ProdukHukum BankIndonesia

BANK INDONESIA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan
Biro Kebijakan Moneter
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon : +62 61 3818163
+62 21 3818206 (sirkulasi)
Fax.
: +62 21 3452489
E-mail : BKM_TOD@bi.go.id
Website : http://www.bi.go.id

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
TRIwuLAN I-2010
Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam
rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,

yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada
prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)
sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat
luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur
Darmin Nasution

Deputi Gubernur Senior

Hartadi A. Sarwono

Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah

Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi


Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad

Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo

Deputi Gubernur

Budi Mulya

Deputi Gubernur

i

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA


ii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA

Langkah-langkah Penguatan
Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Frameworks)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation
Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate,
(2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi
kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan
moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal
(nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking)
dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan
moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan,
baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang
rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK
setiap tahunnya. Berdasarkan KMK No.1/KMK.011/2008 sasaran inflasi untuk periode tahun 2008 – 2010, masingmasing sebesar 5,0%, 4,5%, dan 4,0% dengan deviasi ±1%. Namun demikian, berdasarkan perkembangan terkini,
Bank Indonesia mengusulkan kepada Pemerintah tentang perubahan sasaran inflasi tahun 2010-2012 menjadi
sebesar 5% ± 1%, 5% ± 1%, dan 4,5% ± 1%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah
panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank
Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank
Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB
O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan
seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi
perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG
mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan
prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press
dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan
pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan
moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah
membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan
merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan
tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.

iii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA


iv

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA

Gubernur Bank Indonesia

Kata Pengantar

Proses pemulihan perekonomian global masih terus berlanjut dan turut mendukung kinerja perekonomian
domestik. Proses pemulihan tersebut ditandai oleh penguatan ekonomi kawasan Asia yang terus berlangsung
dan pemulihan ekonomi negara maju yang semakin kuat. Perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatat
pertumbuhan positif tahun ini walaupun masih dibayangi oleh tingginya angka pengangguran dan ketatnya penyaluran
kredit. Sementara itu kebijakan moneter global saat ini masih cenderung akomodatif meski beberapa bank sentral
negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai menempuh kebijakan moneter lebih ketat.
Kinerja perekonomian domestik menunjukkan perkembangan yang membaik seiring dengan masih
berlanjutnya proses pemulihan perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan I 2010 diprakirakan
sebesar 5,7% (yoy). Pada triwulan dimaksud, kinerja ekspor diprakirakan semakin membaik seiring dengan mulai
pulihnya perekonomian global dan perkembangan harga komoditas internasional. Kinerja impor juga diprakirakan

meningkat sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal. Investasi juga diperkirakan akan
mengalami peningkatan didukung oleh berbagai upaya Pemerintah. Sementara itu, konsumsi juga berada dalam
arah yang membaik ditopang oleh daya beli masyarakat yang masih cukup kuat. Di sisi penawaran, penyumbang
utama dalam pertumbuhan triwulan I 2010 diprakirakan berasal dari sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Di sisi stabilitas harga, tekanan inflasi masih menunjukkan kecenderungan yang rendah selama triwulan
I 2010, yaitu pada level 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada tingkat yang relatif rendah sejalan dengan nilai
tukar rupiah yang cenderung terapresiasi, kecukupan sisi pasokan dalam merespons kenaikan permintaan, serta
relatif terjaganya ekspektasi inflasi.
Kinerja perekonomian Indonesia yang solid dan didukung oleh kondisi eksternal yang positif mampu
menopang solidnya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) selama triwulan I 2010. Transaksi berjalan
diprakirakan mencatat surplus sejalan dengan membaiknya kinerja ekspor terutama yang berbasis komoditas sumber
daya alam. Di sisi lain, kinerja impor juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan akselerasi permintaan domestik
dan ekspor. Selain itu, kenaikan harga komoditas ekspor Indonesia turut mendukung perbaikan transaksi berjalan.
Neraca modal dan finansial diprakirakan juga mencatat surplus ditopang oleh aliran modal masuk dan penerbitan

