MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03 SEMA

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN

LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03 SEMARANG

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan DISUSUN OLEH

Nama

: Antonius Novan S.N.

NIM : 4102905018 Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan

: Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR

PESERTA DIDIK KELAS V TAHUN AJARAN 2006/2007 PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU DI SD REJOSARI 03 SEMARANG

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan DISUSUN OLEH

Nama

: Antonius Novan S.N.

NIM : 4102905018 Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan

: Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Semarang, 30 Juli 2007

Antonius Novan Setyo Nugroho NIM. 4102905018

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu keadaan ekonomi orang tua siswa tergolong kurang mampu ada yang buruh, tukang becak, ibu rumah tangga, pedagang bahkan yang tidak bekerja karena PHK. Dengan keadaan seperti ini penulis ingin meneliti siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan menerapkan model pembelajaran Tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku pada pokok bahasan simetri lipat dan pencerminan aktivitas belajar dan hasil belajar dapat meningkat. Di samping rata-rata hasil belajar matematika di SDN Rejosari 03 kurang memuaskan dan lebih rendah dibanding hasil belajar mata pelajaran yang lain. Permasalahan yang muncul adalah: apakah melalui implementasi model pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di SD Rejosari 03 Semarang?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari

03 Semarang. Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan jumlah 25 anak. Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan penelitian dalam siklus

I materi yang diberikan pada pertemuan I dan II adalah sub pokok bahasan Membahas tentang melakukan lipatan untuk membentuk simetri (bangun seimbang, sama bentuk/ukuran), banyaknya simetri lipat suatu bangun datar dan membuat hasil pencerminan suatu bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku serta siklus II juga dilakukan pertemuan I dan II dimana sub pokok bahasan yang diberikan adalah membahas tentang materi simetri lipat dan pencerminan dengan melakukan pencerminan untuk membentuk bayangan terhadap sumbu tegak dengan latihan soal yang bervariasi dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah:

1. Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa meningkat.

2. Kegiatan pembelajaran lebih hidup dengan keaktifan siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun individu.

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari

03 meningkat.

PENGESAHAN

SKRIPSI Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan

LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis Tanggal : 9 Agustus 2007

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M S. Drs. Supriyono, M Si. NIP.130781011

NIP 130815345

Pembimbing Utama

Ketua Penguji

Dra. Kusni, M.Si. Drs. Moch. Chotim.M.S. NIP. 130 515 748

NIP. 130 781 008

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Dra. Nurkaromah D., M.Si. Dra. Kusni, M.Si. NIP. 131 876 228

NIP. 130 515 748

Dra. Nurkaromah D., M.Si. NIP. 131 876 228

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO:

1. Berbahagialah Orang yang Lapar dan Haus akan kebenaran, karena Mereka akan Dipuaskan.

2. Sedikit tidak berkekurangan dan banyak tidak berkelebihan dan, bersyukurlah senantiasa dalam segala hal.

Persembahan :

1. Isteriku dan anakku Agatha Meisya Denova Sari yang tercinta

2. Ayah dan Ibu tercinta

3. Teman-teman di kampus UNNES

4. Pembaca yang berbahagia

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang .

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah banyak memberikan fasilitas.

2. Bapak Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan ijin penelitian bagi penulis.

3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Matematika yang telah membantu dalam memberikan berbagai fasilitas dan ijin bagi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak M. Fajar S., S.Si, M.Si. Selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Kusni, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan dengan sabar membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nurkaromah D, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak-Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di UNNES.

8. Bapak Slamet Rijanto, Ama.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Rejosari 03 yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan penelitian dan penulisan skripsi.

9. Ibu M. Lilik S., S.Pd. Selaku guru SDN Rejosari 03 yang telah membantu dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka penelitian.

10. Istri dan anakku tercinta yang telah memberi dukungan, dorongan dan semangat.

11. Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberi dorongan, semangat selama kuliah dan pembuatan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan yang sudah mau bekerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon kritik atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkaitan dengan skripsi ini.

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu matematika selalu dituntut untuk mengimbangi dan melayani perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang secara pesat. Matematika sebagai dasar ilmu-ilmu dasar dituntut peranannya semakin besar.

