BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kepatuhan Ibu Menyusui Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di Desa Sidodadi Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah.Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil

  menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan.Di kehidupan kota besar kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI(Roesli, 2009, hal.3).

  Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi ditahun-tahun awal 70an ketika kurang dari 40% yang memilih ASI, dan pada minggu ke enam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberikan ASI kepada bayinya. Sejak itu kemudian ada kecenderungan untuk kembali memberikan ASI, khususnya diantara wanita kelas menengah, dan sekarang sekitar 75% wanita mulai menyusui bayinya dan 35% masih menyusui 3 bulan

.

kemudian(Llewellyn-Jones, 2005, hal. 292)

  Asi eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim(Kristiyanasari,2009, hal.23).Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi asi saja selama 6 bulan pertama kehidupannya.Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI bersama-sama

  Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejam pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi(Prasetyono, 2009, hal.29).

  Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Sentra Laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat.

  Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70%.Saat ini, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah, yaitu kurang dari 2% jumlah total ibu melahirkan(Yuliarti, 2010, hal.1).

  Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya.Namun, menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002.Cakupan ASI eksklusif selama 6 bulan juga menurun dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu, penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun, yakni dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002(Iswati, 2009, hal. 20).

  Dari penelitian terhadap 900 ibu disekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa yang dapat member ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu- ibu tersebut tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif(Roesli, 2009, hal.2).

  Uraian di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan Asi eksklusif pada bayi baru lahir di Desa Sidodadi Kec. Biru-biru Kab.deliserdang tahun 2012.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan bagaimanakah kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan Asi eksklusif pada bayi baru lahir di Desa Sidodadi kec. Biru-biru Kab.deliserdang tahun 2012.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan asi eksklusif pada bayi baru lahir di Kec. Biru-biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012.

  2. Tujuan Khusus a.

  Mengetahui kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan asi eksklusif pada bayi baru lahir berdasarkan tingkat pendidikan.

  b.

  Mengetahui kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan asi eksklusif pada bayi baru lahir berdasarkan paritas.

  c.

  Mengetahui kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan asi eksklusif pada bayi baru lahir berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian

  1. Pelayanan Kebidanan asuhan kebidanan serta sebagai sumber informasi bagi pelayanan kesehatan untuk memberikan asi eksklusif kepada bayinya.

  2. Bagi penelitian kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya pemberian asi eksklusif terhadap bayi baru lahir dengan pedoman untuk mengembangkan wawasan dalam memberikan pelayanan kebidanan.

  3. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya terkait dengan kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP KEPATUHAN 1. Definisi Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto,2007), patuh adalah suka menurut

  perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Sarafino (1990) dikutip oleh (Slamet B, 2007), mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

  Menurut (Niven, 2008, hal.198) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: a.

  Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. b.

  Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang dapat cenderungmalas melakukan antenatal care pada tempat yang jauh.

  c.

  Modifikasi faktor lingkungan dan social Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman, kelompok- kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh besar pada antenatal care, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada ibu dan bayinya, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada proses antenatal care.

  d.

  Perubahan model terapi Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien terlihat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi). Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care dipengaruhi oleh kesehatan saat hamil. Keluhan yang diderita ibu akan membuat ibu semakin aktif dalam kunjungan antenatal care.

  e.

  Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh infomasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, semakin teratur pula ibu melakukan kunjungan antenatal care . f.

  Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula ibu melaksanakan antenatal care (Azwar, 2007).

  g.

  Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang tahun.

  Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2007).

  h.

  Dukungan Keluarga Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya

  Ikatan persaudaraan atau pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, mempertahankan satu kebudayaan (Effendy, 2006).

  Ibu yang sedang hamil sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya,

  1. jenis,

  Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi porsi, frekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi.

  Mengingatkan, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan istirahat serta kapan saatnya kontrol.

  3. Menyiapkan obat yang harus diminum oleh pasien.

  4. Memberikan motivasi pada ibu hamil untuk datang melakukan antenatal care.

A. Asi Eksklusif 1. Pengertian

  Terdapat pengertian Asi ekslusif menurut para ahli antara lain : a.

