BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2. 1. Sejarah Desa Tiga lingga - Kompetisi Sepak Bola Antar Kampung Di Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

  BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2. 1. Sejarah Desa Tiga lingga Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan yang oleh penguasa Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini

  meliputi lima kecamatan yakni Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupen Manik, dan Lau Juhar. Dinamai Karo Kampung karena kebudayaannya memang Karo dan kawasan ini merupakan wilayah Karo yang masuk wilayah Dairi akibat demarkasi atau batas pemisah, biasanya ditetapkan oleh pihak yang sedang berperang (bersengketa) oleh Belanda.

  Pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat bahwa Raja Sisisngamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di Daerah Dairi, karena wilayah Bakkara dan wilayah Toba pada umumnya telah dibakar habis dan dikuasai oleh Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan lagi untuk bertahan dan meneruskan perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke Dairi, beliau wafat pada tanggal 17 Juni 1907 di Ambalo Sienem Koden yang ditembak atas perintah komandan Batalion Marsuse Belanda, Kapten Cristofel.

  Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et Impera, maka nilai-nilai, pola dan struktur Pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada system dan pembagian wilayah Kerajaan Belanda, maka Dairi saat ini ditetapkan pada suatu Onder Afdeling yang dipimpin seorang Cotroleur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh seorang Demang dari penduduk Pribumi/Bumi Putra. Kedua pejabat tersebut dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen.

  Pemerintah Dairi landen adalah sebagian dari wilayah Pemerintahan Afdeling Batak Landen yang dipimpin Asisten Residen Batak Landen yang berpusat di Tarutung. Sistem ini berlaku sejak dimulainya perjuangan pahlawan Raja Sisingamangaraja XII dan berlaku juga sampai penyerahan Belanda atas penduduk Nippon (Jepang) pada tahun 1942. Pada masa itu pemerintahan Jepang di Dairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan Sidikalang sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti dan para pemuda dipaksa masuk Heiho dan Giugun untuk bertempur melawan Militer Sekutu.

  Setelah kemerdekaan diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, maka

  pasal 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya Undang-Undang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah, sehingga sebelum Undang-Undang tersebut dibentuk oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal

  19 Agustus 1945 menetapkan Daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan) Propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur.

  Daerah Propinsi dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai seorang Residen. Gubernur dan Residen dibantu ileh Komite Nasional Daerah.

  Pada masa Agresi Militer I, Belanda berhasil menduduki wilayah Sumatera Timur yakni Sidikalang, Sumbul, Kerajaan, Salak, Tigalingga, dan Tanah Pinem. Disamping itu terjadi juga perjuangan pembentukan daerah otonom yang mengakibatkan Dairi terdiri dari beberapa kecamatan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat

  II Dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 Januari 1964, maka wilayah

  Kabupaten Dairi pada saat pembentukannya terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan yaitu:

  1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang;

  2. Kecamatan Sumbul, ibukotanya Sumbul;

  3. Kecamatan Tigalingga, ibukotanya Tigalingga;

  4. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kutabuluh;

  5. Kecamatan Salak, ibukotanya Salak;

  6. Kecamatan Kerajaan, ibukotanya Sukarame;

  7. Kecamatan Silima Pungga-Pungga, ibukotanya Parongil;

  8. Kecamatan Siempat Nempu, ibukotanya Bunturaja; Berdasarkan peraturan pemerintah wilayah Tigalingga, terdiri dari :

  1. Kecamatan Tigalingga;

  2. Kecamatan Tanah Pinem;

  3. Kecamatan Silima Pungga-Pungga;

  4. Kecamatan Siempat Nempu;

  5. Perw. Kecamatan Siempat Nempu Hulu;

  6. Perw. Kecamatan Siempat Nempu Hilir;

  7. Perw. Kecamatan Pegagan Hilir; Kecamatan Tigalingga dahulunya merupakan wilayah Karo dan bisa dikatakan sejak lama menjadi model bagi Dairi dalam hal pertanian. Sejak bersentuhan dengan teknologi pertanian di masa Hindia Belanda, Karo telah menjadi sentra agribisnis utama di Sumatera bahkan di Indonesia. Luas

  2 Kecamatan Tigalingga adalah 197 Km yang terdiri dari 14desa dan 1 kelurahan,

  yaitu Lau Sireme, Lau Mel, Lau Bagot, Sukandebi, Lau Molgap, Lau Pakpak,

  Palding, Bertungen Julu, Palding Jaya Sumbul, Sarintonu, Juma Gerat, Ujung Teran dan Sumbul Tengah serta Tigalingga. Kecamatan Tigalingga merupakan Kecamatan Induk dari Kecamatan Gunung Sitember yang dulunya merupakan satu Kecamatan.

