EKSPRESI EMOSI ANGGOTA KOMUNITAS ONE DAY ONE JUZ (ODOJ).

(1)

EKSPRESI EMOSI ANGGOTA KOMUNITAS ONE DAY ONE JUZ (ODOJ)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Reynando Ardiansyah Zulkarnaen B07211060

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

SKRIPSI

EKSPRESI EMOSI ANGGOTA KOMUNITAS ONE DAY

ONE JUZ(ODOJ) Yang diusun oleh

Reynando Ardiansyah Zulkarnaen 807211060

Telah dipertahankan di depan Tim penguji pada tanggal 1 Februari2016

an Kesehatan

'i..:effir,fno,.n.

M.pd

{i;ffiryg

6;; l z6l s s oo2 | o o 1

Susunan Tim Penguji Penguji I/ Pembimbing

Dr. S. Khoriyatul Khotimah, M. psi, psikolog

i{IP. i977i I 1620080120i 8

Penguji

III

Drs. Sjahudi S'rfodj, M. Si

NiP. 1 9520s04f98003 1 003


(3)

(4)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk memahami, menggali dan menemukan gambaran ekspresi emosi pada anggota komunitas One Day One Juz.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan menggunakan triangulasi sumber sebagai validasi data. Subyek peneltian adalah anggota komunitas One Day One Juz yang aktif melaksanakan program mengaji satu juz satu hari. Ada 2 subyek yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini.

Penelitian ini menemukan ekspresi emosi anggota komunitas One Day One Juz yang disingkat menjadi ODOJ, antara subyek I dan subyek II berbeda. Pengungkapan ekspresi subyek I berkurang setelah mengikuti kegiatan komunitas ODOJ. Pada subyek I, gambaran ekspresi emosi yang ditinjau dari kondisi meliputi (1) need of the moments pada ekspresi emosi terkejut dan sedih (2) cultural display rules pada eksprei emosi takut dan jijik, serta (3) personal display rules pada ekspresi emosi marah. Sedangkan pada subyek II, gambaran ekspresi emosinya yang ditinjau dari kondisi adalah (1) cultural display rules pada ekspresi emosi terkejut, jijik, dan takut subyek (2) need of the moments pada ekspresi marah, dan (3) vocational requirement pada ekspresi emosi sedihnya.


(5)

x

ABSTRACT

The purpose of this research is to understand and find out the description of emotional expression in the members of One Day One Juz Community. This research uses qualitative research with phenomenological approach and triangulation source as a validation data. The subject of the research is the active members of One Day One Juz Community who do a reading one juz of Al Quran each day. There are two subject who are used as a source of information in this research.

This research finds emotional expression from the members of One Day One Juz Community which is abbreviated to ODOJ, it is different between subject 1 and subject 2. The disclosure of subject 1 expression is reduced after following the activity of ODOJ Community. In subject 1, the description of emotional expression is reviewed from the conditions, include (1) need of the moments in the expression of surprise and sadness, (2) cultural display rules in the expression of fear and disgust, and (3)

personal display rules in the emotional espression of anger. Whereas in subject 2, the description of emotional expression is reviewed from the conditions, include (1) cultural display rules in the expression of surprise, disgust, and fear, (2) need of the moments in the expression of anger, and (3) vocational requirement in the expression of sadness.


(6)

DAFTAR ISI

COVER ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

INTISARI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ekspresi Emosi ... 13

1. Emosi ... 14

a. Fungsi Emosi... 16

b. Komponen Emosi ... 17

c. Macam-Macam Emosi ... 18

2. Ekspresi Emosi ... 24

a. Definisi Ekspresi emosi ... 24

b. Dimensi Ekspresi emosi ... 24

c. Jenis Ekspresi emosi ... 25

B. Perspektif Teoritis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Cara Pengumpulan Data ... 32

1. Wawancara ... 33

2. Dokumen ... 34

E. Prosedur Analisis Data dan Interpretasi Data ... 34

F. Keabsahan Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek ... 36

B. Hasil Penelitian ... 37

a. Deskripsi Hasil Temuan ... 37

b. Analisis Temuan ... 59


(7)

vii

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Guidance Wawancara ... 74

Lampiran 2 : Transkrip Wawancara Subyek 1 ... 83

Lampiran 3 : Transkrip Wawancara Subyek 2 ... 90

Lampiran 4 : Transkrip Wawancara Informan 1 ... 99

Lampiran 5 : Transkrip Wawancara Informan 2 ... 108

Lampiran 6 : Lembar Kesediaan Subyek 1 ... 111

Lampiran 7 : Lembar Kesediaan Subyek 2 ... 112

Lampiran 8 : Lembar Kesediaan Informan 1 ... 113

Lampiran 9 : Lembar Kesediaan Informan 2 ... 114

Lampiran 10 : Dokumentasi Laporan Mengaji ... 115

Lampiran 11 : Berita Acara Seminar Proposal ... 116

Lampiran 12 : Berita Acara Ujian Skripsi ... 117


(9)


(10)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu dari beberapa modal dasar manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari adalah emosi. Tanpa adanya emosi, maka kehidupan manusia akan terlihat kering. Emosi yang menjadi aspek psikologis individu menjadi salah satu alasan setiap orang untuk bertindak, merespon rangsangan-rangsangan dari luar dan dari dalam tubuh individu tersebut. Respon yang diungkapkan oleh individu menjadi satu sebab hubungan antar manusia dikatakan baik atau buruk. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Prawitasari (dalam Kurniawan & Hasanat, 2007), dua orang atau lebih yang banyak mengungkapkan rasa kasih melalui senyuman, kegembiraan, kehangatan dan penerimaan akan lebih menyenangkan bagi mereka berdua maupun bagi orang lain yang memperhatikan. Sebaliknya, dua orang atau lebih yang banyak mengungkapkan kedengkian melalui cemoohan, ejekan. Keirian. Kemarahan, saling menjatuhkan akan menimbulkan kesan kengerian antar mereka ataupun bagi yang memperhatikannya.

Beberapa ahli menyatakan tentang emosi. Chaplin (2011) menyatakan emosi dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Sama halnya dengan


(11)

2

Goleman (2002) yang mendefinisikan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Barret & Fossum, (dalam Kurniawan & Hasanat, 2007) mendefinisikan bahwa emosi merupakan hasil manifestasi dari keadaan fisiologis dan kognitif manusia, juga merupakan cermin dari pengaruh kultur budaya dan sistem sosial.

Menurut Ekman (1992) Kultur dan sistem sosial tempat individu tinggal dan menetap akan membatasi dan mengatur kepada siapa, kapan, dan dimana saja seseorang boleh memperlihatkan dan merahasiakan emosi-emosi tertentu, serta dengan cara seperti apa emosi tersebut akan diekspresikan. Secara umum setiap individu dapat mengenali ekspresi emosi individu lain dengan dua cara. Menurut Hadiyono (2000) cara yang pertama adalah emosi diekspresikan secara verbal dengan penuh kesadaran. Untuk cara ini bahasa yang digunakan harus sarna, termasuk pengartian akan kata-kata yang digunakannya. Apabila bahasa yang digunakan sarna tetapi kata-kata yang digunakan diartikan lain maka komunikasi juga akan terganggu. Cara kedua yang sangat sering dilakukan orang yakni emosi tidak dikatakan tetapi diekspresikan secara nonverbal.

Amok/ amuk adalah salah satu bentuk pengekspresian emosi secara

nonverbal yang ekstrem dan sifatnya patologis. Istilah ini sekarang telah menjadi istilah psikiatri yang sifatnya universal. Ekspresi non verbal ini diperkuat oleh penelitian dari Ekman (1999) yang menyebut istilah emblem sebagai bahasa tubuh untuk mengungkapkan ekspresi emosi yang


(12)

3

memiliki arti. Dimana setiap orang mengekspresikan setiap emosinya dengan gerakan tubuh mereka.

Kultur dan sistem sosial yang menjadi pembatas dan mengatur ekspresi emosi siapa, kapan, dan dimana saja tersebut juga berupa aturan-aturan agama yang belaku kepada pemeluknya. Sebagai pemeluk agama, setiap individu memiliki kewajiban taat kepada aturan yang telah ditetapkan pada dirinya. Mengingat aturan dalam beragama merupakan prinsip yang mengatur kehidupan setiap pemeluknya. Seperti halnya agama Islam yang memiliki aturan bagi para pemeluknya. Islam sebagai agama Allah mengatur kehidupan para pemeluknya dari yang mikro hingga ke makro. Termasuk dalam tataran emosi. Al-Qur’an menjelaskan tentang pengertian emosi sampai cara mengekspresikannya. Seperti ayat

Al-Qur’an di bawah ini :

Artinya : “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis

banyak, sebagai pembalasan dari apa yang mereka kerjakan” (QS.

Al-Taubah [9] :82)

Ayat di atas menganjurkan para pemeluk islam agar mengekspresikan emosi tawanya sedikit saja dan lebih banyak menangis pada saat pemeluknya melakukan kesalahan yang telah dikerjakan.

Ketika pemeluk agama islam ini dapat menjalankan setiap aturan dalam islam, maka yang didapat adalah dampak positif secara psikologis


(13)

4

maupun fisiolologis. Hal ini didukung oleh penelitian oleh Handayani (2014) yang menunjukkan pengaruh terapi murottal Al-Qur’an yang mampu merelaksasikan ketegangan urat syaraf. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan peranan Al-Qur’an dalam diri individu. Pengaruh murottal yang membuat dampak psikologis pada subyek penelitian menjadi lebih baik. Kegelisahan, kecemasan, rasa takut, marah akan berkurang apabila individu membaca Al-Qur’an dengan suara yang terdengar karena dengan membaca, individu juga akan mendengarkan bacaan Al-Qur’annya sendiri sehingga mampu merelaksasikan otot-otot tegang, dan degub jantung yang cepat yang menjadi sebab emosi tidak stabil.