  Asi eksklusif adalah pemberian Asi selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi tim. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih( Maryunani, 2009, hal.60).

  b.

  Utami (2005) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai “pemberian ASI secara eksklusif” saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim(Rahmawati, dkk, 2009, hal.38)

  Setiap ibu mengahasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI esklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangaun SDM yang berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama.Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalm kehidupannya ( Sohleha,2008).

   Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi a.

  ASI Sebagai Nutrisi

ASI seorang ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari

seorang ibu yang melahirkan bayi premature komposisinya akan berbeda dengan ASI

yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, Komposisi ASI

dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran

sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum), berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-

4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan

berbeda lagi setelah hari ke-14(ASI matang). Bahkan terdapat pula perbedaan komposisi

ASI dari menit ke menit.

ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI

yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.ASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun

kuanttasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal

akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia

6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia

2 tahun atau lebih.

  b.

  ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari

ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi

lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai

  

kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan

menurun sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi

Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah

cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur.

Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi

yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang

kepandaianya disbanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.

  c.

  ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan 1. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan Terdapat dua faktor penentu kecerdasan anak yaitu faktor genetic dan faktor lingkungan.

  a) Faktor genetik

Faktor genetik atau faktor bawaan menetukan potensi genetic atau bawaan yang diturunkan

oleh orang tua.Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa.

  b) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetic akan dapat

tercapai secara optimal.Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau

direkayasa.

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor

utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak.

  

Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak.

  d.

  ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang.

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang

ibunya.Ia juga akan merasa aman dan tenteram, karena masih dapat mendengar detak

  

jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan.Perasaan terlindung dan

disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk

(Roesli, 2009, hal.7) 3.

   Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui a.

  Persiapan fisik ibu : 1)

  Makanan yang bergizi disesuaikan dengan keperluan ibu hamil agar kenaikan berat badan ibu selama hamil sekitar 11 kg.

  2) Senam hamil

3) Pemeriksaan kehamilan yang teratur.

  4) Cukup istirahat b.

  Persiapan mental ibu 1)

  Meyakinkan ibu bahwa menyusui merupakan proses alamiah dan setiap ibu dapat menyusui asalkan dilaksanakan dengan baik 2)

  Menambahkan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menjelaskan tentang mitos seputar ASI sehingga ibu termotivasi untuk menyusui 3)

  Mengikutsertakan suami dan anggota keluarga lain untuk mendukung ibu dalam menyusui.(Yuliarti,2010.hlm.40).

4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian ASI : a.

  Bayi sering menangis

Menangis merupakan salah satu cara bayi berkomunikasi. Apabila bayi menangis terlalu

lama maka ia akan menjadi lelah sehingga kemampuan mengisapnya berkurang.Selain itu ibu juga menjadi kesal sehingga dapat mengganggu proses laktasi. b.

  Bayi kembar

Sebagian ibu menganggap bahwa apabila ia melahirkan bayi kembar maka ASI-nya pasti

tambahan pada bayi kembarnya tanpa mencoba dahulu. Hal tersebut tidak benar.

Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan sehingga bayi kembar tersebut

akan merangsang lebih sering/banyak sehingga produksi ASI juga lebih banyak. Setiap

bayi harus disusukan pada payudara secara bergantian.Alasannya adalah agar

memberikan variasi pada bayi (tidak menetap pada satu sisi terus menerus) dan member

rangsangan yang sama pada kedua puting karena kemampuan menghisap masing-masing

berbeda.Menyusui bayi kembar dapat langsung bersamaan atau bergantian.Kalau

menyusui begantian sebaiknya dimulai dengan yang lebih kecil dahulu.

  c.

  Bayi premature atau berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah dalam menyusui karena refleks

menghisapnya lemah.Untuk bayi dengan kondisi demikian, sebaiknya ASI dikeluarkan

dengan pompa atau diperah dan diberikan pada bayi dengan menggunakan sonde

lambung atau pipet.Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat

dilatih untuk menghisap, sementara ASI yang dikeluarkan dapat diberikan dengan pipet

atau selang kecil yang menempel pada putting.

  d.

