Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO. 3,
GEDUNG C PASAR MINGGU, JAKARTA 12550

TELEPON (021) 7815380 - 4, FAKSIMILI (021) 7815486 - 7815586
WEBSITE : http://ditjenbun.deptan.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :141/Kpts/LB. 110/06/2010
TENTANG

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT

YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,


Menimbang

: a. bahwa Program Revitalisasi Perkebunan merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun;
b. bahwa pengembangan kegiatan kelapa sawit rakyat melalui Program
Revitalisasi Perkebunan telah dilaksanakan sejak Tahun 2007;
c. bahwa untuk mengetahui kondisi fisik kebun kelapa sawit rakyat yang
telah dibangun melalui Program Revitalisasi Perkebunan perlu
dituangkan dalam penetapan kebun yang layak atau belum layak untuk
dapat diserahkan kepada pekebun/Koperasi selaku peserta Program
Revitalisasi Perkebunan;

d. bahwa untuk pemenuhan berbagai sasaran yang ingin dicapai, perlu
ditetapkan sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat Program
Revitalisasi
Perkebunan
dengan
Keputusan
Direktur Jenderal
Perkebunan;


Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok
Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
Budidaya
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4411);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);
5. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah,

Pemerintah


Daerah

Provinsi

dan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
6. Keputusan Presiden Nomor 33/M Tahun 2006 tentang Pengangkatan
Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Pertanian;
7. Keputusan Presiden Nomor 57/M Tahun 2009 tentang Perpanjangan
Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil;
8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;


9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT. 140/7/2005 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341 /Kpts/OT. 140/9/2005 tentang
Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;
12. Peraturan

tentang

Menteri

Pertanian

Pengembangan

Nomor

Perkebunan


33/Permentan/OT. 140/7/2006

Melalui

Program

Revitalisasi

Perkebunan;

13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 490/KPTS/OT. 160/8/2006 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program Revitalisasi
Perkebunan;

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang Kredit
Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan;
15. Peraturan

Menteri


Pertanian

Nomor

26/Permentan/OT. 140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;
Memerhatikan

: Hasil pembahasan kriteria penilaian fisik kebun antara Direktorat
Jenderal Perkebunan dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dan
instansi terkait pada tanggal 15 Maret 2010.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

:

KEPUTUSAN


DIREKTUR

JENDERAL

PERKEBUNAN

TENTANG

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT YANG
DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN.
KESATU

: Sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan dengan
program revitalisasi perkebunan sebagaimana tercantum pada lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.

KEDUA

: Sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan dengan

program revitalisasi perkebunan sebagaimana dimaksud pada Diktum
KESATU merupakan pedoman bagi seluruh aparat pelaksana penilaian

fisik kebun

kelapa sawit rakyat yang dikaitkan dengan program

revitalisasi perkebunan.
KETIGA

Pelaksanaan penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan
dengan Program Revitalisasi Perkebunan dilakukan oleh Tim yang terdiri
dari petugas yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perkebunan, petugas
Bank Pelaksana, serta petugas Dinas yang membidangi perkebunan
Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada Diktum KETIGA
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perkebunan untuk penetapan

KEEMPAT


kelas.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

KELIMA

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal t 23 Juni 2010
DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,

^ir. ACHMAD MANGGA BARANI, MM
NIP. 19490612 197503 1 001

SALINAN : Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Pertanian;

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

4. Menteri Dalam Negeri;
5. Menteri Keuangan;
6. Menteri Kehutanan;

7. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
8. Menteri Negara Lingkungan Hidup;
9. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional;

10.Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;
11.Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
12.Kepala Badan Pertanahan Nasional;
13.Gubernur Bank Indonesia;
14.Gubemur Provinsi Seluruh Indonesia;

15.Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia;
16.Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk;
17.Direktur Utama PT BUKOPIN;

18.Direktur

19.Direktur
20.Direktur
21.Direktur
22.Direktur
23.Direktur
24.Direktur
25. Direktur
26.Direktur
27.Direktur

Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama
Utama

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank SUMUT);
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat (Bank Nagari);
Bank Negara Indonesia Tbk;
Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan;
Bank Pembangunan Daerah Papua;
Bank Pembangunan Daerah Riau;
Bank Pembangunan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam;
Bank Agro;
Bank Niaga;
Bank Mega;

28.Direktur Utama Bank Internasional Indonesia;

29.Para Bupati/Walikota Seluruh Indonesia;
30.Pimpinan Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian;
31.Para Kepala Dinas Yang Membidangi Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN
NOMOR

TANGGAL

:

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT
YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

I.

LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan
ditujukan untuk membangun perkebunan rakyat, dengan pendekatan pengembangan
sebagai mana tercantum dalam Pedoman Umum Pelaksanaan Pengembangan
Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP).

Pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat yang dilakukan melalui Program
Revitalisasi Perkebunan cfilaksanakan melalui pola kemitraan yaitu pola kemitraan

mandiri dan pola kemitraan dengan satu manajemen usaha.

Pengembangan kelapa sawit dengan pola kemitraan diawali dengan pembangunan
kebun rakyat yang diatur dengan perjanjian kerjasama dengan perusahaan mitra
usaha. Sejak awal pembangunan kebun, perusahaan mitra bertindak sebagai

penanggung jawab pembangunan kebun inti maupun sebagai avalis pembangunan
kebun plasma. Setelah masa pembangunan dan memenuhi syarat, kebun dengan pola
kemitraan satu manajemen akan tetap di kelola oleh perusahaan mitra dan
bekerjasama dengan koperasi sebagai wadah petani peserta minimum sampai dengan
satu siklus tanam. Sedangkan untuk pola kemitraan mandiri setelah pengalihan kebun
plasma dikelola oleh plasma.

Dalam penilaian fisik kebun beberapa hal pokok yang harus menjadi patokan utama
adalah :

a. Penilaian fisik berupa penetapan kelas kebun, harus dapat menggambarkan
tentang tingkat pencapaian sasaran yang diharapkan dari tujuan pembangunan
kebun petani peserta tersebut (sesuai standar fisik yang ditetapkan);
b. Pemberian kriteria dan tata cara penilaian harus dapat disajikan secara sederhana
tetapi mencakup seluruh aspek yang merupakan komponen penentu;
c. Pemberian nilai harus diupayakan agar pengaruh faktor-faktor subjektif seminimal

mungkin, sehingga untuk objek yang sama perbedaan penilaian oleh berbagai
penilai tidak berbeda jauh.

II.

PENGERTIAN

1. Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan
perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman
perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh
pemerintah dengan atau tanpa melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan
sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan
pemasaran hasil.

.

2. Perluasan adalah upaya pengembangan areal tanaman perkebunan pada wilayah
bukaan baru atau pengutuhan areal disekitar perkebunan yang sudah ada.

3. Peremajaan adalah upaya pengembangan perkebunan dengan melakukan
penggantian tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru baik secara
keseluruhan maupun secara bertahap.

4. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil/pekebun dengan usaha

menengah dan/atau usaha besar sebagai mitra usaha disertai dengan pembinaan
dan pengembangan oleh usaha menengah dan usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.

5 Mitra Usaha adalah perusahaan besar swasta, BUMN, BUMD maupun koperasi

yang berbadan hukum dan bergerak di bidang perkebunan yang telah memiliki Izm
Usaha Perkebunan (IUP) dan/atau Izin Usaha Industri.

6. Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang melakukan usaha
perkebunan dengan skala usaha kurang dari 25 Hektar.

7. Petani Peserta adalah pekebun yang ditetapkan Bank Pelaksana sebagai
penerima kredit Revitalisasi Perkebunan.

8 Bank Pelaksana adalah, Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan atau pejabat yang dikuasakan.

9 Perjanjian Kerjasama Pendanaan adalah Perjanjian antara Direktur Jenderal

' Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mewakili Pemerintah dengan Bank
Pelaksana.

