MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Oleh : Budisetyo Prianggono,M.L.S. Drs. Andoyo,S.I.P. BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH SE INDONESIA 1 DAFTAR ISI - Manajemen Perpustakaan

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

  Oleh : Budisetyo Prianggono,M.L.S. Drs. Andoyo,S.I.P.

  BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH SE INDONESIA

  1 DAFTAR ISI Hal.

  BAB I PENDAHULUAN

  3 BAB II MANAJEMEN PERPUSTAKAAN

  4 A. Pengertian

  4 B. Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah

  5 C. Manajemen Pengadaan koleksi

  7 D. Manajemen Pelayanan Pengguna Pustaka

  7 E. Pemeliharaan Bahan Pustaka

  9 F. Tata Ruang dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah

  9 G. Pembinaan Pustakawan Sekolah

  H. Kendala-kendala Yang Dihadapi

  13 BAB III PENUTUP

  15 KEPUSTAKAAN

  16

  2 BAB I

  PENDAHULUAN

  Pengertian manajemen secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha atau tindakan kearah suatu tujuan dan merupakan suatu sistem kerja sama dengan melibatkan konstribusi manusia, material, anggaran serta beberapa sumber lain dalam mencapai tujuan. Seperti dikemukan Pearce and Robinson (1989:4) dalam Kusmintardjo (1995:53) bahwa manajemen adalah proses mengoptimalkan konstribusi manusia, material dan anggaran untuk mencapai tujuan.

  Agar manajemen tersebut berdaya guna dengan melaksanakan segala sumber daya berupa staf, sarana, teknik dan metode serta dana secara efesien dan seefektif mungkin, maka tujuan yang menjadi sasaran manajemen harus jelas.Pencapaian sasaran tersebut dilihat dari fungsi manajemen sumber daya yang diorganisasikan, diberikan pengarahan dan diawasi.

  Berangkat dari konsep manajemen secara sederhana dapat dikatakan pada dasarnya manajemen perpustakaan adalah penerapan konsep atau teori manajemen pada bidang perpustakaan. Perpustakaan sebagai salah satu sarana penunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, bahkan tanpa mengurangi hakikat perpustakaan bahwa perpustakaan sebagai “ educational resourse center”, ”learning resource center”, ”learning media center” dan sebagainya sehingga perpustakaan telah berkembang sebagai pusat pembinaan belajar secara mandiri (Kartosedono,1989:115). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, dalam pasal 35 beserta penjelasannya, menegaskan: Pasal 35: ”Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh

  Pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar’ Pada penjelasan selanjutnya dinyatakan antara lain : ” Pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar yang bersangkutan. Salah satu sumber belajar yang amat penting tetapi bukan satu- satunya, adalah pepustakaan ......” dan selanjutnya.

  Dengan diundangkannya Undang-undang RI Nomor: 20 tahun 2003 ini, jelaslah kehadiran perpustakaan sebagai satuan pendidikan sekolah merupakan suatu keharusan. Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan yang profesional sesuai dengan kondisi dan berbagai permasalahan umum yang dihadapi oleh perpustakaan sekolah.

  Pada makalah ini dibahas tentang manajemen perpustakaan sekolah dilihat dari segi organisasi dan tata kerja, manajemen pelayanan (pengadaan koleksi dan penggunaan), manajemen tata ruang dan perlengkapan serta manajemen pembinaan pegawai.

  3 BAB II

  A. Pengertian Beberapa ahli berpendapat tentang perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari suatu program sekolah

  (Wofford,1959:17), merupakan gedung (tempat) penyimpanan pengetahuan dan sebagai barometer pendidikan (Ralph dan penting sebagai (a) sumber belajar, (b) komponen sistem instruksional, (c) sumber utama yang menunjang kualitas pendidikan dan pengajaran, (d) sumber kegiatan belajar, (e) laboratarium belajar (Nasution,1981).

  Melihat pentingnya perpustakaan tersebut maka perpustakaan dapat berfungsi sebagai (a) ”reference function”, (b) ”general function”(c) ”curriculum function” dan (d) ”research function” (Thomson,1932:51). Menurut Pedoman Standard Perpustakaan di Indonesia fungsi perpustakaan di Indonesia fungsi perpustakaan sebagai (a) pusat pelestarian ilmu pengetahuan (b) sumber belajar mengajar (c) pusat penelitian dan (d) pusat informasi bagi masyarakat, dan (e) tempat rekreasi.