2.2. Letak dan Kondisi Geografis

  2 Luas kecamatan Tigalingga adalah 197 Km , yang terdiri dari 14 desa. o o

  Kecamatan Tigalingga terletak antara Lintang Utara : 98 00 – 98 30 dan Bujur

  o o

  Timur : 2 15 – 3

  00. Jarak antara kantor Kecamatan Tigalingga dengan Kantor Bupati adalah 28Km.

  Adapun batas-batas Kecamatan Tigalingga secara administratif sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Sitember Sebelah Selatan : Kecamatan Pegagan Hilir Sebelah Barat : Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Gunung Sitember.

  Kecamatan Tigalingga dengan Kota Sidikalang dapat ditempuh selama 50 menit dengan menggunakan angkutan umum yang berjarak 45 Km. Dan Kecamatan Tigalingga berjarak 316 Km dari Kota Medan dan dapat ditempuh selama 6 jam dengan menggunakan angkutan umum.

2.3. Keadaan Alam

  14 97 1.300

  11 Lau sireme - 2.145 34 221 2.400

  86 47 200

  67

  10 Tigalingga -

  36 25 600

  9 Lau bagot 60 479

  8 Sukandebi - 1.959 16 125 2.100

  7 Laumolgap - 1.347 25 128 1.500

  20 28 500

  6 Bertungenjulu - 452

  2.3.1. Iklim Kecamatan Tigalingga berhawa dingin. Kecamatan Tigalingga yang berjarak hanya sekitar 45 Km dari Kota Sidikalang memiliki kesamaan iklim yang dingin. Kecamatan Tigalingga mengalami dua kali pertukaran musim sepanjang tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan September sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai bulan Agustus.

  2.3.2. Keadaan Tanah Kecamatan Tigalingga berada pada ketinggian 500 sampai dengan 700 m diatas permukaan laut. Pada umumnya penggunaan tanah yang ada di Kecamatan

  4 Jumagerat 52 2.822 22 604 3.500

  20 34 1.200

  3 Sarintonu 76 1.070

  8 37 1.200

  2 Ujung teran 40 1.115

  1 Sumbul tengah 40 1.288 10 162 1.500

  Bangunan/pekarangan Lainnya Jumlah

  No Desa Tanah sawah Tanah kering

  

Tabel 1: Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah

  Tigalingga ini adalah tanah kering. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan Tigalingga umumnya memilih penggunaan tanah kering dibandingkan dengan tanah sawah, atau penggunaan sebagai bangunan. Adapun luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dan desa di Kecamatan Tigalingga dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  5 Palding - 1.189

  • 12 Lau mil 332

  34 34 400

  • 13 Lau pak-pak 2.314

  12 174 2.500

  • 14 Palding jaya 734

  10 56 800 Jumlah 268 17.313 347 1.772 19.700

  Sumber :kepala Desa Se Kecamatan Tigalingga Dari tabel dapat dilihat perbandingan penggunaan tanah kering sangat dominan dibandingkan dengan penggunaan tanah sawah atau bangunan.

  Penggunaan tanah kering menjadi sangat dominan di masyarakat Kecamatan Tigalingga karena pada umumnya masyarakat Tigalingga melakukan aktivitas berkebun atau berladang.

  Penggunaan tanah yang paling luas di Kecamatan Tigalingga adalah untuk tanah ladang. Tanah yang dipergunakan untuk perladangan yang ada di Kecamatan Tigalingga seluas 17.313 ha. Sebagian besar tanah perladangan ditanami dengan tanaman seperti: durian, cokelat, dan kopi.

2.4. Pola Pemukiman

  Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapatmerupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempattinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan danpenghidupan.Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggalmenetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.

  Desa di Indonesia terbentuk dari pembukaan lahan untuk pertanianyang dilakukan oleh individu atau sekelompok yang akhirnya menetap. Di Kecamatan Tigalingga, pemukiman desa dihuni oleh orang – orang yang seketurunan. Mereka memiliki nenek moyang yang sama, yaitu para cikal bakal pendiri desa tersebut. Penduduk Kecamatan Tigalingga terdiri dari

  5.512 kk, dengan jumlah penduduk seluruhnya 21.444 jiwa yang terdiri dari 10.582 jiwa laki-laki dan10.862 jiwa perempuan. Rumah-rumah yang ada di kecamatan ini umumnya memanjang dan yang lainnya menyebar tidak teratur mengikuti jalan kecil.

  Jenis jalan umum yang terdapat di Kecamatan Tigalingga adalah jalan aspal. Jenis jalan ini dapat ditemukan mulai dari kota Sidikalang sampai dengan Kecamatan Tigalingga. Kualitas jalan yang terdapat tidak begitu bagus karena sebagian besar jalan sudah rusak dan berlubang. Hal ini disebabkan karena jalan umum ini sudah lama tidak diperbaiki.

