Perhatian: Ada Perubahan Pada Formulir untuk Tax Amnesty | Tax Learning 01_Lampiran 1 SPH
(2)
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SURAT PERNYATAAN HARTA UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK
(FORMULIR SURAT PERNYATAAN) PETUNJUK UMUM
Berdasarkan ketentuan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, halhal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:
1. Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan, sebagaimana ditetapkan dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak;
2. Pengampunan Pajak diberikan kepada Wajib Pajak melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya baik yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak (selanjutnya disebut Surat Pernyataan);
3. Surat Pernyataan disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar atau tempat lain yang ditentukan oleh Menteri Keuangan; 4. Surat Pernyataan disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) disertai
dengan lampiran berupa Daftar Rincian Harta dan Utang yang disampaikan dalam bentuk salinan digital (softcopy) dan formulir kertas (hardcopy) dengan format yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak;
5. Surat Pernyataan ditandatangani sendiri oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau dalam hal Wajib Pajak Badan diwakili oleh Pemimpin Tertinggi atau Kuasa sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak; 6. Surat Pernyataan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani;
7. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau dengan cara mengunduh (download) melalui website www.pajak.go.id;
8. Wajib Pajak harus melunasi seluruh Tunggakan Pajak, membayar Uang Tebusan sebelum menyampaikan Surat Pernyataan, dan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan.
9. Pembayaran Uang Tebusan menggunakan Surat Setoran Pajak dan/atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak yang berfungsi sebagai bukti pembayaran Uang Tebusan dengan menggunakan Kode Akun Pajak 411129 dan
(3)
Kode Jenis Setoran 512 dengan isian masa dan tahun pajak pada saat pembayaran dilakukan;
10. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor Uang Tebusan melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran Uang Tebusan (Bank Persepsi) sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 600/KMK.03/2016. 11. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor seluruh Tunggakan Pajak melalui bank
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi) dan kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran pajak (Kantor Pos Persepsi).
12.Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali dalam periode Pengampunan Pajak. Surat Pernyataan kedua atau Surat Pernyataan ketiga dapat disampaikan oleh Wajib Pajak sebelum atau setelah Surat Pernyataan pertama atau Surat Pernyataan kedua memperoleh Surat Keterangan.
(4)
PETUNJUK PENGISIAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengisian Surat Pernyataan adalah sebagai berikut:
1. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut; 2. Kolom Identitas:
Wajib Pajak dapat mengisi dengan menggunakan komputer/tulis tangan/mesin ketik. Untuk isian yang tidak terstruktur (seperti: Nama Wajib Pajak, Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Luar Negeri, Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Indonesia, Jenis Usaha/Pekerjaan Bebas, dan email) maupun untuk isian yang terstruktur (seperti: NPWP, NIK/SIUP/Akta Pendirian, Nomor Telepon/Faksimili, Nomor HP, dan KLU) kotakkotak dapat diabaikan sepanjang tidak melewati batas samping kanan.
Contoh Pengisian untuk Orang Pribadi :
Catatan:
- Kolom Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Luar Negeri diisi dengan alamat korespondensi Wajib Pajak di Luar Negeri dalam hal Wajib Pajak bertempat tinggal di Luar Negeri, jika Wajib Pajak tidak memiliki tempat tinggal di Luar Negeri kolom ini dapat dikosongkan.
- Kolom Alamat Tempat Tinggal/Kedudukan di Indonesia diisi dengan alamat korespondensi Wajib Pajak di Indonesia yang akan digunakan sebagai alamat surat menyurat untuk keperluan proses Pengampunan Pajak.
- Kolom Nomor Telepon, Nomor HP, dan email wajib diisi dengan Nomor Telepon, Nomor HP, dan email Wajib Pajak yang digunakan secara aktif.
5. Dalam mengisi kolomkolom yang berisi nilai Rupiah, harus tanpa nilai desimal. Contoh:
(5)
b. dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50).
6. Surat Pernyataan dibagi dalam 8 bagian yaitu: a. BAGIAN AWAL
b. IDENTITAS c. SPT TAHUNAN
d. TAMBAHAN HARTA BERSIH YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT e. DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
f. UANG TEBUSAN g. LAMPIRAN h. PERNYATAAN
7. BAGIAN AWAL
Pada Bagian Awal Surat Pernyataan terdapat hal yang perlu dilakukan isian oleh Wajib Pajak yaitu pernyataan.
PERNYATAAN
Pada bagian pernyataan, Wajib Pajak diharuskan memberikan tanda centang (√) pada salah satu kotak pilihan, PERTAMA, KEDUA, atau KETIGA sesuai dengan keadaan sebenarnya.
