Tax Learning Volume 1 2015
Tax Learning
Indonesian Tax News Letter
Volume 1/2015 – Juni 2015
Pemungutan PPh Pasal 22 Atas Penjualan Barang Yang
Tergolong Sangat Mewah
Pasal 22 ayat (1) huruf c
Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 (UU PPh)
mengatur bahwa Wajib
Pajak badan tertentu
dapat ditetapkan oleh
Menteri
Keuangan
untuk memungut pajak
penghasilan
dari
pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah. Barang yang memenuhi kriteria
tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis
barangnya maupun harganya, adalah seperti kapal pesiar, rumah sangat
mewah, apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan
sangat mewah.
Peraturan pelaksana dari ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c UU PPh ini
dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sejak 1 Januari 2009,
ketentuan mengenai pemungutan PPh Pasal 22 ini diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008. Namun mulai 30 Mei 2015,
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 ini
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015.
Subjek Pajak
Subjek Pajak dari pengenaan PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah ini adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungut PPh
Pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah adalah Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
Objek PPh
Barang yang tergolong sangat mewah yang menjadi objek pemungutan PPh
Pasal 22 ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Berikut
persandingan jenis barang yang tergolong sangat mewah yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015.
Isi dalam volume ini:
- Pemungutan PPh Pasal 22
atas Penjualan Barang Yang
Tergolong Sangat Mewah
- Persyaratan Pendaftaran
Sertifikat Elektronik untuk eFaktur
- Peraturan Perpajakan
terbaru
News Letter ini disusun oleh:
Syafrianto
[email protected]
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
- Pemegang Ijin Kuasa Hukum
Pengadilan Pajak
- Pemegang Chartered
Accountant
Jo Eny Sanita
[email protected]
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
Untuk informasi lebih lengkap
silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com
Artikel yang disajikan dalam
News Letter ini adalah
merupakan pendapat pribadi
penulis berdasarkan
pemahaman atas ketentuan
yang berlaku.
1
a.
b.
c.
d.
e.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
253/PMK.03/2008
Berlaku: 1 Januari 2009 s.d. 29 Mei 2015
pesawat udara pribadi dengan harga jual
lebih dari Rp 20 miliar
kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga
jual lebih dari Rp 10 miliar
rumah beserta tanahnya, dengan harga jual
(harga pengalihan) lebih dari Rp 10 miliar
dan luas bangunan lebih dari 500 m2
apartemen, kondominium, dan sejenisnya,
dengan harga jual (pengalihan) lebih dari Rp
10 miliar dan/atau luas bangunan lebih dari
400 m2
kendaraan
bermotor
roda
empat
pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle
(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus,
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 5 miliar dan dengan kapasitas silinder
lebih dari 3.000 cc
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
90/PMK.03/2015
Berlaku 30 Mei 2015 s.d. sekarang
a. pesawat terbang pribadi dan helikopter
pribadi
b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual
(harga pengalihan) lebih dari Rp 5 miliar
atau luas bangunan lebih dari 400 m2
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya,
dengan harga jual (pengalihan) lebih dari Rp
5 miliar atau luas bangunan lebih dari 150
m2
e. kendaraan
bermotor
roda
empat
pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle
(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus,
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 2 miliar atau dengan kapasitas silinder
lebih dari 3.000 cc
f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga,
dengan harga jual lebih dari Rp 300 juta
atau dengan kapasitas silinder lebih dari
250 cc.
Catatan:
Harga jual yang dimaksud ini merupakan batasan harga jual sehubungan dengan pembelian barang yang
tergolong sangat mewah, yaitu yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual.
Untuk harga jual rumah beserta tanah (huruf c) dan apartemen, kondominium dan sejenisnya (huruf d) adalah
harga tunai (cash keras) termasuk PPN dan PPnBM.
Sedangkan untuk harga jual pesawat terbang, helikopter, kapal pesiar, yacht, kendaraan bermotor roda empat,
roda tiga dan roda dua (huruf a, b, e, dan f) adalah harga barang termasuk PPN dan PPnBM.
Pengecualian Objek Pemungutan PPh Pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah ini adalah
pembelian barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh bukan subjek pajak yang dilakukan
tanpa diperlukan adanya Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan.
Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penjualan Kendaraan Bermotor
Terhadap penjualan kendaraan bermotor sebagaimana yang telah dikenakan PPh Pasal 22 atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah ini tidak lagi dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjualan
kendaraan bermotor sebagaimana yang diatur dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b UU PPh dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.011/2013 tentang pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain (atau biasa dikenal sebagai pengenaan PPh Pasal 22 penjualan otomotif yang sebesar 0,45% dari Dasar
Pengenaan PPN).
Tarif PPh dan Sifat PPh
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah adalah sebesar 5% dari harga
jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Tax Learning | Volume 1/2015
2
PPh yang dipungut ini bagi pihak pembeli (Subjek Pajak) dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan.
Kewajiban Pemungut PPh
Pemungut PPh Pasal 22 ini wajib memberikan tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan
yang dipungut setiap melakukan pemungutan.
PPh Pasal 22 yang dipungut ini wajib disetorkan oleh Pemungut PPh ke Kantor Pos atau Bank Persepsi
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan SSP serta
melaporkannya dengan menggunakan SPT Masa ke KPP paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Saat Pemungutan PPh
Pemungut wajib memungut PPh pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Saat penjualan yang dimaksud adalah:
1. barang yang tergolong sangat mewah berupa rumah beserta tanah (huruf c tabel di atas) dan
apartemen, kondominium dan sejenisnya (huruf d tabel di atas), adalah pada saat ditandatanganinya
perjanjian pengikatan jual beli antara pemungut pajak dengan pembeli, dan
2. barang yang tergolong sangat mewah berupa pesawat terbang, helikopter, kapal pesiar, yacht,
kendaraan bermotor roda empat, roda tiga dan roda dua (huruf a, b, e, dan f tabel di atas), adalah
berdasarkan pembukuan pemungut pajak sesuai sistem akuntansi yang lazim dipakai di Indonesia secara
taat azas.
Pembebasan dari Pemungutan PPh
Wajib Pajak yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dapat mengajukan permohonan
pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 kepada Direktur Jenderal Pajak apabila:
1. mengalami kerugian fiskal;
2. berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal;
3. Pajak Penghasilan yang telah dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang;
4. merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pekerjaan sebagai
pegawai dan telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja; dan/atau
5. atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
Pembebasan dari pemungutan PPh ini diberikan melalui Surat Keterangan Bebas.
Tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 ini berpedoman pada
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2014.
Khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pekerjaan sebagai
pegawai dan telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja, maka permohonan pembebasan dari
pemungutan PPh Pasal 22 dilampiri dengan:
1. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak sebelum tahun
diajukannya permohonan yang telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar, dan
2. surat keterangan penghasilan bulan sebelum pengajuan permohonan dari pemberi kerja.
Saat Berlakunya Ketentuan Ini
Pemungutan PPh Pasal 22 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015 ini berlaku
untuk penjualan yang dilakukan mulai tanggal 30 Mei 2015.
Dasar Aturan
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2015
***********
Tax Learning | Volume 1/2015
3
Persyaratan
n Pendaftaran
Pendaf
Sertifikat Elektronik
ktronik untuk e-Faktur
Mulai 1 Juli
J
2015, seluruh Pengusaha
usaha Kena
K
Pajak yang
terdaftar
daftar di
d Pulau Jawa dan Bali diwajibkan
wajibkan untuk membuat
Faktur
ktur Paja
Pajak secara elektronik yang disebut sebagai e-Faktur.
Pembuatan
mbuatan Faktur Pajak secara elektronik
lektronik ini sudah tidak
memerluka
merlukan lagi tandatangan basah pada Faktur
F
Pajak, serta
Faktur
ktur Paj
Pajak dapat dikirimkan kepada
epada Customer dalam
bentuk
ntuk softcopy
s
(bentuk pdf) tanpa perlu diprint
hardcopyny
rdcopynya. Namun apabila pihak Customer
Custom menghendaki
Faktur
ktur Paja
Pajak dalam bentuk hardcopy,
opy, pihak
pih PKP penerbit
dapat mencetakk (print) Faktur Pajak ini namun tidak
idak perl
perlu menandatanganinya dan
n sebagai
sebag gantinya sudah
akan otomatis tercetak suatu kode berbentuk OCR
R Code.
