PERGANTIAN CEO, PENGHINDARAN PAJAK, KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN MANAJEMEN LABA STUDI KAUSALITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA
PERGANTIAN CEO, PENGHINDARAN PAJAK, KOMPENSASI EKSEKUTIF DAN MANAJEMEN LABA STUDI KAUSALITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA
1 Natasya Putri * *2 , Wida Fadhlia
1,2 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
e-mail: natasyaputri0611@gmail.com *1 widafadhlia@unsyiah.ac.id *2
Abstrak
This study aims to examine the influence of CEO turnover, tax avoidance and executive compensation on earnings management by using discretionary accruals as a proxy of earnings management. The samples of this research were the manufacturing firms listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) between 2011 and 2015. The samples were selected by using purposive sampling on 24 companies with 120 observations. The Data were collected from annual report and data analyzed by multiple regression analysis. The results of this study shows that CEO turnover has influence on earnings management, tax avoidance has influence on earnings management, and executive compensation has no influence on earnings management.
Keywords: CEO Turnover, Tax Avoidance, Executive Compensation, Earnings Management.
1. Pendahuluan
informasi laba. Hal inilah yang kemudian Laporan keuangan adalah alat utama para manajer
menyebabkan timbulnya manajemen laba. untuk menunjukkan hasil kinerja dan prestasi yang
merupakan kegiatan dilakukan dalam menjalani kegiatan operasional
Manajemen
laba
memanipulasi laporan keuangan dengan memilih perusahaan. Laporan keuangan berkaitan dengan
metode-metode akuntansi yang tepat dan sesuai untuk penyediaan dan penyampaian informasi. Tujuan
mencapai tingkat laba yang diharapkan (Belkaoui dan informasi tersebut adalah sebagai dasar dalam
Riahi, 2006:74). Manajemen laba sengaja dilakukan pengambilan keputusan bisnis bagi para investor dan
oleh pihak manajemen untuk mengelabui stakeholder kreditor yang mencakup keputusan investasi dan kredit
yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. yang berhubungan dengan prediksi arus kas dan
Manajemen laba juga mengakibatkan laporan sumber pendanaan serta penggunaan sumber daya
keuangan yang dihasilkan menjadi bias dan yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK (Pernyataan
mengurangi kredibilitas laporan keuangan karena Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 1, laporan
angka yang dilaporkan tersebut tidak mencerminkan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laba
kondisi yang sebenarnya (Healy dan Wahlen, 1999). rugi komprehensif, perubahan ekuitas, arus kas, dan
Terdapat beberapa kasus yang terjadi di Indonesia CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan).
yang mengungkapkan adanya fenomena praktik Pada umumnya laporan laba rugi lebih banyak
manajemen laba pada perusahaan-perusahaan yang menyita perhatian para pengguna laporan keuangan
terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) diantaranya dibandingkan dengan laporan lainnya, karena laporan
PT Kimia Farma, PT. Waskita Karya dan PT. Timah laba rugi dapat membantu pemilik atau pihak lain
Tbk. Diberitakan oleh Syahrul (2002) dalam situs dalam menaksir earning power perusahaan di masa
www.tempo.co pada tahun 2001 PT. Kimia Farma Tbk yang akan datang. Kecenderungan pihak eksternal
terbukti melakukan manipulasi laporan keuangan untuk lebih memperhatikan informasi laba dalam
dengan melaporkan adanya laba bersih sekitar Rp 132 pengukuran kinerja perusahaan, akan mendorong
miliar, namun setelah dilakukan audit ulang pada manajemen untuk melakukan manipulasi terhadap
tanggal 31 Desember 2001 ternyata laba perusahaan hanya sebesar Rp 99,56 miliar.
PT. Waskita Karya juga melakukan manipulasi
memiliki tanggung jawab untuk membayar pajak laporan keuangan sejak pertengahan Agustus 2009.
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagi Dalam situs www.antaranews.com diberitakan oleh
perusahaan, pajak yang harus dibayarkan merupakan Surya (2009) PT. Waskita Karya melakukan kelebihan
beban. Oleh karena itu, perusahaan akan berusaha pencatatan laba bersih sebesar Rp 500 miliar yang
semaksimal mungkin untuk mengurangi beban atas diketahui saat dilakukan audit laporan keuangan
pajak yang harus dibayarkan. Hal tersebut menyeluruh seiring pergantian direksi pada 2008.
menyebabkan pihak manajemen melakukan berbagai Direksi lama PT. Waskita Karya merekayasa keuangan
cara yang aman untuk mengurangi pajak yang harus sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan
dibayarkan salah satunya dengan melakukan tax proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan
avoidance (penghindaran pajak). sebagai pendapatan tahun tertentu. Berdasarkan hal
Prakosa (2014) menjelaskan bahwa penghindaran tersebut Kementerian Negara BUMN menonaktifkan 3
pajak merupakan tindakan legal karena tidak direksi PT. Waskita Karya dari pekerjaannya.
melanggar aturan atau standar yang berlaku. Meskipun Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
begitu, penghindaran pajak dapat memberi kerugian manajemen laba diperngaruhi oleh pergantian CEO
besar bagi negara karena mengurangi pemasukkan (Adiasih dan Kusuma, 2011; Wijaya dan Ardiana,
APBN. Jadi, dapat dikatakan bahwa tax avoidance 2014), penghindaran pajak (Larastomo et al., 2016)
merupakan tindakan legal yang merugikan pemerintah dan kompensasi eskekutif (Hassen, 2014).
(Larastomo et al., 2016).
