BAHAN AJAR WIDARIKA SANTI HAPSARI, M.Sc., Apt

BAHAN AJAR

  

DIURETIK

Penyusun :

  Widarika Santi Hapsari , M.Sc, Apt

  

PROGRAM STUDI FARMASI (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2016

  PENGESAHAN BUKU BAHAN AJAR PM-UMM-02-11/L1 Revisi :

  00 Tanggal : Desember 2016 Dikaji Ulang Oleh : Koordinator Rumpun Keilmuan Dosen Dikendalikan Oleh : Gugus Kendali Mutu Fakultas Disetujui Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi

  NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-11/L1 TANGGAL : Desember 2016 NO. REVISI : 00 NO. HAL : - Disiapkan Oleh Dosen Pengampu

  Widarika Santi Hapsari, M.Sc., Apt NIDN. 0618078401

Diperiksa Oleh

Koordinator Rumpun Keilmuan

  

Dosen

Widarika Santi H., M.Sc., Apt

NIDN. 0619028003

Disahkan Oleh :

  Ketua Program Studi S1 Farmasi Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt NIDN. 06207048602

  PENDAHULUAN

  Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara obat dengan makhluk hidup. Farmakologi berasal dari bahasa latin pharmakon yang berarti senyawa bioaktif dan logos yang berarti ilmu. Secara umum, farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek dan nasib obat dalam tubuh ( Nugroho, 2012).

  Obat merupakan senyawa kimia pada dosis tertentu digunaan dalam diagnosa, penanganan atau pencegahan penyakit. Ruang lingkup farmakologi meliputi ilmu kimia medisinal, farmakodinamika, farmakokinetika, farmakologi klinik dan terapi dan toksikologi ( Nugroho, 2012).

  Pada beberapa referensi, obat dapat diklasifikasikan berdasarkan sistem fisiologis tubuh yang menjadi target terapi obat maupun kesamaan efek farmakologi : a.

  Obat yang mempengaruhi sistem syaraf otonom b. Obat yang mempengaruhi sistem syaraf pusat c. Obat yang bekerja pada sistem kardiovaskular d. Obat yang bekerja pada sistem endokrin e. Analgesik dan antiinflamasi, imunosupresan dan antihistamin Kemoterapetik ( Nugroho, 2012).

  Obat yang meningkatkan volume urine disebut diuretik. Diuretik mempunyai peranan penting dalam penanganan tekanan darah tinggi. Obat golongan diuretik sering dikombinasikan dnegan obat hipertensi dari golongan lain. Obat golongan diuretik bekerja dengan menghambat transfer ion dalam ginjal ( Stringer, 2006).

  Modul ini disusun sebagai petunjuk bagi mahasiswa Program Studi DIII Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang untuk pembelajaran obat diuretik. Penyusunan modul ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu farmakologi dalam dunia farmasi.

KOMPETENSI DASAR

  Mahasiswa memahami dan mengetahui farmakologi obat diuretik

PETUNJUK PEMBELAJARAN

  Modul terdiri dari 1 kegiatan pembelajaran. Sebelum diberikan materi, disajikan pendahuluan terlebih dahulu. Selama pembelajaran akan diterangkan mengenai materi dalam modul dan mahasiswa diharapkan dan dipersilahkan untuk mencatat dan berdiskusi mengenai materi. Dosen sebagai fasilitator bertugas menyajikan materi dan menjawab pertanyan dari mahasiswa. Setelah pembelajaran akan dilakukan latihan dalam bentuk tutorial yang dilaksanakan oleh mahasiswa.

TUJUAN PEMBELAJARAN

  Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa semakin mengenal mengenai jenis dan macam obat diuretik yang digunakan dan aturan pakai serta mekanisme kerja obat tersebut. Diharapkan juga pengetahuan yang diperoleh mahasiswa dapat diaplikasikan dalam pemilihan obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita dengan memperhatikan asas kemanfaatan dan keamanan.

