Tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafalah bil 'ujrah pada pembiayan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD
KAF>>Alah bil ’Ujrah pada Pembiayaan
Take Over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar. Penelitian ini
untuk menjawab pertanyaan : 1. Mengapa pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah ? 2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah
pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar ?
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis menggunakan teknik deskriptif, yaitu
teknik yang menggambarkan dan menjelaskan mengenai fakta-fakta, dalam
penelitian ini menggambarkan penyebab BMT menggunakan akad kafa>lah pada
pembiayaan take over dan prosedur serta praktek penggunaan akad kafa>lah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Blitar. Kemudian
diambil kesimpulan menggunakan pola pikir induktif, dimana dijabarkan terlebih
dahulu mengenai praktek akad kafa>lah di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar, kemudian dianalasis apakah terdapat penyimpangan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over yang digunakan tersebut menurut hukum
Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa aplikasi pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil
‘ujrah. Akad kafa>lah digunakan oleh BMT dikarenakan pengaplikasiannya
dianggap lebih mudah dan tidak rumit, karena tidak perlu melibatkan pihak
makfu>l lahu, dan makfu>l lahu tidak diberi tahu mengenai akad tersebut. Dalam
perspektif hukum Islam, penggunaan dan praktek akad kafa>lah bil ‘ujrah pada
pembiayaan take over yang dilakukan oleh BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI N0.31/DSNMUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Ketidaksesuaian tersebut terletak pada
penggunaan akadnya, dimana dalam 4 alternatif akad yang dapat digunakan
untuk pembiayaan take over (pengalihan hutang) dalam fatwa tersebut tidak
terdapat akad kafa>lah bil ‘ujrah. Selain itu akad kafa>lah yang dilakukan tidak
dihadiri oleh makfu>l lahu, dimana dalam syarat makfu>l lahu diharuskan
kehadirannya. Hal ini menjadikan akad kafa>lah tersebut tidak sah. Sedangkan
’ujrah yang diambil dari akad kafa>lah tidak seharusnya ditentukan berdasarkan
jumlah dana pertanggungan dan prosentase, karena akad kafa>lah termasuk akad
tabarru’ (tolong menolong), dan ’ujrah bersifat sukarela.
Berdasarkan kesimpulan diatas, pihak BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar, disarankan agar meninjau kembali penggunaan akad
kafa>lah bil ‘ujrah pada pembiayaan take over ini serta pihak BMT juga
disarankan untuk mempelajari Fatwa DSN MUI tentang pengalihan hutang, agar
sesuai dengan prinsip syariah. Demikian pula untuk besaran ‘ujrah harap dikaji
kembali agar tidak termasuk dalam praktek akad yang mengandung unsur riba.
v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
i
PERNYATAAN KEASLIAN
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TRANSLITERASI
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
8
C. Rumusan Masalah
8
D. Kajian Pustaka
9
E. Tujuan Penelitian
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian
11
G. Definisi Operasional
12
H. Metode Penelitian
13
I.
18
Sistematika Pembahasan
AKAD KAFAlah
20
1.
Pengertian Kafa>lah
20
2.
Dasar Hukum Kafa>lah
23
3.
Rukun dan Syarat Kafa>lah
25
4.
Macam-Macam Kafa>lah
27
5.
Skema Aplikasi Akad Kafa>lah pada Lembaga Keuangan
Syari’ah
31
viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. ’Ujrah
32
1.
Dasar Hukum ’Ujrah
32
2.
Syarat-syarat ’Ujrah
33
3.
’Ujrah dalam Akad Kafa>lah
34
C. Pembiayaan Take Over (Pengalihan Hutang)
1.
Hiwa>lah
2.
Take Over (Pengalihan Hutang) dalam
36
36
Lembaga
Keuangan Syari’ah
40
BAB III PRODUK PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT SIDOGIRI
CAPEM SUKOREJO KOTA BLITAR
A. Profil Singkat BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar
42
1.
Sejarah Berdirinya BMT UGT Sidogiri
42
2.
Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri
45
3.
Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
4.
Kota Blitar
46
Produk-Produk BMT UGT Sidogiri
47
B. Implementasi Akad Kafa>lah bil ‘ujrah Pada Pembiayaan Take
Over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar
52
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD
KAFAmalah,
diantaranya adalah jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, dan lain
sebagainya. Aktivitas ekonomi yang beragam inilah yang membuat
masyarakat sadar untuk berkegiatan ekonomi sesuai dengan prinsip syari’ah,
hal ini dikarenakan masyarakat telah makin mengerti bahwa melakukan
kegiatan ekonomi haruslah sesuai prinsip mu’a>malah yang diajarkan Agama
Islam. Seiring dengan hal tersebut, lahirlah Lembaga Keuangan Syari’ah
(LKS) di Indonesia, baik dalam bentuk Bank maupun Non Bank untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin bertransaksi sesuai syariah, dan
bebas dari riba.
Seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 :
… …
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
‚…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…‛1
Lembaga Keuangan Syari’ah yang bentuk non-Bank antara lain BMT
atau Baitul Ma>l wat Tamwil, yang kegiatan operasionalnya mirip dengan
perbankan. Baitul Ma>l wat Tamwil (BMT) adalah lembaga yang
mengumpulkan dana zakat, infaq dan shadaqah. Namun disamping itu BMT
juga mempunyai peran sebagai lembaga yang mengurusi simpan-pinjam
dengan berbasis syari’ah. Usaha ini hampir sama dengan usaha perbankan
syari’ah, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat. Perbedaan BMT dengan Bank antara lain jika
BMT merupakan LKS untuk skala mikro, dan Bank Syari’ah merupakan
LKS untuk skala makro.
BMT memiliki banyak produk-produk yang ditawarkan kepada
nasabahnya, antara lain produk penghimpun dana, penyaluran dana dan jasa.
Dalam produk penghimpun dana (funding) terdapat produk wadi>’ah dan
mud{ar> abah. Dalam produk penyaluran dana (financing), yaitu dengan
menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing atau revenue
sharing) mud{ar> abah dan musha>rakah, jual beli (sale and purchase) bai’, sewa
(operational lease and financial lease) ija>rah dan ija>rah munta>hiya bit tamlik
(IMBT). Sedangkan dalam produk jasa yaitu kafa>lah, hawa>lah, rahn, dan
lain-lain.2
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mekar Surabaya, 2002), 58.
Muhammad Ridwan, Sistim dan Prosedur Pendirian BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)
(Yogyakarta: Citra Media, 2006), 38.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Semakin berkembangnya aktivitas ekonomi, membuat kebutuhan
masyarakat semakin beragam. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan produk yang diberikan oleh BMT juga meningkat. Dilihat
dari tujuan penggunaannya, terdapat pembiayaan investasi, pembiayaan
modal kerja, pembiayaan untuk tujuan konsumtif, gadai, dan lain-lain.3 Kini,
pembiayaan tersebut
telah berkembang lagi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, diantaranya adalah pembiayaan take over. Take over sendiri
adalah pengalihan hutang. Maraknya Lembaga Keuangan Syari’ah sekarang
ini, membuat masyarakat yang semula menjadi nasabah Lembaga Keuangan
Konvensional (LKK) ingin beralih menjadi nasabah Lembaga Keuangan
Syari’ah. Fasilitas take over ini sering dimanfaatkan oleh sebagian kalangan
masyarakat tersebut.
Salah satu BMT yang memberikan pembiayaan Take over adalah BMT
UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar. Take over atau pengalihan
hutang adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over
(pengalihan) terhadap transaksi non syari’ah yang telah berjalan yang
dilakukan oleh Bank syari’ah atas permintaan nasabah. Menurut Adiwarman
A. Karim, pelaksanaan akad pada pembiayaan take over ini dapat
menggunakan akad hiwa>lah atau dengan akad qard{.4 Dengan demikian, take
over merupakan pengalihan hutang yang masih berjalan dari Lembaga
3
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 114.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), 248.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Keuangan Konvensional ke Lembaga Keuangan Syari’ah dengan permintaan
dari nasabah yang bersangkutan.
Berkaitan dengan adanya pembiayaan take over, maka tidak lepas dari
tata cara dan akad yang digunakan dalam take over itu sendiri. Akad
merupakan sesuatu hal yang penting berkaitan dengan sah atau tidaknya
suatu transaksi.5 Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran
ayat 76 :
ِ
ِِ
ِ ٰ ِ
ي
َ ْ بَ ٰلى َم ْن اَْو ٰٰ بِ َع ْهد َوات ٰقى فَان الل َ حُب الْ حمتق
‚(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertakwa.‛6
Serta dalam surat Al-Maidah ayat 1 :
… دِيٰاَي َها ال ِذيْ َن اٰ َمح ْوا اَْو فح ْوا بِالْعح حق ْو
‚Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…‛7
Dengan demikian akad berarti perikatan atau perjanjian antara dua
orang atau lebih, melakukan ijab dan qabul dan dapat menghasilkan hukum
tertentu bagi pihak-pihak yang berakad.
Akad dalam fiqh mua>malah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu akad tabarru’
dan akad tija>rah. Akad tabarru’ adalah akad yang digunakan untuk tujuan
Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 30.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 74.
7
Ibid., 141
5
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
saling menolong tanpa mengharapkan balasan kecuali dari Allah SWT. Akad
tija>rah adalah akad yang digunakan dalam transaksi dengan tujuan mencari
keuntungan.8
Akad yang digunakan dalam pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar berbeda dengan ketentuan akad
pengalihan hutang, yakni menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah. Kafa>lah
merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.9
Seseorang yang memiliki hutang di LKK, jika akan mengalihkan hutangnya
kepada BMT, maka berlaku akad ini. Pihak BMT akan melakukan
penjaminan hutang tersebut kepada LKK, kemudian atas penjaminan hutang
tersebut, BMT mendapatkan ’ujrah (upah).