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA


obligasi valas pemerintah. Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir
Maret 2010 tercatat sebesar 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran Utang Luar
Negeri (ULN) pemerintah.
Di sektor perbankan, stabilitas sistem perbankan nasional relatif terjaga. Secara mikro, industri perbankan
nasional tetap stabil yang tercermin dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dan
rasio gross maupun net dari Non-Performing Loan (NPL) tetap terkendali di angka cukup rendah. Di sisi lain, respons
suku bunga perbankan masih membaik terbukti dengan menurunnya suku bunga simpanan yang pada akhirnya
akan mendorong turunnya suku bunga kredit lebih lanjut. Diharapkan respon penurunan suku bunga kredit akan
diikuti oleh penyaluran kredit secara optimal oleh perbankan. Sementara itu, likuiditas perbankan masih mencukupi
untuk pembiayaan perekonomian.
Ke depan, prospek perekonomian Indonesia tahun 2010 dan 2011 diprakirakan akan tumbuh lebih baik
dari prakiraan di akhir 2009. Percepatan kegiatan perekonomian tersebut didukung oleh membaiknya sisi eksternal
serta permintaan domestik yang tetap kuat. Pemulihan yang terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia akan
mendorong peningkatan akan barang-barang ekspor Indonesia sehingga diharapkan hal tersebut akan mendorong
sektor-sektor yang terkait ekspor seperti sektor industri pengolahan dan perdagangan. Di samping itu, kinerja konsumsi
rumah tangga juga diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi sejalan dengan pendapatan yang lebih tinggi dan terjaganya
tingkat keyakinan konsumen. Di sisi penawaran, pertumbuhan berbagai sektor usaha diperkirakan dalam arah yang
membaik. Dengan optimisme tersebut, perekonomian Indonesia yang pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh
sekitar 5,7% sepanjang 2010 akan dapat tumbuh mencapai 5,5 - 6,0% dengan bias ke atas.

Di sisi stabilitas harga, inflasi diprakirakan belum akan memberikan tekanan yang signifikan sampai
dengan semester I 2010. Inflasi tahun 2010 diprakirakan disumbang dari peningkatan inflasi impor dan permintaan
domestik sejalan dengan prakiraan membaiknya ekonomi global dan perekonomian domestik. Selain itu, eskpektasi
inflasi menunjukkan kecenderungan membaik terlihat dari hasil berbagai survei yang menunjukkan menurunnya
ekspektasi inflasi pada tahun 2010. Secara keseluruhan, inflasi ke depan diprakirakan akan tetap mencapai target
jangka pendek yang ditetapkan yakni 5%+1% pada tahun 2010 dan 2011 serta target jangka menengah yaitu
4%+1% pada tahun 2014.
Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur
Bank Indonesia pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan
mempertahankan BI Rate tersebut diambil setelah Rapat Dewan Gubernur menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga
BI Rate sebesar 6,5% masih konsisten dengan target inflasi pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 5+1% serta target
inflasi jangka menengah pada tahun 2014 sebesar 4+1%. Stance kebijakan saat ini juga dipandang masih kondusif
bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan.

Jakarta, 23 April 2010
Pjs. Gubernur Bank Indonesia

Dr. Darmin Nasution

vi


LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA

Daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

Daftar Isi
1. Tinjauan Umum ............................................................................

1

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini ......................................

5

Perkembangan Ekonomi Dunia ......................................................

5


Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................

7

Neraca Pembayaran Indonesia ......................................................... 15

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan .................... 17
Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 17
Inflasi .............................................................................................. 19
Kebijakan Moneter ......................................................................... 21

4. Perekonomian Indonesia ke Depan ............................................ 28
Asumsi dan Skenario yang Digunakan ............................................ 28
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 30
Prakiraan Inflasi ............................................................................... 37

5. Respon Kebijakan Moneter Triwulan I-2010 .............................. 39

Tabel Statistik ................................................................................... 40

vii

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INDONESIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