Penelitian di atas menjelaskan bahwa Membaca Al-Qur’an memberikan dampak positif pada psikologis berupa penekanan ekspresi emosi yang bermuatan negatif seperti kegelisahan, kecemasan, rasa takut dan marah menjadi berkurang. Penelitian tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, yakni :

Artinya : “Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim


(14)

5

Pada ayat tersebut disebutkan bahwa Al-Qur’an menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman sebaliknya Al-Qur’an menjadi sebab kerugian bagi orang yang zalim. Orang beriman dalam islam berarti orang yang taat kepada Tuhannya. Taat kepada prinsip-prinsip agama dan yang melaksanakan segala perintah serta menjauhi segala larangannya. Sedangkan orang yang digolongkan orang-orang zalim adalah orang yang tidak taat kepada Tuhannya dan tidak taat kepada prinsip agama yang telah disandangkan kepada dirinya. Sebagaimana firman Allah Swt yang

mencirikan sifat orang mu’min

Artinya: “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang

yang beruntung.”(QS. An-Nuur [24] :51)

Pada ayat di atas, ketika Allah Swt memanggil orang-orang yang

beriman, jawaban mereka adalah,“kami mendengar dan kami patuh” yang

merupakan bukti bahwa mereka menaati Allah dan RosulNya tanpa bantahan satupun. Sedangkan ciri-ciri orang yang zalim, menurut


(15)

6

Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab,

melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya

kepada-Nya berserah diri”. (QS. Al-Ankabuut [29] :40)

Pada ayat di atas, yang dimaksud orang-orang zalim adalah orang yang membangkang atau tidak taat kepada perintah Allah ketika diberikan aturan-aturan sebagai prinsip hidup mereka walaupun disampaikan dengan cara yang paling baik sekalipun

Orang-orang yang tidak taat kepada prinsip-prinsip yang ada di dalam kelompoknya menurut Hess dan Philippot (2007) akan menemui kesulitan dalam mengenali dan memahami ekspresi emosi pada individu lain yang ada di dalam kelompoknya. Dalam praktik pelaksanaan prinsip keislaman, hal ini diperparah dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang.


(16)

7

Menurut pendapat Sholeh dan Musbikin (2005), Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat kehidupan individu secara hakiki dan yang terjadi justru sebaliknya. Banyak orang dewasa muda yang mengalami kegelisahan-kegelisahan dan mengganggap kehidupan yang dijalani tidak bermakna serta selalu merasakan hampanya nilai spiritual. Masalah yang dipaparkan di atas diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi cara berpikir individu modern. Faktor tersebut ialah, meningkatnya kebutuhan hidup, rasa individualitas dan egois, persaingan gaya hidup dan keadaan yang tidak stabil. Akibat dari fenomena yang demikian, masyarakat modern yang sering digolongkan sebagai the post industrial

society, yaitu suatu masyarakat yang telah mencapai tingkat kemakmuran

materi sedemikian rupa. Dengan perangkat teknologi yang serba mekanis dan otomatis, bukannya semakin mendekati kebahagiaan hidup, melainkan dihinggapi rasa cemas justru akibat kemewahan hidup yang diraih.

Tetapi peneliti meyakini, kemajuan ilmu dan teknologi tidak serta merta mengubah prinsip-prinsip kegamaan pemeluk agama islam. Justru ada yang menggunakan kemajuan ilmu dan teknologi tersebut menjadi sarana menyebarkan prinsip kegamaan tersebut. Hal ini peneliti ketahui pada komunitas pembaca Al-Qur’an One Day One Juz. Komunitas pecinta Al-Qur’an yang didirikan pada tahun 2007 oleh Bhayu Subrata ini memiliki Program utama yakni membaca Al-Qur’an satu juz dalam satu hari. Ketika individu modern lain memanfaatkan teknologi lebih


(17)

8

cenderung kepada urusan duniawi, komunitas ini memanfaatkan teknologi untuk urusan ukhrawi. Mereka memanfaatkan messenger yang ada di

smartphone untuk „setor’ mengaji pada grup yang telah ditempatinya.

Setiap grup yang ada terbagi menjadi anggota yang berasal dari berbagai kota. Ada dari kota Surabaya, Jakarta, Kalimantan dan kota-kota lainnya.

Anggota komunitas ODOJ yang memiliki program membaca

Al-Qur’an satu juz dalam satu hari, terbilang unik. Hal ini dikarenakan

komunitas tersebut menerapkan aturan yang berupa anjuran di dalam agama islam, yakni membaca Al-Qur’an. Dimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Al-Qur’an menjadi penawar bagi orang yang beriman.

Hal-hal yang telah dipaparkan di atas mendorong peneliti untuk melakukn penelitian tentang ekspresi emosi anggota komunitas One Day One Juz.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka fokus penelitian ini adalah bagaimana ekspresi emosi anggota komunitas One

Day One Juz (ODOJ)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan ekspresi emosi anggota komunitas One Day One Juz (ODOJ).


(18)

9

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan psikologi islam.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi para Anggota Komunitas ODOJ untuk tetap bersemangat dan istiqomah dalam melakukan tilawatil

Al-Qur’an

b. Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk dijadikan acuan bagi pihak yang membutuhkan dalam membuat penulisan karya ilmiah yang relevan

E. Keaslian Penelitian

Pentingnya memahami ekspresi emosi pada seseorang menjadikan banyak ilmuwan dan akademisi baik dari kalangan muslim maupun non muslim untuk melakukan penelitian dan mengembangkannya secara lebih mendalam sehingga dapat dipahami serta dipraktikan oleh masyarakat.

Rahayu (2012) meneliti tentang ekspresi emosi pada anak agresif kelas 2 di sekolah luar biasa yang berada di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek menunjukkan ekspresi yang berbeda saat mengalami beberapa pola emosi. Ekspresi non-verbal yang berupa


(19)

10

ekspresi wajah, subyek menunjukkan sorot mata yang tajam, kening sedikit berkerut dan mulut terbuka saat sedang marah. Mata terlihat antusias dan mulut terbuka lebar saat subjek senang. Kening berkerut serta tatapan tidak melihat lawan bicara ketika mengalami ketakutan. Ekspresi vokal yang ditunjukkan subjek berupa intonasi yang tinggi, kadang artikulasi jelas didengar dan kadang tidak jika subjek mengalami emosi marah dan senang. Intonasi kadang meninggi kadang rendah serta suara bergetar jika subjek sedih. Perubahan fisiologis pada subjek ditunjukkan dengan keringat dan nafas yang terengah-engah saat marah dan senang. Muka memerah, berkeringan dan jantung berdebar-debar ketika subjek takut. Terkadang muncul air mata terkadang tidak saat subjek sedih. Ekspresi gerak tubuh yang tampak pada diri subjek meliputi tangan yang terus memukul atau melempar, dan kaki yang terus menendang saat subjek marah. Tangan bergerak-gerak ke udara sedangkan kaki menghentak-hentak lantai apabila subjek sedang senang.

Widiastuti (2011) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat ekspresi emosi keluarga dengan kekambuhan penderita skizofrenia di rumah sakit jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Hasil pengukuran tingkat ekspresi emosi keluarga pada 50 keluarga penderita skizofrenia didapatkan hasil terbanyak adalah keluarga memiliki tingkat ekspresi emosi rendah yaitu sebesar 52%, diikuti tingkat ekspresi emosi sedang sebesar 40% dan tingkat ekspresi emosi tinggi sebesar 8%. Tingkat ekspresi emosi keluarga penderita skizofrenia yang sebagian besar


(20)

11

menunjukkan tingkat ekspresi emosi rendah menurut peneliti disebabkan karena faktor kebudayaan. Hal ini dikarenakan pada faktor biologi, psikologi dan sosial yang mempengaruhi tingkat ekspresi emosi keluarga sebisa mungkin dikontrol melalui kriteria eksklusi yang disusun oleh peneliti. Sehingga, peneliti menilik dari karakteristik keluarga penderita skizofrenia yang 100% bersuku Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) tentang ekspresi emosi pendamping skizofrenia, subjek pertama yang berinisial RH menjadi pendamping penderita skizofrenia sejak kelas 5 SD, banyak hal yang terjadi dalam kehidupan dan emosi subjek berinisial RH, dari luka bathin, menyimpan cerita karena takut di bilang anak durhaka, malu, mengalami kekerasan yang dilakukan oleh penderita, cemoohan yang berasal dari saudara kandung, hingga perasaan tidak berdaya. Kedua subjek kurang lebih mengalami hal yang sama hanya saja subjek berinisial M tidak mengalami kekerasan dalam menjadi pendamping skizofrenia. Berdasarkan hasil analisis menjelaskan, pada ekspresi emosi, kedua subjek mempunyai beban pendamping yang sama, memiliki perasaan beban yang sama pula dalam merawat penderita skizofrenia.

Kurniawan dan Hasanat (2010) meneliti tentang ekspresi emosi pada tiga tingkatan perkembangan pada suku jawa di Yogyakarta: kajian psikologi emosi dan kultur pada masyarakat Jawa. Hasil penelitian diketahu tidak adanya perbedaan dalam pengekspresian emosi pada tiga tingkatan usia (F= 1,042; p = 0,356;). kan bahwa tidak ada perbedaan


(21)

12

dalam pengekspresian emosi pada tiga tingkatan usia (F = 1,042 ; p = 0,356;). Disimpulkan bahwa tiga tingkat generasi subjek sama-sama mengekspresikan emosi secara sadar mengikuti etika Jawa. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian lain dengan metode kualitatif yang mampu mengungkap bentuk-bentuk perilaku pada wilayah unconsciousness dalam mengekspresikan emosi.

