PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (Studi Kasus pada PT Diras Concept Sukoharjo)

AJIE - Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (e-ISSN: 2477- 0574 ; p-ISSN: 2477-3824) Vol. 02, No. 03, September 2017 PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA (Studi Kasus pada PT Diras Concept Sukoharjo)

Hani Sirine, Elisabeth Penti Kurniawati

Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga Email: hani.sirine@staff.uksw.edu

ABSTRACT

Quality control is important thing to be done by a company to minimize the defective product. Companies can analyze product defects by using six sigma method, by formulating Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC) that occurred. The purpose of this study was to determine how the quality control using six sigma method is applied in a manufacturing company. The results showed that company which became the research object has an average of 0.34% product defects, it means that its cost of poor quality is less than 1% of sales. This shows that the company has reached six sigma, which means that the company actually has done a very good quality control. Based on this research, recommendation that can be given are the company needs to put quality control at every stage of the production process, train the workforce, conduct the quality contracts with suppliers so that supplied materials have excellent quality and provide an adequate storage (warehouse) to maintain the material quality. Keywords: Quality Control, Six Sigma

ABSTRAK

Pengendalian kualitas merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisasi produk yang cacat. Perusahaan dapat menganalisis cacat produk dengan menggunakan metode six sigma, dengan merumuskan Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC) yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengendalian kualitas menggunakan metode six sigma diterapkan pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi objek penelitian tersebut memiliki rata-rata cacat produk sebesar 0,34%, artinya biaya kualitasnya kurang dari 1% dari penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai six sigma, yang berarti perusahaan tersebut benar-benar telah melakukan kontrol kualitas yang sangat baik. Berdasarkan penelitian ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah perusahaan perlu menempatkan kontrol kualitas pada setiap tahap proses produksi, melatih tenaga kerja, melakukan kontrak kualitas dengan pemasok sehingga bahan yang dipasok memiliki kualitas prima dan memberikan penyimpanan

kualitas bahan.

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

adanya koreksi ini, diharapkan perusahaan signifikan sehingga perusahaan mampu mampu meminimalkan kerugian baik yang

meningkatkan posisi pasarnya dalam dilihat dari sisi kuantitas, kualitas, ataupun

menghadapi persaingan di bisnis makanan waktu. Salah satu cara untuk melakukan

ataupun konveksi. Berdasarkan uraian di perbaikan dan peningkatan kualitas dalam

atas, maka penelitian ini akan mengkaji suatu perusahaan adalah dengan metode six

bagaimana penerapan metode six sigma sigma.

untuk pengendalian kualitas pada PT. Diras Metode six sigma merupakan suatu

Concept.

metode atau cara untuk mencapai kinerja operasi hanya 3,4 cacat untuk setiap satu

Tujuan Penelitian

juta aktivitas atau peluang. Six sigma secara Adapun tujuan dalam penelitian ini unik dikendalikan oleh pemahaman yang

adalah untuk mengetahui bagaimana kuat terhadap fakta, data, dan analisis

pengendalian kualitas pada PT. Diras statistik, serta perhatian yang cermat untuk

Concept menggunakan metode six sigma. mengelola, memperbaiki, dan menanamkan kembali bisnis. Six sigma juga memberi

Manfaat Penelitian:

manfaat yang telah teruji yaitu mencakup Adapun manfaat penelitian ini adalah: pengurangan

1. Bagi perusahaan : produktivitas, pertumbuhan pangsa pasar,

biaya,

peningkatan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan pengurangan cacat, dan pengembangan

pengambilan keputusan produksi atau jasa (Pande, 2000).

dalam

mengenai pengendalian kualitas. Dalam penerapannya, six sigma

2. Bagi peneliti :

memiliki 5 (lima) langkah untuk Untuk memahami proses produksi memperbaiki kinerja bisnis yaitu define,

dan pengendalian kualitas suatu measure, analyze, improve, dan control

untuk mengurangi sehingga masalah atau peluang, proses, dan

perusahaan

kecacatan.

persyaratan pelanggan harus diverifikasi dan diperbaharui dalan tiap-tiap langkahnya.

Gambaran Objek Penelitian

Dari adanya six sigma ini diharapkan Tabel 1 berikut ini menunjukkan profil PT. perusahaan dapat mengurangi kecacatan

Diras Concept:

yang dihasilkan dalam jumlah yang

Tabel 1. Profil Perusahaan

Company Name

PT. DIRAS CONCEPT

Office Address

JL. Taruma Negara Utama 49 Banyuanyar Solo 57137 Central Java- Indonesia.

Sirine, Kurniawati

Director

Syukur Alhayat

Production Capacity 50 x 40’ HC Contener a month and An Turn Over +/ - USD 2.500.000 a year Production Lead Time

1-50 x 40’ HC Contener in 6 weeks and 5 or more than 40’ HC in negotiable Workforces

750 Employes

Markets

All Europe, Midle East, South America, Canada

Product Line Rattan, Cane, Basket, Waterhyacinth, Banana, Seagrass, Wood Furniture (reproduction, indoor, etc)

Year Established

Since 1996

Tipe of Business

Producer manufactures and Exporter

TINJAUAN PUSTAKA

Six Sigma

Pengendalian Kualitas

Six sigma adalah konsep statistik yang Pengendalian merupakan kegiatan

mengukur suatu proses yang berkaitan yang dilakukan untuk menjamin agar

dengan cacat pada level enam (six) sigma kegiatan produksi dan operasi yang

yaitu hanya ada 3,4 cacat dari sejuta dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah

peluang. Six sigma juga merupakan falsafah direncanakan sehingga apabila terjadi

manajemen yang berfokus untuk menghapus penyimpangan maka penyimpangan tersebut

cacat dengan cara menekankan pemahaman , dapat dikoreksi dan harapan yang ditentukan

pengukuran, dan perbaikan proses (Brue, bisa tercapai (Buffa, 1999). Kegiatan

pengendalian dilakukan dengan cara Dalam Six Sigma ada siklus 5 (lima) memonitor

fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, dengan standard, menafsirkan perbedaan-

keluaran,

membandingkan

Improve, Control ) yaitu proses peningkatan perbedaan, dan mengambil tindakan-

terus menerus menuju target six sigma. tindakan untuk menyesuaikan kembali

DMAIC dilakukan secara sistematik proses-proses itu sehingga sesuai dengan

berdasarkan pengetahuan dan fakta. DMAIC standard. Sedangkan kualitas menurut

merupakan suatu proses closed–loop yang Assauri (1999) adalah faktur-faktur yang

menghilangkan langkah – langkah proses terdapat dalam suatu barang atau hasil yang

yang tidak produktif, sering berfokus pada menyebabkan barang atau hasil tersebut

pengukuran – pengukuran baru dan sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau

menerapkan teknologi untuk peningkatan

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

mana metode ini dipengaruhi oleh

1. Menentukan karakteristik kualitas kebutuhan pelanggan dan penggunaan fakta

Critical to Quality (CTQ) yang serta data dan memperhatikan secara cermat

terkait langsung dengan kebutuhan sistem

spesifik dari pelanggan. penanaman kembali suatu proses.

