Hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya.

(1)

HUBUNGAN KERJASAMA ORANG TUA DENGAN GURU DALAM

MEMBENTUK KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

DI SMA WACHID HASYIM 1 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

IKA DINI OKTIARANI

D03213013

PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ika Dini Oktiarani (D03213013), 2017, Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan

Guru dalam Membentuk Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid Hasyim 1

Surabaya. Dosen Pembimbing, Prof. Dr. H. Imam Bawani, MA dan Dr. Hj.Hanun

Asrohah, M.Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerjasama orang tua dengan guru dan untuk mengetahui kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya serta dapat mengetahui hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Untuk sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment. Dari pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi statictical package for social science (SPSS) Product Moment for windows versi 16 bahwa kerjasama orang tua dengan guru di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya dengan jumlah 12 item memperoleh nilai rata-rata (mean) 29,6652 dan standart deviasi sebesar 4,43807 adalah tergolong rendah dengan merujuk pada kategori penilaian. Sedangkan kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya tergolong sangat baik diketahui dari jumlah item 23 pernyataan dengan nilai rata-rata (mean) 80,9638 sedangkan standart deviasinya adalah 6,34884. Dari pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan korelasi statictical package for social science (SPSS) product moment for windows 16 diperoleh hubungan yang signifikan antara variabel kerjasama orang tua dengan guru dan variabel kedisiplinan peserta didik. hasil hitung

korelasi product moment 0,240 lebih besar dari pada rt, pada taraf kesalahan 5% dengan

nilai 0,138. Adapun hubungan yang ditimbulkan adalah tergolong rendah, hal ini berdasarkan “rxy” dengan nilai 0,240 yang terletak antara 0,20 – 0,399 yang mana interpretasinya adalah rendah.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 6

C.

Tujuan Penelitian ... 6

D.

Manfaat Penelitian ... 7

E.

Keaslian Penelitian ... 7

F.

Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS

A.

Kerjasama Orang Tua dengan Guru ... 13

1.

Kerjasama ... 13

2.

Orang Tua... 14

3.

Guru ... 15

4.

Kerjasama Orang Tua dan Guru ... 17

B.

Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah ... 29

1.

Disiplin ... 29

2.

Peserta Didik ... 39

C.

Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk

Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya .. 42

D.

Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44

B.

Variabel dan Definisi Operasional ... 45

C.

Populasi dan Sampel ... 46

D.

Teknik Pengumpulan Data ... 50

E.

Validitas dan Reliabilitas ... 56


(8)

BAB IV METODE PENELITIAN

A.

Hasil Penelitian ... 61

B.

Validitas dan reliabilitas ... 64

C.

Penyajian data ... 67

D.

Analisis data ... 89

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan... 95

B.

Saran ... 96

Daftar Pustaka

Lampiran


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Disiplin dan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk

menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib sehingga akan terhindar

dari kejadian-kejadian negatif di sekolah. Menurut Instruksi Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan tanggal: 1 Mei 1974, No. 14/U/1974, tata tertib

sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah

sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.

1

Sangsi terhadap pelanggar biasanya dilakukan untuk membuat para

pelanggar agar tidak melakukan pelanggaran di kemudian hari. Berbagai

macam sangsi yang dilakukan agar tata tertib di sekolah berjalan dengan baik.

Penegakan tata tertib di sekolah secara konsisten merupakan faktor utama

yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan

adanya tata tertib tersebut, sekolah dapat berfungsi sebagai arena persaingan

yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi semaksimal mungkin serta

mampu meningkatkan kualitas tingkah laku peserta didik.

2

Dilihat dari pentingnya disiplin bagi kehidupan dan perilaku siswa, akan

tetapi kenyataan di lapangan ditemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak

1

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 81.

2

Anika Pratama Herman, “Strategi Pembentukan Disiplin Siswa Melalui Pelaksanaan Tata Tertib di SMA Negeri1 Krian Sidoarjo,” Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, vol.1 no. 1 (2013): 86.


(10)

2

peduli dengan pelaksanaan disiplin di sekolah. Mereka sering melanggar tata

tertib disekolah.

Berbagai jenis pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah seperti:

(1)

disiplin datang dan pulang sekolah, (2) cara berpakaian, (3) disiplin selama

kegiatan belajar mengajar, dan (4) ketentuan lainnya yang telah ditetapkan

pihak sekolah.

3

Contoh dari ketentuan lain yang telah ditetapkan pihak

sekolah adalah kepatuhan terhadap perintah guru.

Salah satu peraturan berpakaian/berseragam siswa di sekolah dituangkan

dalam PERMENDIKBUD No. 45 Tahun 2014 pasal 2 yang menyatakan

bahwa tujuan penetapan seragam sekolah adalah untuk meningkatkan disiplin

dan tanggung jawab peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan yang

berlaku dan menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan

disiplin peserta didik khususnya yang mengatur pakaian seragam sekolah.

4

Pelanggaran tata tertib oleh peserta didik ini harus segera ditangani oleh

pihak sekolah. Dalam mengatasi masalah tersebut, pihak sekolah bisa

melakukan kerjasama dengan orang tua peserta didik agar lebih mudah

mengatasinya.

Kerjasama orang tua dengan guru merupakan kunci keberhasilan dalam

membentuk karakter peserta didik. Karena orang tua dan guru mempunyai

3

Syarif Hidayat, “Pengaruh Kerjasama Orang Tua Dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan”, jurnal ilmiah,vol.1, no. 2 (Juli-Agustus 2013): 92.

4


(11)

3

tugas dan peran penting bagi peserta didik. Dalam hal ini dapat dilihat dari

Permendikbud No. 45 Tahun 2015 pasal 4 menyebutkan bahwa Penumbuhan

Budi Pekerti (PBP) dilaksanakan melalui interaksi dan komunikasi antara

sekolah, keluarga,dan/atau masyarakat.

5

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak

didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan

pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak selalu di lembaga pendidikan

formal saja.

6

Guru juga mempunyai peran dan fungsi yang berpengaruh terhadap

pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru yang

dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional: (1) Mendidik, mengajar, membimbing dan melatih, (2)

Membantu pengelolaan dan pengembangan program sekolah, dan (3)

Mengembangkan keprofesionalan.

7

Sedangkan peran orang tua juga tidak kalah penting bagi anak-anak

mereka. Karena orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang,

fasilitas yang cukup serta memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga

sebagai guru untuk anak anaknya, karena pendidikan yang diterima oleh anak

dari lahir hingga dewasa pada awalnya adalah dari orang tua itu sendiri.

5

Permendikbud No. 23 Tahun 2015.

6

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 31.

7


(12)

4

Ahmad Tafsir, mengatakan orang tua adalah pendidik utama dan pertama

dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya.

Dalam upaya menerapkan disiplin pada anak menurut Suryadi, orang tua

bisa mengarahkan dasar-dasar disiplin yang diarahkan pada 4 hal berikut:

pribadi orang tua yang konkret, pribadi anak yang konkret, situasi lugas dalam

kehidupan keluarga, dan arah tindakan untuk anak agar memiliki dasar-dasar

disiplin diri dan mengembangkannya.

8

Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang

utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai

berbagai peran pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai

relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim

kerjasama guru-orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang

tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak

mereka.

9

Kerjasama yang dilakukan orang tua dengan guru merupakan hal penting.

Maka guru harus mempunyai kompetensi sosial agar kerja sama berjalan

dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

8Apriliana Krisnawanti, “

Kerjasama Guru Dengan Orang Tua Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri Gembongan”Jurnal Pendidikan Guru Sekolah DasarEdisi 18 (2016): 1725.

