LKIP 2014

LAKIP 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya sampai saat ini kita masih diberi kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas

Pertanian DIY.
Laporan Akuntabilitas Kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggungjawababan kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran
strategis instansi.
LAKIP Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 disusun
dengan pola/cara perhitungan indikator kinerja yang mengacu pada Peraturan
Menteri Negara Pendayaagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi Nomor
29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan
Akuntabilitas

Kinerja


Instansi

Pemerintah

dan kesepakatan

pada

asistensi

penyusunan LAKIP yang diadakan Biro Organisasi Setda D.I. Yogyakarta.
Disadari bahwa LAKIP Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta 2014 ini masih
banyak kekurangan, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif sangat
diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga LAKIP ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta,

Februari 2015


KEPALA DINAS

Ir. SASONGKO, MSi
NIP. 19591216 198603 1 007

DINAS PERTANIAN DIY 2015

i

LAKIP 2014

IKHTISAR EKSEKUTIF

Visi .jangka menengah Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta yang
tertuang

dalam

“MEWUJUDKAN
POTENSI


Rencana

Strategis

PERTANIAN

LOKAL

DAN

instansi

TANGGUH,

Tahun

BERDAYA

BERKELANJUTAN,


2012-2017
SAING,

SEBAGAI

adalah

BERBASIS

PENGGERAK

PEREKONOMIAN REGIONAL”
Untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh melalui 1 misi, yaitu (a)
“Mendorong peningkatan produksi, kualitas, dan nilai tambah produk pertanian
melalui peningkatan SDM, ketersediaan dan optimasi sarana prasarana pertanian,
teknologi yang spesifik, inovatif, kreatif dan ramah lingkungan”.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertanian
Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
perjanjian kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta yang memuat

rencana, capaian, dan realisasi indikator kinerja dari sasaran strategis. Sasaran dan
indikator kinerja termuat dalam Renstra Dinas Pertanian Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2012-2017. Untuk mencapai sasaran tersebut, ditempuh dengan
melaksanakan strategi, kebijakan, program dan kegiatan seperti telah dirumuskan
dalam rencana strategis.
A. Capaian Kinerja
Ringkasan prestasi kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta
yang dihasilkan dari pelaksanaan program dan kegiatan di tahun 2014, dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Sasaran 1 : Meningkatkan produksi pertanian (tanaman pangan dan hortikultura),
dengan indikatornya :
1. Jumlah produksi tanaman pangan
Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2014 adalah
2.193.605 ton atau sebesar 94,48 %.
2. Jumlah produksi hortikultura
Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2014 adalah 383.913
ton atau sebesar 100,19 %.

DINAS PERTANIAN DIY 2015


ii

LAKIP 2014

b. Sasaran 2 : meningkatkan populasi ternak, dengan indikatornya : Jumlah
populasi ternak (ekor/animal unit)
Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2014 adalah 607.709
animal unit atau sebesar 90,48 %.
c. Sasaran 3 : meningkatkan kualitas SDM dan kelembagaan petani, dengan
indikatornya : Persentase peningkatan NTP sektor pertanian (tanaman pangan,
hortikultura, peternakan)
Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2014 adalah -1,19 % atau
sebesar – 70,00 %.
d. Sasaran 3 : meningkatkan nilai tambah produk pertanian, dengan indikatornya :
Komoditas olahan memenuhi jaminan mutu
Capaian kinerja sampai dengan akhir Bulan Desember 2014 adalah 3 komoditas
atau sebesar 100 %.
B. Kinerja Keuangan
Untuk kinerja keuangan dari pagu belanja langsung dan belanja tidak
langsung sebesar Rp. 55.567.462.581,- realisasi keuangan Dinas Pertanian DIY di

tahun 2014 sebesar Rp.52.053.687.789,- atau mencapai 93,68 %.
C. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan pelaksanaan kinerja Dinas Pertanian DIY di
tahun 2014 adalah :
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian, meliputi petani dan petugas. Sebagian
besar petani di DIY berusia lanjut dengan pendidikan relatif rendah. Selain itu,
jumlah

petugas

(penyuluh

dan

pengamat

organisme

pengganggu


tumbuhan/POPT) makin terbatas.
2. Adopsi teknologi budidaya dan teknologi pascapanen/pengolahan masih rendah.
Petani pada umumnya masih menggunakan cara-cara yang sudah terbiasa
dilakukan secara turun-temurun.
3. Akses terhadap permodalan terbatas, sebagian besar berasal dari modal sendiri.
4. Pemilikan lahan pertanian sempit, sebagian besar (78,32%) menguasai lahan
pertanian kurang dari 0,5 Ha.

DINAS PERTANIAN DIY 2015

iii

LAKIP 2014

5. Ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk anorganik maupun pestisida
kimiawi masih cukup tinggi.
6. Perubahan iklim global mengakibatkan perubahan iklim yang cukup ekstrem dan
tidak menentu sehingga menyulitkan petani dalam pengaturan musim tanam.
Ke depannya untuk mengatasi permasalahan tersebut akan ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Peningkatan SDM pertanian melalui pendidikan dan pelatihan baik bagi petani,
kelompok tani, gabungan kelompok tani (gapoktan) maupun petugas di tingkat
lapangan. Metode pendidikan dan pelatihan yang ideal adalah perpaduan antara
kegiatan pembelajaran di dalam ruangan, di luar ruangan, hingga studi banding
ke luar daerah.
2. Untuk menumbuhkan respon petani terhadap penggunaan teknologi baru
diperlukan metode yang mampu memberikan keyakinan pada petani bahwa
teknologi baru tersebut sudah teruji dan benar-benar lebih baik dan memberikan
manfaat/keuntungan bagi usaha taninya. Pendekatan yang ditempuh berupa
sosialisasi dan pelatihan dengan metode khusus, antara lain Sekolah Lapangan
(SL) dan Laboratorium Lapangan (LL) di mana petani dilibatkan langsung mulai
dari perencanaan hingga evaluasi manfaat teknologi baru tersebut. Di samping itu
sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak maupun media elektronik dengan
kemasan budaya lokal sehingga lebih mudah diterima dan dipahami oleh petani.
3. Akses terhadap permodalan. Berbagai skema pembiayaan/skim kredit, baik dari
Pemerintah maupun BUMN tidak dapat diimplementasi secara parsial, akan
tetapi harus disertai dengan pendampingan dan penguatan kelembagaan petani.
Pembinaan petani dilaksanakan dengan basis kelompok (kelompok tani maupun
gabungan kelompok tani).
4. Untuk mengatasi pemilikan lahan yang sempit (rata-rata