viii

Daftar Isi

Tinjauan umum

1. Tinjauan Umum
Penguatan ekonomi domestik terus berlanjut didukung oleh kinerja ekonomi
global yang kondusif. Aktivitas ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan pada triwulan IV 2009. Pada triwulan tersebut perekonomian Indonesia
mampu tumbuh sebesar 5,4% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun 2009 perekonomian
tumbuh sebesar 4,5% (yoy). Kondisi perekonomian yang semakin menunjukkan suasana
optimis tersebut mendukung prospek ekonomi yang lebih baik dari perkiraan semula.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh mencapai kisaran
5,5%-6,0% dan pada tahun 2011 mencapai 6,0%-6,5%. Stabilitas harga masih terjaga
sebagaimana tercermin pada perkembangan IHK yang rendah selama triwulan I 2010.
Hal ini sejalan dengan perkiraan tekanan inflasi yang signifikan, yang belum akan muncul
setidaknya sampai semester I 2010. Untuk keseluruhan tahun, inflasi IHK tahun 2010 akan
berada pada kisaran sasaran sebesar 5%±1%.
Bank Indonesia memandang bahwa proses pemulihan ekonomi global terus
berlangsung dan semakin kuat. Ekonomi negara maju, terutama di AS dan Jepang terus
membaik. Demikian juga pemulihan ekonomi Asia non-Jepang, terutama China dan India
juga semakin kuat. Sementara itu, indikasi perbaikan ekonomi di Eropa mulai terlihat meski
masih terbatas. Penyelesaian krisis Yunani sejauh ini direspons secara positif oleh pelaku
ekonomi dan hanya berdampak terbatas di pasar finansial.
Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko memicu
optimisme di pasar finansial dan pasar komoditas. Hal ini dicerminkan oleh indeks harga
di bursa saham global yang mencatat kenaikan dan harga komoditas di pasar internasional
yang cenderung meningkat. Aliran modal asing ke pasar keuangan emerging market terus
berlangsung seiring dengan semakin membaiknya persepsi risiko. Kondisi ini mendorong
penguatan nilai tukar mata uang di kawasan tersebut. Optimisme yang semakin kuat
terhadap pemulihan ekonomi global dan permintaan global yang membaik, mendorong
kenaikan harga berbagai komoditas. Kenaikan harga yang dibarengi oleh penguatan mata
uang sejauh ini belum memicu kenaikan inflasi global secara signifikan terutama di negara
maju. Dalam kondisi proses pemulihan ekonomi dunia yang belum sepenuhnya kembali
normal, otoritas moneter terutama di negara maju cenderung masih menerapkan stance
kebijakan moneter yang akomodatif. Sinyal kebijakan pengetatan moneter lebih banyak
tampak di emerging market terkait dengan meningkatnya tekanan inflasi seiring dengan
ekspansi ekonomi yang tinggi.
Kinerja ekonomi domestik pada triwulan I 2010 berpotensi lebih baik dibandingkan
dengan perkiraan sebelumnya. Pada triwulan I 2010, ekonomi domestik diperkirakan
tumbuh 5,7% (yoy). Perkembangan tersebut didukung oleh hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kinerja ekspor diperkirakan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi global
dan membaiknya harga komoditas internasional. Kedua, konsumsi diperkirakan masih kuat
didukung oleh daya beli masyarakat dan ekspektasi konsumen yang terjaga. Ketiga, sejalan
dengan peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga, pemulihan investasi diperkirakan
lebih kuat didukung oleh berbagai upaya Pemerintah untuk mendorong proyek infrastruktur.

1

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

Selain itu, iklim investasi pada tahun 2010 yang lebih baik juga didukung oleh perbaikan
sovereign credit rating Indonesia oleh S&P dari BB- ke BB. Dengan peningkatan tersebut,
rating Indonesia tinggal 1 notch menuju investment grade. Keempat, sejalan dengan
perbaikan kinerja di sisi eksternal, sejumlah sektor diperkirakan dapat tumbuh lebih tinggi
yakni sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Pertumbuhan sektor industri
pengolahan yang lebih tinggi didorong oleh membaiknya industri yang berorientasi ekspor
dan industri otomotif. Sementara itu, pertumbuhan sektor perdagangan yang lebih tinggi
sejalan dengan kenaikan kegiatan ekspor dan impor serta membaiknya kinerja industri
pengolahan. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang menjadi tantangan untuk
mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi terutama terkait dengan upaya mempercepat
implementasi program-program infrastruktur dan memanfaatkan secara optimal peluang
dari implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA).
Berlanjutnya penguatan ekonomi juga terlihat dari perkembangan ekonomi daerah
yang terus menunjukkan perbaikan. Kinerja perekonomian daerah terutama ditopang oleh
perekonomian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Kali-Sulampua), dan
Jakarta. Sementara itu, kegiatan ekonomi di wilayah lainnya (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
atau Jabalnustra) menunjukkan perlambatan. Kinerja ekonomi daerah yang meningkat
bersumber dari peningkatan ekspor, investasi, dan konsumsi. Membaiknya kinerja ekspor di
masing-masing wilayah bersumber dari kenaikan ekspor komoditas utama, seperti produk
pertambangan dan CPO di Sumatera dan Kali-Sulampua, serta produk kimia di Jabalnustra.
Dari sisi negara tujuan utama, ekspor masing-masing wilayah mengalami pergeseran
yang semula ke Jepang, Amerika dan Eropa, beralih ke negara ASEAN dan China karena
pemulihan ekonomi terutama terjadi di kawasan tersebut. Bahkan porsi ekspor Sumatera
dan Kali-Sulampua ke India menunjukkan peningkatan, terutama untuk produk CPO dan
batubara. Sejalan dengan peningkatan kegiatan ekonomi, investasi terindikasi menguat. Hal
itu tercermin dari indikator pertumbuhan konsumsi semen dan impor barang modal yang
pertumbuhannya masih positif. Dari sisi investasi Pemerintah Daerah, belanja modal juga
menunjukkan peningkatan. Peningkatan investasi terutama terkait dengan proyek-proyek
infrastruktur seperti perbaikan dan pembangunan jalan, bendungan, jembatan, dan bandara.
Dari sisi lapangan usaha, sektor industri mengalami peningkatan terkait dengan membaiknya
permintaan domestik dan eksternal. Kinerja sektor industri yang membaik tercermin dari
kapasitas produksi dan impor bahan baku yang meningkat di seluruh daerah. Dari sektor
pertambangan, membaiknya kinerja di sektor ini terutama bersumber dari peningkatan
produksi pertambangan nonminyak dan gas (nonmigas), khususnya batubara dan tembaga,
sedangkan produksi migas masih cenderung melambat.
Dari sisi harga, inflasi tetap terkendali pada triwulan I 2010. Tekanan inflasi pada
triwulan I 2010 cenderung rendah ditandai oleh deflasi pada Maret 2010 sebesar 0,14%
(mtm), sehingga secara tahunan inflasi IHK mencapai 3,43% (yoy). Terkendalinya inflasi pada
tingkat yang relatif rendah sejalan dengan kecenderungan penguatan nilai tukar rupiah dan
kecukupan pasokan dalam merespons kenaikan permintaan. Selain itu, rendahnya inflasi di
bulan Maret 2010 juga didukung oleh meredanya tekanan inflasi yang bersumber dari volatile
food (terutama beras) karena mulainya musim panen di beberapa daerah dan minimalnya
tekanan inflasi yang bersumber dari administered price.

