EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN

SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar

Program Magister Teknik Sipil Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

  

Jalan MT. Haryono No. 167 Malang 65145 Telp. (0341) 587710

e-mail: juniarkoo@yahoo.co.id

ABSTRAK

  

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Namun demikian, tidak semua

individu memiliki kemampuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengevaluasi mekanisme sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya (BSP2S) di

Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif untuk menggambarkan

mekanisme sistem bantuan stimulan serta teknik Important Performance Analysis (IPA) untuk mengevaluasi

kinerja program bantuan stimulan. Program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dengan

mekanisme hibah murni merupakan salah satu upaya dalam memenuhi backlog perumahan di Kabupaten

Malang selain mekanisme kredit pemilikan rumah (KPR). Pemanfaatan bantuan stimulan melalui pembangunan

rumah baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun

2011. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

yaitu aspek koordinasi, besar dana bantuan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas

pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU).

  Kata Kunci : Perumahan Swadaya, Pembiayaan Perumahan, Kekurangan Kebutuhan Rumah.

  

ABSTRACT

House is one of the basic human need for survival. However, not all individuals have the same ability to comply

housing needs. The aim of this study was to evaluate the mechanism of BSP2S system in Malang. The research

method used are descriptive analysis method to describe the mechanism of the housing stimulant grants and

Important Performance Analysis (IPA) to evaluate the performance of the housing stimulant finance program .

The housing finance programs with a pure grant mechanism is an effort in complying the housing backlog

besides mortgages mechanisms. Utilization of the housing stimulant grants through the home construction was

able to reduce approximately 0.23% backlog (43 930 units) of housing need in 2011. Some things that need to be

improved in housing finance programs are coordination aspect, the grants amount, improving the quality of

human resources and the quality of infrastructure. Keywords: self-built housing, housing finance, backlog.

  maka masyarakat yang sebenarnya memiliki

  PENDAHULUAN

  kapasitas untuk membeli rumah tidak terbantu, kehilangan kesempatan memiliki rumah dan Selain sandang dan pangan, rumah menjadi kemudian dari waktu ke waktu akibat inflasi daya salah satu kebutuhan dasar manusia untuk belinya menurun dengan harga rumah yang bertahan hidup. Beraneka ragam bentuk dan semakin naik. Dengan demikian, prioritas desain rumah diciptakan manusia dari waktu ke penyediaan rumah harus dimulai dari waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi memperbaiki sisi permintaan (demand) untuk lingkungan alam tempat tinggalnya. Rumah juga memastikan bahwa masyarakat yang merupakan lingkungan terkecil yang berfungsi berpenghasilan rendah benar-benar dapat sebagai tempat manusia berinteraksi dalam memiliki sebuah daya beli yang efektif untuk proses tumbuh kembang sepanjang waktu. Oleh penyediaan rumah. Selain itu, masih diperlukan karena sifatnya yang mendasar, maka setiap dukungan terhadap pembangunan rumah secara tahun selalu terjadi peningkatan kebutuhan rumah swadaya oleh masyarakat karena masyarakat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. sebenarnya sudah berusaha maksimal dan tinggal

  Orientasi pembangunan perumahan dan memerlukan dorongan-dorongan yang kuat dari permukiman saat ini lebih menitikberatkan pada pemerintah termasuk penyediaan PSU (Prasarana permasalahan pembiayaan yang murah. Apabila

  Sarana Utilitas) maupun penyediaan layanan sumber pembiayaan yang murah belum tersedia

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

publik yang memadai di lingkungan perumahan.

  Swadaya ini secara tidak langsung akan meringankan pemerintah dalam mengatasi

  backlog perumahan.

