ART Luis da Costa, VI Meitiniarti, JC Mangimbulude Manajemen sampah

BioS-

Majalah Ilmiah Semipopuler

Penanggung Jawab
Ir. Ferry F. Karwur, M.Sc., Ph.D.

Pengantar Redaksi

Ketua Dewan Redaksi
Drs. Jubhar Mangimbulude, M.Sc.

Bios Vol.5 No.2, Oktober 2011-Maret 2012
mengangkat topik utama tentang mikoriza.
Simbiosis ュ オエ
。ャゥ
ウ ュ セ ~ antara kelompok jamur
tertentu dengan perakaran tur:nbuhan merupakan suatu fenomena menarik yang telah diamati
oleh ilmuwan di berbagai negara di dunia sejak
lama, namun baru tahun 1885, seorang ilmuwan
Jerman memberikan nama terhadap fenomena

ini dengan istilah mikoriza. Sejak itu, istilah ini
digunakan secara lazim dan menjadi pokok
penelitian yang menarik hingga saat ini.
Penjelasan tentang distribusi dan variasi, fungsi
dan peran, evolusi, serta aplikasi mikoriza dalam
meningkatkan produktivitas tanah dibahas
dalam majalah ini. Tak lupa juga disajikan sekilas
informasi tentang A.B.Frank ilmuwan Jerman
yang berjasa dalam pemberian nama mikoriza.
Selain artikel tentang mikoriza, disajikan
juga artikel lepas tentang manajemen sampah
perkotaan di Kota Dili, Timor Leste. Artikellepas
lainnya yang dapat dibaca dalam edisi ini adalah
pigmen alami yang terdapat dalam kelapa sawit
dan manfaat bagi kesehatan manusia serta
pemucatan warna pada minyak sa wit mentah.
Pada bagian flora dan fauna, disajikan
artikel tentang sembukan dan rayap, sementara
untuk rubrik biologi di ruang kelas disajikan:
mitos nama-nama ilmiah makhluk, yang ditulis

oleh biologiwan Indonesia yang telah lama
bergumul dalam bidang taksonomi tumbuhan.
Kami dewan redaksi tetap menunggu
kontribusi Anda berupa tulisan-tulisan ilmiah
yang sesuai dengan rubrik-rubrik bacaan dalam
BioS.

Dewan Redaksi
Prof. Dr. lr. Haryono Semangun
Prof. Dr. Mien A. Rifai
Prof. Dr. Ocky Karnaradjasa, M.Sc.
Ferdy S. Rondonuwu, S.Pd, M.Sc, Ph.D.
Dr. AB Susanto, M. Sc.
Drs. Langkah Sembiring, M.Sc, Ph.D.
Dr. lr. Martanto Martosupono
Drs. Soenarto Notosoedarmo, M.Sc.
Dr. Simon Taka Nuhamara
Redaksi Pelaksana
Masya Famely Ruhulessin, S.Si.
.

Administrasi dan Keuangan
Anastasia Natalia KurniasarL S.Si.
Iklan, Promosi, dan Distribusi
Masya Famely Ruhulessin, S. Si.
Penerbit
BioS - Majalah Ilmiah Semipopuler
Alamat Redaksi
Laboratorium Carotenoid and Antioxidant
Research Center (CARC)
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro No. 52-60
Salatiga 50711 Jawa Tengah
Telp.
(0298)321212 (ext-441)
Fax.
(0298)329200
email : [email protected]
Rekening BioS:
Ferry Fredy Karwur QQ Majalah BioS
No Rek: 0196318983

Bank BNI Cabang UKSW
Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga
Cerita Sampul:
Sistem perakaran pada Eupatorium riparium yang
diduga terdapatmikoriza.
Foto oleh Dhanang Puspita

Janajemen
セ~

Karoten, Pigme

dan Manfaab

)emucatan Warn

lora
セ ・ュ「

オ ォ。ョ


Z :

Kura1

Pauna
セ 。 ケ 。 ー p

si Perusak

Biologi di Rua

Selamat membaca.