Menurut Scott (2006:344) salah satu motivasi Faktor lain yang juga mempengaruhi manajemen pihak manajemen melakukan manajemen laba adalah
laba adalah kompensasi eksekutif. Menurut Healy pergantian CEO. CEO (Chief Executive Officer)
(1985) dalam penelitiannya yang berjudul The Effect merupakan pimpinan tertinggi di dalam perusahaan
of Bonus Schemes on Accounting Decisions yang diberikan wewenang oleh prinsipal untuk
memprediksi bahwa manajer cenderung mengelola mengatur jalannya kegiatan operasional perusahaan.
laba untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka Pergantian CEO terjadi karena laba perusahaan dalam
peroleh yang telah diatur dalam rencana kompensasi satu periode tidak sesuai dengan tujuan dari prinsipal
perusahaan, sehingga akan meningkatkan total sehingga CEO harus bertanggung jawab atas hasil
kompensasi yang diperoleh.
yang diperoleh tersebut. Keadaan seperti ini akan Penelitian tersebut didasarkan pada Positive mendorong pihak prinsipal untuk mengganti CEO
menjelaskan dan perusahaan karena ia menilai CEO yang sekarang telah
memprediksi tindakan manajer dalam memilih gagal menjalankan tugasnya, sedangkan dari pihak
kebijakan akuntansi. Bonus Plan Hypothesis CEO keadaan seperti ini akan memaksanya untuk
menjelaskan bahwa manajer pada perusahaan yang melakukan pengelolaan laba agar posisinya tidak
memiliki rencana bonus lebih mungkin melakukan digantikan di dalam perusahaan (Yuliana, 2011).
pemilihan metode-metode akuntansi sehingga dapat Pergantian CEO yang baru mendorong pihak
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode manajemen melakukan praktik manajemen laba
berjalan.
dengan bentuk taking a bath. Taking a bath Beberapa hasil penelitian menunjukkan hasil yang merupakan teknik meminimalkan income atau bahkan
berbeda mengenai pengaruh pergantian CEO, membuat rugi pada tahun transisi guna meningkatkan
penghindaran pajak dan kompensasi eksekutif dalam laba di masa yang akan datang (Belkaoui dan Riahi,
penelitian terdahulu. Penelitian ini kembali menguji 2006:76). Manajemen laba dalam hal taking a bath
penelitian sejenis sebagai dasar memberikan dilakukan oleh CEO baru, hal tersebut dilakukan oleh
penguatan terhadap kesimpulan para peneliti. CEO baru untuk memperlihatkan kinerja yang baik dimasa yang akan datang agar mendapatkan
2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan
kepercayaan dari prinsipal dalam mengelola
Hipotesis
perusahaan yang dimiliki oleh prinsipal tersebut.
2.1. Teori Keagenan
Faktor lain yang mempengaruhi manajemen laba Konsep teori keagenan adalah hubungan yang adalah penghindaran pajak. Setiap perusahaan
terjadi antara prinsipal dan agen. Pada perusahaan
yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
yang dikeluarkan oleh agen untuk meyakinkan bertindak sebagai prinsipal sedangkan CEO bertindak
prinsipal bahwa manajemen perusahaan berjalan sebagai agen. Prinsipal mempekerjakan agen untuk
dengan sebagaimana mestinya. (3) Biaya kerugian melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
residual (the residual loss), merupakan kerugian kepentingan prinsipal, seperti dalam pendelegasian
menurunnya nilai pasar akibat adanya hubungan otoritas pengambilan keputusan dari prinsipal kepada
keagenan yang ikut memengaruhi berkurangnya agen di dalam perusahaan, sedangkan agen memiliki
kesejahteraan prinsipal.
tugas menjalankan kegiatan operasional perusahaan Teori keagenan juga menjelaskan mengenai dan mensejahterakan prinsipal (Yuliana, 2011).
bonus plan analysis yang berkaitan dengan tindakan Terdapat dua kepentingan berbeda diantara agen dan
manajemen laba. Menurut Nelson dan Jamil (2012), prinsipal di dalam satu perusahaan dimana setiap pihak
manajer akan mendapatkan bonus berdasarkan profit berusaha untuk mencapai kemakmurannya sendiri.
yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu manajer Perbedaan kepentingan yang terjadi antara agen dan
akan memilih metode-metode akuntansi yang dapat prinsipal tersebut akan menimbulkan masalah
memaksimalkan profit dari perusahaan atau setidaknya keagenan.
membuat profit perusahaan tidak turun ataupun naik Agen memiliki informasi yang lebih banyak
secara ekstrim. Profit yang meningkat atau stabil mengenai lingkungan perusahaan, posisi keuangan
membuat kinerja agen di mata prinsipal dianggap baik. yang sebenarnya dan posisi entitas dibandingkan
Oleh karena itu, CEO (agen) akan menerima dengan prinsipal. Hal tersebut menyebabkan asimetri
kompensasi yang cenderung sama setiap periodenya. informasi diantara agen dan prinsipal. Asimetri
Inilah yang mendorong pihak manajemen melakukan informasi merupakan suatu keadaan di mana agen
manajemen laba.
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agen
2.2. Manajemen Laba
dapat melakukan tindakan yang dalam jangka panjang Copeland (1968) mendefinisikan manajemen laba dapat merugikan perusahaan untuk mencapai
sebagai suatu tindakan memaksimumkan atau kepentingannya, serta menggunakan metode akuntansi
meminimumkan laba untuk tujuan tertentu. Sedangkan sebagai alat untuk melakukan rekayasa pada laporan
menurut Gumanti (2004), manajemen laba merupakan keuangan perusahaan (Cardosa et al., 2014).
usaha pihak manajer yang disengaja untuk Asimetri informasi menimbulkan permasalahan di
memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang dalam perusahaan. Permasalahan yang timbul
diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan diantaranya Moral Hazard dan Adverse Selection
tujuan untuk memberikan informasi yang menyesatkan (Jensen dan Meckling, 1976). Moral Hazard, yaitu
para pengguna laporan keuangan untuk kepentingan permasalahan yang muncul jika agen tidak
pihak manajer. Subramanyam dan Wild (2013) melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama
menyatakan bahwa terkandung tiga aspek utama dalam kontrak kerja, sedangkan Adverse Selection
dalam definisi manajemen laba, yaitu: (1) manajemen yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
laba dapat dilakukan dengan penggunaan judgment. mengetahui apakah keputusan yang dipilih oleh agen
Contoh judgment seperti perkiraan umur ekonomis dan benar-benar didasarkan
nilai residu aktiva tetap, pajak yang ditangguhkan, diperolehnya, atau terjadi akibat sebuah kelalaian
atas informasi yang
menentukan metode akuntansi yang akan digunakan dalam melaksanakan tugas.