  Beberapa mekanisme pembiayaan perumahan bagi MBR yang telah dijalankan pemerintah antara lain Tabungan Perumahan (Teperum), Kredit Pemilikan Rumah (KPR), JAMSOSTEK, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan lain-lain. Program- program tersebut ternyata belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan MBR. Umumnya MBR yang bekerja dan berpenghasilan relatif tetap saja yang dapat menikmati fasilitas tersebut. Padahal, umumnya MBR lebih banyak yang bekerja pada sektor informal dengan pendapatan tidak menentu. Sejauh ini dana yang tersedia di perbankan maupun lembaga keuangan terkait merupakan dana jangka pendek dan mahal sementara keperluan dana pembiayaan perumahan bagi MBR bersifat jangka panjang dan murah. Diperlukan suatu mekanisme khusus agar MBR non-bankable memiliki kemampuan finansial menjadi bankable. Untuk menjembatani kesenjangan tersebut Kementerian Perumahan Rakyat melalui pemerintah daerah mulai tahun 2008 mencanangkan program Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya (BSP2S). Program bantuan ini merupakan upaya memampukan masyarakat berpenghasilan rendah dalam hal pemilikan rumah yang layak.

  Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan pembiayaan perumahan sejak tahun 2008. Pada tahun 2008 – 2010 sistem pembiayaan perumahan berupa dana bergulir kemudian pada tahun 2011 sejak berlakunya Permen No 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, sistem pembiayaan perumahan menjadi hibah murni. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai kendala diantaranya keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat, penggunaan suku bunga yang cukup tinggi pada sistem dana bergulir serta kualitas sumber daya yang masih rendah.

  Beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian terkait pembiayaan perumahan. Penelitian-penelitian terdahulu menitikberatkan pada analisis mekanisme sistem pembiayaan perumahan dengan sasaran masyarakat berpenghasilan rendah bankable dengan mekanisme Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Sementara pada studi ini sasarannya adalah MBR non-bankable yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni melalui bantuan stimulan pem- biayaan perumahan swadaya.

  Tujuan utama penelitian adalah mengevaluasi mekanisme sistem bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi mekanisme sistem bantuan stimulan yang meliputi aspek sasaran penerima bantuan, sumber pembiayaan, mekanisme pencairan dana, mekanisme pelaksanaan dan bentuk pemanfaatan dana bantuan. Tahapan ini juga mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem yang pernah diimplementasikan.

  Setelah tahapan identifikasi di atas, langkah selanjutnya adalah menilai kinerja program bantuan stimulan. Dari hasil penilaian kinerja tersebut kemudian digunakan untuk memberikan masukan berupa rekomendasi yang relevan terhadap kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya yang lebih efektif pada masa mendatang.

METODE PENELITIAN

  Adapun yang menjadi wilayah studi pada penelitian ini adalah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Malang yang pernah mendapat bantuan pembiayaan perumahan (BSP2S) pada tahun 2011, yaitu Kecamatan Wajak, Kecamatan Tajinan, Kecamatan Wagir, Kecamatan Ngajum, Kecamatan Tumpang, Kecamatan Bululawang dan Kecamatan Dau.

  Populasi dalam penelitian adalah masyarakat berpenghasilan rendah yang ada di tujuh kecamatan di Kabupaten Malang. Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni. Masyarakat

  non-bankable umumnya bekerja pada sektor

  informal dengan pendapatan tidak menentu dan memiliki akses yang sangat kurang terkait pembiayaan perumahan yang layak (Ferguson, 1999).

  Sebelum diberikan bantuan pembiayaan perumahan, kelompok masyarakat ini harus melewati tahap seleksi berdasarkan kriteria Permenpera No. 14 Tahun 2011. Besarnya sampel yang diperlukan akan dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Amirin, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pendahuluan melalui Kantor Perumahan Kabupaten Malang, tercatat bahwa jumlah penerima bantuan stimulan pada tahun 2011 sebanyak 700 KK, maka jumlah KK yang akan dijadikan sampel sebanyak 88 KK . Sampel tersebut kemudian didistribusikan ke tujuh

  Untuk mengevaluasi kinerja program bantuan stimulan digunakan teknik

1 Ne

  persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir/ diinginkan (Amirin 2011). Studi ini menggunakan derajat kepercayaan 90 % atau e = 0,1.