9


(13)

5

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

10

Kerjasama orang tua dengan guru yang bisa digunakan dalam membentuk

kedisiplinan pada anak adalah dengan mendirikan perkumpulan, melakukan

sosialisasi pendidikan karakter, melibatkan orang tua dalam perencanaan

pendidikan karakter, membuat kesepakatan tentang kedisiplinan, membuat

kesepakatan untuk memerangi dampak penggunaan media pada anak,

membuat program untuk orang tua, menerima kritik dan saran, menggunakan

sarana prasarana sekolah, menyediakan pusat bantuan keluarga, dan

kunjungan kerumah orang tua.

11

Seperti yang ada di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya, untuk

menumbuhkan kedisiplinan pada anak, guru dan orang tua melakukan

kerjasama. Contohnya pada saat pengambilan rapot, guru yang menjadi wali

kelas membicarakan bagaimana keadaan peserta didik kepada orang tuanya.

Tidak hanya waktu itu saja, guru dan orang tua juga melakukan komunikasi

melalui sosial media.

Dari latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut dengan tema

“Hubungan Orang Tua dengan

Guru dalam Membentuk Kedisiplinan Peserta Didik di SMA Wachid

Hasyim 1 Surabaya”.

10

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 173.

11Apriliana Krisnawanti, “

Kerjasama Guru Dengan Orang Tua Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri Gembongan”Jurnal Pendidikan Guru Sekolah DasarEdisi 18 (2016): 1729.


(14)

6

B.

Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, maka masalah yang timbul dan akan dibahas

dalam penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana kerjasama orang tua dengan guru di SMA Wachid Hasyim 1

Surabaya?

2.

Bagaimana kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1

Surabaya?

3.

Adakah hubungan antara kerjasama orang tua dengan guru dalam

membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1

Surabaya? Jika ada, sejauh mana hubungan tersebut?

C.

Tujuan Penelitian

Dari Rumusan Masalah yang telah ada, dapat diketahui bahwa tujuan

penelitian yang akan dilakukan adalah untuk:

1.

Untuk mengetahui bagaimana kerjasama orang tua dengan guru di SMA

Wachid Hasyim 1 Surabaya.

2.

Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid

Hasyim 1 Surabaya.

3.

Untuk mengetahui adakah hubungan antara kerjsama orang tua dengan

guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid

Hasyim 1 Surabaya.


(15)

7

D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada lembaga

pendidikan dalam membentuk kedisiplinan Peserta didik.

2.

Manfaat Praktis

a.

Untuk orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan wacana yang luas,

pada subjek mengenai seberapa penting kerjasama orang tua dengan

guru dalam mendisiplinkan peserta didik.

b.

Untuk guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam

membentuk kedisiplinan peserta didik.

c.

Untuk Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang

bermanfaat dalam kehidupannya. Dan dapat dijadikan acuan ketika

nanti terjun langsung di lembaga pendidikan.

d.

Untuk peneliti lain

Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini

dengan memadukan keadaan yang ada.


(16)

8

E.

Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk

kedisiplinan Peserta didik sudah pernah dilakukan, antara lain:

Jurnal yang ditulis oleh

Syarif Hidayat

yang berjudul “

Pengaruh

Kerjasama Orang Tua Dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri Kecamatan Jagakarsa-Jakarta Selatan,

Jurnal Ilmiah Widya, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013. Jurnal ini berisi

tentang pengaruh antara kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin

peserta didik dan seberapa besar kerjasama yang dijalin orang tua dengan guru

disekolah. Dari hasil penelitiannya; terdapat pengaruh/hubungan positif antara

kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin peserta didik. Sedangkan

kerjasama antara orang tua peserta didik dengan guru di sekolah dalam proses

pendidikan anak, tergolong lemah dan kurang optimal terutama pada aspek

komunikasi dan keterlibatan peserta didik dalam menegakkan tata tertib di

sekolah.

Jurnal yang ditulis oleh

Anika Herman Pratama “Strategi Pembentukan

Disiplin Siswa Melalui Pelaksanaan Tata Tertib di SMA Negeri 1 Krian

Sidoarjo”, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, No 1 Vol 1 Tahun

2013. Jurnal ini berisi tentang strategi pembentukan disiplin siswa melalui

pelaksanaan tata tertib dan kendala yang dialami serta upaya mengatasi

kendala yang dialami dalam pembentukan disiplin siswa melalui pelaksanaan

tata tertib. Dari hasil penelitiannya, strategi yang dilakukan yaitu: (1)


(17)

9

keteladanan; (2) pembiasaan; (3) komunikasi; (4) pelatihan; (5) pemberian

reward/hadiah dan punishment/hukuman. Sedangkan kendala-kendala yang

dialami yaitu kurangnya kesadaran diri siswa, pengaruh lingkungan tempat

tinggal dan pergaulan, kurangnya pengawasan dan pembiasaan disiplin dari

orang tua, minimnya pengetahuan siswa terhadap tata tertib, serta kurangnya

hubungan interpersonal antara konselor dan wali kelas dengan siswa. Cara

mengatasi kendala yaitu mengajak orang tua siswa bekerja sama dengan pihak

sekolah, pembiasaan disiplin di dalam keluarga, meningkatkan kinerja tim tata

tertib sekolah, penindak lanjutan administrasi piket tim tata tertib dan guru,

serta meningkatkan hubungan interpersonal antara konselor dan wali kelas

dengan siswa.

Jurnal yang ditulis oleh Bangun Munte,

Pengaruh Kerjasama Guru

Dengan Orangtua Murid Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa,

JDP, Volume 8, Nomor 2, Juli 2015. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh kerjasama guru dengan orangtua murid sebagai

pembimbing, pengawas, dan sebagai pemberi motivasi dan penghargaan

terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriftif yaitu yang sengaja dirancang untuk menganalisa

dan menginterpretasikan data dan menentukan hubungan atau pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat, kemudian menarik kesimpulan

tentang data yang dikumpulkan dan analisa. Di samping untuk menganalisa

dan untuk menginterpretasi data. Sesuai dengan itu, Arief (1982, h. 415)


(18)

10

mengatakan, “metode deskriftif ini juga menetapkan sifat dan situasi yang

terjadi pada waktu tertentu”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kerjasama guru dengan orang tua murid sebagai pembimbing, pengawas, dan

sebagai pemberi motivasi dan penghargaan mempunyai pengaruh positif

terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa.

Jurnal yang ditulis oleh

Apriliana Krisnawanti, “

Kerjasama Guru Dengan

Orang Tua Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri

Gembongan

”, Jurnal Pendidikan Guru S

ekolah Dasar, Edisi 18 Tahun Ke-5

2016. Jurnal ini berisi tentang upaya, faktor pendukung, dan penghambat guru

dalam membina kerjasama dengan orang tua guna membentuk karakter

disiplin siswa. Dari hasil penelitiannya, upaya yang dilakukan guru dalam

membina kerjasama dengan orang tua, meliputi: mendirikan perkumpulan,

melakukan sosialisasi pendidikan karakter, melibatkan orang tua dalam

perencanaan pendidikan karakter, membuat kesepakatan tentang kedisiplinan,

membuat kesepakatan untuk memerangi dampak penggunaan media pada

anak, membuat program untuk orang tua, menerima kritik dan saran,

menggunakan sarana prasarana sekolah, menyediakan pusat bantuan keluarga,

dan kunjungan ke rumah orang tua. Faktor pendukung upaya guru yaitu

keterlibatan orang tua serta tersedianya sarana prasarana di sekolah,

sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran orang tua,

komunikasi antara orang tua dan guru, serta orang tua belum bisa meluangkan

waktunya.


(19)

11

Jurnal yang ditulis oleh Daning Kusniapuantari, Yoyon Suryono,

Pengaruh Kerja Sama Antara Pendidik dsan Orang tua Terhadap

Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak

”, Jurnal Pendidikan dan

Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1

Nomor 1, Maret 2014. Jurnal ini

berisi tentang pengaruh pengasuhan pendidik, orang tua dan kerjasamanya

terhadap pengembangan kecerdasan emosional anak di PPAUD Nusa Indah

Bumirejo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuhan pendidik

berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional anak bila dilakukan

bersama dengan orangtua. Kerja sama pengasuhan pendidik dan orangtua

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan

emosional anak, sumbangan pengaruhnya sebesar 73,4%.

Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada

variabel-variabel yang diteliti. Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan berbagai pihak. Hal ini karena penelitian terdahulu

menggunakan beberapa variabel lain yang berbeda-beda, meskipun terdapat

variabel yang hampir sama tetapi tempat dan subjek penelitian pada penelitian

sebelumnya berbeda dengan penelitian yang hendak penulis lakukan.

F.

Sistematika Pembahasan

Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami isi dari pada laporan

penelitian ini, serta isi laporan penelitian tersusun secara sistematis sehingga

dapat memenuhi kriteria penulisan secara ilmiah, maka peneliti menganggap

perlu untuk membuat sistematika pembahasan.


(20)

12

BAB I merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan permasalahan, manfaat

penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II merupakan Kajian Pustaka. Bab ini mencakup tentang teori-teori

yang dijadikan pijakan dasar dalam menentukan langkah-langkah

pengambilan data. Adapun landasan teori ini berisi tentang (1) Kerjasama

Orang Tua dengan Guru, (2) Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah, (3)

Pengaruh Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk Kedisiplinan

Peserta Didik di Sekolah.

BAB III merupakan bab metode penelitian. Pada bab ini akan diuraikan

(1) variabel dan definisi operasional (2) populasi, sampel dan teknik sampling,

(3) teknik pengumpulan data, (4) validitas dan reliabilitas, (5) analisis data.

BAB IV merupakan bab hasil penelitian. Pada bab ini akan dibahas dan

digambarkan tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data mengenai

hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan

peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya.

BAB V merupakan bab penutup. Bab ini memuat kesimpulan, saran-saran,

kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang

berkenaan dengan penelitian.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.

Kerjasama Orang Tua dengan Guru

1.

Kerjasama

Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama merupakan

interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah

bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan

orang lain. kerjasama dapat berlangsung manakala individu-individu yang

bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran

untuk bekerjasama gurna mencapai kepentingan mereka.

12

Kerjasama

orang tua dengan guru adalah suatu usaha atau kegiatan bersama antara

orang tua dengan guru dalam mencapai tujuan bersama yaitu

meningkatkan dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan

berakibat pada pendidikan dan perkembangan peserta didik.

Menurut Slamet PH, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan

bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk

mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Epstein dan Sheldon menyatakan

bahwa kerjasama sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan konsep

12Temukan pengertian, “Pengertian Kerja Sama”, Accessed Mei 06, 2017,


(22)

14

yang multidimensional di mana keluarga, guru, pengelola, dan anggota

masyarakat bersama-sama menanggung tanggung jawab untuk

meningkatkan dan mengembangkan akademik siswa sehingga akan

berakibat pada pendidikan dan perkembangan anak. Multidimensional

berarti kerjasama dilakukan dalam berbagai hal atau dimensi. Kerjasama

lebih dari sekedar pertemuan orangtua-guru dalam pembagian laporan

tahunan, namun mengikutsertakan orangtua dalam berbagai peran

sepanjang waktu.

13

2.

Orang Tua

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah

masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru

anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai berbagai peran

pilihan yaitu: orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang

tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama

guru-orang tua. Dalam pera-peran tersebut memungkinkan orang tua

membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak

mereka.

14

Orang tua tidak hanya sekedar memberikan kasih sayang, fasilitas

yang cukup serta memberikan nafkah akan tetapi orang tua juga sebagai

guru untuk anak anaknya, karena pendidikan yang diterima oleh anak dari

13NurulArifiyanti, “KerjasamaAntaraSekolahdan OrangtuaSiswadi Tk Se-KelurahanTriharjoSleman” (Skripsi, UniversitasNegeri Yogyakarta, 2015), 18-19.


(23)

15

lahir hingga dewasa pada awalnya adalah dari orang tua itu sendiri.

Menurut Ahmad Tafsir, orang tua adalah pendidik utama dan pertama

dalam hal menanamkan keimanan bagi anaknya. Pernyataan di atas, sesuai

dengan teori John Locke bahwa anak laksana kertas putih bersih yang di

atasnya dapat ditulis apa saja menurut keinginan orang tua dan para

pendidik, atau laksana lilin lembut yang dapat dibentuk menjadi apa saja

menurut keinginan pembentuknya. Untuk membentuk anak-anak yang

baik, dan cakap dalam kehidupannya, tangan-tangan orang tualah yang

dapat menentukannya. Jika orang tua membentuk anak dengan kebaikan

maka akan baik anak tersebut, dan jika orang tua membentuk anak dengan

keburukan, maka anak pun akan tumbuh dengan sikap yang tidak baik.

15

3.

Guru

a.

Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

16

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

15SyarifHidayat, “PengaruhKerjasama Orang Tua Dan Guru TerhadapDisiplinPesertaDidik Di SekolahMenengahPertamaNegeriKecamatanJagakarsa - Jakarta Selatan”, jurnal ilmiah,vol.1, no. 2 (Juli-Agustus 2013): 94.


(24)

16

melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak selalu di

lembaga pendidikan formal saja.

17

b.

Peran dan Fungsi Guru

Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan

pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru yang

dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional:

18

Table 2.1.

Tugas dan Fungsi Guru

TUGAS

FUNGSI

URAIAN TUGAS

I.

Mendidik,

mengajar,

membimbing

dan melatih

1.

Sebagai

Pendidik

1.1

Mengembangkan

potensi/kemampuan

dasar peserta didik.

1.2

Mengembangkan

kepribadian

peserta

didik.

1.3

Memberkan keteladanan.

1.4

Menciptakan

suasana

pendidikan

yang

kondusif.

1.

Sebagai

Pengajar

1.1

Merencanakan

pembelajaran

1.2

Melaksanakan

pembelajaran

yang

mendidik

1.3

Menilai proses dan hasil

pembelajaran

2.

Sebagai

Pembimbin

g

3.1

Mendorong

berkembangan perilaku

positif

dalam

17Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), 31.


(25)

17

pembelajaran

3.2

Membimbing

peserta

didik

memecahkan

masalah

dalam

pembelajaran.

4.

Sebagai

Pelatih

4.1

Melatih keterampilan-

keterampilan

yang

diperlukan

dalam

pembelajaran

4.2

Membiasakan

peserta

didik berperilaku positif

dalam pembelajaran

II.

Membantu

pengelolaan

dan

pengembanga

n

program

sekolah

5.

Sebagai

pengemban

gan

program

5.1

Membantu

mengembangkan

program

pendidikan

sekolah dan hubungan

kerjasama antar sekolah

dan masyarakat

6.

Sebagai

pengelola

program

6.1

Membantu secara aktif

dalam

menjalin

hubungan dan kerjasama

antar

sekolah

dan

masyarakat

III.

Mengembang

kan

keprofesional

an

7.

Sebagai

tenaga

profesional

7.1

Melakukan upaya-upaya

untuk

meningkatkan

kemampuan profesional

4.

Kerjasama Orang Tua dengan Guru

Ada alasan yang kuat mengapa para guru selalu menginginkan para

orang tua melibatkan diri dalam pendidikan anak mereka. Menurut

Greenberg, percaya bahwa keterlibatan orang tua di sekolah akan

meringankan guru dalam membina kepercayaan diri anak, mengurangi

masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Para guru yang

menganggap orang tua sebagai pasangan atau rekan kerja yang penting


(26)

18

dalam pendidikan anak, akan makin menghargai dan makin terbuka

terhadap kesediaan kerjasama orang tua.

19

1)

Tujuan Hubungan sekolah dengan Orang Tua

Hubungan kerjasama antara sekolah dan orang tua peserta didik

antara lain bertujuan sebagai berikut:

20

a.

Saling membantu dan saling isi mengisi

b.

Bantuan keuangan dan barang-barang

c.

Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik

d.

Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak

2)

Cara menjalin Hubungan Sekolah dengan Orang Tua

Untuk menjalin hubungan sekolah dengan orang tua siswa dapat

dilakukan melalui dewan sekolah, pertemuan penyerahan buku laporan

pendidikan, dan ceramah ilmiah. Sedangkan hubungan sekolah dengan

orang tua siswa dapat dilakukan dalam berbagai kehidupan, seperti

proses belajar-mengajar, pengembangan bakat, pendidikan mental, dan

kebudayaan.

Menurut Mansur ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan

untuk menjamin hubungan sekolah dengan masyarakat tumbuh dengan

baik di antaranya melibatkan orang tua dalam perencanaan dan

pelaksanaan program sekolah dengan cara: (1) Mengadakan open

19Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, 126. 20Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, 226.


(27)

19

house, (2) Mengundang tokoh masyarakat untuk menjadi pembicara

atau pembina, (3) membuat kerjasama sekolah dengan masyarakat.

21

Menurut Hasbullah, ada beberapa contoh kerjasama yang

dilakukan orang tua dengan sekolah: (1) Adanya kunjungan ke rumah

anak didik, (2) Diundangnya Orang tua ke sekolah, (3)Mengadakan

surat-menyurat antara sekolah dan keluarga, (4) Case Conference, (5)

Adanya daftar nilai atau raport.

22

Cara membangun hubungan yang positif antara orang tua dengan

guru:

23

(1)

Menumbuhkan sikap saling percaya diantara mereka.

(2)

Mengutarakan tujuan bersama tentang minat paling baik dari

seorang anak

(3)

Menciptakan sarana untuk melanjutkan komunikasi secara

terbuka

(4)

Menjelaskan sebuah sikap kerjasama dalam pemecahan

masalah ketimbang saling menyalahkan

Untuk melakukan hal ini, memerlukan waktu lebih banyak. Akan

tetapi, waktu tersebut bisa dihemat jika ada usaha-usaha awal yang

dilakukan untuk membuat jalur komunikasi yang terbuka.

21Mansur, Manajemen Pendidikan dalam Praktik (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 99. 22Hisbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), 91.


(28)

20

1.

Apa yang bisa dilakukan oleh guru

Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru dalam

membuka pintu untuk membangun komunikasi langsung dan

saling percaya. Misalnya, guru menghubungi orang tua

melalui telepon secara pribadi dengan terlebih dahulu

memperkenalkan dirinya serta mengungkapkan kesediaannya

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan

mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Bagi guru yang mempunyai banyak murid dan banyak

kelas, menelepon secara pribadi merupakan hal yang tidak

mungkin. Dalam kasus ini, guru bisa mengirimkan pesan yang

sama.

Kesempatan lain bagi guru untuk mengungkapkan

kesediaannya kepada orang tua adalah pada saat open-house di

sekolah, malam orang tua di sekolah, rapat-rapat PTA

(Parent-Teacher Association, Persatuan Orang Tua Murid dan Guru),

dan komunikasi orang tua.

2.

Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua

Orang tua bisa mengambil inisiatif dan menghubungi

guru melalui telepon atau surat, memberikan kepada guru

setiap informasi yang mungkin berguna dan mengutarakan


(29)

21

kesediaannya untuk memberikan informasi yang lebih jika

dibutuhkan.

Orang tua juga bisa membantu guru dengan menanggapi

undangan even-even sekolah, atau permintaan informasi dan

bantuan, meskipun jika tanggapannya berisi pemberitahuan

bahwa untuk berpartisipasi semacam itu sulit baginya. Bila

guru tahu mengapa orang tua tidak bisa berpartisipasi, maka

kesalahpahaman bisa diminimalisir.Orang tua juga bisa

membantu dengan cara menghadiri even-even sekolah yang

menurutnya punya prioritas yang tinggi.

3.

Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua dan guru

bersama-sama

Dalam menetapkan sebuah konteks yang positif untuk

pemecahan masalah yang kreatiif, kedua belah pihak perlu

membangun jalur komunikasi yang terbuka. Penting bagi

orang tua dan guru untuk saling mengasumsikan bahwa

keduanya memiliki kepentingan terbaik atas murid-murid, dan

kemudian menjelaskan harapan-harapan yang kaian miliki satu

sama lain.

Mengatur tahapan untuk berkolaborasi dan bekerjasama,

dan merencanakan tindakan atas tanda-tanda awal


(30)

22

kemungkinan adanya masalah, tanpa perlu menunggu salah

satu pihak mengambil inisiatif terlebih dahulu.

Mulai dengan mendefinisikan masalah. Langkah pertama

dalam suatu usaha kolaboratif untuk memecahkan

masalah-masalah sekolah adalah kesepakatan bersama antara orang tua

dan guru mengenai definisi maslaah itu.

Eksperimen untuk menemukan solusinya.

Langkah

selanjutnya adalah untuk melakukan pendekatan solusi-solusi

yang memungkinkan dengan sikap eksperimentasi.

4.

Bagaimana guru bisa mendapat bantuan dari orang tua

Penting bagi guru untuk berkomunikasi: “kita memiliki

sebuah kepentingan yang sama. Kita berdua ingin membantu

murid.” Hal ini mungkin perlu diutarakan lebih dar sekali dan

dalam cara-cara yang berbeda.

Jika seorang guru mengidentifikasi sebuah masalah, jauh

lebih bermanfaat untuk segera memperoleh bantuan orang tua

dari pada masalahnya menjadi tidak terkendali.

5.

Bagaimana orang tua mendapat bantuan dari guru

Sebagai orang tua, penting untuk mengungkapkan

kesediaannya untuk bekerjasama dengan guru dalam

mengidentifikasi pemecahan masalah. Orang tua bisa

memberikan dukungan kepada guru dengan menentukan


(31)

23

batas yang layak serta konsekuensi-konsekuensinya dan

dengan menggunakan guru sebagai konsultannya. Guru bisa

membantu orang tua dalam menentukan harapan-harapan yang

bisa diterimanya jika orang tua meminta hal ini dengan

menanyakannya.

5.

Bentuk Kerjasama Sekolah dengan Rumah

Menurut Epstein Ada enam tipe kerjasama dengan orangtua yaitu:

parenting, komunikasi, volunteer, keterlibatan orangtua pada pembelajaran

anak di rumah, pengambilan keputusan, dan kolaborasi dengan kelompok

masyarakat. Berikut uraian dari masing-masing tipe kerjasama.

24

a.

Parenting

Parenting merupakan kegiatan pelibatan keluarga dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengasuh anak untuk

menciptakan lingkungan rumah yang mendukung perkembangan anak.

Pendidik dapat memulainya dengan cara mendengarkan setiap keluhan

atau persoalan yang dihadapi orangtua. Jawaban dari persoalan

tersebut merupakan informasi yang diperoleh dari pakar profesional

sesuai dengan bidangnya. Pada kegiatan parenting, sekolah dapat

menghadirkan seorang ahli yang dapat menjelaskan suatu pokok

24NurulArifiyanti, “KerjasamaAntaraSekolahdan OrangtuaSiswadi Tk Se-KelurahanTriharjoSleman” (Skripsi, UniversitasNegeri Yogyakarta, 2015), 18-19.


(32)

24

permasalahan, memutar film, atau melakukan diskusi guna

mendukung pendidikan dan perkembangan anak.

Bentuk kegiatan parenting diantaranya: berpartisipasi dalam

lokakarya yang memperkenalkan tentang kebijakan sekolah, prosedur,

dan program akan membantu orangtua mengetahui apa yang terjadi di

sekolah dan cara untuk melakukan pengasuhan dan pendidikan bagi

anak, sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan untuk orang

dewasa yang menyediakan kesempatan belajar sejumlah mata

pelajaran bagi anggota masyarakat, adanya program pelatihan bagi

orangtua untuk menjadi pendamping kelas anak, pendukung aktivitas

belajar, perencana kurikulum, dan pembuat kebijakan sehingga mereka

merasa diberdayakan, mendorong orangtua untuk terlibat aktif di

dalam kelas.

b.