Dalam hal pemberian pembiayaan take over ini, BMT memberikan
syarat dasar yang harus dipenuhi oleh nasabah yang akan melakukan take
over, antara lain :
1. Melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
2. Fotokopi buku angsuran hutang nasabah pada LKK.
Setelah mendapatkan syarat tersebut, BMT melakukan survei ke
tempat usaha nasabah, kemudian dianalisa meliputi :
1. Karakter nasabah (orang yang dapat dipercaya atau tidak).
8
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 13-15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2011),
123
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
2. Kekuatan nasabah (dalam hal pembayaran hutang).
3. Rekam jejak nasabah (dalam hal pembayaran hutang nasabah pada LKK).
Setelah
membayarkan
melakukan
hutang
analisa
tersebut
dan
kepada
disetujui,
LKK,
BMT
selanjutnya
kemudian
nasabah
berkewajiban membayarkan hutangnya yang telah dialihkan kepada BMT
sesuai dengan perjanjian. Untuk besarnya ’ujrah yang diberikan BMT, maka
dipertimbangkan 2 (dua) hal, yaitu :
1. Kepemilikan usaha dari nasabah.
2. Jumlah plafon pembiayaan take over yang diberikan.10
Untuk memenuhi kebutuhan hukum dari masyarakat luas tentang
transaksi syariah, Majelis Ulama Indonesia telah membuat Fatwa berkaitan
dengan take over tersebut. Dalam Fatwa DSN-MUI No.31/DSNMUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang, dijelaskan bahwa salah satu
bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah
membantu masyarakat untuk mengalihan transaksi non-syari’ah yang telah
berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syari’ah. Yang dimaksud
pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari Bank/Lembaga
Keuangan Konvensional ke Bank/Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang tersebut, terdapat ketentuan yang berkaitan dengan akad yang dapat
10
Nazilul Farkhan, Wawancara, Blitar, 20 Oktober 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
digunakan dalam pengalihan hutang. Terdapat 4 (empat) alternatif yang
dapat digunakan untuk pengalihan hutang, yaitu :
1. Alternatif I yaitu Akad qard kemudian akad mura>bahah.
2. Alternatif II yaitu LKS membeli sebagian asset Nasabah dengan izin
LKK, kemudian digunakan akad mura>bahah.
3. Alternatif III yaitu dengan akad ija>rah dengan LKS untuk memperoleh
kepemilikan penuh atas asset Nasabah yang diperjanjikan dengan LKK.
4. Alternatif IV yaitu dengan akad qard{ kemudian akad al-Ija>rah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik.11
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dalam Bab
IV Pasal 19 huruf g yang berbunyi: melakukan pengambilalihan hutang
berdasarkan Akad hiwa>lah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah.12
Berdasarkan praktek penggunaan akad pembiayaan take over yang
telah dijelaskan, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Akad Kafa>lah bil ’Ujrah Pada
Pembiayaan Take Over Di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar‛.
11
12
Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
yang
dikemukakan
diatas
dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Penggunaan akad qard} dan hiwa>lah pada pembiayaan take over.
2. Pendapat ulama tentang praktik penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over.
3. Ketidaksesuaian penggunaan akad oleh LKS dengan Fatwa DSN-MUI.
4. Penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT
UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
Dari uraian identifikasi masalah tersebut, penulis akan menyampaikan
batasan masalah yang akan dibahas, yaitu berfokus pada penggunaan akad
kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over (pengalihan hutang) menurut
hukum Islam dan Fatwa DSN-MUI tentang pengalihan hutang dan apakah
penggunaan akad tersebut telah sesuai untuk pembiayaan take over ini.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Mengapa pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar ?
D. Kajian Pustaka
Dengan permasalahan yang akan dikaji oleh penulis, maka untuk
menghindari adanya pengulangan penelitian serta duplikasi, penulis akan
mengemukakan beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan
take over, antara lain :
1. Skripsi yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Take
over pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Take over KPR dari BMI ke
BRI Syari’ah Cabang Serang)‛ oleh Dzakirotul Umah Mahasiswi Fakultas
Syariah IAIN Walisongo. Dalam skripsinya dijelaskan bahwa pelaksanaan
take over di BRI Syari’ah Cabang Serang menggunakan akad qard{ dan
mura>bahah, serta telah sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 31/DSNMUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang.13
2. Skripsi yang berjudul ‚Penyelesaian Hutang yang Dialihkan secara Take
over dengan Akad Musha>rakah di BRI Syari’ah KCP Diponegoro
Surabaya‛ oleh Uswatun Chasanah Mahasiswi Fakultas Syariah IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Pada skripsi ini dijelaskan bahwa hutang yang
13
Dzakirotul Umah, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Take over pada Perbankan
Syariah (Studi Kasus Take over KPR dari BMI ke BRI Syari’ah Cabang Serang)‛ (Skripsi--IAIN
Walisongo, Semarang, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
dialihkan secara take over dengan menggunakan akad qard{ kemudian
musha>rakah, dan tidak bertentangan dengan Hukum Islam serta dengan
fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang.14
3. Skripsi yang berjudul ‚Desain Akad Pembiayaan Take over KPR di Bank
Muamalat Indonesia‛ oleh Farida Sutarsih Mahasiswi Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. Dalam skripsi ini dipaparkan bahwa
akad take over di Bank Muamalat Indonesia menggunakan akad qard} dan
mura>bahah. Menurut penulis, desain akad ini sesuai dengan salah satu
alternatif dalam fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang
pengalihan hutang, namun kurang sesuai dengan syariah dan mirip dengan
bai’ al-inah. Selain itu lebih lanjut penulis juga menyatakan bahwa akad
pembiayaan take over yang relevan dan sesuai dengan syariah adalah
dengan akad musha>rakah mutana>qisah.15
4. Skripsi dengan judul ‚Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take over di
PT Federal International Finance Syari’ah Cabang Kudus‛ oleh Abdillah
Chamidun, Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo. Dalam skripsi
ini dijelaskan bahwa praktek pembiayaan take over
di PT Federal
International Finance Syari’ah Cabang Kudus kurang sesuai dari segi
subyeknya
dengan
prinsip
hiwa>lah (pengalihan hutang), karena
14
Uswatun Chasanah, ‚Penyelesaian Hutang yang Dialihkan secara Take over dengan Akad
Musha>rakah di BRI Syari’ah KCP Diponegoro Surabaya‛ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2010).
15
Farida Sutarsih, ‚Desain Akad Pembiayaan Take over KPR Syarah di Bank Muamalat
Indonesia‛ (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
sebelumnya penerima fasilitas baru tidak mempunyai hutang kepada
pihak pertama. Penerima fasilitas sebagai muhil, penerima fasilitas baru
sebagai muhal ‘alaih, pihak FIF Syari’ah sebagai muhal melakukan
transaksi dengan iktikad baik dan berasaskan kebebasan berkontrak.16
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat
perbedaan dengan penelitian ini, yaitu penulis akan membahas tentang
tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang disampaikan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui praktik akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat beguna dalam :
1. Aspek keilmuan (Teoritis)
16
Abdillah Chamidun, ‚Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take over di PT Federal
International Finance Syari’ah Cabang Kudus‛ (Skripsi--IAIN Walisongo, Semarang, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Dapat memperluas pengetahuan mengenai prosedur pembiayaan
take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah di BMT UGT Sidogiri
Kantor Capem Sukorejo Blitar.
2. Aspek terapan (Praktis)
Dapat digunakan sebagai pertimbangan hukum di kalangan
praktisi perbankan syari’ah di Indonesia dalam pembentukan produkproduk perbankan yang akan diberikan pada masyarakat, serta agar
sesuai dengan konsep perbankan syari’ah yang sebenarnya.
G. Definisi Operasional
Untuk memberi gambaran yang jelas dan menghindari kesalahpahaman
mengenai skripsi ini, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang
terdapat di judul skripsi ini, sebagai berikut :
1. Hukum Islam adalah peraturan dan ketentuan hukum mu’a>malah yang
bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Fiqh maupun Fatwa tentang akad
kafa>lah bil ’ujrah.
2. Pembiayaan take over adalah pengalihan hutang yang masih berjalan dari
Lembaga Keuangan Konvensional ke Lembaga Keuangan Syari’ah
dengan permintaan dari nasabah yang bersangkutan.
3. BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar adalah lembaga
keuangan berbasis syari’ah yang merupakan Kantor Cabang Pembantu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
BMT UGT Sidogiri yang bertempat di wilayah Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.
4. Kafa>lah bil ’ujrah adalah akad yang digunakan pada pembiayaan take
over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, merupakan
penjaminan pembayaran hutang nasabah oleh BMT, kemudian BMT
memperoleh ’ujrah dari penjaminan tersebut.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.17
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan kualitatif, dalam metode kualitatif, data tidak diperoleh dari
data statistik maupun hitungan lainnya.18 Penelitan ini dilakukan secara
intensif dan terperinci terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar.
17
18
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana, 2011), 34.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah sebuah Lembaga Keuangan Syariah,
yang berlokasi di Kantor Cabang Pembantu Sukorejo BMT UGT
Sidogiri, terletak di Jl. Mawar No.63 RT 03 RW 10, Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Data primer
Data primer yang penulis dapatkan merupakan data yang
diperoleh melalui penelitian langsung di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar, antara lain :
1) Keterangan Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar mengenai prosedur pembiayaan take over.
2) Keterangan Nasabah pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
3) Dokumen pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diperoleh
oleh penulis, meliputi dokumen-dokumen dan bahan pustaka
(literatur) yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain :
1) Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
2) Bulughul Maram, karya Al Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani
3) Fiqhu al-Isla>my Wa Adillatuhu jilid V, karya Wahbah az-Zuhaili
4) Fiqh Mu’a>malah, karya Ismail Nawawi
5) Fiqh Sunnah, karya Sayyid Sabiq
6) Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, karya Adiwarman A.
Karim
7) Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang.
8) Bank Syariah dari Teori ke Praktik, karya Muhammad Syafi’i
Antonio
9) Perbankan Islam, karya Ismail
10) Panduan Praktis Perbankan Syariah, karya Sunarto Zulkifli
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis antara lain
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan secara langsung.19 Pada penelitian ini, penulis
melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses pembiayaan
take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah.
19
Ibid.,70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan cara komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan
narasumber.20 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara
langsung dengan Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar untuk memperoleh data tentang prosedur
pembiayaan take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah.
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan dokumen merupakan bahan
data yang berbentuk surat, catatan, berkas-berkas, dan lain-lain yang
didokumentasikan.21 Dokumen yang diperoleh merupakan arsip-arsip
dalam bentuk form perjanjian dan akad yang berkaitan dengan
pembiayaan take over.
6. Teknik Pengolahan Data
a. Editing, pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselarasan antara
yang satu dengan yang lainnya. Yaitu pemeriksaan kelengkapan data
akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
20
21
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2005), 72.