seperti metode penyusutan dan metode biaya. (2) Permasalahan yang timbul antara prinsipal dan
untuk menyesatkan agen dikenal dengan agency problem yang
tujuan
manajemen laba
stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan menyebabkan timbulnya biaya keagenan (agency cost)
karena manajemen memiliki akses terhadap informasi yang menurut Jensen dan Meckling (1976) terdiri dari:
yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. (3) (1) Biaya monitoring (the monitoring cost), merupakan
menggeser periode biaya atau pendapatan. Contohnya biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk
seperti mempercepat/menunda pengeluaran untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja agen. (2)
penelitian dan pengembangan sampai pada periode Biaya bonding (the bonding cost), merupakan biaya
akuntansi berikutnya, pengeluaran promosi, mengatur
berjalan. (2) Income Maximation, dilakukan pada saat saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
laba menurun yang bertujuan untuk melaporkan net Scott (2006) mengungkapkan terdapat dua cara
income yang tinggi sehingga manajer memperoleh untuk memahami manajemen laba, yaitu: (1) Sebagai
bonus yang lebih besar. (3) Income Minimazation, perilaku
dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat memaksimalkan utilitasnya menghadapi kontrak
profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada kompensasi, utang dan biaya politik. (2) Memandang
periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat manajemen laba sebagai kontrak efisien, dimana
diatasi dengan mangambil laba pada periode manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas
sebelumnya. (4) Income Smoothing, perusahaan untuk melindungi diri dalam mengantisipasi kejadian-
cenderung melakukan perataan laba yang dilaporkan kejadian yang tak terduga. Manajemen laba terjadi
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu karena dalam penyusunan laporna keuangan
besar karena pada umumnya investor lebih menyukai menggunakan basis akrual (Subramanyam dan Wild,
laba yang relatif stabil
2013). Konsep akrual memiliki dua komponen, yaitu
2.3 Pergantian CEO
discretionary accruals dan non discretionary accruals CEO (Chief Executive Officer) adalah eksekutif (Healy dan Wahlen, 1999). Discretionary accruals
yang berada di puncak perusahaan yang bertanggung merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan
jawab terhadap kelangsungan dan keberhasilan direkayasa oleh manajer, sedangkan non discretionary
perusahaan (Yuliana, 2011). Di Indonesia, CEO lebih accruals tidak dapat diatur dan direkayasa oleh
dikenal dengan istilah direktur utama atau presiden manajer. Manajer akan melakukan manajemen laba
direktur. Direktur merupakan sebutan secara umum dengan memanipulasi akrual tersebut untuk mencapai
terhadap pimpinan tertinggi di dalam suatu Perusahaan tingkat pendapatan yang diinginkan.
Terbatas (PT).
Scott (2006:344) mengemukakan motivasi Pengaturan terhadap direktur (CEO) di Indonesia manajemen dalam melakukan manajemen laba
terdapat dalam UU No. 40 Tahun 2007 Bab VII diantaranya adalah: (1) Bonus Purpose, dilakukan
tentang Perseroan Terbatas yang mengatur fungsi, untuk mendapat bonus tinggi dengan menggunakan
wewenang, dan tanggung jawab direksi. Menurut metode akuntansi dalam meningkatkan income yang
Adiasih dan Kusuma (2011) pada umumnya CEO dilaporkan. (2) Political motivations, dilakukan karena
memiliki tugas antara lain: (1) Memimpin perusahaan adanya tekanan publik yang mengakibatkan
dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan. pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. (3)
(2) Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari Taxation motivations, dilakukan untuk penghematan
karyawan dan kepala bagian (manajer). (3) Menyetujui pajak pendapatan. (4) Pergantian CEO (Chief
anggaran tahunan perusahaan. (4) Menyampaikan Executive Officer), CEO yang akan pensiun biasanya
laporan kepada pemegang saham atas kinerja akan berusaha untuk meningkatkan laba untuk
perusahaan.
mendapatkan bonus yang lebih tinggi, sedangkan CEO Masa jabatan CEO dalam tiap-tiap perusahaan yang baru akan menurunkan laba agar kinerjanya
tidak ditentukan berdasarkan batasan tertentu, namun dinilai berhasil di periode selanjutnya. (5) IPO (Initial
CEO dipilih berdasarkan Rapat Umum Pemegang Public Offering) dilakukan untuk memperoleh harga
Saham (RUPS) yang biasanya dilakukan tiap tahun. saham yang tinggi. (6) Pentingnya memberi informasi
Apabila kinerja dari CEO tersebut dianggap baik maka kepada investor perusahaan tersebut dalam kinerja
saat RUPS para pemegang saham akan memutuskan yang baik.
perpanjangan masa jabatan CEO, namun apabila Menurut Scott (2006:345-346), terdapat empat
pemegang saham merasa kinerja dari CEO tersebut pola manajemen laba, yaitu: (1) Taking a bath, Pola ini
kurang baik, maka pemegang saham dapat memecat terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan
CEO melalui RUPS tahunan (Yuliana, 2011). Oleh CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah
karena itu, banyak dari CEO perusahaan yang besar. Teknik ini dilakukan dengan cara mengakui
menggunakan segala cara untuk mempertahankan biaya yang ada pada periode mendatang pada periode
posisi jabatannya.
2.4 Penghindaran Pajak
Kompensasi yang ditujukan kepada dewan Penghindaran pajak atau tax avoidance
komisaris dan direksi sering disebut sebagai merupakan penghematan pajak dengan memanfaatkan
kompensasi eksekutif. Scott (2006:303) menjelaskan ketentuan
kompensasi eksekutif sebagai suatu kontrak keagenan meminimalkan kewajiban pajak (Lim, 2011). Priantara
atau perjanjian antara perusahaan dan manajer yang (2009:453) mendefinisikan tax avoidance sebagai
betujuan untuk menyelaraskan kepentingan pemilik usaha-usaha yang masih termasuk di dalam konteks
perusahaan dan manajer dengan memberikan peraturan
kompensasi kepada manajer yang didasarkan pada satu memanfaatkan celah hukum untuk memperkecil
atau lebih pengukuran kinerja dalam mengoperasikan jumlah pajak yang terhutang dari tahun sekarang ke
perusahaan.
tahun-tahun yang akan datang sehingga dapat Kompensasi biasanya diberikan berdasarkan laba membantu memperbaiki arus kas (cashflow)
yang dicapai perusahaan, maka logis bila direksi yang perusahaan.
