USAHA-USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA BIDANG STUDI FIQIH DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Adi Junaidi

D01210026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(2)

i

USAHA-USAHA GURU DALAM MENINGKATKAN

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA BIDANG STUDI FIQIH

DI SMP WACHID HASYIM 2 SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

Adi Junaidi

D01210026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(3)

(4)

(5)

(6)

ix

ABSTRAK

Adi Junaidi 2014. Usaha-Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta

Didik pada Bidang Studi Fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Surabaya. Pembimbing: Alif Qudus, NES, Lc, M.HI

Kata kunci: Guru, Pemahaman, Bidang Studi Fiqih

Pendidikan agama islam khususnya pada materi fiqih haruslah dapat dengan mudah dimengerti/dipahami dengan cermat dan teliti oleh peserta didik, karena pelajaran fiqih tidak hanya untuk pengetahuan, tetapi juga pelaksanaan di lapangan

haruslah sesuai dengan aturan yang berlaku sesuai dengan Al-qur’an dan Sunnah.

Oleh karenanya seorang guru khususnya guru mata pelajaran fiqih harus mengetahui cara-cara terbaik dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar peserta didiknya tidak cuma mengetahui akan tetapi juga memahami baik dari segi materi juga pelaksanaanya di kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha guru dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada bidang studi fiqih, serta apa saja faktor penghambat dan pendukung pemahaman peserta didik di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif depkriftif. Pengambilan data adalah dengan mewawancarai guru fiqih guna mendapatkan data-data yang dibutuhkan tentang usaha-usaha apa saja yang dilakukan agar peserta didik lebih cepat dalam memahami pelajaran fiqih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa usaha yang dilakukan guru fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya yakni dengan menyederhanakan materi serta menggunakan metode yang bervariasi dan beberapa strategi diantaranya guru harus menguasai kelas sebelum mulai pelajaran, memastikan peserta didik siap menerima pelajaran, menyajikan materi menjadi menarik, memiliki gaya kepemimpinan serta teladan, memberi pujian, dan doa. Dari cara-cara yang dilakukan oleh guru fiqih ada pula faktor penghambat serta pendukung dalam meningkatkan pemahaman peserta didik di bidang studi fiqih, antara lain: faktor penghambat meliputi dalam pembelajaran peserta didik kurang memperhatikan materi pelajaran serta lulusan yang berbeda antara SD dan MI. sedangkan faktor pendukung meliputi fasilitas yang cukup memadai, penggunaan metode yang bervariasi, dan ketegasan dan teladan guru.


(7)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO……. ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Pembatasan Masalah ... 7

F. Definisi Operasional... 7

G. Metode Penelitian... 11

H. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Peran Guru ... 18

B. Tinjauan tentang Pemahaman ... 28

C. Tinjauan tentang Pembelajaran Fiqih... 36

D. Usaha-Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 40


(8)

xi BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 43

B. Lokasi Penelitian ... 45

C. Data dan Sumber Data ... 45

D. Metode Pengumpulan Data ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 52

B. Penyajian Data ... 63

C. Peran Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik pada Bidang Studi Fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 65

D. Usaha-Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik pada Bidang Studi Fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ... 72

E. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik di SMP Wahid Hasyim 2 Surabaya ... 77

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk

mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan

dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

Menurut UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan Negara.”1

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang

untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala

1

UU RI no. 20 th 2003, Tentang Sindiknas, (Jakarta: Wipres, 2006), h. 55.


(10)

aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih

memajukan pemerintah ini.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan seorang pendidik yang

mampu dan berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan peserta didik

menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita

bangsa. Untuk itu sebuah lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung

jawab atas tujuan tersebut dengan mengoptimalkan sumber daya manusia baik

dari kalangan pendidik maupun pengelola.

Agama Islam juga mengajarkan kepada umat manusia tentang

berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi, salah satu di antara

ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk

melaksanakan pendidikan karena menurut ajaran Islam pendidikan merupakan

kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi terciptaya

kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan pendidikan ini pula

manusia mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dalam

kehidupannya.

Akan tetapi yang menjadi permasalahan dalam pendidikan adalah apa

yang disampaikan belum tentu dengan baik dan benar diterima oleh peserta

didik sebagaimana mestinya. Nabi sendiri juga mengalami kesulitan dan

hambatan dalam melaksanakan pendidikan. Allah SWT telah mengingatkan


(11)







































Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (bijaksana) dan

pelajaran yang baik….” (Q.S. An-Nahl: 125)2

Sekolah sebagai salah satu faktor yang paling penting dalam

memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter dan pengetahuan

seseorang. Diantaranya pengetahuan dalam hukum Islam dan pelaksanaanya

dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa

salah satu ciri muslim adalah aktif melakukan ibadah yang wajib dilaksanakan

dengan didasari pengetahuan tentang hukum-hukum yang berlaku dalam

ajaran Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu adanya upaya agar

pendidikan agama Islam dilaksanakan dengan persiapan yang matang,

mendasar, dan terpadu. Jadi guru agama tidak hanya mengembangkan

intelektual peserta didik saja, tetapi berupaya untuk membentuk batin dan

jiwa agama sehingga anak melaksanakan apa yang telah diajarkan oleh guru

fiqih. Akhirnya kelak peserta didik menjadi seorang yang taat kepada agama

seta mempunyai pengetahuan dalam hukum-hukum agama dan dapat

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Bandung: CV. Gema Risalah Press), h. 282.


(12)

mempraktekanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan tercapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu agar kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan

dengan benar, seorang pendidik haruslah memiliki sikap atau pandangan

tentang mengajar yakni bahwa guru sebagai pemegang peran utama dalam

mengajar. Dalam hal ini guru yang menentukan tujuan pelajaran, menentukan

cara/metode, kecepatan belajar dan hasil belajar.3 Jadi guru harus bisa

menggunakan strategi yang tepat sehingga pelajaran dengan mudah diterima

oleh peserta didik.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian guna mengetahui apa saja yang dilakukan oleh guru

dalam melaksanakan pengajaran fiqih terhadap peserta didik di SMP Wachid

Hasyim 2 Surabaya agar pemahaman terhadap bidang studi fiqih lebih

mendalam. Oleh karena itu, penulis ingin mengadakan penelitian dengan

judul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta didik Pada

Bidang Studi Fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran guru dalam meningkatkan pemahaman peserta didik

pada bidang studi fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?

3


(13)

2. Apa saja usaha-usaha guru dalam meningkatkan pemahaman peserta

didik pada bidang studi fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?

3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat pemahaman peserta

didik di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran guru dalam meningkatkan pemahaman peserta

didik pada bidang studi fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha guru dalam meningkatkan pemahaman

peserta didik pada bidang studi fiqih di SMP Wachid Hasyim 2

Surabaya.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat

pemahaman peserta didik di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini akan mendapatkan

suatu pengetahuan baru yang nantinya akan menjadi titik terang pada proses

belajar mengajar yang efektif, sehingga akan memberikan manfaat terutama


(14)

1. Tenaga pendidik

Menjadi masukan sekaligus pertimbangan dalam proses belajar

mengajar, karena guru merupakan peran yang sangat penting dalam

menjadikan pembelajaran menjadi menyenagkan dan mudah diterima

oleh peserta didik. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami

berbagai metode yang sesuai dengan peserta didik agar pelajaran yang

disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik.