\1itos-Mitos Nar
Salam,
Jubhar Mangimbulude

Kolom Pemba


TopiJ

Vol. 5 No.2 (

Manajemen Sampah Perkotaan
di Kota Dili, Timor Leste
Luis da Costa, V. Irene Meitiniarti, dan Jubhar Christian Mangimbulude
Sampah bukan sesuatu hal yang baru
bagi kita, tetapi sudah menjadi bagian dari
kehidupan kita setiap hari. Seperti di kotakota besar, setiap hari terlihat adanya
berbagai sampah, baik sampah rumah
tangga, pasar, maupun industri. Sampah
sering menjadi persoalan besar bagi
pemerintah kota ataupun provinsi dan
menjadi topik hangat untuk dibicarakan
berbagai kalangan masyarakat. Oleh karena
itu, sampah menjadi topik yang menarik
untuk dikaji lebih mendalam.
Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang a tau dibuang dari aktivitas manusia

maupun alam yang belum memiliki nilai
ekonomis. Di negara-negara maju,
pemerintah daerah dan perusahan swasta
bertanggung jawab mengelola sampah agar
menjadi bahan yang bernilai ekonomis dan
berguna bagi konsumen, serta tidak
mencemari lingkungan.
Berdasarkan data National Urban
Development Strategy pada tahun 2003,
dalam kurun waktu satu hari saja kota
metropolitan, seperti Jakarta berhasil
menumpukkan 5.000 ton sampah dari 10 juta
penduduk. Demikian juga kota Bandung
8000

Gambar 1. Jumlah sampah di beberapa kota besar
di Indonesia (Sumber : Liunokas, 2010)

yang mampu menghasilkan sampah sekitar
1.300 ton dan Surabaya 1.500 ton per hari.

Menurut Bappenas (2003), pada tahun 1995
perkiraan timbunan sampah di Indonesia
mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih
dua kali lipat pada tahun 2020 yang akan
mencapai 53,7 juta ton. Sementara di kota
besar di Indonesia diperkirakan timbunan
sampah per kapita berkisar antara 600-830 g
per hari. Besarnya timbunan sampah yang
dihasilkan dapat dilihat pada gambar 1.
Mengingat besarnya kuantitas sampah
yang harus dikelola, pada umumnya masalah
pengelolaan menjadi persoalan yang
dihadapi oleh setiap pemerintah kota.
Pengelolaan tersebut meliputi bagaimana
sistem pengumpulan, pengangkutan, dan
mencari lokasi pembuangan akhir yang
layak. Untuk kota-kota besar dan
metropolitan, · persoalan sampah semakin
serius hila sudah menyentuh perencanaan
lokasi bagi sarana dan prasarana pengolahan

sampah, berkaitan dengan kelangkaan lahan
di perkotaan, penolakan warga di sekitar
lokasi yang direncanakan sebagai tempat
pembuangan akhir, pembiayaan serta
perlunya mekanisme kerjasama antar kota
dan antarinstansi.
Masalah sampah tidak hanya terjadi di
negara-negara maju atau berkembang, tetapi
menjadi persoalan juga bagi Dili, Timor Leste
sebagai negara kecil yang penduduknya
baru mencapai 1.066.582 jiwa. Walaupun
masih banyak persoalan lain yang harus
ditangani, namun masalah sampah menjadi
prioritas bagi Timor Leste. Oleh karena itu
penulisan ini bertujuan untuk
mendeskripsikan manajemen sampah di
Kota Dili, dilihat dari aspek pengumpulan,
pengangkutan dan pembuangan akhir
maupun aspek kelembagaan berkaitan
dengan kebersihan kota.


Sumber-Sw
Untu
paling bany
Kota Dili di
kecamatan,:
Cristo Rei. )
Kota Dili ad<
(a) perum<
komersial p
sekolah dan
(terminal bu
kecamatan 1
sampah tei
perumahan/
Secara
masing-ma
berbeda. 54
perumahan!
organik (sis;

buah-buah<
membusuk).
pasar, beru
kertas, kalenl
sekolah dan
botol-botol
komposisi :
(terminal), a
buahan.