  Agar fungsi perpustakaan terlaksana sesuai dengan tujuan perpustakaan sekolah, maka perlu dikelola secara profesional sesuai prinsip-prinsip manajemen, sehingga tercapai tujuan perpustakaan sekolah yaitu membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap hidup siswa dan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.

  Makna manajemen sendiri beberapa ahli mengemukakan bahwa ”Management of the process of optimizing human, material, and fnacial contributions for Robinson,1989:4), makna manajemen adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan organisasi.

  Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka kegiatan manajemen diperpustakaan secara garis besar dapat dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi dari manajemen. Ada beberapa formulasi fungsi manajemen perpustakaan yang pada dasarnya tidak berbeda dengan fungsi manajemen pada umumnya. Kalaupun ada terletak pada subtansi yang digarap. Formulasi yang disarankan oleh Terry ( 1960) menggungkapkan fungsi manajemen terdiri dari ”Planning”, ”Organizing”, ”Directing”, and ”Controlling”, sedang Pearce dan Robinson ( 1989 ) mengemukakan sebagai ”Planning” , ”Organizing”, ”Directing”,and ”Controling”.

  1. Fungsi Perencanaan (Planning) Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu proses pikir yang sistematis dalam menetapkan atau mempersiapkan langkah atau kegiatan yang akan dilakukan dikemudian hari dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi perencanaan mengandung unsur: (a) pencapaian tujuan dan sekala prioritas, (b) mengumpulkan dan menganalisis data yang berhubungan

  4 dengan tujuan, (c) menetapkan kebijakan, (d) mempersiapkan kendala-kendala yang mungkin terjadi kegiatan dan, (f) menyusun program kerja, jadwal dan anggaran.

  2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian pada dasarnya adalah kegiatan pembagian tugas atau pekerjaan, tanggung jawab, atau wewenang diantara sekelompok atau anggota kelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

  3. Fungsi Pengarahan (Directing) Pengarahan sebagai usaha mendorong, menciptakan lingkungan agar bawahan termotivasi, dan memelihara atau memahami anggota kelompok atau bawahannya terhadap pekerjaan agar melaksanakan pekerjaan dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi

  4. Fungsi Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan agar supaya rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dapat terselenggara (Koontz dan O’Donnel 1984:549) dalam berorientasi pada sasaran dengan memperhatikan faktor penetapan pokok-pokok kegiatan sebagai objek pengawasan, metode pengawasan dan teknik-teknik kegiatan perbaikan.

  B. Organisasi Perpustakaan dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah Organisasi berasal dalam bahasa Yunani mempunyai kesamaan kata ”Organon” atau: Organim”(bhs. Latin) mempunyai makna ”alat, bagian, anggota atau badan ”. Sedang Siagian dalam ”Filsafat Administrasi”, mengartikan organisasi sebagai: setiap bentuk persekutuan anatara dua orang atau lebih yang berkerja sama untuk sesuatu tujuan bersama dan an terikat secara formal dalam persekutuan tersebut, dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan (1980:116-117).

  Jadi organisasi pada hakekatnya dapat dipandang dari dua sudut, pertama, sebagai wadah kegiatan manajemen dilaksanakan. Kedua, sebagai suatu proses interaksi (hubungan) antara orang-orang yang terikat dan terlibat di dalam organisasi tersebut. Bila dilihat dari segi fotografs bahwa bentuk organisasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya untuk mencapai tujuannya, disamping pengisian posisi serta pelaksanaan tugas dan wewenang (Soerharto, 1987:33). Organisasi dapat berarti menyusun struktur kekuasaan formal, dengan batasan jelas dan dikoordinasi untuk mencapai objek tertentu (Sulistyo-Basuki Untuk penentuan sistem organisasi yang akan dipilih tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :

  5

  1. Tujuan Perpustakaan Tujuan atau objek perpustakaan merupakan faktor penting bagi perencanaan bagian-bagian perpustakaan

  2. Jenis Pemakaian Jenis pemakaian yang akan dilayani menentukan pola organisasi.

  3. Jenis Dokumen Jenis dokumen akan menentukan pola pengelolaan serta organisasi perpustakaan

  4. Keadaan Gedung Perpustakaan Perencanaan gedung yang baik akan memberikan pilihan dalam menentukan organisasi, serta berbagai jenis layanan yang diberikan