  Disekitar jalan umum yang terdapat di Kecamatan Tigalingga dapat dilihat perumahan penduduk. Perumahan penduduk masyarakat umumnya bersifat semi permanen, rumah penduduk umumnya terbuat dari papan dan memiliki pondasi yang terbuat dari semen, rumah penduduk juga membuat atap rumah mereka dari seng aluminium. Adapun rumah penduduk yang bersifat gedung berada di pusat kecamatan yang berada dekat dengan pusat pemerintahan dan pasar

  Hasil kebun yang dimiliki oleh masyarakat akan dijual di pasar dan akan diperjual belikan oleh masyarakat yang ada di pasar. Puncak pasar di Kecamatan Tigalingga ada pada hari Rabu setiap minggu. Masyarakat yang berinteraksi di pasar berasal dari berbagai daerah yang ada di sekitar Kecamatan Tigalingga.

  Masyarakat berasal dari berbagai daerah baik itu dari Kota Sidikalang maupun desa-desa lain yang berada dekat dengan Kecamatan Tigalingga. Masyarakat ramai berada di pasar karena puncak pasar hanya sekali dalam seminggu, hal ini mengakibatkan masyarakat harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang besar supaya cukup sampai dengan puncak pasar berikutnya.

  Disekitar pasar terdapat pusat pemerintahan seperti kantor camat, puskesmas dan juga kantor polisi. Pusat pemerintahan yang paling dekat dengan pasar adalah kantor polisi, karena di pasar terdapat interaksi masyarakat dalam jumlah yang besar yang sangat rentan dengan perselisihan paham. Kantor camat dan juga puskesmas berada dekat dengan kantor polisi. Kantor pusat pemerintahan ini berada saling berdekatan supaya masyarakat tidak kesulitan dalam mengurus sesuatu yang berkaitan dengan ketiga kantor pusat pemerintahan tersebut.

  Selain dari kantor pusat pemerintahan terdapat juga sekolah di Kecamatan Tigalingga. Tingkatan sekolah yang ada adalah SD, SLTP, SMA. Seluruh sekolah yang ada merupakan sekolah negeri dan tidak terdapat sekolah swasta di kecamatan ini dan lokasi sekolah tidak berada jauh dari pusat pemerintahan. Jenis bangunan dari seluruh sekolah sudah bersifat gedung dan telah menggunakan sistem belajar yang berbasis kompetensi. Siswa dari seluruh sekolah umumnya berasal dari Kecamatan Tigalingga. Sekolah yang memiliki siswa berasal dari daerah lain adalah SMA, karena SMA tidak terdapat di seluruh desa yang ada di sekitar Kecamatan Tigalingga.

  Masyarakat di Kecamatan Tigalingga hanya menganut dua agama saja yaitu Kristen dan Islam. Mayoritas agama yang dianut masyarakat adalah agama Kristen. Hal ini dapat dilihat dari jumlah sarana ibadah, terdapat dua gereja dan 1 mesjid. Jenis bangunan dari sarana ibadah tersebut adalah gedung yang besar seperti gedung sarana ibadah pada umumnya.

  Jumlah lapangan sepakbola di Kecamatan Tigalingga adalah dua, lapangan sepakbola berada dekat dengan salah satu sarana ibadah dan dekat dengan gedung sekolah SMA. Lapangan sepakbola merupakan sarana multifungsi bagi masyarakat, karena lapangan sepakbola ini dapat digunakan untuk berbagai macam kegiatan masyarakat selain dari fungsi utamanya sebagai lapangan sepakbola. Lapangan sepakbola sering digunakan masyarakat sebagi tempat untuk melakukan pesta pernikahan, pesta tahunan, pelaksanaan upacara bendera pada saat Hari Kemerdekaan 17 Agustus, dan lapangan sepakbola juga merupakan tempat untuk kampanye politik. Akibat dari multifungsi lapangan sepakbola ini maka kondisi lapangan sepakbola kurang begitu baik untuk dijadikan sebagai lapangan untuk bermain sepakbola. Karena kondisi lapangan yang sebagian besar sudah menjadi tanah dan tidak lagi ditumbuhi rumput, selain itu kondisi lapangan yang berlubang juga membuat lapangan sebenarnya kurang layak dijadikan lapangan sepakbola.

  Berikut adalah sketsa pola pemukiman di Kecamatan Tigalingga,

  Dengan pola pemukiman yang memadai, perkembangan olahraga di kecamatan Tigalinggamenjadikannya sebagai salah satu kecamatan yang berkembang dengan sangat baik. Dengan adanya lapangan yang cukup luas yang mendukung terlaksananya aktivitas masyarakat, masyarakat cukup antusias untuk memenuhi lapangan yang biasanya dipakai untuk pertandingan – pertandingan olahraga khususnya sepakbola. Lapangan ini kemudian dapat digunakan sebagai tempat untuk berolahraga seperti lari, naik sepeda, raket, bola voli, bola basket dan lain – lain. Di Kecamatan Tigalingga terdapat dua lapangan sepakbola, satu lapangan futsal, satu lapangan bulutangkis, dua lapangan bola voli, satu lapangan bola basket.