2. Lembaga sekolah SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

Sebagai bahan evaluasi sekaligus masukan dalam menerapkan

beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan

peserta didik, sebab lembaga memiliki kotrol untuk perkembangan dan

kemajuan lembaganya kemasa depan yang lebih baik.

3. Peserta didik

Sebagai pengetahuan sekaligus arahan untuk lebih kreatif dan

agar bisa menyesuaikan dengan metode yang digunakan oleh guru

dalam proses belajar di sekolah maupun diluar sekolah.

4. Mahasiswa

Sebagai sumbangan pemikiran untuk khazanah ilmu

pengetahuan tentang beberapa peran guru dalam peningkatan

pemahaman peserta didik dengan menggunakan berbagai metode


(15)

E. Pembatasan Masalah

Adapun dalam penelitian ini penulis membatasi masalah terkait peran

guru dalam meningkatkan pemahaman peserta didik, yang dimaksud dari guru

adalah bukan semua guru yang mengajar di sekolah SMP Wachid Hasyim 2

Surabaya akan tetapi guru fiqih yang mengajar disana. Jadi penelitian ini di

maksudkan untuk mengetahui usaha apa saja yang dilakukan guru fiqih dalam

meningkatkan pemahaman peserta didik.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas dan mempertegas kata-kata atau istilah kunci yang

berkaitan dengan judul penelitian, agar mempermudah pemahaman. Maka

peneliti memberikan penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Peran

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa

Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat.4

Sedangkan pengertian peran meurut soerjono soekanto yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

4

Hasan Alwi, et.al, (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed. 3, cet. Ke-3, h. 854.


(16)

menjalankan suatu peranan. Sedangkan status merupakan sekumpulan hak

dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan

hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukanya, maka ia

menjalankan suatu fungsi.5

2. Guru

Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan pertolongan jasmani dan rohani, agar mencapai kedewasaan,

maupun berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan,

mahluk sosial dan sebagai individu atau pribadi.6 Dengan demikian guru

berarti orang yang pekerjaanya mengajar, baik mengajar bidang studi

maupun mengajarkan suatu ilmu kepada orang lain.

3. Meningkatkan

Kata “meningkatkan” berasal dari kata baku “tingkat” dengan

awalan me- dan akhiran -an. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata

meningkatkan artinya menaikan (derajat, taraf, dsb) mempertinggi,

memperhebat (produksi, dsb).7

Sedangkan “meningkatkan” yang penulis maksudkan dalam

penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman peserta didik yang tadinya

rendah, ditingkatkan agar hasil belajarnya lebih tingi dan memuaskan

dalam hal pemahaman pada bidang studi fiqih.

5

Soerjono Soekanto, Sosiologi, Suatu Pengantar, (CV Rajawali: Jakarta 2002) h. 220.

6

Soejono, Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV Ilmu, 1980), h. 60.

7


(17)

4. Pemahaman

Pemahaman merupakan proses berpikir dan belajar. Dikatakan

demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan

belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara

memahami.8

Sedangkan pemahaman menurut Purwanto adalah tingkatan

kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau

konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya

hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta

yang ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah,

mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan,

menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan,

menentukan, dan mengambil keputusan.9

5. Peserta didik

Peserta didik adalah siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik

di suatu lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat dasar dan

menengah, yakni sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan

sekolah lanjutan tingkat atas.10 Jadi semua anak yang sudah mendaftarkan

8

W.J.S. Porwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991), h. 636.

9

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. ke-8, h. 44.

10

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Peserta didik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 11.


(18)

diri kemudian diterima di suatu lembaga pendidikan atau sekolah secara

otomatis menjadi salah satu peserta didik dan menjadi tanggungjawab

pihak sekolah tersebut.

6. Bidang Studi Fiqih

Kata fiqih berasal dari bahasa arab yang secara etimologi

mengandung makna: mengerti atau paham.11 Sedangkan dalam

pengertian terminologi (istilah), definisi fiqih yang dikemukakan oleh

ibnu al-Hajib adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang

berkaitan dengan perbuatan manusia yang bersifat parsial, yang berasal

dari dalil-dalil yang spesifik, melalui penelitian terhadap dalil.12

Jadi bidang studi fiqih adalah salah satu bagian dari mata

pelajaran yang menerangkan tentang hukum-hukum syari’ah Islam dari

dalil-dalil secara terinci. Sedangkan pembelajaran bidang studi fiqh adalah

interaksi pendidik dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik

untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Materi yang

sifatnya memberikan bimbingan terhadap peserta didik agar dapat

memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat Islam

tersebut, yang kemudian menjadi dasar pandangan dalam kehidupannya,

keluarga dan masyarakat lingkungannya.

11

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010), ed. 1, cet. Ke-1, h. 4.

12


(19)

7. SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya adalah lembaga pendidikan

swasta yang beralamat di jalan Tuban Raya, kelurahan Jepara, kecamatan

Bubutan, Surabaya.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari judul peneliti yakni Peran guru dalam meningkatkan

pemahaman peserta didik pada bidang studi fiqih di SMP Wachid Hasyim

2 Surabaya, Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor (sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong),

metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.

2. Penentuan Subyek

Adapun teknik atau cara yang digunakan untuk menentukan

informan dalam penelitian, yaitu dengan jalan peneliti memasuki sekolah

SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya, melakukan observasi dan wawancara

kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang hal-hal yang berkaitan


(20)

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terlibat

langsung dalam upaya mempermudah peserta didik dalam meningkatkan

pemahaman pada bidang studi Fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

kelurahan Jepara, kecamatan Bubutan, kota Surabaya antara lain:

a. Kepala sekolah

b. Guru bidang studi fiqih

c. Peserta didik

3. Metode Pengumpulan Data

a. Data

Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari data pokok

dan data penunjang sebagai berikut: .

1) Data pokok kegiatan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa

bidang studi fiqih antara lain:

a) Wawancara dengan guru fiqih tentang usaha yang dilakukan

dalam meningkatkan pemahaman pesesrta didik pada bidang

studi fiqih.

2) Data penunjang, yaitu data tentang gambaran umum lokasi

penelitian, meliputi:

a) Profil Sekolah SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

b) Sejarah berdirinya SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya


(21)

d) Denah lokasi gedung

e) Visi dan misi

f) Struktur organisasi

g) Keadaan guru

h) Keadaan peserta didik

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah

subyek darimana data itu diperoleh. Adapun dalam penelitian ini

berasal dari:

1) Literature

Yaitu bahan yang bersifat teoritis bersumber dari buku-buku yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

2) Lapangan

Yaitu sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian dengan

cara terjun langsung ke objek penelitian untuk memperoleh data

yang konkret dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menggali data-data pokok dan data penunjang di atas, maka

penelitian menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang


(22)

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan

melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang

dapat member keterangan pada si peneliti.13

1) Wawancara pada penelitian ini ditujukan kepada:

a) Kepala sekolah

b) Guru mata pelajaran fiqih

c) Pegawai Tata Usaha

2) Hasil wawancara digunakan sebagai bahan yang untuk mengatahui

informasi yang dibutuhkan peneliti dalam menyusun penelitian ini

3) Wawancara dilaksanakan di SMP Wchid Hasyim 2 surabaya

4) Alat yang digunakan dalam wawancara adalah buku tulis dan tape

recorder

b. Observasi

Metode observasi dalam pengumpulan data dengan jalan

mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala yang

tampak pada objek penelitian.14 Metode ini digunakan peneliti untuk

memperoleh data dengan melakukan pengamatan lansung terhadap

objek yang sedang diteliti.