8. IDENTITAS
Pada bagian identitas Surat Pernyataan, Wajib Pajak harus mengisi halhal sebagai berikut:
a. NPWP
Diisi dengan NPWP dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan.
b. NAMA WAJIB PAJAK
Diisi dengan nama dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan.
c. NIK/SIUP/AKTA PENDIRIAN
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi tidak berstatus sebagai pengusaha:
Diisi dengan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
1234567890123456
Jika Wajib Pajak orang pribadi yang menyampaikan Surat Pernyataan di Tempat Tertentu di Luar Negeri tidak memiliki NIK, diisi dengan angka nol, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
(6)
0000000000000000
b. Untuk Wajib Pajak orang pribadi berstatus sebagai pengusaha:
Diisi dengan NIK dan/atau SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan untuk Wajib Pajak orang pribadi, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
1234567890123456/ 500/SIUP/2016
Kewajiban mencantumkan nomor SIUP dalam Surat Pernyataan hanya diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang telah memiliki SIUP pada saat mengajukan Surat Pernyataan.
Dalam hal SIUP tidak ada, diisi dengan angka nol, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
0000000000000000
Jika Wajib Pajak orang pribadi yang menyampaikan Surat Pernyataan di Tempat Tertentu di Luar Negeri tidak memiliki NIK, diisi dengan angka nol, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
0000000000000000
c. Untuk Wajib Pajak badan:
Diisi dengan SIUP atau Akta Pendirian dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan, dengan contoh pengisian sebagai berikut:
500/SIUP/2016 / AHU12345.AH.01.04.Tahun 2013
d. NOMOR PASPOR
Diisi dengan nomor paspor dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi. (wajib diisi oleh Wajib Pajak yang memiliki alamat tempat tinggal/kedudukan di luar negeri dan oleh Wajib Pajak yang telah memiliki paspor. Jika Wajib Pajak tidak memiliki paspor, isian ini dapat dikosongkan), dengan contoh pengisian sebagai berikut:
A 1234567
e. ALAMAT TEMPAT TINGGAL/KEDUDUKAN DI INDONESIA
Diisi dengan alamat tempat tinggal/kedudukan sebenarnya di Indonesia dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan yang akan digunakan sebagai alamat korespondensi surat menyurat dalam proses penyelesaian Pengampunan Pajak (jika Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan di Tempat Tertentu di Luar Negeri dan tidak memiliki alamat tempat tinggal/kedudukan di Indonesia, isian ini dapat dikosongkan).
(7)
Diisi dengan alamat tempat tinggal/kedudukan sebenarnya di luar negeri dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan (diisi hanya jika Wajib Pajak memiliki alamat tempat tinggal/kedudukan di luar negeri).
g. JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS
Diisi dengan jenis usaha/pekerjaan bebas yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan, contoh: Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil, pedagang emas, dan lainlain.
h. NOMOR TELEPON/FAKSIMILI
Diisi dengan nomor telepon/faksimili yang dimiliki, secara aktif digunakan, dan secara nyata dapat dihubungi dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan
i. NOMOR HP
Diisi dengan nomor telepon selular (handphone) yang dimiliki, secara aktif digunakan, dan secara nyata dapat dihubungi dari Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan. Nomor telepon selular (handphone) ini akan menjadi nomor yang akan dihubungi dalam proses penyelesaian Pengampunan Pajak.
j. EMAIL
Diisi dengan alamat surat elektronik (email) yang dimiliki dan secara aktif digunakan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan. Alamat email ini akan menjadi alamat email yang akan dihubungi dalam proses penyelesaian Pengampunan Pajak.
k. UMKM
Pada bagian UMKM, Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan harus memberikan tanda centang (√) pada:
bagian YA jika Wajib Pajak menyampaikan surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha atau SPT Tahunan PPh Terakhir, yang menyatakan bahwa besaran peredaran usahanya sampai dengan Rp4.800.000.000; atau
bagian TIDAK jika Wajib Pajak TIDAK menyampaikan surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 atau menyampaikan SPT Tahunan PPh Terakhir yang menyatakan bahwa besaran peredaran usahanya lebih dari Rp4.800.000.000.
Bagian KLU hanya diisi jika Wajib Pajak memberikan tanda centang (√) pada bagian YA.
(8)
l. PEMBUKUAN
Pada bagian pembukuan, Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pernyataan harus memberikan tanda centang (√) pada:
bagian YA jika Wajib Pajak melaksanakan pembukuan; atau
Wajib Pajak diharuskan menuliskan periode tahun pajak awal dimana Wajib Pajak mulai melaksanakan pembukuan. Untuk Wajib Pajak yang melaksanakan pembukuan, Wajib Pajak memberikan tanda centang (√) pada bagian DIAUDIT dalam hal pembukuan Wajib Pajak diaudit oleh Kantor Akuntan Publik atau memberikan tanda centang (√) pada bagian TIDAK DIAUDIT dalam hal pembukuan Wajib Pajak tidak diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.
bagian TIDAK jika Wajib Pajak tidak melaksanakan pembukuan.