Pelajaran matematika terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi peserta didik serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya peningkatan prestasi Peserta Didik Sekolah Dasar merupakan tugas guru dan berjangka panjang karena menyangkut masalah pendidikan peserta didik. Meningkatkan prestasi peserta didik harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.

Peneliti sebagai guru kelas dan sekaligus sebagai guru mata pelajaran matematika perlu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika peserta didik Sekolah Dasar. Oleh karena itu maka guru merasa tertantang untuk berusaha mencari ide guna mencari bagaimana meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik.

Dari pengamatan peneliti sehari-hari masih menemukan sebagian besar peserta didik kelas V SD Rejosari 03, nilai matematika pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan kurang memuaskan. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman dan konsep tentang simetri lipat dan pencerminan yang belum begitu dikuasai dengan baik oleh peserta didik.

Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika peserta didik Sekolah Dasar pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan kelas V SD Rejosari 03 dapat tercapai bila proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana bila guru berperan langsung dalam mengajar dan mendidik peserta didik sehingga dapat ditingkatkan kemampuannya, dibina secara teratur dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan judul ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang”.

B. Permasalahan

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam alasan pemilihan judul dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah melalui implementasi model pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas

V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di SD Rejosari 03 Semarang?

C. Cara Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah akan digunakan metode Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dimana guru memilih materi yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri lalu membagi para peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Peserta Didik yang pandai-pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi dan berdiskusi dengan peserta didik yang pandai sebagai tutor sebaya. Setelah diskusi peserta didik kembali ke tempat duduk masing-masing, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dan Guru bertindak sebagai narasumber, setelah wakil kelompok maju guru langsung memberi kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan lalu guru memberikan penilaian dari hasil diskusi kelompok, hal ini berguna untuk memacu semangat belajar peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari

03 Semarang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peserta didik :

- Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar matematika - Peserta didik lebih terbuka kepada teman sebayanya, sehingga mau berperan

dalam kelompoknya - Meningkatkan prestasi peserta didik

2. Manfaat bagi peneliti : - Guru mengetahui kesulitan peserta didik dalam mempelajari matematika - Guru bisa mengembangkan pembelajaran di sekolah - Guru bersemangat dalam mengajar

3. Manfaat bagi sekolah : Dengan adanya penelitian ini, proses pembelajaran di sekolah dapat meningkat, sehingga kemampuan dan prestasi belajar peserta didik semakin baik serta kualitas sekolah meningkat.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian Awal Skripsi Pada bagian ini berisi : halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel serta daftar lampiran.

2. Bagian Isi Bab I : Pendahuluan

Mengemukakan latar belakang, permasalahan, cara pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori dan Hipotesis Berisi teori yang mendasari permasalahan yang meliputi belajar dan pembelajaran matematika, Teori Belajar Matematika, Faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar, media lembar kerja siswa, tutor sebaya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika, alat peraga papan berpaku, materi simetri lipat dan pencerminan dan dikemukakan juga kerangka berpikir serta hipotesis tindakan.

Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisi tentang subyek penelitian, obyek penelitian, rencana penelitian dan indikator keberhasilan.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan terhadap hasil penelitian. Bab V : Penutup Bab ini mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran berdasarkan kesimpulan.

3. Bagian Akhir Pada bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung tersusunnya skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Matematika memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan

sumber daya manusia yang berkualitas. Dari beberapa ahli mendefinisikan belajar menurut visi masing-masing . Diantaranya menurut Herman Hudoyo ( 1979 : 14 ) bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar matematika, peserta didik mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukan meskipun pada dasarnya belajar itu merupakan suatu proses.

Menurut Sodjadi dan Masriyah ( Suyitno 1997 : 2 ) dikemukakan bahwa matematika memiliki obyek kajian yang abstrak. Matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, dan sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif aksiomatis dan matematika berlandaskan kebenaran konsistensi. Nilai-nilai ini diperlukan dalam pengajaran matematika, yang bertujuan untuk dapat menumbuh kembangkan dan membentuk pribadi peserta didik sehingga sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai-nilai sikap.

Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Fountana adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Moogan (Mustaqim 2001 : 33 ) dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap merupakan hasil pengalaman yang lalu.