  Bayi sumbing

Bila celah hanya terdapat pada bibir atau langit-langit saja, biasanya bayi dapat disusukan

dengan posisi tertentu.Cara menyusui yang dianjurkan antara lain : i)

  Posisi bayi duduk ii

  ) Ibu jari dapat dipakai sebagai penyumbat celah bibir bayi.Bla celahnya luas meliputi bibir, gusi, dan langit-langit keras maka perlu dibuatkan protese yang akan menutup celah itu agar bayi dapat minum tanpa tersedak.Bayi diberikan ASI perah dengan pipet, cangkir atau sendok dengan posisi agak tegak.

  e.

  Bayi Kuning

Ada dua situasi pada ikterus yang dihubungkan dengan pemberian ASI.Ikterus yang

terjadi adalah ikterus yang timbul dini, yang disebabkan oleh faktor ASI pada hari-hari

pertama masih sedikit dan pengeluaran feses sedikit saehingga meningkatkan sirkulasi

enterohepatik.Menyusui diini sangat penting agar bayi mendapat kolostrum yang bersifat

purgative.Ibu disuruh menyusui lebih sering sehingga ASI lebih banyak dan pengeluaran

feses lebih lancar.Yang agak jarang adalah ikterus yang timbul pada akhir minggu

pertama.Ikterus ini disebabkan oleh adanya zat yang terdapat pada sebagian ibu yang

dapat menghambat fungsi enzim glukoronide transferase.Walaupun belum pernah

dilaporkan sebagai penyebab ikterus, namun bila bilirubin mencapai kadar yang

mengkhawatirkan maka bayi perlu dirawat untuk mendapat terapi sinar dan untuk

sementara pemberian ASI dihentikan.Pemberian ASI akan dilanjutkan kembali setelah

kadar bilirubin menurun (biasanya paling lama 2x2 jam) sambil dilakukan pemeriksaan

untuk menyingkirkan kemungkinan ikterus yang lain.(Yuliarti, 2010, hal.35)

5. Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI

  a. Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan Ibu, apabila makanan ibu

secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi

ASI, karena kalenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan

yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi

jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas/hari. b. Ketenangan jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan

menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI.Untuk memperoleh ASI

yang baik harus dalam keadaan tenang.

  c.

  Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan

karena pemakaian kontrasepsi ang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.

  d.

  Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan

hormone progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone oxytocin.

  e.

  Fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormone terutama prolaktin ini merupakan hormon

laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.

  f.

  Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan

demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.

  g.

  Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak

berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.

  h.

  Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone mempengaruhi hormone prolaktin

dan oxitocin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormone-

  

hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan

pengeluaran ASI.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 15

Tingkat Kecemasan Suami Dalam Menghadapi Istri yang Menjalani Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan tahun 2014

0 0 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Tingkat Kecemasan Suami Dalam Menghadapi Istri yang Menjalani Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati Medan tahun 2014

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kerjasama Tim dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PT.Pangripta Cons Medan

0 0 25

Pengaruh Kerjasama Tim dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada PT.Pangripta Cons Medan

0 1 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Pertambangan - Studi Penyerapan Logam Besi (Fe) Dan Sulfat Dari Limbah Industri Pertambangan Dengan Adsorben Kulit Ubi Kayu Dan Spent Mushroom Substrat (SMS)

0 0 19

BAB II PROFIL INSTANSI - Analisis Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

0 0 20

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah PT. Bank Sumut - Analisis Pengaruh Giro Terhadap Pertumbuhan Bank Sumut KCP Marendal

0 0 15

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat dan Kegiatan Operasional Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan - Peranan Rencana Anggaran Kas yang Efektif dalam Usaha Menjaga Likuiditas pada PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sampali

0 0 16

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep - Kepatuhan Ibu Menyusui Dalam Memberikan Asi Eksklusif Pada Bayi Baru Lahir Di Desa Sidodadi Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

0 0 8