kompensasinya didasarkan pada tingkat laba akan Hoque et al., (2011) mengungkapkan beberapa
melakukan tindakan memanipulasi laba perusahaan cara perusahaan dalam melakukan penghindaran
untuk meningkatkan kompensasinya. Terdapat empat pajak, antara lain: (1) Menunjukan laba dari aktivitas
bentuk kompensasi bagi eksekutif, yaitu gaji pokok, operasional sebagai laba dari modal sehingga dapat
bonus tahunan yang biasanya dipengaruhi dengan mengurangi laba bersih dan hutang pajak perusahaan.
kinerja keuangan, opsi saham, dan insentif jangka (2) Mengakui
pembelanjaan modal sebagai panjang dalam berbagai bentuk, baik stock plans pembelanjaan operasional dan dibebankan terhadap
maupun bonus (Murphy, 1999).
laba bersih, sehingga dapat mengurangi hutang pajak. (3) Membebankan biaya pribadi sebagai biaya bisnis
2.6 Pengembangan Hipotesis
untuk pengurang laba bersih. (4) Membebankan
2.6.1 Pengaruh Pergantian CEO terhadap
depresiasi yang berlebihan untuk mengurangi laba
Manajemen Laba
kena pajak. (5) Mencatat pembuangan yang berlebihan Pergantian CEO dapat menyebabkan praktik dari bahan baku dalam industri manufaktur untuk
manajemen laba yang dapat dilakukan oleh CEO baru mengurangi laba kena pajak.
(Scott, 2006:344). CEO baru akan berusaha Tax avoidance secara hukum pajak tidak terlarang
meminimalkan laba yang dilaporkan, bahkan dengan meskipun seringkali mendapatkan sorotan yang kurang
big bath yaitu membuat kerugian yang besar pada baik dari kantor pajak karena dianggap memiliki
tahun pergantian masa jabatan mereka (Wells, 2002). konotasi negatif ataupun anggapan kurang nasionalis.
Kecenderungan dalam hal ini menyebabkan CEO yang Berbeda dengan tax evasion (penggelapan pajak), yang
baru akan melakukan manajemen laba dengan metode merupakan usaha-usaha memperkecil jumlah pajak
taking a bath dimana mengalihkan perkiraan biaya dengan melakukan pelanggaran terhadap peraturan
periode yang akan datang ke masa kini supaya kinerja perpajakan yang berlaku. Pelaku tax evasion dapat
CEO baru tersebut dapat dinilai berhasil dan CEO baru dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana
memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan berdasarkan perbuatannya (Priantara, 2009:453-454).
laba di masa yang akan datang (Wandeca, 2008). Pergantian CEO memotivasi CEO yang baru
2.5 Kompensasi Eksekutif
untuk melakukan praktik manajemen laba dengan pola Kompensasi merupakan pemberian bayaran
menurunkan laba (income decreasing) yang finansial kepada karyawan sebagai balas jasa atas
ditunjukkan dengan ditemukannya discretionary pekerjaan yang telah dilakukan dan sebagai motivasi
accruals yang bernilai negatif secara rata-rata (Yasa pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang
dan Novialy, 2012; Wijaya dan Ardiana, 2014). Hasil (Handoko, 2008). Menurut Malayu (2010:118),
penelitian-penelitian tersebut mengindikasikan saat kompensasi merupakan semua pendapatan yang
pergantian CEO tindakan manajemen laba sering berbentuk uang, barang langsung, atau tidak langsung
terjadi dengan pola menurunkan laba. Oleh karena itu yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: yang telah diberikannya kepada perusahaan.
H 1 : Pergantian CEO berpengaruh terhadap manajemen laba
2.6.3 Pengaruh Kompensasi Eksekutif Terhadap
Manajemen Laba
2.6.2 Pengaruh Penghindaran Pajak terhadap
Kompensasi eksekutif adalah fasilitas yang
diberikan kepada eksekutif dan jajaran pengambil Khomsatun dan Martani (2015) menyatakan
Manajemen Laba
keputusan sebagai insentif atas segala upaya kerja bahwa konsep penghindaran pajak secara umum
yang telah dilakukannya (Diaz dan Espa, 2008). merupakan usaha untuk mengurangi jumlah pajak
Sistem pemberian kompensasi yang besar berdasarkan yang harus dibayarkan dengan menggunakan
jumlah laba akan memicu para manajer untuk transaksi-transaksi yang menyebabkan pengurangan
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan beban pajak. Perusahaan melakukan manajemen laba
prinsip akuntansi untuk meningkatkan laba. Palestin dengan tujuan mengurangi income tax expense
(2010) menyatakan bahwa ketika perusahaan sehingga beban pajak perusahaan lebih rendah dari
memberikan kompensasi yang tinggi untuk setiap seharusnya (Dhaliwal et al., 2003).
kenaikan omset atau target yang berpengaruh terhadap Wang dan Chen (2012) serta Larastomo et al.,
laba, maka akan memotivasi manajer untuk melakukan (2016) menemukan adanya pengaruh antara
manajemen laba guna meningkatkan kompensasi yang penghindaran pajak dengan manajemen laba.
akan diterimanya.
Penghindaran pajak berpengaruh terhadap manajemen Hasil penelitian Healy (1985) menunjukkan laba dikarenakan perbedaan antara Standar Akuntansi
adanya hubungan antara discretionary accruals dan Keuangan (SAK) dan Undang-Undang Perpajakan
kompensasi eksekutif dalam bentuk bonus. Skema yang dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk
bonus memberikan insentif kepada pihak manajemen melakukan rekayasa laba (manajemen laba).