Sedangkan Nasution menyatakan belajar merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial; perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha.

Dari berbagai pengertian belajar yang oleh beberapa ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru.

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Menurut sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosiologi, pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar seoptimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.

Sama halnya dengan belajar, mengajarpun sebenarnya suatu proses, yakni usaha yang dilakukan oleh guru untuk membimbing, mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuh Sama halnya dengan belajar, mengajarpun sebenarnya suatu proses, yakni usaha yang dilakukan oleh guru untuk membimbing, mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuh

Di samping itu banyak teori dan prinsip-prinsip belajar namun terdapat beberapa prinsip-prinsip yang berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a. Perhatian dan motivasi. Hal ini mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.

b. Keaktifan Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila antara guru dan murid sama-sama aktif.

c. Keterlibatan Langsung. Belajar melalui pengalaman langsung tidak sekedar mengamati tetapi terlibat langsung dan bertanggung jawab atas hasilnya.

d. Pengulangan. Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia.

e. Tantangan. Dalam belajar terdapat hambatan, jika hambatan telah dapat diatasi maka tujuan belajar akan dapat dicapai.

2. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Dikatakan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 15) bahwa arti kata

pembelajaran adalah cara, proses menjadikan orang belajar. Irvan Junaedi mengemukakan bahwa pembelajaran berarti proses membuat orang belajar .

Sedangkan menurut Udin Sarifudin Winata Putra menyatakan bahwa pembelajaran yakni proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.

Dalam arti sempit proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu peserta didik dengan lingkungan sekolah, seperti guru, fasilitan dan teman sesama peserta didik.

Menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik , dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang bersangkutan.

Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan. Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, pesan-pesan tersebut bisa berubah, yaitu antara guru dengan peserta didik dan sebaliknya, serta antara peserta didik dengan peserta didik.

Sedangkan Bahtia Rifai ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi berarti hasil kerja secara maksimal. Sedangkan A. Gozali ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi adalah hasil kerja dalam suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. Oemar Hamalik (Suhito 2000 : 4 ) mengemukakan berprestasi adalah hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhi, baik dalam individu maupun dari luar individu yang bersangkutan .

Dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah bisa lepas dari komponen-komponen yang harus ada didalam kegiatan ( proses ) belajar mengajar.

Komponen-komponen tersebut antara lain :

a. Tujuan yang hendak dicapai.

b. Materi bahan pelajaran .

c. Metode dan alat.

d. Alat penilaian. Adapun keempat komponen yang telah disebutkan di atas tidaklah dapat berdiri

sendiri melainkan saling interelasi, saling berhubungan dan saling berpengaruh. Tujuan dalam dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran.

Tujuan ini merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki oleh peserta didik, setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar. Materi / bahan pelajaran isi tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Materi yang tersedia dan dirumuskan menjadi satu kemasan sedemikian rupa dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah mendukung tercapainya tujuan. Metode dan alat merupakan jembatan atau media untuk tercapainya tujuan yang hendak dicapai.

Metode pengajaran diusahakan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan. Tidak kalah pentingnya untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai atau tidak, maka kita harus mengadakan penilaian terhadap peserta didik, karena suatu proses kegiatan belajar mengajar tanpa diakhiri dengan penilaian tidak akan bisa mengukur berhasil atau tidaknya suatu proses kegiatan.

Dari uraian di atas maka ke empat komponen tersebut saling berpengaruh dan saling mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang seoptimal mungkin dan sesuai yang diharapkan

3. Teori Belajar Matematika Ada beberapa teori belajar yang populer dan cocok untuk diterapkan pada

pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, yaitu teori belajar yang diajukan oleh William Brownell, Zoltan P. Dienes, Jean Piaget, Richard Skemp, David Ausubel, Jerome S. Brunner dan Robert M. Gagne.

a. Teori Belajar dari William Brownell Teori ini dikenal pula dengan nama Meaning Theory. Menurut William Brownell, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar sebaiknya:

1. Menggunakan alat peraga benda konkret

2. Materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam waktu yang lama

b. Teori Belajar dari Zoltan P. Dienes Zoltan bersekolah di Hongaria, Perancis dan Inggris. Dia ahli matematika dan psikologi. Menurut Zoltan P. Dienes, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar, materi bahan ajar harus disajikan dengan cara sebagai berikut:

