PENGEMBALIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN JENJANG PENDIDIKAN SMASMK SEDERAJAT DARI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KOTA KEPADA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI

  

ABSTRAK

PENGEMBALIAN KEWENANGAN PENGELOLAAN JENJANG

PENDIDIKAN SMA/SMK SEDERAJAT DARI DINAS PENDIDIKAN

KABUPATEN/ KOTA KEPADA DINAS PENDIDIKAN

  

DAN KEBUDAYAAN PROVINSI

Oleh

Dedy Ernadi, Prof. Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum, Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 e-mail:

  Pengembalian Kewenangan Pengelolaan Jenjang Pendidikan SMA Sederajat dari Dinas Pendidikan Kota/ Kabupaten ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi ini merujuk pada amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut Pasal 12 ayat (1) dicantumkan soal pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

  Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif dan pendekatan empiris. Sumber data dari penelitian ini adalah data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa, dalam pengembalian kewenangan ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung bersama Biro Perlengkapan dan Aset Daerah Lampung telah melakukan sosialisasi dan pendataan aset, yang terdiri dari asset bergerak dan tidak bergerak. Aset bergerak itu terdiri dari Guru dan Tenaga Pendidik, serta asset tidak bergerak itu meliputi insfrastruktur dan sarana prasarananya. Upaya yang dilakukan Dinas pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung terkait pelimpahan kewenangan SMA/SMK ini yaitu membentuk lima UPTD di lima wilayah untuk kelancaran proses pelimpahan wewenang dan akan mengurus perkara administrative sekolah, guru, sertifikasi guru maupun akreditasi sekolah SMA/SMK yang kewenangannya sudah dialihakan dari kabupaten /kota ke Pemerintah Provinsi. Faktor penghambat dari pengembalian kewenangan ini adalah: luas wilayah dan rentan kendali masih terbatas, masing- masing kabupaten/kota memiliki keberagaman tentang kondisi real di lapangan, jumlah PNS dikabupaten masih sangat terbatas, dan tidak diiringi anggaran dari pusat ke provinsi.

  Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dengan membentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) harus didukung pula oleh pemerintah kabupaten/kota, supaya fungsi dari tujuan dari pelaksanaan pengembalian kewenangan cepat berjalan.

  

Kata Kunci: Pengembalian Kewenangan, Pendataan Aset, Unit Pelaksana Teknis

Daerah (UPTD)

  

ABSTRACT

RETURNING THE AUTHORITY OF HIGH SCHOOL/VOCATIONAL

SCHOOL MANAGEMENT FROM DISCTRICT/CITY EDUCATION

DEPARTMENT TO PROVINCIAL EDUCATION DEPARTMENT

  

By

Dedy Ernadi, Prof. Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum, Eka Deviani, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 e-mail:

  The process of returning the authority of high school or its equivalent from the Department of Education and Cultural Affairs of city/district to the Department of Education and Cultural Affairs of provincial level as in line with the mandate of Law No. 23/2014 on Regional Government. In the aforementioned Act Article 12 paragraph (1), it was mentioned about the distribution of government affairs between the central, provincial and district/city government.

  This research used normative and empirical approach. The data sources from this research consisted of primary data, secondary data, and tertiary data. The data analysis was done by means of qualitative descriptive method. The results showed that, in the returning process of the authority, the Department of Education and Cultural Affairs of Lampung Province along with the Bureau of Equipment of Lampung Province, in relation to the delegation of the authority of high school/vocational school level has formed five Regional Technical Implementation Unit (UPTDs) in five areas for the smooth process of delegation of the authority and to manage school administration, teachers, teachers certification, or school acreditation affairs which have been diverted from district/city government to provincial government. The inhibiting factors of returning the authority, included: the area and the vulnerable control were still limited, each district/city was differ in the field conditions, the inadequate number of civil servants in the district level, and there was no budget allocation from central government to provincial level. The efforts of the Department of Education and Cultural Affairs of Lampung Province with the establishment of UPTDs should be supported by the district/city government, so that the functional objectives of the implementation of returning the authority would run faster.