Komunikasi

Komunikasi merupakan bentuk yang efektif dari sekolah ke

rumah dan rumah ke sekolah untuk memberitahukan tentang program

sekolah dan kemajuan perkembangan anak. Komunikasi dilakukan

guna bertukar informasi antara sekolah dan orangtua. Terdapat dua

teknik komunikasi antara sekolah dan orangtua yaitu teknik

komunikasi tidak resmi/nonformal dan teknik komunikasi

resmi/formal.


(33)

25

Teknik komunikasi nonformal merupakan penyampaian

keterangan tentang apa yang terjadi selama jam sekolah dengan cara

sederhana, hal ini bisa dilakukan di awal dan akhir jam sekolah.

Biasanya komunikasi dengan teknik tidak resmi ini bersifat umum,

artinya tidak perlu dirahasiakan dan dapat didiskusikan di depan anak.

Teknik komunikasi yang resmi bersifat formal dan mempunyai

tujuan apa yang akan disampaikan telah direncanakan serta memiliki

tema yang khusus. Konferensi dengan orangtua, pertemuan dengan

orangtua secara pribadi, kunjungan rumah, dan laporan berkala

merupakan bentuk komunikasi yang resmi dengan para orangtua.

Pertemuan dengan orangtua dilakukan pertama kali ketika

memasukkan anak ke sekolah. Pada kegiatan tersebut guru

memberikan penjelasan tentang peraturan dan program yang

disepakati bersama selama satu tahun ajaran ke depan. Hal ini juga

termasuk biaya yang akan digunakan selama program pembelajaran

berlangsung.

Kunjungan rumah adalah salah satu bentuk kemudahan

komunikasi guru dengan orangtua. Program ini harus melalui

perjanjian terlebih dahulu dengan orangtua anak yang rumahnya akan

menjadi objek kunjungan. Kunjungan biasanya berlangsung selama

45-60 menit. Guru dapat melakukan pengamatan terhadap lingkungan

belajar anak ketika di rumah dan mendengarkan apa yang disampaikan


(34)

26

oleh orangtua mengenai perkembangan anaknya. Laporan berkala

merupakan keterangan dari pihak sekolah yang dikirimkan secara

teratur kepada masing-masing orangtua yang berisi tentang peristiwa

atau pengalaman selama anak berada di sekolah.

Essa menyatakan bahwa selain komunikasi nonformal dan

formal yang termasuk kedalam metode komunikasi individual,

biasanya lembaga prasekolah juga menggunakan metode kelompok

untuk memberikan infromasi pada orangtua. Terdapat tiga teknik

dalam komunikasi secara kelompok yaitu: pengumuman resmi seperti

memo, e-mail atau bentuk tulisan lain yang dapat memberikan

informasi kepada orangtua, papan pengumuman bagi orangtua, dan

pertemuan secara kelompok.

c.

Volunteer

Volunteering merupakan kegiatan untuk merekrut dan

mengorganisasikan orangtua dengan tujuan membantu dan

mendukung pogram sekolah di mana anaknya belajar. Orangtua dapat

menjadi tenaga bantu bagi guru, kepala sekolah, dan anak ketika di

kelas atau aktivitas lain di sekolah. Agar bentuk kerjasama ini berjalan

efektif, diperlukan rencana yang matang, pelatihan, dan pengawasan

untuk membantu para volunteer memahami program yang akan

dijalankan.


(35)

27

Menurut Rous et al. seperti yang dijelaskan oleh Carlisle et al.

terdapat berbagai cara agar orangtua dapat menjadi volunteer dan

berpartisipasi di sekolah. Orangtua dapat merencanakan acara sekolah,

mengantar field trip, menghadiri rapat pengumpulan dana, bekerja

dalam organisasi orangtua dan guru, atau bertemu dengan personalia

sekolah untuk menjalin kedekatan dengan kepala sekolah. Orangtua

juga dapat meluangkan waktunya untuk memperindah sekolah dengan

mural, menyediakan tempat bermain, memperbaiki kebersihan

sekolah, menyumbangkan mainan, dan mendampingi pembelajaran di

kelas atau datang ke kelas untuk menunjukkan keahlian mereka seperti

dalam musik, memasak, menjahit, bercerita, dan melukis.

d.

Keterlibatan orangtua pada pembelajaran anak di rumah

Dalam bentuk kerjasama ini, sekolah dapat menyediakan

berbagai informasi dan ide-ide untuk orangtua tentang bagaimana

membantu anak belajar di rumah sesuai dengan materi yang dipelajari

di sekolah sehingga ada keberlanjutan proses belajar dari sekolah ke

rumah. Orangtua dapat mendampingi, memantau dan membimbing

anak di rumah yang berhubungan dengan tugas di sekolah. Sekolah

dapat menawarkan buku dan materi bagi orangtua untuk dipergunakan

membantu anak di rumah, memberikan petunjuk cara mendampingi

anak belajar di rumah, dan mengembangkan website yang berisi

tentang aktivitas yang dilakukan di kelas yang disertai saran


(36)

28

bagaimana orangtua dapat mengembangkan dan menindaklanjuti

kegiatan di kelas tadi.

e.

Pengambilan keputusan

Menunjuk pada orangtua yang ikut terlibat dalam pengambilan

keputusan, menjadi dewan penasehat sekolah, komite orangtua, dan

ketua wali murid. Orangtua sebagai aktivis kelompok yang bebas

untuk memantau sekolah dan bekerja untuk peningkatan kualitas

sekolah. Kegiatan dalam bentuk kerjasama ini antara lain: melibatkan

keluarga dalam pengumpulan dana melalui bazar, menjadi panitia

dalam membuat kebijakan dan pengangkatan staf, dan terlibat dalam

perencanaan kurikulum untuk membantu mereka belajar memahami

hal yang mendasari program yang berkualitas sehingga mereka lebih

medukung pelaksanaan kurikulum tersebut.

f.

Kolaborasi dengan kelompok masyarakat

Kerjasama ini dilakukan dengan melibatkan perwakilan

perusahaan, kelompok agama, masyarakat, dan yang lain yang dapat

memberikan pengalaman pada pendidikan anak. Hal ini berhubungan

dengan sekolah, anak, dan keluarga yang menjadi bagaian dari

komunitas tersebut. Kegiatan dalam bentuk kerjasama ini termasuk

studi lapangan makan, mengenal tumbuhan dan satwa milik kelompok

petani dan peternak, malam tradisional, karnaval, dan kado silang yang

membawa keluarga dan masyarakat ke sekolah melalui cara sosial


(37)

29

yang aman. Selain itu orangtua juga memerlukan dukungan melalui

kelompok masyarakat yang dapat menyediakan berbagai informasi

pengasuhan dan organisasi kemasyarakatan. Sekolah dapat melakukan

koordinasi sumber daya dan layanan bagi keluarga, siswa, dan sekolah

dengan bisnis, lembaga, dan kelompok lain, serta memberikan layanan

kepada masyarakat.

B.

Kedisiplinan Peserta Didik di Sekolah

1.

Disiplin

a.

Pengertian Disiplin

Kata disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti :

“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta

pengembangan tabiat”.

25

Menurut

The Liang Gie, Disiplin adalah

suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu

organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa

senang hati.

26

Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan

pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan

dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun

berasal dari luar.

27

25Susilo Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Yogyakarta: PT. BPFE, 1996), 141. 26Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta:Bumi Aksara, 2012), 172.


(38)

30

Sedangkan pengertian disiplin peserta didik adalah suatu

keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah,

tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan

terhadap sekolah secara keseluruhan.

28

Tumbuhnya sikap kedisiplinan bukan merupakan peristiwa

mendadak yang terjadi seketika. Kedisiplinan pada diri seseorang

tidak dapat tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun

dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Kebiasaan yang

ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam

lingkungan keluarga, akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan

memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinannya kelak.

b.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik

1.

Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor dari dalam peserta didik. faktor

internal merupakan kesadaran diri siswa sendiri bahwa disiplin

sangat penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu

kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya

disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat

pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan

disiplin yang terbentuk karena paksaan atau hukuman.


(39)

31

2.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor dari luar peserta didik. Faktor

eksternal juga mempunyai pengaruh yang penting bagi peserta

didik dalam mendisiplinkan diri.Faktor dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal dan teman sejawat.

c.

Macam-macam Disiplin

Macam-macam disiplin dibedakan menjadi tiga, yaitu:

29

a.

Disiplin Waktu

Disiplin waktu menjadikan sorotan utama bagi seorang guru

dan murid. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi

parameterutama kedisiplinan guru dan murid. Kalau guru dan

murid masuk sebelum bel dibunyikan, berarti disebut orang yang

disiplin. Kalau masuk pas dibunyikan, bisa dikatakan kurang

disiplin, dan kalau masuk setelah bel dibunyikan, maka dinilai

tidak disiplin, menyalahi aturan sekolah yang telah ditentukan.

Karena itu, jangan menyepelekan disiplin waktu ini, usahakan

tepat waktu ketika datang pada jam masuk sekolah. Begitu juga

dengan jam mengajar, kapan masuk dan kapan keluar, harus sesuai

dengan alokasi waktu yang ditentukan agar tidak mengganggu jam

guru lain.

29Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif(Yogyakarta: DIVA Press, 2010), 89.


(40)

32

b.

Disiplin Menegakkan Aturan

Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap

kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif

harus ditinggalkan. Murid sekarang yang ini cerdas dan kritis,

sehingga kalau diperlakukan semena-mena dan pilih kasih ,

mereka akan memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan

harga diri guru. Selain itu, pilih kasih dalam memberikan sanksi

sangat dibenci dalam agama. Keadilan harus ditegakkan dalam

keadaan apa pun. Karena, keadilan itulah yang akan mengantarkan

kehidupan ke arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.

c.

Disiplin Sikap

Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting

point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin tidak

tergesa-gesa, dan gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap

ini membutuhkan latihan dan perjuangan, karena, setiap saat

banyak hal yang menggoda kita untuk melanggarnya. Dalam

melaksanakan disiplin sikap ini, tidak boleh mudah

tersinggung dan cepat menghakimi seseorang hanya karena

persoalan sepele. Selain itu, juga harus mempunyai keyakinan kuat

bahwa tidak ada yang bisa menjatuhkan diri sendiri kecuali orang

tersebut. Kalau disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam

kehidupan ini, niscaya kesuksesan akan menghampiri.


(41)

33

d.

Bentuk-bentuk Disiplin

Ada dua bentuk disiplin, antara lain:

30

1)

Disiplin karena paksaan

Disiplin karena paksaan (otoriter) adalah pendisiplinan secara

paksa, anak harus mengikuti aturan yang telah ditentukan.

2)

Disiplin tanpa paksaan

Disiplin tanpa paksaan (permisif) adalah disiplin dengan

membiarkan anak mencari batasan sendiri.

e.

Cara dalam menegakkan disiplin

Penegakan disiplin antara lain dapat dilakukan dengan beberapa

cara sebagai berikut:

1)

Peningkatan motivasi

Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan atau

mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis

motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi

yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik adalah

motivasi yang berasal dari dalam diri kita.

Dalam menegakkan disiplin, mungkin berawal berdasarkan

motivasi ekstrinsik. Orang melakukan sesuatu karena paksaan,

pengaruh orang lain, atau karena keinginan tertentu. Akan tetapi

setelah berproses, orang tersebut dapat saja berubah ke arah


(42)

34

motivasi intrinsik. Setelah merasakan bahwa dengan menerapkan

disiplin memiliki dampak positif bagi dirinya kemudian orang

tersebut melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dari dalam

dirinya sendiri. Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya

dilandasi oleh sebuah kesadaran.

2)

Pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting

dalam membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan

merupakan suatu proses yang di dalamnya ada beberapaaturan atau

prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik. Misalnya,

gerakan-gerakan latihan, mematuhi atau mentaati ketentuan-ketentuan atau

peraturan-peraturan, mendidik orang untuk membiasakan hidup

dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia kawan, kerja sama yang

erat dan sebagainya. Peraturan-peraturan tersebut merupakan

faktor-faktor penting dalam suksesnya mencapai tujuan tertentu.

Dan dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai karakter tersebut juga

sangat penting.

3)

Kepemimpinan

Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau

orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut

menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin.

Karena pemimpin merupakan panutan, maka faktor keteladanan


(43)

35

juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang

dipimpinnya.

4)

Penegakan aturan

Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan (rule

enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan hendaknya

diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada orang”. Orang

melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan karena taat pada

orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh menjadi suatu

kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman dan aman.

Pada dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar seseorang

taat pada aturan dan tidak melanggar larangan yang dilandasi oleh

sebuah kesadaran.

5)

Penerapan reward and punishment

Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman

merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika

penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif,

terutama dalam rangka penegakan disiplin.


(44)

36

f.

Faktor-faktor dalam menanamkan disiplin pada anak

Dalam usaha menanamkan disiplin pada anak, beberapa faktor

perlu diperhatikan ialah:

31

1)

Menyadari adanya perbedaan tingkatan kemampuan kognitif anak

sesuai dengan azas perkembangan aspek kognitif, maka cara-cara

yang dipergunakan perlu disesuaikan dengan tingkatan

kemampuan kognitif ini.

2)

Menanamkan disiplin pada anak harus dimulai seawal mungkin,

yakni sejak anak mula mengembangkan pengertian-pengertian dan

mulai bisa melakukan sendiri (tidak lagi “totally dependent”).

3)

Dalam usaha menanamkan disiplin perlu dipertimbangkan agar

mempergunakan teknik demokratis sebanyak mungkin.

4)

Penggunaan hukuman harus diartikan sebagai sikap tegas,

konsekuen dan konsisten dengan dasar bahwa yang dihukum

bukan sianak, atau perasaan anak, melainkan perbuatannya yang

melanggar aturan.

5)

Menanamkan disiplin bukan kegiatan “sekali jadi”, melainkan

harus berkali-kali. Melatih dan mendorong perlu dilakukan

berulang-ulang sampai tercapai keadaan di mana anak bisa

melakukan sendiri sebagai kebiasaan.

31Gunarsa Singgih, Yulia, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2003), 86.


(45)

37

g.

Tujuan Disiplin

Disiplin pada anak mempunyai dua macam tujuan, yaitu:

32

1)

Tujuan jangka pendek yaitu untuk membuat anak-anak terlatih dan

terkontrol, dengan mengajarkan bentuk perilaku yang pantas dan

tidak pantas bahkan yang masih asing bagi mereka.

2)

Tujuan jangka panjang yaitu untuk membentuk perkembangan

pengendalian diri sendiri (self control dan self direction),

anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan

pengendalian dari luar.

h.

Penanggulangan Pelanggaran Disiplin

Cara-cara penanggulangan pelanggaran disiplin dilaksanakan

secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada

dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau kelompok.

Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada tahap

penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan

pada pribadi peserta didik. Disamping itu juga harus tetap menjaga

perasaan kecintaan terhadap peserta didik bukan karena rasa benci atau

emosional.Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan

disiplin kelas, yaitu:


(46)

38

1)

Teknik inner control

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru guru dalam

membina disiplin peserta didiknya. Teknik menumbuhkan

kepekaan/ penyadaran akan tata tertib pada akhirnya disiplin bisa

tumbuh dan berkembang dari dalam diri peserta didik itu sendiri

(self discipline). Dengan kata lain peserta didik diharapkan dapat

mengendalikan dirinya sendiri.