Manajemen:
Menm
menghasilkaJ
seperti menii:
menjijikkan,
berbahaya
menimbulkru
dan apalagi 4
terdapat jm
sementara ar
terbatas. Se
mempengan
terutama セ@
masyarakat.
Manaj4
menjadi foku
pengumpula

(transportati01
disposal). 81
dilakukan d

31

BioS- Majalah Ilmiah Semipopuler

Vol. 5 No.2(

Sumber-Sumber Sampah di Kota Dili
Untuk menentukan sumber yang
paling banyak menyumbangkan sampah di
Kota Dili dilakukan pengamatan di 3 (tiga)
kecamatan, yaitu Nain Feto, Dom Aleixo, dan
Cristo Rei. Yang menjadi sumber sampah di
Kota Dili adalah:
(a) perumahan/pemukiman, (b) tempat
komersial pasar/pertokoan, (c) perkantoran,
sekolah dan rumah sakit, (d) tempat umum
(terminal bus)/ jalan. Dari pengamatan di 3
kecamatan tersebut, tampak bahwa jumlah
sampah terbesar dihasilkan dari sampah
perumahan/pemukiman dan sampah pasar.
Secara umum komposisi sampah dari
masing-masing sumber yang diamati
berbeda. Sebagai contoh, sampah dari
perumahan sebagian besar terdiri atas bahan
organik (sisa makanan, sisa sayuran, kulit
buah-buahan, dan buah-buahan yang
membusuk). Sementara dari pertokoan dan
pasar, berupa sampah organik, plastik,
kertas, kaleng, dan botol. Sampah dari kantor,
sekolah dan rumah sakit terdiri atas kertas,
botol-botol, dan plastik. Sedangkan
komposisi sampah dari tempat umum
(terminal), adalah plastik dan kulit buahbuahan. ·
Manaj emen Sampah Perkotaan
Menurut Said (1990), sampah dapat
menghasilkan pelbagai permasalahan umum
seperti menimbulkan perasaan tidak estetik,
menjijikkan, menjadi sarang penyakit yang
berbahaya bagi kehidupan manusia,
menimbulkan bau yang mencemari udara, air
dan apalagi di daerah perkotaan sering kali
terdapat jumlah penduduk yang padat
sementara areal untuk pembuangan sampah
terbatas. Secara singkat sampah dapat
mempengaruhi setiap aktivitas manusia
terutama kesehatan dan lingkungan
masyarakat.
Manajemen sampah perkotaan yang
menjadi fokus utama pengamatan, meliputi
pengumpulan (collecting), pengangkutan
(transportation) dan pembuangan akhir (final
disposal). Berdasarkan observasi yang
dilakukan di Dili, terlihat bahwa ketiga

Vol. 5 No.2 Oktober 2011-Maret 2012

komponen manajemen sampah, meliputi
pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir, sudah dilakukan secara
optimal dan terintegrasi, namun dalam segi
pelaksanaannya belum sepenuhnya
dimengerti masyarakat.
1. Pengumpulan (Collecting)
Secara umum sampah yang dihasilkan
dari berbagai aktivitas masyarakat di Dili,
khususnya di 3 kecamatan yang diamati,
belum semuanya dibuang pada tempat yang
benar. Semua kampung memiliki tempat
pembuangan sementara (TPS), namun
mereka tidak membuang sampahnya pada
TPS yang ada, tetapi membuang sampahnya
di sekitar TPS, sehingga sampah tersebar di
sekitar TPS. Demikian juga dengan
pertokoan, perkantoran dan sekolah yang
telah memiliki TPS permanen maupun tidak
permanen.
a) Pengumpulan sampah di perumahan/pemukiman: Berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh penulis, tampak bahwa
sampah perumahan/pemukiman dari 3
kecamatan di Dili dikumpulkan hampir
setiap hari dengan maksud menata kota
seperti di kota-kota besar lainnya di negaranegara maju maupun negara yang sedang
berkembang. Sampah plastik dan kertas yang
dihasilkan kemudian dikumpulkan lalu
dibuang di TPS yang telah disiapkan oleh
dinas kebersihan di setiap kampung.
Sementara sampah organik yang berupa sisasisa makanan, sisa sayuran, sisa kulit buahbuahan dan sisa buah-buahan dijadikan
sebagai makanan ternak (babi, unggas, dan
anjing), dan sebagian warga yang tidak
memiliki ternak membuang sampah
langsung ke TPS atau memberikan kepada
tetangga yang memiliki ternak. Secara umum
hampir 80% warga di Dili tidak memiliki
ternak sehingga sampahnya langsung
dibuang ke TPS terdekat dan sampah yang
dihasilkan kebanyakan dibuang begitu saja di
belakang rumah.
b) Pengumpulan sampah pasar dan
pertokoan: Secara umum penjual di Kota Dili,