1. Suatu konsep matematika disajikan dengan berbagai cara / sajian

2. Masing-masing cara penyajian dibandingkan, sampai peserta didik mengerti dan menangkap konsep yang diajarkan Misalnya, guru ingin mengenalkan konsep tiga kepada peserta didik, guru disarankan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng dan tiga benda konkret yang lain.

c. Teori Belajar dari Jean Piaget Piaget adalah ahli psikologi dari Swiss. Menurut Jean Piaget, perkembangan intelektual manusia ada 4 tahap,yaitu: • Tahap Gerak Sensoris (0 – 2 tahun) • Tahap Pra-Operasional (2 – 7 tahun) • Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun), dan • Tahap Operasional Formal (13 tahun atau lebih)

Akan tetapi, peserta didik usia 12 – 15 tahun (usia SMP) adalah masa transisi dari tahap Operasional Konkret ke tahap Operasional Formal. Oleh karena itu, Jean Piaget menganjurkan agar dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar perlu memanfaatkan alat peraga benda konkret. Alasan yang dikemukakan Piaget, anak-anak SD dan SMP perkembangan intelektualnya cenderung masih berada dalam tahap Operasional Konkret.

d. Teori Belajar dari Richard Skemp Dia seorang ahli matematika dan psikologi dari Inggris. Dialah yang mendefinisikan perkalian sebagai 2 x 3 = 2 + 2 + 2. Padahal, kita memakai definisi yang menyatakan bahwa 2 x 3 = 3 + 3. Menurut Richard Skemp, belajar matematika perlu dua tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basisi bagi peserta didik dalam menghayati ide-ide matematika yang abstrak

2. Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju ke pemahaman matematika yang memang memuat objek-objek abstrak

e. Teori Belajar dari David Ausubel Teorinya disebut sebagai Theory of Meaning Verbal Meaning atau Teori Belajar Bermakna. David Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran matematika dengan metode ekspositori efektif adalah metode yang paling efisien dan efektif. Dalam ekspositori efektif, guru menjelaskan materi bahan ajar dengan ceramah dan tanya – jawab, memberi contoh soal, memberi latihan, kemudian guru berkeliling memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan bantuan individual jika diperlukan, lalu dengan tanya jawab, guru – peserta didik memecahkan soal latihan, guru memberikan tugas rumah dan selanjutnya guru membahas tugas rumah pada pertemuan berikutnya.

f. Teori Belajar dari Jerome S. Brunner Dalam pembelajaran matematika, Brunner sangat mendukung penggunaan metode pertemuan. Ada tiga tahapan pembelajaran yang disarankan Brunner untuk digunakan secara berurutan. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:

• Tahap enactive, yaitu penggunaan benda konkret dalam belajar, • Tahap econic, yaitu penggunaan gambar atau grafik, • Tahap symbolic, berarti guru sudah bisa menggunakan kata-kata dan simbol.

g. Teori Belajar dari Robert M. Gagne Prof. Robert M. Gagne memakai matematika sebagai medium untuk menerapkan teori-teorinya tentang belajar dengan bekerja sama dengan University of Maryland Mathematics Project. Gagne lebih menekankan kepada hasil belajar daripada proses.

Menurut Gagne, ada delapan jenis tingkatan belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Belajar signal, yaitu proses belajar yang muncul karena ketidaksengajaan

2. Belajar stimulus respons, yaitu proses belajar yang terjadi karena kesengajaan dan terkait pula dengan keaktifan fisik. Stimulus diberikan kepada seseorang dan orang yang diberi dapat memberikan respons atau reaksi yang berbeda – beda

3. Belajar merangkai (chaining), adalah proses belajar yang menggabungkan dua atau lebih tingkah laku dalam belajar stimulus respons

4. Asosiasi verbal, yaitu proses belajar yang sudah menggabungkan antara konsep dengan nama konsepnya. Peserta didik sudah mulai mengungkapkan ide dan argumentasi yang rasional

5. Belajar diskriminasi, yaitu proses belajar yang mulai membedakan berbagai objek, konsep atau prinsip dalam matematika. Misalnya pada konsep bilangan, selanjutnya mulai dikembangkan beberapa jenis bilangan dengan segala sifat- sifatnya. Ada bilangan bulat, bilangan rasional, pecahan dan sebagainya.

