Penerimaan Privatisasi
b. Hasil Pengelolaan Aset
c. Surat Berharga Negara (neto)
d. Pinjaman Dalam Negeri
e. Dana Investasi Pemerintah dan PMN
II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
a. Pinjaman Program
b. Pinjaman Proyek Bruto
i. Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat
ii. Penerusan Pinjaman (SLA)
2. Penerusan SLA
3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN
PEMBIAYAAN ANGGARAN
APBN2010
Pembiayaan defisit sebesar Rp98,0 triliun bersumber dari pembiayaan non-
utang sebesar Rp2,5 triliun dan pembiayaan utang sebesar Rp95,5 triliun.
Kebijakan Pembiayaan:
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang
tanpa menyebabkan perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto dan
pinjaman program), apabila terdapat sumber pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Penarikan pinjaman siaga baik dari kreditor bilateral maupun multilateral apabila
kondisi pasar keuangan memburuk
Dalam pengelolaan pinjaman luar negeri, Pemerintah akan mengurangi proporsi
pinjaman luar negeri yang mengikat (tied loan)
Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan untuk menghilangkan hak tagih/kredit
terhadap UMKM
Investasi Pemerintah oleh PIP tidak diberikan kepada BUMN yang sudah menjadi
perusahaan terbuka
Dalam pengelolaan dana bergulir, risiko pemberian dana bergulir diupayakan
mendekati nol (zero risk)
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
% PDB
2004
2005
2006
2007
2008
2009 APBN-P
2010 APBN
0,0
(0,1)
(0,5)
(0,6)
(1,0)
(1,0)
(1,5)
(0,9)
(1,3)
(1,6)
(2,0)
(2,5)
(2,4)
(3,0)
39
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
Triliun Rp
7000
6000
85
%
89
100
90
80
77
5000
67
70
61
60
57
4000
47
3000
50
39
35
33
31
32
2000
40
29
30
20
1000
10
0
0
1999
2000
PDB
2001
2002
2003
2004
2005
Outstanding Utang
2006
2007
2008
2009*
2010*
Rasio Utang thd PDB
40
40
Terima Kasih
41
KEBIJAKAN PENDAPATAN NEGARA
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan perpajakan, akan terus dilanjutkan
42
langkah-langkah reformasi perpajakan dengan fokus perbaikan administrasi
pemungutan pajak, meneruskan modernisasi perpajakan yang difokuskan pada
sistem dan manajemen sumber daya manusia, serta perbaikan teknologi informasi
dan komunikasi.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan di bidang kepabeanan dan cukai, antara
lain akan ditempuh langkah-langkah kebijakan untuk menaikkan tarif cukai,
meningkatkan efektivitas pemeriksaan dokumen dan barang, meningkatkan fungsi
pengawasan dan audit, serta secara konsisten melanjutkan program reformasi
kepabeanan dan cukai.
Untuk mengoptimalkan penerimaan migas, akan dilakukan efisiensi cost recovery,
dan penyelesaian penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang cost recovery.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan sumber daya alam nonmigas akan
dilakukan antara lain penyesuaian tarif pungutan SDA kehutanan, dan revisi
terhadap PP Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan PPN untuk lebih mengoptimalkan penerimaan SDA pertambangan
umum.
Untuk meningkatkan kinerja BUMN dan penerimaan negara yang berasal dari
dividen atas laba BUMN, akan dilakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
dari BUMN sektor perbankan dengan prioritas piutang UMKM.
PENDAPATAN NEGARA APBN 2010
PERPAJAKAN
PNBP
320,6
742,7
625,0
215,1
218,0
205,4
180,9
RAPBN-P
• Penerimaan perpajakan 2010 naik 11,8% dari tahun 2009 (Perpajakan non-migas
naik 14,4%).
• Tax ratio 2010 sekitar 12,1% PDB (dibandingkan 2009 sekitar 12,0%). PDB riil naik
pesat dan banyak bidang belum/tidak terkena pajak.
• Insentif tarif PPh Badan dan PPN, serta Bea Masuk mendukung sektor riil dan dunia
usaha dan reformasi lanjutan pajak dan bea-cukai. Menekan penghindaran pajak.