pengelolaan, perbaikan,

dan

2. Rencana pengumpulan data pada

tingkat

proses. Data

Pengendalian Kualitas Menggunakan

yangdikumpulkan dan dibutuhkan

Metode Six Sigma

adalah data yang digunakan untuk Di dalam pengaplikasian pengendalian

melakukan pengukuran baseline kualitas menggunakan metode six sigma,

performance dan capability process ada 5 (lima) tahap yang harus dilalui yaitu

pada tingkat proses dan output. tahap define, measure, analyze, improve,

3. Menghitung kapabilitas proses yaitu control (Gasperz, 2002)

melakukan pengukuran pada data yang dijadikan sampel sesuai dengan

Tahap Define

untuk kemudian Penentuan proses apa yang akan dievaluasi

jenis

data

dengan nilai ditentukan pada tahap ini. Pertimbangan

dikonversikan

sigmanya.

proses yang akan dievaluasi adalah tahapan proses yang secara signifikan mempengaruhi

Tahap Analyze

penciptaan laba bagi perusahaan. Namun Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pada proses tersebut, banyak ditemukan

sebagai berikut :

kegagalan dan kecacatan produk yang akan

1. Mendeteksi variabel utama yang mempengaruhi

mempengaruhi kecacatan agar dapat selanjutnya (Pande, Neuman, dan Cavanagh,

membantu mempermudah upaya 2002)

penurunan

tingkat kecacatan

tersebut.

Tahap Measure

2. Konversi biaya kualitas. Yang dilakukan pada tahap ini adalah

3. Mengkonversikan banyaknya sebagai berikut :

kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost of poor quality).

Tabel 2. Cost of Poor Quality (COPQ)

Level Sigma

DPMO

COPQ

1 sigma 691.462 (sangat tidak kompetitif) Tidak dapat dihitung 2 sigma

308.538 (rata-rata industri Indonesia) Tidak dapat dihitung 3 sigma

66.807 25-40% dari penjualan 4 sigma

6.210 (rata-rata industri USA) 15-25% dari penjualan

Sirine, Kurniawati

sejalan dengan meningkatnya kapabilitas

4. Mempercepat tingkat perbaikan sigma.

Dengan teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah, harapan

Tahap Control

pelanggan terhadap perbaikan semakin Memantau seluruh perbaikan tindakan atau

nyata. Perusahaan yang tercepat kegiatan agar tetap stabil dan sesuai dengan

melakukan perbaikan kemungkinan batas spesifikasi yang diinginkan oleh

besar akan memenangkan persaingan. pelanggan.

Dengan meminjam alat-alat dan ide-ide didokumentasikan dan dijadikan standar,

Hasil-hasil

peningkatan

dari banyak disiplin ilmu, six sigma prosedur-prosedur yang dianggap berhasil

membantu sebuah perusahaan untuk disebarluaskan kepada seluruh karyawan.

tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi juga meningkatkan perbaikan.

Manfaat Six Sigma

5. Mempromosikan pembelajaran dan Menurut Pande (2002), ada beberapa

“ cross-pollination ”

manfaat six sigma bagi perusahaan yaitu :

Six

sigma

merupakan sebuah

1. Menghasilkan sukses berkelanjutan pendekatan yang dapat meningkatkan Cara untuk melanjutkan pertumbuhan

dan mempercepat pengembangan dan dan tetap menguasai pertumbuhan

penyebaran ide-ide baru di sebuah sebuah pasar yang aman adalah dengan

organisasi keseluruhan. Orang-orang terus-menerus berinovasi dan membuat

yang terlatih dengan keahlian dalam kembali

banyak proses serta bagaimana menciptakan keahlian dan budaya untuk

mengelola dan memperbaiki proses terus-menerus bangkit kembali.

dapat dipindah ke divisi lain dengan

2. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap kemampuan untuk menerapkan proses orang

dengan lebih cepat. Ide-ide mereka Dalam sebuah perusahaan, membuat

dapat dibagikan sehingga kinerja lebih setiap orang bekerja dalam arah yang

mudah untuk diperbandingkan. sama dan berfokus pada tujuan bersama.

6. Melakukan perubahan strategi Masing-masing fungsi, unit bisnis, dan

produk baru, individu mempunyai sasaran dan target

Memperkenalkan

meluncurkan kerjasama baru, dan yang

memasuki pasar baru merupakan demikian, ada hal yang dimiliki oleh

berbeda-beda.

Sekalipun

aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari semua orang di dalam atau di luar

yang biasa dilakukan oleh perusahaan. perubahan. Six sigma menggunakan hal

Dengan lebih memahami proses dan tersebut untuk menciptakan sebuah

prosedur perusahaan akan memberikan tujuan yang konsisten.

kemampuan yang lebih besar untuk

3. Memperkuat nilai pada pelanggan

melakukan

penyesuaian-penyesuaian

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jenis Data

cacat terhadap jumlah produksi Jenis data yang dibutuhkan dalam

selama bulan Januari sampai penelitian ini adalah data primer dan data

Desember 2012. sekunder. Yang termasuk dalam data primer penelitian ini adalah : hasil wawancara

Prosentase Produk Cacat  terhadap manajer serta observasi dan

Jumlah Produk Cacat dokumentasi terhadap proses produksi. Data

x 100 % Jumlah Produk

primer diperoleh dari awal Juni - akhir Agustus 2013. Sedangkan data sekunder

b. Mendefinisikan orang-orang diperoleh dari company profile perusahaan. yang terlibat dalam proses

produksi.

Metode Pengumpulan Data

c. Mendefinisikan proses kunci Ada beberapa metode pengumpulan data

tanggapan pelanggan yang digunakan yaitu sebagai berikut : terhadap produk yang dihasilkan,

serta

a. Wawancara

kepada

pemilik

kemudian dibandingkan dengan perusahaan standarisasi yang ditetapkan Metode

memperoleh data primer yang berupa

2. Measure

data jumlah produk cacat, jenis

karakteristik kecacatan, penyebab cacat produk, kualitas (CTQ), yaitu karakter serta untuk memperoleh data tentang kunci apa saja yang membuat aliran proses produksi yang berkaitan suatu produk itu tidak memenuhi dengan pengendalian kualitas. harapan pelanggan.

a. Menetapkan

b. Observasi ke lokasi penelitian

b. Melakukan pengukuran baseline Dalam observasi ini akan diadakan kinerja dengan langkah-langkah pengamatan secara langsung terhadap sebagai berikut : obyek yang akan diteliti, serta - Menetapkan periode waktu memeriksa data dan fakta di lapangan pengujian. yaitu bagaimana proses produksi - Menuliskan jumlah produk berlangsung

dan

bagaimana

yang akan diperiksa selama pengendalian kualitasnya. periode waktu pengujian

c. Dokumentasi perusahaan berupa data (diisikan pada kolom B).

jumlah produksi, data jumlah produk - Menuliskan jumlah produk cacat, data proses produksi (input- cacat (diisikan pada kolom proses-output).