Sebagai ganti dari
ari tanda tangan, maka saat pembuatan
buatan ee-faktur ini, dibutuhkan adanya
danya sertifikat
se
elektronik
yang dijadikan sebagai sertifikat (pengenal) yang
ng mem
memuat tanda tangan elektronik
ronik dan
da identitas yang
menunjukkan status
tatus sub
subjek hukum para pihak dalam
lam tran
transaksi elektronik untuk pembuata
mbuatan e-faktur.
Untuk itu, seluruh
ruh Pen
Pengusaha Kena Pajak (PKP) diwajibkan
diwajibk untuk segera mengajukan
jukan permohonan
pe
untuk
mendapatkan sertifikat elektronik ke Kantor Pelayanan
layanan Pajak tempat PKP dikukuhkan
hkan sebelum
seb
1 Juli 2015
supaya dapat menerbit
enerbitkan Faktur Pajak. Kelak untuk
ntuk pengambilan
pen
jatah nomor faktur,
ktur, juga
jug dapat dilakukan
secara online melalui website resmi Direktorat
rat Jen
Jenderal Pajak (https://efaktur.paj
ktur.pajak.go.id) dengan
menggunakan sertifikat elektronik ini.
Persyaratan pengajuan
ngajuan sertifikat elektronik ini sebagaima
bagaimana diatur dalam Peraturan
an Direktur
Direkt Jenderal Pajak
Nomor PER-17/PJ/2014
/PJ/2014, Surat Edaran Nomor SE-20/PJ/2
20/PJ/2014, Pengumuman Direktur
ur Peraturan
Perat
Perpajakan I
Nomor PENG-03/PJ.02
03/PJ.02/2014, dan Pengumuman
an Direktur
Dir
Peraturan Perpajakan
jakan I Nomor PENG04/PJ.02/2014,, mensyaratkan
mensy
bahwa pengajuan
an perm
permintaan sertifikat elektronik
ronik ini
in harus diajukan
langsung oleh Pengusa
Pengusaha Kena Pajak atau Pengurus
gurus Pengusaha
P
Kena Pajak dan
n tidak boleh diwakilkan
kepada kuasa, karyawan
karyawa atau konsultan pajak. Pengusa
Pengusaha Kena Pajak yang akan mengajukan
mengaj
permintaan
sertifikat elektronik
ronik terlebih
te
dahulu harus mengajukan
gajukan permohonan kode aktivasi
vasi dan password, serta
mengajukan permintaa
rmintaan Akun PKP.
Pengajuan Sertifikat
rtifikat Elektronik
E
oleh PKP Pusat
Untuk pengajuan
an perm
permintaan sertifikat elektronik
onik ini Pengusaha Kena Pajak harus mengajukan
m
Surat
Permintaan Sertifikat
rtifikat Elektronik dengan format
at surat sesuai dengan Lampiran
n IH Peraturan
Pe
Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014
P
dan melampirkan
mpirkan dengan dokumen yang akan
kan diserahkan:
diser
• Surat Pernyataan
ataan Persetujuan
P
Penggunaan Sertifik
Sertifikat Elektronik Direktoraatt Jenderal
Jender Pajak dengan
format surat
at sesua
sesuai Lampiran II Pengumuman
uman D
Direktur Peraturan Perpajakan
ajakan I Nomor PENG3/PJ.02/2014
• Fotokopi SPT
T Tahun
Tahunan PPh Badan beserta bukti
kti pene
penerimaan surat/tanda terimaa pelaporan
pelapo
SPT Tahunan
PPh Badan
• Fotokopi Identitas
entitas D
Diri Pengurus yang mengurus
urus sur
surat permintaan sertifikat elektronik
elektron ini (untuk WNI
adalah KTP atau unt
untuk WNA adalah Paspor/KITAS/KIT
ITAS/KITAP)
• Fotokopi Kartu
rtu Kelua
Keluarga Pengurus yang mengurus
urus surat
sur permintaan sertifikat elektroni
lektronik ini
• Softcopy pass foto tterbaru pengurus yang menguru
mengurus surat permintaan sertifikat
ifikat elektronik
el
ini yang
disimpan dalam
alam Com
Compact Disc (CD) dan file namany
manya diberi nama dengan format: “NPWP PT-Nama
Pengurus-Nomor
omor Induk
Ind Kependudukan”
• Nama Pengurus
urus yang
yan mengurus surat permintaan
taan ser
sertifikat elektronik ini tercantum
ntum dalam
da
SPT Tahunan
PPh Badan.