• Optimalisasi produksi Minyak, Gas dan Batubara
• Perlu sinkronisasi koordinasi kebijakan penerimaan negara ke depan
43
KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2010
Di bidang Belanja Negara, Pemerintah dan DPR sepakat untuk melakukan reformasi perencanaan dan penganggaran
yang memuat langkah-langkah bertahap dan terukur untuk meningkatkan kualitas belanja negara. Reformasi
perencanaan dan penganggaran tersebut akan dilakukan antara lain melalui restrukturisasi program dan kegiatan agar
dapat lebih mencerminkan kinerja dan akuntabilitas masing-masing institusi, penerapan anggaran berbasis kinerja
dengan pilot project pada enam kementerian negara/lembaga, penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah
(KPJM), dan perubahan format Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) agar lebih
berorientasi pada kebijakan strategis.
Di samping itu, dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program stimulus fiskal tahun 2009, Pemerintah
dan DPR sepakat untuk memberikan sanksi berupa pengurangan alokasi anggaran tahun 2010 bagi kementerian
negara/lembaga dan pemerintah daerah yang tidak sepenuhnya melaksanakan belanja stimulus fiskal tahun 2009
sebagaimana yang telah ditetapkan. Upaya ini sejalan dengan tujuan untuk membangun anggaran yang semakin
berbasis pada kinerja.
Selanjutnya, dalam rangka “pemulihan perekonomian nasional dan pemeliharaan kesejahteraan rakyat”, Pemerintah
sependapat dengan Dewan yang terhormat mengenai perlunya anggaran belanja negara lebih diutamakan untuk
program-program prioritas sebagai berikut. Pertama, meneruskan/meningkatkan seluruh program kesejahteraan
rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas, Raskin, PKH, dan berbagai subsidi lainnya). Kedua, melanjutkan pembangunan
infrastruktur, pertanian dan energi, proyek padat karya, dan stimulus fiskal bila diperlukan. Ketiga, mendorong
revitalisasi industri, pemulihan dunia usaha termasuk melalui pemberian insentif perpajakan dan bea masuk. Keempat,
meneruskan reformasi birokrasi. Kelima, meningkatkan anggaran operasional, pemeliharaan, dan pengadaan alutsista.
Keenam, menjaga anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Ketujuh, meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya
alam dan kapasitas penanganan perubahan iklim.
RKP, 5 Agenda dan 15 Prioritas
Pembangunan
APBN 2010 memadukan RKP 2010 dengan
Agenda dan Prioritas Pembangunan
Presiden Terplih 2009-2014
45
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Bab IV dari
Lampiran UU No.
17/2007: RPJPN
2005-2025
RKP 2010
TEMA
PEMBANGUNAN
PRIORITAS
PEMBANGUNAN
2010
RAPBN
2010
Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai kelanjutan dari RPJMN
ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih
memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Pemulihan Perekonomian Nasional dan
Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat
• Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat, serta Penataan Kelembagaan dan
Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
• Pemantapan Reformasi Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan
Demokrasi dan Keamanan Nasional
• Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan
pertanian, infrastruktur, dan energi
• Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan kapasitas
penanganan perubahan iklim
Pertumbuhan Ekonomi
5,0%
Jumlah Pengangguran
8,0%
Jumlah Orang Miskin
12,0% -13,5%
46
Prioritas RKP dan Alokasi APBN 2010
TEMA: PEMULIHAN PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN PEMELIHARAAN
KESEJAHTERAAN RAKYAT
5 PRIORITAS PEMBANGUNAN & ANGGARAN :
1.
2.
3.
4.
5.
Pemeliharaan kesejahteraan rakyat, serta penataan
kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial
Rp36,1 T
Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia
Rp51,4 T
Pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta
pemantapan demokrasi dan keamanan nasional Rp18,1 T
Pemulihan ekonomi yang didukung oleh pembangunan
pertanian, infrastruktur, dan energi Rp61,3 T
Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan
kapasitas penanganan perubahan iklim Rp3,5 T
47
5 Agenda Pembangunan
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat
Pembangunan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa
Penguatan demokrasi dan menghormati HAM
Penegakan hukum dan pemberantasan korupsi
Pembangunan adil dan merata
48
Program 5 Agenda Pembangunan dalam
Alokasi Belanja APBN 2010
(Rp Miliar)
159.788,6
Peningkatan
1.
ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
12.920,9
i. PNPM
1.300,0
ii. PKH
19.825,3
iii. BOS
Beasiswa Pendidikan Siswa Miskin
2.702,8
iv.