13

Mardalis, Metode Penelitian (Pendekatan Proposal),(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 64.

14


(23)

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang

pendapat teori atau hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah

peneliti.15 Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk

mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan,

keadaan peserta didik dan keadaan sarana prasarana.

d. Metode Analisis Data

Analisis data adalaah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar.16 Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik

yang telah ditentukan, kemudian data-data tersebut dianalisis dengan

pendekatan deskriptif dengan metode induksi, yaitu suatu pemikiran

yang bertolak dari peristiwa khusus untuk selanjutnya diambil

kesimpulan secara umum, kemudian hasil penelitian ini disajikan

secara verbal.

H. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

15

Ibid., h. 181.

16


(24)

Bab I : Pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang masalah.

Bahasan selanjutnya dalam bab ini adalah rumusan masalah yang membahas

tentang fokus dari masalah penelitian yang diangkat. pembasahan berikutnya

tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Kajian pustaka, bab ini terdiri dari empat bab yang akan

membahas tentang, pertama tinjauan tentang guru, kedua tinjauan tentang

pemahaman, ketiga tinjauan tentang pembelajaran fiqih, dan keempat tentang

garis besar maksud dari peran guru dalam meningkatkan pemahaman siswa di

SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

Bab III: Metode penelitian bab ini berisi jenis dan pendekatan

penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data,

Teknik analisis data, subyek dan tempat penelitian.

Bab IV : Pembahasan dan Hasil Penelitian bab ini membahas

penyajian data yang secara deskripsi Profil Lembaga SMP Wachid Hasyim 2

Surabaya, selain itu membahas hasil temuan dan konfirmasi temuan dengan

teori yang menguraikan data hasil penelitian tentang peran guru serta

usaha-usaha dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada bidang studi fiqih

di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya dan faktor pendukung serta penghambat


(25)

Bab V : Penutup bab ini merupakan bab penutup, yang memuat

kesimpulan dari rumusan masalah yang dibahas. Selain itu memuat saran yang

diberikan peneliti kepada lembaga yang berdasarkan dari temuan sehingga


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Peran Guru 1. Pengertian Guru

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencaharian, profesinya) mengajar”.18 “Kata

guru yang dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris

teacher memiliki arti sederhana, yakni a person whose occupation is teaching others, artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang

lain”.19

Sedangkan di dalam BAB I mengenai ketentuan umum pasal 1

Undang-Undang RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan

bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah”.20

18

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 288.

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. Ke-9, h. 222.

20

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006), Cet. Ke-1, h. 2.


(27)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

dari semua tingkat jenjang pendidikan.

2. Peranan Guru

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, dikemukakan bahwa: “Pendidik harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional”.21

Selanjutnya dalam penjelasannya dikemukakan bahwa yang dimaksud

dengan “pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi

inspirasi belajar bagi peserta didik”.22

Sehubungan dengan fungsinya sebagai

“pengajar, pendidik dan pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai

peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan

pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan

peserta didik (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf yang lain.

Dari berbagai interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi

peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan

21

UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 185.

22


(28)

perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar

dan berinteraksi dengan peserta didiknya.

Ada beberapa pendapat dari para ahli yang dikutip oleh Sardiman,

adalah sebagai berikut:

a. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat

yang dapat memberikan nasihat- nasihat, motivator sebagai pemberi

inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan

tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang

diajarkan.

b. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai

pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan

(subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan

anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

c. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara

lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan

mempersiapkan pelajaran sehari- hari, mengontrol dan mengevaluasi

kegiatan peserta didik.

d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengemukakan


(29)

tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan

sikap.23

Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam

kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Informatif

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi

lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,

workshop, jadwal pelajaran. Komponen-komponen yang berkaitan

dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasi sedmikian rupa,

sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisien dalam belajar pada diri

peserta didik.

c. Motivator

Peranan guru sebagi motivator ini penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar peserta

didik.

23

Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), Edisi ke-I, h. 143-144.


(30)

d. Pengarah/director

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol.

Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan

belajar peserta didik sesuai dengan tujuan

yang dicita-citakan.

e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses

belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang

dapat dicontoh oleh peserta didiknya.

f. Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku

penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan

g. Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan

fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja

dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa,

serasi dengan perkembangan peserta didik, sehingga belajar mengajar

akan berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam


(31)

jalan ke luar kemacetan dalam kegiatan diskusi peserta didik. Mediator

juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan

mengorganisasikan penggunaan media.

i. Evaluator

Kecenderungan guru dalam peranannya sebagai evaluator, guru

mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang

akademis maupun tingkat sosialnya, sehingga dapat menentukan

bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Untuk itu guru harus

hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini

tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata

pelajaran yang diujikan, tetapi masih ada perlu

pertimbangan-pertimbangan yang sangat unik dan kompleks, terutama yang

menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing-masing mata

pelajaran.24

3. Macam-Macam Kompetensi Guru

Abdul Majid Menjelaskan bahwa; Kompetensi adalah seperangkat

tindakan intelegen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki oleh seseorang

sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam

bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran,

ketepatan dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus diunjukan

sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan,

24


(32)

teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu

pengetahuan, efisien, efektif dan memiliki daya tarik dari sudut teknologi; dan

baik ditinjau dari sudut etika.25

Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan

terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam

menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar

tapi juga pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 3, menjelaskan bahwa kompetensi yang

harus dimiliki guru sebagai agen pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.26

Hal ini dipaparkan sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan

bahwa: Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

25

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5-8.

26


(33)

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.27

b. Kompetensi Kepribadian

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional

Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa

yang dimaksud dengan “kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia”.28

c. Kompetensi Profesional

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi profesional adalah

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.29

d. Kompetensi Sosial

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan ”Kompetensi social adalah kemampuan

guru sebagai bagian dari masyarakat untukberkomunikasi dan bergaul

27

Ibid, h. 252.

28

Ibid, h. 252.

29


(34)

secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”.30

Adapun kompetensi dasar guru menurut Sardiman adalah sebagai

berikut:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar mengajar

c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media /sumber

e. Menguasai landasan pendidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan

sekolah,

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian

kependidikan guna keperluan pengajaran.31

Menurut Grasser dalam B. Uno, mengemukakan empat kompetensi

yang harus dikuasai guru, yakni (a) menguasai bahan pelajaran, (b)

kemampuan mendiagnosis tingkah laku peserta didik, (c) kemampuan

30

Ibid, h. 252-253.