10 Pengelolaan Kebun Dalam Satu Manajemen adalah pengelolaan seluruh kebun
'Mitra Usaha maupun Pekebun yang dilakukan oleh Mitra Usaha mulai dan
persiapan pengelolaan kebun, pengolahan dan pemasaran atau sebagian dan
kegiatan tersebut yang disepakati oleh kedua belah pihak yang ditunjuk untuk tetap

menjaga kualitas kebun dan kesinambungan usaha selama minimum 1(satu) siklus

tanam.

11 Pengelolaan Kebun Dalam Pola Kemitraan Mandiri adalah pengelolaan seluruh
kebun Petani Peserta yang dilakukan oleh Mitra Usaha mula. dan persiapan
pengelolaan kebun, pengolahan dan pemasaran yang disepakati oleh kedua belah
pihak yang ditunjuk untuk tetap menjaga kualitas kebun dan kesinambungan
usaha.

12 Sertifikat Lahan adalah hak atas tanah yang diberikan kepada Petani Peserta oleh

Bank Pelaksana bersama dengan Mitra Usaha setelah penode Tanaman
Menghasilkan, dilakukan penilaian, dan melunasi kreditnya.

III.

INDIKATOR PENENTU

Pada dasarnya kebun yang dialihkan kepada Petani Peserta yang memasuki penode

Tanaman Menghasilkan adalah kebun yang baik yang dicirikan oleh 3 (tiga) indikator
utama yaitu :

..

. . . ... . ,

a. Kebun tersebut mempunyai potensi berproduksi dengan baik atau disebut indikator
produksi.

. .

.

b Proses produksi pada kebun tersebut dapat berjalan secara lancar, mudah dan
dengan biaya yang wajar atau disebut indikator efektivitas dan efisiensi; serta
c Pada kebun tersebut tidak terdapat hal-hal yang mempunyai potensi untuk
memerosotkan kondisi kebun setelah dialihkan kepada Petani Peserta baik

pengalihan administratif maupun pengalihan pola kemitraan mandiri atau disebut
indikator adanya potensi ancaman.

Atas dasar ketiga Indikator tersebut, maka beberapa komponen yang perlu dinilai
adalah sebagai berikut:
1. Tanaman Perkebunan mempunyai potensi produksi yang baik, ditunjukkan oleh
berbagai indikator yaitu:
a. Jumlah pohon per hektar;
b. Jumlah pohon telah berbunga betina;
c. Jumlah pohon berbuah; dan
d. Rata-rata berat Tandan Buah Segar (TBS).

2. Proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien, beberapa indikator yang
menunjukkan hal itu antara lain adalah :
a. Telah dibuatnya dan terpeliharanya jalan produksi dan jalan koleksi;
b. Telah dibuatnya dan terpeliharanya jalan pikul dan TPH;

c. Terawatnya piringan pohon sehingga brondolan dapat dikurangi dan terjadinya
efektivitas pemupukan;

d. Adanya kacangan penutup tanah sehingga dapat diperoleh peningkatan
kesuburan tanah.

3. Berbagai hal yang bersifat ancaman antara lain diindikasikan oleh adanya :
a. Lalang dan anakan kayu yang tidak terkendali (tidak dapat dikontrol dengan

cara wiping yang normal) yang nantinya dikhawatirkan akan meluas menjadi
lalang sheet dan tumbuhnya anakan kayu.

b. Tidak dilaksanakannya sistem pengawetan tanah, akan menimbulkan erosi dan
kemerosotan kesuburan tanah dimasa datang.

c. Terdapatnya hama dan penyakit yang mempunyai potensi yang meluas
keseluruhan kebun (sebagai contoh Ulat Api dan Cendawan Akar Merah).
Pemberian nilai bobot untuk berbagai indikator tersebut di atas, pada hakekatnya
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu :

a. Indikator yang nilai bobotnya sangat ditekankan kepada parameter yang terukur
secara pasti. Termasuk ke dalam kelompok ini seperti jumlah pohon dan berat
tandan buah segar.

b. Indikator yang nilai bobotnya lebih dititik beratkan kepada kegunaan atau

fungsinya. Sebagai contoh pemeliharaan piringan pohon ditujukan untuk
menampung brodolan dan efisiensi pemupukan, sehingga nilai bobotnya ditentukan
oleh seberapa jauh fungsi tersebut dapat dicapai.