  5. Personalia Perpustakaan Setiap personalia disesuaikan dengan pola organisasi yang ditentukan.

  6. Dana/Pembiayaan/Anggaran

  Dana akan mempengaruhi bentuk organisasi perpustakaan, bentuk jasa layanan serta kegiatan yang akan dilakukan. Untuk bentuk struktur organisasi perpustakaan sekolah, sesuai dengan Petunjuk Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah di

  Indonesia oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1986:9), sturktur organisasi perpustakaan sekolah digambarkan sebagai berikut :

  Keapala Sekolah Komite Sekolah

  TU Dewan Guru

  Perpustakaan Laboratorium Ketrampilan dll Keterangan : ---------- : Garis komando

  • : Garis konsultasi

  6 Sedangkan struktur organisasi perpustakaan sekolah secara makro, menurut Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah Menengah Atas, sebagai berikut Kepala Sekolah

  Kepala Perpustakaan

  Bagian Bagian

  Teknis Pelayanan

  Jika belum ada Kepala Perpustakaan, maka jabatan kepala perpustakaan di gantikan Kepala Sekolah atau salah satu guru yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah.

  Pada perpustakaan sekolah: (a) bagian layanan teknis menyelenggarakan kegiatan pembinaan bahan pustaka, dan (b) bagian layanan melakukan tugas manajemen pemakaian atau penggunaan. Agar terselenggara proses pengelolaan perpustakaan maka alur kerja atau tata kerja diperputakaan sekolah harus mencerminkan penjabaran tugas-tugas dan kewajiban dari tingkat atas sampai kepada lapisan di bawah dan merupakan penjabaran kewenangan seseorang atau bawahannya, maka sebagai bagian dari suatu sistem total organisasi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen harus dilaksanakan secara efektif dalam rangka pencapai tujuan organisasi.

  C. Manajemen Pengadaan Koleksi Konsep manajemen pengadaan koleksi dalam hal ini merupakan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian dari pertumbuhan dari sumberdaya manusia, organisasi, program, sarana serta kaitannya dari himpunan media cetak, maupun non-cetak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perpustakaan untuk mendukung tujuan yaitu membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap hidup siswa dan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. Perpustakaan akan lebih mampu mencapai tujuannya bila keterlibatan pihak-pihak seperti guru, siswa diikutsertakan memperhatikan pertumbuhan perpustakaan, sehingga sesuai dengan keperluan dan keinginan mereka.

  Untuk mengembangkan koleksi perpustakaan kebijakan/policy yang harus diperhatikan menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya ”Teknik dan Jasa Dokumentasi” antara lain:

  7

  1. Anggaran yang tersedia. Dana ini mencakup keseluruan proses penggadaan koleksi sampai pengelolaannya.

  2. Dokumen yang akan dibeli atau diperoleh serta kaitannya dengan tujuan lembaga, mutu, subjek atau isi dari koleksi tersebut.

  3. Badan yang membawahi, artinya dalam proses pengadaan apakah perpustakaan merupakan badan bawahan dari sebuah badan induk yang lebih besar atau badan yang berdiri sendiri

  4. Jasa yang dilayani. Keberadaan koleksi perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Misal Perpustakaan sekolah Menengah Atas akan berbeda dengan Perpustakaan Sekolah Tingkat Dasar.

  Prosedur pengadaan bahan pustaka dapat diperoleh melalui : (a) pembelian, yaitu memesan langsung melalui penerbitan atau toko buku, (b) pertukaran, umumnya koleksi yang dipakai untuk tukar menukar adalah koleksi tertentu yang tidak dapat dibeli atau diperoleh di toko. Pada lazimnya kegiatan pertukaran perbandingan koleksi 1:1 dengan tidak memandang publikasi (Sulistyo Basuki, 1991 :223), dan (c) hadiah.

  Dalam mengembangkan manajemen pengadaan koleksi diperlukan saling pengertian, komunikasi yang erat dan rutin serta kerjasama antara guru-guru, penelola/guru pustakawan, siswa, kepala sekolah serta masyarakat pemakai lainnya.