m. MENGGUNAKAN KONSULTAN PAJAK
Pada bagian menggunakan jasa konsultan pajak yang bertindak sebagai penerima kuasa, Wajib Pajak badan yang menyampaikan Surat Pernyataan harus memberikan tanda centang (√) pada:
bagian YA jika Wajib Pajak badan menggunakan jasa konsultan pajak untuk membuat dan menandatangani Surat Pernyataan; atau
bagian TIDAK jika Wajib Pajak badan TIDAK menggunakan jasa konsultan pajak untuk membuat dan menandatangani Surat Pernyataan.
n. NAMA KONSULTAN PAJAK
Jika Wajib Pajak memberikan tanda centang (√) YA pada bagian MENGGUNAKAN KONSULTAN PAJAK, Wajib Pajak juga harus menulis nama konsultan pajak yang membantu Wajib Pajak dalam urusan perpajakannya. Jika Wajib Pajak memberikan tanda centang (√) TIDAK pada bagian MENGGUNAKAN KONSULTAN PAJAK, bagian ini diisi dengan tanda “ – “ (tanda strip).
9. SPT TAHUNAN
ANGKA 1 HARTA BERSIH DALAM SPT PPh TERAKHIR
Harta adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Utang adalah jumlah pokok utang yang belum dibayar yang berkaitan langsung dengan perolehan Harta. Harta bersih merupakan selisih antara nilai Harta dikurangi nilai Utang.
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
(9)
10. HARTA BERSIH YANG BELUM PERNAH DILAPORKAN DALAM SPT
a. ANGKA 2 – HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib Pajak yang berada di dalam negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
Angka 2 diisi dengan nilai total Bagian B dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
b. ANGKA 3 – HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (REPATRIASI)
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib Pajak yang berada di luar negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir dan harta bersih tersebut dialihkan oleh Wajib Pajak ke dalam negeri (repatriasi).
Angka 3 diisi dengan nilai total Bagian C dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
c. ANGKA 4 – HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI (TIDAK REPATRIASI)
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib Pajak yang berada di luar negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir dan harta bersih tersebut tidak dialihkan ke dalam negeri (tidak direpatriasi).
Angka 4 diisi dengan nilai total Bagian D dari Daftar Rincian Harta dan Utang.
11. DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai penghitungan dasar pengenaan uang tebusan (DPUT).
a. ANGKA 5 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN
Bagian ini diisi dengan jumlah seluruh harta bersih yang telah dimiliki oleh Wajib Pajak yang berada di dalam negeri dan/atau di luar negeri namun belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT PPh Terakhir.
1) ANGKA 5.a DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 5.a diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di dalam negeri dan harta bersih yang berada di luar negeri serta dialihkan (direpatriasi) ke dalam negeri (angka 2 Surat Pernyataan ditambah angka 3 Surat Pernyataan).
(10)
KE DALAM NEGERI
Angka 5.a diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di luar negeri dan tidak dialihkan (tidak direpatriasi) ke dalam negeri (angka 4 Surat Pernyataan).
b. ANGKA 6 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN PADA PERMOHONAN SEBELUMNYA
Kolom ini hanya diisi untuk penyampaian Surat Pernyataan kedua atau Surat Pernyataan ketiga.
1) ANGKA 6.a DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Bagian ini diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di dalam negeri, dan harta bersih yang berada di luar negeri serta dialihkan ke dalam negeri yang tercantum dalam Surat Pernyataan sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:
- Untuk Surat Pernyataan pertama, angka 6.a diisi dengan nilai dengan angka 0 (nol).
- Untuk Surat Pernyataan kedua, angka 6.a pada Surat Pernyataan kedua diisi dengan nilai angka 5.a pada Surat Pernyataan pertama.
Khusus untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas yang menyampaikan:
a. Surat Pernyataan pertama dengan total Harta sampai dengan Rp10.000.000.000, dan
b. Surat Pernyataan kedua dengan total Harta lebih dari Rp10.000.000.000, maka, angka 6.a pada Surat Pernyataan kedua diisi dengan nilai hasil perkalian antara nilai pada angka 5.a pada Surat Pernyataan pertama dengan
0,5
2
.- Untuk Surat Pernyataan ketiga, angka 6.a pada Surat Pernyataan ketiga diisi dengan nilai angka 5.a pada Surat Pernyataan kedua.
