Tax Learning Volume 2 2015

Tax Learning
Indonesian Tax News Letter
Volume 2/2015 – Agustus 2015

Jenis Jasa Lainnya Objek Pemotongan PPh Pasal 23
Pasal 23 ayat (1) UndangUndang Nomor 36 Tahun
2008 (UU PPh) mengatur
mengenai pemotongan
PPh atas penghasilan
yang dibayarkan kepada
Wajib Pajak dalam negeri
atau bentuk usaha tetap
terdiri dari:
1. atas penghasilan berikut, dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar
15% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN):
- dividen;
- bunga;
- royalti; dan
- hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong
PPh Pasal 21
2. atas penghasilan berikut, dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar

2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN):
- sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
kecuali sewa atas penggunaan harta yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2)
(sewa tanah dan/atau bangunan);
- imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.
Jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 2%
(sebagaimana yang diuraikan pada nomor 2 di atas yang dicetak dengan
huruf tebal-red) dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) UU PPh disebutkan akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sejak 1 Januari 2009,
ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan
PPh Pasal 23 ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008. Namun mulai 25 Agustus 2015, ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 ini akan diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 (30 hari sejak
tanggal diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini atau sejak tanggal
27 Juli 2015).

Jenis Jasa Lain

Berikut disajikan jenis jasa lain yang selama ini telah ditetapkan sebagai
jenis jasa yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 serta persandingan
dengan jenis jasa lainnya yang baru ditetapkan akan mulai menjadi objek
pemotongan PPh Pasal 23 mulai tanggal 25 Agustus 2015.

Isi dalam volume ini:
- Jenis Jasa Lainnya Objek
Pemotongan PPh Pasal 23
- Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) Tahun 2015
Berubah
- Peraturan Perpajakan
terbaru

News Letter ini disusun oleh:
Syafrianto
syafrianto@gmail.com
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
- Pemegang Ijin Kuasa Hukum

Pengadilan Pajak
- Pemegang Chartered
Accountant
Jo Eny Sanita
eny.konsultan@gmail.com
- Pemegang Ijin Konsultan
Pajak Sertifikat C
Untuk informasi lebih lengkap
silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com
Artikel yang disajikan dalam
News Letter ini adalah
merupakan pendapat pribadi
penulis berdasarkan
pemahaman atas ketentuan
yang berlaku.

1

Jenis Jasa Lain


1. Jasa penilai (appraisal);
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan
keuangan;
4. Jasa hukum
5. Jasa arsitektur
6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape
7. Jasa perancang (design);
8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak
dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk
usaha tetap (BUT);
9. Jasa penunjang di bidang: - usaha panas bumi
- penambangan migas;
10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang:
- usaha panas bumi
- penambangan selain migas;
11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara
12. Jasa penebangan hutan;
13. Jasa pengolahan limbah;

14. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli
(outsourcing services)
15. Jasa perantara dan/atau keagenan;
16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali
yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI
17. Jasa kustodian/penyimpanan /penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI;
18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Jasa mixing film;
20. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,
slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
21. - Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
- Jasa sehubungan dengan hardware atau sistem
komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan
22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Jasa internet termasuk sambungannya;
24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran
data, informasi, dan/atau program;

25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;

Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008

Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
141/PMK.03/2015

Berlaku: 1 Januari 2009
s.d. 25 Agustus 2015

Berlaku 25 Agustus
2015 s.d. ……


Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23


Tidak diatur
Objek PPh Pasal 23
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23


Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23


Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

2
Tax Learning | Volume 2/2015


26. - Jasa
perawatan/perbaikan/pemeliharaan
mesin,
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau
bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
- Jasa
perawatan/perbaikan/pemeliharaan
alat
transportasi/kendaraan
- Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi
darat, laut dan udara;
27. Jasa maklon
28. Jasa penyelidikan dan keamanan
29. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer
30. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
massa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi,
dan/atau jasa periklanan
31. Jasa pembasmian hama
32. Jasa kebersihan atau cleaning service
33. Jasa sedot septic tank
34. Jasa pemeliharaan kolam
35. Jasa katering atau tata boga
36. Jasa freight forwarding
37. Jasa logistik
38. Jasa pengurusan dokumen
39. Jasa pengepakan
40. Jasa loading dan unloading
41. Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang
dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam
rangka penelitian akademis;
42. Jasa pengelolaan parkir
43. Jasa penyondiran tanah
44. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan
45. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit
46. Jasa pemeliharaan tanaman
47. Jasa pemanenan
48. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan/atau perhutanan
49. Jasa dekorasi
50. Jasa pencetakan/penerbitan
51. Jasa penerjemahan
52. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang diatur dalam
Pasal 15 UU PPh
53. Jasa pelayanan kepelabuhan
54. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa
55. Jasa pengelolaan penitipan anak
56. Jasa pelatihan dan/atau kursus
57. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM
58. Jasa sertifikasi
59. Jasa survey
60. Jasa tester