C). - Menuliskan jumlah CTQ

Metode Analisis Data

Sirine, Kurniawati

- Mengkonversi

cacat ke nilai sigma dan menjadi nilai sigma dengan

DPMO

DPMO

tabel konversi hasil bebas Bentuk tabel yang digunakan dalam

pengukuran adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Perhitungan Kapabilitas Sigma dan DPMO

Periode Jumlah Produk

Sigma (A)

Jumlah

Jumlah CTQ

DPMO

Yang Diperiksa

Produk Cacat

1 ... N Total

Keterangan : DPMO = Defect Per Million Opportunities (kegagalan per sejuta kesempatan) CTQ = Critical to Quality (karakteristik kualitas kunci)

3. Analyze

perhitungan

CTQ potensial

a. Melakukan analisis kapabilitas tertinggi adalah sebagai berikut : proses dengan cara menghitung

- Menghitung frekuensi dari CTQ potensial untuk mengetahui

setiap CTQ yang kemudian CTQ potensial tertinggi yang

hasilnya dituliskan dalam menyebabkan terjadinya produk

tabel berikut : cacat.

Langkah-langkah

Tabel 4. Analisis Pareto Jenis CTQ

Jenis CTQ Frekuensi

Frekuensi

Prosentase dari

- Menggambarkan hasil perhitungan ke dalam diagram pareto.

b. Mengidentifikasi sumber-sumber Misal : Improve pada faktor Man  penyebab

apakah tujuan improve pada faktor menggunakan diagram Ishikawa

produk

cacat

Man , alasan kegunaannya, lokasi,

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

“ New Brunei ” . Untuk proses produksi Pengendalian kualitas dalam PT. Diras

furniture “ Nadir ” memiliki tahapan sebagai Concept dimulai dari setiap tahapan proses

berikut:

produksi baik untuk furniture “ Nadir ” dan

Material Frame

Packing Blebet

Final

Gambar 1. Proses Produksi Furniture “Nadir”

Sedangkan tahapan proses produksi furniture “New Brunei” adalah sebagai berikut: Material

Finishin Cek

Pengompora

Pengobata

g Final

Packin g

Gambar 2. Proses Produksi Furniture “New Brunei”

Adapun jenis-jenis material yang digunakan untuk furniture “Nadir” adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Jenis-jenis Material Furniture “Nadir”

Material frame (rotan semipoles) Material anyaman (enceng gondok) Material anyaman (leles)

r"

kursi "nadir"

Material blebet (peel)

di Material frame (rotan semipoles) Na

Material anyaman (enceng gondok) Material anyaman (leles)

roduk "

sofa "nadir"

Material blebet (peel)

P Material frame (rotan semipoles) Material anyaman (enceng gondok) Material anyaman (leles)

meja "nadir"

Material blebet (peel)

Sirine, Kurniawati

material untuk frame adalah kayu mahoni

sofa "brunei"

material untuk anyaman adalah leles material untuk anyaman adalah pelepah pisang material untuk frame adalah kayu mahoni

meja "brunei"

material untuk anyaman adalah leles material untuk anyaman adalah pelepah pisang material untuk frame adalah kayu mahoni

corner "brunei"

material untuk anyaman adalah leles material untuk anyaman adalah pelepah pisang

Semua material yang digunakan ini berasal dari Kalimantan dan Sulawesi. Adapun manajemen dan tenaga kerja yang mengelola perusahaan dapat dilihat pada tabel 7 di

bawah ini.

Tabel 7. Manajemen dan Tenaga Kerja PT. Diras Concept

Manajemen

1. Manajer Export: 2 staff

2. Manajer Marketing: 1 staff

3. Manajer Keuangan: 2 staff

4. Manajer SDM: 1 staff

5. Manajer Produksi: 2 staff

Tenaga Kerja

1. Bahan Baku : 5 orang

2. Anyam: 50 orang

3. Rangka: 10 orang

4. QC: 7 orang

5. Finishing : 12 orang

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Berikut adalah DMAIC untuk furniture “Nadir”:

Tabel 8. DMAIC Tahap Material Furniture “Nadir”

Jml Cacat Jml Material Material

pada proses penyimpanan enceng gondoknya

Material

ada yang tidak

semipoles) batang

enceng

masih ada

gondoknya

yang tidak tidak mudah

masih ada

0.0025 yang busuk

n Material enceng gondoknya Ada QC Material yang i" Anyaman gondoknya

proaktif, ada kontrak

(enceng yang ada di tidak busuk,

berjamur

kualitas dengan

gondok) dalam ada

pemasok, menjaga yang busuk berjamur

kelembapan/suhu

Batang

gudang penyimpanan yang tidak material untuk

Material berisi akan mencegah jamur, Anyaman

metode FIFO untuk (leles) yang

masih ada

diganti

penggunaan material berserabut berserabut

tidak

dengan

24 yang berisi (berdasarkan tanggal Material

barang datang) dengan Blebet

kuat atau

mempertimbangkan (peel)

tidak mudah

patah

kadaluwarsanya

Sirine, Kurniawati

MATERIAL Jenis

Jml Cacat Jml Material Material

pada proses penyimpanan enceng gondoknya

Material

ada yang tidak

Ada QC Material yang di

r" ada yang

batangnya

masih ada

akan

proaktif, ada kontrak "na

patah

harus kuat

0.0025 yang busuk

diobati

kualitas dengan a Material

Batang

yang tidak pemasok, menjaga sof Anyaman

berisi akan kelembapan/suhu (enceng

gudang penyimpanan gondok)

diganti

material untuk berjamur

tidak

dengan

yang berisi mencegah jamur, Material

metode FIFO untuk Anyaman

penggunaan material (leles)

(berdasarkan tanggal Material

barang datang) dengan Blebet

mempertimbangkan (peel)