31


(35)

melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar

peserta didik”.32

Sementara Nana Sudjana dalam B. Uno, membagi kompotensi guru

dalam ketiga bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Kompetensi bidang kognitif,

Kompetensi bidang kognitif artinya kemampuan intelekstual

seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuanmengenai cara mengajar,

pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan

bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas,

pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar peserta didik, dan

pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

b. Kompetensi bidang sikap,

Kompetensi bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan guru

terhadap berbagai hal berkenaan dengan tugas dan profesinya.

c. Kompetensi perilaku/performance,

Kompetensi perilaku/performance kemampuan guru dalam

berbagai keterampilan/berprilaku, seperti keterampilan mengajar,

membimbing, menilai, menggunakan alat abntu pengajaran, bergaul atau

berkomunikasi dengan peserta didik, keterampilan menumbuhkan

semangat belajar para peserta didik, keterampilan menyusun

32

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-3, h. 131.


(36)

persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi

kelas, dan lain- lain.33

Dari sekian banyaknya kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru, maka guru diharapkan dapat mampu menjalankan tugasnya

sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, dan penilai agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

B. Tinjauan tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah abilitet (kemampuan, kecakapan, kepandaian)34

untuk menguasai pengertian. Sedangkan dalam buku lain menjelaskan bahwa

pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari

bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam

menguraikan isi pokok dari suatu bacaan35. Peserta didik dapat dikatakan

paham jika dapat menjelaskan, menguraikan kembali pelajaran yang telah

disampaikan oleh guru dengan kata-kata sendiri.36 Misalnya dalam pelajaran

fiqih, guru menerangkan tentang najis, jika peserta didik dapat menjelaskan

tentang oengertianya najis dengan bahasanya sendiri, dapat menyebutkan

33

Ibid,h. 131.

34

Risa Agustin, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Serba Jaya), h. 7.

35

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke-10, h. 80.

36


(37)

contohnya, memaparkan cara mensucikanya dan lain sebagainya, berarti

peserta didik paham terhadap materi tersebut.

Pemahaman merupakan salah satu aspek tujuan pembelajaran pada

ranah kognitif, disamping pengetahuan, penerapan , analisis, sintesis dan

evaluasi. Sebagaimana diklasifikasikan dalam taksonomi bloom bahwa tujuan

pendidikan dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan

merangsang motivasi belajar kea rah tujuan tersebut akan meningkat. Karena

daya dorongnya menjadi lebih besar.

Tingkat pemahaman meliputi tiga unsur, yaitu37:

a. Penerjemahan, yakni kemampuan menerjemahkan materi verbal dan

memahami pernyataan-pernyataan non literal atau kesanggupan

memahami makna yang terkandung dalam materi yang didapatkan.

Misalnya guru bertanya kepada peserta didik tentang pengertian sholat,

peserta didik dapat dikatakan paham jika dapat menjawab pertanyaan guru

tanpa melihat buku tapi menjawab ssesuai dengan kemampuanya dalam

menangkap penjelasan guru dengan pengembangan bahasa sendiri dan

jawabanya sesuai dengan apa yang diharapkan.

37

Syafrudin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Professional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 105-106.


(38)

b. Penafsiran, yakni kemampuan untuk menangkap pikiran dari suatu karya

dan menafsirkan berbagai data social, dapat menghubungkan dua konsep

yang berbeda. Dapat membedakan materi yang pokok dan tidak.38

Misalnya peserta didik dapat menghubungkan antara al-quran dan hadits

pada suatu pembahasan tertentu.

c. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan dibalik pesan

tertulis dalam suatu keterangan atau lisan, kesanggupan melihat dibalik

yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas

wawasan. Misalnya peserta didik diminta membaca buku oleh guru,

kemudian setelah membaca guru meminta peserta didik untuk

menjelaskan isi materi yang telah dibaca dengan bahasanya sendiri di

depan kelas.

Selain itu, jenjang setingkat di atas pengetahuan ini akan meliputi

penerimaan dalam komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda,

mereorganisasikanya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat

mengeksporasikan.39 Maksudnya jika peserta didik memahami materi yang

disampaikan guru pada peserta didik tersebut akan dapat menyampaikan

ulang apa yang di dapat dengan bahasanya sendiri dan dengan caranya sendiri

tanpa merubah pengetahuan dari materi yang diperoleh dari guru.

38

Nana Sujana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), h. 51.

39

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009), Cet. Ke-3, h. 16.


(39)

Penilaian dalam aspek pemahaman ini dapat dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut identifikasi terhadap

pernyataan-pernyataan yang benar dengan daftar pertanyaan matching

(menjodohkan) yang berkenaan dengan konsep, contoh, aturan, penerapan,

langkah-langkan, dan urutan, dengan pertanyaan bentuk essay yang

menghendaki uraian, perumusan kembali kata-kata sendiri dan contoh-contoh.

2. Faktor yang dapat Mempengaruhi Pemahaman.

Keberhasilan belajar peserta didik salah satunya dapat dilihat dari

caranya memahami materi pelajaran yang telah disampaikan guru. dengan

peserta didik paham berarti guru barhasil dalam mengajar dan peserta didik

berhasil dalam belajar. Dan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

belajar, antara lain.

a. Faktor intern, yakni faktor yang ada pada diri peserta didik itu sendiri,

antara lain:40

1) Faktor fisiologis, yaitu faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan

maupun yang diperoleh dari luar. Ternasuk kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, yaitu faktor yang bersifat bawaan atau diperoleh,

termasuk:

a) Faktor kematangan/pertumbuhan

40

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-1, h. 31.


(40)

Setiap materi yang akan diajarakan harus disesuaikan

dengan tingkat pertumbuhan peserta didik. Misalnya disekolah

tingkat menengah tidak mungkin diajarkan tentang ilmu filsafat,

karena mentalnya belum siap menerima materi tersebut. Jadi,

mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan

pribadi telah memungkinkan atau rohaninya telah matang untuk

itu.

b) Kecerdasan

Setiap peserta didik pasti mempunyai tingkat

intelegensi/kecerdasan yang berbeda-beda, dalam satu kelas tidak

mungkin semuanya pintar ilmu agama, pasti ada ada yang pintar,

sedang, dan kurang dalam memahami materi agama. Maka dari

itulah kecerdasan juga merupakan salah satu faktor penyebab

keberhasilan peserta didik.

c) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong bagi peserta didik belajar.

Untuk memberikan motivasi pada peserta didik, guru guru harus

mengetahui padar psikis dari peserta didik tersebut, apa yang

mereka senagi dan apa yang tidak mereka senangi, kemudian apa


(41)

didik. Namun pastinya ada batasan-batasan tertentu, karena tidak

semua kebutuhan itu dapat terpenuhi.

d) Faktor pribadi

Setiap peserta didik mempunyai sifat kepribadian yang

berbeda-beda, ada yang pendiam, ada yang pemalu, ada yang suka

berbicara, ada yang keras kepala dan sebagainya. Sifat-sifat

tersebut sedikit bayak pasti berpengaruh pada proses pembelajaran.

b. Faktor ekstern

1) Faktor guru

Guru memegang peran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran , guru tidak hanya berperan sebagai pemberi pelajaran

didalam kelas, tetapi juga model atau teladan bagi peserta didik yang

diajarnya. Keberhasilan implementasi suatu pembelajaran akan

tergantung terhadap kepiawaian dalam menggunakan metode, strategi,

teknik, dan taktik dalam pembelajaran. misalnya pemilihan metode,

guru tidak boleh asal memakai metode namun harus

mempertimbangkan materi yang akan di ajarkan dan pastinya di

sesuaikan dengan karakteristik peserta didiknya tujuan pembelajaran


(42)

Selain itu latar belakang social pendidikan, pengalaman

mengajar dan sifat guru juga merupakan hal penting yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran.