  KEGIATAN BELAJAR 1 OBAT DIURETIK

  Fungsi organ ginjal adalah tempat ekskresi produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pengaturan kandungan natrium dan elektrolit, dan menjaga keseimbangan asam dan basa. Diuretik merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi air dan natrium (Nugroho, 2012).

  Obat yang meningkatkan volume urine disebut diuretik. Diuretik mempunyai peranan penting dalam penanganan tekanan darah tinggi. Obat golongan diuretik sering dikombinasikan dnegan obat hipertensi dari golongan lain. Obat golongan diuretik bekerja dengan menghambat transfer ion dalam ginjal ( Stringer, 2006)

  Obat diuretik dibagi menjadi dua yaitu yang bereaksi secara langsung pada sel nefron dan yang tidak bereaksi secara langsung dengan sel nefron. Golongan pertama terdiri dari : a.

  Loop diuretik. Bekerja dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl. Obat ini termasuk paling poten. Diuretik yang masuk ke dalam golongan ini antara lain furosemid, asam etakrinat. Digunakan pada terapi hipertensi dengan gangguan ginjal dan menurunkan edem paru (Nugroho, 2012).

  b.

  Distal tubule diuretic. Bekerja dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl.

  Menyebabkan hipokalemia dan merupakan lini pertama dalam terapi hipertensi. Obat yang termasuk golongan ini antara lain klortiazid, hidroklothiazid dan metozalon (Nugroho, 2012). Diuretik Thiazid merupakan pilihan terapi pada pasien dengan fungsi ginjal kurang baik yaitu dengan Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) >30 mL/menit untuk terapi hipertensi (Sukarndar dkk, 2013). Efek samping adalah hipokalemia, hipomagnesimia, hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperglikemia, hiperlipidemia dan disfungsi seksual (Sukandar dkk, 2013).

  c.

  Diuretik hemat kalium. Efek diuresis cenderung lemah sehingga sering dikombinasikan dengan diuretik lain. Contohnya adalah spironolakton, amilorid dan triamteren (Nugroho, 2012). Diuretik ini dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium akibat penggunaan diuretik lainnya (Sukandar dkk, 2013). Diuretik ini dapat menyebabkan hiperkalemia terutama pada penderita ginjal kronik, diabetes dan pada penggunaan bersama dnegan ACEI, ARB, AINS dan suplemen kalium (Sukandar dkk, 2013).

  Obat golongan kedua yaitu : a. Diuretik osmosis. Menghambat reabsorpsi air sehingga menghasilkan efek diuresis.

  Contohnya antara lain manitol, gliserol (Nugroho, 2012).

  b.

  Carbonic anhydrase inhibitors. Bekerja pada tubulus proksimal dan menghambat reabsorpsi bikarbonat, Na, K dan air. Obat yang termasuk golongan ini adalah asetazolamid yang digunakan pada terapi glaukoma (Nugroho, 2012). Diuretik berperan dalam penatalaksanaan hipertensi, dimana dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan obat hipertensi lain ( Stringer, 2006). Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis yaitu dengan mengurangi volume plasma dan stroke volume sehingga terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah (Sukandar dkk, 2013).

  KEGIATAN BELAJAR 2 I.

DIURETIK THIAZID 1.

  Klorotiazid Kategori farmakologi : diuretik tiazid Indikasi : terapi hipertensi ringan hingga sedang, terapi tambaahn untuk edema Dosis : hipertensi : oral = 500-2000mg/hari terbagi dalam 1-2 dosis, 125-500 mg/hari (JNC VII)

  Edema : oral = 250-500 mg/hari 1-2 x sehari, IV = 500-1000 mg ditambah loop diuretik Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen tiazid Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesia, fotosensitisasi, Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, tekanan darah, fungsi ginjal, berat badan Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air. Farmakokinetik/farmakodinamik :