IV.

SISTEM PENILAIAN KEBUN PETANI PESERTA
1. Metode Penilaian

Pada dasarnya setiap kebun Petani Peserta terdiri atas:

a. Kebun yaitu tanaman dengan luas maksimum 4 (empat) hektar yang diukur
secara planimetris atau proyeksi yang diperuntukan bagi satu Kepala Keluarga
(KK) Petani Peserta.*

b. Hamparan, yaitu kebun Petani Peserta yang terdiri atas 15 (lima belas) sampai
dengan 30 (tiga puluh) KK Petani Peserta.

c. Afdeling, yaitu kebun Petani Peserta berupa beberapa hamparan atau satuan
pemukiman.

Penilaian kebun Petani Peserta dilakukan untuk setiap hektar dan dilaksanakan
secara sensus:

a. Sensus lengkap untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan mandiri;
b. Sampling atau sampel untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan satu

manajemen dengan minimum sampel 25% (dua puluh lima per seratus) dari

jumlah luasan hamparan atau afdeling.

Penilaian kebun Petani Peserta dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 2 3,5 tahun. Tata cara pelaksanaannya dilakukan melalui:
Metoda Sensus

a. Untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan mandiri, setiap petugas
melakukan sensus pencatatan untuk masing-masing tanaman di dalam 1 (satu)
hektar, dengan mengisi formulir model-A yaitu data lapangan kebun petani

peserta. Formulir model-A tersebut menginventarisasi tentang kondisi tanaman
pohon jalan pikul dan TPH, direkapitulasikan ke formulir model A-1;
b Rekapitulasi dari hasil sensus setiap kebun tersebut diisikan pada formulir
model-B yaitu penetapan kelas kebun atas dasar komponen dan nilai bobot dan
masing-masing komponen tersebut.
Metode Sampling

a Untuk pengelolaan kebun dalam satu manajemen, setiap petugas melakukan
sampling pencatatan untuk masing-masing satuan luasan yang telah disepakati
Tim Penilai dengan minimum 25% (dua puluh lima per seratus) dan luasan tiap
hamparan atau afdeling dengan mengisi formulir model-A yaitu data lapangan

kebun Petani Peserta. Formulir model-A tersebut menginventarisasi tentang

kondisi tanaman pohon, jalan pikul dan TPH, direkapitulasikan ke formulir model

A-1'

b Rekapitulasi dari hasil sensus setiap luasan tersebut diisikan pada formulir
model-B yaitu penetapan kelas kebun atas dasar komponen dan nilai bobot dan
masing-masing komponen tersebut.

2. Komponen yang Dinilai dan Nilai Bobot

Atas dasar indikator penentu yang dikemukakan di atas, maka telah dilakukan
penetapan komponen yang dinilai dan diberi nilai bobot untuk menentukan layak
atau belum layak suatu luasan tanaman sebelum dialihkan kepada petani untuk

pola kemitran mandiri. Dan peniliaan kinerja Perusahaan Mitra dalam membangun
kebun petani peserta/pekebun untuk pola kemitraan dengan sistem satu
manajemen usaha. Komponen-komponen tersebut nilai bobotnya dapat
digambarkan pada matrik berikut :
A. Lahan Kering
Nilai

Komponen Yang Dinilai

Bobot
Maksimal

Kondisi Tanaman

1.

Jumlah Pohon Per hektar
a. Kriteria

-i\i\-

1) Standar jumlah pohon per-hektar yang diukur secara
planimetris/piroyeksi ditentukan oleh jarak tanam. Untuk
jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi jumlah pohon
standar 128 dan jarak 9,25 segitiga sama sisi jumlah
tanamannya 136 serta untuk jarak tanam 9 m segitiga
sama sisi jumlah pohon standar 143.

20

Nilai

Komponen Yang Dinilai

Bobot

Maksimal

2) Jumlah pohpn minimal per-hektar untuk jarak tanam
9,42 m segitiga sama sisi adalah 120 dan untuk jarak
tanam 9,25 m segitiga sama sisi adalah 124 serta untuk
jarak tanam 9 m segitiga sama sisi adalah 134, dengan
ketentuan sebagai berikut:



Untuk jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi, jumlah
pohon 120 terdiri dari minimal 103 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 12 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakan
sisipan TBM 2.