2) Faktor sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media

pembelajaran, alat-alat pendidikan, perlengkapan sekolah dan lain

sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara

tidak langsung dapat mendukung keberhasilan peserta didik dalam

belajar, misalnya kamar kecil, jalan menuju sekolah, penerangan

sekolah dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana

tersebut akan sangat membantu guru dalam proses pembeajaran,41

tanpa adanya sarana dan prasarana bias jadi peserta didik malas belajar

dan semuanya jadi tidak kondusif. Dengan demikian faktor sarana dan

prasarana sangat berpengaruh dalam kelancaran proses pembelajaran.

3) Faktor lingkungan.

Mengenai lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran yaitu:

a) Faktor organisasi kelas, maksudnya banyak sedikitnya jumlah

peserta didik dalam satu kelas dapat mempengaruhi proses

41

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5, h. 55.


(43)

pembelajaran. jumlah peserta didik yang terlalu banyak dalam satu

kelas akan kurang efektif untuk mencapai keberhasilan belajar.

b) Faktor social psikologis, secara internal adalah hubungan orang

yang terlibat dalam sekolah. Misalnya hubungan antara peserta

didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru,

antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan

sekolah. Sedangkan secara eksternal adalah hubungan antara pihak

sekolah dengan dunia luar. Misalnya hubungan pihak sekolah

dengan orang tua peserta didik. Hal itu akan sangat mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran..

Secara umum keberhasilan belajar dipengaruhi oleh dua faktor

diatas yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Selain itu, menurut

muhaimin bahwa ada tiga komponen utama yang saling berpengaruh

dalam proses pembelajaran agama yaitu kondisi pembelajaran

pendidikan agama, metode pembelajaran agama dan hasil

pembelajaran agama.42 Kondisi yang baik akan berpengaruh pada

penggunaan metode pembelajaran dan juga menentukan hasil belajar

peserta didik. Jadi ketiganya saling berkaitan.

42

Muhaimin, Paradigm Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-3, h. 146.


(44)

3. Pemahaman Peserta didik Terhadap Pelajaran Fiqih

Fiqih merupakan salah satu materi pelajaran pendidikan agama islam

(PAI) yang harus diajarkan dengan pemahaman agama yang baik, sehingga

dapat dipahami secara maksimal oleh para peserta didik. Pemahaman ajaran

agama yang baik, bisa dilakukan dengan memberikan interpretasi yang luas

dan mendalam serta tidak melakukan penafsiran secara harfiah juga

pemahaman secara metaforis, sehingga jika diartikan secara harfiah akan

meleset pemahamanya.

Oleh karena itu, guru agama harus mempunyai pengetahuan yang luas

dan bisa memberikan pembelajaran yang tidak salah dari apa yang dimaksud

dalam pelajaran agama terutama fiqih. Dengan begitu, guru akan mudah

dalam menjelaskan materi fiqih dan peserta didik akan lebih memahami

dengan benar materi yang disampaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara maksimal.

C. Tinjauan tentang Pembelajaran Fiqih 1. Definisi Fiqih

Fiqih secara terminologi adalah mengetahui hukum-hukum syara’

yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil terperinci.43 Bidang

studi fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan

43


(45)

membina peserta didik untuk mengetahui, memahami, menghayati

hukum-hukum islam untuk dapat diamalkan dan dijadikan pedoman sehari-hari.44

Prof. Dr. TM. Hasbi Ash Shiddieqy mengemukakan pengertian fiqih

menjadi dua bagian yaitu:

1) Definisi ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari

bermacam-macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam

aturan hidup bagi manusia baik yang bersifat individu maupun yang

berbentuk masyarakat sosial.

2) Ilmu fiqih merupakan suatu kumpulan ilmu yang sangat besar

gelanggang pembahasannya, yang mengumpulkan berbagai ragam

jenis hukum Islam dan bermacam rupa aturan hidup, untuk

keperluan seseorang, segolongan dan semasyarakat dan seumum

manusia. 45

Ustad Abdul Hamid dalam kitab Sulam, mendefinisikannya sebagai

berikut: 46

“Fiqh menurut bahasa: Faham, maka aku akan perkataan engkau, artinya faham aku”.

44

Muhaimin, Strategi Belajar mengajar, (Surabaya: Citra Anak Bangsa, 1996), h. 30.

45

Hasbi Ash Shiddieeqy, Pengantar Hukum Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1980), jilid ke I. Cet. Ke-4, h. 22 .

46


(46)

“Fiqh menurut istilah/ketetapan ialah mengetahui hukum-hukum

agama Islam dengan cara atau jalannya ijtihad”.

Jadi, secara umum ilmu fiqih adalah ilmu yang bertugas menentukan

dan menguraikan norma-norma hukum dasar yang terdapat di dalam

Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuan umum yang terdapat dalam sunnah Nabi yang direkam dalam kitab-kitab Hadits.

Dengan kata lain selain rumusan diatas adalah ilmu yang berusaha

memahami hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Nabi Muhammad untuk diterapkan pada perbuatan manusia yang telah

dewasa sehat akalnya yang berkewajiban melaksanakan hukum Islam. Hasil

pemahaman tentang hukum Islam itu disusun secara sistematis dalam

kitab-kitab fiqih dan disebut hukum fiqih.47

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fiqih adalah cara yang

digunakan guru dalam rangka kegiatan pembelajaran untuk membimbing

dan membina peserta didik untuk mengetahui aspek-aspek yang terkandung

dalam materi fiqih yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

47


(47)

2. Standar Kompetensi Kelulusan Fiqih di SMP

Memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah

mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam

kehidupan sehari-hari48

3. Tujuan Pembelajaran Fiqih di SMP

Pembelajaram fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik

dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya

untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu

taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna).

Pembelajaran fiqih di SMP bertujuan untuk membekali peserta didik

agar dapat : (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam

dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia

dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan

sesama yang diatur dalam fiqih muamalah.(2) melaksanakan dan

mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar dalam melaksanakan

ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan

menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung

jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.49

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di SMP

48

Diknas, Kurikulum KTSP 2008, (Surabaya:_____2008), h. 15.

49


(48)

Ruang lingkup fiqih di SMP meliputi ketentuan pengaturan hukum

islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara

hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan

sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran fiqih di SMP

meliputi:

1) Aspek fiqih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara thaharah, salat

fardhu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, adzan

dan iqomah, berdzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan

umrah, kurban dan aqiqah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah

kubur.

2) Aspek fiqih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli,

qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan borg, serta

upah.50

D. Usaha-Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

Peran guru sebagai pendidik salah satunya adalah berusaha

semaksimal mungkin dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik agar

peserta didik lebih mudah dalam memahami pelajaran yang di ajarkan. Usaha

yang dilakukan guru fiqih di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya. adalah segala

kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar fiqih, mulai dari

50


(49)

persiapan yakni perencanaan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai

meliputi menyusun silabus, RPP dan lain sebagainya dan dalam

pelaksanaanya meliputi penggunaana metode, strategi dan sebagainya..