Ada QC Material yang "

pada proses

enceng

gondoknya proaktif, ada kontrak ir Material

penyimpanan

kualitas dengan frame

enceng

yang

pemasok, menjaga "nad a (rotan

gondoknya

berjamur

kelembapan/suhu ej m semipoles) masih ada

batang

ada yang tidak akan

gudang penyimpanan yang tidak dan tidak

batang berisi

diperhatikan

diobati

material untuk berisi

sehingga

mudah patah

mencegah jamur, 264

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jml Cacat Jml Material Material

gondoknya

metode FIFO untuk

masih ada

penggunaan material

yang busuk

(berdasarkan tanggal barang datang) dengan mempertimbangkan kadaluwarsanya

Batang

Material terdapat

yang tidak

Anyaman enceng

berisi akan

(enceng gondok

diganti

gondok) yang

enceng tidak

yang berisi

Material Anyaman

kuat atau

(leles)

tidak patah

Material Blebet (peel)

Dari tabel 8 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan adalah

memadai sehingga 0,25% dari total material. Bahan baku berjamur, patah, busuk,

kelembapan/suhu penyimpanan terjaga, belum dilakukannya berserabut, tidak berisi disebabkan tidak adanya QC Material

metode FIFO untuk penggunaan material (berdasarkan tanggal yang proaktif, tidak adanya kontrak kualitas dengan pemasok,

barang datang) dengan mempertimbangkan kadaluwarsanya.

Sirine, Kurniawati

Tabel 9. DMAIC Tahap Frame Furniture “Nadir”

Jml Cacat/ Analyze Improve

Jml Cacat Jml Frame Jml Frame

Batang yang

kursi

kosong

"nadir" masih ada

nantinya

batang yang batang harus

akan

Frame tidak berisi berisi

diganti

Ada QC Frame yang proaktif

Batang yang

sofa

kosong

"nadir" masih ada

nantinya

batang yang batang harus

akan

Frame tidak berisi berisi

masih ada meja batang yang batang harus "nadir" Frame tidak berisi berisi

Ada QC Frame yang proaktif Rata-rata kecacatan frame dari tabel 9 di atas adalah 0,49%

perusahaan perlu menempatkan QC Frame yang proaktif dari total frame. Penyebabnya adalah batang frame tidak berisi.

mengecek kualitas batang frame dari pemasok. Perusahaan telah melakukan penggantian batang frame yang kosong. Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka

Tabel 10. DMAIC Tahap Anyaman Furniture “Nadir” Define

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

KURSI , Ada QC Anyaman perhitungan

yang proaktif, belum

menjaga termasuk 10

kelembapan/suhu

tenaga

pengrajin anyamannya gudang

kerja

luar, setiap

anyaman untuk kursi

mencegah jamur, "nadir"

menghasilkan anyaman

ada yang

yang masih cek ruang gudang

basah

masih

busuk segera secara rutin,

apakah ada

kebocoran yang

masih ada

harus rapat

material

basah/lembab SOFA,

yang busuk dan rapi

Ada QC Anyaman perhitungan

yang proaktif, belum

menjaga termasuk 10

kelembapan/suhu

tenaga

pengrajin gudang

kerja

luar, setiap penyimpanan

kurang

pengrajin anyaman untuk sofa

teliti,

menghasilkan anyaman mencegah jamur, "nadir"

material

5 sofa

ada yang

cek ruang gudang

basah

masih

secara rutin,

dan

renggang

apakah ada

kebocoran yang

masih ada

harus rapat

material

yang busuk dan rapi

basah/lembab

Sirine, Kurniawati

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

MEJA, Ada QC Anyaman perhitungan

yang proaktif, belum

menjaga termasuk 10

kelembapan/suhu

tenaga

pengrajin gudang

kerja

luar, setiap penyimpanan

kurang

pengrajin anyaman untuk meja

teliti,

menghasilkan anyaman mencegah jamur, "nadir"

material

15 meja

ada yang

cek ruang gudang

basah

masih

secara rutin,

dan

renggang

apakah ada

kebocoran yang

masih ada

harus rapat

material

yang busuk dan rapi

basah/lembab

Berdasarkan tabel 10 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan diganti dengan bahan yang baik. Namun untuk pengawasan adalah 0,3% dari total anyaman. Kecacatan berupa anyaman

lebih lanjut, maka perusahaan perlu memberdayakan QC masih ada yang renggang dan terdapat anyaman yang bahan

Anyaman yang proaktif, mengatur kelembapan atau suhu bakunya membusuk. Penyebabnya adalah material anyaman

gudang penyimpanan anyaman untuk mencegah jamur, masih basah dan lembab dan tenaga kerja kurang teliti. Untuk

mengecek ruang gudang secara rutin, apakah ada kebocoran itu tenaga kerja diminta merapikan ulang anyaman-anyaman

yang menyebabkan material basah atau lembab. yang masih renggang, sedangkan bahan anyaman yang busuk

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Tabel 11. DMAIC Tah ap Finishing Furniture “Nadir” Define

Improve Control

Jml Unit

Jml Unit

Ada QC Pewarnaan yang proaktif,

dilakukan ada kontrol penutupan kualitas cat

meja pewarnaan (karena "nadir"

yang pewarnaan masih

juga belum rata dipengaruhi

masih ada

kualitas cat

yang belum

tidak hanya

tenaga finishing pewarnaannya n harus rata

rata

pewarnanaa

tenaga kerja kurang

35 0.0033 teliti

kerja) Ada QC Pewarnaan yang proaktif,

dilakukan ada kontrol penutupan kualitas cat

kursi pewarnaan (karena "nadir"

yang pewarnaan masih

juga belum rata dipengaruhi

masih ada

kualitas cat

yang belum

tidak hanya

tenaga finishing pewarnaannya n harus rata

rata

pewarnanaa

tenaga kerja kurang

35 0.0033 teliti

kerja)

Sirine, Kurniawati

Improve Control

Jml Unit

Jml Unit

Ada QC Pewarnaan yang proaktif,

dilakukan ada kontrol penutupan kualitas cat

sofa pewarnaan (karena "nadir"

yang pewarnaan masih

juga belum rata dipengaruhi

masih ada

kualitas cat

yang belum

tidak hanya

tenaga finishing pewarnaannya n harus rata

rata

pewarnanaa

tenaga kerja kurang

Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan tahap pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan finishing adalah 0,33% dari total unit. Kecacatan itu berupa

QC Pewarnaan yang proaktif serta kontrol kualitas cat karena pewarnaan yang belum merata. Hal ini disebabkan oleh tenaga

pewarnaan juga dipengaruhi kualitas cat tidak hanya ketelitian kerja yang kurang teliti. Tindakan koreksi yang dilakukan

tenaga kerja.

adalah menutup warna yang belum merata. Namun untuk

Tabel 12. DMAIC Tahap Cek Final Furniture “Nadir”