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur

Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Tidak diatur
Tidak diatur
Objek PPh Pasal 23
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Objek PPh Pasal 23
Tidak diatur
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23

Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur
Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
Objek PPh Pasal 23
3

Tax Learning | Volume 2/2015

61. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya
dibebankan pada APBN atau APBD

Tidak diatur

Objek PPh Pasal 23

Dari tabel tersebut di atas dapat kita lihat bahwa terdapat banyak tambahan jenis jasa lain yang sebelumnya tidak
diatur atau bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23, namun berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23.

Pengecualian Pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa Lain
Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 atas Jenis Jasa Lain (sebagaimana 61 jenis jasa yang tertera pada
tabel di atas) dalam hal imbalan sehubungan dengan jasa lain tersebut telah dikenai PPh yang bersifat final
(seperti Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final 1% sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013).

Pengertian Jumlah Bruto Dasar Pemotongan PPh Pasal 23
Jumlah bruto yang menjadi dasar penghitungan PPh Pasal 23 adalah:
a. untuk jasa catering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
b. untuk jasa selain jasa catering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:
1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait dengan
jasa yang diberikan;
3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa yang diberikan oleh
penyedia jasa; dan/atau
4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah
dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan.
dengan syarat sepanjang pembayaran tersebut di atas dapat dibuktikan dengan:
- kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan;
- faktur pembelian atas pengadaan/pembelian barang atau material;
- faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis; dan
- faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga.
Dalam hal bukti dan dokumen pembayaran sebagaimana disebutkan di atas tidak ada, maka jumlah bruto
sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak
termasuk PPN.

Saat Berlakunya Ketentuan Ini
Pemotongan PPh Pasal 23 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 ini berlaku
setelah 30 hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
diundangkan pada tanggal 27 Juli 2015 sehingga berlaku mulai tanggal 25 Agustus 2015.

Dasar Aturan
- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015
***********

4
Tax Learning | Volume 2/2015

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2015 Berubah
Pemerintah telah melakukan penyesuaian besaran
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk tahun 2015.
Penyesuaian ini diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan
Nomor
122/PMK.010/2015
tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
sekaligus mengubah ketentuan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 yang sebelumnya
telah berlaku sejak 1 Januari 2013.
Perubahan besaran PTKP yang dituangkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015
yang ditetapkan dan diundangkan tanggal 29 Juni 2015 ini
mulai berlaku pada Tahun Pajak 2015. Ini artinya bahwa PTKP baru ini diterapkan untuk perhitungan PPh sejak
masa pajak Januari 2015.
Besarnya PTKP yang berlaku untuk tahun pajak 2015 disesuaikan menjadi sebagai berikut:
1. Untuk diri Wajib Pajak sebesar Rp 36.000.000 (sebelumnya sebesar Rp 24.300.000);
2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 3.000.000 (sebelumnya sebesar Rp 2.025.000;
3. Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebesar Rp
36.000.000 (sebelumnya Rp 24.300.000);
4. Tambahan untuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya sebesar Rp 3.000.000 untuk setiap anggota keluarga, maksimal 3 orang
(sebelumnya Rp 2.025.000).

Perlakuan Terhadap Perhitungan PPh Yang Sudah Dilaporkan Menggunakan PTKP Lama
Akibat perubahan besaran PTKP yang diundangkan pada tanggal 29 Juni 2015 namun berlaku surut mulai 1
Januari 2015 sehingga akan menimbulkan konsekuensi bagi Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 21 telah terlanjur
menghitung, memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2015 yang
masih menggunakan nilai PTKP lama, sehingga perhitungan PPh Pasal 21 untuk masa Januari sampai dengan Juni
2015 ini akan terlalu besar karena pengurangan PTKP yang nilainya terlalu kecil dari PTKP baru yang seharusnya
digunakan. Akibatnya akan terjadi kelebihan potong dan setor PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai
dengan Juni 2015 ini.
Melalui siaran pers Direktorat Jenderal Pajak pada tanggal 27 Juli 2015, Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan
Hubungan Masyarakat meminta kepada para Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 21 agar melakukan pembetulan
penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 Masa Januari sampai dengan Juni 2015 dan kelebihan setor akibat
pembetulan ini agar dikompensasikan terhadap penghitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli sampai dengan
Desember 2015.

