Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian

(1)

(2)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 i

KATA PENGANTAR Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat kepada semua pihak yang terkait dengan pembangunan perkebunan sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010.

Dalam laporan kinerja ini disajikan informasi berupa capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs penting sesuai dokumen Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012.

Capaian kinerja tahun 2012 menambah keyakinan kepada seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan bahwa pelaksanaan pembangunan perkebunan tahun 2012 telah berjalan sesuai dengan jalur yang benar.

Laporan kinerja Tahun 2012 ini tersusun dari kompilasi capaian-capaian dari seluruh satker yang berjumlah 184 satker yang tersebar di Seluruh Indonesia serta kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih, semoga dokumen ini bermanfaat sebagai landasan dalam pembangunan perkebunan selanjutnya.

Jakarta, Januari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan,

Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001


(3)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 4

1.3. Sasaran ... 4

1.4. Ruang Lingkup ... 4

II. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN ... 5

2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 5

2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012... 6

2.2.1.Startegi Umum ... 6

2.2.2.Strategi Khusus ... 10

2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan ... 11

2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas ... 12

2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan ... 13

2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan ... 14

2.2.2.5. Startegi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan ... 15

2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia ... 16

2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha ... 17

2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup ... 19


(4)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iii

2.3.1.Target Kinerja Menteri Pertanian

Tahun 2010-2014 ... 20

2.3.2.Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012 21 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 22

2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 22

2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 23

2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 ... 24

III. KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL ... 26

3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan ... 26

3.1.1.Produk Domestik Bruto (PDB) ... 27

3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan ... 28

3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan ... 28

3.1.4.Neraca Perdagangan Komodita Perkebunan . 29 3.1.5.Nilai Ekspor ... 29

3.1.6.Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat 29 3.1.7.Pendapatan Pekebun ... 30

3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan... 30

3.2.1.Luas Areal ... 31

3.2.2.Produksi ... 33

3.2.3.Produktivitas ... 37

IV. KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2012 ... 39

4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 39

4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 40

4.1.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 .... 42

4.1.1.2. Capaian Kinerja Terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011 ... 43


(5)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 iv

4.1.1.3. Capaian Kinerja Terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun

2010-2014 ... 44 4.1.2.Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja

Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat

Jenderal Perkebunan Tahun 2012 ... 45 4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar .. 45 4.1.2.1.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 46 4.1.2.1.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN

Tahun 2012 ... 47 4.1.2.2. Direktur Tanaman Semusim ... 49 4.1.2.2.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 49 4.1.2.2.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 50 4.1.2.3. Direktur Tanaman Tahunan ... 52 4.1.2.3.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 52 4.1.2.3.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 53 4.1.2.4. Direktur Pascapanen dan Pembinaan

Usaha ... 55 4.1.2.4.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana kinerja Tahunan 2012 ... 55 4.1.2.4.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 57 4.1.2.5. Direktur Perlindungan Perkebunan ... 58 4.1.2.5.1. Capaian Kinerja Terhadap Penetapan

Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012 ... 58 4.1.2.5.2. Capaian Kinerja Atas Alokasi APBN Tahun

2012 ... 59 4.1.2.6. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan 60 4.1.2.7. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan (BBP2TP) ... 61 4.2. Capaian Kinerja Keuangan Tahun 2012 ... 63


(6)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 v

Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 64

4.2.1.1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar ... 66

4.2.1.2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim ... 69

4.2.1.3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan ... 72

4.2.1.4. Dukungan Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan ... 75

4.2.1.5. Dukungan Perlindungan Perkebunan... 78

4.2.1.6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya ... 80

4.2.1.7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan ... 83

4.2.2. Capaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Serapan per Satker Tahun 2012 ... 85

4.3. Capaian Kinerja Atas Kegiatan yang Dipantau oleh UKP4 ... 98

V. KENDALA DAN RENCANA TINDAK LANJUT 5.1. Permasalahan yang Dihadapi ... 100

5.1.1. Administrasi ... 100

5.1.2. Teknis ... 101

5.1.2.1. Perencanaan ... 101

5.1.2.2. Pengorganisasian ... 103

5.1.2.3. Pelaksanaan ... 104

5.1.2.4. Pengawasan ... 106

5.2. Rencana Aksi dan upaya Penyelesaian ... 106

5.2.1. Administrasi ... 107

5.2.2. Teknis ... 108

5.2.2.1. Perencanaan ... 108

5.2.2.2. Pengorganisasian ... 108

5.2.2.3. Pelaksanaan ... 110

5.2.2.4. Pengawasan ... 112


(7)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vi

DAFTAR TABEL Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan

Perkebunan Tahun 2012 ... 27 Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas

Perkebunan Tahun 2011 – 2012 ... 31 Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas

Perkebunan Tahun 2008 – 2012 ... 34 Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan

Tahun 2008 – 2012 ... 37 Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012 ... 43 Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan

Penyegar Tahun 2012 ... 47 Tabel 7. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Semusim

Tahun 2012 ... 50 Tabel 8. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Tahunan

Tahun 2012 ... 53 Tabel 9. Capaian Kinerja Direktorat Pascapanen dan

Pembinaan Usaha Tahun 2012 ... 56 Tabel 10. Capaian Kinerja Direktorat Perlindungan

Perkebunan Tahun 2012 ... 59 Tabel 11. Capaian Kinerja BBP2TP Medan, Surabaya, dan

Ambon Tahun 2012 ... 62 Tabel 12. Capaian Serapan Anggaran Tahun 2012 per Eselon I di Lingkup Kementerian Pertanian ... 64


(8)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 vii

Tabel 13. Realisasi Serapan Keuangan per Kegiatan Utama Tahun 2012 ... 65 Tabel 14. Rincian Serapan Anggaran Output Kegiatan

Peningkatan produksi, Produktivitas dan Mutu

Tanaman Rempah dan Penyegar Tahun 2012 ... 68 Tabel 15. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan

Mutu Tanaman Semusim Tahun 2012 ... 71 Tabel 16. Rincian Realisasi Serapan Anggaran dan Fisik

Output Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan

Tahun 2012 ... 74 Tabel 17. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Peningkatan Pengembangan Pascapanen

Komoditas Perkebunan Tahun 2012 ... 78 Tabel 18. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan

Tahun 2012 ... 97 Tabel 19. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan

Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan Tahun 2012 .... 82 Tabel 20. Rincian Realisasi Serapan Anggaran Output

Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi

Tanaman Perkebunan Tahun 2012 ... 84 Tabel 21. Kinerja Satker Berdasarkan Kriteria Nilai ... 88 Tabel 22. Capaian Serapan Anggaran Masing-Masing Satker

Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan


(9)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 viii

DAFTAR TABEL

Lampiran 1. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman

Rempah dan Penyegar tahun 2012 ... 115 Lampiran 2. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan

Produksi, produktivitas dan Mutu Tanaman

Semusim Tahun 2012 ... 128 Lampiran 3. Penetapan Kinerja Kegiatan Peningkatan

Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman

Tahunan Tahun 2012 ... 140 Lampiran 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan

Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha

Tahun 2012 ... 155 Lampiran 5. Penetapan Kinerja Kegiatan Dukungan

Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 ... 161 Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan


(10)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung dan secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Secara karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya. Dari aspek komoditas, perkebunan terdiri dari 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentuk pengusahaannya, usaha perkebunan


(11)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 2

terdiri atas perkebunan besar negara (6%), perkebunan besar swasta (22%) dan perkebunan rakyat (72%).

Tujuan pembangunan perkebunan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan yang mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan perkebunan.

Perubahan paradigma pembangunan perkebunan yang dilakukan melalui pendekatan otonomi daerah oleh provinsi


(12)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 3

dan kabupaten dalam bentuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, membawa konsekuensi perubahan kewenangan dan fasilitasi pelaksanaan pembangunan perkebunan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, yang berdampak pada jauhnya rentang kendali antara pusat, provinsi dan kabupaten, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran program dan kebijakan pembangunan perkebunan dan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan secara umum.

Untuk melihat keefektifan, keefisienan dan keekonomian pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan diperlukan pengukuran capaian kinerja, baik terhadap sasaran makro, sasaran mikro maupun penetapan kinerja yang merupakan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Menteri Pertanian pada tahun 2012. Oleh karenanya, laporan ini akan menggambarkan kinerja pembangunan perkebunan tahun 2012 secara utuh, baik yang pembiayaannya bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) maupun yang bersumber dari dana masyarakat.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 mengamanatkan agar setiap institusi termasuk Direktorat Jenderal Perkebunan untuk melakukan pengukuran kinerja atas satker-satker di jajarannya dalam melaksanakan pembangunan perkebunan


(13)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 4

tahun 2012. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan target kinerja dan realisasi kinerja.