Khusus untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas yang menyampaikan:
a. Surat Pernyataan kedua dengan total Harta sampai dengan Rp10.000.000.000, dan
(11)
maka, angka 6.a pada Surat Pernyataan ketiga diisi dengan nilai hasil perkalian antara nilai pada angka 5.a pada Surat Pernyataan kedua dengan
0,5
2
.Contoh:
Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas menyampaikan Surat Pernyataan pertama sebagai berikut: a) Nilai Harta Bersih dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta pada SPT PPh Terakhir = Rp1.000.000.000 ii. Utang pada SPT PPh Terakhir = Rp750.000.000 iii. Harta Bersih pada SPT PPh Terakhir = Rp250.000.000 b) Nilai Harta Bersih di dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam
SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp2.000.000.000
ii. Utang = Rp1.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp1.000.000.000
c) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
d) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp1.000.000.000
ii. Utang = Rp500.000.000
iii. Harta Bersih = Rp500.000.000
Total Harta = Rp8.000.000.000
DPUT harta bersih yang berada di dalam negeri dan harta bersih yang berada di luar negeri serta dialihkan ke dalam negeri
= Rp1.000.000.000 + Rp2.000.000.000 = Rp3.000.000.000 (diisikan pada Angka 5.a Surat Pernyataan pertama)
Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas menyampaikan Surat Pernyataan kedua sebagai berikut: a) Nilai Harta Bersih dalam SPT PPh Terakhir
(12)
i. Harta pada SPT PPh Terakhir = Rp1.000.000.000 ii. Utang pada SPT PPh Terakhir = Rp750.000.000 iii. Harta Bersih pada SPT PPh Terakhir = Rp250.000.000 b) Nilai Harta Bersih di dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam
SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
c) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
d) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp1.500.000.000
ii. Utang = Rp750.000.000
iii. Harta Bersih = Rp750.000.000
Total Harta = Rp10.500.000.000
DPUT harta bersih yang berada di dalam negeri dan harta bersih yang berada di luar negeri serta dialihkan ke dalam negeri
= Rp2.000.000.000 + Rp2.000.000.000 = Rp4.000.000.000 (diisikan pada Angka 5.a Surat Pernyataan kedua)
DPUT pada pernyataan sebelumnya = Rp3.000.000.000 x
0,5
2
= Rp750.000.000 (diisikan pada Angka 6.a Surat Pernyataan kedua)2) ANGKA 6.b DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Bagian ini diisi dengan DPUT harta bersih yang berada di luar negeri dan tidak dialihkan ke dalam negeri yang tercantum dalam Surat Pernyataan sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:
- Untuk Surat Pernyataan pertama, angka 6.b diisi dengan nilai dengan angka 0 (nol).
- Untuk Surat Pernyataan kedua, angka 6.b pada Surat Pernyataan kedua diisi dengan nilai angka 5.b pada Surat Pernyataan pertama.
(13)
Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas yang menyampaikan:
a. Surat Pernyataan pertama dengan total Harta sampai dengan Rp10.000.000.000, dan
b. Surat Pernyataan kedua dengan total Harta lebih dari Rp10.000.000.000, maka, angka 6.b pada Surat Pernyataan kedua diisi dengan nilai hasil perkalian antara nilai pada angka 5.b pada Surat Pernyataan pertama dengan
0,5
2
.- Untuk Surat Pernyataan ketiga, angka 6.b pada Surat Pernyataan ketiga diisi dengan nilai angka 5.b pada Surat Pernyataan kedua.
Khusus untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas yang menyampaikan:
a. Surat Pernyataan kedua dengan total Harta sampai dengan Rp10.000.000.000, dan
b. Surat Pernyataan ketiga dengan total Harta lebih dari Rp10.000.000.000, maka, angka 6.b pada Surat Pernyataan ketiga diisi dengan nilai hasil perkalian antara nilai pada angka 5.b pada Surat Pernyataan kedua dengan
0,5
2
.Contoh:
Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas menyampaikan Surat Pernyataan kedua sebagai berikut: a) Nilai Harta Bersih dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta pada SPT PPh Terakhir = Rp1.000.000.000 ii. Utang pada SPT PPh Terakhir = Rp750.000.000 iii. Harta Bersih pada SPT PPh Terakhir = Rp250.000.000
b) Nilai Harta Bersih di dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp2.000.000.000
ii. Utang = Rp1.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp1.000.000.000
(14)
belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
d) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp1.000.000.000
ii. Utang = Rp500.000.000
iii. Harta Bersih = Rp500.000.000
Total Harta = Rp8.000.000.000
DPUT harta bersih yang berada di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri = Rp500.000.000
(diisikan pada Angka 5.b Surat Pernyataan kedua)
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ketiga sebagai berikut: a) Nilai Harta Bersih dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta pada SPT PPh Terakhir = Rp1.000.000.000 ii. Utang pada SPT PPh Terakhir = Rp750.000.000 iii. Harta Bersih pada SPT PPh Terakhir = Rp250.000.000
b) Nilai Harta Bersih di dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
c) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp4.000.000.000
ii. Utang = Rp2.000.000.000
iii. Harta Bersih = Rp2.000.000.000
d) Nilai Harta Bersih di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri yang belum pernah dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir
i. Harta = Rp1.500.000.000
ii. Utang = Rp750.000.000
iii. Harta Bersih = Rp750.000.000
Total Harta = Rp10.500.000.000
DPUT harta bersih berada di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri = Rp750.000.000
(diisikan pada Angka 5.b Surat Pernyataan ketiga) DPUT pada pernyataan sebelumnya =
(15)
Rp500.000.000 x
0,5
2
= Rp125.000.000(diisikan pada Angka 6.b Surat Pernyataan ketiga)
c. ANGKA 7 DASAR PENGENAAN UANG TEBUSAN PADA PERNYATAAN INI
Diisi dengan selisih nilai dasar pengenaan Uang Tebusan sebagaimana tercantum pada angka 5 Surat Pernyataan dengan dasar pengenaan Uang Tebusan pada Surat Pernyataan sebelumnya sebagaimana tercantum pada angka 6 Surat Pernyataan.