Untuk jarak tanam 9,25 m segitiga sama sisi, jumlah
pohon 128 terdiri dari minimal 110 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyuak 5 pohon merupakan
sisipan TBM 2;

• Untuk jarak tanam 9 m segitiga sama sisi, jumlah
pohon 134 terdiri dari minimal 115 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakan
sisipah TBM 2.
b. Tata cara Penilaian

1) Nilai bobot maksimal berlaku bagi jumlah pohon yang
utuh sesuai standar: 20

2) Jika jumlah pohon lebih rendah dari tandard an lebih
besar jumlah minimal, nilai bobotnya proporsional.
3) Kapling dinyatakan belum memenuhi syarat pada saat
penilaian apabila jumlah pohon dibawah minimal (120,
124 atau 134) atau terdapat jumlah pohon asli lebih
rendah dari 103 dari 120 atau 110 dari 128 atau 115
dari 134..Dengan perolehan nilai 0
2. Jumlah Pohon Berbunga
a.

10

Kriteria

Jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohon
standar dengan batas minimal yang diperhitungkan 70%
dari jumlah pohon standar.

b. Tata cara penilaian

• Jika jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohon
standar atau lebih diberi nilai: 10

c. Apabila jumlah pohon berbunga lebih rendah dari 85% dan
jumlah pohon standar an lebih besar dari 70% dari jumlah
pohon standar nilai bobotnya proporsional.

d. Apabila jumlah pohon berbunga betina dibawah 70% dari
jumlah pohon standar diberi nilai bobotnya : 0
3. Jumlah Pohon Berbuah
a.

Kriteria

1) Pohon berbuah adalah jumlah pohon yang ditandai
dengan beratTBS-nya minimal 3 kg atau lebih.

2) Jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon standar
dengan batas minimal yang diperhitungkan 60% dari
jumlah pohbfi standar nilai bobotnya proporsional.
Pohon yang berat TBS-nya kurang dari 3 kg tidak
diperhitungkan.

15

Nilai

Komponen Yang Dinilai

Bobot

Maksimal
Tata cara Penilaian

1) Jika jumlah pohon berbuah > 70% dari jumlah pohon
standar atau lebih diberi nilai: 15

2) Apabila jumlah pohon berbuah 60% - 69% dari jumlah
pohon standar nilai bobotnya proposional.
3) Apabila jumlah pohon berbuah dibawah 60% dari jumlah
pohon standar tersebut nilai bobotnya : 0
15

Berat TBS rata-rata

a.

Kriteria

Standar berat TBS rata-rata 3,5 kg (matang panen)
b. Tatacara penilaian

1) Jika berat TBS rata-rata 3,5 kg atau lebih diberi nilai : 15
2) Apabila berat TBS rata-rata 3 kg sampai dengan 3,5 kg
nilai bobotnya proporsional. .
10

Kondisi Penutup Tanah
a.

Kriteria

Penutup tanah yang ideal adalah kacangan yang jumlahnya

pada saat diambil alih dianggap sudah memadai pada tingkat
30% dengan keadaan lalang terkendali dan bebas anakan
kayu.
b.

Tata cara Penilaian

1) Jika lalang terkendali, bebas anakan kayu dan selebihnya
rumput lunak diberi nilai
:6
2) Tambahan nilai bobot selanjutnya secara proporsional
sesuai dengan prosentase kacangan. Jika kacangan
menutup 30% maka tambahan nilai bobotnya diberi : 4
Jika kacangan hanya 15% maka tambahan nilai bobotnya :
15/30x4 = 2

3) Jika lalang tidak terkendali, atau banyak anakan kayu nilai
menjadi: 0, ,

dan harus direhabilitasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
pengalihan.
8

ML Sistem Pengawetan Tanah
a.

Kriteria

Berbagai indikator tentang diperlukannya sistem pengawetan

tanah dan parit drainase adalah sebagai berikut:

1) Jika tingkat kemiringan lahan 8 - 26% diperlukan teras
individu, sedangkan > 27% diperlukan teras contour.