1.2. Tujuan

Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini disusun dengan tujuan untuk dapat memberikan informasi dan gambaran secara utuh terhadap capaian-capaian kinerja pembangunan perkebunan yang meliputi indikator makro, indikator mikro, maupun realisasi capaian outcomes/outputs

penting Direktorat Jenderal Perkebunan, dan

permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta upaya-upaya

penyelesaiannya selama kurun waktu tahun 2012. 1.3. Sasaran

Sasaran laporan kinerja ini adalah memberikan gambaran capaian kinerja pembangunan perkebunan secara utuh dan jelas pada tahun 2012 kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan perkebunan.

1.4. Ruang Lingkup

Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini menyajikan capaian kinerja makro (PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan NTP), kinerja mikro (luas areal, produksi dan produktivitas) dan penetapan kinerja (kegiatan yang dibiayai dengan APBN).


(14)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 5

BAB II

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

2.1. Arah Kebijakan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan pertanian periode 2010-2014, dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan merumuskan kebijakan yang akan menjadi kerangka pembangunan perkebunan periode 2010-2014 yang dibedakan menjadi kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan

perkebunan tahun 2010-2014.

Karena tahun 2012 merupakan bagian dari Renstra tahun 2010-2014,

maka Kebijakan Umum pembangunan perkebunan adalah:

Mensinergikan seluruh sumberdaya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Adapun

Kebijakan Teknis pembangunan perkebunan yang merupakan


(15)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 6

Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman

perkebunan berkelanjutan melalui pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan dan kemitraan usaha, investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan.

2.2. Strategi Pembangunan Perkebunan Tahun 2012 2.2.1. Strategi Umum

Untuk mencapai sasaran, mewujudkan visi, misi dan tujuan, serta mengimplementasikan kebijakan pembangunan perkebunan selama periode 2014, strategi pembangunan pertanian tahun 2010-2014 yang dikenal dengan Tujuh Gema Revitalisasi menjadi strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014. Sehingga untuk tahun 2012, strategi umum pembangunan perkebunan

mengacu 7 (tujuh) komponen gema revitalisasi dengan

penjelasannya secara garis besar sebagai berikut: 1). Revitalisasi lahan

Ketersediaan sumberdaya lahan, termasuk air, yang memadai baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor yang sangat fundamental bagi pertanian. Lahan dan air sebagai media dasar tanaman harus dijaga kelestariannya agar sistem produksi dapat berjalan secara berkesinambungan. Beberapa aspek yang perlu


(16)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 7 mendapat perhatian secara serius dalam revitalisasi lahan adalah: ketersediaan, kesuburan atau pengelolaan, status dan kepemilikan lahan pertanian, dan ketersediaan air pertanian. 2). Revitalisasi perbenihan

Setelah lahan dan air maka dalam aspek budidaya ketersediaan benih dan bibit unggul merupakan suatu hal yang sangat fundamental. Perpaduan antara lahan yang subur dengan benih/bibit yang unggul akan memproduksi/melahirkan produksi yang unggul. Secara historis peran benih unggul telah dibuktikan pada saat keberhasilan dalam peningkatan produksi pada era Revolusi Hijau di tahun 1960-an, dan keberhasilan swasembada beras dan jagung yang dicapai baru-baru ini juga karena penggunaan benih unggul. Dengan demikian untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan yang berkelanjutan maka perangkat perbenihan/ perbibitan harus kuat.

3). Revitalisasi infrastruktur dan sarana

Jalan usaha tani sangat penting dalam meningkatkan efisiensi usahatani terutama dalam hal pengangkutan sarana produksi dan hasil panen. Upaya untuk membuat jalan usahatani dan jalan tingkat desa perlu terus dilakukan. Untuk hal ini koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah setempat sangat diperlukan terutama untuk membuka akses ke daerah sentra produksi pertanian.


(17)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 8 4). Revitalisasi sumberdaya manusia

Manusia merupakan sumberdaya yang sangat vital karena merupakan pelaku utama pembangunan, termasuk pertanian. Tanpa pelaku yang handal dan berkompeten, maka pembangunan pertanian tidak dapat berjalan secara optimal. Kementerian Pertanian mengembangkan berbagai kegiatan bagi peningkatan sumberdaya manusia pertanian melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan sekolah lapang. Pembinaan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia ini diperuntukkan bagi petani dan aparatur pertanian.

5). Revitalisasi pembiayaan petani

Kendala yang dialami petani utamanya petani menengah ke bawah adalah akses terhadap permodalan. Hal ini disebabkan karena masalah klasik yaitu tidak adanya jaminan/agunan yang dipersyaratkan perbankan. Pada kondisi ini petani terpaksa berhubungan dengan rentenir yang sudah barang tentu dengan bunga yang sangat mencekik. Untuk memperbaiki kendala ini maka upaya-upaya yang selama ini dilakukan perlu diteruskan seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti KKP-E, KPEN-RP, KUPS; memperluas skim baru yang lebih mudah; menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan; melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim


(18)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 9 pembiayaan yang sudah ada, dan menumbuhkan kembali koperasi khusus di bidang pertanian.

6). Revitalisasi kelembagaan petani

Kegiatan pertanian secara alami melibatkan sumberdaya manusia (petani) yang cukup banyak, sarana produksi dan permodalan yang cukup besar. Selain itu juga sangat berhubungan erat dengan sumber inovasi teknologi dan informasi pasar mulai dari hulu sampai hilir. Dengan karakteristik seperti ini maka untuk

mempermudah melakukan koordinasi sangat diperlukan

kelembagaan petani. Melalui kelembagaan petani, mereka dengan mudah melakukan koordinasi diantara mereka dan antara kelompok. Demikian juga melalui kelompok mereka akan menjadi kuat untuk bisa mengakses pasar dan informasi.

7). Revitalisasi teknologi dan industri hilir

Hal yang perlu dilakukan dalam rangka revitalisasi teknologi dan industri hilir adalah meningkatkan kegiatan penelitian khususnya dalam rangka penciptaan inovasi teknologi benih, bibit, pupuk, obat hewan dan tanaman, alsintan dan produk olahan, pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, dan pengelolaan limbah kebun menjadi suatu produk bermanfaat; mempercepat diseminasi hasil penelitian dengan mengoptimalkan kelembagaan pengkajian, diklat, penyuluhan, tenaga teknis pertanian lapangan dan kelembagaan petani; mendorong pengembangan


(19)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 10 industri pengolahan pertanian di pedesaan secara efisien guna peningkatan nilai tambah dan daya saing di pasar dalam negeri dan internasional; meningkatkan jaminan pemasaran dan stabilitas harga komoditas pertanian, dan meningkatkan dan menjaga mutu dan keamanan pangan pada semua tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir.

2.2.2. Strategi Khusus

Strategi umum pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 merupakan strategi yang mengacu pada target utama pembangunan pertanian sehingga sifatnya masih sektoral. Agar lebih sesuai dengan karakteristik khusus sub sektor perkebunan, strategi umum dimaksud diformulasikan ke dalam strategi khusus sebagai berikut: 1). Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman

perkebunan berkelanjutan 2). Pengembangan komoditas

3). Peningkatan dukungan terhadap sistem ketahanan pangan 4). Investasi usaha perkebunan

5). Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan 6). Pengembangan sumberdaya manusia

7). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha

8). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.


(20)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 11 2.2.2.1. Strategi Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu

Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan baik melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural

Practices/GAP) berupa penyediaan benih unggul

bermutu/bersertifikat dan sarana produksi, optimasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan dukungan perlindungan perkebunan yang optimal. Adapun rencana aksi dari strategi tersebut meliputi:

1). Mengembangkan budidaya tanaman perkebunan melalui

penerapan IPTEK dan 4-ASI (Intensifikasi, Rehabilitasi, Ekstensifikasi dan Diversifikasi), yang didukung dengan sistem penyuluhan dan pendampingan yang intensif.

2). Mengoptimalkan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, dukungan perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya.

3) Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan pada wilayah perbatasan, pemekaran, penyangga, maupun kawasan ekonomi khusus (KEK), dan optimalisasi pemanfaatan lahan.


(21)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 12 2.2.2.2. Strategi Pengembangan Komoditas

Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor:

511/Kpts/PD.310/9/2006 Tanggal 22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional yang meliputi : karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, kakao, teh, jambu mete, cengkeh, lada, jarak pagar, tebu, tembakau, kapas, nilam, dan kemiri sunan, dan mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya. Rencana aksi untuk strategi ini adalah:

1). Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan lokal sesuai dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi budidaya yang baik.

2). Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan pangan, lahan cadangan dan sisa aset lahan lainnya dengan pengembangan cabang usahatani lain yang sesuai.

3). Menumbuhkembangkan kawasan komoditas unggulan berbasis pedesaan dengan pengelolaan dari hulu sampai hilir dalam satu kawasan.


(22)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 13 4). Mendorong pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan

untuk mendukung penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi pada wilayah khusus antara lain wilayah perbatasan dan penyangga (bufferzone), wilayah konflik/pasca konflik, wilayah bencana alam serta wilayah pemekaran.

5). Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan serta upaya peningkatan mutu untuk memperoleh peningkatan nilai tambah.

6). Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pengembangan perkebunan.

2.2.2.3. Strategi Peningkatan Dukungan Terhadap Sistem Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (UU Nomor: 7 Tahun 1996 tentang Pangan). Sebagai tindak lanjut dari target utama Kementerian Pertanian, yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan yang diindikasikan dari skor PPH (93,3 pada tahun 2014), sub sektor perkebunan diamanahkan secara khusus untuk berkontribusi dalam pemenuhan skor PPH tersebut dari komponen minyak dan lemak, dan gula yang ditargetkan rata-rata 15 point per tahun sampai dengan 2014.


(23)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 14 Rencana aksi yang akan dilakukan meliputi:

(1) Meningkatkan pengembangan diversifikasi usahatani dengan komoditas bahan pangan di areal perkebunan secara intensif dan berkelanjutan.

(2) Meningkatkan penyediaan protein hewani melalui integrasi cabang usahatani ternak yang sesuai pada areal perkebunan.

(3) Mendorong ketersediaan dan keterjangkauan sumber pangan yang berasal dari perkebunan.

2.2.2.4. Strategi Investasi Usaha Perkebunan

Strategi ini dimaksudkan untuk lebih mendorong iklim investasi yang kondusif dalam pengembangan agribisnis perkebunan dan meningkatkan peran serta pekebun, UMKM, masyarakat, dan swasta. Perbankan telah menyediakan kredit program dan kredit komersial untuk investasi di bidang perkebunan. Kredit program untuk petani meliputi KKP-E, KPEN-RP, dan KUR serta kredit komersial lainnya. Selain itu Pemerintah juga memberikan bantuan melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK).

Rencana aksi dari strategi ini adalah:

1) Memberikan fasilitasi, advokasi dan bimbingan dalam memperoleh kemudahan akses untuk pelaksanaan investasi usaha perkebunan;


(24)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 15 2) Mendorong pelaksanaan pemanfaatan dana perbankan untuk

pengembangan perkebunan terutama untuk usaha kecil dan menengah;

3) Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, mencakup pengembangan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha;

4) Memberikan fasilitasi tersedianya sumber dana dari

pengembangan komoditas dan sumber lainnya untuk

pengembangan usaha perkebunan;

5) Mendorong lembaga penjamin kredit untuk berpartisipasi dalam pembangunan perkebunan.

2.2.2.5. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Perkebunan

Sistem informasi manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi yang secara rasional serta mampu mentransfer data sehingga menjadi informasi guna meningkatkan produktivitas. Berbagai capaian yang telah diraih yaitu Simonev, SAI, Simpeg, Website, dan e-form maupun

e-government. Dalam rangka pengembangan sistem informasi

manajemen perkebunan ini ditempuh rencana aksi sebagai berikut:

(1) Mengembangkan sistem informasi, mencakup kemampuan menyusun, memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang


(25)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 16 lengkap mengenai SDM, teknologi, peluang pasar, manajemen,

permodalan, usaha perkebunan untuk mendorong dan

menumbuhkan minat pelaku usaha, petani dan masyarakat.

(2) Meningkatkan jejaring kerja dengan institusi terkait.

2.2.2.6. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

Strategi ini diarahkan untuk mendukung berlangsungnya proses perubahan guna terwujudnya sistem dan usaha agribisnis perkebunan yang bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha perkebunan. Berkenaan dengan hal tersebut, rencana aksi yang akan dilaksanakan mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas SDM baik petugas, pekebun, maupun masyarakat dengan cara:

(1) Petugas

 Meningkatkan kualitas, moral dan etos kerja petugas termasuk di dalamnya petugas fungsional.

 Meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun sistem pengawasan yang efektif.

 Meningkatkan penerapan sistem recruitment dan karir yang terprogram serta transparan untuk mewujudkan petugas yang profesional.


(26)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 17

 Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan sikap prakarsa petugas yang proaktif dalam mewujudkan pelayanan prima sesuai kebutuhan pelaku usaha.

(2) SDM Pekebun dan Masyarakat

 Meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan

kemandirian pekebun dan masyarakat untuk

mengoptimasikan usahanya secara berkelanjutan.

 Memfasilitasi dan mendorong kemampuan pekebun dan masyarakat untuk dapat mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya dalam memperkuat/ mempertangguh usaha taninya.

 Menumbuhkan kebersamaan dan mengembangkan

kemampuan dan keterampilan pekebun dan masyarakat dalam mengelola kelembagaan petani dan kelembagaan usaha serta menjalin kemitraan.

2.2.2.7. Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Kemitraan Usaha

Kelembagaan petani didorong untuk tumbuh dari bawah yang dimulai dari kelompok tani, gabungan kelompok tani, sampai koperasi komoditas yang berbadan hukum. Kelembagaan petani dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelembagaan petani yang bersifat sosial dan yang berfungsi ekonomi. Kelembagaan petani


(27)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 18 yang bersifat sosial berupa asosiasi petani, sedangkan kelembagaan petani yang berfungsi ekonomi berupa koperasi komoditas.

Strategi pengembangan kelembagaan dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelembagaan agribisnis perkebunan dalam memanfaatkan peluang usaha yang ada. Adapun strategi pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan untuk dapat memperoleh manfaat maksimal dari kegiatan agribisnis perkebunan. Untuk itu rencana aksi yang akan ditempuh adalah:

(1) Mendorong peningkatan kemampuan dan kemandirian

kelembagaan petani untuk menjalin kerjasama usaha dengan mitra terkait serta mengakses berbagai peluang usaha dan sumberdaya yang tersedia.

(2) Memfasilitasi terbentuknya kelembagaan komoditas yang tumbuh dari bawah.

(3) Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan keuangan pedesaan.

(4) Meningkatkan fungsi pendampingan kepada petani dan kelembagaan usahanya.

(5) Memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggung jawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan antara petani, pengusaha, karyawan dan masyarakat sekitar perkebunan.


(28)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 19 Disisi lain kalangan usaha dapat berperan dalam memperkuat asosiasi komoditas maupun dewan komoditas perkebunan.

2.2.2.8. Strategi Pengembangan Dukungan Terhadap

Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup

Strategi ini merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya perkebunan secara optimal sesuai dengan daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Melalui strategi ini, pengembangan perkebunan dapat dilaksanakan secara harmonis ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan. Rencana aksi dari strategi ini adalah:

(1) Meningkatkan penerapan sistem pertanian konservasi pada

wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, gambut, DAS Hulu dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi tanah dan air.

(2) Meningkatkan penerapan paket teknologi ramah lingkungan.

(3) Meningkatkan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan.

(4) Meningkatkan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi

penyerapan karbon, penyedia oksigen dan peningkatan peran serta fungsi hidroorologis.


(29)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 20

(5) Meningkatkan upaya penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.

2.3. Target Menteri Pertanian

2.3.1. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2010-2014

Sesuai kontrak kerja Menteri Pertanian dengan Presiden RI, selama lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama yaitu:

(1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan Saat ini tebu (gula) sudah dalam posisi swasembada untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga ke depan ditargetkan untuk mempertahankan posisi tersebut bahkan pada tahun 2014 telah mencapai swasembada gula nasional baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri;

(2) Peningkatan diversifikasi pangan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi mencapai ketahanan pangan. Sasarannya adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi seimbang yang dicerminkan oleh tercapainya skor pangan harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 pada tahun 2014.