2

Tinjauan umum

Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2010 diperkirakan masih tetap
solid yang didukung oleh pemulihan ekonomi dunia. Transaksi berjalan diperkirakan
akan mencatat surplus. Hal tersebut sejalan dengan kinerja ekspor yang terus membaik
terutama berasal dari komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) di antaranya batubara dan
tembaga. Di sisi lain, impor juga meningkat sejalan dengan akselerasi permintaan domestik
dan ekspor. Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF) triwulan I 2010 diperkirakan
juga mencatat surplus terkait dengan aliran modal masuk dan penerbitan obligasi valas
pemerintah. Indikator risiko Indonesia membaik, tercermin pada indikator credit default
swaps (CDS) Indonesia yang saat ini berada pada level terendah, penurunan yield spread
Government Bond Indonesia dengan US Treasury Note, serta perbaikan rating Indonesia.
Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Maret 2010 diperkirakan
mencapai 71,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri Pemerintah.
Sejalan dengan kinerja NPI yang solid, nilai tukar rupiah cenderung menguat. Secara
keseluruhan, selama triwulan I 2010 rupiah rata-rata menguat 2,2% ke level Rp9.254/USD.
Pada akhir triwulan I 2010, rupiah mencapai level Rp9.090/USD atau menguat 3,7% (point
to point). Penguatan nilai tukar rupiah didukung oleh kondisi fundamental makroekonomi
yang kondusif, tercermin pada kinerja NPI yang cukup baik dan membaiknya persepsi risiko.
Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh imbal hasil rupiah tetap menarik tercermin
pada uncovered interest parity (UIP), covered interest parity (CIP) dan yield spread Government
Bond Indonesia yang relatif tinggi, bahkan tertinggi dibandingkan dengan negara kawasan
lainnya. Penguatan rupiah yang terjadi juga diikuti oleh volatilitas nilai tukar yang relatif stabil
mencapai 0,57% dibandingkan dengan triwulan IV 2009 yang mencapai 0,56%.
Kinerja sektor keuangan membaik sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan
domestik. IHSG selama triwulan I 2010 mengalami penguatan yang cukup signifikan, yaitu
mencapai 10,2%. Kinerja IHSG tersebut merupakan yang tertinggi di negara kawasan.
Beberapa faktor yang mendorong perbaikan IHSG antara lain prospek perekonomian
Indonesia yang membaik, diikuti oleh menurunnya persepi risiko, perbaikan credit rating,
dan masih tingginya imbal hasil rupiah. Hal serupa juga tercermin pada indikator keuangan
lainnya seperti yield SUN yang menurun. Di pasar uang antar bank, ekses likuiditas masih
cukup besar sehingga mendorong suku bunga PUAB O/N mendekati koridor bawah BI
Rate. Langkah Bank Indonesia memperpanjang jangka waktu SBI antara lain dalam rangka
mendalamkan pasar (financial deepening) berjalan dengan baik tercermin dari menurunnya
spread suku bunga tertinggi dan terendah di pasar PUAB O/N. Selain itu, porsi SBI dengan
tenor 3 bulan saat ini porsinya meningkat menjadi 67,04% dari 24,64% di akhir triwulan
sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya persepsi risiko perbankan, suku bunga deposito
dan kredit masih mengalami penurunan meskipun belum sebesar yang diharapkan. Ke
depan, transmisi kebijakan moneter diperkirakan akan semakin membaik seiring dengan
meningkatnya optimisme perbankan pada kondisi perekonomian.
Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu tercermin
dari masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Februari sebesar 19,3%. Sementara
itu, rasio gross non-performing loan (NPL) tetap terkendali pada 4% dengan rasio neto NPL