  Keywords: Returning Authority, Asset Collections, Regional Technical Implementation Unit (UPTD)

I. PENDAHULUAN

  Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing- masing mempunyai pemerintahan daerah dengan segala perangkatnya yang tersendiri berdasarkan undang- undang. Daerah provinsi disamping memiliki status sebagai daerah otonom, juga berkedukukan sebagai wilayah administrasi. Adapun daerah kabupaten dan daerah kota sepenuhnya berkedudukan sebagai daerah otonom, yang menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diartikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. (Pasal 1 poin 2 UU No 23 Tahun 2014).

  antara pusat dan daerah, Moh. Machfud MD menyatakan bahwa pada umumnya hubungan itu berdasarkan tiga asas 1 Tim Visi Yustisia, Undang-Undang No 23

  Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Perubahannya, (Jakarta: PT. Visimedia, 2015)

  yaitu, asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan asas pembantuan. Dalam asas desentralisasi ada penyerahan wewenang sepenuhnya dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tentang urusan tertentu, sehingga pemerintah daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya, baik yang menyangkut kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, maupun pembiayaannya. Pada asas dekonsentrasi yang terjadi adalah pelimpahan wewenang kepada aparatur pemerintah pusat didaerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat dalam arti bahwa kebijakan, perencanaan, dan biaya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, sedangkan aparatur pemerintah pusat didaerah bertugas melaksanakan. Asas pembantuan berarti keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah pusat didaerah itu, dalam arti bahwa organisasi pemerintah setempat (daerah) memperoleh tugas dan kewenangan untuk membantu melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat.

1.1 Latar Belakang

  2 Dalam UU No. 23/2014 Pasal 1 Ayat

  (12) menyebutkan bahwa daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1 Dalam konstruksi hubungan kekuasaan

  Berdasarkan UU No. 32/2004 desentralisasi dan otonomi ialah suatu hal yang berbeda pengertian. Dapat dilihat bahwa otonomi merupakan 2 Dayanto, Peraturan Daerah Responsif:

  Fondasi Teoretik dan Pedoman pembentukannya (Yogyakarta: Deepublish, kewenangan asli yang diberikan undang-undang kepada daerah, sedangkan desentralisasi merupakan kewenangan delegatif bagi daerah karena berdasarkan undang-undang kewenangan tersebut diberikan oleh pusat kepada daerah.

  No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, mulai tahun 2016 terjadi perubahan yang cukup signifikan mengenai pengalihan kewenangan pengelolaan pendidikan menengah dalam hal ini adalah SMA, MA dan SMK dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemerintah Provinsi. Pengalihan ini merupakan salah satu kebijakan desentralisasi pendidikan untuk memudahkan pemerintah provinsi dalam menyeragamkan kebijakan pengelolaan pendidikan dan diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas serta efektivitas kebijakan pendidikan dalam rangka good governance.

  Pengalihan kewenangan ini pada dasarnya agar pemerintah daerah bisa lebih fokus. Pemerintah kabupaten/kota dapat lebih fokus membenahi pendidikan dasar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan Masyarakat (Dikmas). Pemkab/Pemkot diharapkan bisa mengurusi ini secara optimal dan maksimal. Sementara pemerintah provinsi dapat lebih memprioritaskan pendidikan menengahnya. Selain itu pemprov juga diharapkan bisa menuntaskan program yang dicanangkan pemerintah pusat, yakni wajib belajar 12 Tahun. Dalam Bab IV Pasal 9 ayat 1 Undang- Undang No. 23 tahun 2014 menyebutkan bahwa: “Urusan 3 Yuswanto, Hukum Desentralisasi Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm.

  Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum”.

