A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

  manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen ruangan di Ruang Rawat Inap Terpadu (RA4 Neuro) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang meliputi fungsi manajemen Man, Methode, Material, dan

  

Money . Bagian kedua mengenai Manajemen Kasus Keperawatan di ruangan

  meliputi tahapan pengkajian, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan, penyusunan intervensi, melakukan implementasi hingga evaluasi dan pendokumentasian.

Defenisi Manajemen

  Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain.

  Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1989).

  Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

  Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

  Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

  Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

  2.1. Planning (Perencanaan) Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

  Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.

  Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

  a. Tujuan Perencanaan

  a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan

  b) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif

  c) Membantu dalam koping dengan situasi kritis

  d) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya

  e) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.

  f) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah

  g) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif b. Tahap dalam perencanaan :

  a) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif

  b) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.

  c) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah

  d) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

  e) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program.

  f) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

  c. Jenis Perencanaan

  a) Perencanaan Strategi

  b)

Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini

  dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber- sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.

  c) Perencanaan Operasional

  • Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
  • Perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.

  d. Manfaat Perencanaan

  a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.

  b) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan

  c) Memudahkan kordinasi

  d) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara jelas e)

  Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat

  f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami

  g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti

  h) Menghemat waktu dan dana e. Keuntungan Perencanaan

  b) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai

  c) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan d)

  Memodifikasi gaya manajemen

  e) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

  f. Kelemahan Perencanaan

  a) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang b)

  Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak

  c) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis

  d) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

  e)

Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil

  2.2. Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).

  Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.

  a. Manfaat Pengorganisasian Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :

  a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

  b) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.

  c) Pendelegasian wewenang.

  d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

  b. Langkah-langkah Pengorganisasian

  a) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.

  b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.

  c) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis. d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.

  e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.

  f) Mendelegasikan wewenang.

  2.3. Staffing (Kepegawaian)

  Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,

  sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.

  Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staf keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staf medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.

  Pengaturan staf kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staf efektif, dan evaluasi periodik terencana.

  Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.

  Perekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu- minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.

  2.4. Directing (Pengarahan) Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.

  Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

  Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) stafnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.

  Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu : a.

  Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.

  b.

  Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.

  Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.

  c.

Laissez faire

  Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.

  Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

  2.5. Controlling (Pengawasan) Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.

  Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).

  Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).

  Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).

  Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut : a.

  Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.

  b.

  Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

  c.

  Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program. d.

  Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.

  e.

  Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik : f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas g.

  Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera h. Harus memandang ke depan i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis j. Harus objektif k.

  Harus fleksibel l. Harus menunjukkan pola organisasi m.

  Harus ekonomis n. Harus mudah dimengerti o.

Harus menunjukkan tindakan perbaikkan

  Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.

  Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:

  

Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang

  • tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.

  • Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan

    akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

  Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat : a.

  Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.

  b.

  Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya c.

  Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.

  d.

Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan

  3. Standar Asuhan Keperawatan Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya.

  Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.

  Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.

  Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi: Standard 1: Falsafah keperawatan Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan Standard 3: Pengkajian Keperawatan Standard 4 : Diagnosa Keperawatan Standard 5 : Perencanaan Keperawatan Standard 6: Intervensi Keperawatan Standard 7 :Evaluasi Keperawatan Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan

  Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat- perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.

  Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2004) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

  Standard I : Pengkajian keperawatan

  Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.

  Kriteria Pengkajian meliputi : a.

  Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang b.

  Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

  b.

  Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : c. Status kesehatan pasien masa lalu d. Status kesehatan pasien saat ini e. Status biologis-psikologis-sosial-spritual f. Respon terhadap terapi g.

  Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

  Standard II : Diagnosa keperawatan

  Adapun kriteria proses : a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

  b.

  Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

  c.

  Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.

  d.

  Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

  Standard III : Perencanaan keperawatan

  Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

  Kriteria proses, meliputi : a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan b.

  Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan c.

  Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien d.

  Mendokumentasikan rencana keperawatan

  Standard IV : Implementasi

  Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.

  Kriteria proses, meliputi : a. Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan b.

  Kolaborasi dengan tim kesehatan lain c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.

  d.

  Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.

  Standard V : Evaluasi keperawatan

  Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

  Adapun kriteria prosesnya adalah: a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus b.

  Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan c.

  Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat d.

  Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan e.

Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

  Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

  4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).

  4.1. Tujuan Dokumentesi Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam

  Tyo, 2009): a.

  Alat komunikasi anggota tim b.

  Biling keuangan c. Bahan pendidikan d.

  Sumber data dalam menyusun NCP e. Audit keperawatan f. Dokumen yang legal g.

  Informasi statistik h. Bahan penelitian

  4.2. Makna Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu : a.

Hukum

  Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2001).

  b.

  Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).

  c.

  Komunikasi Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001).

  d.

  Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).

  e.

  Pendidikan Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001).

  f.

  Penelitian Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. (Nursalam, 2001).

  g.

  Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien.

  Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

  Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).

  Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009): a.

  Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan b.

  Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya c.

  Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat d.

  Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi e.

  Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.

  g.

  Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat h.

  Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus. i.

  Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani. j.

  Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis k.

  Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir. l.

Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap

  4.3. Proses dokumentasi keperawatan Proses dokumentasi keperawatan mencakup:

  a. Pengkajian Mengumpulkan Data - Validasi data - Organisasi data - Mencatat data - b. Diagnosa Keperawatan Analisa data - Identifikasdi masdalah - Formulasi diagnosa -

  c. Perencanaan / Intervensi Prioritas Masalah - Menentukan tujuan - Memilih strategi keperawatan - Mengembangkan rencana keperawatan -

  d. Pelaksanaan/implementasi

  • Melaksanakan intervensi keperawatan

  Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan - tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi. Memberikan laporan secara verbal -

  • Mempertahankan rencana asuhan

  e. Evaluasi Mengidentifikasikan kriteria hasil - Mengevaluasi pencapaian tujuan - Memodifikasi rencana keperawatan -

  4.4. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

  a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk : Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang

  • seharusnya tidak perlu terjadi Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali
  • yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat

  Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa

  • yang sudah diberikan (evaluasi klinis)

Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan

  b. Menjadi dasar penentuan tugas Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga

  c. Memperkuat pelayanan keperawatan Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen yang ada.

  Dokumen tentang kondisi klien

  • Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien
  • >Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

  5. Model Asuhan Keperawatan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.

  Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.

  5.1. Metode fungsional Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senoir menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

  Kepala Ruangan

  

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

  Pasien/klien

  Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

  5.2. Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.

  Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.

  Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

  Kepala Ruangan Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

  Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat Pasien / klien Pasien / klien

  Pasien / klien

  Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

  5.3. Metode primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 €jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.

  Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

  Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

  Perawat Primer Perawat pelaksana Perawat Perawat jika diperlukan days pelaksana pelaksana

  Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

  5.4. Metode kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

  Kepala Ruangan Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

  Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

  Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

  5.5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.

  Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan : a

  Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. b

  Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c

Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer

  Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan. Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.

  Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

  

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

  (Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

  Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

  6. JCIA (Joint Comite International Acreditation) Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang diharapkan.

  Strata-strata dalam sistem Input Proses Output

  Sumber daya Penerimaan pasien rawat Meningkatnya status Perlengkapan inap kesehatan Persediaan Pemeriksaan pasien Pelayanan yang efisien

  Edukasi terhadap pasien pengobatan Kepuasan pasien

  Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA

  6.1. Misi JCIA Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia.

  6.2. Tujuan JCIA a.

  Kualitas pelayanan b. Kepercayaan masyarakat c. Patient safety ervirontment safety d. Staff safety e. Revenue f. Margin g.

  Kesejahteraan karyawan h. Daya saing

  6.3. Manfaat JCIA a.

  Meningkatkan kepercayaan publik b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien -> kepuasan karyawan c.

  Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran d.

  Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya, melibatkan mereka dalam proses pelayanan e.

  e) Anasthesia and surgical care

  b) Goverments, leadership and direction

  a) Staff Qualification and education

  Organitation function

  h) Madication managemet and use b.

  g) Patient and family education

  f) Patient and family right

  d) Assesment of patient

  Menciptakan budaya yang terbuka f. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif

  c) Care of patient

  b) Access to care and continuity of care

  a) International patient savety goals

  Patient focus function

  6.5. Standar JCIA a.

  Izin operasi b. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan c. Mengikuti standar JCIA

  6.4. Persyaratan umum a.

  c) Fasility management and savety d) Management of comunication and information

  e) Quality improvement and patient savety

  f) Prevention and control of infection

  Analisa situasional mencakup seluruh kegiatan manajemen di ruangan Rindu A4 Neurologi yaitu keadaan ruangan, lingkungan dan orang-orang yang melaksanakan pekerjaan di ruangan RA4 Neurologi. Hal ini dilakukan utnuk memperoleh gambaran tentang kekuatan dan kelemahan dalam manajemen agar dapat diberi intervensi.

  Pengkajian sistem manajemen di Ruangan RA 4 Neurologi dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 11-14Juni 2012 melalui metode: a.

  Wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, beberapa perawat pelaksana, dan CI ruangan.

  b.

  Observasi dilakukan oleh kelompok manajemen pada shift pagi, yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

  c.

Penyebaran kuesioner, pada tanggal 13-14 Juni 2012

  Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tabulasi dan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi ruangan di ruangan Rindu A4 Neurologi dideskripsikan sebagai berikut:

  1.1. MAN Gambaran hasil analisa situasi diruangan RA4 Neurologi dideskripsikan sebagai berikut : a.

Gambaran ketenagaan Perawat di RA4

  Perawat di ruangan RA4 terdiri dari seorang kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, seorang pegawai tata usaha dengan pendidikan SPK, seorang CI dengan pendidikan sarjana keperawatan dan Ns, tiga orang ketua tim dengan satu orang pendidikan sarjana keperawatan dan dua orang pendidikan diploma keperawatan. Tiga orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan, empat orang pegawai tetap dengan latar belakang diploma, enam orang perawat honor dengan latar belakang diploma dan seorang sarjana keperawatan, dan enam orang pegawai latar belakang pendidikan SPK. Jumlah keseluruhan perawat di ruangan RA4 sebanyak 26 orang yang terdiridari 19 orang PNS dan 7 orang Honor.