2) Indikasi kurang berfungsinya parit drainase ditujukan oieh
keadaan daun tanaman yang menguning.
b.

Tata cara Penilaian

1) Jika kondisi areal tidak memerlukan teras dan parit
drainase diberi: 8

2) Jika areal memerlukan teras, tapak timbun atau parit
drainase

nilai

bobotnya

proporsional

menurut

yang

dilaksanakan dengan komposisi nilai maksimal sebagai
berikut:

Dibangun teras dan tapak timbun diberi nilai
Dibangun Parit Sirip Ikan diberi nilai
Dibangun parit pembuangan (outlet) diberi nilai

Nilai

Komponen Yang Dinilai

Bobot
Maksimal

3) Jika parit sirip ikan dan parit pembuangan (outlet) tidak
dibangun yang mengakibatkan lahan tergenang, maka
harus dibuat parit drainase yang dapat menurunkan
permukaan air tanah

4) Jika areal memerlukan teras dan tapak timbun tetapi tidak
dibangun, maka harus dibangun terlebih dahulu.
IV. Kondisi Jalan, TPH, Jalan Panen dan Piringan Pohon
13

1. Jalan Produksi dan Koleksi
a.

Kriteria

Kondisi jalan produksi dan koleksi dapat dilalui sepanjang
musim dengan kendaraan truk bermuatan penuh.
b. Tata cara penilaian

1) Lebar jalan produksi 6 m dan jalan koleksi 4-5 m diberi
nilai

:3

2) Diperkeras pada tanjakan dan bagian lembek diberi
nilai

3) Telah dibuat parit kiri - kanan jalan diberi nilai
4) Tanjakan dapat dilalui truk diberi nilai

5) Telah dibuat gorong-gorong dan jembatan diberi nilai
6) Jika kondisi jalan tersebut tidak dapat dilalui sepanjang
musim

harus diperbaiki terlebih dahulu
TPH, Jalan Pikul dan Piringan Pohon
a.

Kriteria

1) TPH adalah tempat pengumpulan TBS. Setiap 5
gawangan terdapat 1 TPH dan dalam keadaan bersih.
2) Jalan pikul adalah jalan diantara 2 gawangan yang
dapat dilalui tanpa hambatan, bebas dari tumbangan
kayu besar dan anakan kayu.

3) Piringan pohon dibuat secara wajar dan dalam keadaan
bersih.

b. Tatacara Penilaian

1) Telah dibuat 1 TPH per 5 gawangan diberi nilai: 1
2) Dibuat jalan pikul yang dapat dilalui tanpa hambatan
dan dibuat titi panen diberi nilai

:2

3) Piringan pohon terawat dengan baik diberi nilai : 2
Kesan Umum dan Faktor Lain

Penilaian ini dilakukan terhadap berbagai kondisi yang belum

tercakup pada butir Is.d. IV. Faktor'yang dinilai adalah kebersihan
kebun, homogenitas tanaman, defisiensi, crown disease, hama
dan penyakit.
Batas maksimal nilai bobot adalah
Batas minimal nilai bobot adalah

: 4
: 1

Jumlah Nilai Bobot

100

B. Lahan Basah
Nilai
Bobot

Komponen Yang Dinilai
I.

Maksimal

Kondisi Tanaman
20

1. Jumlah Pohon Per hektar
a.

Kriteria

1) Standar jumlah pohon per-hektar yang diukur secara
planimetris atau proyeksi ditentukan oleh jarak tanam.

Untuk jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi jumlah

pohon standar 128 dan jarak 9,25 segitiga sama sisi
jumlah tanamannya 136 serta untuk jarak tanam 9 m
segitiga sama sisi jumlah pohon standar 143.

2) Jumlah pohon minimal per-hektar untuk jarak tanam 9,42

m segitiga sama sisi adalah 120 dan untuk jarak tanam
9,25 m segitiga sama sisi adalah 124 serta untuk jarak

tanam 9 m segitiga sama sisi adalah 134, dengan
ketentuan. sebagai berikut:

. Untuk jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi, jumlah

pohon 120 terdiri dari minimal 103 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 12 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakan
sisipan TBM 2.