  1. Sosialisasi program bantuan stimulan 2. - Kriteria dan persyaratan sebagai penerima bantuan stimulan

  No. Atribut

  Data yang digunakan dalam analisis ini berasal dari kuisioner yang disebar kepada penerima bantuan stimulan. Metode ini mengkombinasikan atribut-atribut tingkat kepentingan dan kepuasan program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya (Tabel 2) Tabel 2. Atribut IPA.

  Important Performance Analysis (IPA).

  Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

  2. Evaluasi kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

  6. Pengawasan/ pendampingan dari satker dan pokja kabupaten/pusat

  7. Besar dana bantuan stimulan 8. - Mekanisme penyaluran/ pemanfaatan dana bantuan stimulan

  9. Jangku waktu proses pengajuan usulan hingga realisasi 10. - Pemberdayaan masyarakat mulai proses pengajuan usulan hingga realisasi

  Output dari penelitian ini adalah evaluasi sistem bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya di Kabupaten Malang. Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian antara lain:

  e =

  5. Kinerja TPM

  ukuran populasi

  N =

  n = ukuran sampel

  Keterangan:

  n 88  n

   

  1 700

  . 1 , 700

  N n   2

  kecamatan yang ada di Kabupaten Malang dengan tujuan agar populasi dari tiap-tiap kecamatan dapat terwakili. 2

  3. Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan 4. - Kinerja UPK/BKM

1. Identifikasi mekanisme sistem bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

  (revolving fund)

  Tabel 1. Variabel Penelitian Variabel Sub variabel Mekanisme sistem bantuan pembiayaan perumahan

  Identifikasi mekanisme sistem bantuan stimulan melalui metode analisis statistik deskriptif dengan penyajian data berupa paparan tabel dan gambar. Identifikasi meliputi aspek sasaran penerima bantuan, sumber pembiayaan, mekanisme pencairan dana, mekanisme pelaksanaan dan bentuk pemanfaatan dana bantuan. Tahapan ini juga mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari masing-masing sistem yang pernah diimplementasikan dengan metode deskriptif komparatif.

  11. Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM)

  12. Kualitas pembangunan rumah baru (PB)

  13. Peningkatan kualitas rumah (PK)

  14. Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU)

  Adapun tahapannya yaitu:

  a. Pembobotan rata-rata tingkat kepuasan dan kepentingan b. Penentuan tingkat kesesuaian (tingkat kepuasan kinerja) c. Pengelompokan prioritas dengan diagram kartesius

  3. Rekomendasi peningkatan kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya

  • Mekanisme dana bergulir
  • Mekanisme hibah murni Kelebihan dan kelemahan sistem bantuan
  • Sasaran penerima bantuan
  • Sumber pembiayaan
  • Mekanisme pencairan dana
  • Mekanisme pelaksanaan
  • Bentuk pemanfaatan dana bantuan
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Partisipasi masyarakat

  Dari hasil penilaian kinerja (IPA) kemudian digunakan untuk memberikan masukan berupa rekomendasi yang relevan terhadap kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya yang lebih efektif pada masa mendatang. Rekomendasi berupa saran yang didasarkan pada ukuran

  141

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

  tingkat kepentingan (importance) dan kualitas pelayanan (performance).

  HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya

  Berbagai kebijakan pemerintah dalam mengatasi kekurangan kebutuhan perumahan (backlog) khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sampai dengan saat ini telah banyak dilakukan. Masyarakat yang tergolong non-bankable cenderung mengupayakan pembangunan perumahan secara swadaya mengingat regulasi kepemilikan rumah secara kredit harus menyediakan jumlah uang muka yang besar dan angsuran yang tinggi.