manajemen laba melalui Perusahaan dapat meningkatkan laba akuntansi dengan
untuk
melakukan
discretionary accruals yang meningkatkan laba guna manajemen laba, namun konsekuensi dari manajemen
memaksimalkan bonus yang diterimanya, sehingga laba adalah meningkatnya beban pajak. Oleh karena
dapat meningkatkan total kompensasi yang akan itu, perusahaan juga melakukan penghindaran pajak
diterimanya. Rencana pemberian bonus kepada (tax avoidance) yang bertujuan untuk mengurangi
manajer cenderung memotivasi manajer untuk beban pajak yang harus dibayar dengan menurunkan
melakukan manipulasi berupa pergeseran laba periode laba. Penghindaran pajak yang dapat dilakukan
yang akan datang ke periode berjalan. Penelitian yang perusahaan seperti dengan mengakui pembelanjaan
dilakukan oleh Palestin (2010) dan Hassen (2014) modal sebagai pembelanjaan operasional dan
kompensasi eksekutif dibebankan terhadap laba bersih, sehingga dapat
membuktikan
bahwa
berpengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena mengurangi hutang pajak (Hoque et al., 2011). Oleh
itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
H 3 : Kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap adalah:
manajemen laba
H 2 : Penghindaran pajak berpengaruh terhadap manajemen laba
Pergantian CEO
Penghindaran pajak
Manajemen Laba
Kompensasi Eksekutif
Gambar 1 Bagan Konseptual
3. Metode Penelitian
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
tahunan secara lengkap di BEI tahun 2011-2015. perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian menurut Indonesia (BEI) dan populasi target adalah perusahaan
laba akuntansi, laba pajak dan laba komprehensif manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015.
selama tahun pengamatan. Menurut Hanlon Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
(2005) kerugian dapat dikompensasikan ke masa sampling dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-
depan menjadi pengurang biaya pajak tangguhan kriteria dalam memilih sampel pada penelitian ini
dan diakui sebagai aset pajak tangguhan sehingga adalah:
dapat mengaburkan arti Book Tax Differences. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
4. Perusahaan mencantumkan jumlah kompensasi
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang diberikan kepada dewan eksekutif selama tahun 2011-2015.
(komisaris dan direksi) selama tahun pengamatan.
Tabel 1 Kriteria Sampel
No.
Kriteria Sampel
Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar berturut-turut di BEI tahun 2011-2015 143 2. Perusahaan yang tidak dapat diakses data laporan tahunan dan laporan keuangan
(58) auditannya secara lengkap berturut-turut di BEI tahun 2011-2015 3. Perusahaan yang mengalami kerugian menurut laba akuntansi, laba komprehensif, dan
(47) laba pajak selama tahun pengamatan 4. Perusahaan yang tidak mencantumkan jumlah kompensasi yang diberikan kepada dewan
(14) eksekutif Jumlah sampel per tahun
24 Jumlah observasi (24x5 tahun)
Sumber: Data Diolah (2016) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang paling baik serta memberikan hasil yang paling data sekunder. Data yang digunakan bersumber dari
kuat dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
model lain. Dalam penelitian ini, sampel yang manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015
digunakan adalah perusahaan yang memiliki nilai DA melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
positif dan negatif. Perusahaan dianggap tidak (www.idx.co.id).
melakukan manajemen laba apabila DA = 0. Variabel dependen atau variabel terikat
Perhitungan discretionary accruals dilakukan merupakan variabel yang menjadi perhatian utama
dengan memenuhi langkah-langkah sebagai berikut: penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini
1) Menghitung total accruals dengan rumus: dalah manajemen laba. Manajemen laba adalah suatu
Total Accruals (TAC) = laba bersih setelah pajak pilihan yang dilakukan manajer dalam menentukan
(net income) – arus kas operasi (cash flow from kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan
operating )
2) Menghitung estimasi accruals dengan melalui nilai discretionary accruals (DA). Perhitungan
(Scott, 2006:344). Manajemen laba dapat diukur
menggunakan persamaan OLS (Ordinary Least nilai DA dilakukan menggunakan model Jones (1991)
Square ) dengan persamaan: yang dimodifikasi oleh Dechow et al., (1995).
TAC it /A it-1 =α 1 (1 / A it-1 )+α 2 ((Δ REV it –ΔR EC it ) Discretionary accruals merupakan komponen
/A it-1 )+α 3 (PPE t /A it-1 )+e
yang dapat dimodifikasi nilainya, karena discretionary
Keterangan:
accruals tidak memerlukan bukti secara fisik (Cinthya TAC it : Total accruals perusahaan i pada tahun t dan Indriani, 2015). Kangarluei et al. (2011)
: Total aset untuk sampel perusahaan i menyatakan bahwa model ini dianggap sebagai model
A it-1
pada tahun t-1
Δ REV it : Perubahan pendapatan perusahaan i dari
diberi nilai 1, (2) Jika tidak terjadi pergantian CEO tahun t-1 ke tahun t
maka diberi nilai 0.
Δ REC it : Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
3.2 Penghindaran Pajak
PPE it : Aktiva tetap perusahaan tahun t Penghindaran pajak (tax avoidance) diukur
e : Error term dengan BTD (Khomsatum dan Martani, 2015). BTD
3) Dengan menggunakan nilai koefisien regresi pada (Book Tax Difference) adalah perbedaan laba poin 2, kemudian dilakukan perhitungan nilai NDA
akuntansi dan laba fiskal yang terjadi karena (Non Discretionary Accruals ) regresi linear
perbedaan antara peraturan perpajakan dengan sederhana dengan persamaan:
peraturan akuntansi dalam hal pengakuan dan
pendapatan (Wardana, 2014). Persamaan yang α 3 (PPE it /A it-1 )
NDA it =α 1 (1 / A it-1 )+α 2 ((Δ REV it – Δ REC it )/A it-1 )+
digunakan untuk menghitung penghindaran pajak Keterangan:
adalah:
NDA it : Non discretionary accruals perusahaan i −
pada tahun t α
: Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total
Untuk mencari laba pajak tersebut adalah sebagi accruals
berikut:
4) Menghitung nilai discretionary accruals dengan
persamaan: ℎ DAC it = (TAC it /A it-1 ) – NDA it Keterangan:
3.3 Kompensasi Eksekutif
DAC it : Discretionary accruals perusahaan i pada Kompensasi eksekutif merupakan fasilitas yang periode t
diberikan kepada eksekutif dan jajaran pengambil keputusan sebagai insentif atas segala upaya kerja
Variabel independen atau disebut juga variabel yang telah dilakukannya (Diaz dan Espa, 2008). bebas merupakan tipe variabel yang mempengaruhi
Pengujian kompensasi eksekutif dalam penelitian ini variabel lain. Variabel bebas yang digunakan dalam
dilihat dari total kompensasi yang diberikan kepada penelitian ini adalah pergantian CEO, penghindaran
dewan eksekutif (komisaris dan direksi). Persamaan pajak, dan kompensasi eksekutif.