5.125,6
v. Askeskin/Jamkesmas
68.726,7
vi. Subsidi BBM
37.800,0
vii.Subsidi Listrik
11.387,3
viii.Subsidi Pangan
11.252,1
Pembangunan
2.
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Remunerasi
K/L dalam rangka Reformasi Birokrasi
10.616,8
i.
Peningkatan kualitas pelayanan publik
500,8
ii.
Pengembangan
sistem peningktan kinerja dan kesejahteraan PNS
134,5
iii.
3.523,6
Penguatan
3.
demokrasi dan menghormati HAM.
3.300,0
i. Sensus Penduduk
Peningkatan
efektivitas pelaksanaan peran organisasi masyarakat sipil dan partai politik
ii.
86,7
Pelaksanaan
keterbukaan informasi publik
137,0
iii.
212,1
Penegakan
4.
hukum dan pemberantasan korupsi.
Pemantapan
Peraturan Perundang-Undangan
33,2
i.
Pemantapan
pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas penanganan perkara korupsi 178,9
ii.
93.997,4
Pembangunan
5.
adil dan merata.
93.997,4
i. Pembangunan Infrastruktur
49
15 Prioritas Program Kerja (1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertumbuhan ekonomi minimal 7% di tahun 2013
Pengurangan kemiskinan menjadi 8-10%
Pengurangan pengangguran menjadi 5-6%
Peningkatan pendidikan dalam hal mutu, infrastruktur,
kesejahteraan pengajar, dan gratis untuk yang miskin
Peningkatan layanan kesehatan masyarakat dan gratis
untuk yang miskin
Meningkatkan ketahanan pangan dengan swasembada
beras, daging sapi, dan kedelai
Mewujudkan ketahanan energi dengan pembangunan
daya listrik skala besar
50
15 Prioritas Program Kerja (2)
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur
dengan sejumlah mega-proyek
Pembangunan perumahan rakyat dan rumah susun
sederhana
Pemeliharaan lingkungan hidup
Peningkatan keamanan dan pertahanan dengan
perhatian pada alutsista
Reformasi birokrasi dengan pemberantasan KKN
Pemerataan pembangunan dan desentralisasi keuangan
Menjaga demokrasi dan penghormatan HAM
Peningkatan peran-peran internasional
51
Postur APBN 2010
52
52
Defisit RAPBN 2010 = 1,6% thd PDB dengan memperhatikan
kemampuan sumber pembiayaan defisit yang aman.
% PDB
2004
2005
2006
2007
2008
2009 APBN-P
2010 APBN
0,0
(0,1)
(0,5)
(0,6)
(1,0)
(1,0)
(1,5)
(0,9)
(1,3)
(1,6)
(2,0)
(2,5)
(2,4)
(3,0)
53
Rasio utang Indonesia tetap menurun sejalan dengan
semakin meningkatnya laju perekonomian nasional
Triliun Rp
7000
6000
85
%
89
100
90
80
77
5000
67
70
61
60
57
4000
47
3000
50
39
35
33
31
32
2000
40
29
30
20
1000
10
0
0
1999
2000
PDB
2001
2002
2003
2004
2005
Outstanding Utang
2006
2007
2008
2009*
2010*
Rasio Utang thd PDB
54
54
RINGKASAN APBN 2010
Pendapatan Negara dan Hibah ditargetkan sebesar Rp949,7 triliun, naik
sebesar Rp38,2 triliun dari yang diusulkan dalam RAPBN 2010 sebesar Rp911,5
triliun.
Penerimaan Perpajakan menjadi Rp742,7 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN 2010 sebesar
Rp729,2 triliun.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp205,4 triliun, naik Rp13,6 triliun dari RAPBN
2010 sebesar Rp729,2 triliun.
Penerimaan hibah menjadi Rp1.506,8 miliar, naik Rp85,3 miliar dari RAPBN 2010 sebesar
Rp1.421,5 miliar.
Belanja Negara direncanakan Rp1.047,7 triliun, naik Rp38,2 triliun dari
usulan pagu RAPBN 2010 sebesar Rp1.009,5 triliun.
Belanja Pemerintah Pusat menjadi Rp725,2 triliun, naik Rp25,6 triliun dari usulan pagu RAPBN
2010 sebesar Rp699,7 triliun.