  7 Lau molgap

  58 41 291 390 Jumlah 627 1.000 3.851 5.478

  14 Palding jaya

  17 48 218 283

  13 Lau pakpak

  12 Lau mil 56 169 237 462

  11 Lau siereme 67 104 415 586

  10 Tigalingga 112 40 175 327

  64 89 404 557

  9 Lau bagot

  46 82 304 432

  8 Suka ndebi

  17 41 158 216

  31 88 248 367

  Bentuk rumah pada umumnya berbentuk empat persegi panjang dengan luas yang beraneka ragam. Masing-masing rumah bervariasi, ada yang beratap seng, semi permanen, permanen, namun ada juga yang sudah gedung bertingkat. Klasifikasi rumah berdasarkan bangunan fisik yaitu:

  6 Bertungen julu

  43 47 281 371

  5 Palding

  28 46 390 464

  4 Juma gerat

  32 63 326 421

  3 Sarintonu

  25 74 225 324

  2 Ujung teran

  31 68 179 278

  1 Sumbul tengah

  No Desa Permanen Semi permanen Darurat Jumlah

  

Tabel 2: Pola Pemukiman Penduduk

  Sumber: kepala Desa Se Kecamatan Tigalingga

  Data pada tabel 2 dapat dilihat masyarakat di Kecamatan Tigalingga tidak mengutamakan kebutuhan mereka kepada bangunan rumah yang mewah.

  Masyarakat di desa ini lebih mengutamakan kebutuhan akan lahan pertanian sebagai mata pencaharian hidup dan pendidikan anak-anak.

  2.4.1. Sarana Jalan dan Transportasi Untuk menuju lokasi penelitian ini, tersedia banyak bus penumpang umum yang bisa ditumpangi dari stasiun bus di Padang Bulan Medan. Bus itu adalah

  Dairi Transport (Datra), Sampri, P.A.S. Dengan menggunakan bus ini dari Medan akan sampai di terminal Kota Sidikalang. Dari terminal Kota Sidikalang menggunakan bus Milja yang menuju Kecamatan Tigalingga. Bus yang langsung menuju Kecamatan Tigalingga dari kota Medan adalah Dairi Transport (Datra), Sampri, dan P.A.S.

  Kondisi jalan menuju Kecamatan Tigalingga sudah baik (sudah diaspal). Pejalanan dengan menggunakan bus dari Kota Medan akan menempuh waktu selama enam jam perjalanan. Perjalanan dari Kota Sidikalang akan menempuh waktu satu jam menuju Kecamatan Tigalingga. Dengan adanya sarana jalan yang memadai maka semakin meningkat juga jumlah variasi jenis kendaraan bermotor yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat sekarang banyak yang sudah memiliki kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. Dengan begitu maka untuk mendapatkan income maka masyarakat menggunakan roda empat sebagai angkutan masyarakat pergi keluar dan masuk ke Kecamatan Tigalingga.

  2.4.2. Media Massa dan Sarana Kesehatan Ketersediaan media massa di Kecamatan Tigalingga sudah cukup baik.

  Hal ini ditandai dengan sudah banyak ditemukan masyarakat yang memiliki televisi dan tape di rumah masing-masing. Media massa yang juga ada di Kecamatan Tigalingga juga sudah banyak menggunakan internet atau dengan mengadakan warung internet (warnet). Keadaan jalan yang sudah membaik membantu masyarakat Kecamatan Tigalingga yang kebanyakan mempunyai ladang menjadi mudah dalam penjualan hasil bumi ke Kota Sidikalang. Selain itu informasi melalui media cetak juga tidak ketinggalan di Kecamatan Tigalingga karena setiap pagi dapat ditemui koran dari berbagai percetakan ada di warung- warung yang ada di Kecamatan Tigalingga.

  Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tigalingga juga sudah bisa dikatakan baik. Hal ini dikarenakan di dalam setiap desa yang ada di Kecamatan Tigalingga memiliki satu puskemas pembantu, dan memiliki dua posyandu di dalam tiap-tiap desa yang ada di kecamatan. Selain melakukan pengobatan secara medis, masyarakat di dalam Kecamatan Tigalingga juga melakukan pengobatan secara tradisional dengan menggunakan ramuan obat Karo seperti: minyak urut, kuning, tawar, sembur, dan oukup.