Dari sub sektor perkebunan diharapkan dapat berkontribusi terhadap skor PPH sebesar 15 point yang berasal dari minyak, lemak, dan gula.


(30)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 21 (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekpor

Peningkatan nilai tambah akan difokuskan pada peningkatan kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Pada akhir 2014, ditargetkan 50% produk pertanian yang diperdagangkan harus dalam bentuk olahan.

(4) Peningkatan kesejahteraan petani

Prioritas utama dalam kerangka peningkatan kesejahteraan petani adalah upaya peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani/pekebun diharapkan dapat meningkat menjadi minimal US$ 1.840/KK/2 ha/tahun pada tahun 2014.

2.3.2. Target Kinerja Menteri Pertanian Tahun 2012

Target penyerapan anggaran Kementerian Pertanian dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2012, dengan tahapan target penyerapan/realisasi keuangan berurutan sebagai berikut yaitu pada triwulan I sebesar >25%, triwulan II sebesar >50%, triwulan III sebesar >70% dan triwulan IV mendekati 100%.


(31)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 22 2.4. Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan

Tahun 2012

2.4.1. Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan Nomor : SE-1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor : 0142/M.PPN/06/2009 Tanggal 19 Juni 2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah output.

Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2012 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah: “Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”. Program ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha secara optimal.


(32)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 23 Dari 127 komoditas binaan Direktorat Jenderal Perkebunan sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 511 Tahun 2006 dan No. 3599 Tahun 2010, prioritas penanganan difokuskan pada 15 komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan nilam. Sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di wilayahnya masing-masing.

2.4.2. Kegiatan Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Sebagai penjabaran dari program masing-masing unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan terdapat 7 (tujuh) kegiatan pembangunan perkebunan sesuai

Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:

61/Permentan/T.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian yaitu:

(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim;

(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah

dan Penyegar;


(33)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 24

(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha;

(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan;

(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya;

(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP2TP Medan, BBP2TP Surabaya dan BBP2TP Ambon.

2.4.3. Fokus Kegiatan Utama Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

Mengingat banyaknya permasalahan yang ada, sedangkan sumber daya (SDM, teknologi, sarana dan prasarana serta dana) yang jumlahnya terbatas, maka kegiatan pembangunan perkebunan dilaksanakan berdasarkan skala prioritas. Dengan menetapkan skala prioritas, diharapkan sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahan yang ada secara komprehensif. Atas dasar skala perioritas tersebut ditetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan yaitu: 1) Revitalisasi Perkebunan

2) Swasembada Gula Nasional

3) Penyediaan Bahan Tanaman Sumber Bahan Bakar Nabati (Bio-Energi)


(34)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 25 5) Pengembangan Komoditas Ekspor

6) Pengembangan Komoditas Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri 7) Dukungan Pengembangan Tanaman Perkebunan Berkelanjutan


(35)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 26

BAB III

KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL

Pembangunan perkebunan tahun 2012 merupakan bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan tahun 2010 - 2014 yang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional, khususnya dari Sektor Pertanian. Lebih lanjut, target dalam Renstra 2010 - 2014 dimaksud dijabarkan menjadi Rencana Kinerja Tahunan (RKT) selama 5 tahun yang didalamnya termasuk RKT Pembangunan Perkebunan Tahun 2012. Terkait dengan hal tersebut, Laporan kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 ini menggambarkan capaian-capaian indikator makro dan indikator mikro pembangunan perkebunan sampai dengan tahun 2012.

3.1. Indikator Makro Pembangunan Perkebunan

Capaian kinerja pembangunan perkebunan pada tahun 2012 secara makro meliputi PDB, keterlibatan tenaga kerja, investasi, neraca perdagangan, pendapatan pekebun/petani, ekspor dan nilai tukar petani (NTP) sebagai berikut :


(36)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 27

Tabel 1. Capaian Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2012

NO. INDIKATOR

CAPAIAN Laju

Pertumb. Per th (%)

2008 2009 2010 2011 2012*)

1 Pertumbuhan PDB

- harga berlaku (Rp milyar) 105.960 111.423 135.258 153.885 159.754 11,03

- harga konstan (Rp milyar) 44.784 45.608 46.751 48.964 51.763 3,70

2

Keterlibatan tenaga kerja (juta orang)

20,61 20,47 20,84 20,87 21,21 0,62

3 Investasi (Rp Triliun) 42,91 43,37 48,75 51,82 59,93**

4 Neraca Perdagangan

Perkebunan (US$ milyar) 21,51 22,87 25,17 32,93 27,52 6,69

5 Pendapatan pekebun

(US$/KK) 1.551 1.555 1.600 1.702 1.832 4,29

6 Ekspor perkebunan (US$

milyar) 22,2 16,99 27,35 35,20 31,69 14,06

7 NTP Perkebunan Rakyat 103,88 103,89 104,25 107,70 108,34 1,06

Catatan: *) angka sementara ** s.d posisi 30 Juni 2012

3.1.1. Produk Domestik Bruto (PDB)

Selama kurun 5 (lima) tahun terakhir, nilai PDB sub sektor perkebunan atas dasar harga berlaku mengalami pertumbuhan rata-rata 11,03% per tahun dari Rp 105,96 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 159,75 triliun pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011, PDB sub sektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 3,81%.

Sementara itu, berdasarkan harga konstan tahun 2000 selama kurun waktu tahun 2008 - 2012 mengalami kenaikan rata-rata 3,70% per


(37)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 28

tahun 2012. Nilai PDB tersebut mengalami peningkatan sebesar

6,15% dibandingkan tahun 2011.

3.1.2.Kesempatan Kerja di Sektor Perkebunan

Laju rata-rata pertumbuhan untuk keterlibatan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir sebesar 0,62% per tahun dari 20,61 juta KK pada tahun 2008 menjadi 21,12 juta KK pada tahun 2012. Apabila dibandingkan dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT) tahun 2012 yang ditargetkan berjumlah 20,08 juta KK, maka realisasi keterlibatan tenaga kerja di sub sektor perkebunan mencapai 105,18%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan 1,19% jika dibandingkan tahun 2011.

3.1.3.Investasi Pembangunan Perkebunan

Perkembangan nilai investasi sektor perkebunan selama 5 tahun terakhir dari 2007-2011 mengalami peningkatan sebesar 17,97% per tahun dari nilai investasi sebesar Rp 28,21 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 51,82 triliun pada tahun 2011. Target investasi di subsektor perkebunan tahun 2012 sebesar Rp 57,31 trilyun, nilai tersebut telah terlewati pada posisi triwulan II (30 Juni 2012) yang telah mencapai Rp59,93 trilyun.


(38)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 29

3.1.4. Neraca Perdagangan Komoditas Perkebunan

Pada umumnya komoditi perkebunan merupakan komoditi untuk ekspor, neraca perdagangan komoditas unggulan perkebunan selama tahun 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar 6,69% dari tahun 2008 sebesar US $21,51 milyar menjadi Rp US$ 27,52 milyar pada tahun 2012. Nilai tersebut lebih rendah sedikit jika dibandingkan dengan neraca perdagangan komoditi perkebunan tahun 2011 yang besarnya US$29,36 milyar, atau mengalami penurunan 6,26% akibat lesunya perekonomian dunia yang dipicu oleh krisis ekonomi di benua Eropa.

3.1.5. Nilai ekspor

Nilai ekspor komoditas perkebunan selama kurun waktu 5 tahun (2008-2012) mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 14,06% per tahun dari nilai ekspor pada tahun 2008 sebesar US$ 22,20 milyar meningkat menjadi US$ 31,69 milyar pada tahun 2012. Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor komoditi perkebunan tahun 2011, mengalami penurunan sebesar 1,64%.

3.1.6. Nilai Tukar Petani (NTP) Perkebunan Rakyat

Nilai tukar petani (NTP) perkebunan rakyat merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan petani. Dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2012) laju pertumbuhan nilai tukar petani rata-rata sebesar 1,06% per tahun dari 103,88 pada tahun 2008 menjadi 108,34 pada tahun 2012. Dalam Rencana


(39)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 30

Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 ditargetkan sebesar 107,13 dan terealisasi sebesar 108,34 atau capaiannya 100,59%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,94%.