Transfer ke Daerah menjadi Rp322,4 triliun, naik Rp12,6 triliun dari usulan pagu RAPBN 2010
sebesar Rp309,8 triliun.
Defisit Anggaran disepakati tetap seperti dalam usulan RAPBN 2010,
yaitu Rp98,0 triliun (1,6% terhadap PDB).
Pembiayaan anggaran disepakati Rp98,0 triliun, tidak mengalami
perubahan dari usulan RAPBN 2010.
55
Exercise APBN 2010
(dalam miliar rupiah)
URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.
II.
PENERIMAAN DALAM NEGERI
Selisih Thd RAPBN
911.475,8
949.656,1
38.180,3
PENERIMAAN PERPAJAKAN
910.054,3
729.165,2
948.149,3
742.738,0
38.095,1
13.572,8
2.
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
180.889,0
205.411,3
24.522,3
1.421,5
1.506,8
85,3
1.009.485,7
1.047.666,0
38.180,3
BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L)
699.688,1
725.243,0
25.554,9
A.
B.
327.556,9
372.131,2
340.149,2
385.093,8
12.592,3
12.962,6
201.930,7
20,0
144.355,1
99.409,3
58.975,5
40.433,8
44.945,8
34,4
0,0
209.537,6
20,0
157.820,3
106.526,7
68.726,7
37.800,0
51.293,6
7.192,0
7.100,0
7.606,9
0,0
13.465,2
7.117,4
9.751,2
(2.633,8)
6.347,9
7.157,6
7.100,0
309.797,6
292.979,6
76.586,1
195.805,6
20.587,9
16.818,0
322.423,0
306.023,4
81.404,8
203.485,2
21.133,4
16.399,6
12.625,5
13.043,9
4.818,7
7.679,6
545,5
(418,4)
(98.009,9)
(1,6)
(98.009,9)
(1,6)
0,0
0,0
98.009,9
98.009,9
(0,0)
107.891,4
107.891,4
(0,0)
HIBAH
BELANJA K/L
BELANJA NON K/L
Cat: Total Anggaran Pendidikan
% Thd Belanja Negara
a.l Subsidi
a Subsidi Energi
BBM, LPG & BBN
Listrik
b Subsidi Non Energi
Belanja Hibah
a.l Hibah ke daerah
II.
APBN
1.
B. BELANJA NEGARA
I
RAPBN
TRANSFER KE DAERAH
1. Dana Perimbangan
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
c. Dana Alokasi Khusus
2. Dana Otonomi Khusus dan Peny.
D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% defisit thd PDB
E. PEMBIAYAAN (I + II)
I.
PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
II.
PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto)
(9.881,5)
(9.881,5)
0,0
56
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal
KEBIJAKAN BELANJA PEGAWAI
Pemberian Gaji & Pensiun ke-13
Kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok sebesar 5%
Kenaikan uang makan/lauk pauk TNI/Polri dari
Rp35.000/hari Rp40.000/hari
Kenaikan uang makan PNS pusat dari Rp15.000/hari
kerja Rp20.000/hari kerja
Remunerasi pada beberapa K/L yang telah & sedang
melakukan reformasi birokrasi:
Tahun 2010 : Kejagung, Dephan, Depkumham, Kantor Menko
Perekonomian, Kantor Menko Kesra, Kantor Menko Polhukam, Kantor
Meneg PAN, Kantor Meneg PPN/Bappenas, Kepolisian Negara RI,
Lembaga Administrasi Negara, BKN, dan BPKP
Tahun 2011: K/L lainnya (reformasi birokrasi tuntas)
Penataan remunerasi dan jaminan kesehatan bagi pejabat
negara.
Penambahan pegawai baru pusat sebanyak 100 ribu orang
58
KEBIJAKAN BELANJA BARANG
o Menampung perkembangan
organisasi pemerintahan
o Menjaga Operasi dan pemeliharaan
aset/BMN
o Peningkatan efisiensi & efektivitas
biaya perjalanan dinas (untuk
mendukung tugas pokok & bersifat at
cost).
o Menampung anggaran kegiatan
prioritas:
Sensus Penduduk tahun 2010
sebesar Rp3,3 T (dasar untuk
pembuatan Nomor Induk
Kependudukan/NIK)
Promosi pariwisata sebesar Rp250 M
Belanja Barang
(Rp Triliun)
120,0
103,0
100,0
85,5
80,0
60,0
40,0
47,2
54,5
56,0
2007
2008
29,2
20,0
0,0
2005
2006
2009
APBN-P
2010
APBN
Sensus Penduduk Tahun 2010 memakan Biaya Besar Desain Harus Baik
Output dapat digunakan sebagai Dasar Pembuatan Nomor Induk
Kependudukan (NIK)
59
KEBIJAKAN BELANJA MODAL
Meningkatkan belanja untuk
pembangunan infrastruktur.