Contoh Pembetulan Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21
PT ABC memiliki 5 orang pegawai tetap dengan rincian gaji yang dibayarkan dan penghitungan PPh Pasal 21 untuk
masa Januari 2015 s.d. Mei 2015 (yang masih menggunakan PTKP lama) adalah sebagai berikut:

5
Tax Learning | Volume 2/2015

Sehingga untuk masa Januari 2015 sampai dengan masa Mei 2015, setiap masanya PT ABC melaporkan
pemotongan PPh Pasal 21 dalam SPT Masa adalah dengan rincian:
- Jumlah Penghasilan Bruto (sebulan)
Rp 34.000.000
- Jumlah PPh Pasal 21 Terutang sebulan Rp 1.932.604
Sedangkan pada bulan Juni 2015, selain membayarkan gaji kepada pegawai tetapnya, PT ABC juga membayarkan
THR. Sehingga rincian gaji yang dibayarkan dan penghitungan PPh Pasal 21 untuk masa Juni 2015 (yang masih
menggunakan PTKP lama) adalah sebagai berikut:

Sehingga untuk masa Juni 2015, PT ABC melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dalam SPT Masa adalah dengan
rincian:
- Jumlah Penghasilan Bruto (sebulan)
Rp 68.000.000
- Jumlah PPh Pasal 21 Terutang sebulan Rp 5.845.104
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015, maka PT ABC harus melakukan
pembetulan penghitungan PPh Pasal 21 (dengan menggunakan nilai PTKP yang baru), sehingga perhitungan
seharusnya PPh Pasal 21 terutang dengan nilai PTKP baru adalah menjadi:
Untuk masa Pajak Januari 2015 sampai dengan Mei 2015, setiap masanya perhitungan PPh Pasal 21 menjadi
sebagai berikut:

Untuk masa Pajak Juni 2015, perhitungan PPh Pasal 21 menjadi sebagai berikut:

Dengan demikian, selisih kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajaknya adalah sebagai berikut:

6
Tax Learning | Volume 2/2015

Sehingga PT ABC harus melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2015 sampai dengan
Juni 2015 dengan nilai seperti tertera pada tabel di atas (tabel sisi kanan). Seandainya jika penghitungan PPh Pasal
21 terutang untuk masa Juli adalah seperti pada tabel di atas (PPh Pasal 21 terutang sebesar Rp 1.454.583), maka
PT ABC dapat mengkompensasikan kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang terjadi pada masa pajak Januari 2015
sampai dengan masa pajak Maret 2015 (masing-masing masa sebesar Rp 478.021) dan sebagian nilai kelebihan
bayar PPh Pasal 21 masa pajak April 2015 (sebesar Rp 20.521).
Sedangkan sisa kelebihan bayar PPh Pasal 21 masa pajak April 2015 sampai dengan Juni 2015 dapat
dikompensasikan ke perhitungan PPh Pasal 21 yang kurang bayar di masa pajak Agustus 2015 dan September
2015.

Tata Cara Pembetulan dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
Berdasarkan data dan perhitungan pada contoh di atas, maka PT ABC harus melakukan pembetulan SPT Masa PPh
Pasal 21 masa pajak Januari 2015 (demikian juga untuk masa pajak Februari sampai dengan Mei 2015):

7
Tax Learning | Volume 2/2015

Pada SPT Masa PPh Pasal 21 Pembetulan (masa Januari 2015) ini tampak bahwa akibat dari pembetulan ini
menyebabkan adanya kelebihan bayar PPh Pasal 21 sebesar Rp 478.021 (pada angka 17). Atas kelebihan
bayar PPh Pasal 21 ini dapat dimintakan untuk dikompensasi ke masa pajak Juli 2015 (pada angka 18).
Untuk Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 masa Juni 2015 adalah sebagai berikut:

Sedangkan untuk SPT Masa PPh Pasal 21 masa Juli 2015 yang harus dilaporkan oleh PT ABC adalah sebagai
berikut:

