Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini

  

Khotbah

Menyikapi Kondisi Bangsa Masa Kini

َمَلَس َو ِهْيَلَعُ ل َىلَص ٍدَم َحُماَنِيِبَن ِةَعْي ِرَشِب َو ِمَلْسِلْا َو ِناَمْي ِ لْا ِةَمْعِنِب َانَمَعْنَا ْيِذلَاِ هِ ُدْم َحْلَا

ِل َصصص َمُهَللَا . ُهُل ْو ُصصس َر َو ُهُدْبَع اًدَم َحُم َنَأ ُدَهْشَأ َو ُهَل َكْي ِرَش َل ُهَد ْح َو ل َلإ هَلِإ َل ْنَأ ُدَهْشَأ ،

  

لَداَبِعاَيَف ُد صصْعَباَمَأ َمَل َصصسو ِهِتَمُأ ِعْيِمَج َو ِهِب ْحَص َو ِهِلآ ىَلَع َو ِيِم ُلْا ِِيبَِنلا ٍدَمَحُم اَنِدِيَس ىَلَع

َلَاق . َن ْوُحِلْفُت ْمُكَلَعَل ِتاَئِيَسلا اوُبِنَت ْجا َو ِتا َرْي َخْلا اوُلَعْفا َو ِهِتَعاَط َو ِل ى َوْقَتِب َياَيِا َو ْمُكْي ِص ْوُأ

اولللوقت نأ ل ا دللنع اللتقم ربللك

   ِمْيِجَرصصلا ِناَطْي َصصشلا َنِم ِهاِب ُذوُعَأ ِمْي ِظَعْلا ِنَأ ْرُقْلا ىِف ىَلاَعَت ُل نولعفت لام

  Hadirin rahimakumullah Adalah sebuah kewajiban bagi setiap khotib disetiap mengawali khutbah untuk mengajak dan mengingatkan para jama'ah agar selau meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Nya dalam sebuah bentuk perilaku menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Nya. Apabila hal ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan kita sehari hari dengan rasa penuh keikhlasan maka niscaya kehidupan kita akan senantiasa dalam naungan dan ridhoNya. Akan berbeda sekali dengan kehidupan orang orang yang selalu melanggar perintah Allah yang kehidupan mereka penuh dengan kemaksiatan, ketidak cukupan dan jauh dari ketentraman. Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allah kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita. Kita tahu dan lihat bersama-sama melalui berita di media cetak dan elektronik bagaimana sekarang ini para pesohor dan pejabat dinegeri ini nampak nyata melakukan praktek-praktek yang melanggar perintah Allah SWT yaitu korupsi.

  Sebuah kata yang mungkin sangat familiar di telinga kita yang setiap hari di bicarakan dimana mana ketika kita bertemu dengan orang orang disekitar kita.

  Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Korupsi bukan saja menyengsarakan orang yang melakukan korupsi saja, namun orang lain pun akan merasakan kesengsaraan juga. Praktek korupsi yang dilakukan oleh para pesohor dan pejabat di negeri ini sudah sangat memprihatinkan. Mereka mengambil hak hak warga untuk hidup sejahtera dengan memperkaya diri sendiri ataupun golongan mereka. Mereka sudah melupakan bahwa mereka adalah orang yang diberi amanah oleh bangsa untuk mengelola negeri ini untuk menjadi

  

baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Mereka sudah melupakan janji mereka sendiri ketika

mereka menginginkan jabatan sebagai seorang pemimpin.

  Dengan melihat fenomena ini, muncul pertanyaan pertanyaan instropektif apakah masih pantas bagi mereka untuk menjadi pemimpin pemimpin kita? Apakah pantas orang yang korupsi dan merugikan bangsa, kita percaya lagi untuk menjadi suri tauladan kita?. Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Mungkin kita sudah merasa jenuh terhadap janji-janji mereka. Mungkin kita juga merasa bosan dengan kelihaian mereka dalam merangkai dan memainkan kata manis untuk mencari cari alasan pembenaran. Oleh karena itu, Kita harus bersikap bijak dalam menentukan siapa yang akan kita titipi amanah untuk menjalankan pemerintahan negara kita. Kita haruslah memilih pemimpin yang benar benar bisa mempraktekkan apa yang mereka katakan. Janganlah kita memilih pemimpin yang dengan berkedok kesolehan dan anti korupsi namun dalam prakteknya jauh dari apa yang disampaikan. Allah SWT sangat membenci orang orang yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan sebagaimana firmannya dalam QS: As Shaaf : 3 :

  نولعفت لام اولوقت نأ ل ا دنع اتقم ربك

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan."

  Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Tinggalkan korupsi mungkin sebuah kata yang mudah untuk diucapkan. Namun pada prakteknya hal ini sangat susah untuk dilakukan. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki nafsu dan memiliki keinginan. Ketika kebutuhan hidup semakin tinggi sementara pendapatan tidak mencukupi maka sering manusia menggunakan sifat syaitoniyyah untuk melakukan tindakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang salah satunya adalah praktek korupsi.

  Namun Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Bila kita selalu berpegang teguh pada agama dan yakin bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu di awasi oleh Allah, maka tentunya kita dapa mengontrol perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang buruk. Kita haruslah memulai kebaikan dari diri kita sendiri yang kemudian akan menyebar pada keluarga kita dan akhirnya akan meluas kepada masyarakat yang ada disekitar kita. Oleh karena itu, Marilah kita bersama menjauhi praktek praktek korupsi supaya kita terhindar dari siksaan api neraka yang bahan bakar dari api neraka itu adalah orang orang yang melakukan maksiat kepada Allah dengan melakukan hal hal yang dilarangNya. Hal ini termaktub dalam QS : At- Tahrim : 6

  

ٌظلِغ ٌةصصَكِئلَم اصصَهْيَلَع ُةَراصصَجِحْلا َو ُساَنلا اَهُدوُق َو اًراَن ْمُكيِلْهَأ َو ْمُكَسُفنَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَلا اَهُيَأ ا

. َنوُرَم ْؤُي اَم َنوُلَعْفَي َو ْمُهَرَمَأ اَم َ َل َنوُصْعَي ل ٌداَدِش

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,

dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan."

  Dari ayat ini kita juga dapat mengambil hikmah untuk selalu mengingatkan kepada keluarga kita, anak anak kita untuk menjauhi siksa api neraka dengan mendidik mereka untuk selalu ingat kepada Allah SWT dengan menjauhi praktek praktek kehidupan yang dilarang oleh Allah yang salah satunya adalah perilaku korupsi. Keturunan keturunan kita hendaklah dididik dengan benar untuk berperang melawan korupsi yang pada akhirnya nanti dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa dengan bersih untuk mensejahterakan warga sehingga pemerintahan yang bersih bukan hanya slogan belaka. Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawabkan besok di hari akhir. Mungkin kita bisa membuat rekayasa pertanggungjawaban didunia. Namun diakhirat nanti kita tidak bisa merekayasa pertanggungjawaban di sisi Allah SWT. Kita tidak memiliki daya karena mulut kita tidak bisa berbicara bohong seperti semasa kita hidup didunia. Tangan kitalah yang akan berbicara dengan disaksikan oleh kedua kaki kita. Hal ini sudah diingatkan oleh Allah SWT sebagaimana firman Nya dalam QS Yasiin : 65

  َنوُب ِسْكَي اوُناَك اَمِب ْمُهُلُج ْرَأ ُ ا دَهْشَت َو ْمِهيِ ا دْيَأ اَنُمِلَكُت َو ْمِهِها َوْفَأ ىَلَع ُمِت ْخَن َم ْوَيْلا

" Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan

memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan."

  Ma'asyiral musliminrahimakumullah, Diakhir khutbah ini, marilah kita bersama sama berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk selalu meninggalkan perbuatan buruk dan selalu menyebarkan perilaku perilaku yang baik sehingga tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita akan jauh dari praktek korupsi dan dapat berjalan sesuai dengan tuntunan yang ada dalam Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Amin.

  

ِمْيِك َحْلاِ رْكذصصلا َو ِتَاصصييْا َنِم ِهصصْيفِ اصصَمبِ ْمُكاَيإ َو يِنَعَفَن َو ِمْي ِظَعلْا ِنآ ْرصصُقلْا ْيِف ْمُكَل َو ْيِل ُل َك َراصصَب

ُمْيِلَعلْا ُعْيِمَسلا َوُه ُهَنإ ُهَت َوَلِت ْمُكْنِم َو يِنِم َلَبَقَت َو

  Khutbah II

  

ُل َو ُل َلِا َهصصَلِا َل ْنَا ُدَه ْصصشَا َو .ِهصصِناَنِتْمِا َو ِهصصِقْيِف ْوَت َىلَع ُهصصَل ُرْك ُصصشلا َو ِهِنا َصصس ْحِا َىلَع ِه ُدْم َحْلَا

ِلَص َمُهللا .ِهِنا َو ْض ِر َىلِا ىِعاَدلا ُهُل ْوُس َر َو ُهُدْبَع اًدَم َحُم اَنَدِيَس َنَا ُدَهْشَا َو ُهَل َكْي ِرَش َل ُهَد ْح َو

َلاوُقَتِا ُساَنلا اصصَهُيَا َاصصيَف ُد صصْعَب اَمَاا ًرْيثِك اًمْيِل ْسَت ْمِلَس َو ِهِبا َح ْصَا َو ِهِلَا ىَلَعِو ٍدَم َحُم اَنِدِيَس ىَلَع