  D. Manajemen pelayanan pengguna perpustakaan Dalam konteks pengelolaan perpustakan sekolah, sasaran yang dituju adalah pemberian pelayanan bahan pustaka kepada penguna perpustakan sekolah. Dengan demikian sasaran manajemen perpustakan sekolah adalah pemberian layanan kepada pengguna perpustakaan (guru-guru, siswa, staf pada sekolah tersebut dan masyarakat pemakaian lainnya) agar bahan pustaka yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pada manajemen pelayanan ada lima unsur yang terkait yaitu (1) materi pelayanan, merupakan ketersediaan bahan pustaka di perpustakaan sekolah baik berupa buku dan serial (berkala dan non-berkala) maupun bahan non-cetak (bukan buku) seperti, flm, media elektronik (CD dan disket), mikro dan bentuk media elektronik lainnya, (2) staf/pelaksanaan dilibatkan, (3) metode pelayanan, berupa sistem pelayanan yang diberlakukan pada perpustakaan sekolah (”open” atau ”closed”) beserta peraturan yang ditetapkan di perpustakaan sekolah sesuai dengan kondisi masing-masing perpustakaan sekolah sesuai dengan kondisi masing-masing perpustakaan, (4) sarana pelayanan, adalah semua perangkat keras yang digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan, merupakan kegiatan yang diberikan oleh perpustakaan dalam rangka memberikan atau meningkatkan pelayanan yang ada diperpustakaan. Misal : berupa promosi, pameran, dan sebagainya (Huda, 1994 :108).

  8 Tujuan dari pelayanan pengguna ini adalah memanfaatkan secara maksimal bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki serta informasi yang tersedia diperpustakaan sekolah. Lebih lanjut sebagai upaya membantu tercapainya tujuan lembaga seperti terlampir pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor :061/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 Kurikulum Sekolah: Landasan,Program dan Pengembangan yaitu:

  a. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian dan, b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya.

  Jenis pelayanan di perpustakaan sekolah, pada umumnya merupakan kegiatan yang ditunjukan kepada pelayanan penggunaan (user service). Dilihat dari jenisnya (The University of Texas,1982) dalam (Huda,1994:111). Pelayanan pengguna pada perpustakaan terdiri dari layanan: (1) Sirkulasi, merupakan peredaran bahan pustakaan, baik proses untuk dipinjam, dikembalikan atau diperpanjang dalam rangka waktu tertentu sesuai dengan jenis dan sifat bahan pustaka serta sesuai dengan peraturan dan hak yang berlaku pada perpustakaan. Pada jasa pelayanan sirkulasi juga terkait dengan system pelayanan yang diberikan (open stack system atau closed stock system). Pelayanan bahan tandon (reserved), dan bila dimungkinkan peminjaman antara perpustakaan (interlibrary loan service), (2) pemberian informasi, merupakan jenis pelayanan kepada pemakai yang merupakan pemberian informasi rujukan terhadap bahan-bahan pokok (bahan referensi) seperti ; buku pegangan, ensiklopedi, kamus, bibliograf, buku-buku yang dipakai untuk menelusuri informasi dan pustaka lainnya, (3) penyediaan fasilitas, yaitu jenis pelayanan yang diberikan kepada pengguna, seperti: tempat baca, ruang belajar, dan jenis fasilitas lainnya .

  Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan, maka perlu adanya peraturan ( hak, kewajiban dan sanksi) yang berlaku, agar dapat mengatur secara keseluruan bahan pustaka sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna yang memenuhi persyaratan tersebut.

  A. Pemeliharaan Bahan Pustaka Pada beberapa literatur kita temukan istilah yang berkaitan dengan pemeliharaan adalah “preservation”, yaitu berkaitan dengan semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka, termasuk didalamnya mencakup kebijakan, pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode dan teknik penyimpanannya; sedang “conservation” atau pengawetan adalah membatasi pada kebijakan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut, serta “restoration” atau pemugaran menunjuk ada pertimbangan serta cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak. Kegiatan pelestarian bahan pustaka ini bertujuan melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dan arsip dengan alih bentuk menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.

  9

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kegiatan pelestarian bahan pustaka dipengaruhi beberapa faktor; diantaranya kualitas bahan pustaka, kondisi lingkungan tempat penyimpanan bahan pustaka, manusia benar dan kuman/kutu buku, serta faktor alam bila terjadi seperti bencana alam dan bentuk musibah lainnya.

  2. Upaya penyiangan Penyiangan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, misalnya terhadap buku-buku yang kadaluarsa, bahan-bahan copyan yang terlalu banyak, buku-buku yang rusak agar disediakan ruangan atau gudang khusus.