32

posisinya berdekatan dengan TPS sehingga
para penjual langsung membuang
sampahnya ke TPS. Tetapi penjual yang
tempatnya jauh dengan TPS, sampah yang
dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan ke
dalam kantong plastik kemudian dibuang ke
TPS. Namun ada beberapa penjual yang
membuang sampahnya begitu saja di sekitar
lokasi penjualan bukan ke TPS.
Sampah-sampah pasar yang berada di
luar TPS, selalu berserakan ketika tertiup
oleh angin. Namun selama ini sampahsampah yang berada di TPS selalu diangkut
habis setiap hari oleh petugas kebersihan.
Selama observasi di lapangan, pada setiap
toko selalu tersedia tempat sampah yang
disediakan sendiri oleh pemilik toko. Dari
hasil observasi ternyata hampir semua TPS
yang ada tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai sehingga ketika angin bertiup,
banyak sampah yang beterbangan jatuh ke
dalam selokan-selokan.
c) Pengumpulan sampah diperkantoran dan sekolah: Sebagian besar
perkantoran dan sekolah telah mempunyai
tempat sampah yang cukup memadai. Semua
sampah yang berasal dari perkantoran dan
sekolah yang sebagian l:iesar berupa kertas,
kardus, plastik, kertas karbon, botol aqua
serta daun-daunan, sudah dibuang pada
tempat sampahnya. Kebersihan di Dili
merupakan tanggung jawab dinas
kebersihan kota yang ditangani oleh Bupati
Dili, dan tiap Jumat merupakan hari
kebersihan.
d) Pengumpulan sampah di tempat
umum (terminal bus): Di Kota Dili terdapat
dua terminal bus yaitu Becora dan Tasi Tolu.
Jenis sampah yang sangat mencolok di kedua
terminal tersebut adalah plastik (botol aqua,
pembungkus makanan), kertas koran,
kardus, dan kulit buah-buahan. Di sekitar
terminal, terdapat satu TPS yang mempunyai
tutup yang memadai. Namun kebanyakan
penumpang kurang sadar sehingga kadangkadang mereka membuang sampahnya tidak
pada tempatnya melainkan di sekitar TPS.
Kota Dili mempunyai 3 jenis TPS yaitu 1) TPS
permanen yang dibuat dari semen tanpa
33

penutup, 2) TPS bukan permanen yang bisa
dipindahkan/tarik (Kontentor) dengan
penutup, dan 3) TPS bukan permanen
(plastik) memiliki dua roda dengan penutup.
Dari ketiga jenis tersebut semuanya
disediakan oleh pemerintah untuk
perumahan, perkantoran, sekolah,
pertokoan, dan terminal, dengan maksud
untuk mempermudah pengumpulan dan
pengangkutan oleh petugas kebersihan kota.
2. Sistem Pengangkutan Sampah
(transportation)

Pengangkutan yang biasanya
dilakukan meliputi pengangkutan dari
sumber penghasil sampah ke tempat
pembuangan sementara (TPS) dan dari TPS
ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dari
data ini jelas dapat digambarkan bahwa
hampir semua sumber penghasil sampah
selalu membuang sampahnya ke TPS. Hal ini
menunjukkan bahwa pengangkutan sampah
dari setiap sumber penghasil sampah sudah
tertata cukup baik. Walaupun demikian
masih ada sampah yang tercecer.
Pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA dilakukan setiap hari oleh petugas dinas
kebersihan. Semua sampah di TPS selalu
terangkut setiap hari. Jika ada yang tidak
terangkut, berarti disebabkan sampahnya
terlalu banyak. Jumlah petugas pengangkut
sampah ada 30 orang yang dibagi dalam 3
kelompok sesuai dengan jumlah kecamatan
yang ada di Kota Dili, yaitu Kecamatan Cristo
Rei, Nain Feto, dan Dom Aleixo. Sedangkan
fasilitas pengangkut sampah, seperti truk
sampah berjumlah 38 unit. Di antaranya 30
unit milik pengusaha yang dikontrak oleh
pemerintah guna memperlancar
pengangkutan sampah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat Kota Dili. Dengan
biaya US$ 60-65 per hari dibayar per bulan,
truk-truk tersebut semuanya harus aktif
setiap hari. Truk-truk ini mengangkut
sampah setiap hari termasuk hari Sabtu dan
Minggu. Setiap kelompok tersebut
bertanggung jawab atas wilayah kerjanya
masing-masing (telah ditentukan oleh dinas
kebersihan kota). Pengangkutan sampah
dilakukan mulai jam 07.30 sampai jam 11.30
BioS- Majalah Ilmiah Semipopuler