3

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

sebesar 1%. Selain itu likuiditas perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank
semakin membaik. Demikian pula dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan.
Perkembangan ekonomi global dan domestik yang membaik selama triwulan I-2010
diperkirakan akan terus berlanjut ke depan. Hal ini memperkuat keyakinan Bank
Indonesia bahwa prospek perekonomian Indonesia akan lebih baik dari perkiraan
semula. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 diperkirakan mencapai kisaran 5,5%-6,0%,
lebih tinggi dari perkiraan semula sebesar 5,0%-5,5%. Perbaikan ekonomi tidak hanya
ditopang oleh konsumsi yang tetap kuat, tetapi juga didukung oleh peningkatan ekspor
sejalan dengan pemulihan ekonomi global. Peningkatan permintaan yang dibarengi oleh
perbaikan iklim investasi diperkirakan mendorong peningkatan investasi secara signifikan.
Perbaikan ekonomi tersebut diperkirakan terus berlanjut pada 2011 dengan pertumbuhan
ekonomi dapat mencapai 6,0%-6,5%. Peningkatan permintaan yang dapat direspons sisi
penawaran secara memadai diharapkan dapat menjaga tekanan inflasi ke depan pada
tingkat yang rendah. Prospek ekonomi jangka menengah panjang (medium-terms) tahun
2010-2014 secara lengkap tersaji dalam Laporan Perekonomian Indonesia 2009 yang dapat
diakses melalui website Bank Indonesia.
Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan
sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5%±1% dan arah kebijakan moneter saat
ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan
berlangsungnya intermediasi perbankan. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
pada 6 April 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%
dengan koridor suku bunga sebesar +/- 50bps di sekitar BI Rate.

4

Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi
Terkini
Berlanjutnya proses pemulihan ekonomi global turut mendukung kinerja perekonomian
domestik. Selama triwulan I 2010, pemulihan ekonomi global semakin merata yang didukung
oleh tetap solidnya perekonomian di kawasan Asia. Kondisi tersebut memberikan dampak
positif pada perkembangan ekonomi di dalam negeri. Pada triwulan I 2010, perekonomian
akan tumbuh lebih baik dari prakiraan semula yang didorong oleh adanya perbaikan ekspor
serta didukung oleh adanya indikasi peningkatan investasi. Membaiknya permintaan negara
mitra dagang yang disertai oleh masih tingginya harga komoditas berdampak positif pada
kinerja ekspor. Sejalan dengan itu, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi
perekonomian yang disertai dengan perbaikan iklim investasi domestik dan berbagai rencana
proyek infrastruktur pemerintah berdampak pada perbaikan kinerja investasi. Sementara itu,
konsumsi rumah tangga berada dalam arah yang membaik ditopang oleh masih kuatnya
daya beli masyarakat serta terjaganya optimisme konsumen. Di sisi penawaran, membaiknya
kinerja ekspor dan impor diprakirakan mendorong peningkatan kinerja sektor industri
pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Membaiknya permintaan ekspor
akan memberikan kontribusi positif terhadap sektor industri pengolahan, sementara kenaikan
impor akan berdampak positif terhadap kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan tumbuh melambat pada triwulan I 2010 terutama
dipengaruhi oleh adanya pergeseran masa panen ke awal triwulan II 2010. Sektor lainnya yang
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi adalah sektor listrik, gas dan
air bersih sejalan dengan berlanjutnya program konversi minyak tanah di beberapa daerah
dan sudah mulai beroperasinya beberapa proyek listrik 10.000 MW tahap I, serta sektor
pengangkutan dan komunikasi terkait dengan penetrasi bisnis usaha telekomunikasi.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan berjalan semakin pesat pada triwulan
I 2010. Laju perbaikan ekonomi dunia masih disokong oleh kelompok negara berkembang
khususnya Asia. Sementara perekonomian negara maju diperkirakan akan mencatatkan
pertumbuhan positif meski masih dihadapkan pada tingginya angka pengangguran dan
ketatnya penyaluran kredit. Di sisi lain, pemulihan negara-negara kawasan Uni Eropa sedikit
tertinggal akibat krisis defisit fiskal yang melilit beberapa negara seperti Yunani serta lemahnya
indikator-indikator konsumsi. Sementara itu, kinerja produksi di negara maju tumbuh solid
seiring berhasilnya program stimulus fiskal yang memicu aktivitas industri serta didukung
oleh rendahnya level inventory. Di negara berkembang, solidnya permintaan domestik di
China menyebabkan tingginya permintaan impor di negara kawasan Asia dan memberikan
efek spill-over pada pertumbuhan ekonomi kawasan Asia lainnya.
Perekonomian AS pada triwulan IV-2009 tumbuh solid didorong oleh aktivitas
industri yang menguat. Stimulus fiskal yang dikucurkan oleh Pemerintah AS mampu