Sedangkan penelitian yang terkait dengan membaca Al-Qur’an, studi yang dilakukan Bashiroh (2007) tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa santi pondok pesantren Al-Quraniyyah As-Sanusiyyah Pandeglang Banten, memuat hasil penelitian adanya pengaruh membaca Al-Qur’an yang dilakukan oleh santri. Pengaruh yang dihasilkan dari bacaan Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa adalah pengaruh positif yang sangat signifikan, yang berarti semakin tinggi minat baca Al-Qur’an semakin tinggi pula kecenderungan terhadap ketenangan jiwa yang dimunculkan. Studi yang dilakukan oleh Safara, Samanesadatsadidpoor, dan Bathia (2014) tentang efek music spiritual pada kesehatan dalam agama yang berbeda memuat hasil suara quran lebih efektif sebagai penyembuhan daripada musik religi lain pada kesehatan.

Rifa’ah (2013) yang meneliti tentang pengaruh motivasi membaca

Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa santriwati pondok pesantren putri

Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang, menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh motivasi membaca Al-Qur’an terhadap ketenangan jiwa santriwati tersebut. Haeroni (2014) dengan penelitian yang berjudul


(22)

13

pengaruh terapi membaca Al-Qur’an (Surah Ar-Rahman) terhadap demensia pada lansia di unit rehabilitasi sosial Wening Wardoyo Ungaran kabupaten Semarang, menunjukkan hasil ada pengaruh pemberian terapi membaca Al-Qur’an terhadap demensia pada lansia.

Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh berbagai pihak. Belum peneliti temukan adanya penelitian terdahulu yang secara gamblang mengkaji regulasi emosi kepada pembaca

Al-Qur’an. Selain itu, subyek dan tempat peneltian yang digunakan juga

berbeda. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian yang masih asli. Dalam arti tidak meniru atau mengulang penelitian peneliti lain


(23)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ekspresi Emosi 1. Emosi

Sarwono (2010) mendefinisikan emosi sebagai reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri. Definisi itu menggambarkan bahwa emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar (benda, manusia, situasi, cuaca), maupun dari dalam diri kita (tekanan darah, kadar gula, lapar, ngantuk, segar dan lain-lain), pada indra-indra kita.

Perasaan juga sering disamakan dengan emosi. Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu yaitu perasaan senang (positive) atau perasaan tidak senang (negative). Perasaan senang atau perasaan tidak senang yang selalu menyertai kehidupan kita sehari-hari disebut warna afektif (afectif tone) yang kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam warna afektif yang kuat maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam lebih luar dan lebih terarah dan sudah mencapai tingkat mental atau psikologi tidak lagi pada tingkat biologi atau fisiologi saja. Perasaan-perasaan inilah disebut emosi (Sarwono, 2010).


(24)

15

Para pakar psikologi modern berbeda dalam mendefinisikan emosi. Chaplin (2011) yang menyatakan emosi dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari oragnisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. Goleman (2002) yang mendefinisikan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong berperilaku menangis. Emosi yang didefinisikan oleh dua tokoh di atas merujuk kepada kejadian-kejadian fisiologis yang diakibatkan emosi.

Sama halnya dengan Az-Zahrani (2005) yang mengungkapkan bahwa emosi adalah satu keadaan yang mengarah kepada pengalaman ataupun perbuatan yang hadir karena suatu kejadian, seperti takut, marah, cinta dan sejenisnya. Emosi merupakan akibat dari kejadian-kejadian yang ada di luar fisiologis setiap individu atau pengaruh dari lingkungan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan emosi adalah reaksi dari rangsangan-rangsangan yang berupa pengalaman dari luar diri individu dan rangsangan dari dalam berupa dinamika


(25)

16

hormonal, keadaan sadar dan tidak yang dimanifestasikan melalui perilaku nampak.

2. Fungsi Emosi

Emosi memiliki fungsi dalam kehidupan individu. Coleman dan Mammen (1974, dalam Rakhmat, 1994) menyebutkan, setidaknya ada empat fungsi emosi;

a. Emosi adalah pembangkit energi (energizer). Yaitu emosi sebagai pembangkit energi, yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. (ketika kita mencintai orang di satu kantor, tentu kita akan bersemangat datang untuk bekerja. Atau sebaliknya jika kita putus cinta maka merasa hari-hari suram dan tidak berenergi untuk bekerja). Artinya ketika seseorang merasakan emosi, maka tubuhnya akan tergerak untuk melakukan apa yang dirasakannya, dalam hal ini emosi membangkitkan dan memobilisasi energi manusia.

b. Emosi adalah pembawa informasi (messenger). Fungsi ini lebih mengarah pada komunikasi intrapersonal. Maksudnya, ketika emosi di rasakan seseorang, maka secara tidak langsung mereka menyadari apa yang sedang terjadi pada dirinya atau stimuli apa yang mereka dapat dari lingkungan.

c. Pembawa pesan dalam komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Dalam berkomunikasi, pasti seseorang memiliki


(26)

17

tujuan atau pesan yang akan disampaikan. Seperti ketika seseorang sedang bercerita dengan sahabatnya, dalam cerita itu terdapat cerita sedih yang membuat mereka menangis bahan sahabatnya (pendengar/ komunikan) juga turut menangis.

d. Emosi berfungsi sebagai perjuangan untuk bertahan hidup (survival). Sebagai contoh ketika seseorang lapar maka tergeraklah orang itu untuk bekerja /mencari makan.

e. Emosi sebagai penguat pesan atau informasi. Yaitu berfungsi untuk memperkuat pesan atau informasi yang disampaikan

(reinforcer). (Sewaktu mengatakan kalimat “Apakah anda

mengerti maksud saya?” dengan nada biasa atau datar. Beda

dengan “Anda mengerti tidak maksud saya?!” dengan nada marah

sambil menunjuk-nunjuk orang yang ditanya.

f. Emosi sebagai penyeimbang hidup (Balancer). Yaitu emosi sebagai penyeimbang hidup. Contoh, ketika sedih kehilangan orang yang dicintai lalu kita menangis. Atau melihat kejadian lucu kita tertawa.

3. Komponen Emosi

Planalp (1999) yang menyebutkan emosi bekerja dengan beberapa komponen untuk menghasilkan emosi tersebut. Komponen tersebut diantaranya adalah: (1) objek atau penyebab, (2) penilaian, (3) perubahan fisiologis, (4) kecenderungan perilaku atau ekspresi, dan (5) pengaturan atau regulasi.


(27)

18

4. Macam-Macam Emosi

Emosi memiliki bermacam-macam bentuknya. Beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang macam-macam emosi. Ekman (1999) menjelaskan ada enam macam emosi dasar seseorang, yaitu : senang, marah, jijik, sedih, takut dan terkejut. Sedangkan Sarwono (2010), mengemukakan macam-macam emosi, yaitu : penerimaan, kasih sayang, agresi, tak pasti, terganggu, tak peduli, cemas, bosan, belas kasihan, bingung, tak setuju, ingin tahu, depresi, tidak puas, ragu, riang, empati, iri, tersinggung, ephoria, memaafkan, frustasi, berterima kasih, duka, rasa bersalah, benci, berharap, horor, kebencian, rindu kampung halaman, lapar, histeria, minat, cemburu, kesepian, cinta, curiga, kasihan, senang, bangga, dendam, menyesal, sedih, malu, menderita, kejutan, dan simpati.

Di dalam Al-Qur’an ayat yang menggambarkan emosi dengan muatan yang berbeda, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Kedua jenis muatan emosi ini yang berlawanan, bahkan sering dipasangkan untuk menimbulkan efek kontradiktif yang menguatkan makna kalimat. Hasan, (2008) mencontohkan ayat yang menggambarkan emosi.


(28)

19

A

Artinya : “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis

banyak, sebagai pembalasan dari apa yang mereka kerjakan” (QS.

Al-Taubah [9] :82)

Ayat di atas menjelaskan anjuran Allah Swt kepada para hambanya untuk lebih sedikit senang dan lebih banyak menangis menyesali perilaku buruk yang dilakukan oleh para hambanya.

Kemudian Hasan (2008) menjelaskan, dalam memberikan petunjuk pada manusia, Al-Qur’an dan hadis banyak membahas tentang berbagai jenis ekspresi emosional manusia ketika menghadapi atau mengalami sesuatu. Ekspresi yang ditampilkan sangat kaya, termasuk emosi primer dan emosi sekunder. Emosi primer adalah emosi dasar yang dianggap terberi secara biologis. Emosi ini telah terbentuk sejak awal kelahiran. Beberapa emosi yang digambarkan dalam Al-Qur’an yaitu emosi gembira, sedih dan marah. Ayat yang memperlihatkan kegembiraan, kemarahan, kesedihan dan rasa takut adalah :

Artinya : “Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan

bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup


(29)

20

Artinya: “(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”(QS. Ali Imran [3] : 153)

Artinya: “Kamu lihat orang yang zalim sangat ketakutan karena

karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan


(30)

21

mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS.

Al-Syura [42] : 22)

Ayat pertama menggambarkan emosi kegembiraan dari orang-orang yang beriman di hari pengadilan. Mereka merasakan kegembiraan setelah mereka taat kepada Allah. Menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ayat kedua merupakan pelajaran bagi hambaNya. Allah menurunkan rasa takut agar ketika manusia ditimpa suatu musibah, ia alan membayangkannya lebih besar daripada kenyataan sebenarnya. Pada akhirnya, ia menjadi tahu bobot dan ukuran musibah yang menimpanya, sehingga ia dapat merasa tenang dan lega. Ayat ketiga, menggambarkan tentang rasa takut orang-orang yang selalu melakukan kejahatan di muka bumi. Mereka ditimpa ketakutan dan siksaan dari Allah Swt.