Peningkatan pemahaman sangat bergantung dengan usaha yang

dilakukan guru dalam memberikan pelajaran fiqih dikelas, semakin baik

usaha/kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru maka akan

semakin mudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

Adapun salah satu usaha yang dilakukan oleh guru dalam

memingkatkan pemahaman peserta didik adalah dengan penggunaan metode

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan di

ajarkan, seperti pelajaran fiqih pada bab wudhu, tidak mungkin guru hanya

menggunakan metode ceramah saja karena pada bab wudhu perlu adanya

praktek wudhu, oleh karena itu guru harus mempunyai sifat kreatif sehingga

dalam proses belajar mengajar sesuai dengan ajaran islam dan tujuan

pembelajaran.

Jadi usaha guru dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada

bidang fiqih adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh guru fiqih yang

berkaiatan dalam peningkatan pemahaman peserta didik pada pelajaran fiqih


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab

dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang

tepat pula. Artinya apabila seseorang yang akan mengadakan penelitian

ilmiah dengan menggunakan suatu metode yang sesuai dengan apa yang

akan diselidiki maka akan mendapatkan data yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Metodologi penelitian merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari

metode-metode dalam penelitian. Sedangkan metode penelitian menurut Arif

Furchan adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan

analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang ada di dalam

penelitian.51

Penelitian adalah suatu proses yang sistematis dan analisis yang logis

tehadap data untuk menentukan suatu tujuan tertentu, sedangkan metode

merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data. Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti menggunakan

metode-metode yang sesuai, maka bagi seorang peneliti hendaknya

51

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 50.


(51)

mengetahui secara pasti jenis-jenis dan sifat penelitian, agar memperoleh

hasil yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Lexy J. Moleong

mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.52

Penelitian Kualitatif mengijinkan evaluator mempelajari

isu-isu, kasus-kasus atau kejadian-kejadian terpilih secara mendalam

dan rinci; fakta pengumpulan data tidak dibatasi oleh kategori yang

sudah ditentukan sebelumnya atas analisis menyokong kedalaman

dan kerincian data kualitatif. Di sisi lain, penelitian kualitatif

menghasilkan secara khusus kekayaan data yang rinci tentang

banyak jumlah orang yang terbatas dan khusus. Tidak hanya itu,

menyediakan kedalaman dan kerincian melalui pengutipan secara

langsung.53

52

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , ( Bandung : Remaja Rosdakarya,2002), h.3.

53

Michael Quin Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), h. 5.


(52)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian bersifat deskriptif, yang dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki,

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian

pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.54

Yang dimaksud pendekatan deskriptif adalah suatu metode

dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada

masa sekarang. Metode deskriptif juga ingin mempelajari

norma-norma atau standar-standar, sehingga peneliti deskriptif ini disebut

juga survey normative. Tidak hanya itu metode ini juga diselidiki

kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan

antara satu faktor dengan faktor yang lain. 55

Khususnya dalam penelitian yang mengarah pada

usaha-usaha guru yang dapat meningkatkan pemahaman pada mata

pelajaran fiqih serta bisa mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam penanaman ini bisa diselesaikan dengan baik.

54

Hadari Nawawi, Murni Martini, Penelitian Terapan, ( Yogyakarta : Gaja Mada University Press,cet . 2, 1966), h.73.

55


(53)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di SMP Wachid

Hasyim 2 Surabaya yang beralamat di jalan Tuban Raya nomor 71-75,

kelurahan Jepara, kecamatan Bubutan, kota Surabaya.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

a. Data Primer

Kata-kata serta tindakan obyek yang diamati dan

diwawancarai merupakan sumber data yang utama atau primer.

Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah berupa

kata-kata yang peneliti peroleh dari sumber non-formal ataupun

interview.56 Data tersebut dapat diperoleh langsung dari subyek

SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya, seperti kepala sekolah, guru

kelas, dan guru mata pelajaran.

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang pengumpulannya tidak langsung

memberikan data kepada peneliti,57 jadi bisa diperjelas data

sekunder adalah data yang dapat diambil melalui data pustaka,

56

Moleong, Metode………, h.112.

57

Ibnu Hajar. Dasar- dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999),h. 309.


(54)

jurnal kelas dan data referensi lain yang bisa memperkuat

analisis peneliti.

c. Sumber Data

Sumber data merupakan subyek data yang diambil untuk

dijadikan bahan penelitian, antara lain :

1) Informan adalah sumber data yang di ambil melalui informasi

orang yang di anggap berkompeten yaitu guru pendidikan

agama Islam dan peserta didik.

2) Kepinforman yaitu Kepala Sekolah sebagai pimpinan tertinggi

di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya.

3) Dokumen adalah salah satu sumber data yang diambil berupa

tulisan atau laporan, buku dan lain-lain.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk buku tentang

pendapat teori atau hukum-hukum yang berhubungan dengan

masalah penelilti.58

Jadi dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan melalui

pencarian barang-barang tertulis atau data yang ada dengan tujuan

untuk mengetahui keberadaan dan relevansi dengan pokok

58


(55)

pembahasan dan dapat dimanfaatkan untuk menguji dan

menafsirkan. Data yang dapat melalui metode ini :

a. Profil lembaga

b. Visi dan misi

c. Jumlah guru dan pegawai

d. Jumlah peserta didik

e. Sarana dan Prasarana Belajar

2. Observasi.

Observasi Yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi tentang suatu subjek yang diteliti agar

mendapat gambaran yang lebih jelas yang dilaksanakan dengan

pengamatan secara langsung ke lapangan yang tujuan utamanya

adalah untuk memperoleh data-data fisik.59

Jadi penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati

secara langsung di lapangan, guna menemukan situasi sebenarnya,

observasi juga dimaksudkan untuk dapat mengamati lingkungan

kelas.

3. Interview

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang

digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan

59

. S. Nasution, Metode Research atau Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara 1996), h.143.


(56)

melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang dapat

memberi keterangan pada si peneliti.60

Metode interview dilaksanakan dengan cara terjun langsung

kelapangan Interview dilakukan melalui wawancara atau percakapan

dengan maksud untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian,

motivasi, persamaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu

peneliti dan pihak yang diwawancarai. Data yang dapat melalui

metode ini yakni usaha-usaha apa yang dilakukan agar dapat

mempermudah pemahaman peserta didik.

E. Teknik Analisis Data

Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu uraian,

memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga muda untuk dibaca.61

Ada yang mendefinisikan Analisis data diartikan sebagai upaya

mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik atau sifat-sifat

data tersebut dapat dengan mudah difahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian.62

Jadi tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan,

sehingga mudah menafsirkannya. Untuk penelitian ini menggunakan

60

Mardalis, Metode Penelitian (Pendekatan Proposal), (Jakarta; Bumi Aksara, 1995), h. 64.

61

Nazir, Metode………., h. 419

62

Sambas Ali Muhiddin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi Regresi Dan Jalur Dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 52.


(57)

teknik analisis Nonstatistik, yaitu analisis ini tidak dilakukan

perhitungan statistik, kegiatan analisis ini dilakukan dengan membaca

data yang telah diolah.63

Adapun langakah-langakah yang harus ditempuh dalam

melakukan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data

yang direduksi akan memberikan gambaran tentang usaha guru

dalam meningkatkan pemahaman peserta didik serta mempermudah

peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.64

Data akan disesuaikan dengan kebutuhan yang ditetapkan

dalam penelitian ini sesuai dengan fokus penelitian. Dengan kata

lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus

menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data

sebanyak mungkin.