5

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

menggerakkan produksi yang juga ditopang oleh semakin rendahnya level inventory. Ekonomi
AS pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,6% (qtq, annualize) atau sudah tumbuh positif
secara year-on-year sebesar -0,1%. Melihat perkembangan tersebut, ekonomi AS pada
triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh positif. Berdasarkan informasi terkini, konsumsi di
AS mulai menguat ditopang oleh tertahannya laju peningkatan PHK. Membaiknya konsumsi
rumah tangga tercermin dari meningkatnya penjualan eceran selama 4 bulan berturut-turut.
Peningkatan konsumsi tersebut juga dipicu oleh pemutusan hubungan kerja yang semakin
melambat dan tertahannya peningkatan laju pengangguran yang kini mencapai 9,7%.
Kondusifnya pasar tenaga kerja tercermin dari penurunan rata-rata initial jobless claim pada
triwulan I 2010 sebesar 467 ribu orang dari 500 ribu orang pada triwulan sebelumnya. Selain
itu, pertumbuhan negatif angka payroll juga semakin mengecil. Sisi produksi AS semakin
membaik bahkan terindikasi sudah memasuki fase ekspansi. Stimulus fiskal pemerintah AS
berupa pembangunan proyek infrastruktur mampu memicu aktivitas produksi AS. Di sisi
lain, menguatnya penjualan eceran memicu turunnya level inventory dan direspons dengan
peningkatan produksi seperti tercermin dari indeks pembelian kalangan pabrikan (PMI) dan
industrial production yang meningkat.
Kinerja pasar keuangan global kembali dalam tren menguat setelah sempat jatuh
akibat ketidakpastian penyelesaian krisis fiskal di Eropa pada pertengahan triwulan.
Optimisme investor pada pasar keuangan global terus meningkat sebagaimana tercermin
pada bursa saham di negara maju yang menguat sepanjang triwulan I 2010. Namun
demikian, bursa saham sempat anjlok dipicu oleh membengkaknya defisit fiskal negara
GIPSY (Greece, Ireland, Portugal, Spain, dan Italy) serta ketidakjelasan solusi penyelesaiannya.
Memasuki akhir triwulan I 2010, risk appetite investor kembali membaik seiring dengan
solusi pendanaan defisit fiskal Yunani yang melibatkan Uni Eropa dan IMF. Pasar global
juga meningkat dipicu oleh rilis data fundamental ekonomi global yang terus mengalami
perbaikan dan laporan keuangan emiten yang sesuai dengan perkiraan.
Proses pemulihan ekonomi Asia pada triwulan IV-2009 mengalami kemajuan pesat
dan telah mencapai angka pertumbuhan positif. Sebagian besar pertumbuhan ekonomi
Asia telah rebound setelah mengalami kejatuhan cukup dalam pada semester pertama tahun
2009. Beberapa negara di Asia yang perekonomiannya bertumpu pada sektor eksternal
mengalami perbaikan yang signifikan seiring dengan tingginya permintaan ekspor ke China
dan India. Selain itu, permintaan domestik juga cenderung meningkat yang didorong oleh
positive wealth assets seiring dengan meningkatnya harga rumah dan bursa saham Asia serta
tertahannya suku bunga di level yang rendah. Sementara itu, beberapa negara Asia lainnya
yang perekonomiannya lebih bertumpu pada permintaan domestik terus melanjutkan tren
positif. Ke depan, ekonomi China dan India masih menjadi motor utama perekonomian
di Asia. Perekonomian China dan India diperkirakan masing-masing akan tumbuh sebesar
11,1% (yoy) dan 7,9% (yoy) pada triwulan I 2010.
Tekanan inflasi dunia sepanjang triwulan I 2010 relatif terjaga. Berdasarkan data
realisasi inflasi yang dikompositkan, tekanan inflasi dunia masih relatif stabil jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi dunia pada Maret 2010 berada pada level
3,1% (yoy), tidak berubah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Harga komoditas