  3. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

  a. Meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan terhadap pemeliharaan bahan pustaka, sehingga dapat menangani secara tepat terhadap proses kerusakan atau kehancuran bahan pustaka, misal dengan pencegahan kerusakan dan perbaikan, atau dengan reproduksi, penjilidan dan laminasi.

  b. Terhadap faktor kondisi alam, dengan menjaga kondisi tempat penyimpanan bahan pustaka dengan suhu udara yang tetap antara 16 dan 21 C, dengan kelembaban relatif anatara 40 % dan 60%, dan sirkulasi udara yang baik.

  c. Untuk hewan-hewan, insekta dapat dilakukan dengan pencegahan secara sederhana adalah tidak membawa debu, pencegahan serangga dengan insektisida serta fumigasi dapat dilaksanakan bila dipandang perlu.

  B. Tata Ruang dan Perlengkapan Perpustakaan Sekolah Tata ruang perpustakaan sekolah adalah penataan atau penyusunan segala fasilitas perpustakaan sekolah di ruang atau gedung yang tersedia. Tujuan yang dicapai adalah (1) untuk memperlancar proses pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh petugas perpustakaan sekolah, dan (2) untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa-siswi, guru-guru dan pemakai lainnya . Tata ruang yang didesain dengan baik akan menghasilkan tempat kerja yang efesien, nyaman ,dan menyenangkan baik bagi staf maupun pengunjung perpustakaan.

  Ruang perpustakaan yang akan dibangun hendaknya memiliki desain fungsional, artinya dibangun supaya ada manfaatnya, bukan hanya merupakan tempat yang sifatnya monumental saja. Untuk dapat memberikan kesan fungsional, ada beberapa prinsip untuk mendesain ruang perpustakaan ;

  1. satu jalur masuk dan keluar di perpustakaan 2. efektiftas alur kerja 3. mudah melakukan pengawasan 4. keamananan koleksi yang disajikan

  10 6. keseimbangan antara alat dan personel 7. ruang yang cukup dengan peralatan yang memadai 8. sarana yang memandai 9. desain bersifat ekonomis, baik dalam pembangunan maupun pemeliharaan 10. bentuk gedung bersifat luwes (feksibel), artinya bila ada perubahan tidak harus mengubah secara besar-besaran struktur gedung 11. lokasi gedung/ ruang perpustakaan bertempat strategis.

  Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka manfaat atau kegunaan yang diharapkan dalam penataran ruang perpustakaan adalah :

  1. dapat menciptakan suasana aman, nyaman, dan menyenangkan untuk belajar, baik siswa, guru, dan pemakai lainnya. 2. memudahkan pengunjung atau pemakaian perpustakaan dalam pencarian bahan pustaka yang diinginkan. 3. memudahkan petugas memproses bahan pustaka, memberikan pelayanan, dan melakukan pengawasan. 4. keamanan bahan-bahan pustaka dari segala sesuatu yang

  5. memudahkan petugas melakukan perawatan bahan pustaka serta perlengkapan yang dimiliki perpustakaan sekolah . Ruang perpustakaan yang tersedia perlu ditata dan dirawat dengan baik, karena apapun bentuknya ruang perpustakaan merupakan salah satu sarana yang harus ada sesuai persyaratan-persyaratan tertentu untuk penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Dalam Buku Pedoman Pembangunan Sekolah yang dikeluarkan oleh Proyek Pembakuan Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dijelaskan ukuran gedung atau ruang perpustakaan sekolah untuk masing- masing tipe sekolah. Misal untuk Sekolah Menengah Atas/Kejuruan adalah sebagai berikut: Sekolah tipe A (850-1150 murid) luas ruangannya = 300 m2 Sekolah tipe B (400-850 murid) luas ruangannya = 200 m2 Sekolah tipe C(250-400 murid) luas ruangannya = 100 m2

  Perpustakaan sekolah tidak mementingkan kemegahan tetapi yang penting perencanaan pembangunan yang matang sehingga menghasilkan suatu bangunan yang berkualitas tinggi dan berfungsi secara tepat guna dan berdaya guna.

  Untuk mendukung penyelenggaraan perpustakaan sekolah, sejumlah perlengkapan dan peralatan diperlukan untuk mendukung kegiatan atau penyelenggaraan tersebut .