8
Tax Learning | Volume 2/2015

Pada SPT Masa PPh Pasal 21 masa Juli 2015 ini jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dapat diperhitungkan
(dikompensasi) dengan kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21
pembetulan untuk masa Januari 2015 sampai dengan April 2015 (pada angka 13), sehingga pada masa Juli
2015 ini PT ABC tidak perlu lagi menyetor PPh Pasal 21 karena sudah tidak ada PPh Pasal 21 yang kurang
bayar.
Sisa kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang berasal dari pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 masa April 2015
sampai dengan Juni 2015 dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya (Agustus 2015 dan seterusnya).
***********

Peraturan Perpajakan Terbaru
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2015
Tanggal 23 Juni 2015
Penyerahan Air Bersih Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.010/2015
Tanggal 24 Juli 2015
Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141/PMK.03/2015
Tanggal 24 Juli 2015
Jenis Jasa Lain Sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Ayat (1) Huruf c Angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008

9
Tax Learning | Volume 2/2015

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.010/2015
Tanggal 7 Juli 2015
Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pertukaran Informasi (Exchange
Of Information)
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK.010/2015
Tanggal 29 Juni 2015
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.03/2015
Tanggal 24 Juni 2015
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan
Pajak
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.03/2015
Tanggal 24 Juni 2015
Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 86/KMK.03/2002 Tentang Tata Cara Penggunaan Stiker Dalam
Pemungutan Dan Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Produk Rekaman Gambar Dan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 174/KMK.03/2004 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Produk Rekaman Suara
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2015
Tanggal 5 Agustus 2015
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 tentang Tata Cara Dan Prosedur
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan Di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-29/PJ/2015
Tanggal 23 Juli 2015
Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa
PPN)
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2015
Tanggal 22 Juli 2015
Tata Cara Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2015
Tanggal 14 Juli 2015
Pencabutan Beberapa Peraturan Direktur Jenderal Pajak dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Terkait dengan
Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Di Bidang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Pajak Bumi dan
Bangunan
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2015
Tanggal 19 Juni 2015
Tata Cara Pembayaran Pajak Penghasilan Non Migas Dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2015
Tanggal 12 Juni 2015
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2015 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-23/PJ/2015
Tanggal 01 Juni 2015
Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin
Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-22/PJ/2015
Tanggal 28 Mei 2015
Pencabutan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-170/PJ/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Konseling
Terhadap Wajib Pajak Sebagai Tindak Lanjut Surat Himbauan

10
Tax Learning | Volume 2/2015

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-21/PJ/2015
Tanggal 25 Mei 2015
Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-55/PJ/2015
Tanggal 22 Juli 2015
Tata Cara Pemberian Layanan Terkait dengan Persyaratan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bakal Calon Kepala
Daerah
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2015
Tanggal 7 Juli 2015
Pelaksanaan Pemeriksaan Tahun 2015 Dalam Rangka Mendukung Tahun Pembinaan Wajib Pajak
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2015
Tanggal 6 Juli 2015
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.03/2015 Tentang Penghapusan Sanksi Administrasi
Bunga Yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-51/PJ/2015
Tanggal 3 Juli 2015
Petunjuk Pelaporan, Monitoring, Dan Evaluasi Kinerja Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2015
Tanggal 3 Juli 2015
Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-48/PJ/2015
Tanggal 1 Juli 2015
Kegiatan Pemetaan Lokasi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan/Atau Badan Serta Objek Pajak Pajak Bumi Dan Bangunan
Melalui Geotagging
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-47/PJ/2015
Tanggal 30 Juni 2015
Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.010/2015 Tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-46/PJ/2015
Tanggal 29 Juni 2015
Petunjuk Kegiatan Koordinasi Dengan Pihak Eksternal Direktorat Jenderal Pajak
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-44/PJ/2015
Tanggal 23 Juni 2015
Struktur Penomoran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penerapan Nomor Pokok Wajib Pajak Tetap
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-43/PJ/2015
Tanggal 18 Juni 2015
Jam Pelayanan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Selama Bulan Ramadhan 1436 Hijriyah
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015
Tanggal 3 Juni 2015
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 Tentang Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, dan
Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Untuk Kumpulan Peraturan Selengkapnya silakan kunjungi:
http://syafrianto.blogspot.com/2011/01/kumpulan-ketentuan-perpajakan-tahun.html
11
Tax Learning | Volume 2/2015