  Dalam bidang kesehatan Kecamatan Tigalingga hanya memiliki 1 puskesmas yang berada di Desa Lau Bagot. Sedangkan desa lain hanya memiliki Puskesmas Pembantu (Pustu). Kemudian Kecamatan Tigalingga mengadakan program dengan membuat posyandu ada di setiap desa. Program ini wajib karena berhubungan dengan balita yang berpengaruh terhadap masa depan dari sumber daya manusia di Kecamatan Tigalingga. Rumah sakit umum hanya terdapat di Kota Sidikalang yang berjarak 45 Km ditempuh selama 45 menit dengan menggunakan kendaraan umum. Keterbatasan puskesmas dan puskesmas pembantu yang ada di setiap desa di dalam kecamatan tidak menjadi penghalang bagi masyarakat untuk pergi ke rumah sakti umum karena jarak antara rumah sakit dan Kecamatan Tigalingga tidak lah begitu jauh.

2.5. Penduduk

  Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kecamatan Tigalingga Tahun 2012 adalah 21.444 jiwa dan terdiri dari 5.512 rumah tangga. Dengan perincian laki-laki sebanyak

  10.852 jiwa dan perempuan sebanyak 10.862 jiwa. Kepadatan penduduk di kecamatan ini adalah 109 jiwa/Km

  2

  dan rata-rata anggota rumah tangga adalah 4 orang. Dan di Kecamatan Tigalingga tidak ada terdapat warga negara asing.

  

Tabel 3: Komposisi Penduduk Kecamatan Tigalingga Berdasarkan Usia

  No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 1 0-4 1.252 1.216 2.468 2 5-9 1.384 1.290 2.674 3 10-14 1.354 1.279 2.633 4 15-19 960 810 1.770 5 20-24 646 500 1.146 6 25-29 746 714 1.460 7 30-34 733 717 1.450 8 35-39 622 665 1.287 9 40-44 644 697 1.341

  10 45-49 569 681 1.250 11 50-54 508 631 1.139 12 55-59 426 552 978 13 60-64 291 351 642 14 65-69 198 289 487 15 70-74 112 179 291 16 75+ 137 291 428

  Jumlah 10.582 10.862 21.444 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga.

  

Tabel 4: Komposisi Penduduk Bedasarkan Sarana Ibadah Agama Dan Desa

  7

  Islam. Perincian jumlah penganut agama tersebut adalah dilihat dari banyaknya sarana ibadah yang ada di setiap desa. Jumlah penduduk yang lebih banyak di Kecamatan Tigalingga adalah penganut Agama Kristen karena memiliki 84 sarana ibadah di dalam kecamatan. Dan disusul oleh Agama Islam yang memiliki 15 sarana ibadah yang ada di dalam kecamatan ini. Sedangkan sarana ibadah kuil dan wihara tidak ada di dalam Kecamatan Tigalingga.

  99 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Data penduduk Kecamata Tigalingga menganut 2 agama yaitu Kristen dan

  6 Jumlah 15 - 84 - -

  14 Palding jaya 2 - 4 - -

  6

  13 Lau pakpak - - 6 - -

  9

  12 Lau mil - - 9 - -

  7

  11 Lau siereme 2 - 5 - -

  2

  10 Tigalingga - - 2 - -

  10

  9 Lau bagot 1 - 9 - -

  8 Suka ndebi 1 - 6 - -

  No Desa Mesjid Muholla Gereja Kuil Wihara Jumlah

  6

  7 Lau molgap - - 6 - -

  9

  6 Bertungen julu 1 - 8 - -

  4

  5 Palding 1 - 3 - -

  11

  4 Juma gerat 3 - 8 - -

  8

  3 Sarintonu 1 - 7 - -

  6

  2 Ujung teran 3 - 3 - -

  8

  1 Sumbul tengah - - 8 - -

  Kecamatan Tigalingga memiliki agama yang berbeda-beda tetapi itu bukanlah merupakan suatu halangan atau hambatan bagi masyarakat dalam bersosialisi. Masyarakat sadar bahwa perbedaan agama bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan apalagi menjadi pemicu konflik di dalam lingkungan bermasyarakat. Masyarakat bebas memeluk suatu agama dan itu menjadi pedoman bagi masyarakat di Kecamatan Tigalingga sehingga masyarakat saling menghargai satu dengan yang lain.

  Toleransi antar umat beragama di dalam masyarakat dapat dilihat pada hari-hari besar agama. Pada saat suasana Natal, hari Lebaran, dan pada saat Tahun baru seluruh masyarakat saling bersilaturahmi antar sesama umat beragama tanpa melihat agama apa yang dianut. Selain itu masyarakat juga saling menghargai dan membantu antar sesama umat beragama dalam menjalankan hari besar agama masing-masing baik itu Agama Kristen dan Agama Islam.