  Urusan pemerintahan absolut yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Sedangkan urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah provinsi/ kabupaten/kota, yang sekaligus juga menjadi dasar bagi pelaksanaan Otonomi Daerah. Sementara, urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

3 Pasca ditetapkannya Undang-Undang

  4 Khusus berkaitan dengan pembagian

  urusan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2014 disebutkan bahwa pendidikan merupakan salah satu urusan pemerintahan wajib, terkait dengan Pelayanan Dasar yakni pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

  5 Dari data yang didapat Panitia

  penyerahan aset Disdikbud Lampung diperoleh data sebanyak 8.869 guru PNS dan 5.933 guru honorer jenjang SMA/SMK akan diserah terimakan dari kabupaten/kota ke provinsi lampung. Selain data tenaga pengajar dan pegawai, juga dialihkan 888 unit sekolah yang terdiri dari 468 SMA dan 420 SMK.

  Di Bandar Lampung sebanyak 1.456 guru tingkat SMA/SMK akan dialihkan 4 Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun

  2014 tentang Pemerintahan Daerah 5 . Pasal 12 ayat (1) Undang-undang No. 23 ke Pemprov Lampung. Terdiri dari 1003 guru SMA dan 453 guru SMK. Dan terdapat 122 sekolah menengah diantaranya 60 sekolah setingkat SMA dan 62 SMK, dengan rincian 17 SMA negeri dan 9 SMK negeri. Sedangkan yang swasta ada 43 SMA dan 53 SMK. Pendataan seluruh sekolah guru, murid, infrastruktur hingga sarana prasarananya adalah program yang digagas oleh Biro Perlengkapan Aset Daerah Lampung bersama Dinas pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) provinsi Lampung. Hal ini merujuk kepada Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang pelimpahan aset. Jadi berdasarkan aturan itu pengalihan kewenangan yang berimplikasi pada pengalihan P3D (Personel, Prasarana, Penganggaran dan Dokumen) agar dapat berjalan efektif sesuai batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menegetahui pelimpahan kewenangan pengelolaan jenjang pendidikan SMA sederajat dari dinas pendidikan kabupaten/kota ke dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi dalam rangka perubahan regulasi berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014. Melalui metode yang sama, maka peneliti mengusulkan judul skripsi: “Pengembalian Kewenangan Pengelolaan Jenjang Pendidikan SMA Sederajat Dari Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten Kepada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Provinsi.

  Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : a.

  Bagaimana pengembalian kewenangan pengelolaan jenjang pendidikan SMA sederajat dari dinas pendidikan kota/kabupaten ke dinas pendidikan dan kebudayaan Provinsi? b. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat pelaksanaan pelimpahan kewenangan pengelolaan jenjang pendidikan SMA/SMK dari dinas pendidikan kota/kabupaten ke dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1 Pendekatan Masalah

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu: 1.

  Pendekatan Normatif Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum.

  6 2.

  Pendekatan Empiris Pendekatan Empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dan kenyataan yang ada dilapangan, berdaasarkan fakta yang ada.

  Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap pristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

  7 Penggunaan

  kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang 6 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan

1.2. Rumusan Masalah

  Penelitian Hukum . Bandung. Citra Aditya Bakti hlm.135 7 akan dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini.

  2.2 Sumber Data dan Jenis Data

  Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

  2.3. Analisis Data

  Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut perlu dianalisis. Pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang dihasilkan dari penelitian dilapangan kedalam bentuk penjelasan dengan cara sistematis sehingga memiliki arti dan dapat dirangkum guna pembahasan pada bab-bab selanjutnya.

   Pengembalian Kewenangan Pengelolaan Jenjang Pendidikan SMA Sederajat dari Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

  Perubahan pengelolan SMA/SMK dari kota/kabupaten kepada provinsi ini berdasarkan Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Bab IV Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2014 menyebutkan bahwa: “Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum”.