1) ANGKA 7.a DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 7.a diisi dengan selisih DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.a Surat Pernyataan dengan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.a Surat Pernyataan.
Dalam hal DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.a Surat Pernyataan lebih kecil dari DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.a Surat Pernyataan yang mengakibatkan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 7.a menghasilkan nilai negatif/minus, hasil pengurangan ditulis menggunakan tanda dalam kurung “( )”
Contoh:
2) ANGKA 7.b DPUT HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 7.b diisi dengan selisih DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.b Surat Pernyataan dengan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.b Surat Pernyataan.
Dalam hal DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.b Surat Pernyataan lebih kecil dari DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.b Surat Pernyataan yang mengakibatkan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 7.b menghasilkan nilai negatif/minus, hasil pengurangan ditulis menggunakan tanda dalam kurung “( )”
(16)
12. UANG TEBUSAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai penghitungan Uang Tebusan.
a. ANGKA 8 PENGHITUNGAN UANG TEBUSAN (TARIF BERDASARKAN PERIODE PELAPORAN PENGAMPUNAN)
Bagian ini diisi dengan nilai Uang Tebusan untuk Harta bersih yang dilaporkan dalam Surat Pernyataan yaitu hasil perkalian antara DPUT pada angka 7 Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak.
1) ANGKA 8.a UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 8.a diisi dengan hasil perkalian antara DPUT pada angka 7.a Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak. Adapun tarif Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:
No Periode Penyampaian
Tarif untuk Wajib
Pajak yang
mengungkapkan harta bersih di dalam negeri dan harta bersih di luar negeri yang direpatriasi
Tarif untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas
Harta sampai dengan
Rp10.000.000.0 00
Harta lebih dari
Rp10.000.000. 000
1 Pertama (1 Juli 2016 s.d.
30 September 2016)
2% 0,5% 2%
2 Kedua (1 Oktober 2016 s.d. 31 Desember
(17)
2016) 3 Ketiga
(1 Januari 2017 s.d. 31 Maret 2017)
5% 0,5% 2%
2) ANGKA 8.b UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 8.b diisi dengan hasil perkalian antara DPUT pada angka 7.b Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak. Adapun tarif Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut: No Periode Penyampaian Tarif untuk Wajib Pajak yang mengungkapkan harta bersih di luar negeri yang tidak direpatriasi
Tarif untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas Harta sampai dengan Rp10.000.000.0 00 Harta lebih dari Rp10.000.000. 000 1 Pertama (1 Juli 2016 s.d. 30 September 2016)
4% 0,5% 2%
2 Kedua (1 Oktober 2016 s.d. 31 Desember 2016)
6% 0,5% 2%
3 Ketiga (1 Januari 2017 s.d. 31 Maret 2017)
10% 0,5% 2%
b. ANGKA 8.c – JUMLAH UANG TEBUSAN (8.a + 8.b)
Diisi dengan jumlah seluruh Uang Tebusan yang masih harus dibayar/yang lebih dibayar oleh Wajib Pajak. Angka 8.c diisi dengan penjumlahan antara Uang Tebusan untuk Harta bersih di dalam negeri dan Harta bersih di luar negeri yang dialihkan ke dalam negeri (angka 8.a Surat Pernyataan) dengan Uang Tebusan untuk Harta
(18)
bersih di luar negeri yang tidak dialihkan ke dalam negeri (angka 8.b Surat Pernyataan) (8.a + 8.b). Dalam hal nilai yang diperoleh merupakan nilai negatif/minus, diisi dengan menggunakan tanda kurung “( )”.
c. ANGKA 9 – UANG TEBUSAN
Angka 9 diisi dengan nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan.
Jika nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan merupakan nilai positif, Wajib Pajak mengisi tanda centang (√) pada bagian YANG MASIH HARUS DIBAYAR dan mengisi TANGGAL PEMBAYARAN dengan tanggal dilakukannya pembayaran Uang Tebusan dengan format HHBBTT.
Contoh:
Wajib Pajak melakukan pembayaran Uang Tebusan pada tanggal 18 Juli 2016, Wajib Pajak mengisi pada bagian TANGGAL PEMBAYARAN dengan angka 180716. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran Uang Tebusan sebanyak 2 (dua) kali pada tanggal 18 Juli 2016 dan tanggal 20 Juli 2016, Wajib Pajak mengisi pada bagian TANGGAL PEMBAYARAN dengan angka 200716.