6. Belajar konsep, yaitu belajar mengenal sifat-sifat yang sama pada suatu konsep. Arahnya menuju ke prinsip atau teorema yang melekat pada konsepnya.

7. Belajar teorema / urutan, adalah jenis belajar yang sudah mengaitkan antara prinsip yang satu dengan prinsip yang lain dalam suatu konsep. Misalnya belajar konsep segitiga, yang diteruskan dengan pendalaman terhadap teorema pendukung yang berkaitan dengan segitiga tersebut.

8. Problem solving, adalah proses belajar yang paling tinggi karena harus mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah. Soal matematika hanya bisa disebut masalah jika peserta didik memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalahnya, peserta didik belum tahu algoritmanya dan peserta didik mau mengerjakannya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a. Menurut Herman Hudojo (1988:6) proses belajar yang kita kehendaki bisa tercapai bila faktor-faktor berikut dapat kita kelola sebaik-baiknya.

1. Peserta didik Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada peserta didik.

2. Pengajar Kemampuan pengajar dalam menyampaikan dalam penguasaan materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar

3. Prasarana dan Sarana Ruangan yang nyaman, buku teks, alat bantu belajar, laboratorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

4. Penilaian Penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan menjadi 2 faktor, yaitu :

1. Faktor Internal (faktor dalam dalam) Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

2. Faktor Eksternal (faktor luar) Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor luar ini diantaranya faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi kurikulum, sarana dan fasilitas, guru/ tenaga pengajar.

b. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Purwodarminto (1982:768) dijelaskan “suatu pembelajaran yang telah dicapai atau dikerjakan”. Jadi hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai secara maksimum oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika yaitu yang telah dicapai oleh peserta didik pada mata pelajaran matematika setelah mengalami proses belajar.

Hasil belajar diperoleh masing-masing peserta didik berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana (1987:42) bahwa “Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar peserta didik terutama yang dimilikinya”. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dirinya telah terjadi suatu perubahan, namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena proses belajar, misalnya perubahan yang terjadi karena kematangan. Setelah mencapai hasil belajar maka orang itu mempunyai tingkah laku yang baru. Menurut TIM pengembangan Universitas Negeri Semarang (Sulistyani, 2003:14), ada lima syarat agar perubahan tingkah laku dapat disebut hasil belajar, yaitu :

1) Hasil belajar sebagai pencapai tujuan belajar

2) Hasil belajar harus sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari

3) Hasil belajar sebagai produk latihan

4) Hasil belajar merupakan tingkah laku yang berfungsi efektif dalam kurun waktu tertentu

5) Hasil belajar harus berfungsi operasional dan potensial yang merupakan tingkah laku itu sendiri yang berfungsi positif bagi pengembangan tingkah laku lainnya.

B. Media Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika, secara umum LKS merupakan seperangkat pembelajaran sebagai pelengkap / sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto 2006: 8). Lembar Kerja Peserta didik berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik), LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode tertimbang maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep / prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep / prinsip.

Pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) dengan menggunakan alat bantu berupa alat peraga dilengkapi dengan LKS yang berupa pertanyaan-pertanyaan kognitif–produktif yang dilaksanakan dengan tepat akan Pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) dengan menggunakan alat bantu berupa alat peraga dilengkapi dengan LKS yang berupa pertanyaan-pertanyaan kognitif–produktif yang dilaksanakan dengan tepat akan

C. Tutor Sebaya

Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya untuk menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada di sekolah, yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program program pengajaran tidak disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral. (Wijaya, dkk. 1988).

Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi (Harsunarko, 1989, h.13).

Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya, diantaranya adalah: Dedi Supriyadi (1985, h.36) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.

Ischak dan Warji (1987, h.44) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah sekelompok peserta didik yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Conny Semiawan, dkk (1987, h.70) mengemukakan bahwa Peserta didik yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah.