4
Tax Learning | Volume
Volum 1/2015
Selain dokumen-dokumen yang sudah disebutkan di atas yang harus diserahkan, untuk proses pengajuan
permintaan sertifikat elektronik ini perlu membawa dan memperlihatkan kepada petugas KPP yang
melayani proses pengajuan ini, dokumen:
• Asli SPT Tahunan PPh Badan beserta bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT Tahunan PPh
Badan
• Asli Identitas Diri Pengurus yang mengurus surat permintaan sertifikat elektronik ini (untuk WNI adalah
KTP atau untuk WNA adalah Paspor/KITAS/KITAP)
• Asli Kartu Keluarga Pengurus yang mengurus surat permintaan sertifikat elektronik ini
• Surat pemberitahuan Kode Aktivasi dari KPP
• email dari KPP yang berisi Password aktivasi akun PKP
Pengajuan Sertifikat Elektronik oleh PKP Cabang
Untuk pengajuan sertifikat elektronik oleh PKP cabang, maka persyaratannya adalah:
• pengurus yang menandatangani Surat Permintaan Sertifikat Elektronik dan Surat Pernyataan
Persetujuan Penggunaan Sertifikat Elektronik harus menunjukkan dan menyampaikan fotokopi surat
penunjukan dari pengurus pusat PKP cabang tersebut.
• menyampaikan fotokopi SPT Tahunan PPh Badan pusatnya untuk tahun pajak terakhir yang jangka
waktu penyampaiannya telah jatuh tempo pada saat pengajuan surat permintaan sertifikat elektronik
disertai fotokopi bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT.
• fotokopi surat pengangkatan pengurus cabang.
• fotokopi akta pendirian perusahaan.
Selain itu, harus menunjukkan dokumen berikut ke petugas KPP yang melayani pengajuan sertifikat
elektronik yang berupa:
• Asli surat pengangkatan pengurus cabang
• Asli akta pendirian perusahaan
Di beberapa KPP, pengurus yang datang untuk mengajukan permintaan sertifikat elektronik ini akan diambil
gambarnya (difoto) oleh petugas KPP yang melayani pengajuan ini.
Dalam prosesnya, nanti pengurus akan diminta untuk membuat atau menginputkan passphrase (semacam
password) yang nantinya akan digunakan untuk melakukan instalasi kode sertifikat yang diperoleh dari KPP.
***********
Peraturan Perpajakan Terbaru
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015
Tanggal 30 April 2015
Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat
Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, Dan Keterlambatan Pembayaran Atau Penyetoran Pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 90/PMK.03/2015
Tanggal 30 April 2015
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan
Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat
Mewah
Peraturan Terkait: PerDirjen PER-19/PJ/2015
5
Tax Learning | Volume 1/2015
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.010/2015
Tanggal 28 April 2015
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri yang Diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.010/2015
Tanggal 27 April 2015
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Penghitungan
dan Pembayaran Pajak Penghasilan atas Surplus Bank Indonesia
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.01/2015
Tanggal 15 April 2015
Pelaksanaan Putusan Hukum
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.01/2015
Tanggal 14 April 2015
Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-19/PJ/2015
Tanggal 20 Mei 2015
Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Penjualan Barang Yang Tergolong Sangat Mewah
Peraturan Terkait: PMK 90/PMK.03/2015
Untuk Kumpulan Peraturan Selengkapnya silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com/2011/01/kumpulan-ketentuan-perpajakan-tahun.html
6
Tax Learning | Volume 1/2015
Indonesian Tax News Letter
Volume 1/2015 – Juni 2015
Pemungutan PPh Pasal 22 Atas Penjualan Barang Yang
Tergolong Sangat Mewah
Pasal 22 ayat (1) huruf c
Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2008 (UU PPh)
mengatur bahwa Wajib
Pajak badan tertentu
dapat ditetapkan oleh
Menteri
Keuangan
untuk memungut pajak
penghasilan
dari
pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah. Barang yang memenuhi kriteria
tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis
barangnya maupun harganya, adalah seperti kapal pesiar, rumah sangat
mewah, apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan
sangat mewah.