yang digunakan untuk menghitung kompensasi eksekutif adalah:
3.1 Pergantian CEO
Menurut Scott (2006:344) pergantian CEO terjadi
Kompensasi Eksekutif = Ln Total Kompensasi
karena adanya motivasi khusus dari pihak manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba yang dapat
Keterangan:
dilakukan oleh CEO yang baru menjabat. Pergantian
Ln : Logaritma natural
Chief Executive Officer (CEO) dapat terjadi karena keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS)
3.4 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
ataupun karena pengunduran diri (Putri dan Metode analisis yang digunakan dalam penelitian Widanaputra, 2015). Yuliana (2011), Wijaya dan
ini adalah metode analisis regresi linear berganda Ardiana (2014) serta Putri dan Widanaputra (2015)
(multiple linear regression analysis) yang bertujuan mengukur pergantian CEO dengan menggunakan
untuk menguji tiga variabel bebas terhadap variabel variabel dummy . Variabel ini diukur dengan
terikat. Pengolahan data penelitian menggunakan perbandingan antara CEO periode yang lalu dengan
program SPSS (Statistical Package for Social CEO pada periode yang sekarang, dimana skala
Sciences ) 23. Di dalam model regresi ini, sebelum pengukuran datanya menggunakan skala nominal
melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dengan kriteria: (1) Jika terjadi pergantian CEO maka
dilakukan uji asumsi klasik.
Y= +b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +e
Keterangan:
menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% jumlah Y
= Manajemen Laba perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara = Kostanta
menaikkan laba dan 33,3% perusahaan melakukan
b 1 ,b 2 ,b 3 = Koefisien Regresi manajemen laba dengan cara menurunkan laba. Scott
X 1 = Pergantian CEO (2006) menyatakan alasan mengapa perusahaan
X 2 = Penghindaran Pajak melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba
X 3 = Kompensasi Eksekutif yaitu disebabkan motivasi penghematan pajak, tekanan
e = Epsilon ( error term ) politik dan motivasi pergantian CEO. Penelitian ini menunjukkan hanya sedikit perusahaan yang
4. Hasil dan Diskusi
melakukan pergantian CEO dalam jangka waktu 5
tahun, dan paling banyak melakukan pergantian CEO Gambaran umum kondisi perusahaan manufaktur
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
hanya 2 kali. Statistik deskriptif yang lebih lengkap yang diamati dapat dilihat pada tabel, yang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Statistik Deskriptif
PANEL A Manajemen Laba
Menaikkan Laba 80 66.7 Menurunkan Laba
40 33.3 Pergantian CEO Tidak ada pergantian
87.5 Ada pergantian
15 12.5 PANEL B
Standar Deviasi
.143723 Pergantian CEO
Manajemen laba
.33211 Penghindaran Pajak
.0369893 Kompensasi Eksekutif
1.35412 N=120 Sumber: Output SPSS (2017)
4.2 Hasil Uji Asumsi dan Uji Hipotesis
regresi berganda. Hasil pengujian semua uji asumsi Sebelum pengujian hipotesis dilakukan maka
yang dilakukan telah terpenuhi. Hasil uji dapat dilihat dilakukan uji asumsi normalitas, multikolonieritas,
pada Tabel 3.
heterokedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi dilakukan karena penelitian ini menggunakan analisis
Tabel 3 Hasil Uji Asumsi
Kesimpulan Normalitas
Uji
Nilai test
Nilai p
Normal Multikolonieritas
Kolmogorof Smirnov
VIF (Variance Inflation Factor)
Tidak
-Pergantian CEO
multikolonieritas
-Penghindaran Pajak
(nilai VIF < 10)
-Kompensasi Eksekutif
Tidak terjadi
-Pergantiaan CEO
-Penghindaran Pajak
-Kompensasi Eksekutif
Tidak autokorelasi*
Kesimpulan *Nilai sampel 1,7536
Uji
Nilai test
Nilai p
(n) nilai dU = dan 4-dL autokorelasi
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis
terhadap manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis Hasil persamaan regresi (tabel 4) menunjukkan
kedua (H2) yang menyatakan bahwa penghindaran variabel pergantian CEO memiliki nilai signifikasi
pajak berpengaruh terhadap manajemen laba dapat 0,031 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini menunjukkan
diterima. Variabel kompensasi eksekutif memiliki nilai bahwa pergantian CEO terbukti berpengaruh terhadap
signifikansi 0,061 lebih besar dari 0,05 (5%). Hal ini manajemen laba. Dengan demikian, hipotesis pertama
menunjukkan bahwa kompensasi eksekutif tidak (H1) yang menyatakan bahwa pergantian CEO
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan berpengaruh terhadap manajemen laba dapat diterima.