Mengingat bahwa peserta didik adalah unsur pokok dalam pengajaran maka peserta didiklah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka peserta didik harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan didalam pemilihan sumber pengajaran (Sudirman, dkk. 1987, h.210).

Tutor sebaya aadalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Longstreth (Muntasir, dkk. 1985, h.82-83) tentang hubungan anak dengan anak, sebagai berikut:

”Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan itu, dan yang sering dilakukan; dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku...”.

Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial (Dinkmeyer, 1985, h.164-165). Dengan demikian beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang-orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya

Menurut Branley (1974, h.53) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu:

1. Student to student

2. Group to tutor

3. Student to student Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut:

Murid Tutor

Gambar 1 Gambar 2

Dalam pembelajaran dengan pendekatan Tutor sebaya, Si Tutor hendaknya adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman pada umumnya, sehingga pada saat ia memberikan pengayaan atau membimbing teman-temannya ia sudah menguasai bahan yang akan disampaikan kepada teman-teman lainnya.

D. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika

Adalah suatu hal yang logis bila dalam proses pembelajaran seorang guru menggunakan media pembelajaran, agar tidak terjadi kesesatan dalam proses pembelajaran perlu digunakan sarana untuk membantu komunikasi dalam pembelajaran di kelas yang disebut media.

Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi disebut Media Instruksional Edukatif ( Rohman, 1997 : 4 ) Ciri-ciri umum Media Instruksional Edukatif :

1. Media Instruksional Edukatif dengan alat peraga langsung dan tidak langsung

2. Media Instruksional Edukatif digunakan dalam proses komunikasi instruksional

3. Media Instruksional Edukatif merupakan alat yang efektif dalam instruksional

4. Media Instruksional Edukatif memiliki muatan normatif bagi keperluan pendidikan

5. Media Instruksional Edukatif erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya maupun komponen-komponen instruksional lainnya Sejalan dengan istilah Media Instruksional Edukatif ada istilah alat peraga. Kedua hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan, tetapi pada dasarnya alat peraga adalah salah satu unsur dalam media edukatif karena alat peraga merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran biasanya berupa gambar, model, benda atau alat- alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik. Alat bantu visual bertujuan untuk :

1. Memperkenalkan, membentuk, serta memperjelas pengertian dan konsep yang abstrak kepada peserta didik.

2. Mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki

3. Mendorong kegiatan peserta didik lebih lanjut Alat peraga / alat bantu visual sering digunakan oleh guru apabila proses pembelajaran matematika di kelas, peserta didik sulit memahami konsep secara abstrak, sehingga alat peraga tersebut dapat membantu guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik dan alat peraga sebagai perantara yang membuat peserta didik dapat lebih mudah memahami suatu konsep matematika. Alat peraga sebagai komponen penting dalam KBM ditingkat dasar, karena alat peraga mempunyai beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut: 3. Mendorong kegiatan peserta didik lebih lanjut Alat peraga / alat bantu visual sering digunakan oleh guru apabila proses pembelajaran matematika di kelas, peserta didik sulit memahami konsep secara abstrak, sehingga alat peraga tersebut dapat membantu guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik dan alat peraga sebagai perantara yang membuat peserta didik dapat lebih mudah memahami suatu konsep matematika. Alat peraga sebagai komponen penting dalam KBM ditingkat dasar, karena alat peraga mempunyai beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut:

b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit, maka peserta didik pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.

c. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang.

d. Anak menyadari bahwa ada hubungan antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat. Pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika dikaitkan dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Pembentukan Konsep.

b. Pemahaman Konsep.

c. Latihan dan Penguatan.

d. Melayani Perbedaan Individu.

e. Pengukuran.

f. Pengamatan dan Penemuan Sendiri.

g. Pemecahan Masalah.

h. Mengundang Berfikir dan Berdiskusi.

i. Mengundang untuk Berpartisipasi Aktif. Alat peraga dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau diagramnya. Keuntungan alat-alat peraga real (nyata) adalah dapat dipindah-pindah atau dimanipulasi, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam bentuk tulisan atau buku.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga sederhana adalah sebagai berikut:

a. Bahan harus kuat dan tahan lama.

b. Bentuk warnanya menarik.

c. Sederhana dan mudah dikelola (fisibel).

d. Seimbang dengan ukuran fisik anak.

e. Dapat menyajikan dan memperjelas konsep.

f. Tidak membahayakan peserta didik.

g. Bila diharapkan peserta didik aktif, alat peraga itu supaya dapat dimanipulasi, seperti diraba, dipegang, dipindah atau dipasang dan dicopot.