Peraturan pelaksana dari ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf c UU PPh ini
dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sejak 1 Januari 2009,
ketentuan mengenai pemungutan PPh Pasal 22 ini diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008. Namun mulai 30 Mei 2015,
ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 ini
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015.
Subjek Pajak
Subjek Pajak dari pengenaan PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah ini adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembelian barang yang tergolong sangat mewah.
Pemungut PPh
Pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah adalah Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
Objek PPh
Barang yang tergolong sangat mewah yang menjadi objek pemungutan PPh
Pasal 22 ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Berikut
persandingan jenis barang yang tergolong sangat mewah yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015.
Isi dalam volume ini:
- Pemungutan PPh Pasal 22
atas Penjualan Barang Yang
Tergolong Sangat Mewah
- Persyaratan Pendaftaran
Sertifikat Elektronik untuk eFaktur
- Peraturan Perpajakan
terbaru
News Letter ini disusun oleh:
Syafrianto
[email protected]
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
- Pemegang Ijin Kuasa Hukum
Pengadilan Pajak
- Pemegang Chartered
Accountant
Jo Eny Sanita
[email protected]
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
Untuk informasi lebih lengkap
silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com
Artikel yang disajikan dalam
News Letter ini adalah
merupakan pendapat pribadi
penulis berdasarkan
pemahaman atas ketentuan
yang berlaku.
1
a.
b.
c.
d.
e.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
253/PMK.03/2008
Berlaku: 1 Januari 2009 s.d. 29 Mei 2015
pesawat udara pribadi dengan harga jual
lebih dari Rp 20 miliar
kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga
jual lebih dari Rp 10 miliar
rumah beserta tanahnya, dengan harga jual
(harga pengalihan) lebih dari Rp 10 miliar
dan luas bangunan lebih dari 500 m2
apartemen, kondominium, dan sejenisnya,
dengan harga jual (pengalihan) lebih dari Rp
10 miliar dan/atau luas bangunan lebih dari
400 m2
kendaraan
bermotor
roda
empat
pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle
(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus,
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 5 miliar dan dengan kapasitas silinder
lebih dari 3.000 cc
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
90/PMK.03/2015
Berlaku 30 Mei 2015 s.d. sekarang
a. pesawat terbang pribadi dan helikopter
pribadi
b. kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual
(harga pengalihan) lebih dari Rp 5 miliar
atau luas bangunan lebih dari 400 m2
d. apartemen, kondominium, dan sejenisnya,
dengan harga jual (pengalihan) lebih dari Rp
5 miliar atau luas bangunan lebih dari 150
m2
e. kendaraan
bermotor
roda
empat
pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle
(suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus,
dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari
Rp 2 miliar atau dengan kapasitas silinder
lebih dari 3.000 cc
f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga,
dengan harga jual lebih dari Rp 300 juta
atau dengan kapasitas silinder lebih dari
250 cc.
Catatan:
Harga jual yang dimaksud ini merupakan batasan harga jual sehubungan dengan pembelian barang yang
tergolong sangat mewah, yaitu yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual.
Untuk harga jual rumah beserta tanah (huruf c) dan apartemen, kondominium dan sejenisnya (huruf d) adalah
harga tunai (cash keras) termasuk PPN dan PPnBM.
Sedangkan untuk harga jual pesawat terbang, helikopter, kapal pesiar, yacht, kendaraan bermotor roda empat,
roda tiga dan roda dua (huruf a, b, e, dan f) adalah harga barang termasuk PPN dan PPnBM.
Pengecualian Objek Pemungutan PPh Pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah ini adalah
pembelian barang yang tergolong sangat mewah yang dilakukan oleh bukan subjek pajak yang dilakukan
tanpa diperlukan adanya Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan.
Pemungutan PPh Pasal 22 atas Penjualan Kendaraan Bermotor
Terhadap penjualan kendaraan bermotor sebagaimana yang telah dikenakan PPh Pasal 22 atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah ini tidak lagi dikenakan pemungutan PPh Pasal 22 untuk penjualan
kendaraan bermotor sebagaimana yang diatur dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b UU PPh dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 175/PMK.011/2013 tentang pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang
lain (atau biasa dikenal sebagai pengenaan PPh Pasal 22 penjualan otomotif yang sebesar 0,45% dari Dasar
Pengenaan PPN).