6

Perkembangan Makroekonomi Terkini

internasional yang meningkat terindikasi belum memberikan tekanan inflasi seiring dengan
aktivitas ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih.
Kebijakan moneter masih cenderung akomodatif meski sinyal pengetatan mulai
terlihat di beberapa emerging market. Pada triwulan I 2010 sebagian besar Bank Sentral
utama seperti Fed, BoJ, dan ECB masih menahan kenaikan suku bunga sebagai upaya
mendorong pemulihan ekonomi domestik. The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga
di kisaran 0%-0,25% terkait masih tingginya angka pengangguran dan masih terjaganya
prakiraan inflasi. Sementara ECB tetap mempertahankan suku bunga pada level 1,0% untuk
memberikan iklim kondusif pada penyelesaian krisis defisit fiskal Yunani. Di sisi lain, BoJ
meningkatkan 3 month loan facility menjadi 20 triliun yen (222 milliar dolar AS), dua kali
lipat dari sebelumnya untuk mendorong terjadinya inflasi pada jangka menengah meskipun
suku bunga masih bertahan di level yang rendah yakni sebesar 0,1%. Beberapa bank sentral
negara berkembang Asia dan bank sentral negara maju mulai beralih menempuh kebijakan
ketat. Sinyal pengetatan moneter terlihat jelas di negara China dan India yang menaikkan giro
wajib minimumnya masing-masing 100bps dan 75bps sepanjang triwulan I 2010. Beberapa
bank sentral Asia yang sudah menaikkan suku bunga acuannya diantaranya Malaysia dan
India. Bank sentral negara maju seperti Australia dan Israel juga sudah menaikkan suku bunga
acuannya seiring tekanan inflasi yang meningkat serta ekonomi yang sudah berekspansi.

PERTUMBUHAN EKONOMI
Permintaan Agregat
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2010 diprakirakan semakin membaik.
Peningkatan kinerja ekspor yang cukup tinggi dan masih kuatnya konsumsi rumah tangga
mampu mendorong berlanjutnya perbaikan pertumbuhan ekonomi. PDB triwulan I 2010
diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni mencapai
5,7% (yoy). Hal tersebut didukung oleh perkembangan indikator penuntun PDB yang
mengindikasikan peningkatan (Grafik 2.1).
�����

Pertumbuhan PDB diperkirakan meningkat dengan bertopang pada

�������������������������������������������������������

���������

�����

���������������

�����

ekspor diprakirakan tumbuh semakin membaik seiring dengan perbaikan

�����

ekonomi global dan masih tingginya harga komoditas internasional. Impor

�����

juga diprakirakan tumbuh lebih tinggi sebagai respons dari membaiknya

�����
����
����
����

permintaan eksternal terhadap komoditas industri pengolahan. Sejalan

���������������������
���������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������������������
�����������������������������
�����������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������

����
�������������������� ���� �����

����

����

����

dengan perbaikan kinerja ekspor, investasi diperkirakan akan meningkat,

����

baik berupa investasi yang dilakukan pemerintah maupun swasta.

����

Sementara itu, konsumsi berada dalam arah yang membaik meskipun

������������������� ���� �����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �

����

perbaikan ekspor dan konsumsi rumah tangga (Tabel 2.1). Kinerja

�����

����

����

Grafik 2.1
Indikator Penuntun PDB

����

���� ����

angka pertumbuhannya pada triwulan I 2010 diprakirakan melambat.
Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh base effect factor periode tahun
sebelumnya yang tumbuh tinggi terkait Pemilu Legislatif.