demikian, hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan Variabel penghindaran pajak memiliki
bahwa kompensasi eksekutif berpengaruh terhadap signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%). Hal ini
nilai
manajemen laba tidak dapat diterima. menunjukkan bahwa penghindaran pajak berpengaruh
Tabel 4 Hasil Regresi Berganda
Kesimpulan Konstanta
Std error
t-value
A -.350
Pergantian CEO
H 1 Diterima Penghindaran Pajak
b 1 -.081
H 2 Diterima Kompensasi Eksekutif
b 2 -1.214
H 3 Ditolak F=6.602; p=.000; 2 R=0.382; R2=0.146; Adjusted R =
2. Koefisien regresi pergantian CEO sebesar -0,081. atau sebesar 14,6% variasi manajemen laba pada
Nilai Koefiesien Determinasi (R 2 ) sebesar 0,146
Artinya setiap kenaikan 100% pergantian CEO perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
laba perusahaan Indonesia tahun 2011-2015 disebabkan oleh ketiga
menurunkan manajemen
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek variabel independen dalam penelitian ini yaitu
Indonesia tahun 2011-2015 sebesar 8,1%. pergantian CEO, penghindaran pajak dan kompensasi
3. Koefisien regresi penghindaran pajak sebesar - eksekutif, sedangkan sisanya disebabkan oleh variabel
kenaikan 100% lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
penghindaran pajak menurunkan manajemen laba asimetri informasi dan earning power. Persamaan
perusahaan manufaktur yang terdaftarr di Bursa regresi linear berganda untuk manajemen laba dengan
Efek Indonesia periode 2011-2015 sebesae pengukuran descretionary accruals yang diperoleh
sebagai berikut:
4. Koefisien regresi kompensasi eksekutif sebesar 0,017. Artinya setiap kenaikan 100% kompensasi Y = -0,350 – 0,081 X1 – 1,214 X2 + 0,017 X3 + e
eksekutif akan menaikkan manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat Efek Indonesia periode 2011-2015 sebesar 1,7%. diketahui bahwa:
1. Konstanta (a) sebesar -0.350. Artinya, jika pergantian CEO, penghindaran pajak dan kompensasi eksekutif dianggap konstan, maka
4.4 Diskusi Penelitian
besarnya manajemen laba perusahaan manufaktur
4.4.1 Pengaruh
Pergantian
CEO terhadap
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
Manajemen Laba
2011-2015 turun sebesar 3,5%. Pergantian CEO akan memotivasi CEO yang baru menjabat untuk melakukan praktik manajemen laba
dengan cara menurunkan laba (income decreasing)
yang ada untuk meminimalkan laba agar pembayaran yang ditunjukkan dengan ditemukannya hasil DA
kewajiban pajak menjadi rendah seperti yang (discretionary accruals) yang bernilai negatif secara
dikemukakan oleh Hoque et al., (2011) yang salah satu rata-rata (Yasa dan Novialy, 2012; Wijaya dan
cara melakukan penghindaran pajak adalah dengan Ardiana, 2014). Pergantian CEO mendorong CEO
mengakui pembelanjaan modal sebagai pembelanjaan yang baru untuk meminimalkan laba yang dilaporkan,
operasional dan dibebankan terhadap laba bersih, bahkan dengan big bath yaitu membuat kerugian yang
sehingga dapat mengurangi kewajiban pajak. besar pada tahun pergantian masa jabatan CEO (Wells,
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang 2002).
dilakukan oleh Wang dan Chen (2012) serta Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Larastomo et al., (2016) yang menyatakan bahwa Scott (2006:345-346) yang menyatakan pada saat
penghindaran pajak berpengaruh terhadap manajemen pergantian CEO akan menyebabkan praktik
laba. Pengaruh penghindaran pajak terhadap manajemen laba dengan pola taking a bath .
manajemen laba dikarenakan perbedaan antara Perusahaan yang melakukan pergantian CEO,
peraturan perpajakan dengan peraturan akuntansi cenderung akan melakukan tindakan taking a bath
dalam hal pengakuan dan pendapatan yang dapat dengan tujuan agar mendapatkan laba yang maksimal
dimanfaatkan oleh pihak manajemen untuk melakukan pada periode tertentu yang diinginkan. Taking a bath
rekayasa laba (Wardana, 2014)
merupakan kegiatan manajemen laba dengan mengalihkan perkiraan biaya periode yang akan
4.4.3 Pengaruh Kompensai Eksekutif terhadap
datang ke masa kini supaya kinerja CEO baru tersebut
Manajemen Laba
dapat dinilai berhasil dan CEO baru memiliki peluang Besarnya kompensasi bukan merupakan motivasi yang lebih besar untuk mendapatkan laba di masa
utama bagi eksekutif untuk melakukan manajemen yang akan datang (Wandeca, 2008).
laba. Hal ini dikarenakan sebelum melakukan Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
manajemen laba eksekutif harus melakukan analisa hasil penelitian Choi et al., (2014) pada perusahaan di
terlebih dahulu mengenai resiko yang mungkin akan Korea yang menyatakan bahwa tidak terdapat
dihadapinya jika melakukan manajemen laba. Resiko pengaruh antara pergantian CEO dengan manajemen
yang mungkin akan dihadapi salah satunya adalah laba. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan
ketika eksekutif diketahui melakukan tindakan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Widanaputra
manajemen laba maka akan dicopot dari jabatannya. (2015) yang menyatakan bahwa manajemen laba
Seperti yang diberitakan oleh Surya (2009) dalam situs terjadi pada tahun saat digantinya CEO dan pada tahun
www.antaranews.com mengenai kasus yang terjadi sesudahnya.
pada PT Waskita Karya yang terbukti melakukan manajemen laba sejak tahun buku 2004-2008,
4.4.2 Pengaruh Penghindaran Pajak terhadap
sehingga menyebabkan 3 direksi PT Waskita Karya
diberhentikan dari jabatannya oleh Kementerian Salah satu motif manajemen merekayasa labanya
Manajemen Laba
Negara BUMN.
adalah untuk tujuan perpajakan, jadi perusahaan akan Tidak berpengaruhnya kompensasi eksekutif melaporkan laba yang kecil sehingga beban pajak yang
terhadap praktik manajemen laba juga diperkirakan dibayarkan perusahaan pun semakin kecil. Pihak
karena adanya pengendalian internal yang sudah baik manajemen untuk mencapai tujuan tersebut mungkin
dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI akan mengakui beban dalam jumlah besar agar dapat
tahun 2011-2015. Perusahaan mungkin sudah membebankan pada natura atau sanksi administrasi
menerapkan tata kelola perusahaan yang mampu perpajakan yang merupakan biaya yang termasuk
mengurangi tindakan manajemen laba di dalam dalam non deductable expense (Sari dan Lyana, 2015).
perusahaan seperti dibentuknya komite kompensasi di Penghindaran pajak terhadap manajemen laba
dalam perusahaan. Berdasarkan Peraturan OJK No. dilakukan perusahaan dengan menggunakan pos-pos
34/POJK.04 /2014 tanggal 8 December 2014, Emiten pendapatan maupun beban untuk mencapai laba yang
atau Perusahaan Terbuka diwajibkan memiliki Komite diinginkan. Manajemen dapat menggunakan celah
Kompensasi dan Nominasi untuk meningkatkan tata
kelola perusahaan yang lebih baik. Komite kompensasi
melihat manajemen laba yang dilakukan oleh bertanggung jawab memberikan rekomendasi kepada
perusahaan. Beberapa faktor lain yang mungkin dapat dewan komisaris mengenai struktur kompensasi,
mempengaruhi manajemen laba tidak diikutsertakan kebijakan atas kompensasi dan besaran atas
dalam penelitian ini.