Selain emosi primer di atas, ada juga emosi sekunder. Emosi sekunder adalah emosi yang lebih kompleks dibandingkan emosi primer. Emosi sekunder adalah emosi yang mengandung kesadaran diri atau evaluasi diri, sehingga pertumbuhannya tergantung pada perkembangan kognitif seseorang. Berbagai emosi sekunder dibahas dalam Al-Qur’an, antara lain malu, iri hati, dengki, sombong, angkuh, bangga, kagum, takjub, cinta, benci, bingung, terhina, sesal, dan lain-lain. Contoh-contoh ayat tersebut adalah sebagai berikut :


(31)

22

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap

(kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami".. (QS. Al-Qashash

[28] : 25)

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang

lain..” (QS. An-Nisa [4] : 14)

Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara


(32)

23

Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah

datang seorang buta kepadanya.(QS. Abasa [80] : 1-2)

Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa

mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka

mentertawakannya. (Az-Zukhruf [43] : 47)

Ayat pertama, emosi malu digambarkan dengan cerita nabi musa yang didatangi oleh wanita yang berjalan dengan malu-malu. Rasa malu digambarkan pada ayat ini, lebih cederung kepada malu karena sifat wanita itu sendiri, yakni malu bertemu dengan lawan jenis. Ayat ketiga, menggambarkan perpecahan setelah ahli kitab mendapatkan ilmu dari Allah. Mereka berpecah karena iri hati dengan pengetahuan ahli kitab lainnya. Ayat keempat menggambarkan emosi nabi Muhammad Saw, ketika bertemu dengan orang yang buta. Nabi Muhammad seakan menolak kedatangan orang buta kepada dirinya. Ayat kelima menggambarkan sikap orang kafir menertawakan nabi Allah ketika membawa kebenaran mukjizat kepada mereka.

Emosi yang ada di dalam diri manusia terdapat bermacam rupa. Emosi tersebut dapat bernilai positif atau negatif yang dapat dirasakan oleh individu dan orang-orang disekitarnya. Untuk mengenali emosi


(33)

24

individu yang bermacam-macam tersebut, dapat dilihat dari perilaku yang ditampakkannya.

2. Ekspresi Emosi

a. Definisi Ekspresi Emosi

Ekspresi emosi menurut Gross (1998) mengacu pada bagaimana seseorang menyampaikan pengalaman emosio melalui kedua perilaku verbal dan nonverbal. White, Hayes, and Livesey (2013) memaparkan ekspresi emosi mengacu pada pembelajaran kapan, dimana dan bagaimana menampilkan emosi yang tepat dan / atau diharapkan. Fridlund dan Rime (dalam Lin, Tov, dan Qiu., 2014) menyatakan ekspresi emosi mengacu pada kecenderungan untuk berbagi emosi. Berbeda dengan Chaplin (2011) yang mendefinisikan ekspresi emosi dalam pandangan fisiologis, yakni perubahan-perubahan dalam otot kelenjar yang mendalam dan tingkah laku yang berasosiasi dengan emosi.

Berdasarkan uraian di atas, ekspresi emosi dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk berbagi emosi melalui perilaku verbal atau non-verbal ketika individu tersebut merasakan emosi tertentu.

b. Dimensi Ekspresi Emosi

White, Hayes, and Livesey (2013) membagi dimensi ekspresi emosi menjadi lima bagian, yakni :


(34)

25

2) Onset: periode latency ke tingkat maksimum ekspresi

3) Apex: periode dimana ekspresi dipertahankan pada kekuatan maksimal

4) Offset: dari puncak sampai ekspresi menghilang.

5) Intensitas: mencerminkan kedalaman dan kekuatan dari pengalaman merasa

c. Jenis Ekspresi Emosi

Muhammad (2011: 50-52) mengurutkan beberapa jenis ekspresi emosi, yaitu ekspresi wajah, ekspresi vokal, perubahan fisologis, gerak dan isyarat tubuh, serta tindakan-tindakan emosional, yakni :

1) Ekspresi Wajah. Aristoteles (dalam Carol Wade & Carol Tavris, 2007: 107) menulis, “terdapat beberapa ekspresi wajah tertentu yang mengikuti rasa marah, takut, rangsangan

erotis, dan semua perasaan kuat lainnya”. Emosi bahagia dan

sedih dapat dilihat dari raut wajah. Melalui wajah seseorang, dapat dilihat emosi apa yang sedang ia alami, baik itu marah, sedih, bahagia, takut ataupun terkejut.

2) Ekspresi Vokal. Nada suara seseorang akan berubah mengiringi emosi yang ia alami. Orang yang sedang marah, nada suaranya akan meninggi. Begitupun pada orang yang sedang berbahagia, pada umumnya nada suara mereka lebih


(35)

26

lepas dan lancar. Berbeda dengan orang yang sedang bersedih, ia akan terbata-bata saat berbicara.

3) Perubahan Fisiologis. Secara fisiologis, jika sedang mengalami emosi tertentu maka akan ada perubahan pada detak jantung yang cenderung meningkat, kaki serta tangan yang bergetar bahkan sampai bulu kuduk merinding, otot wajah menegang hingga berkeringat.

4) Gerak dan Isyarat Tubuh. Emosi dapat diekspresikan melalui gerak dan isyarat tubuh. Hal ini bisa terlihat pada orang yang gugup ataupun sedang jatuh cinta. Orang yang sedang gugup akan menjadi tidak hati-hati, banyak melakukan gerakan yang tidak perlu, sering melakukan kesalahan dan berkeringat. Orang yang sedang jatuh cinta akan menatap yang dicintainya lebih sering, duduk condong padanya, dan tersenyum lebih lebar.

5) Tindakan-Tindakan Emosional. Beberapa tindakan emosional antara lain, memukul, menangis, diam, meringkuk di bawah meja, melempar barang dan tindakan lain yang menampakkan dengan jelas emosi yang sedang dialami.

Selain hal di atas, Ekman dan Friesen (dalam Rostomyan, 2013) menyebutkan ada empat bentuk ekspresi emosi individu yang


(36)

27

dibentuk dari kondisi individu tersebut berada. Bentuk ekspresi emosi tersebut adalah :

1) Cultural display rules, yaitu kebiasaan yang diikuti oleh anggota

sosial masyarakat kecuali orang yang dianggap asing. Dalam hal ini individu yang mengekspresikan emosinya meniru budaya yang ada disekitarnya, seperti menunjukkan kesedihan pada saat di pemakaman, menampilkan kegembiraan di pesta pernikahan atau ulang tahun.

2) Personal display rules, Pembentukan ekspresi emosi berasal dari

keluarga dimana hal ini memungkinkan ekspresi emosi tertentu individu satu berbeda dengan ekspresi emosi individu dari keluarga yang berbeda. Seperti individu yang keluarganya mengajarkan agar menahan diri ketika marah, hal ini berbeda dengan individu yang keluarganya mengajarkan lebih ekspresif dalam pengungkapan emosi marahnya.

3) Vocational requirement, yaitu seseorang mengekspresikan

berdasarkan dengan cara tertentu sesuai dengan profesi mereka. Seperti seorang pramugari yang tetap menyimpan eksresi emosinya dan melayani pelanggan walau pelanggan yang dia layani mencaci makinya.

4) Need of the moments, yaitu seseorang yang mengekspresikan


(37)

28

emosinya tersebut. Sebagaimana penjahat yang berpura-pura bersalah ketika diinterogasi oleh polisi.

B. Perspektif Teoritis

Goleman (2002) yang mendefinisikan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong berperilaku menangis.

Emosi yang ada didalam diri manusia, dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Ekspresi emosi menurut Gross (1998) mengacu pada bagaimana seseorang menyampaikan pengalaman emosi melalui kedua perilaku verbal dan nonverbal. White, Hayes, and Livesey (2013) memaparkan ekspresi emosi mengacu pada pembelajaran kapan, dimana dan bagaimana menampilkan emosi yang tepat dan / atau diharapkan. Fridlund dan Rime (dalam Lin, Tov, dan Qiu., 2014) menyatakan ekspresi emosi mengacu pada kecenderungan untuk berbagi emosi.

Ekspresi emosi sendiri dibagi beberapa jenis. Muhammad (dalam Sri, 2012) mengurutkan beberapa jenis ekspresi emosi, yaitu ekspresi wajah, ekspresi vokal, perubahan fisologis, gerak dan isyarat tubuh, serta tindakan-tindakan emosional, yakni : (1) Ekspresi Wajah. (2) Ekspresi Vokal. (3) Perubahan Fisiologis. (3) Gerak dan Isyarat Tubuh. (4) Tindakan-Tindakan


(38)

29

Emosional. Selain jenis ekspresi di atas, Ekman dan Friesen (dalam Rostomyan, 2013) menyebutkan ada empat bentuk ekspresi emosi individu yang dibentuk dari kondisi individu tersebut berada. Bentuk ekspresi emosi tersebut adalah : (1) Cultural display rules (2) Personal display rules, (3)


(39)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell (dalam Raco, 2010) mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005) secara umum dapat disampaikan bahwa pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis yang antara lain: (1) realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang lepas dari individu-individu; (2) manusia tidak secara sederhana disampaikan mengikuti hukum-hukum alam di luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; (3) ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas nilai; serta (4) penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin mengetahui ekspresi emosi anggota komunitas ODOJ.

Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan peneliti adalah pendekatan Fenomenologis. Raco (2010) menjelaskan pendekatan fenomenologi sebenarnya berarti membiarkan gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri (to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana dia adanya (things as they appear). Masalah utama yang


(40)

31

hendak dialami dan dipahami metode ini adalah arti atau pengertian, struktur dan hakikat dari pengalaman hidup seseorang atau kelompok atas suatu gejala yang dialami.

Pendekatan fenomenologis dipilih peneliti karena peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2009).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian terletak di kota Surabaya. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan populasi komunitas

One Day One Juz yang berada di seluruh Indonesia. Populasi ini kemudian

dipecah menjadi beberapa dewan pewakilan area atau DPA di beberapa kota. Lokasi penelitian yang akan dipilih peneliti yakni di sekitar institusi pendidikan tempat subyek berada dan tempat-tempat yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan subyek

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2008) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan. Seperti dokumen dan lain sebagainya. Adapun sumber data menurut Sugiyono (2011) dibagi menjadi 2 , yaitu:


(41)

32

1. Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

2. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah 2 orang anggota

one day one juz yaitu F dan Z yang berdomisili di Surabaya. Sedangkan

sumber data sekundernya adalah 1 informan untuk subyek F dan 1 informan untuk subyek Z yang dipilih oleh subyek,

D. Cara Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview, kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya. Adapun langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi (Creswell, 2012).