63

Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 88-89.

64


(58)

2. Penyajian data

Menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Muhammad

Idrus bahwa Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.65

Penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan. Hubungan antar kategori flowcard dan sejenisnya. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif yang

memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakana. Selain itu dapat di gunakan juga grafik, matrik, network

(jejaring kerja) dan chart.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Menurut Miles dan Huberman pada penarikan kesimpulan

atau verifikasi pada dasarnya Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah jika di temukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya.66

Peneliti akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan

longgar tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah

disediakan mula-mula belum jelas kemudian menjadi lebih rinci dan

65

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta :Erlangga, 2009), h.151.

66


(59)

mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data terakhir, bergantung

besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,

penyimpanan dan metode pencarian ulang yang digunakan,

kecakapan peneliti dan tuntutan-tuntutan pemberian dana, tetapi

sering kesimpulan itu telah dirumuskan sejak awal. Pada tahap akhir

kesimpulan-kesimpulan ini harus diverifikasikan pada

catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti selanjutnya disusun simpulan yang

mantap.67

67

Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) ,h. 195.


(60)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya 1. Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMP Wachid Hasyim 2

Nomor Sekolah : 029

NPSN : 20539228

Alamat sekolah : Jl. Tuban Raya No 73-75 Surabaya

Kelurahan : Jepara

Kecamatan : Bubutan

Kota : Surabaya

Propinsi : Jawa Timur

No. telpon : (031) 3525878

a. Nama Yayasan : Yayasan Wachid Hasyim

Alamat Yayasan : Jl. Bukit Palma Utama Blok KI No. 2

Surabaya

b. No. Gabungan Sekolah : 274

c. Nomor Statistik Sekolah : 204056002109

d. NSP : 21004124


(61)

e. Nomor Data Sekolah : E 2005300404

f. Induk LP. Ma’arif : 1037.C1.01.001

g. Jenjang akreditasi : “B”

h. Tahun Didirikan : 1951

i. Nomor dan Tgl Akte : 73 dan 28 september 2007

Pendirian/ Perubahan

j. Akte notaries yayasan : UNTUNG DARNOSOEWIRJO, SH

k. Kepemilikan tanah

a. Luas Tanah Seluruhnya : 907.65 m2

b. Luas Halaman : 180 m2

l. Luas Seluruh Bangunan : 727.65 m2

2. Visi dan Misi68

Sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya, SMP Wachid

Hasyim 2 Surabaya mempunyai visi serta misi dalam menjalankan

aktivitas pendidikanya. Adapun visi dan misinya adalah sebagai berikut:

a. Visi

Berkembangnya manusia unggul berwawasan luas dan mampu

bersaing di era baru.

68

Dokumentasi bagian TU SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya dikutip pada hari senin 20 oktober 2014.


(62)

b. Misi

1) Mengembangka manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

2) Meningkatkan pembelajaran yang menghasilakan sumber daya

manusia yang unggul, baik pengetahuan, sikap dan keterampilan.

3) Mengembangkan dasar dan program belajar menuju belajar

mandiri yang penuh kesadaran, bahwa belajar merupakan suatu

kebutuhan.

4) Mengembangkan life skill melalui kegiatan intrakulikuler maupun

ekstrakulikuler

5) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya

untuk warga sekolah.

3. Struktur Organisasi

Adapun stuktur organisasi SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya

adalah sebagai berikut:69

69

Dokumentasi bagian TU SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya dikutip pada hari senin 20 oktober 2014.


(63)

Bendahara Sulastri, S.Ag Drs. H. suwarsono, MM

Komite sekolah Lily Sumarliah, SE Wakil Kepala Sekolah

Elvi devianti, S. pd

Perpustakaan Rochman, BA

Lap. IPA Achmad Djailani, BA

Lab. Komputer Elvi Devianti, S.Pd

Guru

BK Wali Kelas

PESERTA DIDIK

Urusan tata usaha

(1) Soekarno Har

(2) Bionita Devabyama, S.Kom

Waka Sarana Prasarana

Aris Jaya Abadi, S. Sos

Waka Kurikulum

Indri Novita Loka, ST

Waka Kepeserta didikan

Syaifat Chuli, BA

Waka Humas


(64)

Keterangan:

Kepala Sekolah : Drs. H. Suwarsono, MM

Wakil Kepala Sekolah : Elvi Devianti, S. Pd

Komite Sekolah : Lily Sumarliah, SE

Waka Sarana Prasarana : Aris Jaya Abadi, S. Sos

Waka Kurikulum : Indri Novita Loka, ST

Waka Kepeserta didikan : Syaifat Chuli, BA

Waka Humas : Sri Maduratnawati, BA

Tata Usaha : Soekarno Har

: Bionita Devabyama, S. Kom

Bendahara : Sulastri, S. Ag

Kordinator Perpustakaan : Rochman, BA

Kordinator Lap IPA : Achmad Djailani, BA

Kordinator Komputer : Elvi Devianti, S. Pd

BP : Drs. Soenarjo

Wali Kelas VII A : Bionita Devabyama, S. Kom

VII B : Candra Devanasari, SS

VIII A : Indri Novita Loka, ST

VIII B : Syaifat Chuli, BA


(65)

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta didik

a. Keadaan guru dan karyawan

Penyelenggaraan pendidikan disebuah sekolah perlu

memperhatikan keadaan guru dan karyawan, karena hal tersebut

sangat mempengaaruhi mekanisme kerjanya. Dan diantara salah satu

faktor penentu keberhasilan dalam proses pendidikan adalah adanya

peranan pendidik. Dalam tugasnya sebagai tenaga pengajar ini antara

lain menyiapkan materi pelajaran serta memberikan bimbingan

terhadap peserta didik.

Guru yang ada di SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya ini cukup

banyak, sebanding dengan jumlah peserta didik dan kelas yang

tersedia. Guru-guru tersebut merupakan alumni dari berbagai

perguruan tinggi antara lain: UPB, IKIP, UNAIR, UNMUH dan UIN

SA. Berikut adalah tabel daftar nama guru dan karyawan SMP Wachid


(66)

Tabel I

Daftar Nama Guru dan Pegawai SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya Tahun 2014/201570

No

Nama Guru dan Pegawai

No Induk

Jabatan/ Mengajar Pendidikan

1 Drs. H. Suwarsono, MM 058 Kepala Sekolah S-2 UPB, Th 03

2 Soekarno Har 003 Guru SLTA, Th 70

3 Achmad Djailani, BA 015 IPA IKIP, Th 81

4 Syaifat Chuli, BA 029

WK Peserta didik /

Penjas / SBK / Wali

Kelas VIII B

UPB

5 Drs. Moch. Sofyan Arief 040

Matematika /Wali

Kelas IX

S-1 IAIN, th 91

6 Elvi Devianti, S. Pd 049

Wakil Kepala Sekolah

/PKN /TIK

TRITUNGGAL,

Th 11

7 Sulastri, S. Ag 050

Bendahara /Fiqih

/Aqidah Akhlaq

/Qur’an Hadist

STAI

Al-KHOZINY, Th

98

8 Sri maduratnawati, BA 051 WK Humas IKIP, Th 99

70

Dokumentasi bagian TU SMP Wachid Hasyim 2 Surabaya dikutip pada hari senin 20 oktober 2014.