ِهصصِتَكِئ َمِب ىَنصصصَث َو ِه ِصصسْفَنِب ِهصصْيِف َأَدصصَب ٍرْمَاصصِب ْمُكَرصصَمَا ِل َنَا ا ْوصصُمَلْعا َوىَهَن اَمَع ا ْوصصُهَتْنا َو َرَمَا اَمْيِف

ِهصصْيَلَع ا ْوُل َصصص ا ْوصصُنَمآ َنْيِذَلا اصصَهُيَا آصصي ىِبَنلا َىلَع َن ْوُلَصُي ُهَتَكِئ َم َو َل َنِا ىَلَاعَت َلاَق َو ِهِسْدُقِب

.اًمْيِل ْسَت ا ْوُمِلَس َو

  

َكِئآيِبْنَا ىَلَع َو ٍدَمَحُم َانِدِي َصس ِلآ ىَلَع َو ْمِل َصصس َو ِهصصْيَلَع ُل ىَل َصصص ٍدَمَحُم اَنِدِي َصصس ىَلَع ِل َصصص َمُهللا

ناصصَمْثُع َورَمُع َو ٍرْكَب ىِبَا َنْيِد ِصصشاَرلا ِءاصصَفَلُخلْا ِنَع َمُهِللا َض ْرا َو َنْيِبَرصصَقُملْا ِةصصَكِئ َم َو َكِل ُصصسُر َو

َض ْرا َو ِنْيِدصصلا ِم ْوَيىصصَلِا ٍنا َصصس ْحِاِب ْمُهَل َنْيِعِباَتلا يِعِباصصَت َو َنْيِعِباَتلا َو ِةَباَح َصصصلا ِةَيِقَب ْنَع َو ىِلَع َو

َنْيِمِل ْصصصسُملْا َو ِتاصصصَنِم ْؤُملْا َو َنْيِنِم ْؤصصصُمْلِل ْرصصصِف ْغا َمُهللَاصصصَنْيِمِحا َرلا َم َح ْرَا اصصصَي َكصصصِتَم ْح َرِب ْمُهَعَم اَنَع

  

َك ْر ِصصصشلا َلِذَأ َو َنْيِمِل ْصصصسُملْا َو َمَل ْصصصسِلْا َزصصصِعَا َمُهللا ِتا َوصصصْمَلْا َو ْمُهْنِم ُءآصصصي ْحَلَا ِتاَمِل ْصصصسُملْا َو

َو َنْيِمِل ْصصسُملْا َلَذ َخ ْنَم ْلُذ ْخا َو َنْيِدلا َرَصَن ْنَم ْرُصْنا َو َةَيِد ِح َوُملْا َكَداَبِع ْرُصْنا َو َنْيِك ِرْشُملْا َو

َل ِزَل َزصصلا َو َءاصصَب َولْا َو َءَلَبلْا اَنَع ْعصصَف ْدا َمُهللا .ِنْيِدصصلا َم ْوصصَي ىَلِا َكصصِتاَمِلَك ِل صصْعا َو ِنْيِدلاَءاَد ْعَا ْرِمَد

ِرِئا َصصس َو ًة َصصصآخ اَي ِسْيِنوُدْنِا اَنِدَلَب ْنَع َنَطَب اَم َو اَهْنِم َرَهَظ اَم َن َحِملْا َو ِةَنْتِفلْا َء ْوُس َو َن َحِملْا َو

اَنِق َو ًةَنَس َح ِة َرِخيْا ىِف َو ًةَنَس َح اَيْنُدلا ىِف َانِتآ اَنَب َر . َنْيِمَلاَعلْا َب َر اَي ًةَمآع َنْيِمِل ْسُملْا ِناَدْلُبلْا

. ِراَنلا َباَذَع

اَنُرُمْأَي َل َنِا ! ِلَداَبِع . َنْي ِرِساَخلْا َنِم َنَن ْوُكَنَل اَنْمَح ْرَت َو اَنَل ْرِفْغَت ْمَل ْنِا َواَنَسُفْنَا اَنْمَلَظ اَنَبَر

ْمُكَلَعَل ْمُكُظِعَي ي ْغَبلْا َو ِرصصَكْنُملْا َو ِءآصصش ْحَفلْا ِنَع ىَهْنَي َو َىب ْرصصُقلْا ىِذ ِءآصصتْيِإ َو ِنا َصصس ْحِلْا َو ِل ْدصصَعلْاِب

  ْرَبْكَا ِل ُرْكِذَل َو ْمُك ْد ِزَي ِهِمَعِن َىلَع ُه ْوُرُكْشا َو ْمُك ْرُكْذَي َمْي ِظَعلْا َلاوُرُكْذا َو َن ْوُرَكَذَت