(42)

33

1. Wawancara

Menurut Poerwandari (2005) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam wawancara, peneliti bukan hanya mengajukan pertanyaan, tetapi mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain dan hal ini hanya dapat diperoleh dengan indepth interview atau wawancara mendalam. Dengan wawancara mendalam, peneliti akan menangkap arti yang diberikan subyek pada pengalamannya. Pengalaman dan pendapat inilah yang menjadi bahan dasar data yang nantinya dianalisis (Raco, 2010).

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2011) menjelaskan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas. Dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh subyek. Berdasarkan


(43)

34

analisis terhadap setiap jawaban dari subyek tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan (Sugiyono, 2011).

Penelitian ini mengunakan pedoman wawancara dengan garis besar teori basic emotin dari Ekman. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan bagaimana subyek mengekspresikan emosinya

2. Dokumen

Menurut Sugiyono (2011), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil dokumentasi berupa laporan keaktifan mengaji satu juz satu hari.

E. Prosedur Analisis Dan Interpretasi Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2011)

Prosedur analisis dan interpretasi data baik berupa narasi, deskripsi, dokumen tertulis dan tidak tertulis dilakukan secara bertahap. Dalam penelitian ini tahapan analisis yang akan peneliti lakukan adalah : Pertama,


(44)

35

mengubah hasil wawancara (catatan lapangan) dalam bentuk display

(verbatim). Kedua, memilah dan memilih data (data reduction) yang relevan menurut peneliti untuk keperluan analisis, artinya data yang tidak relevan akan dibuang. Ketiga, menganalisis data yang telah dipilah dan dipilih sesuai dengan kepentingan analisis, dan akhirnya menarik kesimpulan

F. Keabsahan Data

Sebelum data hasil penelitian diolah dan dianalisis, dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2011), Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber, yakni menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2011). Untuk menguji keabsahan data yang di dapat maka data yang diperoleh oleh subyek dengan menggunakan teknik wawancara akan di cek kebenarannya menggunakan significant other atau orang lain yang dipercaya oleh subyek yang diteliti sebagai informan. Dalam hal ini peneliti bermaksud mengecek kembali dengan wawancara.


(45)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek

Peneliti memilih dan menetapkan 2 subyek dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penentuan subyek. Di bawah ini akan dijelaskan identitas subyek, sebagai berikut :

Subyek pertama

1. Nama : F

2. Tempat tanggal lahir : Surabaya, 21 November 1992

3. Usia : 23 Tahun

4. Alamat : Surabaya

5. Alamat tempat tinggal sekarang : Surabaya

6. Status : Belum menikah

7. Nomor Telepon : 08383066XXXX

F adalah seorang permpuan yang berusia 22 tahun dan berstatus belum menikah, subyek seorang mahasiswa Universitas yang berlatar belakang Islam di Surabaya. Dia seorang organisator yang sering berkegiatan dengan teman-temannya. Selain itu, subyek memiliki prinsip-prinsip kuat dalam menjalankan agamanya.

Subyek kedua

1. Nama : Z

2. Tempat tanggal lahir : Trenggalek, 5 Januari 1995

3. Usia : 20 Tahun

4. Alamat : Surabaya

5. Alamat tempat tinggal sekarang : Surabaya


(46)

37

6. Status : Belum menikah

7. Nomor Telepon : 08570879XXXX

S1 adalah seorang permpuan yang berusia 20 tahun dan berstatus belum menikah, subyek seorang mahasiswa Universitas yang berlatar belakang Islam di Surabaya. Selain menjadi mahasiswa, dia juga mengajar di salah satu PAUD dan TPA yang ada di Surabaya.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Temuan

Dalam penelitin ini, peneliti menjawab focus masalah yang telah dipaparkan yakni bagaimana gambaran regulasi emosi pembaca

Al-Qur’an yang tergabung dalam komunitas One Day One Juz (ODOJ) ?

a. Subyek I

1) Ekspresi Emosi Subyek

Ekspresi emosi subyek I pada setiap emosi yang dirasakannya diungkapkan dengan ekspresi yang berbeda. Adapun ekspresi emosi tersebut, yaitu:

a) Emosi terkejut

Subyek mengekspresikan emosi terkejutnya ketika dikagetkan oleh temannya mengucap Astaghfirullahal’adzim serta menegur orang yang mengagetkannya dan mengucap Alhamdulillah ketika dia diberikan kado.

Apa ya? Ekspresi muka mungkin. „hhaaaa!’ terus


(47)

38

Asma-Nya Allah, lah. Masa asmanya siapa? Asma-Nya Allah, Asma Allah. CHW : 1.1.2

Ehm, „Astaghfirullahal’adzim, kamu ini ngaget-ngagetin

aja!’ mesti gitu. CHW : 1.1.4

„Alhamdulillah…’ hehehe, Alhamdulillah gitu. Berterima

kasih sama yang ngasih, gitu. CHW : 1.1.5

Subyek mengaku emosi terkejutnya lebih ekspresif ketika sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ.

Gimana ya? Sikapnya mungkin lebih ekspresif mungkin ya? Dari pada sebelum, eh iya ya? Lebih ekspresif dari pada sesudah ODOJ. Gitu ya?iya. CHW : 1.2.1

Ekspresi subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan. Informan menjelaskan bahwa subyek mengucap subhanallah ketika melihat orang yang menurut subyek luar biasa perjuangannya dan mengagumi kehebatan orang yang dianggap subyek perjuangannya luar biasa.

Terkejut, emm, ngene, kayak gini sering ya, misalkan tau orang apa gitu ya, sek, aku lupa. mbak F itu pernah ketemu apa ya? Terkejut itu melihat itu lo, aku lupa. pokoknya orangnya itu dianggep Subhanallah, jan, orang itu lo luar biasa ya, kayak gitu. Orang itu lo luar biasa, padahal kayak kondisinya bagaimana, tapi masih semangat belajar. Oh ya, ee.. dosen Fakutas lain, itu kan ada ya, yang cacat kakinya, kakinya kan cacat satu. Mbak F itu sering itu, terkejut kok. Subhanallah orang itu ya. Oh, nggak, orang yang di Fakutas lainnya, aa orang yang di

Fakutas lainnya, yang dituntun sama ibuknya itu lo, „orang

itu lo walaupun kondisinya kayak gitu, tapi kok, Subhanallah, kok anu ya, kok apa ya, kok masih semangat

ya ngajar’ kayak gitu. CHW : 4.1.20

Informan juga menjelaskan, setelah subyek bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek jarang mengungkapkan


(48)

39

ekspresi terkejutnya tetapi tetap mengingat Allah dengan menyebut Hamdalah.

Subyek ini, setahuku, kalau terkejut mengungkapkannya dengan ekspresif. Mungkin ada gerakan-gerakan. Kadang nggak sadar "Lho, Mbak F, ternyata bisa gitu." nah kayak gitu ada. Tapi, untuk saat ini, sesudah ini, kayaknya Mbak F jarang mengungkapkannya dengan sesuatu yang girang-girang amat gitu juga nggak deh. Ada sisi pertahanan dirinya. CHW : 4.2.1

Jadi, kalau misalkan terkejut gitu biasanya terkejutnya pas dapet nilai bagus, "Ya, alhamdulillah lah nilaiku bertambah.". Gitu aja. Biasanya kan ada saltingnya, tapi sekarang ngga ada deh kayaknya. CHW : 4.2.3

Ekspresi emosi terkejut subyek sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, lebih ekspresif diungkapkannya. Seperti ketika subyek mendapatkan nilai dan dia salting atau salah tingkah.

b) Sedih

Subyek mengekspresikan emosi sedihnya dengan cara menangis dan berlarut dengan tangisannya ketika subyek harus memilih amanah yang diberikan ibu dan organisasi yang dia ikuti.

Kalo sedih yaa paling nangis... CHW : 1.1.9

Kondisi apa ya? Banyak sih. Kondisi apa ya? Kondisii…

sedih ya? Kondisi apa ya, sedih? Ck, sek mikir, mas. Saya

mau mikir dulu. Emmmm… ya, harus memilih.misalnya

harus memilih. Kan saya mendapat amanah banyak di beberapa organisasi dan beberapa ini. Saya tuh sebenarnya berat semua ya, tapi harus suruh memilih, gitu, salah satu. Karena terlalu banyak amanah. Dan harus, amanah orang tua pun harus dikerjakan juga, itu karena yaa orang tua


(49)

40

suruh memilih. Harus memilih salah satunya. Ketika itu saya memilih salah satu itu kan berat, berat sekali dengan berbagai pertimbangan. Yaaa, terpaksa memilih salah satunya, akhirnya ya, ya nangis, ya mikirin, ya gimana, wes kayak gitu. Ck, yang mengadu sama Allah, gimana saya harus bersikap. CHW : 1.1.10

Subyek merasa berat haru memilih amanah mana yang akan dia emban dengan berbagai pertimbangan. Subyek pun terpaksa memilih salah satu dan mengadu kepada Allah Swt tentang sikap yang harus diambilnya. Ekspresi subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan bahwa subyek ketika sedih, kadang sampai berlarut-larut seperti memikirkan masalahnya terus menerus dan tidak diperlihatkannya di depan umum.

Sedih? Ya, kalau sedih, Mbak F ini sebenernya sering sedih. Kalau sedih itu memang sedihnya itu kadang berlarut-larut kalau dulu. Misalkan, dipikir terus gitu lho mas kalau sedih itu. Tapi, nggak diperlihatkan di depan umum. Hanya mungkin dia sendiri, tapi dengan cerita selama beberapa hari gitu. Tapi, kalau setelah ODOJ ini, dia lebih bisa menahan dirinya. Jadi, mungkin sekarang jarang cerita kesedihannya yang berlarut-larut itu. CHW : 4.2.4

c) Emosi Senang

Subyek mengekspresikan emosi senangnya dengan cara berucap syukur (Alhamdulillah), tersenyum, dan menginformasikan ke orang terdekatnya pada saat judul tugas


(50)

41

memperbaiki cara mengajinya, memperbaiki diri, bertemu dengan teman yang shalih dan lulus SNMPTN.