CEK FINAL Jenis

Jml Cacat Jml Unit

Unit

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

penanganan tenaga tali blebet kerja tidak hati-

yang masih

Ada QC di setiap meja anyaman yang anyaman yang

jika masih ada

hati, proses awal

terlepas,

tahapan proses "nadir" agak keluar

sampai akhir

akan dilem

produksi untuk maka akan

masih tidak

finishing sehingga

dan dipaku

meminimalkan dipotong

rata akan

tali blebet ada yang lagi

produk cacat

anyaman yang

kursi tali blebet

masih tidak

"nadir" masih ada

rata akan

yang terlepas

Ada QC di setiap

tahapan proses sofa

anyaman yang

produksi untuk "nadir"

masih tidak

rata akan

meminimalkan

produk cacat Dari tabel 12 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan adalah

blebet yang masih terlepas, akan dilem dan dipaku lagi. Namun 0,33% dari total unit. Bentuk kecacatan adalah terdapat

untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu anyaman yang kurang rapi. Penyebabnya adalah tenaga kerja

menempatkan QC di setiap tahapan proses produksi untuk kurang teliti dalam proses cek final sehingga tali blebet ada

meminimalkan produk cacat.

yang terlepas. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah tali

Tabel 13. DMAIC Tahap Packing Furniture “Nadir”

Improve Control Jenis Kecacatan Standarisasi

Jml Cacat Jml Unit

Unit

Sirine, Kurniawati

Improve Control Jenis Kecacatan Standarisasi

Jml Cacat Jml Unit

Unit

pada saat Pemotongan anyaman membungkus

dilakukan

yang

dengan singleface dengan gunting terkena dan memotongnya

untuk

pisau,

meja dengan silet mencegah

talinya

"nadir" terkadang ada yang

sampai menembus

sedikit atau

produk pada

diganti

saat dengan anyaman ada yang ikatan talinya jarang

anyaman, sehingga

bahkan

pengemasan yang baru pecah

harus kuat

terjadi

60 tenaga kerja kurang teliti

(packing) anyaman yang terkena pisau,

akan diganti dengan 39 yang baru Pemotongan anyaman

dilakukan

dengan gunting terkena

yang

untuk

mencegah sofa

pisau,

kerusakan "nadir"

talinya

akan

produk pada

diganti

saat dengan

pengemasan 75 yang baru (packing)

Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa kecacatan pada tahap biasanya disebabkan oleh kurang telitinya tenaga kerja yaitu packing sangat sedikit atau bahkan jarang terjadi. Jikalau ada

pada saat membungkus dengan singleface dan memotongnya 272

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

dengan silet terkadang ada yang sampai menembus anyaman, melatih tenaga kerja untuk melakukan pemotongan dengan sehingga anyaman ada yang pecah. Solusinya adalah anyaman

gunting sehingga mencegah kerusakan produk pada saat yang terkena pisau, talinya akan diganti dengan yang baru.

pengemasan (packing).

Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu

Tabel 14. DMAIC Tahap Blebet Furniture “Nadir”

BLEBET Jenis

Jml Cacat Jml Unit Unit

meja blebet kadang pengikatan Ada QC Blebet yang "nadir"

proaktif, ada standar jarak kursi

terlepas

harus kuat

60 tenaga kerja kurang teliti

blebet kadang pemakuan pemakuan (ukuran "nadir"

terlepas

harus teliti

36 tenaga kerja kurang teliti

minimal dan maksimalnya, pertimbangkan dengan kekuatannya), ada kontrol

sofa

lem harus

kualitas lem (karena "nadir"

kuat

kualitas blebet juga blebet kadang

dipengaruhi kualitas lem terlepas

tidak hanya tenaga kerja). Berdasarkan tabel 14 di atas terlihat bahwa tidak terdapat

60 tenaga kerja kurang teliti

Blebet yang proaktif, menentukan standar jarak pemakuan kecacatan yang berarti pada tahap blebet. Namun demikian

maksimalnya, dengan perusahaan tetap harus memperhatikan dengan seksama cara

mempertimbangkan kekuatannya), menentukan kontrol mengikat, memaku, atau mengelem blebet agar tidak lepas.

kualitas lem (karena kualitas blebet juga dipengaruhi kualitas Untuk fungsi pengawasan, perusahaan perlu menempatkan QC

lem tidak hanya tenaga kerja).

Sirine, Kurniawati

Berikut adalah DMAIC untuk f urniture “New Brunei”:

Tabel 15. DMAIC Tahap Material Furniture “New Brunei”

Jml Cacat Jml Material Material

menjadi kayu tidak ada tanggung sulur tengah,

material

jawab suplier

ukuran kayu

untuk

jika rusaknya

harus tepat,

frame

parah,jika

tidak parah

kayu harus

kayu

kurang

maka akan

rapat

" mahoni kaki kayu retak

n material

ru

b untuk

tidak

i" anyaman

Ada QC Material rs adalah

material

digunakan

tidak mudah

mudah

lagi

yang proaktif, ada

k leles lelesnya patah patah

0.16 16 0.01 patah

kontrak kualitas apabila masih dengan pemasok,

material menjaga

berjamur

kelembapan/suhu anyaman

untuk

maka akan

material untuk pisang

berjamur,

berjamur, cairan obat

busuk di dalam tidak lembab

0.01 lembab

mencegah jamur

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jml Cacat Jml Material Material

menjadi

kayu tidak ada

tanggung

material

jawab suplier untuk

sulur tengah,

jika rusaknya frame

ukuran kayu

harus tepat,

parah,jika

tidak parah

kayu

kayu harus

kurang

maka akan

" mahoni kaki kayu retak rapat

bagus

didempul

n material ru untuk

ei

tidak

Ada QC Material a" adalah

yang proaktif, ada sof leles

tidak mudah

mudah

lagi

lelesnya patah patah

0.24 24 0.01 patah

kontrak kualitas dengan pemasok,

apabila masih material

menjaga untuk

berjamur

kelembapan/suhu

maka akan

anyaman gudang

dibersihkan

adalah

penyimpanan pelepah

material untuk

cairan obat

pisang busuk di dalam tidak lembab

0.01 lembab

mencegah jamur

menjadi

Ada QC Material

yang proaktif, ada n material

tanggung

ei

kayu tidak ada

sulur tengah,

jawab suplier kontrak kualitas

ru

jika rusaknya dengan pemasok, a" frame

b untuk

ukuran kayu

menjaga ej adalah

harus tepat,

parah,jika

kelembapan/suhu m kayu

sambungan

material

tidak parah

gudang mahoni

kayu harus

kurang

maka akan

kaki kayu retak rapat

bagus

didempul

penyimpanan

Sirine, Kurniawati

MATERIAL Jenis

Jml Cacat Jml Material Material

material material untuk untuk

mencegah jamur anyaman

tidak mudah

mudah

lagi

leles lelesnya patah patah

0.40 40 0.01 patah

apabila masih

maka akan

berjamur, cairan obat

pisang busuk di dalam tidak lembab

kayu tidak ada

tanggung

material

sulur tengah,

jawab suplier

" untuk

ukuran kayu

jika rusaknya Ada QC Material

ei

n frame

yang proaktif, ada ru adalah

harus tepat,

parah,jika

sambungan

material

tidak parah

kontrak kualitas

dengan pemasok, er mahoni

" kayu

kayu harus

kurang

maka akan

menjaga material

kaki kayu retak rapat

bagus

didempul

kelembapan/suhu corn untuk

gudang anyaman

penyimpanan adalah

material

tidak

material untuk leles

tidak mudah

mudah

digunakan

lelesnya patah patah

0.36 36 0.01 patah

lagi

mencegah jamur

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jml Cacat Jml Material Material