  Perlengkapan yang sangat dibutuhkan dalam menyelenggarakan Perpustakaan sekolah adalah rak buku, kereta buku dan papan pamer. Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti efesiensi pengeluaran uang, pengaturan, mutu, dan sebagainya. Yang tidak kurang pentingnya adalah proses perencanaan sampai tingkat pengawasan yang perlu diperhatikan bagi pengelola dalam menggunakan perlengkapan-perlengkapan tersebut.

  11 C. Pembinaan Pustakawan Sekolah Dalam Surat Edaran Bersama Mendikbud dan Kepala

  BAKN Nomor :53649/MPK/1988, Nomor:15/SE/1988 Tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan dan Keputusan Menpa Nomor:18/MENPAN/1988, menyebutkan yang dimaksud

  Pustakawan adalah Pegawai Sipil yang berijasah di bidang

  perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diberi tugas secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan instansi pemerintah dan atau unit lainnya. Dari pengertian yang tertuang pada Surat Keputusan tersebut di atas jelas bahwa seorang yang menjabat Pustakawan adalah seseorang yang menjabat Pustakawan adalah seseorang yang bertugas di perpustakaan dan mempunyai kualifkasi pendidikan bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

  Bebagai permasalahan yang akan muncul bila kita mengkaji dengan keluarnya surat keputusan tersebut dengan keadaan realita yang ada di lapangan. Oleh karena itu peran Kepala Perpustakaan selaku seorang manajer di sekolah berupanya melakukan langkah-langkah mengatisipasikan permasalah terebut, salah satu upaya adalah melakukan pembinaan terhadap petugas perpustakaan atau pustakawan. Makna pembinaan terhadap petugas perpustakaan sekolah atau pustakawan adalah segenap usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan moral pustakawan perputakaan sekolah. Jadi ada dua sisi yang dilakukan dalam pembinaan terhadap pustakawan yaitu meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan karirnya dan pembinaan moril kerja pustakawan agar timbul motivasi dan semangat kerja di perpustakaan sekolah. Tujuan dari pembinaan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pustakawan. Agar tujuan pembinaan terhadap pustakawan tercapai, seorang pustakawan terlebih dahulu harus mempunyai kemampuan dasar, sehingga segala aktivitas pembinaan dapat diarahkan kepada tercapainya kemampuan dasar tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Edwin B. Flippo “in planning for career development, personel

  

managers require konwledge of the basic drivers and needs of

employees” (1984:252).

  Pembinaan pustakawan sekolah tidak terlepas dari Kepala Sekolah selaku manajer di sekolah. Dimana salah satu tugas seorang manajer (Kepala Sekola) bagaimana mengembangkan sekolah yang telah ditetapkan lebih dahulu, karena pada dasarnya pembinaan pustakawan merupakan implementasi dari manajemen staf. Seperti diuraikan di atas pada dasarnya pengertian manajemen mempunyai kandungan makna yang menjadi sasaran adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya sebagai penunjang. Sehingga untuk mncapai tujuan perpustakaan secara efektif, efesien dan produktif diperlukan alat, metode atau dalam manajemen dikenal “6 M” masing- masing “men” (manusia), “machine” (mesin), “methods” (metode),

  

“money” (uang), “meterials” (bahan), dan, “market” (pasar)

  dari seseorang manajer (Kepala Sekolah atau Kepala Perpustakaan) dengan berbagai pendekatan situasionalnya. Beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang pustakawan sekolah adalah:

  12

  1. Kemampuan dasar kepala perpustakaan sekolah:

  a. memahami tujuan dan fungsi perpustakaan sekolah

  b. membuat perencanaan pembina dan pengembangan perpustakaan sekolah c. mendayagunakan, mengkoordinasikan dan mengawasi d. membina anggota stafnya

  e. memecahkan masalah-masalah dan membuat kebijakan tertentu f. mengadakan kerjasama

  e. memahami bakat dan minat siswa

  13

  3. Latihan-latihan, merupakan bentuk kegiatan untuk mendapatkan ketrampilan yang diberikan dalam pelatihan dengan relatif singkat. Pelatihan dapat dilakukan secara: intern”, yaitu diselengarakan oleh lembaga sendiri atau, atau”ekstern” yaitu dengan mengirimkan pustakawan pada lembaga penyelengara lainya.