Memperhitungkan kesinambungan
pembiayaan, khususnya untuk proyekproyek multiyears.
Belanja Modal
(Rp Triliun)
90,0
83,2
80,0
72,8
Menampung alokasi anggaran untuk:
70,0
Alutsista Dephan sebesar Rp11,3T
60,0
Infrastruktur ketenaga listrikan
sekitar Rp12,4 T
50,0
Infrastruktur transportasi Rp28,6T
40,0 32,9
(termasukjalan, Jembatan, KA,
Pelabuhan, dan Bandar Udara)
30,0
Infastruktur irigasi, bendungan,
penanggulangan banjir Rp7,9 T
Pembangunan air bersih Rp3,0 T
73,4
64,3
55,0
20,0
10,0
0,0
2005
2006
2007
2008
2009
2010
APBN-P APBN
60
Anggaran Infrastruktur dan Revitalisasi Industri
Triliun Rp
120.0
100.0
PU
Perhubungan
K/L Lainnya
DAK
102.7
93.9
77.4
80.0
60.0
53.3
59.1
40.0
26.1
20.0
-
2005
2006
2007
2008
Program Revitalisasi Industri
• Mengacu pada target-target KPIN (Kebijakan
Pembangunan Industri Nasional)
• Dukungan Pemerintah : fiskal (perpajakan,
kepabeanan & anggaran) dan nonfiskal
(pembiayaan, pertanahan, produksi nasional,
perdagangan, dan regulasi sektoral)
• Fokus : revitalisasi pabrik gula, semen, pupuk, dan
industri strategis
2009
2010
Pertumbuhan PDB Industri Manifaktur (%)
5
4.6
4.6
4.7
4.5
4
3.7
3.7
3.5
3
2.3
2.5
2
2005
2006
2007
2008
2009
2010
61
Kebijakan Belanja Hibah
Menampung hibah kepada pemerintah daerah yang
diperuntukkan untuk:
1.Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) Project.
2.Basic Education Capacity Trust Fund.
3.Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.
KEBIJAKAN BANTUAN SOSIAL
Memprioritaskan alokasi
anggaran untuk
kesinambungan
program/kegiatan prioritas
kesejahteraan rakyat (BOS,
PKH, PNPM, Askeskin/
Jamkesmas),
Mengalokasikan anggaran
untuk penanggulangan
bencana, dan
Mempertimbangkan
realokasi tunjangan
profesi Guru ke DAU
sebesar Rp8,85 T.
Bantuan Sosial
(Rp Triliun)
90,0
77,9
80,0
69,6
70,0
57,7
60,0
49,8
50,0
40,7
40,0
30,0
24,9
20,0
10,0
0,0
2005
2006
2007
2008
2009
APBN-P
2010
APBN
63
Redesign Kebijakan Subsidi
Subsidi harga
Salah sasaran
Terjadi distorsi
APBN menjadi vulnerable terhadap
guncangan (shock) dari luar
Targeted subsidy
(Subsidi yang tepat sasaran)
Accountable
Tepat sasaran dan efektif
Predictable
APBN yang stabil
158,1
157,8
2009
2010
64
Kebijakan Subsidi BBM dan Listrik Tahun 2010
Subsidi BBM
Dipertimbangkan penyesuaian harga jual eceran BBM dalam negeri
mendekati harga keekonomian dengan memperhitungkan daya beli
masyarakat dan kemampuan keuangan negara.
Pengguna BBM bersubsidi dibatasi hanya pada sektor rumah tangga,
usaha kecil, usaha perikanan, nelayan, transportasi dan pelayanan
umum.
Pendistribusian BBM bersubsidi dengan sistem tertutup dan lebih tepat
sasaran.
Subsidi Listrik
Pengendalian subsidi listrik secara bertahap melalui penyesuaian TDL
hingga mendekati Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik.