  7 Lau molgap 21 893

  12 Lau mil 40 202

  53 41 2.520

  11 Lau siereme 381 849 1.197

  21 15 1.237

  10 Tigalingga 37 383 782

  9 Lau bagot 47 1.440 355 174 126 2.142

  8 Suka ndebi 75 1.275 498 73 - 1.921

  31 13 996

  38

  6 Bertungen julu 66 422 558 445 8 1.501

  Dalam bidang keagamaan didukung dengan 84 gereja dari setiap desa yang ada di Kecamatan Tigalingga. Dan ada 15 mesjid dari setiap desa yang ada di dalam kecamatan. Perbandingan gereja yang ada di Kecamatan Tigalingga adalah lebih banyak gereja HKBP dengan GBKP dibandingkan gerja lain seperti gereja Katolik dan gereja pentakosta. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kecamatan Tigalingga ini di dominasi oleh masyarakat suku bangsa Batak Toba dengan suku bangsa Batak Karo.

  5 Palding 87 237 789 128 67 1.308

  4 Juma gerat 563 457 435 345 28 1.828

  33 28 1.616

  3 Sarintonu 202 276 1.077

  19 27 1.543

  2 Ujung teran 503 312 682

  37 23 1.303

  1 Sumbul tengah 208 867 168

  No Desa Pak- pak Toba Karo Simalungun Lainnya Jumlah

  Tabel 5: Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

  27 26 - 2.114

  13 Lau pakpak 25 1.119

  16

  35 9 1.204

  14 Palding jaya 100 276 989 149 7 `1.521 Jumlah 2.355 10.827 7.611 1.569 392 22.754

  Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Penduduk Kecamatan Tigalingga mayoritas adalah suku bangsa Batak Toba. Selain itu suku bangsa Batak Karo juga banyak terdapat di kecamatan ini.

  Kecamatan Tigalingga memiliki suku bangsa yang beragam karena banyak terdapat suku bangsa yang berbeda. Bahasa yang sering digunakan di Kecamatan Tigalingga ini adalah bahasa Toba dan bahasa Karo. Hal menarik yang terdapat di Kecamatan Tigalingga ini adalah masyarakat mengerti dua bahasa yaitu bahasa Toba dan bahasa Karo. Masyarakat Batak Toba yang berbicara bahasa Toba akan dibalas dengan bahasa Karo oleh Masyarakat Batak Karo begitu juga dengan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kecamatan Tigalingga ini memiliki rasa sosialisasi yang tinggi antar sesama suku bangsa yang berbeda.

  Tabel 6: Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahrian

  No Desa Pertanian Industri PNS dan Lainnya Jumlah ABRI

  5 12 1.086 tengah

  • 1 Sumbul 1.069

  2 Ujung teran 898

  8 20 - 926

  3 Sarintonu 691

  6 9 706 -

  13 28 543

  • 4 Juma gerat 502

  5 Palding 898

  21

  5 6 930

  10 16 1.075 julu

  • 6 Bertungen 1.049

  7 Lau molgap 852

  6 15 - 873

  8 Suka ndebi 1.349

  16 22 1.387 -

  9 Lau bagot 1.399

  91

  67 10 1.567

  10 Tigalingga 672

  98

  71 9 850

  11 Lau siereme 3.018

  33

  43 7 3.101

  12 Lau mil 688 19 - 29 736

  10 11 1.372

  • 13 Lau pakpak 1.651

  32 23 1.109

  • 14 Palding jaya 1.054
Jumlah 15.490 368 371 32 16.261 Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Mata pencahrian utama di Kecamatan Tigalingga adalah sebagai petani.

  Selain petani mata pencahrian lain yang ada di kecamatan ini adalah sebagai wiraswasta atau bekerja sebagai PNS dan ABRI. Selain itu masyarakat ada yang berdagang tapi itu biasanya dilakukan pada saat hari tertentu seperti hari Rabu, karena puncak pasar yang ada di Kecamatan Tigalingga ada pada hari Rabu dan disituah para masyarakat berkumpul untuk saling bersosialisai.

  8 Suka ndebi 215 150 365

  Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tigalingga Tabel menunjukkan bahwa Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat

  14 Palding jaya 142 101 299 Jumlah 2.108 1.978 4.086

  13 Lau pakpak 113 186 341

  12 Lau mil 168 173 268

  11 Lau siereme 136 132 246

  10 Tigalingga 123 123 265

  9 Lau bagot 127 138 265

  7 Lau molgap 117 192 309

  

Tabel 7: Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

  6 Bertungen julu 130 148 278

  5 Palding 119 89 208

  4 Juma gerat 231 129 360

  3 Sarintonu 188 156 344

  2 Ujung teran 184 151 335

  1 Sumbul tengah 115 110 225

  No Desa Sekolah Tidak Sekolah Jumlah

  Pendidikan masih seimbang jumlahnya antara masyarakat yang sekolah dengan masyarakat yang tidak sekolah atau putus sekolah. Ini menandakan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih minim setelah dilihat dari tabel. Tapi pada saat sekarang ini tingkat kesadaran masyarakat akan penting nya pendidikan sudah meningkat, karena dapat dilihat semkin banyaknya masyarakat dari Kecamatan Tigalingga mengikuti kuliah di luar kota seperti Kota Medan.