Berucap syukur, seneng, senyum-senyum, pasti. Yaah, apa ya? Ya menginfokan ke orang tua, sodara, „saya gini, gini, gini. CHW : 1.1.16

Berbagi kesenangan. CHW : 1.1.17

Kondisi senang? Judul diterimaa… lulus, lulus SNMPTN, terus saya bisa, oh ya, bisa ngaji di griya Al Qur’an itu.

Saya bisa memperbaiki ngaji saya. Terus memperbaiki diri, bertemu dengan teman-teman yang baik-baik, insyaallah yang shalih-shalih itu ada perasaan senang

tersendiri. Ya kayak wes nggak bisa diungkapin kalo, ee…

bertemu dengan orang-orang yang seperti itu. Kenapa? Karena itu juga mempengaruhi diri saya. CHW : 1.1.19 Senang, gimana ya? Apa ya? Ya bersyukur. Lebih ke

Alhamdulillahirobbil’alamin, ya mengucap Asma-Nya,

kayak gitu-gitu sih. He’e. CHW : 1.2.7

Ekspresi subyek ini juga dijelaskan oleh informan. Ketika subyek senang dia mengungkapkan dengan menyebut nama Allah dan bersyukur. Hal ini dia ketahui pada saat subyek dapat judul untuk tugas akhirnya.

Senang? Iyo. Kalo seneng gitu terus diungkapkan,

misalkan, „Ya Allah, Alhamdulillah’ gitu ya, „Alhamdulillah yo, Alhamdulillah iki, nganu wes tem’

misale wes, wes dapet tanda tangan atu dapet apa gitu ya, mas ya, dapat judul. Nah gitu sueneng. Senengnya minta ampun. CHW : 4.1.13

Menanggapi rasa senang? Biasanya, Mbak F ini kalau senang itu hampir mirip sama si F terkejut tadi. Ada saltingnya kalau senang atau bahkan kalau lagi bergurau dan ternyata berguraunya itu Mbak F, "Uh ternyata Mbak F itu bisa bergurau gini." sampai ada yang ngatain gitu. Tapi kalau untuk saat ini kayaknya berguraunya terbatas. Ngga melewati batas gitu lho. CHW : 4.2.5


(51)

42

Informan menambahkan, ketika subyek mengungkapkan ekspresi senang sama halnya dengan subyek mengungkapkan ekspresi terkejutnya. Subyek juga salah tingkah sebagai salah satu ungkapan ekspresi emosi senang subyek. Subyek juga ketika bergurau dengan temannya dapat membuat temannya tekejut karena melihat subyek bergurau diluar kebiasaannya sehari-hari. Namun subyek membatasi gurauannya pada saat ini

.

d) Emosi takut

Subyek takut ketika selesai menonton film horor dan bertemu dengan orang yang menurutnya menakutkan dan juga mengaku merasa takut ketika dia ditunjukkan posisi makhluk halus oleh adiknya yang mampu melihat makhluk tersebut.

Takut apa ya? Banyak ya. Habis lihat film horror, terus aku takut sendiri, itu. Itu hehehe, itu parno sih. Itu ya saya harus ini sendiri sih, merangi sendiri kalo itu. Kalo takut ketemu sama, misalnya orang yang mungkin mempunyai, apa ya? Menurut saya itu orangnya menakutkan, itu ya,

ee… gimana ya? Biasanya ya, ya apa caranya saya butuh, butuh untuk, emm… Aduh, jangan su’udzon, butuh untuk

suatu hal ya saya harus menghadapinya, mau nggak mau itu. CHW : 1.1.22

Hehehehehe… itu parno sih. Maksudnya parno sendiri, maksudnya itu kadang, „iih, serem! Wajahnya kayak gitu’.

Padahal kan nggak boleh sebenernya, itu kan, apa ya? Ye namanya manusia, pasti ada perasaan kayak gitu. Yaa ingat kalo sebenernya segala sesuatu itu milik Allah dan itu itu ciptaan Allah juga. Kalo kita mau berlindung sama Allah, ya insyaallah akan dilindungi sama Allah. Gitu aja sih. Jadi untuk menangkal rasa perasaan-perasaan itu ya seperti itu. Jadi inget Allah, gitu. CHW : 1.1.23


(52)

43

Oh, kalo… tergantung sih, tergantung. Kalo misalnya

memang iman saya lagi kuat yo nggak pengaruh. Tapi kalo memang saya lagi entah imannya agak menurun gitu

mungkin, apa lagi kalo adek „Eh di situ lo ada, di situ lo’

gitu, soalnya kan ada salah satu adek saya yang bisa untuk melihat itu. Jadinya kan, jadi kan, hah, ya kadang dia nunjuk-nunjuk, haduh, rasanya itu, ya seperti itu lah. CHW : 1.1.25

Nggak seberapa, sih. Kalo dulu memang parnonya luar biasa. Yak apa ya? Agak ya, parnonya lumayan lah. Kalo sekarang sih, sudah nggak seberapa. CHW : 1.1.26

Subyek mengekspresikan emosi takutnya dengan ucapan

iih serem! ketika melihat wajah pemeran yang ada di film

horror. Subyek mengaku dulu merasakan takut yang sangat luar biasa seakan apa yang ditakutkannya muncul dalam hal-hal wujud. Namun sekarang subyek merasakan emosi takutnya berkurang.

Kalo saya sebelum ODOJ, takut itu lebih ke yaa, takutnya itu banget gitu lo.maksudnya itu paranoid banget. Gimana ya? Kayak-kayak seakan-akan ada kayak gimana, kayak seakan-akan itu ketakutan itu wujud gitu lo, ehe. Tapi setelah ini, InsyaAllah wes sudah enggak, maksudnya wes percaya kepada Allah. Jadi lebih kaya semua pasrah kepada Allah gitu. CHW : 1.2.10

Yaaa ada, ada sedikit perbedaan. Kalo dulu itu, kalo takut itu yo, ya takutnya itu ya, apa ya? Yaa lebih ke kayak seakan-akan tuh ada wujud. Tapi ya kalo mengatasi hampir sama. Tapi kalo setelah ODOJ itu lebih, apa ya? Lebih ke mengontrol dirinya itu lebih ini. CHW : 1.2.12

Ekspresi subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan, emosi takut yang subyek rasakan muncul ketika mengerjakan tugas. Selain itu, informan juga menjelaskan


(53)

44

ketika menonton film horro, subyek mengungkapkan ekspresi emosinya terlewat batas.

Ketakutan? Kalo ketakutan dalam hal mengerjakan tugas sih pernah, mas. Sering bahkan. Sering, misalnya kayak

tuakut banget gitu ya, „iki yak apa tugasku iki udah bener

apa nggak’ gitu sih. Suering dia lakukan. padahal, lho

mbak, dosennya itu nggak pa-pa, terserah kita. Wes tah nggak usah takut. Ya wes lah, gitu. Kalo ada kesalahan ngerjain tugas gitu mesti takut. CHW : 4.1.6

Kalau sebelumnya, Mbak F ini ya namanya rasa takut itu mesti ada. Kayak nonton film horor itu takut, takutnya itu kelewat batas mungkin. Tapi, kalau setelah ODOJ ini ya setahuku Mbak F itu berpikir gini, "Lho, bukankah semuanya itu gaib pun itu ciptaan Allah juga gitu lho. Jadi, kembali. Itu juga ciptaan Allah kayak gitu.".CHW : 4.2.6

e) Emosi jijik

Subyek mengekspresikan emosi jijiknya dengan gerakan tangannya dan ungkapan kata, ketika bertemu dengan ulat pada saat subyek sedang memasak.

Oooh, pernah. Masak, terus ada uletnya, waaa rasanya itu, hssst, langsung tangannya itu gini-gini, terus aduuuh, langsung huuh, saya memegangnya gitu. Sama ulet gitu, pernah. CHW : 1.1.32

Yaa, hampir sama sih. Tapi ya ini sih, eee… kalo dulu itu,

saya tuh paling nggak suka sama pegang hati sapi itu loh. Eh, hati sapi ya hati kambing itu kan, Umi kan terima pesen aqiqoh, itu kalo saya suruh nusuk itu agak rasanya

kayak „hssst’ nggrenyeng wes gimana gitu kayak, yaa ada

perasaan kayak gitu karena pernah ada ulet kan di dalamnya itu. jadi kayak seakan-akan itu seakan-akan semua saya sama ratakan padahal enggak...CHW : 1.2.15

Subyek dulu juga tidak senang memegang hati sapi pada saat subyek membantu ibunya memasak karena ada pesanan dari pelanggan. Dia merasa jijik ketika ibunya meminta tolong


(54)

45

untuk membuat tusukan sate dari bahan sapi. Subyek merasakan seperti digigit semut ketika membuat tusukan dari bahan makanan tersebut. Ekspresi subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan, tentang emosi jijik.

Sebelumnya, biasanya, kalau Mbak F jijik sama ulat ini kalau di deketnya ada ulat atau apa itu langsung bisa jadi menghindar lari itu ada kayak misalkan jingkrak. Misalkan, kayak kaget gitu kan menghindari itu ada ulat. Tapi untuk saat ini, hampir mirip kayak yang horor tadi. Mbak F ini saat ini sudah tahu. Maksudnya gini, pemahamannya masalah jijik itu lho buat apa jijik soalnya ulat itu juga ciptaannya Allah gitu. Kembali ke Allah. Lha, kan semua makhluk hidup juga ciptannya Allah kayak gitu. CHW : 4.2.7

Penuturan dari informan, ketika subyek berdekatan dengan ulat, subyek secara refleks menghindar dengan cara berlari atau jingkrak (melompat).

f) Emosi marah

Subyek meluapkan emosi marahnya secara langsung kepada adiknya. Dia meluapkan marahnya dengan menegur dan menjelaskan penyebab kesalahan adiknya. Tetapi, ketika marah dengan orang lain di luar keluarga, subyek menahan amarahnya.