E. Alat Peraga Papan Berpaku

Bahwa belajar peserta didik akan meningkat bila ada motivasi. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar bahkan untuk pengajarnya. Misalnya: upaya untuk membuat sebuah pengajaran menjadi ”kaya dan menarik”, dapat menimbulkan dan meningkatkan minat belajar peserta didik, sikap guru dan penilaiannya menjadi lebih baik, suasana sekolah bagi guru dan peserta didik menjadi menyenangkan.

Bahwa pada dasarnya, peserta didik belajar melalui sesuatu yang konkrit, mengingat pola perkembangan berpikir peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya sudah memerlukan contoh-contoh benda konkrit. Untuk memahami sebuah konsep abstrak, peserta didik memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara/visualisasinya. Konsep abstrak pada peserta didik dapat dicapai melalui tingkatan belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu seringkali masih Bahwa pada dasarnya, peserta didik belajar melalui sesuatu yang konkrit, mengingat pola perkembangan berpikir peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya sudah memerlukan contoh-contoh benda konkrit. Untuk memahami sebuah konsep abstrak, peserta didik memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara/visualisasinya. Konsep abstrak pada peserta didik dapat dicapai melalui tingkatan belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu seringkali masih

Papan berpaku dimaksud, banyak sekali manfaatnya dalam pengajaran matematika di Sekolah Dasar. Harga murah dan juga dapat dibuat sendiri. Bnetuk papan berpaku bisa persegi atau persegi panjang, sesuai dengan kebutuhan. Cara pembuatannya: papan yang disediakan permukaannya dihaluskan menggunakan amplas kemudian dicat sesuai dengan warna lingkungan sekitar dan permukaannya digambar kotak-kotak persegi berukuran 2 cm x 2 cm dan pada setiap titik sudutnya ditancapi paku yang agak besar / sekitar 2,5 cm sehingga mudah dalam pengoperasiannya. Peralatan pendukungnya adalah karet gelang.

Beberapa manfaat / kegunaan papan berpaku antara lain:

a. Guru dapat dengan mudah dan cepat menunjukkan bermacam – macam bentuk bangun datar seperti: persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.

b. Peserta didik akan dengan cepat belajar bila mengikuti dalam memahami materi yang terkait dengan yang diajarkan.

c. Bentuk geometri yang diajarkan bentuknya sesuai dengan kenyataan, dibandingkan jika pengajaran dengan contoh-contoh dari benang, sehingga tidak mewujudkan persepsi siwa.

F. Materi Simetri Lipat dan Pencerminan

a. Simetri Lipat

- Mengulang Pengertian Simetri Lipat Jika sebuah benda dilipat melalui sumbu simetrinya yang kedua bagiannya dapat secara tepat saling menutupinya, benda tersebut dikatakan memiliki simetri lipat. Perhatikan gambar berikut.

Bangun-bangun tersebut mempunyai simetri lipat. Garis tempat melipat ditunjukkan dengan garis putus-putus. Garis tersebut disebut garis simetri atau sumbu simetri. Dalam kisah sehari-hari, sering dijumpai bangun-bangun yang memiliki simetri lipat, misal : kupu-kupu, pesawat terbang, bejana dan lainnya.

- Mengenal Simetri Lipat dan Menentukan Sumbu Simetri Bangun-Bangun Datar • Simetri lipat disebut juga simetri sumbu karena tempat melipatnya berupa

sumbu ( garis ).

Sumbu Simetri

• Simetri lipat disebut juga simetri cermin karena sumbu simetrinya seolah- olah sebagai cermin sehingga setengah bagian bangun yang satu merupakan bayangan dari setengah bagian yang lainnya.

BF C

EF sebagai simetri cermin sehingga EDCF merupakan bayangan dari AEFB. Selanjutnya perhatikan gambar berikut ! Bangun persegi merupakan contoh bangun yang memiliki simetri lipat. Sumbu-sumbu simetrinya ditunjukkan dengan garis putus-putus.