  Program pemberian bantuan pembiayaan perumahan swadaya di Kabupaten Malang dimulai sejak tahun 2008. Sejak awal pelaksanaan tahun 2008 hingga tahun 2010 sistem pembiayaan yang digunakan adalah sistem dana bergulir. Dana bergulir pembangunan rumah diberikan dalam bentuk stimulan. Dari tahun ke tahun timbul berbagai kendala sehingga pada tahun 2010 program pembangunan rumah dengan sistem dana bergulir tidak dapat dilanjutkan kembali. Kendala yang dimaksud antara lain:  Belum optimalnya uji kelayakan kredit penerima bantuan. Hal ini terindikasi dari semakin tingginya angka kredit macet dari tahun 2008-2010, masing-masing 37,66% pada tahun 2008, 43,29% pada tahun 2009 dan 50,11% pada tahun 2010 (Data Laporan Keuangan BSP2S LKM/LKNB Kanindo Syariah dan Koperasi Pergu Singosari Tahun 2010). Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat merupakan masyarakat yang bekerja pada sektor informal dengan penghasilan tidak menentu setiap hari/ bulan sehingga angsuran atas pinjaman tidak selalu dibayar tepat pada waktunya;  Pemberlakuan beban bunga dan uang jasa oleh pengelola/pelaksana kegiatan sehingga memberatkan masyarakat yang sudah terbebani dengan angsuran untuk LKM/LKNB;  Tidak ada sanksi yang tegas terhadap keterlambatan/ tunggakan dalam pembayaran angsuran ke LKM/LKNB. Apabila terjadi kemacetan kredit maka masyarakat hanya mendapatkan teguran (tanpa pengembalian dana pinjaman) dari pengelola dan pada tahap selanjutnya masyarakat tersebut tidak diikutkan dalam program yang sama;  Sosialisasi pada tingkat desa/ kelurahan ma- sih relatif rendah (1-2 kali) sehingga terkadang menimbulkan salah persepsi pada masyarakat terkait penyaluran maupun pemanfaatan dana (Sumber: hasil wawancara dengan staff Kantor Perumahan Kabupaten Malang Tahun 2012).

  Berlakunya Permenpera No. 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah memberikan kesempatan yang lebih besar khususnya MBR non-bankable untuk memiliki rumah yang layak. Hal yang mendasari perubahan sistem bantuan adalah untuk melaksanakan penyaluran dana bantuan stimulan perumahan swadaya yang lebih akuntabel dan mempercepat penyampaian permohonan bantuan stimulan perumahan swadaya kepada menteri perlu memfungsikan Unit Pengelola Kegiatan atau Badan Keswadayaan Masyarakat (UPK/BKM). Selain itu, dengan perubahan sistem bantuan yang sekarang bersifat hibah dimaksudkan agar pemanfaatan dana bantuan stimulan perumahan swadaya lebih tepat sasaran dan tepat dalam penggunaannya.

  Bantuan stimulan merupakan fasilitasi pemerintah berupa sejumlah dana yang diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk membantu pelaksanaan pembangunan perumahan swadaya. MBR yang dimaksud adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni.

  Sejauh ini dana hibah yang dipergunakan untuk stimulan pembangunan perumahan swadaya di Kabupaten Malang dialokasikan dalam APBN dan pelaksanaannya berpedoman pada peraturan menteri disesuaikan dengan peraturan daerah propinsi atau peraturan daerah kabupaten/ kota). Dana bantuan stimulan disediakan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja di lingkungan Kemenpera. DIPA daerah berupa anggaran untuk verifikasi usulan bantuan stimulan perumahan swadaya dari UPK/BKM, penyusunan DED PB, PK, pembangunan PSU, pengawasan dan monitoring pelaksanaan kegiatan serta operasional pokja kabupaten. Adapun besarnya anggaran dana bantuan stimulan pembangunan perumahan swadaya pada tahun anggaran 2011 sekitar Rp. 6.400.000.000. Dari seluruh anggaran dana stimulan yang ada paling banyak dialokasikan untuk kegiatan peningkatan kualitas rumah (PK) sebesar 46,88% (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat penerima bantuan stimulan telah memiliki rumah

  Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar

  untuk ditinggali namun mengalami kerusakan Perubahan mekanisme sistem bantuan pada bagian-bagian tertentu sehingga stimulan pembiayaan perumahan swadaya dari memerlukan bantuan untuk peningkatan kualitas mekanisme dana bergulir menjadi hibah murni rumah. mampu meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya dari aspek ekonomi. Dengan mekanisme sistem hibah murni, masyarakat