Kalau sama orang lain sih lebih.. Kalau misalnya saya itu bisa marah itu mungkin luapin marah kayak negur langsung itu ya sama adek. Tapi kalau sama orang lain di luar keluarga saya masih ngempet. Nggak bisa langsung lost gitu.. Gak CHW : 1.1.43

Kalo marah itu dulu memang saya itu marah langsung saja


(55)

46

ngomong, to the point. Langsung, langsung pointnya. Tapi kalo sekarang lebih menahan. Jadi kalo misalnya dia ngelakuin suatu kesalahan atau saya sendiri ya yang mungkin nggak terkontrol emosinya ya saya tahan sendiri, bahwasannya kalo saya marahi yo percuma, yang ada nanti penyesalan, kayak gitu. Jadi lebih mengontrol diri sih, lebih ke nahan dulu, nanti kalo misalnya saya sudah, sudah nggak marah, sudah nggak ini, baru nanti saya ngasik tau sama dia gitu. Lebih ke diem, atau kalo nggak gitu saya lebih ke menghindari si sabyek yang membuat saya marah, gitu. CHW : 1.2.17

Ekspresi subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan, tentang emosi marah.

Memang yang aku ceritakan di awal itu ya mas ya, Mbak F ini kalau lagi futur, namanya orang itu mesti ada kan rasa marah dan biasanya Mbak F jarang marahnya sama temen atau itunya memang jarang. Kalau memang bener-bener ngga sesuai ya marah. Tapi, kalau sama adiknya, biasanya karena kan kesehariannya juga sama adiknya jadi ya bisa jadi marah sama adiknya an wajar ya. Jadi kan pelampiasan saat marah, misalkan, adiknya nggak sesuai sama apa yang dilihat Mbak F pasti dia langsung marah gitu kan. Tapi, kalau sekarang kayaknya marahnya lebih bisa ditahan trus kalau pun toh ngasih tahu itu bisa ngasih tahu dengan lebih baik gitu lho. Nggak harus dengan marah. CHW : 4.2.8

Subyek jarang marah dengan temannya. Subyek akan marah ketika apapun yang dilakukan teman subyek tidak sesuai dengan keinginan dirinya. Informan juga mengaku ketika subyek marah kepada adeknya, dia akan melampiaskannya begitu saja. Berbeda ketika dia marah dengan orang lain. Subyek memilih untuk menahannya.


(56)

47

2) Ekspresi Emosi Ditinjau dari Kondisi

a) Need of the moment

Sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, teknik manajemen emosi subyek pada saat terkejut tidak ditemukan, sedangkan setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek mengekspresikan emosinya dengan cara menahan diri untuk tidak langsung menegur orang yang mengagetkan dia.

Ya terus, “Heg” gitu. Terkejut mungkin kalo, kalo yang sebelum mungkin lebih reflek, lebih ke “Hah” kayak gitu. Langsung “Kamu ini, bla bla bla.” Tapi kalo mungkin

sekarang lebih menahan, gitu. CHW : 1.2.4

Ekspresi emosi terkejut pada subyek ini diperkuat dengan penjelasan informan yang saat ini subyek jarang mengungkapkan ekspresi terkejutnya dengan sesuatu yang ekspresif.

Subyek ini, setahuku, kalau terkejut mengungkapkannya dengan ekspresif. Mungkin ada gerakan-gerakan. Kadang nggak sadar "Lho, Mbak F, ternyata bisa gitu." nah kayak gitu ada. Tapi, untuk saat ini, sesudah ini, kayaknya Mbak F jarang mengungkapkannya dengan sesuatu yang girang-girang amat gitu juga nggak deh. Ada sisi pertahanan dirinya. CHW : 4.2.1

Subyek menurut informan, pada saat ini lebih memilih untuk menahan ekspresi emosinya dengan sesuatu yang sangat bahagia. Informan menyadari adanya perilaku mempertahankan diri ketika subyek ingin mengungkapkan ekspresi emosinya tersebut.


(57)

48

Sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, teknik manajemen ekspresi emosi subyek pada saat sedih tidak ditemukan, sedangkan setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek mengungkapkan emosinya dengan cara mengontrol dirinya agar tidak terlarut dalam kesedihan.

Kalo sedih, saya ya, ya lebih kaya nangis sih, nangis, terus

yaa, ee… gimana ya? Yang, yang pertama ya nangis, gimana

ya? Saya kurang ini sih, saya nggak mengerti ekspresi saya.

Ee… ya lebih ini sih, lebih, apa ya? Ya nggak kayak, he’e,

kesedihannya berlarut kayak gitu dari pada yang sekarang. Kalo sekarang lebih bisa ngontrol diri gitu sih, itu. CHW : 1.2.6

Ekspresi emosi sedih pada subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan. Subyek yang dulu sering berlarut dalam ksedihannya sekarang lebih mampu untuk menahan dirinya agar tidak berlarut dalam kesedihan.

Sedih? Ya, kalau sedih, Mbak F ini sebenernya sering sedih. Kalau sedih itu memang sedihnya itu kadang berlarut-larut kalau dulu. Misalkan, dipikir terus gitu lho mas kalau sedih itu. Tapi, nggak diperlihatkan di depan umum. Hanya mungkin dia sendiri, tapi dengan cerita selama beberapa hari gitu. Tapi, kalau setelah ODOJ ini, dia lebih bisa menahan dirinya. CHW : 4.2.4

b) Cultural Display Rules

Sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, ekspresi emosi subyek pada saat takut tidak ditemukan, sedangkan setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek


(58)

49

mengungkapkan ekspresi emosinya dengan pasrah kepada Allah Swt.

Kalo saya sebelum ODOJ, takut itu lebih ke yaa, takutnya itu banget gitu lo.maksudnya itu paranoid banget. Gimana ya? Kayak-kayak seakan-akan ada kayak gimana, kayak seakan-akan itu ketakutan itu wujud gitu lo, ehe. Tapi setelah ini, InsyaAllah wes sudah enggak, maksudnya wes percaya kepada Allah. Jadi lebih kaya semua pasrah kepada Allah gitu. CHW : 1.2.10

Ekspresi emosi takut pada subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan. Subyek yang dulu takut dengan film horor, setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek meregulasi emosinya dengan percaya bahwa semua yang gaib adalah ciptaan Allah.

Kalau sebelumnya, Mbak F ini ya namanya rasa takut itu mesti ada. Kayak nonton film horor itu takut, takutnya itu kelewat batas mungkin. Tapi, kalau setelah ODOJ ini ya setahuku Mbak F itu berpikir gini, "Lho, bukankah semuanya itu gaib pun itu ciptaan Allah juga gitu lho. Jadi, kembali. Itu juga ciptaan Allah kayak gitu.". CHW : 4.2.6

Subyek mengekspresikan emosinya mengikuti aturan islam yang mengajarkan pada umatnya bahwa apapun yang terjadi pada dirinya harus dipasrahkan hanya kepada Allah.

Sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, ekspresi emosi subyek pada saat jijik tidak ditemukan, sedangkan setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek


(59)

50

mengungkapkan emosinya dengan mengubah pikirannya kepada ulat yang membuat subyek merasa jijik.

Yaa, hampir sama sih. Tapi ya ini sih, eee… kalo dulu itu,

saya tuh paling nggak suka sama pegang hati sapi itu loh. Eh, hati sapi ya hati kambing itu kan, Umi kan terima pesen aqiqoh, itu kalo saya suruh nusuk itu agak rasanya kayak

„hssst’ nggrenyeng wes gimana gitu kayak, yaa ada perasaan

kayak gitu karena pernah ada ulet kan di dalamnya itu. jadi kayak seakan-akan itu seakan-akan semua saya sama ratakan padahal enggak. Tapi untuk saat ini sih, yaa mulai menetralisir sendiri sih. Maksudnya, kalo saya gini terus, kapan saya bisa megang hati itu? gitu kan. Bahwasannya semua itu nggak kayak gitu. CHW : 1.2.15

Yaaa… hilangkan perasaan kayak, ya yakin kalo ini nggak

ada ulatnya gitu. Jadi ya ini InsyaAllah aman, gitu, kayak gitu. CHW : 1.2.16

Ekspresi emosi jijik pada subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan. Menurut informan, subyek mengubah pemahamannya kepada ulat yang membuat subyek merasa jijik dan mengembalikan semuanya kepada Allah Swt

Sebelumnya, biasanya, kalau Mbak F jijik sama ulat ini kalau di deketnya ada ulat atau apa itu langsung bisa jadi menghindar lari itu ada kayak misalkan jingkrak. Misalkan, kayak kaget gitu kan menghindari itu ada ulat. Tapi untuk saat ini, hampir mirip kayak yang horor tadi. Mbak F ini saat ini sudah tahu. Maksudnya gini, pemahamannya masalah jijik itu lho buat apa jijik soalnya ulat itu juga ciptaannya Allah gitu. Kembali ke Allah. Lha, kan semua makhluk hidup juga ciptannya Allah kayak gitu. CHW : 4.2.7

c) Personal Display Rules

Sebelum bergabung dengan komunitas ODOJ, ekspresi emosi subyek pada saat marah tidak ditemukan, sedangkan setelah bergabung dengan komunitas ODOJ, subyek


(60)

51

mengungkapkannya dengan menahan dirinya dengan diam. Dia menyadari ketika dia marah akan timbul penyesalan kemudian dia memberitahukan maksud kemarahannya dan subyek menghindari orang yang membuat dirinya marah

Kalo marah itu dulu memang saya itu marah langsung saja

bilang sama adek, “Kamu lo gini, gini,” langsung ngomong,

to the point. Langsung, langsung pointnya. Tapi kalo sekarang lebih menahan. Jadi kalo misalnya dia ngelakuin suatu kesalahan atau saya sendiri ya yang mungkin nggak terkontrol emosinya ya saya tahan sendiri, bahwasannya kalo saya marahi yo percuma, yang ada nanti penyesalan, kayak gitu. Jadi lebih mengontrol diri sih, lebih ke nahan dulu, nanti kalo misalnya saya sudah, sudah nggak marah, sudah nggak ini, baru nanti saya ngasik tau sama dia gitu. Lebih ke diem, atau kalo nggak gitu saya lebih ke menghindari si subyek yang membuat saya marah, gitu. CHW : 1.2.17

Ekspresi emosi marah pada subyek ini diperkuat oleh penjelasan dari informan. Subyek ketika sedang futur atau lemah secara psikis, ada rasa marah di dalam dirinya dan rasa marah tersebut dapat di tahan. Jika subyek ingin memberitahukan kepada orang yang membuatnya marah, dia memberitahukannya dengan lebih baik.