Tarif PPh dan Sifat PPh
Besarnya PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah adalah sebesar 5% dari harga
jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Tax Learning | Volume 1/2015
2
PPh yang dipungut ini bagi pihak pembeli (Subjek Pajak) dapat diperhitungkan sebagai pembayaran PPh
dalam tahun berjalan.
Kewajiban Pemungut PPh
Pemungut PPh Pasal 22 ini wajib memberikan tanda bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan
yang dipungut setiap melakukan pemungutan.
PPh Pasal 22 yang dipungut ini wajib disetorkan oleh Pemungut PPh ke Kantor Pos atau Bank Persepsi
paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dengan menggunakan SSP serta
melaporkannya dengan menggunakan SPT Masa ke KPP paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Saat Pemungutan PPh
Pemungut wajib memungut PPh pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Saat penjualan yang dimaksud adalah:
1. barang yang tergolong sangat mewah berupa rumah beserta tanah (huruf c tabel di atas) dan
apartemen, kondominium dan sejenisnya (huruf d tabel di atas), adalah pada saat ditandatanganinya
perjanjian pengikatan jual beli antara pemungut pajak dengan pembeli, dan
2. barang yang tergolong sangat mewah berupa pesawat terbang, helikopter, kapal pesiar, yacht,
kendaraan bermotor roda empat, roda tiga dan roda dua (huruf a, b, e, dan f tabel di atas), adalah
berdasarkan pembukuan pemungut pajak sesuai sistem akuntansi yang lazim dipakai di Indonesia secara
taat azas.
Pembebasan dari Pemungutan PPh
Wajib Pajak yang membeli barang yang tergolong sangat mewah dapat mengajukan permohonan
pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 kepada Direktur Jenderal Pajak apabila:
1. mengalami kerugian fiskal;
2. berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal;
3. Pajak Penghasilan yang telah dibayar lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang;
4. merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pekerjaan sebagai
pegawai dan telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja; dan/atau
5. atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
Pembebasan dari pemungutan PPh ini diberikan melalui Surat Keterangan Bebas.
Tata cara pengajuan permohonan pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 ini berpedoman pada
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-21/PJ/2014.
Khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pekerjaan sebagai
pegawai dan telah dipotong Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja, maka permohonan pembebasan dari
pemungutan PPh Pasal 22 dilampiri dengan:
1. fotokopi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak sebelum tahun
diajukannya permohonan yang telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar, dan
2. surat keterangan penghasilan bulan sebelum pengajuan permohonan dari pemberi kerja.
Saat Berlakunya Ketentuan Ini
Pemungutan PPh Pasal 22 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015 ini berlaku
untuk penjualan yang dilakukan mulai tanggal 30 Mei 2015.
Dasar Aturan
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2015
- Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2015
***********
Tax Learning | Volume 1/2015
3
Persyaratan
n Pendaftaran
Pendaf
Sertifikat Elektronik
ktronik untuk e-Faktur
Mulai 1 Juli
J
2015, seluruh Pengusaha
usaha Kena
K
Pajak yang
terdaftar
daftar di
d Pulau Jawa dan Bali diwajibkan
wajibkan untuk membuat
Faktur
ktur Paja
Pajak secara elektronik yang disebut sebagai e-Faktur.
Pembuatan
mbuatan Faktur Pajak secara elektronik
lektronik ini sudah tidak
memerluka
merlukan lagi tandatangan basah pada Faktur
F
Pajak, serta
Faktur
ktur Paj
Pajak dapat dikirimkan kepada
epada Customer dalam
bentuk
ntuk softcopy
s
(bentuk pdf) tanpa perlu diprint
hardcopyny
rdcopynya. Namun apabila pihak Customer
Custom menghendaki
Faktur
ktur Paja
Pajak dalam bentuk hardcopy,
opy, pihak
pih PKP penerbit
dapat mencetakk (print) Faktur Pajak ini namun tidak
idak perl
perlu menandatanganinya dan
n sebagai
sebag gantinya sudah
akan otomatis tercetak suatu kode berbentuk OCR
R Code.