  Pembangunan rumah

  menjadi terbantu. Dana hibah tanpa

  baru (PB) 15,63%

  pengembalian tersebut kemudian dimanfaatkan untuk pembangunan rumah baru (PB) sebesar

  37,50% Peningkatan kualitas

  15,63%, peningkatan kualitas rumah(PK) sebesar

  rumah (PK)

  46,88% dan pembangunan PSU sebesar 37,50% (Gambar 3 s/d Gambar 6). Dengan demikian,

  46,88%

  bantuan stimulan melalui pembangunan rumah

  Pembangunan PSU

  baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun 2011.

  Gambar 1. Alokasi anggaran dana bantuan stimulan Tahun 2011.

  Kelebihan dan Kelemahan Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya

  Pemanfaatan dana stimulan melibatkan

  Mekanisme Dana Bergulir Dan Hibah Murni

  satuan kerja yang ada di Kabupaten Malang serta lembaga-lembaga yang sengaja dibentuk untuk

  Sasaran penerima bantuan

  mengawasi bantuan pembangunan perumahan Sejak terjadi perubahan sistem bantuan swadaya disetiap desa/ kelurahan sasaran. stimulan pada tahun 2011, sasaran terfokus pada

  Adapun pokja lingkup kabupaten kegiatan MBR yang mempunyai keterbatasan daya beli pelaksanaan pembangunan rumah swadaya dari sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah dana bantuan stimulan terdiri dari unsur untuk memperoleh rumah yang layak huni. perwakilan Kantor Perumahan Kabupaten

  Masyarakat umumnya bekerja pada sektor Malang, Bappeda Kabupaten Malang, Badan informal dengan pendapatan tidak menentu dan Pertanahan Kabupaten Malang dan Dinas Sosial memiliki akses yang sangat kurang terkait Kabupaten Malang. Sementara untuk satuan kerja pembiayaan perumahan yang layak (non- pada lingkup kecamatan mengikutsertakan bankable ). perangkat yang ada di masing-masing kecamatan (Gambar 2). Pusat

  Kemenpera

(Deputi PPS)

Keterangan Pokja

  UPK/ pusat BKM Garis Pelaporan

  KSM Garis Koordinasi TPM Pokja kabupaten Desa/ kelurahan Satuan kerja Kabupaten

(Satker)

Gambar 2. Mekanisme pelaksanaan dana stimulan perumahan swadaya.

  Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 143

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  Sumber pembiayaan

  Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Kabupaten Malang, angka kebutuhan rumah pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat masih terdapat kekeurangan sekitar 43.930 unit rumah pada tahun 2011 diakses 30 April 2011). Sementara kemampuan pemerintah mengakomodasi kebutuhan rumah secara kredit maupun pengembangan pembangunan rumah swadaya sangat terbatas. Backlog rumah yang tidak mampu terealisasi pada tahun ini akan terus terakumulasi hingga tahun berikutnya. Akibatnya dana yang dialokasikan untuk stimulan pembangunan rumah swadaya bagi MBR non-

  bankable tentunya semakin besar. Kondisi seperti

  ini berimbas pada besarnya alokasi anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk sektor perumahan.

  

Gambar 3. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan rumah baru (PB).

  

Gambar 4. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk peningkatan kualitas rumah (PK).

  Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar

Gambar 5. Wilayah yang mendapat bantuan stimulan untuk pembangunan PSU.

  Gambar 6. Alokasi pemanfaatan dana stimulan per kecamatan. berpenghasilan rendah pada sektor informal lebih

  Mekanisme pencairan dana

  mudah mengakses pinjaman dari pada harus ke Penyaluran dana bantuan stimulan lembaga keuangan seperti bank yang menuntut perumahan saat ini tidak lagi melalui adanya persyaratan penghasilan yang tetap,

  LKM/LKNB sebagaimana pada masa sistem jaminan kredit, jumlah uang muka yang tinggi dana bergulir. Padahal apabila dikaji secara lebih dan sulitnya memproses pencairan kredit yang mendalam terdapat aspek positif apabila tetap nilainya kecil. Selain itu, pengenaan bunga/ jasa dilakukan. Melalui LKM/LKNB masyarakat (asal sesuai dengan kemampuan masyarakat)

  Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012 145

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

  pada mekanisme dana bergulir dengan LKM/LKNB mampu mengembangkan nilai bantuan sebelum akhirnya digulirkan kembali.