dan mulaij<
Rata-rata SaJ
TPA setiap I
3
m • Jika dihi
jumlah sam
mencapai24
milik peme
pengangkut
trukyangru
3. TempatP•
Jara
mencapaiH
danpemuki
dioperasion
saatini.
Pet
berjumlah
Pekerjaan s
di TPA dt
diangkut ol
Peran pett
sangatlah J
fasilitas yan:

Gambar 2. Lol

Sarr

dim

Vol. 5 No.2

yang bisa
) dengan
permanen
dengan penutup.
but semuanya
erintah untuk

dan

demikian

dan mulai jam 02.00 sampai jam 04.00 WTL.
Rata-rata sampah yang diangkut dari TPS ke
TPA setiap hari dari tiap truk 3 kali adalah 8
m3• Jika dihitung dari 30 truk yang ada, maka
jumlah sampah yang terangkut setiap hari
mencapai 240m3 • Delap an unit lainnya adalah
milik pemerintah sebagai cadangan dalam
pengangkutan pengangkutan apabila ada
truk yang rusak.
3. Tern pat Pembuangan Akhir (TPA)
Jarak dari pusat kota ke TPA Tibar
mencapai 16 km, sedangkan jarak antara TPA
dan pemukiman warga sekitar 300m. TPAini
dioperasionalkan mulai tahun 2000 sampai
saatini.
Petugas yang bekerja di TPA
berjumlah · 10 orang, semuanya PNS.
Pekerjaan sehari-harinya sebagai pengawas
di TPA dengan maksud, sampah yang
diangkut oleh truk dibuang dengan benar.
Peran petugas pengawasan di TPA ini
sangatlah penting, demikian juga dengan
fasilitas yang ada di lokasi TPA yaitu buldozer

1 unit dan ekskafator 1 unit. Alat-alat ini
berfungsi untuk menggali tanah dan
menutup tanah sebelum dan sesudah sampah
dibuang. Sampah dibuang dari TPS ke TPA,
dan di TPA jika sampah telah menumpuk
(penuh), sampah akan dibakar lalu
dikubur/ditutup dengan tanah sampai rata
(Gambar2).

Kualitas Sampah Perkotaan dan
Manajemen Mulai dari Pengumpulan
(Collecting), Pengangkutan (Transportation)
dan Pembuangan Akhir (Final Disposal)
Berdasarkan hasil pengamatan
kualitas sampah di Dili dan mengacu
Undang-Undang No. 18 tahun 2008 (Sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan
atau proses alam yang berbentuk padat dan
penggolongan sampah menjadi 4 golongan,
yaitu 1) sampah yang mudah membusuk, 2)
sampah yang tidak mudah membusuk , 3)
sampah berupa debu/abu, dan 4) sampah
yang berbahaya (B3) bagi kesehatan) .

yang tidak
sampahnya
pengangkut
dibagi dalam 3
kecamatan
Cristo
Sedangkan
seperti truk

mperlancar
dengan
Dili. Dengan
per bulan,
harus aktif
mengangkut
Sabtu dan
ok tersebut
kerjanya
oleh dinas
Gambar 2. Lokasi TPA ini berada di pinggir sebelah barat sekitar 26 km d ari Kota Dili d an nam a tempatnya adalah Tibar.
Sampah-sampah yang dibuang ke lokasi ini langsung dibakar lalu ditutup dengan tan ah sampai rata, sebagian
dimanfaatkan pemulung.