  Urusan pemerintahan absolut yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. 8 Sedangkan urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah provinsi/ kabupaten/kota, yang sekaligus juga menjadi dasar bagi pelaksanaan Otonomi Daerah. Sementara, urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

  9 Khusus berkaitan dengan pembagian

  urusan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang No. 23 tahun 2014 disebutkan bahwa pendidikan merupakan salah satu urusan pemerintahan wajib, terkait dengan Pelayanan Dasar yakni pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Menurut Bapak Joko Santoso selaku Kepala Seksi SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Pengembalian kewenangan ini merujuk pada amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut Pasal 12 ayat (1) dicantumkan soal pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Di sektor pendidikan itu sendiri terdiri beberapa Sub Urusan yaitu Manajemen Pendidikan, Kurikulum, Akreditasi, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Perizinan Pendidikan, Bahasa dan Sastra. Dalam pelimpahan kewenangan ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung bersama Biro Perlengkapan dan Aset Daerah Lampung telah melakukan sosialisasi dan pendataan aset, yang terdiri dari aset bergerak dan 9 Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun

8 III. PEMBAHASAN 3.1.

  tidak bergerak. Aset bergerak itu terdiri dari Guru dan Tenaga Pendidik, serta aset tidak bergerak itu meliputi insfrastruktur dan sarana prasarananya.

10 Upaya yang dilakukan Dinas

  pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung terkait pelimpahan kewenangan SMA/SMK ini yaitu membentuk lima UPTD di lima wilayah untuk kelancaran proses pelimpahan wewenang dan akan mengurus perkara administratif sekolah, guru, sertifikasi guru maupun akreditasi sekolah SMA/SMK yang kewenangan nya sudah dialihakan dari kabupaten/kota ke Pemerintah Provinsi. Hal ini dalam rangka melaksanakan amanat Undang- Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan untuk menunjukan komitmen Gubernur Lampung tentang kebijakan pelimpahan wewenang pendidikan menengah. Lima UPTD yang dibentuk akan melaksanakan tugas di lima wilayah.

  Untuk wilayah kabupaten Pesawaran, Bandar Lampung dan Lampung Selatan kantor UPTD berada di Bandar Lampung tepatnya di bangunan di kantor Dissikbud di lantai tiga. Untuk wilayah Kota Metro, Lampung Tengah dan Lampung Timur, kantor UPTD di Metro. Wilayah Way Kanan, Lampung Barat dan Lampung Utara, kantor UPTD di Lampung Utara. Terakhir wilayah Tulang Bawang, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat, kantor UPTD di Tulangbawang (Menggala) Dinas Pendidikan membentuk 5 UPTD ini karena rentan kendali yang luas jadi dibentuklah 5 UPTD yang membawahi 3 kabupaten/kota yang memiliki fungsi sebagai kepanjangan tangan Dinas Penddikan provinsi artinya urusan 10 Hasil wawancara dengan Drs. Joko Santoso

  selaku Kepala Seksi Sekolah Menengah Atas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

  administrasi, guru, kepegawaian, koordinasi, informasi dan lain-lain adalah melalui UPTD termasuk untuk kenaikan pangkat berkala, mekanismenya melalui UPTD membuat rekap yang akan diusulkan ke provinsi. Selain itu dengan adanya UPTD ini sistem pengawasan silang pelaksanaan UN tingkat nasional lebih mudah, karena pengawasan silang dasarnya adalah prosedur operasional standar UN yang terbit setiap tahun untuk silang lingkupnya perRayon, misalkan rayon 1 ada beberapa sekolah disitulah nanti yang menetapkan Kepala Dinas melalui UPTD.

  Mengenai mekanisme pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online, karena cakupan wilayah provinsi lebih luas dari kabupaten/kota. Menurut Bapak Joko Santoso, basis kabupaten/ kota tidak semua kabupaten/kota pakai PPDB online, artinya PPDB online ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki daya dukung yang cukup, akses yang baik (internet), kemampuan anak, tenaga, dan insfrastruktur. Jika kesemuanya itu terpenuhi nantinya Dinas Pendidikan Provinsi Lampung akan bekerjasama dengan perusahaan provider terbaik yang ada di indonesia untuk ikut andil dalam membantu kebutuhan sekolah tersebut. Mekanisme PPDB online meliputi : 1.