  Banyaknya jumlah masyarakat yang tidak sekolah kemungkinan besar diakibatkan oleh kurang nya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kebiasaan itu semakin pudar karena pemikiran masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya pendidikan untuk masa depan bagi anak-anak mereka atau generasi penerus bangsa.

  Kecamatan Tigalingga dalam hal pendidikan telah memiliki sekolah dasar yang menjadi salah satu program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun.

  Kecamatan Tigalingga memiliki 25 sekolah dasar dari setiap desa yang ada. Data dari dinas pendidikan dan pengajaran hanya ada 1 desa yang tidak memiliki sekolah dasar yaitu Desa Palding. Berbeda dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Kecamatan Tigalingga hanya memiliki 3 gedung sekolah. Yang berada di Desa Lau Sireme, Lau Pak-pak, dan Desa Lau Bagot. Sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) hanya ada 1 gedung sekolah saja yang berada di Desa Lau Bagot.

2.6. Unsur-Unsur Kebudayaan

  Adapun tujuh unsur kebudayaan di Kecamatan Tigalingga adalah: 1. Sistem Religi

  Masyarakat Kecamatan Tigalingga menganut dua agama yaitu agama Kristen dan agama Islam. Masing-masing agama menjalankan ajaran agama masing- masing dengan baik tanpa ada gangguan. Kedua agama di Kecamatan ini saling menjaga kerukunan antar umat beragama. Masyarakat yang beragama Islam membentuk kegitatan perwiridan kaum bapak, kaum ibu, dan kaum muda-mudi.

  Masyarakat yang beragama Kristen juga membentuk kegiatan kebaktian keluarga, pendalaman Alkitab, dan doa syafaat.

  Kegiatan kerohanian yang ada di Kecamatan Tigalingga dilakukan setiap minggu secara rutin. Kegiatan kerohanian ini dilakukan terpisah antara kaum bapak dengan kaum muda-mudi, ini dilakukan suapaya kegiatan rohani yang dilakukan rutin setiap minggu tidak jenuh atau membosankan jadi kegiatan rohani disesuaikan dengan kategori tertentu. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan

  Masyarakat Kecamatan Tigalingga memiliki sistem organisasi dan kemasyarakatan di dalam lingkungan seperti organisasi Pemuda Pancasila.

  Organisasi ini merupakan salah satu organisasi yang digerakkan oleh pemuda kecamatan. Organisasi ini mempunyai beberapa kegiatan di dalam masyarakat, seperti melakukan kegiatan-kegiatan yang positif yang tujuannya diutamakan terhadap para pemuda. Salah satu kegiatan yang diadakan oleh organisai Pemuda Pancasila adalah dengan mengadakan kompetisi sepakbola antar kampung yang ada di Kecamatan Tigalingga. Kegiatan ini memang ditujukan bagi para pemuda, kegiatan ini diharapkan nantinya bisa menjalin kekompakan antar sesama pemuda yang ada di Kecamatan Tigalingga.

  Kegiatan organisasi ini sudah lama diselenggarakan. Kegiatan ini merupakan sudah menjadi salah satu kegiatan rutin di dalam Kecamatan Tigalingga. Kegiatan ini biasanya diadakan pada saat-saat tertentu seperti penyambutan perayaan hari raya Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus setiap tahunnya dan sudah menjadi salah satu kegiatan yang wajib diadakan oleh organisasi ini.

  3. Sistem Ilmu Pengetahuan Masyarakat Kecamatana Tigalingga dalam bidang pendidikan memanfaatkan sekolah yang ada di setiap desa yang ada di kecamtan. Wajib belajar 9 tahun yang telah ditetapkan pemerintah dapat dilaksanakan oleh masyarakat Kecamtan Tigalingga karena sudah memiliki sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama. Sedangkan untuk perguruan tinggi masyarakat Kecamatan Tigalingga dapat melanjutkan pendidikan ke ibukota provinsi dan ibukota kabupaten.

  Dalam bidang ilmu pengetahuan kesehatan, masyarakat Kecamatan Tigalingga melakukan upaya dengan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang merupakan pengetahuan masyarakat adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan obat-obat tradisional karo. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih ada orang pintar dalam membuat obat tradisional karo di Kecamatan Tigalingga, seperti minyak kem-kem dan minak alun. Obat tradisional karo yang dihasilkan ini biasanya diproduksi dalam bentuk minyak urut. Obat tradisional karo ini juga telah banyak dipasarkan ke masyarakat luas sebagai salah satu obat tradisional.

  Masyarakat Kecamatan Tigalingga memiliki orang yang pandai dalam pengerajin pembuatan keranjang. Hal ini dapat dilihat pada saat musim durian, banyak masyarakat yang menjadi pengrajin keranjang yang akan di jual dan digunakan sebagai tempat hasil panen durian yang akan dibawa ke pasar atau dijual kepada agen durian.