Dengan demikian bangun persegi memiliki empat simetri lipat.

b. Pencerminan

- Membuat Bangun dan Mengamati Hasil Pencerminan

Perhatikan contoh pencerminan dengan menggunakan papan berpaku. Cara kerja sbb :

1. Buatlah papan berpaku yang panjangnya 60 cm, lebar 40 cm dan jarak antar paku dengan papan 2 cm

2. Buat bangun segitiga menggunakan karet gelang pada papan berpaku

3. Perhatikan bayangan karet gelang pada cermin

A ........... ........... A¹ ........... ........... ........... ........... ........... ...........

B C B¹

- Membuat Hasil Pencerminan Suatu Bangun Pada Kertas Bertitik Contoh :

4. Cermin Tegak

........... ........... A A¹

........... ........... B B¹

5. Cermin datar

...................... A ......................

A¹ ...................... B¹

Dari gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan hasil pencerminan dapat dilakukan dengan cara menghitung titiknya yaitu : Contoh untuk cermin tegak : - Menghitung jarak titik A ke cermin ( ada 3 titik ) - Menghitung jarak cermin ke titik A¹ yang merupakan bayangan titik A (

ada 3 titik ke sebelah kanan ) - Menghitung jarak titik B ke cermin ( ada 8 titik ) - Menghitung jarak cermin ke titik B¹ yang merupakan bayangan titik B (

ada 8 titik ke sebelah kanan ) - Menghubungkan titik A¹ dengan titik B¹ sehingga membentuk ruas garis A¹B¹ Model alat peraga yang nantinya digunakan dalam penelitian adalah : - Kertas yang berbentuk bangun / suatu simbol yang mudah dilipat - Menggunakan papan berpaku yang terbuat dari triplek dengan ukuran 60

cm x 40 cm dengan jarak antar paku 2 cm - Kertas / buku petak

G. Kerangka Berpikir

Dengan memperhatikan landasan teori yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan tepat jika dilakukan dengan menggunakan bantuan alat peraga Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dengan bantuan metode pembelajaran Tutor Sebaya.

Alat peraga model Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) mempunyai fungsi dapat membantu, dan membimbing langkah berfikir peserta Alat peraga model Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) mempunyai fungsi dapat membantu, dan membimbing langkah berfikir peserta

Selain meningkatkan hasil belajar matematika, penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar akan membantu dan memotivasi peserta didik untuk belajar aktif dan bersikap positif terhadap matematika.

Sehingga dalam penyelesaian pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan perlu menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku karena dengan cara ini hasil yang didapatkan akan meningkat.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan maka hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas

V tahun ajaran 2006/2007 di SD Rejosari 03 Semarang dapat ditingkatkan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Rejosari 03 Semarang dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 sebanyak 25 peserta didik terdiri dari 10 putri dan 15 putra serta Guru Kelas V SD Rejosari 03.

B. Rencana Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi (pengamatan) dan refleksi.

1. Siklus 1

a. Perencanaan - Membuat rencana pembelajaran mengenai Simetri Lipat dan Pencerminan. - Mengelompokkan peserta didik yang akan bertindak sebagai tutor

kemudian menentukan kelompok-kelompok secara acak dengan anggota minimal 5 orang dan masing-masing kelompok terdapat satu orang tutor.

- Membuat rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal dalam bentuk lembar kerja siswa untuk disampaikan ke setiap kelompok terutama tutor agar tutor dapat mempelajarinya.

- Menyiapkan alat peraga papan berpaku.

- Membuat soal-soal tugas rumah. - Menyiapkan lembar pengamatan/observasi peserta didik. - Menyiapkan lembar pengamatan/observasi guru. - Menyiapkan buku nilai.

b. Implementasi Tindakan / Implementasi dilakukan 2 (dua) kali pertemuan Pertemuan I

1. Guru memberi pertanyaan mengenai macam-macam bangun datar sebagai apersepsi.

2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan menggambar di papan tulis.

3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dan memberi contoh cara mengerjakan.

4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah diterangkan.

6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang kurang / belum jelas.

7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.

8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.

9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan oleh Guru.