  Sementara dengan sistem hibah, dana bantuan stimulan bersifat habis (sekali pakai).

  Mekanisme pelaksanaan

  Dari sisi lembaga kemasyarakatan, perbedaan paling mendasar dari sistem pembiayaan dana bergulir dan hibah adalah keberadaan UPK/BKM. Dengan adanya UPK/BKM pada lingkup setiap desa/ kelurahan koordinasi maupun pengawasan saat pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah lebih terkontrol.

  Terkait jangka waktu pelaksanaan, mekanisme bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dengan sistem dana bergulir membutuhkan waktu yang cukup lama. Bantuan stimulan yang diterima masyarakat harus diangsur kembali bersama bunga/ jasa paling banyak 30 kali angsuran (2,5 tahun). Perubahan mekanisme dana bergulir menjadi hibah murni memberikan efek yang sangat signifikan bagi proses pembangunan perumahan rumah swadaya di Kabupaten Malang. Sesuai dengan regulasi baru saat ini, masyarakat diharuskan membangun rumah dengan dana bantuan yang sudah diperoleh mengikuti usulan yang diajukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan (umumnya 4- 6 bulan). Peraturan ini tentu saja mempersingkat waktu pelaksanaan kegiatan pembangunan rumah menjadi lebih cepat.

  Bentuk pemanfaatan dana bantuan

  Melalui mekanisme hibah murni, dana bantuan dimanfaatkan juga untuk pembangunan prasarana utilitas umum (PSU). Kelengkapan sarana dan prasarana pada lingkungan tempat tinggal diperlukan untuk menunjang aktifitas dan aksesibilitas masyarakat.

  Pemberdayaan masyarakat

  Pemberdayaan masyarakat sebenarnya telah coba diimplementasikan dalam program bantuan stimulan dengan sistem dana bergulir. Bentuk pemberdayaan pada masa itu adalah membentuk masyarakat menjadi kelompok swadaya masyarakat (KSM). Pembentukan KSM dimaksudkan agar masyarakat dapat berperan secara aktif dalam menyusun usulan program bantuan kepada pemerintah. Hal ini sangat efektif karena dengan demikian masyarakat yang benar- benar mengerti permasalahan yang terjadi pada lingkungan tempat tinggalnya. Optimalisasi program bantuan stimulan perumahan swadaya dilakukan dengan tidak terlalu mengandalkan jasa konstruksi (konsultan/ tukang bangunan) untuk membangun rumah. Akan tetapi, pada implementasinya tidak semua masyarakat penerima bantuan terlibat karena keterbatasan fisik yang sudah menua. Selain itu beberapa alasan lain yang ditemukan yaitu, kualitas sumber daya yang rendah dan masyarakat penerima bantuan merupakan pekerja sektor informal yang harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

  Partisipasi masyarakat

  Sistem dana bergulir pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan partsipasi masyarakat dengan mengutamakan prinsip kemandirian dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri dalam pengembangan perumahan swadaya. Namun, kondisi tersebut tidak didukung dengan kualitas sumber daya yang memadai sehingga dalam melakukan analisis perumusan kegiatan aksi melalui metode interdisiplin, proses pembelajaran terstruktur dan selanjutnya masyarakat mengawasi keputusan dan berkepentingan dalam menjaga serta sekaligus memperbaiki struktur dan kegiatan yang dilakukan. Selain itu, mata pencaharian yang didominasi pada sektor informal mengakibatkan masyarakat kesulitan dalam memenuhi prosedur untuk memperoleh dan mengembalikan dana pinjaman (Gambar 7).