2)

Teknik external control

Teknik external control yaitu mengendalikan diri dari luar

berupa bimbingan dan penyuluhan. Teknik ini dalam

menumbuhkan disiplin cenderung melakukan pengawasan (yang

kadang perlu diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman

terhadap setiap pelanggaran).

3)

Teknik cooperative control

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan

bekerja sama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan

situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang bersangkutan.

Dimana guru dengan peserta didik saling mengontrol satu sama

lain terhadap pelanggaran tata tertib. Yang perlu diperhatikan oleh

guru dalam proses pembinaan disiplin kelas adalah

pembedaan-pembedaan individual peserta didik dalam kesanggupan

mengadakan mawas diri (introspeksi diri) dan pengendalian


(47)

39

dirinya (selfcontrol). Karena itu teknik cooperative control sangat

dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yangmenuntut

kedewasaan) eksternal control (yang menganggap peserta didik

belum dewasa).

4)

Membentuk Disiplin Sekolah

Sekolah yang tertib, aman dan teratur merupakan persyaratan

agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini bisa

terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan

peserta didik dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan

kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan

situasi di sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut

disiplin.

2.

Peserta Didik

a.

Pengertian Peserta Didik

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, peserta

didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, peserta didik

adalah seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang , dan jenis

lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan

potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun nonakademis

melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan.


(48)

40

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan

menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai

individu atau pribadii (manusia seutuhnya).

33

Siswa atau peserta didik adalah indivisu yang berada dalam

program perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan merupakan

perubahan yang bersifat progresif, yaitu menuju ke tahap yang lebih

tinggi, lebih besar, lebih baik dari seluruh aspek kepribadian.

b.

Ruang Lingkup Peserta Didik

Secara rinci, ruang lingkup peserta didik adalah sebagai berikut:

34

1)

Perencanaan peserta didik

2)

Penerimaan peserta didik

3)

Orientasi peserta didik baru

4)

Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik disekolah

5)

Mengatur pengelompokan peserta didik

6)

Mengatur evaluasi peserta didik

7)

Mengatur kenaikan tingkat peserta didik

8)

Mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out

33Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, 20-21. 34Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, 18.


(49)

41

9)

Mengatur kode etik, pengadilan dan peningkatan disiplin peserta

didik

Sedangkan menurut Eka Prihatin, Ruang lingkup manajemen peserta

didik mencakup:

35

1)

Perencanaan peserta didik

2)

Penerimaan peserta didik

3)

Pengelompokan peserta didik

4)

Kehadiran peserta didik

5)

Pembinaan disiplin peserta didik

6)

Kenaikan kelas dan penjurusan

7)

Perpindahan peserta didik

8)

Kelulusan dan alumni

9)

Kegiatan ekstrakulikuler

10)

Tata laksana manajemen peserta didikk

11)

Peranan kepala sekolah dalam manajemen peserta didik

12)

Mengatur layanan peserta didik


(50)

42

C.

Hubungan Kerjasama Orang Tua dengan Guru dalam Membentuk

Kedisiplinan Peserta Didik

Menurut Slamet PH, kerjasama merupakan suatu usaha atau kegiatan

bersama yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam rangka untuk

mencapai tujuan bersama.

36

Di dalam lembaga pendidikan kerjasama

merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar tujuan bersama bisa

dicapai.

Menurut

The Liang Gie, disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana

orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada

peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati.Sedangkan pengertian

disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki

oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang

merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta

didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

37

Masalah disiplin ini, hampir di semua sekolah peserta didik pernah

melakukan perbuatan yang menyimpang atau melanggar disiplin sekolah.

Agar tidak melakukan pelanggaran lagi, biasanya pelanggar diberikan sangsi.

Sangsi yang diberikan mermacam-macam, sangsi yang paling ringan biasanya

hanya peringatan bagi pelanggar agar tidak mengulanginya lagi atau sangsi

yang paling berat adalah pemanggilan orang tua.

36Padmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, 126. 37Imron, Manajemen, 172-173.


(51)

43

Hal ini harus segera ditangani oleh pihak sekolah. Dalam mengatasi

masalah tersebut, pihak sekolah bisa melakukan kerjasama dengan orang tua

peserta didik agar lebih mudah untuk mengatasinya.

Karena kerjasama yang dilakukan oleh orang tua dengan guru bisa

meringankan guru dalam membina kepercayaan diri anak, mengurangi

masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Para guru yang

menganggap orang tua sebagai pasangan atau rekan kerja yang penting dalam

pendidikan anak, akan makin menghargai dan makin terbuka terhadap

kesediaan kerjasama orang tua.

38

D.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua

arah yang Hipotesis alternative dan hipotesis nol. Hipotesis benar jika

Hipotesis alternative (Ha) terbukti kebenarannya.

1.

Hipotesis Penelitian

Terdapat hubungan yang signifikan antara kerjasama orang tua dengan

guru terhadap kedisiplinan peserta didik.

2.

Hipotesis Statistik

Ho: ρ = 0 berarti tidak ada hubungan antara kerjasama orang tua dengan

guru terhadap kedisiplinan peserta didik.

Ha: ρ ≠ 0,tidak sama dengan nol” berarti ada hubungan antara kerjasama

orang tua dengan guru terhadap kedisiplinan peserta didik.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, yaitu mengambil

sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

data pokok. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis pendekatan non eksperimen.

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis hubungan antara satu variable (x)

dengan satu variable (y) lainnya atau bagaimana satu variable berhubungan

dengan variable lainnya, sifat hubungan yang dimaksud bisa positif atau

searah dan bisa negative atau terbalik.

a.

Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian

yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud

mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan,

meramalkan dan mengendalikan keadaan.

39

Penelitian ini berjudul

“Hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk

kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya”

39Syamsuddin AR., M.S Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa (Bandung: PT


(53)

45

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan

keputusan manajerial dan ekonomi.

40

b.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya yang

beralamat di Jl. Sidotopo Wetan Baru No.37 Surabaya.

Peneliti mengambil lokasi tersebut karena pemilihan dan penentuan lokasi

tersebut dilatar belakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar

kekhasan, ketertarikan, dan sesuai dengan penelitian kami yang membahas

tentang hubungan kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk

kedisiplinan peserta didik di sekolah.

B.

Variabel dan Definisi Operasional

Menurut sugiono variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang tentu, yang

diterapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua

variabel, yaitu variabel independen. Adapun penjelasan dari masing – masing

variabel adalah sebagai berikut :

a.

Variable Bebas (X) yaitu variabel yang menjadi sebab atau merubah/

mempengaruhi variabel lain (variabel terikat).

41

Adapun variable bebas

dalam penelitian ini adalah kerjasama orang tua dengan guru.


(54)

46

b.

Variable terikat (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel lain (variabel bebas).

42

Adapun variabel terikat

dalam penelitian ini adalah disiplin peserta didik.

C.

Populasi dan Sampel

a.

Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

43

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua, guru

dan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Jumlah guru di

SMA Wachid Hayim 1 Surabaya adalah 45, Sedangkan jumlah siswa atau

orang tua siswa di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya adalah 614 siswa.

Table 3.1.

Jumlah Siswa di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya

No. Tingkat Kelas

Laki-laki Perempuan

Jumlah

Siswa

1.

X

93

123

216

2.

XI

98

143

241

3.

XII

75

83

158

Jumlah

614

41Ir. Syofian Siregar, M.M., Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenadameda Group, 2014), 10.

42Syofian, Metode Penelitian, 10.


(55)

47

b.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

olehpopulasi tersebut. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan

taraf kesalahan 5%. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini

ditentukan dengan cara penentuan jumlah sampel menurut sugiono yang

dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2.

Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu

dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%.