apabila masih

maka akan

cairan obat

pisang busuk di dalam tidak lembab

0.01 lembab

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan tahap apabila material berjamur akan dibersihkan dengan cairan obat. material adalah 1% dari total material. Penyebabnya adalah

Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu kaki kayu retak, leles patah, pelepah pisang busuk (berjamur).

menempatkan QC Material yang proaktif, memiliki kontrak Tindakan korektif yang dilakukan perusahaan adalah jika

kualitas dengan pemasok, menjaga kelembapan/suhu gudang kerusakan parah, maka kaki kayu yang rusak akan didempul,

penyimpanan material untuk mencegah munculnya jamur.

Tabel 16. DMAIC Tahap Frame Fur niture ”New Brunei” Define

Jml Cacat Jml Frame Frame

menjadi

kursi ada mata kayu,

pemasok

tanggung

"brunei" ada kutu kayu,

jawab suplier Frame retak kayunya

tidak ada

kurang

mata kayu

0.35 70 0.005 teliti

atau pemasok menjadi

Ada QC Frame sofa

yang proaktif, ada "brunei"

ada mata kayu,

pemasok

tanggung

jawab suplier kontrak kualitas Frame retak kayunya

ada kutu kayu,

tidak ada

kurang

mata kayu

0.35 70 0.005 teliti

atau pemasok dengan pemasok

Sirine, Kurniawati

menjadi

corner ada mata kayu,

pemasok

tanggung

"brunei" ada kutu kayu,

tidak ada

kurang

jawab suplier

Frame retak kayunya

mata kayu

0.35 70 0.005 teliti

atau pemasok menjadi

meja ada mata kayu,

pemasok

tanggung

"brunei" ada kutu kayu,

tidak ada

kurang

jawab suplier

atau pemasok Berdasarkan tabel 16 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan

Frame retak kayunya

mata kayu

0.35 70 0.005 teliti

tenaga kerja kurang teliti. Namun untuk pengawasan lebih pada tahap frame adalah 0,5% dari total frame. Jenis kecacatan

lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC Frame yang yang terjadi adalah adanya mata kayu, kutu kayu, dan

proaktif dan memiliki kontrak kualitas dengan pemasok. keretakan kayu pada frame. Hal ini disebabkan pemasok dan

Tabel 17. DMAIC Tahap Anyaman Furniture ”New Brunei”

Analyze Improve

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

Ada QC Anyaman

yang proaktif, anyaman

jika

anyaman menjaga belum

kelembapan/suhu termasuk dari

* tenaga masih

gudang kursi

kerja

longgar

atau tidak penyimpanan "brunei" 5-7 pengrajin,

pengrajin luar

kurang

anyaman untuk setiap

teliti,

rapat

langsung mencegah pengrajin

kurang

dibenahi anyaman busuk, menghasilkan busuk,

anyaman

rapi

cek ruang gudang 2-3 kursi per

jarak

atau di

secara rutin, orang

anyaman

anyaman

anyaman anyam

tidak rapat harus rapat

0.04 16 busuk

ulang

apakah ada 278

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Analyze Improve Control

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

kebocoran yang menyebabkan material basah/lembab

jika

anyaman anyaman belum

* tenaga masih

termasuk dari

kerja

longgar

atau tidak "brunei" 5-7 pengrajin,

meja pengrajin luar

langsung pengrajin

kurang

dibenahi Ada QC Anyaman menghasilkan busuk,

anyaman

rapi

yang proaktif, 4-5 meja per

jarak

atau di

menjaga orang

anyaman

anyaman

anyaman anyam

tidak rapat harus rapat

0.08 32 0.0025 busuk

ulang

kelembapan/suhu gudang

penyimpanan * tenaga anyaman anyaman

jika

anyaman untuk

kerja

masih

belum mencegah termasuk dari

kurang

longgar

anyaman busuk,

atau tidak sofa

teliti,

pengrajin luar cek ruang gudang "brunei" 5-7 pengrajin,

secara rutin, setiap

langsung apakah ada

dibenahi pengrajin

kebocoran yang menghasilkan busuk,

anyaman

menyebabkan 1-2 sofa per

jarak

anyaman atau di

tidak rapat harus rapat

basah/lembab

Sirine, Kurniawati

Analyze Improve

Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

termasuk dari

* tenaga masih

pengrajin luar

kerja

longgar

atau tidak "brunei" setiap

corner 5-7 pengrajin,

menghasilkan anyaman

rapi

dibenahi

2-3 corner per busuk,

jarak

atau di

anyaman anyam

tidak rapat harus rapat

0.04 16 0.0025 busuk

ulang

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada tahap anyaman adalah 0,25% dari total anyaman. Penyebabnya adalah tenaga kerja kurang teliti sehingga hasil anyaman tidak rapi. Sedangkan tindakan korektif yang dilakukan adalah jika anyaman masih longgar atau tidak rapat akan dilakukan penganyaman ulang. Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC Anyaman yang proaktif, menjaga kelembapan/ suhu gudang penyimpanan anyaman untuk mencegah anyaman busuk, mengecek ruang gudang secara rutin yang menyebabkan kebocoran sehingga material tidak basah/ lembab.