Juliansyah Noor, Metodologi…,141.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
b. Organizing, adalah menyusun dan mensistematisasikan data yang
diperoleh dari kerangka uraian yang telah direncanakan.22 Teknik ini
digunakan untuk menyusun data yang diperoleh mengenai take over
dan data akad kafa>lah bil ’ujrah gar dapat dipahami dengan mudah.
c. Analyzing, proses analisis dari data yang diperoleh dari sumbersumber penelitian dengan menggunakan teori sehingga diperoleh
kesimpulan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
yaitu dengan teknik deskriptif yakni menguraikan dan menjelaskan
mengenai praktik akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar dengan pola pikir
Induktif, yaitu pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa
yang khusus, kongkret, kemudian dari peristiwa dan fakta yang khusus
kongkret ditarik generasi yang bersifat umum,23 hal ini digunakan untuk
mengemukakan fakta dari hasil penelitian yang diperoleh tentang
prosedur pembiayaan take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah,
kemudian dianalisis apakah praktek tersebut telah sesuai dengan hukum
Islam.
22
23
Rianto Adi, Metodologi Penelitian…, 118-120.
Sugiyono, Memahami Penelitian…, 89
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
I.
Sistematika Pembahasan
Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan
sistematika
sebagai berikut :
Bab pertama yakni pendahuluan, dimana pada bab ini berisi latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan
Bab kedua yaitu bab kerangka teori, akan berisi teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis, antara lain tentang
akad, pembiayaan take over, kafa>lah dan ’ujrah yang meliputi pengertian,
dasar hukum,syarat dan rukun, jenis-jenis, serta penggunaan akad dalam
lembaga keuangan.
Bab ketiga yakni bab berisi data penelitian, yaitu gambaran umum
tentang BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, latar belakang,
lokasi, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk yang terdapat di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, akad yang digunakan
dalam pembiayaan take over, serta prosedur pembiayaan take over yang
terdapat di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
Bab keempat adalah bab analisis, pada bab ini berisi pembahasan
tentang pengalihan hutang yang dilakukan secara take over serta penggunaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri
Capem Sukorejo Kota Blitar.
Selanjutnya bab ke lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
AKAD KAFAlah
1.
Pengertian Kafa>lah
Dalam pengertian bahasa, kafa>lah berarti ad-d}ammu yaitu
menggabungkan. Kafa>lah juga disebut d}aman berarti jaminan, hama>lah
yaitu beban, dan za’a>mah yang berarti tanggungan.1
Firman Allah Q.S Ali Imran ayat 37 :
.. َوَكفلَ َها َزَك ِريا..
‚Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya
2
(Maryam).‛
Menurut Mazhab Hanafi, kafa>lah memiliki dua pengertian, yang
pertama yakni :
ِ ْ س أ َْوَديْ ِن اَْو َع
ٍ ضم ِذم ٍة إِ ََ ِذم ٍة ِِ الْ ُمطَا لَبَ ِة بَِ ْف
ي
َ
‚Menggabungkan dhimmah kepada dhimmah yang lain dalam
penagihan, dengan jiwa, zat atau benda.‛
Pengertian kafa>lah yang kedua ialah :
ِ ضم ِذم ٍة إِ ََ ِذم ٍة ِِ اَص ِل
الديْ ِن
َ
ْ
1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Kamaluddin A. Marzuki jilid 14 (Bandung: Al-Ma’arif,
1998), 157.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Indah Press, 1994), 81.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
‚Menggabungkan dhimmah kepada dhimmah yang lain dalam
pokok (asal) utang.‛
Menurut Mazhab Maliki, kafa>lah adalah :
ِ ْ احب
ِ أَ ْن ي ْشغُل
ض ُم ْو ِن َس َواءٌ ّكا َن ُش ْغ ُل ال ِذم ِة ُمتَ َو فِ ًق
ْ الض ِام ِن َم َع ِذ ِم ِ الْ َم
َ َاَْ ِق ذمة
َ َ َ
ُ ص
َعلَى َش ْي ٍء اَْو ََْ يَ ُك ْن ُمتَ َوفِ ًفا
‚Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi
beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung
pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda.‛3
Menurut Mazhab Hanbali, yang dimaksud dengan kafa>lah adalah :
ِ ٌ ِ اِلْتِزام وحب علَى الْغ ِْ مع ب َقا ئِِ علَى الْمضم ِن أَ ِوالْتِزام اِحضا ِرمن علَي ِ ح ٌق ما
صا
َ ِل
َ َ َْ َْ َ ْ َُ
َ َ َ َْ َ َ َ َ ُ َ
ُُ َ َ
ِ ِح
اِْ ِق
ْ ب
‚Iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan
benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang
mempunyai hak menghadirkan dua harta (pemiliknya) kepada orang
yang mempunyai hak.‛
Sedangkan menurut Mazhab Syafi’i, kafa>lah merupakan :
ِ ٍ
ِ ِ ِ ِ ِ ٍِ
ِِ ِ
ِ ْ ضار َع
ض ُار بَ َد ِن َم ْن
ْ ي َم
َ ض ُم ْونَة اَْو ا ْح
ُ َ َع ْق ٌد يَ ْقتَضى الْتَز َام َح ٍق ثَابت ِ ذمة الْغَ ْْ اَْو ا ْح
ِ
ُ يَ ْستَحق ُح
ُض ْوُر
3
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 187.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
‚Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan
(beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan
atau
menghadirkan
badan
oleh
orang
yang
berhak
menghadirkannya.‛4
Pengertian kafa>lah secara syara’ menurut ulama Malikiyah,
> in
Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah menggabungkan tanggungan d}am
(pihak yang menjamin) kepada tanggungan al-mad}mu>n ‘anhu (pihak
yang dijamin) didalam kewajiban menunaikan hak, maksudnya didalam
kewajiban menunaikan hutang. Jadi, berdasarkan definisi ini utang yang
ada menjadi tanggungan kedua belah pihak, yaitu pihak yang menjamin
dan pihak yang dijamin.5
Sedangkan pengertian syara’ menurut Sayyid sabiq, kafa>lah adalah
proses penggabungan tanggungan kafi>l menjadi tanggungan ashi>l dalam
tuntutan atau permintaan dengan materi sama atau hutang, barang, atau
pekerjaan.6
Kafa>lah merupakan jaminan yang diberikan oleh pemberi jaminan
(penanggung) kepada pihak lain untuk memenuhi kewajiban pihak yang
ditanggung. Dalam akad kafa>lah, diperjanjikan bahwa seseorang
memberikan penjaminan kepada seorang kreditur yang memberikan
4
Ibid.,188.
5
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqhu al-Isla>my Wa Adillatuhu, Terj. Abdul hayyie al-Kattani et al.
jilid.V (Jakarta: Gema Insani, 2001), 36.
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…,157.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
utang kepada seorang debitur, yang mana pihak penjamin memberikan
jaminan bahwa utang yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur akan
dilunasi oleh penjamin bila debitur wanprestasi.7
Dalam pengertian yang lain, kafa>lah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.8
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas, pengertian
kafa>lah secara umum adalah jaminan, yaitu jaminan yang diberikan oleh
pihak penjamin (kafil) kepada pihak ketiga (makfu>l lahu) untuk
memenuhi kewajiban pihak yang dijamin (makfu>l ‘anhu), obyek jaminan
tersebut dapat berupa hutang maupun pekerjaan.
2.
Dasar Hukum Kafa>lah
Kafa>lah disyari’atkan dalam Al-Qur’an, Al-Hadis, maupun ijma’.
Dasar hukum kafa>lah dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
ِ
ِ ِاع الْمل
ك َولِ َم ْن َجآءَ بِِ ِِْ ُل بَعِ ٍْْ واَنَابِِ َز ِعْي ٌم
ُ قَالُْوا نَ ْفق ُد
َ َ ص َو
‚Penyeru-penyeru itu berkata: ‚Kami kehilangan piala Raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya‛
(Q.S Yusuf ayat 72)9
7
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 201.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),
12.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…,360.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Dalam ayat lain dijelaskan
... ِِال لَ ْن اُْرِسلَ ُ َم َع ُك ْم َح ّٰت ُتُُ ْو ِن َم ْوثًِقا ِم َن ال ٰلّ ِ لَتَأُْ ِ ِْ ب
َ َق
‚Ya'qub berkata: ‚Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi)
bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji
yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya
kepadaku kembali…‛ (Q.S Yusuf ayat 66)10
Dalam ayat lain juga dijelaskan :
ط
فَتَ َقب لَ َها َرب َها بَِقبُ ْوٍل َح َس ٍن واَنْبَتَ َها نَبَاًُا َح َسًاا وَكفلَ َها َزَك ِريا
‚Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan
yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakariya pemeliharanya.‛ (Q.S Ali Imran ayat 37)11
Dalil kafa>lah dipertegas dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah
bersabda :
ِ ال فَهل علَي
َ فَ َق... ٍصلى َعلَْي ِ َو َسل َم أَُِِ ََِِ َازة
ِ ِ أن ال
ْ َ ْ َ َ َال َ ْل َُ َرَك َشْئاً قَالُوا اَ ق
َ ِ
ِ ول
ِ دين قَالُوا ثَاَثَةُ دنَانِي ر قَل صلوا علَى ص
اه
َ ص ِل َعلَْي ِ يَا َر ُس
َ َاحبِ ُك ْم ق
َ ال أَبُو قَتَ َاد َة
َ َ َ َ َْ َ
ٌ َْ
.ِ صلٌى َعلَْي
َ ََو َعلَي َديْ ُ ُ ف
‚Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW. (mayat seorang lakilaki untuk dishalatkan)… Rasulullah SAW bertanya ‚Apakah dia
mempunyai warisan?‛ Para sahabat menjawab, ‚Tidak‛. Rasulullah
bertanya lagi, ‚Apakah dia mempunyai utang?‛ Sahabat menjawab
‚Ya, sejumlah tiga dinar.‛ Rasulullah pun menyuruh para sahabat
untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah
10
Ibid.,359.
11
Ibid.,81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
lalu berkata, ‚Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.‛ Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.‛ (HR. Bukhari)12
Adapun berdasarkan ijma’ para ulama’ memperbolehkan praktek
kafa>lah ini, orang-orang Islam pada masa Nubuwwah mempraktekkan
hal ini, tanpa adanya teguran dari seorang ulama pun.
3.
Rukun dan Syarat Kafa>lah
Menurut madzhab Hanafi, rukun kafa>lah ada satu, yaitu ijab dan
qabul. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya, rukun dan syarat
kafa>lah adalah kafi>l, makfu>l ‘anhu, makfu>l lahu, makfu>l bih, dan s}igah. 13
a. Kafi>l, yaitu orang yang menjamin, disyaratkan antara lain :
1) Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
2) Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan
hartanya, maka dari itu kafi>l tidak diperbolehkan seorang anak
kecil ataupun orang gila, dimana dia tidak dapat mengelola
hartanya dengan baik.14
3) Rela dengan akad kafa>lah atau tanggungan yang dilakukannya.
b. Makfu>l ‘anhu, yaitu orang yang dijamin oleh kafi>l, disyaratkan :
1) Dikenal oleh penjamin (kafi>l)
2) Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada kafi>l.