  STRUKTUR ORGANISASI RINDU A4 NEUROLOGI

  Skema 6: Struktur Organisasi RA4 Neurologi Kepala Ruangan Tata Usaha

  Bernike, SPK Clinical Instructure (CI) Shylena Siregar, S.Kep, Ns Katim I

  S Uli AMK 1.

  Elva Erguna, S.Kep 2. Lena Parida, S.Kep 3. Mbuai, SPK 4. Rosdawati, AMK 5. Samsuci, AMK (Honor) 1. Riahna, AMK 2. Rostina, SPK 3. Tiurma, SPK 4. Uliana, AMK 5. Riani Bukit, SPK 6. Ariesa, AMK (Honor) 7. Linda, AMK (Honor)

  Katim Stroke Corner K i Eli b th S K

Katim II

1.

  Bena Malem, AMK 2. Sehati, SPK 3. Rahimah, SPK 4. Rohani, AMK 5. Irmasyahdani, AMK (Honor) 6. Marhamah, S.Kep (Honor) 7. Indo Natalia, AMK (Honor) 8. Dameria, AMK (Honor)

  Universitas Sumatera Utara III

  II

  300.0

  85.00 Rp.

  150.0

  00 Rp.

  51.00 Rp.

  200.0

  00 Rp.

  00 Rp.

  50.00 Rp.

  400.0

  00 Rp.

  450.0

  00 Rp.

  550.0

  00 Tabel 5 . Biaya Tarif Umum

  75.00 Rp.

  40.00 Rp.

  1 UTM-2 (VIP)

  250.0

  UTM-1 (SUPERV

  IP) SVIP

  (SUIT ROOM) Rp.

  45.00 Rp.

  160.0

  00 Rp.

  00 Rp.

  6.000 Rp.

  325.0

  00 Rp.

  365.0

  00 Rp.

  400.0

  00 Rp.

  Naik Kelas (AKM+Visite)- Jaminan +/Hari

  Kelas

  1 Rp.250.000 + Rp.50.00

  II UTM- Rp.50.000-

  2 Rp.250.000 Rp.150.0 (VIP) Rp.325.000 +

  00 UTM- Rp.75.000- Rp.200.0

  1 Rp.250.000

  00 (VIP) Rp.365.000 + Rp.300.0 SVIP Rp.85.000-

  00 (SUIT Rp.250.000

  ROO Rp.400.000+Rp.150 M) .000-Rp.250.000

  UTM- Rp.325.000 + Rp.50.00

  1

  2 Rp.75.000- (VIP) Rp.350.000 Rp.100.0

  UTM- Rp.365.000 +

  00

  1 Rp.85.000- Rp.200.0 (VIP) Rp.350.000

  00 SVIP Rp.400.000+Rp.150 (SUIT .000-Rp.350.000

  ROO M)

  Tabel 6. Biaya Askes Naik Kelas

  Ruangan rawat inap Rindu A 4 Neurologi terdiri dari 5 kamar (2 kamar kelas 3 dan 3 kamar kelas 2) dan Stroke Corner, untuk rawat inap stroke corner 1 hari untuk pasien umum dikenakan biaya Rp. 300.000 di tambah visite dokter Rp.75.000 dan untuk konsul Rp. 75.000.

Dokumen yang terkait

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pakar - Sistem Pakar Mendeteksi Psikopat Pada Seseorang Menggunakan Metode Dempster Shafer dan Certainty Factor

0 2 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Sistem Pakar Mendeteksi Psikopat Pada Seseorang Menggunakan Metode Dempster Shafer dan Certainty Factor

1 3 7

Sistem Pakar Mendeteksi Psikopat Pada Seseorang Menggunakan Metode Dempster Shafer dan Certainty Factor

0 3 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan - Penerapan Metode AHP dan FDM pada Pemilihan Rancangan Rumah Tekstur Minimalis Berbasis WEB

0 0 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Penerapan Metode AHP dan FDM pada Pemilihan Rancangan Rumah Tekstur Minimalis Berbasis WEB

0 0 6

2.2. Fitur atau Layanan Autocomplete - Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Boyer Moore untuk Fitur Autocomplete dan Autocorrect pada Aplikasi Katalog Perpustakaan Daerah Aceh Timur

1 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perpajakan 2.1.1. Defenisi Pajak - Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

0 1 51

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecipir - Daya Terima Brownies Tepung Biji Kecipir dan Kandungan Gizinya

0 2 16

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Stroke Haemoragik di Ruang Rindu A4 Neurologi RSUP H Adam Malik Medan

0 1 35