  2. Pendidikan formal, yaitu pembinaan pustakawan dengan mengirimkan ke lembaga –lembaga pendidikan formal. Baik berbentuk pemberian tugas maupun memberikan izin belajar.

  1. Bimbingan, merupakan pemberian petunjuk-petunjuk kepada pustakawan baik bersifat formal yang biasanya disebut dengan ”magang”, dan bentuk informal yang tidak terikat waktu dan dilaksanakan dengan perencanan yang diberikan sewaktu-waktu.

  e. memelihara bahan-bahan pustaka Sebagai usaha untuk memperoleh kemampuan dasar tersebut beberapa metode yang dapat dipakai dengan segala usaha untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan ketrampilan bagi seseorang pustakawan sekolah yang dapat dilaksanakan antar lain :

  d. memgelola sarana prasarana sekolah

  c. bidang personalia

  b. mengelola keuangan

  a. bidang surat menyurat

  4. Kemampuan dasar tugas tata usaha

  d. memberikan bantuan informasi

  g. mengadakan evaluasi terhadap penyelenggara perpustakaan sekolah

  c. membina minat baca siswa

  b. memberikan belajar kerja sama

  a. melayani sirkulasi

  3. Kemampuan dasar petugas penguna

  f. menyusun bahan-bahan pustaka

  e. membuat kelengkapan bahan-bahan pustaka

  c. mengklasifkasi bahan-bahan pustaka

  b. mengiventarisasi bahan pustaka

  a. membuat perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka

  2. Kemampuan dasar petugas pelayanan teknis

  4. Penataran (”up-grading”), lokakarya (”workshop”), seminar dan bentuk kegiatan-kegiatan yang sejenisnya, sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan, wawasan, kemampuan, pengalaman yang sangat berguna bagi dirinya dalam menyelenggarakan perpustakan sekolah. Disamping pembinaan kemampuan dengan beberapa metode yang yang dikembangkan kepala sekolah untuk melakukan kegiatan pembinaan terhadap pustakawan sekolah, pembinanan moral sebagai salah satu sisi merupakan tugas kepala sekolah atau kepala perpustakan selaku manajer untuk mamadukan antara pembina kemampuan dan moral serta kebutuhan yang dimiliki oleh pustakawan untuk penyelenggaraan perpustakaan.

  Kebutuhan akan perkembangan berhubungan dengan produktivitas, seperti menginginkan dirinya pandai, kreatif, mampu menyelesaikan tugas-tugasnya (koontz, 1984:483). Karena setiap orang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang selalu diusahakan untuk dipenuhi (Carroll,1961). Sedangkan Abraham H. Maslow dalam Suryana mengemukakan bahwa kebutuhan manusia dapat dilihat dari beberapa sisi yaitu: 1. ”Phisykologi needs” (kebutuhan psikologi), yaitu kebutuhan akan sandang, pangan, papan dan pemuasan seksual 2. ”Safety need” (kebutuhan keamanan), merupakan kebutuhan seseorang akan rasa aman menjadi bagian dari anggota suatu organisasi, baik keamanan fsik maupun jiwa. 3. ”Social needs” (kebutuhan sosial),yaitu suatu kebutuhan akan kehadirannya diterima dilingkunganya. Kebutuhan ini terbagi dari:

  (a) ”sense of belonging”, kebutuhan mempunyai keinginan untuk dihargai, (b) ”sense of imfortance”, kebutuhan akan mendapat perlakuan yang wajar dan (d) ”sense of achievement”,merupakan

  4. ”Esteem need” (kebutuhan penghargaan), merupakan kebutuhan harga diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap dirinya. 5. ”Self actualization” (kebutuhan mewujudkan diri), merupakan kebutuhan seorang dalam mewujudkan atau mengaktualisasikan dirinya dengan seluruh potensi yang dimilikinya.

  Berdasrkan kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas maka kepala sekolah dapat menempuh beberapa usaha untuk pembinaan moral, yaitu dengan memberikan perhatian terhadap kesejahteraan baik dari segi jasmani atau kesejahteraan materi yang terhubung dengan kebutuhan sehari-hari dan kesejahteraan rohani berupa kebutuhan-kebutuhan psikologis.