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Tabel 18. DMAIC Tahap Loading Pengomporan Furniture ”New Brunei” LOADING

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit

Unit

dikompor dengan menggunakan alat

terkadang atau mesin agar

kursi "brunei"

masih ada

pemasok menjadi halus dan

halus dan rata

15 0.0025 teliti

dikompor dengan menggunakan alat

terkadang

atau mesin agar

sofa "brunei"

masih ada

pemasok menjadi halus dan

halus dan rata

15 0.0025 teliti

dikompor dengan menggunakan alat

Ada QC Loading corner "brunei"

terkadang

atau mesin agar

masih ada

pemasok menjadi halus dan yang proaktif, ada

kontrak kualitas

terbakar

halus dan rata

15 0.0025 teliti

dengan pemasok

Sirine, Kurniawati

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit

Unit

dikompor dengan

menggunakan alat meja "brunei"

terkadang

agar

masih ada

permukaan

atau mesin agar

permukaan

halus dan rata

pemasok permukaan

yang

kurang

menjadi halus dan

Dari tabel 18 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan tahap permukaan produk yang terbakar dikompor menggunakan alat loading pengomporan adalah 0,25% dari total unit.

atau mesin sehingga permukaan menjadi halus dan rata. Penyebabnya adalah masih ada permukaan produk yang

Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu terbakar padahal standarisasi yang ditentukan adalah

menempatkan QC Loading Pengomporan yang proaktif dan permukaan produk harus halus dan rata. Sedangkan tindakan

memiliki kontrak kualitas dengan pemasok. korektif yang dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah

Tabel 19. DMAIC Tahap Loading Pengobatan Furnitu re ”New Brunei”

Jml Cacat Jml Unit

Unit

agar tidak

* tenaga

berjamur

Ada QC Pengobatan

yang proaktif, kursi "brunei"

kerja

dilakukan

agar tidak

dengan cairan kelembapan/suhu

terbebas dari

obat anti jamur gudang penyimpanan

hama kutu

permukaan dan anti kutu

material untuk

kurang rata kayu

0.15 60 0.0025 kurang rata

mencegah jamur 282

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jml Cacat Jml Unit

Unit

agar tidak

sofa "brunei"

agar tidak

dengan cairan

terbebas dari

obat anti jamur

hama kutu

permukaan dan anti kutu

kurang rata kayu

30 0.0025 kurang rata

agar tidak

corner "brunei"

agar tidak

dengan cairan

terbebas dari

obat anti jamur

hama kutu

permukaan dan anti kutu

kurang rata kayu

0.1 40 0.0025 kurang rata

* tenaga

agar tidak

kerja

berjamur

meja "brunei"

agar tidak

terbebas dari

dengan cairan

hama kutu

permukaan obat anti jamur

kurang rata kayu

0.15 60 0.0025 kurang rata dan anti kutu

Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada Penyebab kecacatan adalah tenaga kerja kurang teliti dalam loading pengobatan adalah 0,25% dari total unit. Kecacatan

melakukan loading pengobatan. Sedangkan tindakan korektif yang terjadi adalah loading pengobatan kurang rata, padahal

yang dilakukan adalah meratakan loading pengobatan dengan standarisasinya adalah loading pengobatan harus merata agar

cairan anti jamur dan anti kutu sehingga jamur/ kutu yang produk tidak berjamur dan terbebas dari hama kutu kayu.

menempel pada produk tuntas terbasmi. Namun untuk

Sirine, Kurniawati

pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan gudang penyimpanan material untuk mencegah adanya jamur. QC Pengobatan yang proaktif dan menjaga kelembapan/ suhu

Tabel 20. DMAIC Tahap Finishing Furniture ”New Brunei” Define

Control Jenis Kecacatan Standarisasi

Jml Cacat Jml Unit

Unit

apabila masih ada

* material retak kayu maka kayu kursi

kurang

akan diamplas

"brunei"

kemudian pewarnaan ada mata kayu,

bagus

yang belum rata akan ada kutu kayu,

tidak ada mata

pemasok

diulang lagi

retak kayunya,

kayu dan kutu

kurang

warna tidak rata kayu

0.1 20 0.005 teliti

apabila masih ada

* material retak kayu maka kayu sofa

kurang

akan diamplas

"brunei"

kemudian pewarnaan Ada QC ada mata kayu,

bagus

yang belum rata akan Finishing yang ada kutu kayu,

proaktif, ada retak kayunya,

tidak ada mata

pemasok

diulang lagi

kontrak kualitas warna tidak rata kayu

kayu dan kutu

kurang

0.1 20 0.005 teliti

dengan pemasok

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Control Jenis Kecacatan Standarisasi

Jml Cacat Jml Unit

Unit

* material apabila masih ada kurang

retak kayu maka kayu corner

bagus

akan diamplas

"brunei" ada mata kayu,

kemudian pewarnaan ada kutu kayu,

yang belum rata akan retak kayunya,

tidak ada mata

pemasok

kayu dan kutu

kurang

diulang lagi

warna tidak rata kayu

0.1 20 0.005 teliti

* material kurang

apabila masih ada

retak kayu maka kayu "brunei"

meja

bagus

ada mata kayu,

akan diamplas

ada kutu kayu,

kemudian pewarnaan retak kayunya,

tidak ada mata

pemasok

yang belum rata akan warna tidak rata kayu

kayu dan kutu

kurang

0.1 20 0.005 teliti

diulang lagi

Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan tahap yang dilakukan adalah pengamplasan keretakan kayu, mata finishing adalah 0,5% dari total unit. Kecacatan yang terjadi

kayu, dan kutu kayu, serta untuk pewarnaan yang belum adalah masih terdapat mata kayu, kutu kayu, retak kayu, serta

merata akan diratakan lagi. Namun untuk pengawasan lebih warna kayu yang tidak merata. Penyebabnya adalah pemasok

lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC Finishing dan tenaga kerja kurang teliti. Sedangkan tindakan korektif

yang proaktif serta memiliki kontrak kualitas dengan pemasok.

Tabel 21. DMAIC Tahap Cek Final Furniture ”New Brunei” Define

Measure

Jml

CEK FINAL

Jenis

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit Unit

Sirine, Kurniawati

CEK FINAL Jenis

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit Unit

* tenaga

retak rambut,

pakunya kursi

pakunya harus

teliti

terlepas, "brunei"

kuat dan tidak

dilakukan

pelepah

ada retak

material pendempulan

pisangnya

rambut pada

kurang

untuk menutup

kualitas jelek

kayu

0.1 20 0.005 bagus

retak rambut

* tenaga

retak rambut,

pakunya sofa

pakunya harus

teliti

terlepas, "brunei"

kuat dan tidak

dilakukan

pelepah

ada retak

material pendempulan

pisangnya

rambut pada

kurang

untuk menutup

kualitas jelek

kayu

0.1 20 0.005 bagus

retak rambut

Ada QC di setiap retak rambut,

* tenaga

tahapan proses anyaman

kerja

produksi untuk pakunya corner

anyaman

kurang

meminimalkan terlepas, "brunei"

pakunya harus

teliti

produk cacat, ada pelepah

kuat dan tidak

dilakukan

material pendempulan kontrak kualitas pisangnya

ada retak

untuk menutup dengan pemasok kualitas jelek

rambut pada

retak rambut

material

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

CEK FINAL

Jenis

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit Unit

* tenaga

retak rambut,

meja pakunya

pakunya harus

teliti

"brunei" terlepas,

kuat dan tidak

dilakukan

pelepah

ada retak

material pendempulan

pisangnya

rambut pada

kurang

untuk menutup

kualitas jelek kayu

0.1 20 0.005 bagus

retak rambut

Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada adalah melakukan pendempulan untuk menutup retak rambut tahap cek final adalah 0,5% dari total unit. Kecacatan yang

dan anyaman yang terlepas dipaku ulang. Namun untuk terjadi adalah adanya retak rambut anyaman, terlepasnya paku

pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan anyaman, kualitas pelepah pisang yang buruk. Sedangkan

QC di setiap tahapan proses produksi untuk meminimalkan penyebab kecacatan adalah tenaga kerja yang kurang teliti dan

produk cacat serta memiliki kontrak kualitas dengan pemasok material yang kurang bagus. Tindakan korektif yang dilakukan

material.