  4. Sistem Bahasa Bahasa yang digunakan masyarakat Kecamatan Tigalingga sehari-hari adalah bahasa Toba dan bahasa Karo. Masyarakat Kecamatan Tigalingga bisa menggunakan dua bahasa ini. Masyarakat Toba bisa berkomunikasi dengan masyarakat Karo dengan menggunakan bahasa Karo, dan sebaliknya masyarakat Karo bisa berkomunikasi dengan masyarakat Toba dengan menggunakan bahasa Toba. Ini menandakan bahwa masyarakat di Kecamatan Tigalingga memiliki rasa sosisalisasi antar suku yang sangat erat. Bahasa Indonesia digunakan dalam bidang pendidikan di sekolah dan di dalam perkantoran. Umumnya masyarakat Kecamatan Tigalingga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Jadi bagi masyarakat luar yang datang ke kecamatan ini bisa berkomunikasi dengan masyarakat Kecamatan Tigalingga dengan baik.

  5. Sistem Kesenian Kesenian adat masih dapat ditemukan di Kecamatan Tigalingga. Kesenian adat Toba dan Karo biasanya ditemukan pada saat acara adat seperti acara pernikahan, acara adat, acara kematian. Kesenian suku Karo bisa juga ditemukan pada saat acara tahunan dan acara guro-guro aro. Guro-guro aron adalah pesta seni Karo khususnya bagi kaum muda. Kesenian adat Toba dapat dilihat pada acara-acara adat dengan gondang dan tarian tor-tor. Tarian ini merupakan salah satu kesenian yang masih tetap dilaksanakan di Kecamatan Tigalingga. Gondang merupakan salah satu yang wajib di dalam pelaksanaan adat batak Toba. Pakaian adat dalam pelaksanaan acara adat juga menjadi salah satu yang tidak boleh dilupakan, contoh pakaian adat yang harus ada adalah ulos. Ulos adalah kain, Warna dominan pada ulos adalyang dihiasi oleh ragam tenunan darisaja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, namun kini banyak dijumpai di dalam bentuk produk sovenir, sarung bantal

  6. Sistem Ekonomi dan Mata Pencahrian Masyarakat Kecamatan Tigalingga pada umumnya adalah petani. Petani di kecamatan ini biasanya mengolah ladang yang ditanami cokelat, kopi, dan tanaman yang paling banyak yang ada di kecamatan ini adalah buah durian. Buah durian dari Kecamatan Tigalingga sudah terkenal dan pemasarannya sudah sampai di Kota Medan. Buah durian merupakan salah satu pemasukan bagi masyarakat pada bulan tertentu. Buah durian biasanya panen pada awal bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Selain buah durian masyarakat juga mengolah cokelat dan kopi yang dapat dipanen lebih cepat. Cokelat dan kopi dapat dipanen sekali dalam seminggu yang membuat masyarakat di kecamatan ini mengkombinasikan ladang cokelat, kopi, dan durian pada satu ladang saja. Selain menjadi petani, masyarakat Kecamatan Tigalingga juga bermata pencaharian sebagai buruh, pegawai, pedagang dan lain sebagainya. Dan jumlah ini sedikit dibandingkan dengan masyarakat yang profesinya sebagai petani, karena Kecamatan Tigalingga masih banyak dikelilingi oleh ladang.

  7. Sistem Alat dan Teknologi Masyarakat Kecamatan Tigalingga sudah menggunakan teknologi modern dalam pertanian. Pada saat sekarang para petani sudah menggunakan alat-alat pertanian dengan menggunakan mesin bahkan sudah sampai menggunakan mesin traktor dalam pengolahan pertanian. Kemajuan teknologi itu meninggalkan kebiasaan masyarakat petani yang hanya menggunakan alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, pisau, bajak, dan sabit. Perawatan petani terhadap tanaman digunakan masyarakat dalam pembasmian hama dilakukan masyarakat dengan menggunakan pupuk kimia dan disemprotkan dengan menggunakan alat pompa.

Dokumen yang terkait

Fenomena Anak Putus Sekolah Pada Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Pasar II Natal, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Karakteristik Bioplastik Dari Pati Umbi Talas Dengan Menggunakan Plasticizer Gliserol

0 2 21

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Karakteristik Bioplastik Dari Pati Umbi Talas Dengan Menggunakan Plasticizer Gliserol

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Masyarakat 2.1.1. Pemberdayaan - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Hemostasis - Perbandingan Status Koagulasi Penderita Stroke Iskemik Dengan Non Stroke

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang - Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Kadar Formalin pada Buah Impor yang Dijual di Beberapa Pasar Swalayan di Kota Medan Tahun 2015

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Kadar Formalin pada Buah Impor yang Dijual di Beberapa Pasar Swalayan di Kota Medan Tahun 2015

0 0 8