  Pendaftaran menggunakan Internet (Berbasis IT) , 2. Nilai menggunakan kriteria UN kemudian di rangking

  Pendataan seluruh sekolah guru, murid, infrastruktur hingga sarana prasarananya adalah program yang digagas oleh Biro Perlengkapan Aset Daerah Lampung bersama Dinas pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) provinsi Lampung. Hal ini merujuk kepada Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang pelimpahan aset. Jadi berdasarkan aturan itu pengalihan kewenangan yang berimplikasi pada pengalihan P3D (Personel, Prasarana, Penganggaran dan Dokumen) agar dapat berjalan efektif sesuai batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Meydiandra Eka P. Kepala Bagian Penyimpanan Barang Daerah Biro Perlengkapan dan Aset Daerah Provinsi Lampung proses terkait kewenangan pengelolaan SMA/SMK negeri maupun swasta dari pihak kabupaten/kota kepada pihak provinsi, termasuk pengambilalihan pengelolaan sumberdaya manusia (SDM) berikut asetnya, Biro Perlengkapan Aset Daerah memberi batas akhir (deadline) hingga

  28 Maret 2016, alih kelola membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak agar berjalan lancar. Penyerahan pengelolaan itu meliputi tiga hal, yakni aset, Sumber Daya Manusia (SDM) serta keuangan. Dari sisi aset akan ada pelimpahan aset SMA/SMK dari kabupaten/kota ke Provinsi. Sedangkan dari sisi SDM, seluruh guru dan tenaga pendidik jenjang SMA/SMK akan dibawah tanggung jawab pemerintah Provinsi Lampung. Aset SMA/SMK yang dikembalikan dari kabupaten/kota ke Provinsi Lampung total berjumlah 310 SMA/SMK, terdiri dri 220 SMA dan 90 SMK yang tersebar di seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Lampung.

  berdampak positif maupun negatif, adapun dampak positif dari perubahan regulasi ini adalah sebagai berikut: a.

  Pengelolaan pendidikan lebih fokus dan efisien. Karena adanya 11 Hasil wawancara dengan kepala Bagian

  Penyimpanan Barang Daerah Biro Perlengkapan dan Aset Daerah Provinsi Lampung tanggal 5

  pembagian pengelolaan pendidikan, yaitu pemerintah pusat mengelola pendidikan tinggi (dikti), pemerintah provinsi mengelola pendidikan menengah (dikmen) dan pemerintah kota/kabupaten mengelola pendidikan dasar (dikdas). Pengelolaan ini selain lebih fokus juga akan lebih efisien dan jika terjadi keberhasilan serta kegagalan pada dunia pendidikan pada tiap jenjangnya akan mudah diditeksi dan mudah diambil solusinya . Setelah adanya otonomi daerah memang sebagian besar urusan pendidikan lebih banyak dikelola oleh kota/kabupaten, sementara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi hanya sedikit mengelola pendidikan. Dengan perubahan pembagian pengelolaan ini diharapkan akan lebih adil dan proporsional pengelolan pendidikan di Indonesia.

  b.

  Praktik KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) di dunia pendidikan semakin berkurang. Praktik KKN pendidikan di Indonesia sangat banyak, yaitu di antaranya PPDB (Pendaftaran Siswa Baru) setiap ada PPDB praktik nepotisme sangat sering terjadi dan praktik titip menitip para pejabat sudah menjadi rahasia umum. Praktik seperti ini sungguh memprihatinkan dan memalukan, karena siswa yang berasal dari orang kaya dan pejabat dapat dengan mudah masuk ke sekolah maju dan favorit, sementara siswa yang kurang mampu dan kurang beruntung hanya bisa gigit jari. Untuk mengurangi kecurangan pada PPDB ini bisa ditempuh dengan PPDB On Line tingkat provinsi. Praktik KKN selanjutnya adalah pada pengangkatan kepala sekolah, khususnya di sekolah negeri sangat rawan kolusi. Banyak

11 Perubahan ini sudah barang tentu

  kepala sekolah yang tidak kompeten, bisa jadi kepala sekolah lantaran kepala sekolah ini dekat dengan kepala daerah atau kepala sekolah ini menjadi tim sukses kepala daerah tersebut. Atau tidak terbukanya rotasi antar kepala sekolah di kota atau kabupaten. Politisasi guru seperti ini bisa dihapus dengan cara guru di Indonesia harus ikut organisasi profesi seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Karena sifat-sifat PGRI antara lain: Pertama, Unitaristik, tanpa memandang perbedaan ijazah, tempat kerja, kedudukan, agama, suku, golongan, gender, dan asal usul. Kedua, Independen, berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran. Dan yang terakhir ketiga, Nonpartai Politik, bukan merupakan bagian dan tidak berafiliasi kepada partai politik.

  c.