Tabel 22. DMAIC Tahap Packing Furniture ”New Brunei”

PACKING Jenis

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit

Unit

tali rafia

tali rafia harus

kendor,

tenaga

tali rafia

kursi

kuat, harus rapi,

kertas singleface

singleface

kurang

lagi agar

tidak robek

lebih kuat

Ada QC Packing yang proaktif

Sirine, Kurniawati

PACKING Jenis

Cacat/ Analyze

Jml Cacat Jml Unit

Unit

tali rafia

tali rafia harus

kendor,

tenaga

tali rafia

sofa

kuat, harus rapi,

kertas singleface

singleface

kurang

lagi agar

tidak robek

robek

0.09 36 0.0025 teliti

lebih kuat

tali rafia

tali rafia harus

kendor,

kuat, harus rapi,

tenaga

tali rafia

kertas

kertas singleface

kerja

dikencangi

corner singleface

tidak robek

kurang

lagi agar

"brunei" robek

30 0.0025 teliti

lebih kuat

tali rafia

tali rafia harus

meja kendor,

kuat, harus rapi,

tenaga

tali rafia

"brunei" kertas

kertas singleface

tidak robek

kurang

lagi agar

lebih kuat

AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Dari tabel 22 di atas terlihat bahwa rata-rata mengganti kertas singleface yang robek. kecacatan tahap packing adalah 0,25% dari

Namun untuk pengawasan lebih lanjut, total unit. Kecacatan yang terjadi di

maka perusahaan perlu menempatkan QC antaranya tali rafia yang kendor pada waktu

Packing yang proaktif.

packing dan kertas singleface yang robek. Penyebabnya adalah tenaga kerja kurang

Untuk mengetahui PT. Diras Concept telah berhati-hati. Sedangkan tindakan korektif

mencapai berapa sigma maka di bawah ini yang dilakukan adalah tali rafia diikat

adalah tabel rata-rata jumlah kecacatan pada sedemikian rupa sehingga tidak kendor serta

furniture “Nadir” dan “New Brunei”:

Tabel 23. Rata- rata Kecacatan Furniture “Nadir” Tahapan Proses Produksi

Rata-rata Kecacatan

5) Cek Final

Rata-rata Kecacatan Seluruh Tahapan

Tabel 24. Rata- rata Kecacatan Furniture “New Brunei” Tahapan Proses Produksi

Rata-rata Kecacatan

1) Material

2) Frame 0,5% 3) Anyaman

0,25% 4) Loading Pengomporan

0,25% 5) Loading Pengobatan

0,25% 6) Finishing

0,5% 7) Cek Final

0,5% 8) Packing

0,25% Rata-rata Kecacatan Seluruh Tahapan

Sirine, Kurniawati

Brunei”. Hasil yang diperoleh, perusahaan Hidayat, Anang. 2006. Peta Pengembangan telah mencapai 6 sigma karena cost of poor

Kualitas dan Kinerja Bisnis. Jakarta : quality nya kurang dari 1% penjualan.

PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Saran

Montgomery, Douglas C. 1993. Pengantar Untuk mempertahankan capaian kualitasnya

Pengendalian Kualitas Statistik. (6 sigma), maka PT. Diras Concept perlu

Yogyakarta : Gajah Mada University membenahi aspek pengendalian dengan cara

Press.

membuat sistem yang berfungsi untuk Nasfiendry. 2003. Design for Six Sigma mengawasi tiap-tiap tahapan produksinya.

dan Seminar Nasional Teknik

Dalam sistem ini akan ditempatkan alat, Industri. UK Maranatha : Product teknik, informasi, metode, manusia yang

Design & Development. secara

Pande P. S., Robert P. Neuman, Ronald R. mengendalikan jalannya operasi perusahaan

Cavanach. 2002. The Six Sigma Way (fungsi kontrol perusahaan). Hal yang lebih

(Bagaimana GE, Motorola, dan

spesifik dan perlu pembenahan adalah

Perusahaan

Terkenal Lainnya

peningkatan ketrampilan tenaga kerja

Mereka). dengan memberi pelatihan atau teguran,

Mengasah

Kinerja

Yogyakarta: Andi. penempatan Quality Control pada tiap

tahapan proses produksi, kontrak mutu dengan para pemasok untuk menjaga kualitas material, serta penyediaan gudang yang representatif untuk penyimpanan bahan baku.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani,Dorotea. 2003.

Pengendalian

Kualitas Statistik. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Brue, Greg. 2002. Six Sigma for Manager. Jakarta : Canary. Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisa

Untuk Pengendalian

Kualitas

Statistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Transformasional dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan The Sunan Hotel Solo

0 0 16

Hubungan antara Job Insecuritydan Burnout dengan Intensi Turnover pada Karyawan Bagian Konveksi III PT Dan Liris Sukoharjo

0 0 15

Hubungan Motivasi Berprestasi dan Iklim Organisasi dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan P.T.Bank X Cabang Y

0 0 14

Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kompensasi, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Daerah Kabupaten Soppeng

0 0 27

ANALISIS PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

1 3 16

Pengaruh Pelatihan, Kompensasi dan Motivasi terhadap Produktivitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten Soppeng

0 0 7

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN, FASILITAS DAN MINAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU WISATA UIT MAKASSAR

1 0 15

PERSEPSI KUALITAS JASA LAYANAN PERIZINAN TERHADAP INOVASI PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) KABUPATEN BANTAENG Service Quality Perceptions Of Licensing Services Towards Innovation In Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Ter

0 2 18

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, KUALITAS PELAYANAN DAN KINERJA PEGAWAI TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI MANUNGGAL SATU ATAP (SAMSAT) MAKASSAR 01 SELATAN The Effect of Human Resources Quality, and Service Quality Through E

0 0 14

PENINGKATAN KUALITAS SISWA TERAMPIL IPTEK DENGAN EDUKASI KOMPUTER BAGI SISWA SD DI DUSUN WONOLELO

0 0 5