(67)

/Matematika

9 Dra. Kasiati, M. Pd 052 Bahasa Indonesia S-2 STIE, Th 12

10 Drs. Slamet Suyitno 054 Otomotif S-1 IKIP, Th 98

12 Herry Kustiyaningsih, S. Pd 055 Bahasa Indonesia S-1 IKIP, Th 91

13 Candra Devanasari, SS 057

Bahasa Ingris /Wali

Kelas VII B

/Perpustakaan

STIBA, Th 07

14 H. Rochman, BA 059

Bahasa Jawa/

Perpustakaan

IKIP

15 Lily Sumarliah, SE 061 IPS S-1 IKIP, Th 07

16 Bionita Devabyama, S. Kom 066

Prakarya /Wali Kelas

VII A / TU

S-1 UNITOMO,

Th 09

17 Siti Rochaida, SS 067 Bahasa Indonesia

S-1 STIBA, Th

14

18 Rischa Alvionita 069 Tari

PGRI ADI

BUANA

19 Bambang Susislo Diputro 070 Banjari

SMA

KAWUNG

20 Drs. Soenarjo 071 BP/BK S-1 IKIP, Th 86

21 Aris Jaya Abadi, S. Sos 072

WK

Sarana/Fiqih/Aqidah


(68)

Akhlaq/Qur’an Hadist/Bahasa

Arab/Ski/ke-NU-an

22 Indri Novita Loka, ST 073

WK

Kurikulum/IPA/Wali

Kelas VIII A

S-1 PGRI ADI

BUANA, Th 14

23 Yakub Sun Aji 075 Drum Band SMA

24 Imam Prayitno 076 Silat

SMA WACHID

HASYIM 1

b. Keadaan peserta didik

Peserta didik sebagai bagian penting dalam pendidikan, karena

tanpa adanya peserta didik proses belajar mengajar di madrasah tidak

dapat berlangsung. Jumlah peserta didik yang belajar di SMP Wschid

Hasyim 2 Surabaya tahun ajaran 2014/2015 seluruhnya berjumlah 182

dengan perincian 90 peserta didik laki-laki dan 92 siswi perempuan.


(1)

81

2. Adapun usaha-usaha guru dalam meningkatkan pemahaman peserta didik di

smp wachid Hasyim 2 Surabaya adalah sebagai berikut:

a. Agar peserta didik lebih meningkat pemahamnanya, dalam proses

belajar mengajar guru meringkas materi pelajaran agar lebih menarik

perhatian peserta didik serta menggunakan beberapa metode yang sesuai

dengan materi pelajaran sehingga memudahkan bagi peserta didik dalam

mempelajari dan memahami materi fiqih

b. Strategi yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pemahaman

peserta didik SMP Wacid Hasyim 2 Surabaya antara lain:

1) Guru harus menguasai kelas sebelum memulai pelajaran.

2) Memastikan peserta didik siap menerima pelajaran.

3) Menyajikan dan menyampaikan materi menjadi menarik bagi peserta

didik.

4) Memiliki gaya kepemimpinan dan teladan, serta pribadi yang baik

sebagai guru atau pendidik.

5) Member pujian bagi peserta didik yang berani

6) Mendorong peserta didik untuk mengamalkan pengetahuan yang

diperoleh

7) Memberikan doa kepada peserta didik

3. Faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan pemahaman


(2)

82

a. Faktor penghambat

1) Dalam pembelajaran peserta didik kurang memperhatikan materi

pelajaran

2) Lulusan yang berbeda antara SD dan MI

b. Faktor pendukung

1) Fasilitas yang cukup memadai

2) Penggunaan metode yang bervariasi

3) Ketegasan dan teladan guru

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dengan segala kerendahan hati

penulis sampaikan saran saran sebagai berikut:

1. Bagi guru fiqih

a. Hendaknya selalu memberikan motivasi terhadap pentingnya belajar

fiqih dan untuk selalu belajar dengan giat dan rajin.

b. Hendaknya selalu memberikan dorongan dan saran kepada peserta didik

untuk membiasakan diri dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung

dalam pelajaran fiqih, dengan guru memberikan teladan dan contoh

terlebih dahulu

c. Hendaknya selalu meningkatkan kerja sama dengan guru-guru lain dan


(3)

83

2. Bagi peserta didik

a. Hendaknya setiap peserta didik dalam proses belajar mengajar selalu

mencurahkan perhatian dengan sungguh-sungguh, sehingga pelajaran

yang disampaikan oleh guru fiqih dapat diterima dengan baik.

b. Hendaknya peserta didik selelu meningkatkan prestasi dengan selalu

berusaha memperoleh pengetahuan tentang agama islam disaat waktu

luang, seperti memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekolah dan di

luar sekolah.

c. Hendaknya peserta didik selalu membiasakan dan mengamalkan ibadah

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ketentuan hukum islam yang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Risa, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Serba Jaya). Ali, Daud, Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).

Alwi, Hasan, et.al, (ed.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).

Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Peserta didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).

B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).

Bakry, Nazar, Fiqih dan Ushul Fiqih, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Gema Risalah

Press, 1993).

Diknas, Kurikulum KTSP 2008, (Surabaya:_____2008).

Furchan, Arif, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982).

Hajar, Ibnu, Dasar- dasar Metodologi Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999).

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010). Haroen, Nasroen, Ushul Fiqih, (Jakarta: Logos, 2001).

Hasbi Ash Shiddieeqy, Pengantar Hukum Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1980). Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif, (Jakarta :Erlangga, 2009).

Jihad, Asep dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2009).

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988).


(5)

Mardalis, Metode Penelitian (Pendekatan Proposal), (Jakarta; Bumi Aksara, 1995). Margono, Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

Margono, Metodologi Penelitian ,(Jakarta: Rineka Cipta, 1997).

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002).

Muhaimin, et.al, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996). Muhaimin, Paradigm Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,

(Bandung: PT. Rosdakarya, 2004).

Muhaimin, Strategi Belajar mengajar, (Surabaya: Citra Anak Bangsa, 1996).

Muhiddin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi Regresi Dan Jalur Dalam Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2007).

Nasution, S., Metode Research atau Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara 1996). Nawawi, Hadari dan Murni Martini, Penelitian Terapan, ( Yogyakarta : Gaja Mada

University Press,cet . 2, 1966).

Nazir, Moh., Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Indonisia,1988).

Ngalim Purwanto, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). Nurdin, Syafrudin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Professional & Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).

Patton, Michael Quin, Metode Evaluasi Kualitatif, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006).

Porwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1991).

Purwanto, Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1997).

Rahman Dahlan, Abd., Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2010).

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008).


(6)

Sardiman A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010).

Soejono, Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung: CV. Ilmu, 1980).

Soekanto, Soerjono, Sosiologi, Suatu Pengantar, (CV Rajawali: Jakarta 2002). Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan , (Bandung : PT. IKPI, 2008).

Sujana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998).

Suprayogo, Imam, Metode Penelitian Sosial Agama ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001).

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2010).

Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009).

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006).

UU RI no. 20 th 2003, Tentang Sindiknas, (Jakarta: Wipres, 2006).

UU RI No. 20 Th.2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006).

Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995).