  Terjadinya pemerataan mutu pendidikan. Selama ini hanya beberapa kota dan kabupaten yang bermutu dan berprestasi pendidikannya, diharapkan dengan pengelolaan SMA/SMK berpindah ke pemerintah provinsi, maka pemerintah provinsi berhak untuk merotasi dan memutasi guru dan kepala sekolah yang berprestasi di wilayah kota dan kabupaten. Untuk memperkecil wilayah provinsi yang luas, bisa diatasi dengan wilayah provinsi dibagi menjadi beberapa rayon. Dan waktu rotasi dan mutasi untuk guru dan kepala sekolah ini bisa dibatasi misal antara minimal dua tahun sampai lima tahun. Regulasi rotasi dan mutasi guru dan kepala sekolah ini juga bisa bersifat sosial artinya guru dan kepala sekolah bisa mengajukan untuk dirotasi dan dimutasi misal untuk kembali ke daerahnya karena alasan keluarga, atau alasan untuk menghadapi masa pensiun atau alasan kesehatan dan lain-lain. Dengan regulasi rotasi dan mutasi oleh pemerintah provinsi, kecil kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme, dibandingkan jika regulasi ini dikelola oleh kota atau kabupaten. Regulasi rotasi dan mutasi juga bisa berlaku pada semua guru dan kepala sekolah untuk memenuhi kekurangan atau kelebihan guru dan kepala sekolah di daerah tertentu dalam wilayah satu provinsi. Regulasi ini harus dipertimbangkan secara matang dan cermat, karena jangan sampai merugikan guru dan kepala sekolah atau bahkan sekolah yang ditinggalkan, ini sering terjadi jika guru atau kepala sekolah yang disenangi oleh siswanya dimutasi, tapi saya yakin nantinya siswa akan terbiasa dengan aturan ini. Apalagi sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil yang katanya abdi negara, seharusnya selalu siap ditugaskan dimana saja di wilayah seluruh Indonesia, apalagi ini hanya di wilayah satu provinsi.

  d.

  Menghemat anggaran kota dan kabupaten. Dengan regulasi baru, yaitu anggaran pendidikan SMA/SMK dari pemerintah provinsi, maka pemerintah kota dan kabupaten sangat diuntungkan, sehingga anggaran pendidikan yang semula untuk SMA/SMK bisa dialihkan pada pengembangan dan pembinaan untuk SD dan SMP, sehingga kita tidak akan melihat ada bangunan gedung SD yang mengenaskan dan ambruk. Sedang dampak negatif dari regulasi baru ini adalah: sulitnya mengadakan koordinasi. Seperti kita ketahui koordinasi untuk setingkat kota dan kabupaten saja sulit apalagi untuk tingkat provinsi. Hal ini wajar, karena wilayah pemerintahan provinsi lebih luas dari pada wilayah kota dan kabupaten. Kita sering menjumpai untuk urusan administrasi kadang- kadang Dinas Pendidikan Kota/ Kabupaten sering keteteran dan sering dekat waktu pelaksanaannya. Tapi ini tidak boleh dijadikan alasan birokrat untuk bekerja tidak maksimal, justru pemerintah provinsi dituntut untuk lebih baik bekerja melayani dengan pelayanan prima pada SMA/SMK di seluruh kota dan kabupaten yang ada di wilayah provinsi. Untuk mengatasi masalah ini bisa ditempuh dengan beberapa cara yaitu: Tiap SMA/SMK harus punya alamat e- mail dan website, sehingga tidak ada alasan untuk tidak dapat semua informasi yang terbaru dari Dinas Pendidikan Provinsi. Petugas admin sekolah harus selalu mengupdate setiap hari . Dibuat koordinator di tiap kecamatan dan kota atau kabupaten, sehingga semua urusan administrasi yang berhubungan dengan Dinas Pendidikan Provinsi jadi mudah dan efisien serta murah. Dampak positif dan negatif ini dirasakan pula dikalangan guru-guru SMA/SMK.