Jika nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan merupakan nilai negatif/minus, Wajib Pajak mengisi tanda centang (√) pada bagian YANG LEBIH DIBAYAR dan mengisi tanda centang (√) pada:
bagian DIKEMBALIKAN jika menginginkan kelebihan pembayaran Uang Tebusan untuk dikembalikan; atau
bagian DIPERHITUNGKAN DENGAN KEWAJIBAN PAJAK LAINNYA jika menginginkan kelebihan pembayaran Uang Tebusan diperhitungkan dalam Surat Pernyataan berikutnya atau diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai kredit pajak.
13. LAMPIRAN
Pada bagian lampiran, Wajib Pajak diharuskan memberikan isian tanda centang (√) pada kotak pilihan dokumendokumen yang dilampirkan pada Surat Pernyataan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib membubuhkan tanda centang (√) pada kotak pilihan sebagai berikut:
i. DAFTAR RINCIAN HARTA DAN UTANG beserta dokumen pendukung untuk Utang;
ii. BUKTI PEMBAYARAN UANG TEBUSAN; iii. FOTOKOPI SPT PPH TERAKHIR;
b. Membubuhkan tanda centang (√) jika memiliki dokumen pendukung pada kotak pilihan sebagai berikut:
(19)
i. BUKTI PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK, dalam hal Wajib Pajak memiliki tunggakan pajak yang masih harus dilunasi;
ii. BUKTI PEMBAYARAN PAJAK YANG BELUM/TIDAK DIBAYARKAN DALAM HAL WAJIB PAJAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN ATAU PENYIDIKAN, dalam hal Wajib Pajak sedang dalam proses pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan;
iii. SURAT PERNYATAAN MENGENAI BESARAN PEREDARAN USAHA (UMKM), dalam hal Wajib Pajak mempunyai Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas serta tidak/belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
iv. SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA YANG BERADA DAN/ATAU DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI KE LUAR WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan tambahan harta bersih yang belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir yang berada dan/atau ditempatkan di dalam negeri;
v. SURAT PERNYATAAN MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI, dalam hal Wajib Pajak melakukan repatriasi terhadap tambahan Harta Bersih yang berada di luar negeri;
vi. SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN PERMOHONAN (SESUAI PASAL 8 AYAT (3) HURUF F UNDANGUNDANG TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK), dalam hal Wajib Pajak menyampaikan permohonan atau pengajuan sesuai Pasal 8 ayat (3) huruf f UndangUndang tentang Pengampunan Pajak;
vii. SURAT KUASA berupa surat kuasa sebagaimana Kitab UndangUndang Hukum Perdata, dalam hal Wajib Pajak memberikan kuasa dalam rangka pembuatan dan penandatanganan Surat Pernyataan;
viii. DOKUMEN LAIN, dalam hal Wajib Pajak menyertakan dokumen lain antara lain:
a. SURAT PENGAKUAN KEPEMILIKAN HARTA, merupakan surat bermeterai yang dibuat dan ditandatangani oleh Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak memiliki harta tambahan, namun tidak memiliki bukti dokumen pendukung apapun atas harta tambahan tersebut.
Contoh:
Wajib Pajak memiliki harta tambahan berupa uang tunai yang disimpan di rumah, perhiasan, furnitur, lukisan dan lainlain yang tidak terdapat bukti pendukung atas harta tambahan tersebut.
(20)
harta tambahan yang dilaporkan dalam Surat Pernyataan masih atas nama orang lain. Dokumen ini dibuat dan ditandatangani oleh pihak yang diatasnamakan dalam harta tambahan tersebut. Harta tambahan dimaksud dapat berupa saham, tabungan, mobil, kapal, tanah, dan/atau bangunan. Dalam hal pihak yang diatasnamakan sudah meninggal dunia SURAT PENGAKUAN NOMINEE dibuat dan ditandatangani oleh salah satu ahli waris atau penerima wasiat.
c. Bagi BUT melampirkan surat yang menyatakan bahwa harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan belum pernah dilaporkan dalam dokumen SPT Tahunan Induk dan Laporan Keuangan Konsolidasi.
14. PERNYATAAN
a. Bagian tanggal diisi dengan tanggal penyampaian Surat Pernyataan.
b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian WAJIB PAJAK dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP Wajib Pajak sendiri;
c. Untuk Wajib Pajak Badan:
1) tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian PEMIMPIN TERTINGGI dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP dari pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan; atau
2) tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian KUASA dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP dari kuasa yang ditunjuk pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan dalam hal pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan berhalangan. d. Bagian Tanda Tangan Cap Perusahaan diisi dengan:
1) Tanda Tangan Wajib Pajak di atas meterai Rp6.000 untuk Wajib Pajak orang pribadi;
2) Tanda Tangan Pemimpin Tertinggi/Kuasa di atas meterai Rp6.000 disertai dengan cap perusahaan untuk Wajib Pajak badan.
(1)
INI
Diisi dengan selisih nilai dasar pengenaan Uang Tebusan sebagaimana tercantum pada angka 5 Surat Pernyataan dengan dasar pengenaan Uang Tebusan pada Surat Pernyataan sebelumnya sebagaimana tercantum pada angka 6 Surat Pernyataan.