. Untuk jarak tanam 9,25 msegitiga sama sisi, jumlah

pohon 128 terdiri dari minimal 110 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakan
sisipan TBM 2;

. Untuk jarak tanam 9 m segitiga sama sisi, jumlah
pohon 134 terdiri dari minimal 115 pohon asli
(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1
dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakan
sisipan TBM 2.
b. Tata cara Penilaian

1) Nilai bobot maksimal berlaku bagi jumlah pohon yang
utuh sesuai standar: 20

2) Jika jumlah pohon lebih rendah dan standar dan lebih
besar jumlah minimal, nilai bobotnya proporsional.

3) Kebun dinyatakan belum memenuhi syarat pada saat
penilaian apabila jumlah pohon dibawah minimal (120

124 atau 134) atau terdapat jumlah pohon asli lebih
rendah dari 103 dari 120 atau 110 dari 128 atau 115 dan
134. Dengan perolehan nilai 0
10

Jumlah Pohon Berbunga
a. Kriteria

. .

,

Jumlah pohon berbunga betina 85% dan jumlah pohon

standar dengan batas minimal yang diperhitungkan 70 h
dari jumlah pohon standar.

Nilai
Bobot

Komponen Yang Dinilai

Maksimal

Tata cara penilaian

Jika jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohon
standar atau lebih dari nilai: 10

Apabila jumlah pohon berbunga lebih rendah dari 85% dari
jumlah pohon standar dan lebih besar dari 70% dari jumlah
pohon standar nilai bobotnya proporsional.
Apabila jumlah pohon berbunga betina di bawah 70% dari
jumlah pohon standar tersebut nilai bobotnya : 0
15

3. Jumlah Pohon Berbuah
Kriteria

1) Pohon berbuah adalah jumlah pohon yang ditandai

2)

3)

dengan berat TBS-nya minimal 3 kg atau lebih.
Jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon standar

dengan batas minimal yang diperhitungkan 60% dari
jumlah pohon standar nilai bobotnya proporsional.
Pohon yang berat TBS-nya kurang dari 3 kg tidak
diperhitungkan.

Tata cara Penilaian

1) Jika jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon
standar atau lebih diberi nilai: 15

2) Apabila jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon

standar dan lebih besar 60% dari jumlah pohon standar
nilai bobotnya proporsional

3) Apabila jumlah pohon berbuah di bawah 60% dan jumlah
pohon standar tersebut nilai bobotnya : 0

15

4. Berat TBS rata-rata
a. Kriteria

Standar berat TBS rata-rata 3,5 kg (matang panen)

b. Tatacara penilaian

.

.

1) Jika berat TBS rata-rata 3,5 kg atau lebih diberi nilai: 15
2) Apabila berat TBS rata-rata 3 kg sampai dengan 3,5 kg
nilai bobotnya proporsional.
17

II. Sistem Tata Air
a.

Kriteria

1) Sistem tata air pada prinsipnya mengupayakan tinggi
permukaan air tanah pada batas yang optimum untuk

mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit berkisar 60-90 cm.

2) Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunder dan

tersier berfungsi dengan baik, yaitu dapat mengatur tinggi

rendah permukaan air dengan cepat dan mudah, dapat
mengurangi genangan air pada waktu kelebihan air (musim
hujan) dan atau mempertahankan tinggi permukaan air
berkisar 60-90 cm.

Nilai
Bobot

Komponen Yang Dinilai

Maksimal

b. Tata cara Penilaian

1) Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunder dan
tersier telah dibangun dan berfungsi dengan baik, diberi nila
= 11

2)' Permukaan air tanah tetap dapat dipertahankan 60-90 cm
diberi nilai = 6.

3) Jika pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunder
dan tersier telah dibangun tetapi tidak berfungsi dengan baik
maka nilainya dikurangi.