12
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Terj. Abu Firly Bassam Taqiy
(Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2013), 230.
13
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah…, 191.
14
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Mu’a>malat) (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), 262.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3) Rela dengan akad kafa>lah yang dilakukan dengan kafi>l.15
c. Makfu>l lahu, yaitu pihak ketiga yang berpiutang kepada makfu>l
‘anhu, syaratnya :
1) Bahwa yang berpiutang diketahui identitasnya oleh penjamin.
2) Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
3) Serta berakal sehat.
d. Makfu>l bih, adalah hutang, barang, maupun pekerjaan yang dapat
ditanggung oleh penjamin. Disyaratkan antara lain :
1) Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa
uang, benda maupun pekerjaan.
2) Dapat dilaksanakan oleh penjamin.
3) Merupakan piutang mengikat (lazim) yang tidak mungkin hapus
kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
4) Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
5) Tidak bertentangan dengan syari’ah, (bukan sesuatu yang
diharamkan).16
e. S{ighah, yaitu Ijab dan Qabul. Yang disyaratkan haus jelas,
mengandung makna jaminannya, serta dapat dimengerti oleh pihak
yang bersangkutan dan mengikat.17
15
Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah.
16
Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah.
17
M. Ali Hasan, Berbagai Macam…,263.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
4. Macam-Macam Kafa>lah
Menurut Sayyid Sabiq, kafa>lah ada 2 macam, yaitu kafa>lah dengan
jiwa dan kafa>lah dengan harta.
a. Kafa>lah dengan jiwa (Kafa>lah bin Nafs)
Kafa>lah dengan jiwa dikenal pula dengan jaminan muka. Yaitu
adanya kemestian pada pihak kafi>l untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan (makfu>l lahu).
Dalam aplikasinya di perbankan syari’ah, kafa>lah bin nafs
merupakan
akad
memberikan
jaminan
atas
diri
(personal
guarantee).18 Hal ini berarti jaminan yang diberikan oleh seseorang,
karena reputasi atau karena jabatannya, atau sebab-sebab lainnya
agar pihak bank berkenan memberikan pinjaman kepada pihak yang
dijamin. Dalam hal pihak pihak terjamin tidak mampu melaksanakan
kewajibannya, maka penjamin akan menggantikan untuk membayar
seluruh kewajibannya.19
b. Kafa>lah dengan harta (kafa>lah bil ma>l)
Kafa>lah dengan harta yaitu kewajiban yang harus dipenuhi kafi>l
dengan pemenuhan berupa harta.
Jenis ini ada tiga macam :
18
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah…,124.
19
Ismail, Perbankan…,203.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
1) Kafa>lah bi ad-dain, yaitu kewajiban membayar hutang yang
menjadi tanggungan orang lain. Kafa>lah ini didasari hadis :
ال فَ َه ْل
َ فَ َق... ٍصلى َعلَْي ِ َو َسل َم أَُِِ ََِِ َازة
َ َال َ ْل َُ َرَك َشْئاً قَالُوا اَ ق
ِ ِ أن ال
َ ِ
ِ علَي ِ دين قَالُوا ثَاَثَةُ دنَانِي ر قَل صلوا علَى ص
ص ِل َعلَْي ِ يَا
َ َاحبِ ُك ْم ق
َ ال أَبُو قَتَ َاد َة
َ َ َ َ َْ َ
ٌ َْ ْ َ
ِ َ رس
.ِ صلٌى َعلَْي
َ َول اه َو َعلَي َديْ ُ ُ ف
َُ
‚Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW. (mayat seorang
laki-laki uuntuk dishalatkan)… Rasulullah SAW bertanya
‚Apakah dia mempunyai warisan?‛ Para sahabat menjawab,
‚Tidak‛. Rasulullah bertanya lagi, ‚Apakah dia mempunyai
utang?‛ Sahabat menjawab ‚Ya, sejumlah tiga dinar.‛
Rasulullah
pun
menyuruh
para
sahabat
untuk
menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah
lalu berkata, ‚Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.‛ Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.‛ (HR.
Bukhari)20
Dalam masalah hutang, disyaratkan sebagai berikut :
a) Hendaknya nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya
transaksi jaminan.
Seperti contoh : si X berkata ‚juallah kepada si Y dan aku
berkewajiban menjamin pembayarannya‛.
b) Bahwa barangnya diketahui, hal ini disebabkan jika barangnya
tidak diketahui termasuk ga>rar.
Seperti contoh : ‚aku menjamin untukmu apa-apa yang ada
pada tanggungan si fulan‛. Hal ini tidak sah karena tidak
20
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul…, 230.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
diketahui jumlah dan besarnya tanggungan ersebut secara
pasti.21
2) Kafa>lah dengan materi atau dengan menyerahkan
Kafa>lah ini merupakan kewajiban menyerahkan materi
tertentu yang ada di tangan orang lain, seumpamanya
mengembalikan barang yang di ghasab kepada si pelaku ghasab,
dan menyerahkan barang jualan kepada si pembeli.
3) Kafa>lah dengan aib
Yaitu penjualan sesuatu yang dikhawatirkan mendatangkan
bahaya. Berarti pembeli berhak mendapatkan jaminan atas
pembelian barang tersebut dari penjual. Seperti jika terbukti
bahwa barang yang dijual adalah milik orang lain, yang bukan
merupakan milik penjual atau barang ersebut merupakan barang
yang digadaikan.22
Selain dua macam kafa>lah yang dipaparkan diatas, terdapat tiga
macam kafa>lah lainnya yang digunakan dalam perbankan syari’ah, yaitu
kafa>lah bit taslim, kafa>lah
al-munjazah, dan kafa>lah al-muallaqah
sebagai berikut :
21
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…,162-163.
22
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah…,194.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
1) Kafa>lah bi at-Taslim
Jenis kafa>lah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian
atas barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir. Jenis
pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk
kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan
penyewaan (leasing company). Jaminan pembayaran bagi bank dapat
berupa deposito atau tabungan dan bank dapat membebankan uang
jasa (fee) kepada nasabah itu.
2) Kafa>lah al-Munjazah
Kafa>lah al-Munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi
oleh jangka waktu untuk kepentingan aau tujuan tertentu. Salah satu
bentuk kafa>lah al-munjazah adalah pemberian jaminan dalam bentuk
performance bods (jaminan prestasi).
3) Kafa>lah al-Muallaqah
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafa>lah al-
munjazah, baik oleh industri perbankan maupun asuransi.23
23
Muhammad Syafi’i Antonio, Perbankan Syari’ah…,124.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
5. Skema Aplikasi Akad Kafa>lah pada Lembaga Keuangan Syari’ah
2
PENANGGUNG
(BANK
SYARI’AH)
Agunan
TERTANGGUNG
(NASABAH)
1
4
Jaminan
3
Kewajiban
DITANGGUNG
(PEMBERI
KERJA)
Gambar : 2.1
Skema Akad Kafa>lah dalam buku Ismail, Perbankan Syari’ah.
Keterangan :
1. Nasabah mengajukan permohonan penjaminan kepada bank syari’ah
atas suatu pekerjaan yang dilaksanakan, dan bank syari’ah
memberikan penjaminan atau garansi kepada pemberi kerja atas
pekerjaan nasabah.
2. Atas garansi yang diberikan oleh bank syari’ah, maka bank syari’ah
meminta agunan kepada tertanggung atau nasabah.
3. Nasabah wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak antara
nasabah dan pemberi kerja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
4. Bila nasabah tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak,
maka bank syari’ah akan menanggung kerugian.
B. ’Ujrah (Upah)
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi dengan sesamanya
setiap hari. Bentuk interaksi antara manusia meliputi segala hal. Karena
pada hakikatnya, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk
mememenuhi kebutuhan maupun melakukan pekerjaannya. Keadaan ini
membuat manusia harus memberikan upah atau imbalan yang sepadan
atas pekerjaan yang dilakukan orang lain untuknya.
1.
Dasar Hukum ’Ujrah
Tentang adanya ’ujrah atau upah untuk suatu pekerjaan ini
terdapat dalam Hadis Riwayat Bukhari pada kitab ija>rah :
صلى َعلَْي ِ َو َسل َم َوَمعِي َر ُجاَ ِن ِم َن
َ َ ق، س
ُ أَقْ بَ ْل: ال
َ ِِ ِ ت إِ ََ ال
َ َع ْن أَِِ ُم ْو
ِ ماع ِم ْلت أَنَهما يطْلُب: فَ ُق ْلت، ي
ِ ْ َاأَ ْش َع ِرب
لَ ْن اَ نَ ْستَ ْع ِم ُل َعلَى: ال
َ فَ َق، ان الْ َع َم َل
َ َ َُ ُ َ َ ُ
َ۲۲٦۱ : ُالبخاري.ُ َع َملِ َن َم ْن أ ََر َاد
‚Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata, ‚Aku menghadap
kepada Rasulullah SAW bersama dua orang dan Asy’ari. Maka
aku berkata, ‘Aku tidak bisa menolak mereka berdua meminta
pekerjaan.’ Maka Nabi SAW bersabda ‚Kami tidak akan pernah
mempekerjakan untuk pekerjaan kami ini kepada orang yang
menginginkannya.‛ (H.R Al-Bukhari : 2261)24
24
Az-Zubaidi, Al-Imam Zainuddin Abdul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Lathif, Mukhtasar Shahih
Bukhari, Terj. Arif Rahman Hakim (Surakarta: Insan Kamil, 2012), 43
KAF>>Alah bil ’Ujrah pada Pembiayaan
Take Over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar. Penelitian ini
untuk menjawab pertanyaan : 1. Mengapa pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah ? 2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah
pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar ?