Penurunan BPP tenaga listrik, melalui:
Melaksanakan tepat waktu untuk proyek 10.000 MW dan menurunkan
kontribusi pembangkit dengan menggunakan BBM.
Optimalisasi penggunaan gas, penggantian High Speed Diesel (HSD)
menjadi Marine Fuel Oil (MFO).
65
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (1)
66
Kebijakan Belanja Lain-Lai
Menampung dana cadangan resiko fiskal, dana
cadangan beras Pemerintah, dana cadangan untuk
sarana dan prasarana konversi energi.
Melanjutkan revitalisasi kakao.
Menampung penyertaan modal dan kontribusi
kepada lembaga Internasional.
Operasional TVRI.
Operasional RRI.
AKURASI PENDATAAN RTS SUBSIDI PERTANIAN
Peningkatan Efektivitas Subsidi Pertanian, menerapkan sistem “targeted subsidy”
langsung kepada petani
BPS telah menyelesaikan Pendataan Usaha Tani (PUT) 2009 untuk petani padi,
jagung , kedele, dan tebu
Diperoleh data : 17,83 juta usaha tani padi, jagung, kedele, tebu; terdiri dari
14,99 juta usaha tani padi
6,71 juta usaha tani jagung
Menurut nama dan
1,16 juta usaha tani kedele
alamat
196 ribu usaha tani tebu
Subsidi pertanian (pupuk, benih, kredit) dapat disusun dan diarahkan langsung
untuk diterima petani tanpa melalui subsidi terhadap produknya.
Direncanakan 2010 akan dilakukan pilot proyek di 10 propinsi terlebih dahulu.
68
KEBIJAKAN SUBSIDI NON ENERGI (2)
Subsidi Bunga Kredit Program (2010) : Rp5,3 T
KPRsh, Rusunami, KKP-E, Risk sharing KKP-Energi, dan Imbal jasa penjaminan KUR
Kredit usaha sektor peternakan;
Kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP), dan
Resi gudang.
Subsidi Pajak (2010): Rp16,9 T
Untuk mendorong sektor-sektor prioritas (misal investasi migas).
Subsidi pajak: PPh DTP, PPN DTP, dan Bea Masuk DTP.
69
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2010
DBH (2009 Rp73,8 T 2010 Rp81,4T)
DAU (2009 Rp186,4 T 2010 Rp203,5 T) :
Triliun Rp
400
322,4
300
292,4
Mencakup 14 bidang kegiatan: Pendidikan,
Kesehatan , Jalan, Irigasi, Air Minum, Sanitasi,
Prasarana Pemerintahan, Kelautan dan
Perikanan, Pertanian, Lingkungan Hidup,
Keluarga Berencana, Kehutanan, Sarana dan
Prasarana Perdesaan, dan Perdagangan.
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (2009
Rp 24,3 T 2010 Rp16,4 T):
Otsus Papua dan NAD (2% dari DAU nasional)
Dana tambahan infrastruktur Prov Papua dan
Prov Papua Barat Rp1,4 T
Dana Penyesuaian (2009 Rp 14,7 T 2010
Rp7,3 T, a.l menampung dana tambahan
tunjangan guru PNSD Rp5,8 T dan insentif
Daerah Rp1,4 T.
309,3
253,3
DAK (2009 Rp24,8 T 2010 Rp21,3 T) :
Rasio: 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
Neto
Melanjutkan prinsip non hold harmless
Menampung tambahan untuk tunjangan
profesi guru (realokasi dari bansos K/L) Rp11,0
T
Otsus dan
Penyesuaian DAK DAU DBH
226,2
200
150,8
129,7
100
0
2004
2005
2006
2007
2008
2009 2010
APBN-P APBN
70
Kebijakan Pembiayaan Defisit Tahun 2010 (2)
Pemerintah dapat melakukan perubahan komposisi
instrumen pembiayaan utang tanpa menyebabkan
perubahan pada total pembiayaan utang tunai (SBN neto
dan pinjaman program), apabila terdapat sumber
pembiayaan yang lebih menguntungkan.
Sumber pembiayaan:
Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto Rp104,4T
Pinjaman luar negeri bruto Rp57,6 T
Pinjaman program (dari Bank Dunia, ADB, Jepang & Perancis)
Pinjaman Proyek, khususnya untuk kegiatan multi-year
Penerusan Pinjaman (SLA)