Memang yang aku ceritakan di awal itu ya mas ya, Mbak F ini kalau lagi futur, namanya orang itu mesti ada kan rasa marah dan biasanya Mbak F jarang marahnya sama temen atau itunya memang jarang. Kalau memang bener-bener ngga sesuai ya marah. Tapi, kalau sama adiknya, biasanya karena kan kesehariannya juga sama adiknya jadi ya bisa jadi marah sama adiknya an wajar ya. Jadi kan pelampiasan saat marah, misalkan, adiknya nggak sesuai sama apa yang dilihat Mbak F pasti dia langsung marah gitu kan. Tapi, kalau sekarang kayaknya marahnya lebih bisa ditahan trus kalau pun toh ngasih tahu itu bisa ngasih tahu dengan lebih baik gitu lho. Nggak harus dengan marah. CHW : 4.2.8


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Subyek I menggunakan ekspresi emosi need of the moments pada emosi

terkejut dan sedih. Dimana bentuk ekspresi ini digunakan individu untuk mengekspresikan emosinya pada waktu yang dia inginkan. Bentuk need of

the moments pada emosi terkejut adalah dengan menahan diri ketika dia

dikejutkan oleh orang lain. sedangkan pada emosi sedihnya, bentuk need of

the moments adalah mengontrol dirinya agar tidak terlarut dalam kesedihan

yang dia rasakan.

Pada ekspresi emopsi takut dan jijik, ekspresi emosi yang digunakan subyek adalah cultural display rules. Dimana bentuk ekspresi emosi ini

digunakan individu karena ada pengaruh dari aturan, atau budaya yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini, aturan yang digunakan oleh subyek adalah aturan agama islam, yakni mengembalikan semuanya kepada Allah Swt. Subyek I berpikir bahwa hal-hal yang ditakuti dan membuat dia jijik adalah ciptaan Allah Swt.

Ekspresi emosi yang digunakan subyek I pada saat marah adalah

personal display rules. Dimana bentuk ekspresi emosi ini digunakan individu

karena pengaruh dari keluarga. Subyek yang merasa marah, mengungkapkan ekspresinya hanya kepada anggota keluarga yang membuat dia marah. Tetapi ketika ada orang lain yang membuat dia marah, dia lebih memilih untuk diam.

Ekspresi emosi terkejut, takut dan jijik pada subyek II adalah cultural

display rules. Subyek mengungkapkan ekspresi emosi terkejutnya dengan


(2)

70

dari temannya. Lalu untuk mengungkapkan ekspresi emosi takutnya, subyek melakukannya dengan mencari teman.

Ekspresi emosi marah pada subyek II adalah need of the moments.

Bentuk need of the moments subyek ketika marah adalah diam. Dia lebih

memilih diam karena tidak ingin ribut dan memperparah kondisi yang ada dan terkadang subyek lebih memilih untuk meminta maaf terlebih dahulu walaupun dirinya tidak bersalah.

Ekspresi emosi sedih pada subyek II adalah vocational requirement.

Subyek memilih untuk bersikap pofessional dalam menjalankan profesinya, yakni menjadi guru. Subyek menyimpan ekspresi emosi sedihnya di dalam hati dan mencari perhatian siswanya.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ekspresi emosi anggota komunitas One Day One Juz yang disingkat menjadi ODOJ, antara subyek

I dan subyek II berbeda. Pengungkapan ekspresi emosi subyek I berkurang setelah mengikuti kegiatan komunitas ODOJ. Selain itu subyek dalam mengungkapkan ekspresinya dalam bentuk verbal, gerak isyarat dan tubuh, tindakan emosionall, beserta perubahan fisiologis. Bentuk lain ekspresi emosi subyek ditinjau dari kondisinya yakni (1) need of the

moments pada saat subyek terkejut dan sedih, (2) cultural display rules

pada saat takut dan jijik, serta (3) personal display rules pada saat subyek

marah.

Pada subyek II, mengungkapkan eksresi emosinya dalam bentuk berbicara dalam hati ketika sedih, gerak dan isyarat ketika jijik. Ekspresi emosi pada diri subyek ditinjau dari kondisinya diketahui ada tiga bentuk, berupa cultural display rules, need of the moments, dan vocational

requirement. Teknik manajemen ekspresi emosi berupa (1) cultural

display rules, digunakan pada ekspresi emosi terkejut, jijik, dan takut

subyek, (2) need of the moments pada ekspresi marah, dan (3) vocational

requirement digunakan subyek pada ekspresi emosi sedihnya.


(4)

72

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya peneliti menyarankan agar peneliti berhati-hati dengan setiap pertanyaan yang digunakan kepada informan, mengingat bahasan emosi merupakan suatu hal yang sensitif dan mempertimbangkan variasi informan (significant others)

2. Bagi anggota komunitas ODOJ atau yang biasa disebut ODOJer, penelitian ini diharapkan mampu menambah motivasi dalam membaca Al-Qur’an.

3. Bagi masyarakat, agar terbukanya wawasan tentang manfaat membaca Al-Qur’an pada regulasi emosinya


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

DAFTAR PUSTAKA

As’adi, M. (2011). Cara Kerja Emosi Sehari-Hari. Yogyakarta : Diva Press Az-Zahrani, Musfir bin Said. (2005) Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani Chaplin, J P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pres

Creswell, John W. (2012). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bashiroh, Y. S. (2007). Pengaruh Bacaan Al-Qur’an Terhadap Ketenangan Jiwa Santri (Studi Kasus Di Pondok Pesantren As-Sanusiah Pandeglang Banten.

Skripsi. Fakultas Ushuluddin. IAIN Walisongo Semarang

Ekman, Paul. (1999). Handbook of Cognition and Emotion. New Jersey : John Wiley & Son

Goleman, Daniel. (2002). Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata : Gramedia Pustaka Utama

Gross, James J. (1998). The Emerging Field of Emotion Regulation: An integrative Review. Review of General Psychology. Vol. 2. Hal. 271-299 Hadiyono, J. E. P., (2000). Emosi dan Ekspresinya Dalam Masyarakat.

Yogyakarta : Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM

Haeroni. (2014). Pengaruh Terapi Membaca Al Qur’an (Surah Ar-Rahman) Terahadap Demensia Pada Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Semarang

Handayani, R. (2014). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri Persalinan dan Kecemasan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif.

Jurnal Ilmiah Kebidanan.Vol. 5. No.2 Hal. 1-15

Hasan, A. B. P., (2008). Psikologi Perkembangan Islami : Menyingkap Rentang

Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematian. Jakarta :

Raja Grafindo Persada

Hess, U. & Philippot, P. (Eds.), 2007. Group Dynamics and Emotional

Expression. New York, Cambridge University Press.

Kurniawan, A. P., dan Hasanat. N. U., (1993). Perbedaan Ekspresi Emosi Pada Beberapa Tingkat Generasi Suku Jawa di Yogyakarta. Jurnal Psikologi. Vol. 34. Hal. 1-17


(6)

74

Lin, H., Tov, W., dan Qiu, L., (2014). Emotional disclosure on social networking sites: The role of network structure an psychological needs. Computer in

Human Behavior Journal. Vol. 41. Hal. 342-350

Moleong, L. J., (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Poerwandari, E. K., (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelirian Perilaku

Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan

Pendidikan Psikologi

Putri, D. W. L., (2013). Hubungan anatara Regulasi Emosi dengan Perilaku Prososial Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi Empathy. Vol. 2. No. 1

Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif (Jenis, Karakteristik dan

Keunggulannya). Jakarta: PT Grasindo

Rahayu, E. S. (2012). Studi Kasus Tentang Ekspresi Emosi Pada Anak Agresif Kelas II Di SLB E Prayuwana Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rifa’ah, S. (2013). Pengaruh Motivasi Membaca Al-Qur’an Terhadap Ketenangan Jiwa Santriwati Pondok Pesantren Putri Al-Hikmah Tugurejo Tugu Semarang. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. IAIN Walisongo. Semarang.

Rostomyan. (2013). Management Techniques of Emotions in Communicative

Conflict Reduction. Probing The Boundaries Project.

Safara, M., Samanesadatsadidpoor, dan Bathia. (2014) The Effect Of Spiritual Music on Health in Different Religions. Delhi Psychiatry Journal. Vol 17. No.1 Sarwono, S. W. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers Sholeh, M. dan Musbikin, I. (2005) . Agama Sebagai Terapi : Telaah Menuju

Ilmu Kedokteran Holistik. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono., (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Cv. Alfabeta

White, Fiona., Hayes, Bret., Livesey, David. (2012). Developmental Psychology :

From Infancy to Adulthood. Australia: Pearson Australia

Widyastuti. (2011). Hubungan Antara Tingkat Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Skripsi. PS Ilmu Keperawatan. Universitas Jember