3.1.7. Pendapatan Pekebun

Indikator lain untuk mengukur kesejahteraan petani adalah pendapatan pekebun, dalam rencana kinerja tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 ditetapkan sebesar US$1.720 per kepala keluarga, realisasi pendapatan pekebun sampai dengan akhir Desember 2012 sebesar US$1.832 (106,51%) dan jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 7,64%. Dalam kurun waktu 5 tahun (2008-2012) pendapatan pekebun mengalami kenaikan rata-rata 4,29% per tahun.

3.2. Indikator Mikro Pembangunan Perkebunan

Capaian indikator mikro lebih difokuskan pada luas areal, produksi dan produktivitas untuk 15 komoditas unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, teh, lada, cengkeh, kakao, jambu mete, tebu, tembakau, kapas, jarak pagar, nilam dan kemiri sunan/minyak.


(40)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 31

3.2.1. Luas Areal

Secara umum luas areal komoditas perkebunan selama tahun 2008-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya rata-rata

2,64% dari 19,35 juta hektar pada tahun 2008 menjadi 21,48

juta hektar pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan RKT tahun 2012 yang nilainya 21,27 juta hektar, maka capaiannya sebesar 100,96%.

Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, luas areal perkebunan mengalami peningkatan sebesar 0,77% dari 21,31 juta hektar menjadi 21,48 juta hektar untuk tahun 2012. Terhadap target Renstra 2010-2014 yang besarnya 22,11 juta ha, maka kinerja tahun 2012 sudah mencapai 97,12%. Rincian luas areal per komoditi sebagaimana Tabel2. Tabel 2. Perkembangan Luas Areal Komoditas Perkebunan

Tahun 2008 - 2012 No Komoditi

Capaian luas areal (ha) Laju

Pertumb. Per th

(%)

2008 2009 2010 2011 2012 *)

1 Karet 3.424.217 3.435.270 3.445.415 3.456.127 3.484073 0,43 2 Kelapa 3.783.074 3.799.125 3.739.350 3.767.704 3.787.724 0,04 3 Kelapa Sawit 7.363.847 7.873.294 8.385.394 8.992.824 9.074.621 5,39 4 Kopi 1.295.111 1.266.235 1.210.365 1.233.698 1.233.982 -1,17 5 Teh 127.712 123.506 122.898 123.938 123.769 -0,77 6 Lada 183.082 185.941 179.318 177.490 178.622 -0,60 7 Cengkeh 456.471 467.403 470.041 485.191 485.118 1,54


(41)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 32

No Komoditi

Capaian luas areal (ha) Laju

Pertumb. Per th

(%)

2008 2009 2010 2011 2012 *)

8 Kakao 1.425.216 1.587.136 1.650.621 1.732.408 1.733.228 5,09 9 Jambu Mete 573.721 572.114 570.930 575.841 586.358 0,55 10 Tebu 436.505 441.440 454.111 450.469 451.191 0,84 11 Tembakau 196.627 204.218 216.271 228.770 249.781 6,18

12 Kapas 11.729 12.622 10.194 10.238 9.565 -1,55

13 Jarak Pagar 53.566 52.722 50.106 47.676 47.397 -2,99

14 Nilam 22.132 24.498 24.472 28.008 29.381 7,48

15 Kemiri Sunan - 779 918 944 962 7,53

Jumlah 19.353.010 20.046.303 20.530.404 21.311.326 21.475.772 2,64

Catatan: *) angka sementara

Beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan luas areal yang cukup signifikan yaitu nilam (7,48%), kemiri sunan (7,53%), tembakau (6,18%), kelapa sawit (5,39%) dan kakao (5,09%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan luas areal seperti jarak pagar (2,99%), kapas (1,55%), kopi (1,17%), teh (0,77%) dan lada (0,60%).


(42)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 33

3.2.2. Produksi

Produksi komoditas utama perkebunan selama 5 tahun (2008– 2012) mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata sebesar 5,10% per tahun dari 28,48 juta ton pada tahun 2008 menjadi 34,72 juta ton pada tahun 2012.

Meskipun perubahan iklim mengakibatkan intensitas serangan OPT meningkat yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi, beberapa komoditi unggulan utama selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan produksi per tahun yang cukup signifikan yaitu nilam (14,79%), tembakau (11,41%), kelapa sawit (7,71%), karet (2,95%), cengkeh (2,67%) dan lada (2,337%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami penurunan produksi yang cukup serius yaitu kemiri sunan (30,00%), jarak pagar (6,93%), jambu mete (6,44%) dan kapas (5,78%). Rincian produksi per komoditi sebagaimana Tabel 3.


(43)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 34

Tabel 3. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2008 - 2012

No Komoditi

Capaian produksi (ton) Laju

Pertumb. Per th

(%)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Karet 2.751.286 2.440.347 2.734.854 2.990.184 3.040.376 2,95

2 Kelapa 3.239.673 3.257.702 3.166.666 3.174.379 3.176.223 -0,48

3 Kelapa Sawit 17.539.788 19.324.294 21.958.120 23.096.541 23.521.071 7,71

4 Kopi 698.016 685.170 686.922 638.647 657.138 -1,43

5 T e h 153.971 156.901 156.604 150.776 150.180 -0,60

6 Lada 80.420 82.834 83.662 87.089 88.160 2,33

7 Cengkeh 70.535 82.032 98.386 72.207 72.976 2,67

8 Kakao 803.593 820.496 837.918 936.266 903.652 3,12

9 Jambu Mete 156.652 147.403 115.149 114.789 117.485 -6,44

10 Tebu 2.703.975 2.624.068 2.214.488 2.228.259 2.591.687 -0,41

11 Tembakau 168.037 176.186 135.678 214.524 226.704 11,41

12 Kapas 3.858 3.145 3.174 2.275 2.793 -5,78

13 Jarak Pagar 7.197 6.851 7.081 6.576 5.317 -6,93

14 Nilam 103.100 138.800 110.300 143.281 165.022 14,79

15 Kemiri Sunan - - 4.800 4.800 1.920 -30,00

Jumlah 28.480.101 29.946.229 32.313.802 33.860.591 34.720.703 5,10

Catatan : *) Angka Sementara

Dukungan swasembada gula nasional. Dalam rangka

mendukung program prioritas pembangunan pertanian,

khususnya pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan, Direktorat Jenderal Perkebunan diberikan amanah untuk swasembada gula pada tahun 2014. Upaya Peningkatan produksi dan produktivitas tebu dalam rangka mencapai swasembada gula telah dilakukan sejak tahun 2004 melalui Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional


(44)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 35

berupa kegiatan bongkar ratoon (tanaman keprasan) dengan penggantian tanaman dengan bibit unggul, perbaikan irigasi sederhana dan pengadaan alat dan mesin pertanian. Target produksi gula tahun 2012 sebesar 3,87 juta ton akan terpenuhi apabila penyediaan lahan minimal seluas 350.000 ha, investasi pembangunan PG baru dan revitalisasi Pabrik Gula berjalan sesuai dengan rencana. Namun karena permasalahan utama tersebut belum teratasi secara tuntas, maka target dikoreksi menjadi 2,544 juta ton dengan harapan masih dapat memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi langsung. Sampai dengan akhir tahun 2012, capaian luas areal tebu mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2,592 juta ton atau 101,48% dari target. Namun capaian tersebut belum optimal terutama diakibatkan oleh dampak perubahan iklim dan serangan OPT di beberapa sentra produksi. Permasalahan lainnya di tingkat on farm adalah sulitnya pengembangan areal baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada, keterbatasan infrastruktur terutama untuk wilayah pengembangan di luar Pulau Jawa, kurangnya sarana irigasi dan penyediaan agroinput yang belum tepat jumlah, waktu, harga dan mutu. Sedangkan di tingkat off farm meliputi tingkat efisiensi PG yang dibawah standar, biaya produksi yang masih relatif tinggi, kualitas gula yang relatif rendah dan belum berkembangnya diversifikasi produk berbasis tebu.