44

N

1%

5%

S

10%

30

29

28

27

35

33

32

31

40

38

36

35

45

42

40

39

50

47

44

42

55

51

48

46

Jumlah populasi yang dibawah 100, maka sampel yang diambil adalah

jumlah semua populasi yang ada. Sedangkan jumlah populasi guru di

SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya hanya 45 orang. Jadi, sampel yang

akan digunakan adalah 45 guru.


(56)

48

Agar jumlah sampel variabel x dan y sama adalah 221, maka penulis

mengambil sampel orang tua sebanyak 176. Sehingga jumlah sampel

orang tua dan guru adalah 221.

Tabel 3.3

Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu

dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%.

45

N

1%

5%

S

10%

500

285

205

176

550

301

213

182

600

315

221

187

650

329

227

191

700

341

233

195

750

352

238

195

Jumlah populasi peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya

adalah 614, jumlah yang pecahan dibulatkan ke bawah sehingga jumlah

populasi menjadi 600 untuk taraf kesalahan 5%. Sesuai dengan tabel

diatas penentuan jumlah sampel dengan taraf kesalahan 5% adalah 221

siswa.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Berdasarkan kaidah correlations, jika signifikasi > 0,05 maka Ho

diterima, namun jika signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak.

63

Berdasarkan

hasil perhitungan Product Moment diketahui bahwa terdapat hubungan

antara kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan

peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil signifikansinya sebesar

0,000 < 0,05 sehingga hipotesisnya menyatakan bahwa ada hubungan

antara kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan

peserta didik diterima.

Hasil uji analiss

Product Moment

pada tabel Output didapatkan

bahwa nilai Sig (2-tailed) = 0,000. Karena nilai sig (2-tailed) < 0,05 pada

tabel r product moment dengan taraf 5% nilai 0,138 maka dapat

disimpulkan bawa terdapat hubungan antara kerjasama orang tua dengan

guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik .

Untuk melihat seberapa kuat hubungannya dapat dilihat dari nilai

Pearson Correlation

yaitu r = 0,240, jika dibandingkan dengan koefisien

korelasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan hubungannya

rendah. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik

kerjasama orang tua dengan guru maka semakin tinggi tingkat

kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya. Begitu


(2)

94

juga sebaliknya semakin negatif kerjasama orang tua dengan guru maka

semakin rendah tingkat kedisiplinan siswa.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan mengenai kerjasama

orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan peserta didik, maka

penulis menyusun beberapa kesimpulan:

1.

Kerjasama orang tua dengan guru di SMA Wachid Hasyim 1 surabaya

masih rendah, hal ini terbukti dari hasil angket penelitian dengan

diperoleh sebesar 29,6652 jika dibulatkan menjadi 30 % yang mana jika

diakumulasikan dengan pernyataan Suharsimi Arikunto yang memberikan

kisaran kriteria 20% - 35% yang berarti tergolong rendah.

2.

Kedisiplinan peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabaya sangat

tinggi. Hal ini terbukti dari hasil angket penelitian dengan diperoleh

sebesar 81% yang mana jika diakumulasikan dengan pernyataan

Suharsimi Arikunto yang memberikan kisaran kriteria 65% – 100% yang

berarti sangat tinggi.

3.

Berdasarkan hasil dari analisis data menunjukkan bahwa adanya hubungan

antara kerjasama orang tua dengan guru dalam membentuk kedisiplinan

peserta didik di SMA Wachid Hasyim 1 Surabata. Hal ini terbukti dari

hasil analisis data yang diperoleh adalah 0,240 lebih besar dari pada r

tabel, dengan taraf kesalahan 5% dengan nilai 0,138.


(4)

96

B.

Saran

Dari hasil penelitian diatas, penulis memberikan saran yang diharapkan akan

menjadi bahan pertimbangan bagi SMA Wachid Hayim 1 Surabaya dalam

membentuk kedisiplinan peserta didik, yaitu:

1.

Bagi Guru

Diharapkan agar semua guru dapat bekerjasama dengan orang tua

dalam membentuk kedisiplinan peserta didik. Sehingga peserta didik

dapat mematuhi peraturan yang ada disekolah maupun di luar sekolah.

2.

Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini masih perlu dikembangkan dan perlu dikahi ulang

dengan menggunakan subjek yang berbeda dan juga sampel yang lebih

banyak sehingga akan diperoleh hasil yang lebih signifikan.


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012.

Penelitian Pendidikan

. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2005.

Manajemen Penelitian

, Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 1993.

Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi

, Jakarta:

Rineka Cipta

Badrudin. 2014.

Manajemen Peserta Didik

, Jakarta: PT Indeks

Bahri Djamarah, Syaiful. 2005.

Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif

,

Jakarta: PT Rineka Cipta

CG.Sevilla, dkk. 1993.

Pengantar Metode Penelitian

, Jakarta: UI PERS

Ghony, Djunaidi, Fauzan. 2009.

Petunjuk Praktis Penelitian Pendidikan,

Malang:

UIN Malang Press

Gunarsa, Singgih, Yulia. 2003.

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja

, Jakarta:

PT. BPK Gunung Mulia

Martoyo, Susilo. 1996.

Manajemen Sumber Daya Manusia

, Yogyakarta: PT. BPFE

Imron, Ali. 2012.

Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah,

Jakarta:Bumi Aksara

Mansur. 2013.

Manajemen Pendidikan dalam Praktik,

Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press

Martoyo, Susilo. 1996.

Manajemen Sumber Daya Manusia

, Yogyakarta: PT. BPFE

Mudrajad Kuncoro. 2001.

Metode Kuantitatif

, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Mulyasa. 2012.

Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah

, Jakarta: PT. Bumi

Aksara

Mulyasa. 2009.

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru

, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nasution. 1996.

Metode Research “penelitian ilmiah”

, Jakarta: Bumi Aksara

Sanjaya,Wina. 2013.

Penelitian Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group


(6)

Sutirna.

2013.

Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik

, Yogyakarta: CV.

Andi Offset

Suryosubroto. 2004.

Manajemen Pendidikan di Sekolah

, Jakarta: Rineka Cipta,

Sutrisno, Hadi. 1991.

Metodologi Research jilid 2

, Jakarta: Bumi Aksara

Syamsuddin AR., M.S Vismaia S. Damaianti. 2007.

Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa

, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Padmonodewo, Soemiarti. 2000.

Pendidikan Anak Prasekolah

, Jakarta, PT. Rineka

Cipta

Alfiah,

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Dengan

Perilaku Agresif Di Sekolah Menengah Kejuruan Antartika 2 Sidoarjo

,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, (2016)

Hidayat, Syarif

“Pengaruh Kerjasama Orang Tua Dan Guru Terhadap Disiplin

Peserta Didik Di Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Kecamatan

Jagakarsa -

Jakarta Selatan”

Ethics 121, no. 1 (Juli-Agustus 2013)

Krisnawanti,

Apriliana “

Kerjasama Guru Dengan Orang Tua Membentuk Karakter

Disiplin Siswa Kelas V Sd Negeri Gembongan

” E

disi 18

(2016), accessed

November 6, 2016,

Nurul Arifiyanti, “

Kerjasama Antara Sekolah Dan Orangtua Siswa Di Tk

Se-Kelurahan Triharjo Sleman

(Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), 18-19

Pratama Herman, Anika, “

Strategi Pembentukan Disiplin Siswa Melalui Pelaksanaan

Tata Tertib Di Sma Negeri 1 Krian Sidoarjo

”, Ethics 121, vol.1 no. 1 (2013)

Taufiana, Muna,

Pengaruh Profesionalisme Guru Mata Pelajaran Produktif Dan

Karakteristik Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Jurusan Teknik

Bangunan Smk Negeri 2 Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta

(2012)

Tamwifi, Irfan. 2014.

Metodologi Penelitian,

Surabaya: UIN Sunan Ampel Press

Raymond, Judith. 2004.

Hasrat untuk Belajar,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Disiplin peserta didik, last modified januari 02, 2010, accessed mei o6, 2017

http://eprints.walisongo.ac.id/1682/3/093811032_Bab2.pdf