  H. Kendala-kendala yang di hadapi Berangkat dari subtansi pembahasan terhadap manjemen perpustakaan sekolah dari sebagai organisasi, pelayanan pengguna, tata ruang perlengkapan serta pembinaan pustakawan sekolah, maka kita tidak menutup mata akan permasalahan yang ditemui yang dilapangan dengan berbagai kondisi yang ada.

  Kondisi umum yang ada setelah pemerintah menaruh perhatian terhadap perpustakaan sejak kurun waktu tahun 1973- 1978 (Kartosoedono,1989:118), menunjukan kondisi perpustakan

  14 penanganan secara serius. Lebih lanjut dijelaskan tentang beberapa kelemahan-kelemahan yang dihadapi perpustakaan sekolah sebagai berikut:

  1. Masih adanya ketergantungan dari kepala sekolah selaku pemegang kebijakan dalam penyelengaran perpustakan sekolah, khususnya masalah pandangan.

  2. Keterbatasan tenaga pengelola perpustakaan yang tetap memiliki keahlian, ketrampilan atau pengetahuan baik formal maupun informal tentang perpustakaan. Umunya pengelola perpustakaan dikelola oleh tenaga guru yang merangkap sebagai pengelola perpustakan.

  3. Koleksi yang memiliki sebagai besar bentuk buku-buku paket atau buku-buku lainnya berkaitan dengan materi pelajaran, itupun dalam relatif jumlah yang sedikit.

  4. Profesi pustakawan masih dirasakan kurang “menarik” dibandingkan dengan profesional lainya seperti guru.

  Sehingga masih ditemukan pengelolaan perpustakaan dikelola oleh staf tata usaha sekolah.

  5. Pengelolaan perpustakaan sekolah belum dilakukan secar profesional dan maksimal, baik layanan teknis maupun pelayanan kepada pengguna. Hal ini di samping kurangnya tenaga pengelola, juga latar belakang pendidikan, ketrampilan, pengetahuan yang di miliki untuk mengelola perpustakaan masih kurang.

  6. Terbatasnya dana untuk penyelengaraan perpustakan sekolah

  7. Masih ada perpustakaan sekolah yang mempunyai ruang atau tersendiri,atata ruangnya kurang memenuhi syarat sebagai ruang perpustakaan tersebut. Melihat beberapa permasalahan tersebut diatas maka penanganannya perlu dilihat dari subtasi manajemen.

  1. Perencanaan:

  a. menetapkan tujuan atau target yang ingin di capai, melalui rumusan tujuan yang lebih oprasional dan memperhitungkan kondisi dan situasi perpustakan sekolah.

  b. mengidentifkasi, mengumpulkan dan menganalisa data serta informasi yang ada kaitanya dengan pencapain tujuan perpustakan sekolah. Data dan informasi tersebut adalah yang berkaitan dengan : (1) manusia, (2) sarana, (3) dana dan (4) lingkungan

  c. menganalisa permasalahan-permasalahan yang muncul dan perlu dipecahkan d. mengventarisasi alternatif pemecahanya

  e. menentukan alternatif pemecahan yang menguntungkan

  f. menyusun rencana atau program kerja yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

  2. Pengorganisasian, yaitu menstrukturkan kerja sama antara pemberian tugas dengan wewenang dan tanggung jawabnya serta hubungan kerja baik vertikal maupun horizontal (fungsional dan konstruktif). Hasil kerja ini berupa susunan kerja organisasi yang mantap, artinya kordinatif, integratif, dan sikron serta sederhana sehingga menjadikan “team work” yang baik.

  15

  3. Penghargaan, pada dasarnya merupakan fungsi manajer (kepala sekolah atau kepala perpustakaan) dalam hubunganya dengan bawahannya. Oleh karena diperlukan kemampuan menggerakan, dan memimpin lembaganya.

  4. Pengawasan, merupakan kendali kerja agar apa yang direncanakan dapat di laksanakan dengan baik, tidak menyimpang dari garis-garis yang telah ditetapkan, sehingga tujuanya tercapai secara efektif dan efsien.

  pengelolaan secara maksimal dan profesional hal ini tidak terlepas dari berbagai kendala yang dihadapi namun demikian dengan beberapa keputusan yang menyertai terhadap keberadaan perpustakaan sekolah, maka sudah waktunya upaya membina dan mengembangkan perpustakaan sekolah dalam rangka peningkatan kegiatan belajar mengajar dan mutu pendidikan lebih di tingkatkan oleh kepala sekolah

  16