(45)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 36

Pengembangan tanaman tebu di Indonesia hingga Tahun 2012 telah mencapai 451.191 hektar dengan produksi 2.591.687 ton gula, yang tersebar di 9 provinsi. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha tebu mencakup 996.648 (kepala keluarga dan tenaga kerja). Ekspor komoditas tebu mencapai nilai US$ 0,9 juta dengan volume 600 ton molases, sedangkan impor tebu mencapai nilai US$1.634,34 juta dengan volume 2,767 juta ton gula hablur pada Tahun 2012. Jika dibandingkan dengan tahun 2011, impor gula mengalami peningkatan sebesar 36,91% dari 2,021 juta ton menjadi 2,767 juta ton pada tahun 2012. Pada tahun 2013 luas areal tanaman tebu diperkirakan mencapai 454.297 ha, dengan produksi mencapai 2,816 juta ton gula hablur.

Kebijakan dalam mendukung peningkatan produksi,

produktivitas dan mutu tanaman semusim, khususnya swasembada gula nasional adalah melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, sarana produksi, perlindungan perkebunan dan penanganan gangguan usaha serta pelayanan organisasi secara optimal.


(46)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 37

3.2.3. Produktivitas

Produktivitas komoditas utama perkebunan selama 5 tahun terakhir (2008–2012) cenderung mengalami penurunan dengan laju rata-rata sebesar 3,08% per tahun akibat anomali iklim yang semakin ekstrim. Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2011, produktivitas komoditi perkebunan secara umum mengalami penurunan sebesar 9,19%. Rincian produktivitas per komoditi sebagaimana Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tahun 2008-2012

No Komoditi Capaian Produktivitas (kg/ha)

Laju Pertumb. Per th (%)

2008 2009 2010 2011 2012*

1 Karet 994 901 986 1.106 1.080 2,48

2 Kelapa 1.169 1.175 1.159 1.168 1.158 -0,23

3 Kelapa Sawit 3.424 3.487 3.595 3.450 3.571 1,11

4 Kopi 729 737 779 777 723 -0,12

5 T e h 1.447 1.571 1.553 1.552 1.473 0,57

6 Lada 702 729 756 702 785 3,06

7 Cengkeh 232 268 322 248 241 2,47

8 Kakao 889 834 854 668 813 -0,97

9 Jambu Mete 493 468 371 393 359 -7,13

10 Tebu 6.113 5.952 5.292 5.191 5.230 -3,72

11 Tembakau 863 867 760 625 998 7,51

12 Kapas 451 297 380 356 305 -6,71

13 Jarak Pagar 460 468 462 434 310 -8,54

14 Nilam 119 160 119 111 144 7,96

15 Kemiri Sunan - - 667 667 480 -9,35


(47)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 38

Beberapa komoditi sangat terpengaruh oleh adanya perubahan iklim yang ekstrim sehingga berdampak pada penurunan rata-rata produktivitas seperti jarak pagar (8,54%), jambu mete (7,13%) dan kapas (6,71%). Namun sebaliknya beberapa komoditi mengalami peningkatan produktivitas seperti nilam (7,96%), tembakau (7,51%), lada (3,06%), karet (2,48%), cengkeh (2,47%) dan kelapa sawit (1,11%).


(48)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 39

BAB IV

KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2012

Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan disampaikan pada Laporan Kinerja ini meliputi (1). capaian terkait dengan penetapan kinerja yang ditandatangani Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa outcomes dan penetapan kinerja yang ditandatangani Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs, (2). capaian kinerja keuangan berdasarkan kegiatan utama dan berdasarkan serapan anggaran masing-masing satuan kerja (satker), (3). capaian kinerja atas kegiatan yang dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

4.1. Capaian Kinerja Fisik Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012

Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian berupa

outcomes yang dimanifestasikan dalam produksi. Sedangkan

penetapan kinerja yang ditandatangani antara Pejabat Eselon II dan Direktur Jenderal Perkebunan berupa outputs yang diwujudkan dalam luas areal komoditi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15


(49)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 40

Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Pertanian, IKU Direktorat Jenderal Perkebunan adalah produksi, sehingga kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 yang diukur hanyalah produksi.

Capaian fisik pembangunan perkebunan tahun 2012 secara nasional sebesar 98,18% yang dilaksanakan oleh 184 satker di seluruh Indonesia yang terdiri atas 1 satker pusat, 4 satker UPT Pusat, 32 satker Provinsi dan 147 satker kabupaten/kota.

4.1.1.Capaian Kinerja Direktur Jenderal Perkebunan Tahun 2012

Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan melalui upaya pengembangan tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan dengan dukungan penyediaan benih unggul bermutu dan sarana produksi, perlindungan perkebunan serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Adapun indikator yang digunakan adalah meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan nasional perkebunan yang meliputi tebu, kapas, nilam, tembakau, kopi, teh, kakao, lada, cengkeh, kelapa, kelapa sawit, jambu mete, jarak pagar, karet dan kemiri sunan/minyak yang dikelompokan kedalam fokus kegiatan yaitu swasembada gula nasional, pengembangan komoditas pemenuhan komsumsi dalam negeri, pengembangan komoditi ekspor dan penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bioenergi).


(50)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 41

Penetapan kinerja untuk Direktorat Jenderal Perkebunan berupa

outcomes yang diwujudkan dalam bentuk produksi. Terhadap

outcomes tersebut sampai dengan saat ini masih menjadi

perdebatan yang dapat dilihat dari 2 aspek, pertama, mengingat tanaman perkebunan pada umumnya bersifat tahunan sehingga produksi tanaman baru dapat dihitung minimal empat tahun kedepan. Aspek kedua, sebagaimana diketahui bahwa biaya investasi pengembangan perkebunan yang dibiayai dengan APBN jumlahnya sangat kecil sekitar 2% per tahun. Apabila yang dihitung hanya kegiatan yang dibiayai dengan APBN, maka pengaruhnya terhadap produksi tingkat nasional sangat kecil sekali, padahal Direktorat Jenderal Perkebunan telah membina seluruh perkebunan yang ada di Indonesia, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar melalui pembinaan, pengawalan, pendampingan, kebijakan maupun surat-menyurat.

Pendekatan pertama, apabila tanaman yang ditanam pada tahun berjalan sesuai berlakunya APBN, maka tidak dapat dihitung produksinya pada tahun yang sama, dengan demikian apabila sesuai ketentuan yang berlaku maka produksinya/outcomes adalah nol (tidak ada produksi). Pendekatan lainnya, jika yang dihitung produksi tahun berjalan, maka yang dihitung merupakan produksi dari tanaman yang tahun tanamnya minimal empat tahun yang lalu. Berkenaan dengan kedua pendekatan dimaksud, meskipun tidak sepenuhnya benar, Direktorat Jenderal Perkebunan menyepakati


(51)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 42

produksi pada tahun berjalan sebagai outcomes dengan menggunakan target rencana strategis pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 sebagai acuannya.

Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2012 dilaksanakan terhadap (a) Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan tahun 2012, (b) Capaian Kinerja tahun 2011 dan (c) Capaian terhadap Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2010-2014.

4.1.1.1 Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana Kinerja Tahunan 2012

Secara umum capaian produksi 15 komoditas unggulan mencapai 34,72 juta ton dari target sebesar 37,22 juta ton atau mencapai 93,27% dibandingkan dengan target dalam Rencana Kinerja Tahunan/penetapan kinerja tahun 2012. Capaian tertinggi pada komoditi nilam (155,68%) dan secara berurutan sebagai berikut tembakau (123,88%), karet (110,92%), tebu (101,87%), lada (101,16%), kelapa (95,76%), kopi (91,52%), kelapa sawit (91,49%), cengkeh (87,92%), teh (86,31%) dan jambu mete (77,29%). Sebaliknya untuk komoditi yang sangat sensitif terhadap perubahan iklim sehingga mengakibatkan capaian produksi turun cukup tajam yaitu kapas (6,98%), kakao (67,34%) dan untuk dua komoditi unggulan nasional lainnya yang produksinya rendah karena tidak/belum ada jaminan


(52)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 43

pasarnya adalah jarak pagar (22,15%) dan kemiri minyak/sunan (40,00%).