  Onset : oral = 2 jam, IV = 15 menit Durasi : oral = 6-12 jam, IV = 2 jam Absorpsi : oral = buruk T1/2 eliminasi : 1-2 jam Ekskresi : urine = 10%-15% (oral), 96% (IV dalam bentuk tida berubah)

2. Hidroklorotiazid

  Kategori farmakologi : diuretik tiazid Indikasi : terapi hipertensi ringan hingga sedang, terapi edema pada CHF dan nephrotic syndrome Dosis : hipertensi : oral = 12,5-50 mg/hari

  Edema : oral = 25-100 mg/hari 1-2 x sehari Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, fotosensitisasi Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, tekanan darah, fungsi ginjal, berat badan, BUN, kreatinin Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air. Farmakokinetik/farmakodinamik :

  Onset : 2 jam Durasi : 6-12 jam Absorpsi : 50%-80% T1/2 eliminasi : 5-14 jam

3. Klortalidon

  Kategori farmakologi : diuretik tiazid Indikasi : terapi hipertensi ringan hingga sedang saat digunakan tunggal maupun kombinasi, terapi edema pada kondisi CHF atau nephrotic syndrome.

  Efektif pada terapi isolated systolic hypertension pada elderly. Dosis : hipertensi : oral = 25-100mg/hari, 12,5-25 mg/hari (JNC VII)

  Edema : awal = 50-100 mg/hari Gagal jantung dengan edema : 12,5-25 mg/hari

  Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen tiazid Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, fotosensitisasi, Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, tekanan darah, fungsi ginjal, berat badan Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Durasi : 24-72 jam Absorpsi : 65% T1/2 eliminasi : 35-55 jam Ekskresi : urine 65% dalam bentuk tidak berubah 4. Metolazon

  Kategori farmakologi : diuretik tiazid Indikasi : terapi hipertensi ringan hingga sedang, terapi edema pada CHF, gangguan ginjal Dosis : hipertensi : oral = 2,5-5 mgmg/hari

  Edema : oral = 2,5-5 mg/hari Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, fotosensitisasi Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit ( K, Na, Cl, bikarbonat),fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Onset : 1 jam Durasi : 24 jam Absorpsi : - T1/2 eliminasi : 20 jam Ekskresi : urine = 80%, 5.

  Indapamid Kategori farmakologi : diuretik tiazid Indikasi : terapi hipertensi ringan hingga sedang, terapi edema pada CHF dan nephrotic syndrome Dosis : hipertensi : oral = 1,25 pada pagi dan dapat meningkat hingga 5 mg/hari Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen tiazid Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, fotosensitisasi, Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Onset : 1-2 jam Durasi : 36 jam Absorpsi : baik

  Ekskresi : urine = 60% dalam 48 jam, feses = 16%-23% II.

DIURETIK LOOP 1.

  Furosemid Kategori farmakologi : diuretik loop Indikasi : terapi edema pada CHF dan gangguan ginjal atau hati, digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi pada hipertensi Dosis : hipertensi dan edema : oral = 20-80 mg/hari dengan interval 6-8 jam, IV =

  20-40 mg/dosis Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen furosemid, sulfonilurea, pasien dengan hepatic coma Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Durasi : oral = 6-8 jam, IV = 2 jam Absorpsi : 60% T1/2 eliminasi : 0,5-1 jam Ekskresi : urine = 50% (oral ), 80% (IV) 2. Bumetanid

  Kategori farmakologi : diuretik loop Indikasi : terapi edema pada CHF dan gangguan ginjal atau hati termasuk pada nephrotic syndrome, digunakan sebagai terapi tunggal atau kombinasi pada hipertensi, dapat digunakan pada pasien dengan alergi furosemid

  Dosis : hipertensi: oral = 0,5 mg/hari Edema : oral = 0,5-2 mg/hari

  Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen bumetanid, sulfonilurea, pasien dengan hepatic coma Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air. Farmakokinetik/farmakodinamik :