1) ANGKA 7.a DPUT UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 7.a diisi dengan selisih DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.a Surat Pernyataan dengan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.a Surat Pernyataan.
Dalam hal DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.a Surat Pernyataan lebih kecil dari DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.a Surat Pernyataan yang mengakibatkan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 7.a menghasilkan nilai negatif/minus, hasil pengurangan ditulis menggunakan tanda dalam kurung “( )”
Contoh:
2) ANGKA 7.b DPUT HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 7.b diisi dengan selisih DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.b Surat Pernyataan dengan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.b Surat Pernyataan.
Dalam hal DPUT sebagaimana tercantum pada angka 5.b Surat Pernyataan lebih kecil dari DPUT sebagaimana tercantum pada angka 6.b Surat Pernyataan yang mengakibatkan DPUT sebagaimana tercantum pada angka 7.b menghasilkan nilai negatif/minus, hasil pengurangan ditulis menggunakan tanda dalam kurung “( )”
(2)
12. UANG TEBUSAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai penghitungan Uang Tebusan.
a. ANGKA 8 PENGHITUNGAN UANG TEBUSAN (TARIF BERDASARKAN PERIODE PELAPORAN PENGAMPUNAN)
Bagian ini diisi dengan nilai Uang Tebusan untuk Harta bersih yang dilaporkan dalam Surat Pernyataan yaitu hasil perkalian antara DPUT pada angka 7 Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak.
1) ANGKA 8.a UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI DALAM NEGERI DAN HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 8.a diisi dengan hasil perkalian antara DPUT pada angka 7.a Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak. Adapun tarif Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:
No Periode Penyampaian
Tarif untuk Wajib Pajak yang mengungkapkan harta bersih di dalam negeri dan harta bersih di luar negeri yang direpatriasi
Tarif untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas
Harta sampai dengan
Rp10.000.000.0 00
Harta lebih dari
Rp10.000.000. 000
1 Pertama (1 Juli 2016 s.d.
30 September 2016)
2% 0,5% 2%
2 Kedua (1 Oktober 2016 s.d. 31 Desember
(3)
2) ANGKA 8.b UANG TEBUSAN UNTUK HARTA BERSIH DI LUAR NEGERI YANG TIDAK DIALIHKAN KE DALAM NEGERI
Angka 8.b diisi dengan hasil perkalian antara DPUT pada angka 7.b Surat Pernyataan dengan tarif Pengampunan Pajak sesuai dengan UndangUndang Pengampunan Pajak. Adapun tarif Pengampunan Pajak adalah sebagai berikut:
No Periode Penyampaian
Tarif untuk Wajib Pajak yang mengungkapkan harta bersih di luar negeri yang tidak direpatriasi
Tarif untuk Wajib Pajak dengan Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas
Harta sampai dengan
Rp10.000.000.0 00
Harta lebih dari
Rp10.000.000. 000
1 Pertama (1 Juli 2016 s.d.
30 September 2016)
4% 0,5% 2%
2 Kedua (1 Oktober 2016 s.d. 31 Desember 2016)
6% 0,5% 2%
3 Ketiga (1 Januari 2017 s.d. 31 Maret 2017)
10% 0,5% 2%
b. ANGKA 8.c – JUMLAH UANG TEBUSAN (8.a + 8.b)
Diisi dengan jumlah seluruh Uang Tebusan yang masih harus dibayar/yang lebih dibayar oleh Wajib Pajak. Angka 8.c diisi dengan penjumlahan antara Uang Tebusan untuk Harta bersih di dalam negeri dan Harta bersih di luar negeri yang dialihkan ke dalam negeri (angka 8.a Surat Pernyataan) dengan Uang Tebusan untuk Harta
(4)
Pernyataan) (8.a + 8.b). Dalam hal nilai yang diperoleh merupakan nilai negatif/minus, diisi dengan menggunakan tanda kurung “( )”.
c. ANGKA 9 – UANG TEBUSAN
Angka 9 diisi dengan nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan.
Jika nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan merupakan nilai positif, Wajib Pajak mengisi tanda centang (√) pada bagian YANG MASIH HARUS DIBAYAR dan mengisi TANGGAL PEMBAYARAN dengan tanggal dilakukannya pembayaran Uang Tebusan dengan format HHBBTT.
Contoh:
Wajib Pajak melakukan pembayaran Uang Tebusan pada tanggal 18 Juli 2016, Wajib Pajak mengisi pada bagian TANGGAL PEMBAYARAN dengan angka 180716. Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembayaran Uang Tebusan sebanyak 2 (dua) kali pada tanggal 18 Juli 2016 dan tanggal 20 Juli 2016, Wajib Pajak mengisi pada bagian TANGGAL PEMBAYARAN dengan angka 200716.