Tabel 5. Capaian Kinerja Produksi Tahun 2012

1 Karet 2.990.184 2.801.000 2.741.000 3.040.376 101,68 108,55 110,92 2 Kelapa Sawit 23.096.541 28.439.000 25.710.000 23.521.071 101,84 82,71 91,49 3 Kelapa 3.174.379 3.380.000 3.317.000 3.176.223 100,06 93,97 95,76 4 Kopi 638.647 738.000 718.000 657.138 102,90 89,04 91,52 5 Kakao 936.266 1.648.000 1.342.000 903.652 96,52 54,83 67,34 6 Jambu Mete 114.789 159.120 152.000 117.485 102,35 73,83 77,29 7 Lada 87.089 91.580 87.150 88.160 101,23 96,27 101,16 8 Cengkeh 72.246 85.510 83.000 72.976 101,01 85,34 87,92 9 Teh 150.776 182.000 174.000 150.180 99,60 82,52 86,31 10 Jarak Pagar 6.576 35.000 24.000 5.317 80,86 15,19 22,15 11 Kemiri Sunan 4.800 4.800 4.800 1.920 40,00 40,00 40,00 12 Tebu 2.228.259 3.100.000 2.544.000 2.591.687 116,31 83,60 101,87 13 Kapas 2.275 63.000 40.000 2.793 122,81 4,43 6,98 14 Tembakau 214.524 184.000 183.000 226.704 105,68 123,21 123,88 15 Nilam 143.281 124.000 106.000 165.022 115,17 133,08 155,68 33.860.630 41.035.010 37.225.950 34.720.703 102,54 84,61 93,27 Total Target Renstra RKT/PK 2012 NO KOMODITAS

PRODUKSI PERKEBUNAN (TON) REALISASI KINERJA Thd (%)

2011

Target Renstra 2010 - 2014

RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Capaian 2011 Catatan :

* Angka sementara

4.1.1.2. Capaian Kinerja terhadap Capaian Kinerja Tahun 2011 Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,72 juta ton meningkat menjadi 102,54% dibandingkan capaian produksi tahun 2011 yang besarnya 33,86 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%. Peningkatan produksi tersebut, selain karena pembinaan


(53)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 44

dan pengawalan yang lebih intensif juga didukung dengan harga yang relatif menguntungkan dan iklim yang lebih kondusif. Peningkatan tertinggi terjadi pada komoditi

tebu (16,31%) dan nilam (15,17%) dan disusul secara

berurutan komoditi tembakau (5,68%), kopi (2,90%), jambu mete (2,35%), kelapa sawit (1,84%), karet (1,68%), lada (1,23%), cengkeh (1,01%), kelapa (0,06%). Sebaliknya terdapat beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi yaitu kapas, kakao, teh, jarak pagar dan kemiri minyak/sunan.

4.1.1.3. Capaian Kinerja terhadap Sasaran RENSTRA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010-2014

Pada tahun 2012, capaian produksi 15 komoditas unggulan sebesar 34,55 juta ton. Jika dibandingkan dengan target sampai dengan berakhirnya Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2010 - 2014, maka capaian tahun 2012 telah mencapai 84,61%. Capaian yang telah melebihi target RENSTRA adalah komoditi nilam (133,08%), tembakau (123,21%), dan karet (108,55%). Sedangkan capaian yang telah mendekati target RENSTRA adalah komoditi lada (96,27%), kelapa (93,97%), kopi (89,04%), cengkeh (85,34%), tebu (83,60%), kelapa sawit (82,71%), dan teh (82,52%). Lebih lanjut untuk capaian yang masih jauh dari target adalah kapas (4,43%), jarak


(54)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 45

pagar (15,19%), kemiri sunan/minyak (40,00%), kakao (54,83%) dan jambu mete (73,83%).

4.1.2.Capaian Kinerja sesuai Penetapan Kinerja Sekretaris dan

Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012

Dalam laporan kinerja ini yang disajikan untuk penetapan kinerja Sekretaris dan Direktur Lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 adalah output penting dalam rangka mendukung pencapaian kinerja sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja antara Direktur Jenderal Perkebunan dan Menteri Pertanian. Output penting yang ditetapkan adalah pengembangan

areal perkebunan. Dalam laporan ini disajikan capaian kinerja

berupa (1). luas areal secara nasional dan (2). luas areal yang dibiayai dengan APBN tahun 2012 dan (3) dukungan teknis yang terkait.

4.1.2.1. Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

No.49/Permentan/OT.140/8/2012 tanggal 15 Agustus 2012 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian

Pertanian, IKU Direktorat Tanaman Rempah dan

Penyegar adalah luas areal tanaman kakao, kopi, teh, lada


(55)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 46

4.1.2.1.1. Capaian Kinerja terhadap Penetapan Kinerja/Rencana

Kinerja Tahunan 2012

Jika diukur berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan/

penetapan kinerja tahun 2012, secara umum capaian

kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar untuk 5 komoditi unggulan nasional mencapai 3,754 juta hektar dari target sebesar 3,963 juta hektar atau mencapai 94,74%. Capaian tertinggi pada komoditi cengkeh (102,32%), sebaliknya yang tidak mencapai target secara berurutan sebagai berikut teh (95,11%),

kakao (94,35%), kopi (92,92%) dan lada (92,07%).

Namun demikian apabila dibandingkan dengan capaian

kinerja tahun 2011, kinerja luas areal tanaman rempah

dan penyegar mengalami peningkatan sebesar 0,05% menjadi 100,05%. Luas areal yang mengalami peningkatan adalah tanaman lada (100,64%), kakao

(100,05%) dan kopi (100,02%). Sebaliknya komoditi yang

mengalami penurunan adalah cengkeh (99,98%) dan teh (99,86%).

Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2010-2014, kinerja luas areal tanaman rempah dan penyegar baru mencapai 89,73%. Namun luas areal cengkeh telah melebihi target renstra yaitu 100,30%. Sedangkan


(56)

Direktorat Jenderal Perkebunan

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012 47

capaian tanaman lainnya sebagai berikut: lada (90,92%),

kakao (85,80%), kopi (91,14%) dan lada (90,92%).

Capaian Kinerja Luas Areal Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012 sebagai berikut:

Tabel 6. Capaian Kinerja Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar tahun 2012

1 Kopi 1.233.698 1.354.000 1.328.000 1.233.982 100,02 91,14 92,92 2 Kakao 1.732.408 2.020.000 1.837.000 1.733.228 100,05 85,80 94,35 3 Lada 177.490 196.450 194.000 178.622 100,64 90,92 92,07 4 Cengkeh 485.191 483.660 474.130 485.118 99,99 100,30 102,32 5 Teh 123.938 130.390 130.130 123.769 99,86 94,92 95,11 3.752.725 4.184.500 3.963.260 3.754.719 100,05 89,73 94,74 Total Capaian 2011 Target Renstra RKT/PK 2012 No Komoditi

Luas areal (ha) Realisasi kinerja thd (%)

2011 Target Renstra 2010 - 2014 RKT/PK 2012 Realisasi* 2012 Catatan :

* Angka Sementara

4.1.2.1.2. Capaian Kinerja atas alokasi APBN Tahun 2012

Sasaran strategis dalam penetapan kinerja tersebut adalah terlaksananya pengembangan tanaman rempah dan penyegar yang meliputi kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh seluas 74.529 ha. Realisasi fisiknya mencapai 71.419 ha (97,89%). Output kegiatan penting pada tahun 2012 meliputi:


(1)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

166

Lampiran 6. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2012 Yang Dimonitor Oleh UKP4

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB

INSTANSI TERKAIT

KRITERIA KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

B03, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8

N5P26: Peningkatan produksi pangan N5P26A7:

Penyaluran bantuan dan subsidi benih tanaman pangan

Kementerian Pertanian

BPN, Pemda terkait, perusahaan perkebunan (negara dan swasta)

Areal Giling Tebu (Kebun tebu giling/KTG)

TARGET: Terlaksananya areal giling tebu 450.000 ha

TARGET B03: 4.500 Ha (1,00%)

B04: 104,99% posisi 30 April 2012

areal giling tebu dari pabrik gula seluas 4.724,9 ha (104,99%). TARGET B06: 135.000 Ha

(30.00%)

B06: 105,34% Posisi 30 Juni 2012

Areal giling tebu dari pabrik gula seluas 142.213,1 ha (105,34%). TARGET B09: 366.000 Ha

(81,33%)

B09: 100,20% Posisi tanggal 30

September 2012 areal giling tebu dari pabrik gula seluas 366.745,2 ha (100,20%).

TARGET B12: 450.000 Ha

(100%)

B12: 100,26% Posisi akhir Desember

2012 areal giling tebu dari pabrik gula seluas 451.191,1 ha (100,26%) dari target seluas 450.000 ha.