  Onset : oral = 30-60 menit, IV = 2-3 menit Durasi : 4-6 jam T1/2 eliminasi : 1-1,5 jam Ekskresi : urine dalam bentuk tidak berubah 3. Asam etakrinat

  Kategori farmakologi : diuretik loop Indikasi : terapi edema pada CHF dan gangguan ginjal atau sirosis hati Dosis : edema : oral = 50-100 mg/hari dengan interval 12-24 jam, IV = 0,5-1 mg/kg/dosis anuria, mempunyai riwayat diare setelah mengkonsumsi obat ini

  Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : tekanan darah, elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Onset : oral = 30 menit, IV = 5 menit Durasi : oral = 12 jam, IV = 30 menit Absorpsi : cepat

  Ekskresi : urine dan feses = 30% - 60% dalam bentuk tidak berubah 4. Torsemid III.

DIURETIK HEMAT KALIUM 1.

  Spironolakton Kategori farmakologi : diuretik hemat kalium, antagonis aldosteron Indikasi : terapi edema yang berhubungan dnegan ekskresi aldosteron, hipertensi,

  CHF, hipokalemia, sirosis yang berhubungan dengan edema Dosis : edema : 25-200 mg/hari dengan 1-2 dosis terbagi

  Hipertensi : 25-200 mg/hari dengan 1-2 dosis terbagi Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen spironolakton, pasien dengan anuria, hiperkalemia, wanita hamil Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperurisemia Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : tekanan darah, elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : berkompetensi dengan aldosteron pada tubulus distal, menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan Farmakokinetik/farmakodinamik :

  Durasi : 2-3 hari T1/2 eliminasi : 78-84 menit Ekskresi : urine dan feses 2. Amilorid

  Kategori farmakologi : diuretik hemat kalium Indikasi : terapi hipertensi pada kondisi hipokalemia karena penggunaan diuretik lainnya termasuk CHF, sirosis, hipoaldosteron, Dosis : hipertensi : 5-10 mg/hari dengan 1-2 dosis terbagi Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen amilorid, pasien yang mendapat spironolakton atau triamteren, atau suplemen kalium

  Peringatan : hati hati pada gangguan hati dan ginjal, hati hati pada pasien diabetes, jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : tekanan darah, elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air. Farmakokinetik/farmakodinamik :

  Onset : 2 jam Durasi : 24 jam Absorpsi : 15%-25% T1/2 eliminasi : 6-9jam Ekskresi : urine dan feses dalam bentuk tidak berubah 3. Triamteren

  Kategori farmakologi : diuretik hemat kalium Indikasi : terapi edema dan hipertensi bersama dengan antihipertensi lain Dosis : edema dan hipertensi: 100-300 mg/hari dalam 1-2 dosis terbagi Kontraindikasi : hipersensitif dengan komponen triamteren, pasien yang mendapat spironolakton atau triamteren, atau suplemen kalium Efek samping : hiperkalemia jangan gunakan pada wanita hamil dan menyusui Monitoring : tekanan darah, elektrolit, fungsi ginjal Mekanisme aksi : menghambat reabsorpsi klorida dan natrium di tubulus distal sehingga menyebabkan peningkatan ekskresi Na, Cl dan air.

  Farmakokinetik/farmakodinamik : Onset : 2-4 jam Durasi : 7-9 jam

DAFTAR PUSTAKA

  Lacy, C.F., Armstrong,L.L., Goldmann,M.P., Lance,L.L., 2009, Drug Information

  Handbook, Lexi-Comp

  Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi, Obat-Obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu

  Farmasi dan Dunia Kesehatan

  , Pustaka Pelajar, Yogyakarta Stringer, J.L., 2006, Konsep Dasar Farmakologi, Panduan untuk Mahasiswa, EGC,

  Jakarta Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar, 2013,

  ISO Farmakoterapi Buku 1,

  ISFI Penerbitan, Jakarta