Saluran/kanal pembuangan nilai = 4



Primer nilai = 3




Sekunder nilai = 3
Tersier nilai = 1
10

III. Sarana Transportasi
a.

Kriteria

,

Saluran/kanal pembuangan, primer dan sekunder berfungsi

sebagai sarana transportasi, dengan ukuran sesuai standar dan
hasil pengukuran kedalaman air pada musim kemarau, yaitu
i|0 - 1,49 muntuk saluran sekunder, 1,5 - 2,0 muntuk saluran
primer dan >2,0 muntuk saluran/kanal pembuangan.

b. Tata cara Penilaian

1) Apabila saluran/kanal pembuangan, primer dan sekunder
berfungsi sebagai sarana transportasi, dengan ukuran

sesuai standar dan hasil pengukuran seperti tersebut diatas
diberi nilai = 10 dengan maksimal nilai:



Sekunder = nilai 2
Primer = nilai 3

• Kanal pembuangan = nilai 5

2) Apabila saluran/kanal tidak dimanfaatkan sebagai sarana
transportasi, tetapi terdapat sarana transportasi darat tetap
diberi nilai 10.

3) Apabila ukuran saluran/kanal pembuangan, primer dan
sekunder tidak sesuai kriteria, maka nilai dikurangi secara
proporsional.
IV. Kebersihan Kebun

a. Kriteria

, ,.

. .

Kebersihan kebun diidentifikasikan oleh terkendalinya lalang,

gulma berbahaya lainnya (pakis kawat, mikania, dll) dan bebas
anakan kayu.
b. Tatacara Penilaian

1) Jika lalang terkendali dan bebas anakan kayu, selebihnya
rumput lunak diberi nilai = 2.

2) Jika lalang tidak terkendali atau banyak anakan kayu nilai
menjadi = 0.

3) Jika gulma non lalang terkendali (ketinggian tidak lebih dan
40 cm) diberi,nilai =2, ketinggian 40-75 cm diberi nilai - 1,
dan ketinggian lebih dari > 75 cm diberi nilai = 0.
10

Nilai
Bobot

Komponen Yang Dinilai

Maksimal

V. Kondisi TPH, Jalan Panen dan Piringan Pohon
a.

Kriteria

1) TPH adalah tempat pengumpulan TBS. Setiap 5 gawangan
terdapat 1 TPH dan dalam keadaan bersih.

2) Jalan pikul adalah jalan diantara 2 gawangan yang dapat
dilalui tanpa hambatan, bebas dari tumbangan kayu besar
dan anakan kayu.

3) Piringan pohon dibuat secara wajar dan dalam keadaan
bersih.

'

b. Tatacara Penilaian

1) Telah dibuat 1 TPH per 5 gawangan diberi nilai: 1

2) Dibuat jalan pikul yang dapat dilalui tanpa hambatan dan
dibuat titi panen diberi nilai : 2

3) Piringan pohon terawat dengan baik diberi nilai : 2
VI. Kesan Umum dan Faktor Lain

Penilaian ini dilakukan terhadap berbagai kondisi yang belum

tercakup pada butir Is.d. IV. Faktor yang dinilai adalah kebersihan
kebun, homogenitas tanaman, defisiensi, crown disease, hama
dan penyakit.

Batas maksimal nilai bobot adalah
Batas minimal nilai bobot adalah

: 4
: 1
100

Jumlah Nilai Bobot

3. Cara dan Hasil Penilaian

Hasil pengamatan dilapangan terhadap komponen tersebut diatas yang
dibandingkan dengan keadaan standar diharapkan memberikan nilai bobot

dpJ2iKluk sJap komponen. Secara ringkas pemberian nilai bobot perolehan
tersebut diformulasikan sebagai berikut:

Nilai Bobot Perolehan =

Data dilapangan

x Nilai Bobot Komponen Maksimal

Standar Fisik

Hasil penilaian tersebut dituangkan pada formulir penetapan kelas kebun Petani
Peserta (form Model-B), yang diturunkan dari form model A.

Atas dasar penilaian di lapangan terhadap keseluruhan komponen, maka setiap
kebun diklasifikasikan atas :

Kelas A = Nilai Bobot >80 - 100
Kelas B = Nilai Bobot >70 - 60 -