Vol. 5 No.2 Oktober 2011-Maret 2012

34

Kualitas sampah di Dili tergolong beragam
karena ke empat golongan tersebut
semuanya ada/dijumpai. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas manusia di
Dili sama tingginya dengan di kota negaranegara maju maupun berkembang.
Jika dibandingkan dengan
pengelolaan sampah yang terjadi di kota
besar di Jawa seperti di Surabaya, sistem
pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan akhir yang dilakukan di Dili
masih belum dikelola dengan baik. Di
Surabaya sampah dari perumahan
ditampung pada tempatnya kemudian
diangkut oleh petugas kebersihan untuk
dibuang ke TPS. Di beberapa tempat di Jawa,
sampah dari perumahan dikumpulkan pada
suatu tempat, lalu petugas dari masyarakat
(RT/RW) mengangkut sampah tersebut ke
TPS-TPS terdekat sehingga sampah tidak
menumpuk terlalu lama di kompleks
perumahan.
Kondisi semacam ini tidak terjadi di
Dili, hal ini menunjukkan bahwa
sesungguhnya peran warga dalam hal
pengumpulan sampah dan pengangkutan
sampah ke TPS masih tergolong rendah.
Pengelolaan sampah tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah atau dinas
terkait semata, tetapi memerlukan partisipasi
warga masyarakat. Untuk mencapai
kesadaran masyarakat seperti itu perlu
dilakukan langkah-langkah persuasif dan
preventif dalam mengajak masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam hal mengelola
sampah, minimal sampah perumahan yang
dihasilkan oleh warga serta cara
pembuangannya.
Selama observasi berlangsung,
petugas dinas kebersihan kota selalu
mengangkut habis sampah yang ada di tiga
wilayah tersebut dengan semangat dan guna
menghindari bau busuk yang tidak sedap.
Hal ini sangat didukung oleh pemerintah
kota karena kebersihan menjadi prioritas
utama dalam kota, maka pemerintah telah
menjadwalkan setiap hari Jumat dijadikan
Hari Kebersihan Kota.
Bentuk penimbunan sampah di TPA
35

yang dilakukan dengan sistem tertutup
(sanitary landfill) di Dili saat ini juga memberi
nilai tambah pada pengelolaan sampah
secara umum. Sistem tertutup pada
penimbunan sampah ini menimbulkan
dampak positif karena tidak tercium bau
busuk dan air lindi (leacheate) juga tidak
keluar dari penimbunan sampah (kecuali saat
musim hujan dan sampah belum dibakar,
akan timbul bau yang tidak sedap ).
Penutup
Sumber penghasil sampah terbesar di
3 kecamatan di kota Dili adalah
perumahan/pemukiman, pasar, kemudian
diikuti oleh pertokoan, sekolah dan kantor
serta terminal. Sampah yang dihasilkan oleh
sumber-sumber penghasil sampah juga
beragam.
Secara menyeluruh, dari 3 aspek
manajemen sampah yang diamati di 3
kecamatan di Dili, tampak hanya pada aspek
pengumpulan sampah saja yang kurang baik.
Ada sebagian masyarakat yang membuang
sampahnya di luar bak sampah walaupun
baknya masih kosong. Namun banyak juga
warga yang telah mempunyai kesadaran
untuk membuang sampah dengan benar.
Berangkat dari ketentuan tersebut,
maka tentu menjadi tanggung jawab setiap
orang, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok (kelompok masyarakat,
pengusaha, maupun komponen masyarakat
lainnya) untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan sampah untuk menciptakan
lingkungan perkotaan yang baik, bersih dan
sehat. Agar masyarakat mengerti dan
memahami benar cara pengelolaan sampah
yang baik, maka pemerintah (Dinas
Kebersihan) yang menangani sampah harus
mengadakan .penyuluhan secara terbuka dan
terns menerus kepada masyarakat tentang
cara penanganan sampah, mengadakan
sosialisasi program penanggulangan masalah
sampah, terutama kepada masyarakat
dengan tingkat pemahaman pengelolaan
yang masih rendah. Di samping itu,
pemerintah kota dapat memberikan motivasi
berupa menyediakan fasilitas seperti bak
BioS- Majalah Ilmiah Semipopuler

sampah, pa]
secara tidak
Kota Dili 1
menangani1
dengan kw
untuk meml
dan inisiatif
baik tentan1
maka disarru
1) Un
dinas kebersi
operasional I
sampah, p
mengenai
mengikutst

Anonim. 20
Indon
Liunokas, Y1
Tim01
Salati1
Poerwadam
Undang-Un

Ke

berteriall
terjadi k

kacamatl

bisatelja
Sa

(rapidt!J'

menghall
tidur. Se
darahke
REM, di
bertahal1

Bi

SetelahtJ
kembaJL
dapatbe
pasti. Sej
terjadinJ
padallnl

Sumber:,

Vol. 5 No.2