Jika nilai yang diperoleh pada angka 8.c Surat Pernyataan merupakan nilai negatif/minus, Wajib Pajak mengisi tanda centang (√) pada bagian YANG LEBIH DIBAYAR dan mengisi tanda centang (√) pada:
bagian DIKEMBALIKAN jika menginginkan kelebihan pembayaran Uang Tebusan untuk dikembalikan; atau
bagian DIPERHITUNGKAN DENGAN KEWAJIBAN PAJAK LAINNYA jika menginginkan kelebihan pembayaran Uang Tebusan diperhitungkan dalam Surat Pernyataan berikutnya atau diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagai kredit pajak.
13. LAMPIRAN
Pada bagian lampiran, Wajib Pajak diharuskan memberikan isian tanda centang (√) pada kotak pilihan dokumendokumen yang dilampirkan pada Surat Pernyataan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib membubuhkan tanda centang (√) pada kotak pilihan sebagai berikut:
i. DAFTAR RINCIAN HARTA DAN UTANG beserta dokumen pendukung untuk Utang;
ii. BUKTI PEMBAYARAN UANG TEBUSAN; iii. FOTOKOPI SPT PPH TERAKHIR;
b. Membubuhkan tanda centang (√) jika memiliki dokumen pendukung pada kotak pilihan sebagai berikut:
(5)
permulaan atau penyidikan;
iii. SURAT PERNYATAAN MENGENAI BESARAN PEREDARAN USAHA (UMKM), dalam hal Wajib Pajak mempunyai Peredaran Usaha sampai dengan Rp4.800.000.000 dan tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan bebas serta tidak/belum memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
iv. SURAT PERNYATAAN TIDAK MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA YANG BERADA DAN/ATAU DITEMPATKAN DI DALAM NEGERI KE LUAR WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, dalam hal Wajib Pajak mengungkapkan tambahan harta bersih yang belum pernah atau belum sepenuhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir yang berada dan/atau ditempatkan di dalam negeri;
v. SURAT PERNYATAAN MENGALIHKAN DAN MENGINVESTASIKAN HARTA LUAR NEGERI YANG DIALIHKAN KE DALAM NEGERI, dalam hal Wajib Pajak melakukan repatriasi terhadap tambahan Harta Bersih yang berada di luar negeri;
vi. SURAT PERNYATAAN PENCABUTAN PERMOHONAN (SESUAI PASAL 8 AYAT (3) HURUF F UNDANGUNDANG TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK), dalam hal Wajib Pajak menyampaikan permohonan atau pengajuan sesuai Pasal 8 ayat (3) huruf f UndangUndang tentang Pengampunan Pajak;
vii. SURAT KUASA berupa surat kuasa sebagaimana Kitab UndangUndang Hukum Perdata, dalam hal Wajib Pajak memberikan kuasa dalam rangka pembuatan dan penandatanganan Surat Pernyataan;
viii. DOKUMEN LAIN, dalam hal Wajib Pajak menyertakan dokumen lain antara lain: a. SURAT PENGAKUAN KEPEMILIKAN HARTA, merupakan surat bermeterai
yang dibuat dan ditandatangani oleh Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak memiliki harta tambahan, namun tidak memiliki bukti dokumen pendukung apapun atas harta tambahan tersebut.
Contoh:
Wajib Pajak memiliki harta tambahan berupa uang tunai yang disimpan di rumah, perhiasan, furnitur, lukisan dan lainlain yang tidak terdapat bukti pendukung atas harta tambahan tersebut.
(6)
orang lain. Dokumen ini dibuat dan ditandatangani oleh pihak yang diatasnamakan dalam harta tambahan tersebut. Harta tambahan dimaksud dapat berupa saham, tabungan, mobil, kapal, tanah, dan/atau bangunan. Dalam hal pihak yang diatasnamakan sudah meninggal dunia SURAT PENGAKUAN NOMINEE dibuat dan ditandatangani oleh salah satu ahli waris atau penerima wasiat.
c. Bagi BUT melampirkan surat yang menyatakan bahwa harta tambahan yang diungkapkan dalam Surat Pernyataan belum pernah dilaporkan dalam dokumen SPT Tahunan Induk dan Laporan Keuangan Konsolidasi.
14. PERNYATAAN
a. Bagian tanggal diisi dengan tanggal penyampaian Surat Pernyataan.
b. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian WAJIB PAJAK dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP Wajib Pajak sendiri;
c. Untuk Wajib Pajak Badan:
1) tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian PEMIMPIN TERTINGGI dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP dari pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan; atau
2) tanda centang (√) dibubuhkan pada bagian KUASA dan pada bagian NAMA WAJIB PAJAK/PEMIMPIN TERTINGGI/KUASA dan NPWP diisi dengan Nama dan NPWP dari kuasa yang ditunjuk pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan dalam hal pemimpin tertinggi Wajib Pajak Badan berhalangan. d. Bagian Tanda Tangan Cap Perusahaan diisi dengan:
1) Tanda Tangan Wajib Pajak di atas meterai Rp6.000 untuk Wajib Pajak orang pribadi;
2) Tanda Tangan Pemimpin Tertinggi/Kuasa di atas meterai Rp6.000 disertai dengan cap perusahaan untuk Wajib Pajak badan.