kompensasi yang akan diterima oleh dewan direksi Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dan anggota komisaris lainnya serta melakukan
penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran-saran penilaian kinerja dengan kesesuaian kompensasi yang
sebagai berikut:
akan diterima masing-masing anggota direksi dan
1. Berhubung penelitian ini hanya dilakukan pada anggota komisaris lainnya.
untuk penelitian Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
perusahaan
manufaktur,
selanjutnya diharapkan dapat memperluas subjek yang dilakukan oleh Sosiawan (2012) yang
penelitian agar populasi yang diambil lebih menyatakan bahwa kompensasi eksekutif tidak
representatif dan hasil penelitiannya dapat berpengaruh terhadap manajemen laba. Sejalan dengan
digeneralisasikan untuk semua jenis perusahaan. hasil penelitian Tong (2008) yang menyatakan bahwa
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya memisahkan pemberian kompensasi seperti gaji,bonus dan
praktik manajemen laba yang terjadi sebelum tunjangan kepada dewan eksekutif lebih berdasarkan
pergantian CEO dan sesudah pergantian CEO kepada kinerja yang dicapainya bukan hanya semata-
serta menggunakan rentang waktu yang lebih mata dari laba tinggi yang berasal dari laporan
panjang karena jika 5 tahun hanya sedikit keuangan.
perusahaan yang melakukan pergantian CEO.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk
5. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran
variabel-variabel Berdasarkan pembahasan hasil penelitian telah
mengembangkan
lagi
independen, berhubung variabel independen dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa,
dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan pertama, pergantian CEO berpengaruh terhadap
pengaruhnya terhadap variabel dependen sebesar manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
14,6% saja. Variabel independen yang mungkin terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015.
mempunyai pengaruh besar terhadap manajemen Kedua, penghindaran pajak berpengaruh terhadap
laba yang dapat diteliti selanjutnya seperti manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
asimetri informasi dan earnings power. terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Ketiga, kompensasi eksekutif tidak berpengaruh
Daftar Pustaka
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur Adiasih, Kusuma., Indra, Wijaya. 2011. Manajemen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-
Laba pada Saat Pergantian CEO di Indonesia. 2015
Jurnal Akuntansi dan Keuangan , 13(2): 67-79. Penelitian
Belkaoui., Ahmed, Riahi. 2006. Accounting Theory. keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
Edisi ke-5, Buku Satu. Jakarta: Salemba bagi peneliti selanjutnya sehingga diperoleh hasil yang
Empat.
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Pertama, Cardosa, F. T., Martinez, A. L., & Teixeira. 2014. Free penelitian ini hanya meneliti pada perusahaan
Cash Flow and Earning Management in manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
Brazil: The Negative Side of Financial Slack. kriteria-krtiteria tertentu yang telah ditetapkan
Global Journal of Management and Business sebelumnya,
Research , 14(1): 85-95.
digeneralisasikan untuk seluruh perusahaan yang Cinthya, C. N., Indriani, M. 2015. Arus Kas , Komite terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kedua, rentang
Audit dan Manajemen Laba Studi Kausalitas waktu penelitian hanya lima tahun yang berakibat pada
pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. kecilnya jumlah perusahaan yang menjadi sampel
Jurnal Dinamika dan Akuntansi Bisnis , 2(2): penelitian. Ketiga, penelitian ini hanya menggunakan
tiga variabel independen yaitu pergantian CEO, Copeland, R. M. 1968. Income Smoothing. Journal of penghindaran pajak dan kompensasi eksekutif dalam
Accounting Research , Empirical Research in
Accounting, Selected Studies (Supplement),
Larastomo, Juoro., Perdana, H. D., Triatmoko, 101-116.
Hanung., dan Sudaryono, E. K. 2016. Diaz, M., Espa, V. 2008. Bentuk dan Komponen
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Penentu Kompensasi Eksekutif. TEMA, 9(1):
Penghindaran Pajak terhadap Manajemen 67-77.
Laba pada Perusahaan Manufaktur di Gumanti, T. A. 2004. Earnings Management: Suatu
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi dan
6(1): 63-74.
Keuangan , 2.2 :104. Lim, Y. D. 2011. Tax Avoidance, Cost of Debt and Handoko, T. H. 2008. Manajemen Personalia dan
Shareholder Activism: Evidence from Korea. Sumber Daya Manusia . Edisi Kedua Cetakan
Journal of Banking & Finance , 35: 456–470. Keenambelas. BPFE. Yogyakarta.
Malayu, Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Hanlon, M. 2005. The Persistance Of Earnings,
Manusia . Jakarta: Bumi Aksara. Accruals, And Cash Flows When Firms Have
Murphy, K. J. 1999. Executive Compensation. Large Book Tax Difference. The Accounting
Handbook of Labor Economics . Orley Review , 80: 137-166.
Ashenfelter and David Card, eds. Amsterdam: Hassen, R. M. 2014. Executive Compensation and
North Holland, pp. 2485–563. Earning Management. International Journal of
Nelson, S. P., Jamil, N. N. 2012. An Investigation on Accounting and Financial Reporting, 4(1): 84-
the Audit Committee’s Effectiveness: The 105.
Case for GLCS in Malaysia. Research paper, Healy, P. M. 1985. The Effect of Bonus Scheme On
International Islamic University Malaysia. Accounting Decisions. Journal of Accounting
Palestin, H. S. 2010. Analisis Pengaruh Struktur and Economics, 7: 85-107.
Kepemilikan, Praktik Corporate Governance Healy, P. M., Wahlen, J. M. 1999. A Review of the
dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Earning Management Literature and Its
Semarang: Universitas Implications For Standard Setting. Accounting
Horizons , 13(4): 365-383. Prakosa, K. B. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Hoque, M. J., Bhuiyan, M. Z. H., Ahmad, A. 2011.
Kepemilikan Keluarga, dan Corporate Tax Evasion and Avoidance Crimes – A Study
Governance Terhadap Penghindaran Pajak on Some Corporate Firms of Bangladesh. Tax
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi management.
XVII . 24-27 september 2014, Mataram, Jensen, C., Meckling, C. 1976. Agency Costs of Free
Indonesia.
Cash Flow, Corporate Finance,
Priantara, D. 2009. Kupas Tuntas Pengawasan, Takeovers. American Economic Review, 76
and