  Gambar 7. Pergeseran tingkat partisipasi masyarakat.

  (Sumber: Pretty 1994) Pemberian dana cuma-cuma (mekanisme sistem hibah murni) masyarakat terdorong untuk berpartisipasi karena tidak perlu mengembalikan dana pinjaman yang diberikan. Rasa memiliki menjadi lebih tinggi dan mengakibatkan masyarakat mempunyai beban moral terhadap keberhasilan pembangunan rumah swadaya di lingkungan tempat tinggalnya walaupun partisipasi masyarakat terhenti seiring berakhirnya bantuan tersebut. Partisipasi Mobilisasi Swadaya Partisipasi Interaktif Partisipasi Fungsional Partisipasi Insentif Partisipasi Konsultasi Partisipasi Informasi Partisipasi Pasif Dana Bergulir Hibah Murni

  • Dana stimulan bersifat dana bergulir (dapat digulirkan kembali) dan dapat dikembangkan.
  • Belum ada lembaga yang secara khusus mengawasi program.
  • Jangka waktu pelaksanaan sekitar kegiatan 2,5 tahun (30 angsuran), bisa lebih lama tergantung ketepatan pengembalian.
  • Dana bantuan stimulan bersifat hibas (tidak berkembang).
  • Adanya UPK/BKM yang berfungsi mengawasi proses pembangunan pada tingkat desa/ kelurahan.
  • Jangka waktu pelaksanaan kegiatan 4-6 bulan.

  5 Kinerja TPM

  4 Kinerja UPK/BKM

  12 Kualitas pembangunan rumah baru (PB)

  13 Peningkatan kualitas rumah (PK)

  II (Berlebihan)

  8 Mekanisme penyaluran/ pemanfaatan dana bantuan stimulan

  III (Prioritas rendah)

  6 Pengawasan/ pendampingan dari satker dan pokja kabupaten/pusat

  1 Sosialisasi program bantuan stimulan

  9 Jangku waktu proses pengajuan usulan hingga realisasi 10 - Pemberdayaan masyarakat mulai proses pengajuan usulan hingga realisasi

  IV (Prioritas utama)

  3 Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan

  7 Besar dana bantuan stimulan

  11 Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM)

  14 Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU) Rekomendasi Sistem Bantuan Pembiayaan Perumahan Swadaya

  2 Kriteria dan persyaratan sebagai penerima bantuan stimulan

  I (Lanjutkan kinerja)

  Prioritas utama yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya meliputi:

  Tabel 4. Penilaian Masyarakat Terhadap Sistem Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya di Kabupaten Malang Kuadran No. Atribut

  Oky Juniarko, Surjono, M. Ruslin Anwar Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

  147 Tabel 3. Perbandingan Mekanisme Sistem Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Aspek Mekanisme Dana bergulir Hibah

  Sasaran penerima bantuan Belum menjangkau MBR non-bankable.

  MBR non-bankable. Sumber pembiayaan

  APBN, APBD, swasta, donor/hibah dan swadaya masyarakat.

  APBN dan APBD.

  Mekanisme pencairan dana Melalui LKM/LKNB.

  Tidak melalui LKM/LKNB Mekanisme pelaksanaan

  Bentuk pemanfaatan dana bantuan PB & PK PB, PK & PSU Pemberdayaan masyarakat

  Partisipasi masyarakat

  Kinerja Program Bantuan Stimulan Pembiayaan Perumahan Swadaya

  Secara keseluruhan masyarakat penerima bantuan stimulan di Kabupaten Malang merasa puas (nilai kepuasan 85,89%) terhadap kinerja atribut-atribut sistem bantuan pembiayaan perumahan swadaya, namun tetap diperlukan upaya peningkatan kinerja untuk setiap atribut terutama atribut-atribut yang dinilai oleh responden berada di bawah nilai kesesuaian rata- rata seluruh atribut (Gambar 8 dan Tabel 4).

  Gambar 8. Diagram kartesius sistem bantuan

  stimulan pembiayaan perumahan swadaya di Kabupaten Malang.