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis menggunakan teknik deskriptif, yaitu
teknik yang menggambarkan dan menjelaskan mengenai fakta-fakta, dalam
penelitian ini menggambarkan penyebab BMT menggunakan akad kafa>lah pada
pembiayaan take over dan prosedur serta praktek penggunaan akad kafa>lah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Blitar. Kemudian
diambil kesimpulan menggunakan pola pikir induktif, dimana dijabarkan terlebih
dahulu mengenai praktek akad kafa>lah di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar, kemudian dianalasis apakah terdapat penyimpangan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over yang digunakan tersebut menurut hukum
Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa aplikasi pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil
‘ujrah. Akad kafa>lah digunakan oleh BMT dikarenakan pengaplikasiannya
dianggap lebih mudah dan tidak rumit, karena tidak perlu melibatkan pihak
makfu>l lahu, dan makfu>l lahu tidak diberi tahu mengenai akad tersebut. Dalam
perspektif hukum Islam, penggunaan dan praktek akad kafa>lah bil ‘ujrah pada
pembiayaan take over yang dilakukan oleh BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI N0.31/DSNMUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang. Ketidaksesuaian tersebut terletak pada
penggunaan akadnya, dimana dalam 4 alternatif akad yang dapat digunakan
untuk pembiayaan take over (pengalihan hutang) dalam fatwa tersebut tidak
terdapat akad kafa>lah bil ‘ujrah. Selain itu akad kafa>lah yang dilakukan tidak
dihadiri oleh makfu>l lahu, dimana dalam syarat makfu>l lahu diharuskan
kehadirannya. Hal ini menjadikan akad kafa>lah tersebut tidak sah. Sedangkan
’ujrah yang diambil dari akad kafa>lah tidak seharusnya ditentukan berdasarkan
jumlah dana pertanggungan dan prosentase, karena akad kafa>lah termasuk akad
tabarru’ (tolong menolong), dan ’ujrah bersifat sukarela.
Berdasarkan kesimpulan diatas, pihak BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar, disarankan agar meninjau kembali penggunaan akad
kafa>lah bil ‘ujrah pada pembiayaan take over ini serta pihak BMT juga
disarankan untuk mempelajari Fatwa DSN MUI tentang pengalihan hutang, agar
sesuai dengan prinsip syariah. Demikian pula untuk besaran ‘ujrah harap dikaji
kembali agar tidak termasuk dalam praktek akad yang mengandung unsur riba.
v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
i
PERNYATAAN KEASLIAN
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TRANSLITERASI
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
8
C. Rumusan Masalah
8
D. Kajian Pustaka
9
E. Tujuan Penelitian
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian
11
G. Definisi Operasional
12
H. Metode Penelitian
13
I.
18
Sistematika Pembahasan
AKAD KAFAlah
20
1.
Pengertian Kafa>lah
20
2.
Dasar Hukum Kafa>lah
23
3.
Rukun dan Syarat Kafa>lah
25
4.
Macam-Macam Kafa>lah
27
5.
Skema Aplikasi Akad Kafa>lah pada Lembaga Keuangan
Syari’ah
31
viii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. ’Ujrah
32
1.
Dasar Hukum ’Ujrah
32
2.
Syarat-syarat ’Ujrah
33
3.
’Ujrah dalam Akad Kafa>lah
34
C. Pembiayaan Take Over (Pengalihan Hutang)
1.
Hiwa>lah
2.
Take Over (Pengalihan Hutang) dalam
36
36
Lembaga
Keuangan Syari’ah
40
BAB III PRODUK PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT SIDOGIRI
CAPEM SUKOREJO KOTA BLITAR
A. Profil Singkat BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar
42
1.
Sejarah Berdirinya BMT UGT Sidogiri
42
2.
Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri
45
3.
Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
4.
Kota Blitar
46
Produk-Produk BMT UGT Sidogiri
47
B. Implementasi Akad Kafa>lah bil ‘ujrah Pada Pembiayaan Take
Over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar
52
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN AKAD
KAFAmalah,
diantaranya adalah jual beli, sewa menyewa, hutang piutang, dan lain
sebagainya. Aktivitas ekonomi yang beragam inilah yang membuat
masyarakat sadar untuk berkegiatan ekonomi sesuai dengan prinsip syari’ah,
hal ini dikarenakan masyarakat telah makin mengerti bahwa melakukan
kegiatan ekonomi haruslah sesuai prinsip mu’a>malah yang diajarkan Agama
Islam. Seiring dengan hal tersebut, lahirlah Lembaga Keuangan Syari’ah
(LKS) di Indonesia, baik dalam bentuk Bank maupun Non Bank untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin bertransaksi sesuai syariah, dan
bebas dari riba.
Seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 :
… …
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
‚…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…‛1
Lembaga Keuangan Syari’ah yang bentuk non-Bank antara lain BMT
atau Baitul Ma>l wat Tamwil, yang kegiatan operasionalnya mirip dengan
perbankan. Baitul Ma>l wat Tamwil (BMT) adalah lembaga yang
mengumpulkan dana zakat, infaq dan shadaqah. Namun disamping itu BMT
juga mempunyai peran sebagai lembaga yang mengurusi simpan-pinjam
dengan berbasis syari’ah. Usaha ini hampir sama dengan usaha perbankan
syari’ah, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat. Perbedaan BMT dengan Bank antara lain jika
BMT merupakan LKS untuk skala mikro, dan Bank Syari’ah merupakan
LKS untuk skala makro.
BMT memiliki banyak produk-produk yang ditawarkan kepada
nasabahnya, antara lain produk penghimpun dana, penyaluran dana dan jasa.
Dalam produk penghimpun dana (funding) terdapat produk wadi>’ah dan
mud{ar> abah. Dalam produk penyaluran dana (financing), yaitu dengan
menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing atau revenue
sharing) mud{ar> abah dan musha>rakah, jual beli (sale and purchase) bai’, sewa
(operational lease and financial lease) ija>rah dan ija>rah munta>hiya bit tamlik
(IMBT). Sedangkan dalam produk jasa yaitu kafa>lah, hawa>lah, rahn, dan
lain-lain.2
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Mekar Surabaya, 2002), 58.
Muhammad Ridwan, Sistim dan Prosedur Pendirian BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)
(Yogyakarta: Citra Media, 2006), 38.
2
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Semakin berkembangnya aktivitas ekonomi, membuat kebutuhan
masyarakat semakin beragam. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan produk yang diberikan oleh BMT juga meningkat. Dilihat
dari tujuan penggunaannya, terdapat pembiayaan investasi, pembiayaan
modal kerja, pembiayaan untuk tujuan konsumtif, gadai, dan lain-lain.3 Kini,
pembiayaan tersebut
telah berkembang lagi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, diantaranya adalah pembiayaan take over. Take over sendiri
adalah pengalihan hutang. Maraknya Lembaga Keuangan Syari’ah sekarang
ini, membuat masyarakat yang semula menjadi nasabah Lembaga Keuangan
Konvensional (LKK) ingin beralih menjadi nasabah Lembaga Keuangan
Syari’ah. Fasilitas take over ini sering dimanfaatkan oleh sebagian kalangan
masyarakat tersebut.
Salah satu BMT yang memberikan pembiayaan Take over adalah BMT
UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar. Take over atau pengalihan
hutang adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over
(pengalihan) terhadap transaksi non syari’ah yang telah berjalan yang
dilakukan oleh Bank syari’ah atas permintaan nasabah. Menurut Adiwarman
A. Karim, pelaksanaan akad pada pembiayaan take over ini dapat
menggunakan akad hiwa>lah atau dengan akad qard{.4 Dengan demikian, take
over merupakan pengalihan hutang yang masih berjalan dari Lembaga
3
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 114.
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), 248.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
Keuangan Konvensional ke Lembaga Keuangan Syari’ah dengan permintaan
dari nasabah yang bersangkutan.
Berkaitan dengan adanya pembiayaan take over, maka tidak lepas dari
tata cara dan akad yang digunakan dalam take over itu sendiri. Akad
merupakan sesuatu hal yang penting berkaitan dengan sah atau tidaknya
suatu transaksi.5 Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran
ayat 76 :
ِ
ِِ
ِ ٰ ِ
ي
َ ْ بَ ٰلى َم ْن اَْو ٰٰ بِ َع ْهد َوات ٰقى فَان الل َ حُب الْ حمتق
‚(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertakwa.‛6
Serta dalam surat Al-Maidah ayat 1 :
… دِيٰاَي َها ال ِذيْ َن اٰ َمح ْوا اَْو فح ْوا بِالْعح حق ْو
‚Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…‛7
Dengan demikian akad berarti perikatan atau perjanjian antara dua
orang atau lebih, melakukan ijab dan qabul dan dapat menghasilkan hukum
tertentu bagi pihak-pihak yang berakad.
Akad dalam fiqh mua>malah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu akad tabarru’
dan akad tija>rah. Akad tabarru’ adalah akad yang digunakan untuk tujuan
Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 30.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 74.
7
Ibid., 141
5
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
saling menolong tanpa mengharapkan balasan kecuali dari Allah SWT. Akad
tija>rah adalah akad yang digunakan dalam transaksi dengan tujuan mencari
keuntungan.8
Akad yang digunakan dalam pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar berbeda dengan ketentuan akad
pengalihan hutang, yakni menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah. Kafa>lah
merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.9
Seseorang yang memiliki hutang di LKK, jika akan mengalihkan hutangnya
kepada BMT, maka berlaku akad ini. Pihak BMT akan melakukan
penjaminan hutang tersebut kepada LKK, kemudian atas penjaminan hutang
tersebut, BMT mendapatkan ’ujrah (upah).
Dalam hal pemberian pembiayaan take over ini, BMT memberikan
syarat dasar yang harus dipenuhi oleh nasabah yang akan melakukan take
over, antara lain :
1. Melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
2. Fotokopi buku angsuran hutang nasabah pada LKK.
Setelah mendapatkan syarat tersebut, BMT melakukan survei ke
tempat usaha nasabah, kemudian dianalisa meliputi :
1. Karakter nasabah (orang yang dapat dipercaya atau tidak).
8
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2007), 13-15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2011),
123
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
2. Kekuatan nasabah (dalam hal pembayaran hutang).
3. Rekam jejak nasabah (dalam hal pembayaran hutang nasabah pada LKK).
Setelah
membayarkan
melakukan
hutang
analisa
tersebut
dan
kepada
disetujui,
LKK,
BMT
selanjutnya
kemudian
nasabah
berkewajiban membayarkan hutangnya yang telah dialihkan kepada BMT
sesuai dengan perjanjian. Untuk besarnya ’ujrah yang diberikan BMT, maka
dipertimbangkan 2 (dua) hal, yaitu :
1. Kepemilikan usaha dari nasabah.
2. Jumlah plafon pembiayaan take over yang diberikan.10
Untuk memenuhi kebutuhan hukum dari masyarakat luas tentang
transaksi syariah, Majelis Ulama Indonesia telah membuat Fatwa berkaitan
dengan take over tersebut. Dalam Fatwa DSN-MUI No.31/DSNMUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang, dijelaskan bahwa salah satu
bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah
membantu masyarakat untuk mengalihan transaksi non-syari’ah yang telah
berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syari’ah. Yang dimaksud
pengalihan hutang adalah pemindahan hutang nasabah dari Bank/Lembaga
Keuangan Konvensional ke Bank/Lembaga Keuangan Syariah.