  Menurut Ibu Eko Pujiatuti selaku guru SMA YP Unila Bandar Lampung, dengan pengembalian kewenangan SMA/SMK dari dinas pendidikan kota/kabupaten ke dinas pendidikan provinsi para guru cenderung mengharapkan SMA/SMK dikelola oleh pemerintah provinsi dikarenakan : 1) Tunjangan guru jika dikelola provinsi lebih besar dari tunjangan kabupaten/kota. Menurut beliau hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan para guru-guru. Harapan tersebut tentu diinginkan oleh para guru walaupun mereka telah mendapatkan tunjangan profesi, namun mereka juga mengharapkan ada tunjangan lainnya. 2) Guru SMA/SMK berharap dengan dikelola oleh pemprov para guru terbebas dari bayang-bayang politisasi pada saat pilkada, hal ini dikarenakan guru dimobilisasi untuk memenangkan partai tertentu yang secara struktural sistematis dan masif di desain oleh birokrasi pendidikan agar guru menjadi ujung tombak pemenangan.

  12 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014

  tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa manajemen pengelolaan SMA/SMK berada ditangan pemerintah provinsi. Sementara pemerintah kabupaten/kota hanya menangani sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Di sektor pendidikan Kebijakan ini fungsi utamanya sebenarnya untuk pemerataan pendidikan, jangan sampai ada ketimpangan antar daerah.

  3.2. Faktor penghambat pelaksanaan pelimpahan kewenangan pengelolaan jenjang pendidikan SMA/SMK dari dinas pendidikan kota/kabupaten ke dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi

  Pengalihan wewenang pengelolaan SMA/SMK yang selama ini dikelola oleh pemerintahan kabupaten/kota, dan mulai awal 2017 akan menjadi wewenang Pemerintahan provinsi, selain terkendala masalah aset sekolah, masalah ketenaga kerjaan juga menjadi bagian dari permasalahan ini, alih kewenangan SMA/SMK menjadi perlu mendapat perhatian sungguh- sungguh kepala daerah kabupaten/kota dan provinsi, karena ini terkait langsung 12 Hasil wawancara dengan Dra. Eko Pujiatuti

  selaku guru sekolah SMA YP Unila, 11 juli dengan mutu pendidikan dan terjaminnya proses belajar mengajar berjalan. Masalah pendidikan adalah hajat hidup anak bangsa dan berkaitan dengan masa depan negara. Pendidikan itu jelas banyak masalahnya, rumit, na- mun mulia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Joko Santoso selaku Kepala Seksi SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung ada beberapa faktor penghambat pelaksanaan pelimpahan kewenangan pengelolaan jenjang pendidikan SMA/SMK dari dinas pendidikan kota/kabupaten ke dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi:

  1. Luas Wilayah, rentan kendali masih terbatas artinya rentan jauh pengendalian masih terbatas, provinsi lampung sendiri daya jangkauannya adalah 15 kabupaten dari Bandar Lampung ke Pesisir barat, Way Kanan, Mesuji rentan nya sangat jauh. Kita untuk melakukan pengawasan secara langsung kesulitan nya disitu tapi kita memberdayakan pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan, dan itu tujuan di bentuknya UPTD untuk rentan yang jauh.

  2. Tiap kabupaten/kota memiliki keberagaman tentang kondisi nyata di lapangan, baik itu masalah guru, akses, sarana prasarana, masalah mutu dan kualitas guru beragam, sehingga perlakuan nya akan berbeda pula.

  3. PNS yang ada di kabupaten jumlahnya terbatas, bahkan ada sekolah yang hanya kepala sekolahnya saja berstatus PNS lainnya guru honor. Sehingga menyebabkan mutu pendidikan antara kabupaten dan kota itu berbeda.