Sebagai ganti dari
ari tanda tangan, maka saat pembuatan
buatan ee-faktur ini, dibutuhkan adanya
danya sertifikat
se
elektronik
yang dijadikan sebagai sertifikat (pengenal) yang
ng mem
memuat tanda tangan elektronik
ronik dan
da identitas yang
menunjukkan status
tatus sub
subjek hukum para pihak dalam
lam tran
transaksi elektronik untuk pembuata
mbuatan e-faktur.
Untuk itu, seluruh
ruh Pen
Pengusaha Kena Pajak (PKP) diwajibkan
diwajibk untuk segera mengajukan
jukan permohonan
pe
untuk
mendapatkan sertifikat elektronik ke Kantor Pelayanan
layanan Pajak tempat PKP dikukuhkan
hkan sebelum
seb
1 Juli 2015
supaya dapat menerbit
enerbitkan Faktur Pajak. Kelak untuk
ntuk pengambilan
pen
jatah nomor faktur,
ktur, juga
jug dapat dilakukan
secara online melalui website resmi Direktorat
rat Jen
Jenderal Pajak (https://efaktur.paj
ktur.pajak.go.id) dengan
menggunakan sertifikat elektronik ini.
Persyaratan pengajuan
ngajuan sertifikat elektronik ini sebagaima
bagaimana diatur dalam Peraturan
an Direktur
Direkt Jenderal Pajak
Nomor PER-17/PJ/2014
/PJ/2014, Surat Edaran Nomor SE-20/PJ/2
20/PJ/2014, Pengumuman Direktur
ur Peraturan
Perat
Perpajakan I
Nomor PENG-03/PJ.02
03/PJ.02/2014, dan Pengumuman
an Direktur
Dir
Peraturan Perpajakan
jakan I Nomor PENG04/PJ.02/2014,, mensyaratkan
mensy
bahwa pengajuan
an perm
permintaan sertifikat elektronik
ronik ini
in harus diajukan
langsung oleh Pengusa
Pengusaha Kena Pajak atau Pengurus
gurus Pengusaha
P
Kena Pajak dan
n tidak boleh diwakilkan
kepada kuasa, karyawan
karyawa atau konsultan pajak. Pengusa
Pengusaha Kena Pajak yang akan mengajukan
mengaj
permintaan
sertifikat elektronik
ronik terlebih
te
dahulu harus mengajukan
gajukan permohonan kode aktivasi
vasi dan password, serta
mengajukan permintaa
rmintaan Akun PKP.
Pengajuan Sertifikat
rtifikat Elektronik
E
oleh PKP Pusat
Untuk pengajuan
an perm
permintaan sertifikat elektronik
onik ini Pengusaha Kena Pajak harus mengajukan
m
Surat
Permintaan Sertifikat
rtifikat Elektronik dengan format
at surat sesuai dengan Lampiran
n IH Peraturan
Pe
Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014
P
dan melampirkan
mpirkan dengan dokumen yang akan
kan diserahkan:
diser
• Surat Pernyataan
ataan Persetujuan
P
Penggunaan Sertifik
Sertifikat Elektronik Direktoraatt Jenderal
Jender Pajak dengan
format surat
at sesua
sesuai Lampiran II Pengumuman
uman D
Direktur Peraturan Perpajakan
ajakan I Nomor PENG3/PJ.02/2014
• Fotokopi SPT
T Tahun
Tahunan PPh Badan beserta bukti
kti pene
penerimaan surat/tanda terimaa pelaporan
pelapo
SPT Tahunan
PPh Badan
• Fotokopi Identitas
entitas D
Diri Pengurus yang mengurus
urus sur
surat permintaan sertifikat elektronik
elektron ini (untuk WNI
adalah KTP atau unt
untuk WNA adalah Paspor/KITAS/KIT
ITAS/KITAP)
• Fotokopi Kartu
rtu Kelua
Keluarga Pengurus yang mengurus
urus surat
sur permintaan sertifikat elektroni
lektronik ini
• Softcopy pass foto tterbaru pengurus yang menguru
mengurus surat permintaan sertifikat
ifikat elektronik
el
ini yang
disimpan dalam
alam Com
Compact Disc (CD) dan file namany
manya diberi nama dengan format: “NPWP PT-Nama
Pengurus-Nomor
omor Induk
Ind Kependudukan”
• Nama Pengurus
urus yang
yan mengurus surat permintaan
taan ser
sertifikat elektronik ini tercantum
ntum dalam
da
SPT Tahunan
PPh Badan.