Dalam Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang tersebut, terdapat ketentuan yang berkaitan dengan akad yang dapat
10
Nazilul Farkhan, Wawancara, Blitar, 20 Oktober 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
digunakan dalam pengalihan hutang. Terdapat 4 (empat) alternatif yang
dapat digunakan untuk pengalihan hutang, yaitu :
1. Alternatif I yaitu Akad qard kemudian akad mura>bahah.
2. Alternatif II yaitu LKS membeli sebagian asset Nasabah dengan izin
LKK, kemudian digunakan akad mura>bahah.
3. Alternatif III yaitu dengan akad ija>rah dengan LKS untuk memperoleh
kepemilikan penuh atas asset Nasabah yang diperjanjikan dengan LKK.
4. Alternatif IV yaitu dengan akad qard{ kemudian akad al-Ija>rah al-
Muntahiyah bi al-Tamlik.11
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dalam Bab
IV Pasal 19 huruf g yang berbunyi: melakukan pengambilalihan hutang
berdasarkan Akad hiwa>lah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah.12
Berdasarkan praktek penggunaan akad pembiayaan take over yang
telah dijelaskan, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penggunaan Akad Kafa>lah bil ’Ujrah Pada
Pembiayaan Take Over Di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar‛.
11
12
Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Hutang.
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
yang
dikemukakan
diatas
dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Penggunaan akad qard} dan hiwa>lah pada pembiayaan take over.
2. Pendapat ulama tentang praktik penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over.
3. Ketidaksesuaian penggunaan akad oleh LKS dengan Fatwa DSN-MUI.
4. Penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT
UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
Dari uraian identifikasi masalah tersebut, penulis akan menyampaikan
batasan masalah yang akan dibahas, yaitu berfokus pada penggunaan akad
kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over (pengalihan hutang) menurut
hukum Islam dan Fatwa DSN-MUI tentang pengalihan hutang dan apakah
penggunaan akad tersebut telah sesuai untuk pembiayaan take over ini.
C. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah
sebagai berikut :
1. Mengapa pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar ?
D. Kajian Pustaka
Dengan permasalahan yang akan dikaji oleh penulis, maka untuk
menghindari adanya pengulangan penelitian serta duplikasi, penulis akan
mengemukakan beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan
take over, antara lain :
1. Skripsi yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Take
over pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Take over KPR dari BMI ke
BRI Syari’ah Cabang Serang)‛ oleh Dzakirotul Umah Mahasiswi Fakultas
Syariah IAIN Walisongo. Dalam skripsinya dijelaskan bahwa pelaksanaan
take over di BRI Syari’ah Cabang Serang menggunakan akad qard{ dan
mura>bahah, serta telah sesuai dengan fatwa DSN MUI No. 31/DSNMUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang.13
2. Skripsi yang berjudul ‚Penyelesaian Hutang yang Dialihkan secara Take
over dengan Akad Musha>rakah di BRI Syari’ah KCP Diponegoro
Surabaya‛ oleh Uswatun Chasanah Mahasiswi Fakultas Syariah IAIN
Sunan Ampel Surabaya. Pada skripsi ini dijelaskan bahwa hutang yang
13
Dzakirotul Umah, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Take over pada Perbankan
Syariah (Studi Kasus Take over KPR dari BMI ke BRI Syari’ah Cabang Serang)‛ (Skripsi--IAIN
Walisongo, Semarang, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
dialihkan secara take over dengan menggunakan akad qard{ kemudian
musha>rakah, dan tidak bertentangan dengan Hukum Islam serta dengan
fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan hutang.14
3. Skripsi yang berjudul ‚Desain Akad Pembiayaan Take over KPR di Bank
Muamalat Indonesia‛ oleh Farida Sutarsih Mahasiswi Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. Dalam skripsi ini dipaparkan bahwa
akad take over di Bank Muamalat Indonesia menggunakan akad qard} dan
mura>bahah. Menurut penulis, desain akad ini sesuai dengan salah satu
alternatif dalam fatwa DSN MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang
pengalihan hutang, namun kurang sesuai dengan syariah dan mirip dengan
bai’ al-inah. Selain itu lebih lanjut penulis juga menyatakan bahwa akad
pembiayaan take over yang relevan dan sesuai dengan syariah adalah
dengan akad musha>rakah mutana>qisah.15
4. Skripsi dengan judul ‚Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take over di
PT Federal International Finance Syari’ah Cabang Kudus‛ oleh Abdillah
Chamidun, Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo. Dalam skripsi
ini dijelaskan bahwa praktek pembiayaan take over
di PT Federal
International Finance Syari’ah Cabang Kudus kurang sesuai dari segi
subyeknya
dengan
prinsip
hiwa>lah (pengalihan hutang), karena
14
Uswatun Chasanah, ‚Penyelesaian Hutang yang Dialihkan secara Take over dengan Akad
Musha>rakah di BRI Syari’ah KCP Diponegoro Surabaya‛ (Skripsi--IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2010).
15
Farida Sutarsih, ‚Desain Akad Pembiayaan Take over KPR Syarah di Bank Muamalat
Indonesia‛ (Skripsi--UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
sebelumnya penerima fasilitas baru tidak mempunyai hutang kepada
pihak pertama. Penerima fasilitas sebagai muhil, penerima fasilitas baru
sebagai muhal ‘alaih, pihak FIF Syari’ah sebagai muhal melakukan
transaksi dengan iktikad baik dan berasaskan kebebasan berkontrak.16
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat
perbedaan dengan penelitian ini, yaitu penulis akan membahas tentang
tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang disampaikan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui praktik akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
2. Mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penggunaan akad kafa>lah bil
’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat beguna dalam :
1. Aspek keilmuan (Teoritis)
16
Abdillah Chamidun, ‚Studi Analisis Terhadap Pelaksanaan Take over di PT Federal
International Finance Syari’ah Cabang Kudus‛ (Skripsi--IAIN Walisongo, Semarang, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Dapat memperluas pengetahuan mengenai prosedur pembiayaan
take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah di BMT UGT Sidogiri
Kantor Capem Sukorejo Blitar.
2. Aspek terapan (Praktis)
Dapat digunakan sebagai pertimbangan hukum di kalangan
praktisi perbankan syari’ah di Indonesia dalam pembentukan produkproduk perbankan yang akan diberikan pada masyarakat, serta agar
sesuai dengan konsep perbankan syari’ah yang sebenarnya.
G. Definisi Operasional
Untuk memberi gambaran yang jelas dan menghindari kesalahpahaman
mengenai skripsi ini, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang
terdapat di judul skripsi ini, sebagai berikut :
1. Hukum Islam adalah peraturan dan ketentuan hukum mu’a>malah yang
bersumber dari Al-Qur’an, Hadits, Fiqh maupun Fatwa tentang akad
kafa>lah bil ’ujrah.
2. Pembiayaan take over adalah pengalihan hutang yang masih berjalan dari
Lembaga Keuangan Konvensional ke Lembaga Keuangan Syari’ah
dengan permintaan dari nasabah yang bersangkutan.
3. BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar adalah lembaga
keuangan berbasis syari’ah yang merupakan Kantor Cabang Pembantu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
BMT UGT Sidogiri yang bertempat di wilayah Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.
4. Kafa>lah bil ’ujrah adalah akad yang digunakan pada pembiayaan take
over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, merupakan
penjaminan pembayaran hutang nasabah oleh BMT, kemudian BMT
memperoleh ’ujrah dari penjaminan tersebut.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.17
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan kualitatif, dalam metode kualitatif, data tidak diperoleh dari
data statistik maupun hitungan lainnya.18 Penelitan ini dilakukan secara
intensif dan terperinci terhadap penggunaan akad kafa>lah bil ’ujrah pada
pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota
Blitar.
17
18
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana, 2011), 34.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah sebuah Lembaga Keuangan Syariah,
yang berlokasi di Kantor Cabang Pembantu Sukorejo BMT UGT
Sidogiri, terletak di Jl. Mawar No.63 RT 03 RW 10, Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Data primer
Data primer yang penulis dapatkan merupakan data yang
diperoleh melalui penelitian langsung di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar, antara lain :
1) Keterangan Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo
Kota Blitar mengenai prosedur pembiayaan take over.
2) Keterangan Nasabah pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
3) Dokumen pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung diperoleh
oleh penulis, meliputi dokumen-dokumen dan bahan pustaka
(literatur) yang berhubungan dengan penelitian ini, antara lain :
1) Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
2) Bulughul Maram, karya Al Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani
3) Fiqhu al-Isla>my Wa Adillatuhu jilid V, karya Wahbah az-Zuhaili
4) Fiqh Mu’a>malah, karya Ismail Nawawi
5) Fiqh Sunnah, karya Sayyid Sabiq
6) Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, karya Adiwarman A.
Karim
7) Fatwa DSN-MUI No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan
Hutang.
8) Bank Syariah dari Teori ke Praktik, karya Muhammad Syafi’i
Antonio
9) Perbankan Islam, karya Ismail
10) Panduan Praktis Perbankan Syariah, karya Sunarto Zulkifli
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis antara lain
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan secara langsung.19 Pada penelitian ini, penulis
melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses pembiayaan
take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah.
19
Ibid.,70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan cara komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan
narasumber.20 Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara
langsung dengan Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Capem
Sukorejo Kota Blitar untuk memperoleh data tentang prosedur
pembiayaan take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah.
c. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan dokumen merupakan bahan
data yang berbentuk surat, catatan, berkas-berkas, dan lain-lain yang
didokumentasikan.21 Dokumen yang diperoleh merupakan arsip-arsip
dalam bentuk form perjanjian dan akad yang berkaitan dengan
pembiayaan take over.
6. Teknik Pengolahan Data
a. Editing, pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna, keserasian dan keselarasan antara
yang satu dengan yang lainnya. Yaitu pemeriksaan kelengkapan data
akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT
Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
20
21
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2005), 72.
Juliansyah Noor, Metodologi…,141.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
b. Organizing, adalah menyusun dan mensistematisasikan data yang
diperoleh dari kerangka uraian yang telah direncanakan.22 Teknik ini
digunakan untuk menyusun data yang diperoleh mengenai take over
dan data akad kafa>lah bil ’ujrah gar dapat dipahami dengan mudah.
c. Analyzing, proses analisis dari data yang diperoleh dari sumbersumber penelitian dengan menggunakan teori sehingga diperoleh
kesimpulan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh
yaitu dengan teknik deskriptif yakni menguraikan dan menjelaskan
mengenai praktik akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar dengan pola pikir
Induktif, yaitu pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa
yang khusus, kongkret, kemudian dari peristiwa dan fakta yang khusus
kongkret ditarik generasi yang bersifat umum,23 hal ini digunakan untuk
mengemukakan fakta dari hasil penelitian yang diperoleh tentang
prosedur pembiayaan take over menggunakan akad kafa>lah bil ’ujrah,
kemudian dianalisis apakah praktek tersebut telah sesuai dengan hukum
Islam.