Kemenperind,

Pemda terkait, Kemenristek

Benih unggul tebu yang digunakan

TARGET: Tergunakannya 50% bemih unggul tebu bermutu

TARGET B04: 5% B04: 100,29% Posisi 30 April 2012

Sertifikat benih terealisasi 467,35 ha dari target 466 ha(100,29%).

TARGET B06: 20% B06:100,1% Sertifikat benih unggul

tebu terealisasi 1.866,31 ha dari target 1.864 ha (100,1%).

TARGET B09: 40% B09: 100,1% Sertifikat benih unggul

tebu sampai 30 September 2012 seluas 3.732,38 ha dari target seluas 3.729 Ha (100,1%).


(2)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

167

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB INSTANSI TERKAIT KRITERIA KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN UKURAN KEBERHASILAN

B03, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8

TARGET B12: 50% B12: 101,2% Posisi akhir Desember

2012 sertifikat benih unggul tebu seluas 4.715,90 Ha (101,2%) dari target seluas 4.661 ha. Perbankan, Kemenkeu, BPN, Kemenhut, Pemda, Perusahaan Mitra

Calon lahan dan calon petani peserta program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit TARGET: Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 20.000 ha

TARGET B04: Tersedianya calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 2.000 Ha

B04: 140% Posisi April 2012

realisasi CP/CL revitbun komoditi kelapa sawit seluas 2.800 Ha (140%) untuk 1.107 KK. TARGET B06: Tersedianya

calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 5.000 Ha

B06: 137,36% Realisasi CP/CL

revitbun secara kumulatif untuk komoditi kelapa sawit seluas 6.868 ha dari target seluas 5.000 Ha (137,36%)

TARGET B09: Tersedianya

calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 12.500 Ha

B09: 112,54% CP/CL revitbun secara

untuk komoditi kelapa sawit sampai 30 September 2012 seluas 14.068 ha dari target seluas 12.500 Ha (112,54%)

TARGET B12: Tersedianya

calon petani dan calon lahan program revitalisasi perkebunan (KPEN-RP) untuk komoditi kelapa sawit seluas 20.000 Ha

B12: 107,08% Posisi akhir Desember

2012 capaian CP/CL revitbun untuk komoditi kelapa sawit seluas 21.416 ha (107,08%) dari target seluas 20.000 Ha

Benih unggul sawit

yang digunakan

TARGET: Tersedianya 350.000 batang benih sawit unggul bermutu

TARGET B04:

Terselesaikannya Pedoman Umum (Pedum)

B04: 100% Terselesainya Pedoman

Umum/Teknis dn Revisi Pedoman Teknis Kelapa Sawit


(3)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

168

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB

INSTANSI TERKAIT

KRITERIA KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

B03, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8

TARGET B06:

Terlaksananya Pemilihan / penetapan CP/CL

B06: 100,1% Realisasi penetapan

CP/CL seluas 2.450 Ha (350.350 batang) dari target 2.448 Ha (350.000 batang) benih sawit unggul (100,1%)

TARGET B09: Pencairan

dana bansos untuk penyediaan benih sawit unggul bermutu 150.000 batang (47,85%)

B09: 120,84% Posisi 30 September

2012 pencairan dana bansos untuk penyediaan benih sawit unggul sesua SP2D sebesar Rp. 7.611.660.000,- (181.260 batang) dari target 150.000 batang (120,84%)

TARGET B12: Pencairan

dana bansos untuk penyediaan benih sawit unggul bermutu 350.000 batang (100%)

B12: 104,12% Posisi akhir Desember

2012 capaian pencairan dana bansos untuk benih sawit unggul sebesar

Rp. 12.849.580.000,-(364.472 batang) dari target 350.000 batang (104,12%)

Penambahan SPBU non subsidi bergerak dan tangki timbun

Kementerian Pertanian

PT. Pertamina, Kementerian BUMN, Kementerian ESDM

Terbangunnya tangki timbun untuk perusahaan perkebunan

Laporan hasil Koordinasi Kementan-Asosiasi terkait pengadaan tangki timbun oleh badan usaha perkebunan

TARGET B06 : Sosialisasi ke Asosiasi Perkebunan

B06 : 100 % Telah disosialisasikan

melalui surat ke Asosiasi Perkebunan Nomor : 734/RC.120/E/2012 tanggal 29 Juni 2012.


(4)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

169

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB

INSTANSI TERKAIT

KRITERIA KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

B03, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8

TARGET B07 : Sosialisasi ke Asosiasi Perkebunan.

B07 : 100 % Telah disosialisasikan

kepada Asosiasi Perkebunan dan Perusahaan Perkebunan tanggal 30 Juli 2012, sesuai surat Dirjen Perkebunan Nomor : 976/TU.220/E/7/2012 tanggal 25 Juli 2012, Notulen Sosialisasi terlampir. TARGET B08 : Sosialisasi

ke Asosiasi Perkebunan.

B08 : 100 % Telah dilakukan

sosialisasi kepada Asosiasi Perkebunan dan Perusahaan Perkebunan tanggal 6, 8, 10, 27, 29 Agustus 2012, sesuai surat undangan Dirjen PMD Kemendagri No. 413.32/5223/PMD tgl. 1 Agustus 2012, TARGET B09 : 1.

Sosialisasi ke Asosiasi Perkebunan, 2. Laporan Progres Pengadaan Tangki Timbun untuk perusahaan perkebunan status B09

B09 : 100 % 1. Sosialisasi telah

dilakukan 2. Posisi 21 September 2012 Perusahaan Perkebunan yang melaporkan pengadaan tangki timbun sebanyak 27 perusahaan.

RENCANA AKSI PENANGGUNG INSTANSI TERKAIT

KRITERIA KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN


(5)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

170

JAWAB

1 2 3 4 5 6 7 8

TARGET B10: 1. Sosialisasi ke Asosiasi Perkebunan, 2. Laporan Progres Pengadaan Tangki Timbun untuk perusahaan perkebunan status B10

B10 : 100 % Sampai dengan tanggal

25 Oktober 2012 terdapat 43 perusahaan baik BUMN maupun Swasta yang telah melaporkan keberadaan tangki timbun yang dimiliki/dikelola. Sosialisasi lanjutan telah dilaksa-nakan di Provinsi Kalteng pada tanggal 22 Oktober 2012 dengan Notulen terlampir. TARGET B11 : 1.

Sosialisasi ke Asosiasi Perkebunan, 2. Laporan Progres Pengadaan Tangki Timbun untuk perusahaan perkebunan status B11

B11 : 100 % -Sampai dengan tanggal

28 November 2012, terdapat 73 perusahaan baik BUMN maupun Swasta yang telah melaporkan keberadaan tangki timbun yang dimiliki/dikelola. - Sesuai dengan surat Direktur Pembinaan Usaha Hilir, Ditjen Migas Nomor:

15838/15/DMO/2012 tanggal 29 Oktober 2012 telah diselenggarakan sosialisasi lanjutan tentang Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak di Provinsi Jambi (1 November 2012), Papua Barat (5 November 2012), Bengkulu (8 November 2012), Bangka Belitung (13 November 2012), dan Sulawesi Tenggara


(6)

L a p o r a n K i n e r j a T a h u n 2012

171

RENCANA AKSI PENANGGUNG JAWAB

INSTANSI TERKAIT

KRITERIA KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

UKURAN KEBERHASILAN

B03, B06, B09, B12 % CAPAIAN KETERANGAN

1 2 3 4 5 6 7 8

(27 November 2012). -Materi sosialisasi yang disampaikan antara lain: Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian BBM Bersubsidi (Ditjen Migas), Pengawasan dan Pengendalian BBM Bersubsidi bagi Kendaraan Pertambangan dan Perkebunan (BPH Migas ), Implementasi Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2012 terhadap Pertambangan (Ditjen Minerba), Koordinasi SKPD (Ditjen PMD), Implementasi Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2012 terhadap Perkebunan (Ditjen Perkebunan), Persiapan dan Implementasi Kebijakan

Pembatasan/Pengendali an BBM Bersubsidi sesuai Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2012 ( PT. Pertamina (Persero)) TARGET B12 : 1. Laporan

Progres Pengadaan Tangki Timbun untuk perusahaan perkebunan status B12.

B12 : 100 % Sampai dengan Akhir

Desember 2012, terdapat 73 perusahaan baik BUMN maupun Swasta yang telah melaporkan keberadaan tangki timbun yang dimiliki/dikelola.