  • Pembentukan KSM
  • Pelibatan masyarakat sebatas mengidentifikasi permasalahan dan rencana usulan yang akan diajukan.
  • Pembentukan KSM

  • Pelibatan masyarakat mulai tahap persiapan hingga pelaksanaan pembangunan (walaupun tidak semua).
  • Bertujuan untuk meningkatkan partsipasi masyarakat dengan mengutamakan prinsip kemandirian masyarakat itu sendiri
  • Tidak didukung dengan kualitas sumber daya yang memadai.
  • Keberhasilan program bantuan lebih terjamin.
  • Partisipasi masyarakat terhenti seiring berakhirnya bantuan.

EVALUASI SISTEM BANTUAN STIMULAN PEMBIAYAAN PERUMAHAN SWADAYA DI KABUPATEN MALANG

  Anonim. 2010. Laporan Keuangan BSP2S

  Institute for Environment and Development (IIED).

  Sustainable Development . London:

  1994. Participation In Strategies For

  Brookings Institute Press. Pretty, J.N, Stephen Bass, Barry Dalal-Clayton.

  Reconceiving the Community Development Field. In Urban Problems and Community Development. Washington DC:

  Ferguson, Ronald F. & Sara E. Stoutland. 1999.

  Perumahan No 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah . Jakarta: Kemenpera.

  Anonim. 2011. Peraturan Menteri Pembangunan

  Kabupaten Malang . Malang: Kanindo Syariah dan KPRI Pergu Singosari.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 4, Nomor 2, Desember 2012

   Koordinasi KSM dengan lembaga pada lingkup desa/ kelurahan. Penyesuaian jadwal untuk rapat ataupun sosialisasi agar pertukaran informasi dapat berjalan dengan baik. Solusi teknis yang dapat dilakukan antara lain penyediaan hari khusus untuk berkoordinasi dan dilaksanakan pada malam hari.

  “Populasi dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin”.

  DAFTAR PUSTAKA Amirin, Tatang M. 2011.

  Secara keseluruhan, masyarakat merasa puas dengan kinerja program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya sistem hibah murni. Namun, masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terutama aspek koordinasi, besar dana bantuan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU).

  backlog (43.930 unit) kebutuhan rumah tahun 2011.

  Program bantuan stimulan pembiayaan perumahan swadaya dengan mekanisme hibah murni merupakan salah satu upaya dalam memenuhi kekurangan kebutuhan perumahan (backlog) di Kabupaten Malang selain mekanisme kredit pemilikan rumah (KPR). Sistem bantuan stimulan yang bersifat dana bergulir dan hibah murni pada dasarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dana hibah dimanfaatkan untuk pembangunan rumah baru (PB), peningkatan kualitas rumah(PK) dan pembangunan PSU. Pemanfaatan bantuan stimulan melalui pembangunan rumah baru (PB) mampu mengurangi sekitar 0,23% dari total

  SIMPULAN

   Kualitas pembangunan prasarana sarana dan utilitas (PSU). Untuk itu diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pembangunan PSU sehingga dengan pembangunan PSU diharapkan mampu menunjang aktifitas kegiatan masyarakat sehari-hari.

  Biaya operasional pembangunan/ perbaikan rumah cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya sementara besar dana bantuan stimulan relatif tetap. Untuk menekan anggaran pembangunan/ perbaikan perlu dipertimbangkan efisiensi menyangkut pengadaan material dan teknologi pembangunan, tenaga kerja yang digunakan, prioritasi penerima bantuan serta alternatif sumber pembiayaan lain.  Pelatihan untuk meningkatan kualitas sumber daya penerima dana bantuan stimulan (KSM). Pelatihan berupa pelatihan administrasi (membaca, menulis dan bersosialisasi) serta pelatihan dasar pertukangan. Pada pelaksanaannya kegiatan pelatihan dibantu Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) dan satker/ pokja kabupaten sehingga dengan demikian masyarakat bisa diberdayakan secara lebih maksimal.

   Besar dana bantuan stimulan.

   (Diakses 7 April 2011)