4
Tax Learning | Volume
Volum 1/2015
Selain dokumen-dokumen yang sudah disebutkan di atas yang harus diserahkan, untuk proses pengajuan
permintaan sertifikat elektronik ini perlu membawa dan memperlihatkan kepada petugas KPP yang
melayani proses pengajuan ini, dokumen:
• Asli SPT Tahunan PPh Badan beserta bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT Tahunan PPh
Badan
• Asli Identitas Diri Pengurus yang mengurus surat permintaan sertifikat elektronik ini (untuk WNI adalah
KTP atau untuk WNA adalah Paspor/KITAS/KITAP)
• Asli Kartu Keluarga Pengurus yang mengurus surat permintaan sertifikat elektronik ini
• Surat pemberitahuan Kode Aktivasi dari KPP
• email dari KPP yang berisi Password aktivasi akun PKP
Pengajuan Sertifikat Elektronik oleh PKP Cabang
Untuk pengajuan sertifikat elektronik oleh PKP cabang, maka persyaratannya adalah:
• pengurus yang menandatangani Surat Permintaan Sertifikat Elektronik dan Surat Pernyataan
Persetujuan Penggunaan Sertifikat Elektronik harus menunjukkan dan menyampaikan fotokopi surat
penunjukan dari pengurus pusat PKP cabang tersebut.
• menyampaikan fotokopi SPT Tahunan PPh Badan pusatnya untuk tahun pajak terakhir yang jangka
waktu penyampaiannya telah jatuh tempo pada saat pengajuan surat permintaan sertifikat elektronik
disertai fotokopi bukti penerimaan surat/tanda terima pelaporan SPT.
• fotokopi surat pengangkatan pengurus cabang.
• fotokopi akta pendirian perusahaan.
Selain itu, harus menunjukkan dokumen berikut ke petugas KPP yang melayani pengajuan sertifikat
elektronik yang berupa:
• Asli surat pengangkatan pengurus cabang
• Asli akta pendirian perusahaan
Di beberapa KPP, pengurus yang datang untuk mengajukan permintaan sertifikat elektronik ini akan diambil
gambarnya (difoto) oleh petugas KPP yang melayani pengajuan ini.
Dalam prosesnya, nanti pengurus akan diminta untuk membuat atau menginputkan passphrase (semacam
password) yang nantinya akan digunakan untuk melakukan instalasi kode sertifikat yang diperoleh dari KPP.
***********
Peraturan Perpajakan Terbaru
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 91/PMK.03/2015
Tanggal 30 April 2015
Pengurangan Atau Penghapusan Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat
Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, Dan Keterlambatan Pembayaran Atau Penyetoran Pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 90/PMK.03/2015
Tanggal 30 April 2015
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan
Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat
Mewah
Peraturan Terkait: PerDirjen PER-19/PJ/2015
5
Tax Learning | Volume 1/2015
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.010/2015
Tanggal 28 April 2015
Tata Cara Pemberian Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu
dan/atau di Daerah-daerah Tertentu serta Pengalihan Aktiva dan Sanksi bagi Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri yang Diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.010/2015
Tanggal 27 April 2015
Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Penghitungan
dan Pembayaran Pajak Penghasilan atas Surplus Bank Indonesia
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.01/2015
Tanggal 15 April 2015
Pelaksanaan Putusan Hukum
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 79/PMK.01/2015
Tanggal 14 April 2015
Account Representative Pada Kantor Pelayanan Pajak
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-19/PJ/2015
Tanggal 20 Mei 2015
Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Penjualan Barang Yang Tergolong Sangat Mewah
Peraturan Terkait: PMK 90/PMK.03/2015
Untuk Kumpulan Peraturan Selengkapnya silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com/2011/01/kumpulan-ketentuan-perpajakan-tahun.html
6
Tax Learning | Volume 1/2015