22
23
Rianto Adi, Metodologi Penelitian…, 118-120.
Sugiyono, Memahami Penelitian…, 89
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
I.
Sistematika Pembahasan
Pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan
sistematika
sebagai berikut :
Bab pertama yakni pendahuluan, dimana pada bab ini berisi latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan
Bab kedua yaitu bab kerangka teori, akan berisi teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis, antara lain tentang
akad, pembiayaan take over, kafa>lah dan ’ujrah yang meliputi pengertian,
dasar hukum,syarat dan rukun, jenis-jenis, serta penggunaan akad dalam
lembaga keuangan.
Bab ketiga yakni bab berisi data penelitian, yaitu gambaran umum
tentang BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, latar belakang,
lokasi, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk yang terdapat di
BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar, akad yang digunakan
dalam pembiayaan take over, serta prosedur pembiayaan take over yang
terdapat di BMT UGT Sidogiri Capem Sukorejo Kota Blitar.
Bab keempat adalah bab analisis, pada bab ini berisi pembahasan
tentang pengalihan hutang yang dilakukan secara take over serta penggunaan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
akad kafa>lah bil ’ujrah pada pembiayaan take over di BMT UGT Sidogiri
Capem Sukorejo Kota Blitar.
Selanjutnya bab ke lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan
dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
AKAD KAFAlah
1.
Pengertian Kafa>lah
Dalam pengertian bahasa, kafa>lah berarti ad-d}ammu yaitu
menggabungkan. Kafa>lah juga disebut d}aman berarti jaminan, hama>lah
yaitu beban, dan za’a>mah yang berarti tanggungan.1
Firman Allah Q.S Ali Imran ayat 37 :
.. َوَكفلَ َها َزَك ِريا..
‚Dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya
2
(Maryam).‛
Menurut Mazhab Hanafi, kafa>lah memiliki dua pengertian, yang
pertama yakni :
ِ ْ س أ َْوَديْ ِن اَْو َع
ٍ ضم ِذم ٍة إِ ََ ِذم ٍة ِِ الْ ُمطَا لَبَ ِة بَِ ْف
ي
َ
‚Menggabungkan dhimmah kepada dhimmah yang lain dalam
penagihan, dengan jiwa, zat atau benda.‛
Pengertian kafa>lah yang kedua ialah :
ِ ضم ِذم ٍة إِ ََ ِذم ٍة ِِ اَص ِل
الديْ ِن
َ
ْ
1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Kamaluddin A. Marzuki jilid 14 (Bandung: Al-Ma’arif,
1998), 157.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Indah Press, 1994), 81.
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
‚Menggabungkan dhimmah kepada dhimmah yang lain dalam
pokok (asal) utang.‛
Menurut Mazhab Maliki, kafa>lah adalah :
ِ ْ احب
ِ أَ ْن ي ْشغُل
ض ُم ْو ِن َس َواءٌ ّكا َن ُش ْغ ُل ال ِذم ِة ُمتَ َو فِ ًق
ْ الض ِام ِن َم َع ِذ ِم ِ الْ َم
َ َاَْ ِق ذمة
َ َ َ
ُ ص
َعلَى َش ْي ٍء اَْو ََْ يَ ُك ْن ُمتَ َوفِ ًفا
‚Orang yang mempunyai hak mengerjakan tanggungan pemberi
beban serta bebannya sendiri yang disatukan, baik menanggung
pekerjaan yang sesuai (sama) maupun pekerjaan yang berbeda.‛3
Menurut Mazhab Hanbali, yang dimaksud dengan kafa>lah adalah :
ِ ٌ ِ اِلْتِزام وحب علَى الْغ ِْ مع ب َقا ئِِ علَى الْمضم ِن أَ ِوالْتِزام اِحضا ِرمن علَي ِ ح ٌق ما
صا
َ ِل
َ َ َْ َْ َ ْ َُ
َ َ َ َْ َ َ َ َ ُ َ
ُُ َ َ
ِ ِح
اِْ ِق
ْ ب
‚Iltizam sesuatu yang diwajibkan kepada orang lain serta kekekalan
benda tersebut yang dibebankan atau iltizam orang yang
mempunyai hak menghadirkan dua harta (pemiliknya) kepada orang
yang mempunyai hak.‛
Sedangkan menurut Mazhab Syafi’i, kafa>lah merupakan :
ِ ٍ
ِ ِ ِ ِ ِ ٍِ
ِِ ِ
ِ ْ ضار َع
ض ُار بَ َد ِن َم ْن
ْ ي َم
َ ض ُم ْونَة اَْو ا ْح
ُ َ َع ْق ٌد يَ ْقتَضى الْتَز َام َح ٍق ثَابت ِ ذمة الْغَ ْْ اَْو ا ْح
ِ
ُ يَ ْستَحق ُح
ُض ْوُر
3
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 187.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
‚Akad yang menetapkan iltizam hak yang tetap pada tanggungan
(beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan
atau
menghadirkan
badan
oleh
orang
yang
berhak
menghadirkannya.‛4
Pengertian kafa>lah secara syara’ menurut ulama Malikiyah,
> in
Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah menggabungkan tanggungan d}am
(pihak yang menjamin) kepada tanggungan al-mad}mu>n ‘anhu (pihak
yang dijamin) didalam kewajiban menunaikan hak, maksudnya didalam
kewajiban menunaikan hutang. Jadi, berdasarkan definisi ini utang yang
ada menjadi tanggungan kedua belah pihak, yaitu pihak yang menjamin
dan pihak yang dijamin.5
Sedangkan pengertian syara’ menurut Sayyid sabiq, kafa>lah adalah
proses penggabungan tanggungan kafi>l menjadi tanggungan ashi>l dalam
tuntutan atau permintaan dengan materi sama atau hutang, barang, atau
pekerjaan.6
Kafa>lah merupakan jaminan yang diberikan oleh pemberi jaminan
(penanggung) kepada pihak lain untuk memenuhi kewajiban pihak yang
ditanggung. Dalam akad kafa>lah, diperjanjikan bahwa seseorang
memberikan penjaminan kepada seorang kreditur yang memberikan
4
Ibid.,188.
5
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqhu al-Isla>my Wa Adillatuhu, Terj. Abdul hayyie al-Kattani et al.
jilid.V (Jakarta: Gema Insani, 2001), 36.
6
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…,157.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
utang kepada seorang debitur, yang mana pihak penjamin memberikan
jaminan bahwa utang yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur akan
dilunasi oleh penjamin bila debitur wanprestasi.7
Dalam pengertian yang lain, kafa>lah juga berarti mengalihkan
tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada
tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.8
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan diatas, pengertian
kafa>lah secara umum adalah jaminan, yaitu jaminan yang diberikan oleh
pihak penjamin (kafil) kepada pihak ketiga (makfu>l lahu) untuk
memenuhi kewajiban pihak yang dijamin (makfu>l ‘anhu), obyek jaminan
tersebut dapat berupa hutang maupun pekerjaan.
2.
Dasar Hukum Kafa>lah
Kafa>lah disyari’atkan dalam Al-Qur’an, Al-Hadis, maupun ijma’.
Dasar hukum kafa>lah dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
ِ
ِ ِاع الْمل
ك َولِ َم ْن َجآءَ بِِ ِِْ ُل بَعِ ٍْْ واَنَابِِ َز ِعْي ٌم
ُ قَالُْوا نَ ْفق ُد
َ َ ص َو
‚Penyeru-penyeru itu berkata: ‚Kami kehilangan piala Raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya‛
(Q.S Yusuf ayat 72)9
7
Ismail, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 201.
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001),
12.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an…,360.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Dalam ayat lain dijelaskan
... ِِال لَ ْن اُْرِسلَ ُ َم َع ُك ْم َح ّٰت ُتُُ ْو ِن َم ْوثًِقا ِم َن ال ٰلّ ِ لَتَأُْ ِ ِْ ب
َ َق
‚Ya'qub berkata: ‚Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi)
bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji
yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya
kepadaku kembali…‛ (Q.S Yusuf ayat 66)10
Dalam ayat lain juga dijelaskan :
ط
فَتَ َقب لَ َها َرب َها بَِقبُ ْوٍل َح َس ٍن واَنْبَتَ َها نَبَاًُا َح َسًاا وَكفلَ َها َزَك ِريا
‚Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan
yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakariya pemeliharanya.‛ (Q.S Ali Imran ayat 37)11
Dalil kafa>lah dipertegas dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah
bersabda :
ِ ال فَهل علَي
َ فَ َق... ٍصلى َعلَْي ِ َو َسل َم أَُِِ ََِِ َازة
ِ ِ أن ال
ْ َ ْ َ َ َال َ ْل َُ َرَك َشْئاً قَالُوا اَ ق
َ ِ
ِ ول
ِ دين قَالُوا ثَاَثَةُ دنَانِي ر قَل صلوا علَى ص
اه
َ ص ِل َعلَْي ِ يَا َر ُس
َ َاحبِ ُك ْم ق
َ ال أَبُو قَتَ َاد َة
َ َ َ َ َْ َ
ٌ َْ
.ِ صلٌى َعلَْي
َ ََو َعلَي َديْ ُ ُ ف
‚Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW. (mayat seorang lakilaki untuk dishalatkan)… Rasulullah SAW bertanya ‚Apakah dia
mempunyai warisan?‛ Para sahabat menjawab, ‚Tidak‛. Rasulullah
bertanya lagi, ‚Apakah dia mempunyai utang?‛ Sahabat menjawab
‚Ya, sejumlah tiga dinar.‛ Rasulullah pun menyuruh para sahabat
untuk menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah
10
Ibid.,359.
11
Ibid.,81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
lalu berkata, ‚Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.‛ Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.‛ (HR. Bukhari)12
Adapun berdasarkan ijma’ para ulama’ memperbolehkan praktek
kafa>lah ini, orang-orang Islam pada masa Nubuwwah mempraktekkan
hal ini, tanpa adanya teguran dari seorang ulama pun.
3.
Rukun dan Syarat Kafa>lah
Menurut madzhab Hanafi, rukun kafa>lah ada satu, yaitu ijab dan
qabul. Sedangkan menurut para ulama yang lainnya, rukun dan syarat
kafa>lah adalah kafi>l, makfu>l ‘anhu, makfu>l lahu, makfu>l bih, dan s}igah. 13
a. Kafi>l, yaitu orang yang menjamin, disyaratkan antara lain :
1) Baligh (dewasa) dan berakal sehat.
2) Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan
hartanya, maka dari itu kafi>l tidak diperbolehkan seorang anak
kecil ataupun orang gila, dimana dia tidak dapat mengelola
hartanya dengan baik.14
3) Rela dengan akad kafa>lah atau tanggungan yang dilakukannya.
b. Makfu>l ‘anhu, yaitu orang yang dijamin oleh kafi>l, disyaratkan :
1) Dikenal oleh penjamin (kafi>l)
2) Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada kafi>l.
12
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Terj. Abu Firly Bassam Taqiy
(Yogyakarta: Hikam Pustaka, 2013), 230.
13
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah…, 191.
14
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Mu’a>malat) (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), 262.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3) Rela dengan akad kafa>lah yang dilakukan dengan kafi>l.15
c. Makfu>l lahu, yaitu pihak ketiga yang berpiutang kepada makfu>l
‘anhu, syaratnya :
1) Bahwa yang berpiutang diketahui identitasnya oleh penjamin.
2) Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
3) Serta berakal sehat.
d. Makfu>l bih, adalah hutang, barang, maupun pekerjaan yang dapat
ditanggung oleh penjamin. Disyaratkan antara lain :
1) Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa
uang, benda maupun pekerjaan.
2) Dapat dilaksanakan oleh penjamin.
3) Merupakan piutang mengikat (lazim) yang tidak mungkin hapus
kecuali setelah dibayar atau dibebaskan.
4) Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
5) Tidak bertentangan dengan syari’ah, (bukan sesuatu yang
diharamkan).16
e. S{ighah, yaitu Ijab dan Qabul. Yang disyaratkan haus jelas,
mengandung makna jaminannya, serta dapat dimengerti oleh pihak
yang bersangkutan dan mengikat.17
15
Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah.
16
Fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafa>lah.
17
M. Ali Hasan, Berbagai Macam…,263.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
4. Macam-Macam Kafa>lah
Menurut Sayyid Sabiq, kafa>lah ada 2 macam, yaitu kafa>lah dengan
jiwa dan kafa>lah dengan harta.
a. Kafa>lah dengan jiwa (Kafa>lah bin Nafs)
Kafa>lah dengan jiwa dikenal pula dengan jaminan muka. Yaitu
adanya kemestian pada pihak kafi>l untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada yang ia janjikan tanggungan (makfu>l lahu).
Dalam aplikasinya di perbankan syari’ah, kafa>lah bin nafs
merupakan
akad
memberikan
jaminan
atas
diri
(personal
guarantee).18 Hal ini berarti jaminan yang diberikan oleh seseorang,
karena reputasi atau karena jabatannya, atau sebab-sebab lainnya
agar pihak bank berkenan memberikan pinjaman kepada pihak yang
dijamin. Dalam hal pihak pihak terjamin tidak mampu melaksanakan
kewajibannya, maka penjamin akan menggantikan untuk membayar
seluruh kewajibannya.19
b. Kafa>lah dengan harta (kafa>lah bil ma>l)
Kafa>lah dengan harta yaitu kewajiban yang harus dipenuhi kafi>l
dengan pemenuhan berupa harta.
Jenis ini ada tiga macam :
18
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah…,124.
19
Ismail, Perbankan…,203.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
1) Kafa>lah bi ad-dain, yaitu kewajiban membayar hutang yang
menjadi tanggungan orang lain. Kafa>lah ini didasari hadis :
ال فَ َه ْل
َ فَ َق... ٍصلى َعلَْي ِ َو َسل َم أَُِِ ََِِ َازة
َ َال َ ْل َُ َرَك َشْئاً قَالُوا اَ ق
ِ ِ أن ال
َ ِ
ِ علَي ِ دين قَالُوا ثَاَثَةُ دنَانِي ر قَل صلوا علَى ص
ص ِل َعلَْي ِ يَا
َ َاحبِ ُك ْم ق
َ ال أَبُو قَتَ َاد َة
َ َ َ َ َْ َ
ٌ َْ ْ َ
ِ َ رس
.ِ صلٌى َعلَْي
َ َول اه َو َعلَي َديْ ُ ُ ف
َُ
‚Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW. (mayat seorang
laki-laki uuntuk dishalatkan)… Rasulullah SAW bertanya
‚Apakah dia mempunyai warisan?‛ Para sahabat menjawab,
‚Tidak‛. Rasulullah bertanya lagi, ‚Apakah dia mempunyai
utang?‛ Sahabat menjawab ‚Ya, sejumlah tiga dinar.‛
Rasulullah
pun
menyuruh
para
sahabat
untuk
menshalatkannya (tetapi beliau sendiri tidak). Abu Qatadah
lalu berkata, ‚Saya menjamin utangnya, ya Rasulullah.‛ Maka
Rasulullah pun menshalatkan mayat tersebut.‛ (HR.
Bukhari)20
Dalam masalah hutang, disyaratkan sebagai berikut :
a) Hendaknya nilai barang tersebut tetap pada waktu terjadinya
transaksi jaminan.
Seperti contoh : si X berkata ‚juallah kepada si Y dan aku
berkewajiban menjamin pembayarannya‛.
b) Bahwa barangnya diketahui, hal ini disebabkan jika barangnya
tidak diketahui termasuk ga>rar.
Seperti contoh : ‚aku menjamin untukmu apa-apa yang ada
pada tanggungan si fulan‛. Hal ini tidak sah karena tidak
20
Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul…, 230.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
diketahui jumlah dan besarnya tanggungan ersebut secara
pasti.21
2) Kafa>lah dengan materi atau dengan menyerahkan
Kafa>lah ini merupakan kewajiban menyerahkan materi
tertentu yang ada di tangan orang lain, seumpamanya
mengembalikan barang yang di ghasab kepada si pelaku ghasab,
dan menyerahkan barang jualan kepada si pembeli.
3) Kafa>lah dengan aib
Yaitu penjualan sesuatu yang dikhawatirkan mendatangkan
bahaya. Berarti pembeli berhak mendapatkan jaminan atas
pembelian barang tersebut dari penjual. Seperti jika terbukti
bahwa barang yang dijual adalah milik orang lain, yang bukan
merupakan milik penjual atau barang ersebut merupakan barang
yang digadaikan.22
Selain dua macam kafa>lah yang dipaparkan diatas, terdapat tiga
macam kafa>lah lainnya yang digunakan dalam perbankan syari’ah, yaitu
kafa>lah bit taslim, kafa>lah
al-munjazah, dan kafa>lah al-muallaqah
sebagai berikut :
21
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah…,162-163.
22
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’a>malah…,194.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
1) Kafa>lah bi at-Taslim
Jenis kafa>lah ini biasa dilakukan untuk menjamin pengembalian
atas barang yang disewa, pada waktu masa sewa berakhir. Jenis
pemberian jaminan ini dapat dilaksanakan oleh bank untuk
kepentingan nasabahnya dalam bentuk kerjasama dengan perusahaan
penyewaan (leasing company). Jaminan pembayaran bagi bank dapat
berupa deposito atau tabungan dan bank dapat membebankan uang
jasa (fee) kepada nasabah itu.
2) Kafa>lah al-Munjazah
Kafa>lah al-Munjazah adalah jaminan mutlak yang tidak dibatasi
oleh jangka waktu untuk kepentingan aau tujuan tertentu. Salah satu
bentuk kafa>lah al-munjazah adalah pemberian jaminan dalam bentuk
performance bods (jaminan prestasi).
3) Kafa>lah al-Muallaqah
Bentuk jaminan ini merupakan penyederhanaan dari kafa>lah al-
munjazah, baik oleh industri perbankan maupun asuransi.23
23
Muhammad Syafi’i Antonio, Perbankan Syari’ah…,124.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
5. Skema Aplikasi Akad Kafa>lah pada Lembaga Keuangan Syari’ah
2
PENANGGUNG
(BANK
SYARI’AH)
Agunan
TERTANGGUNG
(NASABAH)
1
4
Jaminan
3
Kewajiban
DITANGGUNG
(PEMBERI
KERJA)
Gambar : 2.1
Skema Akad Kafa>lah dalam buku Ismail, Perbankan Syari’ah.
Keterangan :
1. Nasabah mengajukan permohonan penjaminan kepada bank syari’ah
atas suatu pekerjaan yang dilaksanakan, dan bank syari’ah
memberikan penjaminan atau garansi kepada pemberi kerja atas
pekerjaan nasabah.
2. Atas garansi yang diberikan oleh bank syari’ah, maka bank syari’ah
meminta agunan kepada tertanggung atau nasabah.
3. Nasabah wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak antara
nasabah dan pemberi kerja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
4. Bila nasabah tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak,
maka bank syari’ah akan menanggung kerugian.
B. ’Ujrah (Upah)
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi dengan sesamanya
setiap hari. Bentuk interaksi antara manusia meliputi segala hal. Karena
pada hakikatnya, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk
mememenuhi kebutuhan maupun melakukan pekerjaannya. Keadaan ini
membuat manusia harus memberikan upah atau imbalan yang sepadan
atas pekerjaan yang dilakukan orang lain untuknya.
1.
Dasar Hukum ’Ujrah
Tentang adanya ’ujrah atau upah untuk suatu pekerjaan ini
terdapat dalam Hadis Riwayat Bukhari pada kitab ija>rah :
صلى َعلَْي ِ َو َسل َم َوَمعِي َر ُجاَ ِن ِم َن
َ َ ق، س
ُ أَقْ بَ ْل: ال
َ ِِ ِ ت إِ ََ ال
َ َع ْن أَِِ ُم ْو
ِ ماع ِم ْلت أَنَهما يطْلُب: فَ ُق ْلت، ي
ِ ْ َاأَ ْش َع ِرب
لَ ْن اَ نَ ْستَ ْع ِم ُل َعلَى: ال
َ فَ َق، ان الْ َع َم َل
َ َ َُ ُ َ َ ُ
َ۲۲٦۱ : ُالبخاري.ُ َع َملِ َن َم ْن أ ََر َاد
‚Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata, ‚Aku menghadap
kepada Rasulullah SAW bersama dua orang dan Asy’ari. Maka
aku berkata, ‘Aku tidak bisa menolak mereka berdua meminta
pekerjaan.’ Maka Nabi SAW bersabda ‚Kami tidak akan pernah
mempekerjakan untuk pekerjaan kami ini kepada orang yang
menginginkannya.‛ (H.R Al-Bukhari : 2261)24
24
Az-Zubaidi, Al-Imam Zainuddin Abdul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul Lathif, Mukhtasar Shahih
Bukhari, Terj. Arif Rahman Hakim (Surakarta: Insan Kamil, 2012), 43