  4. Anggaran, UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi lampung diberi tugas untuk mendanai sekitar 8500 PNS guru, itu tidak diiringi dengan anggaran dari pusat ke provinsi, anggaran yang sudah keluar masih melekat di kabupaten terutama untuk pembinaan dan pengembangan, kalau gaji sudah di DAU (Dana Alokasi Umum) tinggal gaji yang sebelumnya lewat kabupaten kota langsung rekening dipindahkan ke provinsi untuk pembinaan dan pengembangan, untuk masalah DAK (Dana Alokasi Khusus) fisik maupun non fisik tidak serta merta pindah ke provinsi.

  Dari hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengembalian kewenangan ini banyak menuai pro kontra dari berbagai pihak, diharapkan dengan adanya Undang- Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah ini pemerintah provinsi dapat menjalankan urusan urusan pendidikan dengan lebih baik lagi.

  IV. PENUTUP

  4.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Dalam pelimpahan kewenangan ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung bersama Biro Perlengkapan dan Aset Daerah Lampung telah melakukan sosialisasi dan pendataan aset, yang terdiri dari aset bergerak dan tidak bergerak. Aset bergerak itu terdiri dari Guru dan Tenaga Pendidik, serta aset tidak bergerak itu meliputi insfrastruktur dan sarana prasarananya. Upaya yang dilakukan Dinas pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung terkait pelimpahan kewenangan SMA/SMK ini yaitu membentuk lima UPTD di lima wilayah untuk kelancaran proses pelimpahan wewenang dan akan mengurus perkara administratif sekolah, guru, sertifikasi guru maupun akreditasi sekolah SMA/SMK yang kewenangan nya sudah dialihakan dari kabupaten/kota ke Pemerintah Provinsi.

  2. Dampak positif dari perubahan regulasi ini adalah: pengelolaan pendidikan lebih fokus dan efisien, Praktik KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) di dunia pendidikan semakin berkurang, terjadinya pemerataan mutu pendidikan dan menghemat anggaran kota dan kabupaten. Dampak negatif dari regulasi baru ini adalah: sulitnya mengadakan koordinasi ketingkat provinsi karena wilayah pemerintahan provinsi lebih luas 3. Faktor

DAFTAR PUSTAKA

  a) Luas wilayah dan rentan kendali masih terbatas b)

  Visimedia. Yuswanto, Hukum Desentralisasi

  13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

  Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi lampung Nomor

  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Daerah Provinsi lampung

  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

  Peraturan Perundang-undangan

  Keuangan , 2012, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

  Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Perubahannya , Jakarta, PT.

  Masing- masing kabupaten/kota memiliki keberagaman tentang kondisi real di lapangan

  Penghambat dari pelaksanaan pengembalian kewenangan pengelolaan nya yaitu :

  Yogyakarta, Deepublish. Muhammad, Abdulkadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum . Bandung.

  Responsif: Fondasi Teoretik dan Pedoman pembentukannya

  Dayanto, 2015, Peraturan Daerah

  Pemerintah hendaknya terkoordinasi dalam penyelenggaraan pendidikan agar tujuan pendidikan bisa dicapai. Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dengan membentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) sebagai kepanjangan tangan dari dinas pendidikan provinsi harus didukung pula oleh pemerintah kabupaten/kota, supaya fungsi dari tujuan dari pelaksanaan pengembalian kewenangan cepat berjalan. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota diberikan kewenangan penuh dalam menyelenggarakan urusan rumah tangganya yang di dalamnya termasuk penyelenggaraan pendidikan. Apabila masih ada kekurangan dalam pengelolaan pendidikan oleh pemerintah kabupaten/kota, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat dan pemprov untuk membantu memperbaiki kekurangan tersebut

  Tidak diiringi anggaran dari pusat ke provinsi

  c) Jumlah PNS dikabupaten masih sangat terbatas d)

  Citra Aditya Bakti. Yustisia, Tim Visi, 2015, Undang-

4.2 Saran