7

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan
Indikator

2008

2007

Total Konsumsi

4,9

I

II

III

IV

5,5

5,5

6,3

6,4

2008
5,9

2009

2009

I

II

III

IV

7,3

6,3

5,4

5,9

2010
I*

6,2

4,4

Konsumsi Swasta

5,0

5,7

5,5

5,3

4,8

5,3

6,0

4,8

4,7

4,0

4,9

3,4

Konsumsi Pemerintah

3,9

3,6

5,3

14,1

16,4

10,4

19,2

17,0

10,3

17,0

15,7

12,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

9,4

13,9

12,2

12,3

9,4

11,9

3,5

2,4

3,2

4,2

3,3

6,9

Ekspor Barang dan Jasa

8,5

13,6

12,4

10,6

2,0

9,5

-18,7

-15,5

-7,8

3,7

-9,7

19,0

Impor Barang dan Jasa

9,0

18,0

16,1

11,1

-3,7

10,0

-24,4

-21,0

-14,7

1,6

-15,0

21,1

PDB

6,3

6,2

6,3

6,2

5,3

6,0

4,5

4,1

4,2

5,4

4,5

5,7

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

Sumber : BPS

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010 diprakirakan masih
akan tumbuh positif. Hal tersebut dikonfirmasikan oleh pergerakan indikator penuntun
konsumsi rumah tangga yang terus mengindikasikan perbaikan (Grafik
2.2). Membaiknya konsumsi rumah tangga didukung oleh daya beli
masyarakat yang masih cukup kuat. Kenaikan UMP dengan rata-rata

������������������������������������������������������������
���

�����
����������

���

���������������

�����

���

�����

���

�����

sebesar 8,8% (yoy) pada awal tahun 2010 yang juga disertai kenaikan
gaji PNS, TNI, dan Polri sebesar 5% menjadi salah satu faktor yang
menopang perbaikan daya beli masyarakat. Pergerakan nilai tukar petani

���

����

dan upah buruh hingga Februari 2010 yang relatif stabil menjadi salah

���

����

satu indikator yang menunjukkan masih cukup kuatnya penghasilan

��

����

masyarakat. Sementara itu, optimisme masyarakat terhadap pendapatan

��

����

yang diterimanya berpotensi mendorong kenaikan konsumsi rumah

��

����������������������������������

����
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��

����

����

����

����

����

����

��� �� � �� ���

����

�� �

���� ����

tangga lebih lanjut. Indikasi membaiknya konsumsi rumah tangga
juga terlihat dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang

Grafik 2.2

meningkat. Namun, jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi rumah

Indikator Penuntun Konsumsi Rumah Tangga

tangga triwulan I 2009, pertumbuhan konsumsi rumah tangga periode
laporan diprakirakan lebih rendah daripada konsumsi triwulan I 2009
tersebut terkait dengan tingginya pengeluaran konsumsi lembaga
nonprofit menjelang Pemilu Legislatif (base effect factor). Berdasarkan
perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010
diprakirakan masih tumbuh positif sebesar 3,4% (yoy).
Perkembangan beberapa indikator dini juga turut mendukung
perbaikan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2010. Konsumsi
barang tahan lama seperti penjualan mobil, sepeda motor, dan barang
elektronik masih mencatat pertumbuhan yang tinggi (Grafik 2.3).
Indeks penjualan eceran (IPE) Februari 2010 tercatat sebesar 209,2
atau tumbuh mencapai 41,3% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang sebesar 40,3% (yoy). Pertumbuhan IPE tersebut

Grafik 2.3

ditopang oleh terus membaiknya beberapa kelompok komoditas seperti

Pert. Penjualan Barang Elektronik

makanan dan tembakau, pakaian dan perlengkapan, serta peralatan
tulis. Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen juga bergerak membaik.

8

Perkembangan Makroekonomi Terkini

Perbaikan pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kenaikan
pertumbuhan impor barang konsumsi hingga Februari 2010. Searah

��������������������������������������������������������������
���

����

�������������������������������
�����������������������������

���

dengan hal tersebut, indikator yang terkait dengan pembiayaan konsumsi

���

seperti pertumbuhan M1 riil juga menunjukkan tren yang meningkat.

���
���

Kinerja investasi diprakirakan tumbuh meningkat pada triwulan

���

I 2010 sebagai dampak berlanjutnya perbaikan permintaan

���

domestik dan eksternal. Perbaikan pertumbuhan investasi tersebut

��

sejalan dengan perkembangan indikator penuntun investasi yang

��

��������������������������������������������������������������������������

��

��
��
����

��
��
����

��
��
����

�� ��
����

�� ��
����

�� ��
����

menunjukkan peningkatan investasi dibandingkan dengan triwulan
�� �� �
���

����
���� ����

sebelumnya (Grafik 2.4). Peningkatan investasi juga tercermin dari
impor barang modal (Grafik 2.5) yang tumbuh membaik dan realisasi

Grafik 2.4

investasi bangunan sebagaimana ditunjukkan oleh masih tingginya

Indikator Penuntun Investasi

konsumsi semen. Sementara itu, terjaganya optimisme pelaku usaha
terkait dengan perkiraan kenaikan order luar negeri dan iklim investasi
yang kondusif berdampak positif mendorong kenaikan investasi pada
��

��������

�����

���

triwulan I 2010. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi

��

���

pada triwulan I 2010 diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,9% (yoy),

��

���

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari

��

strukturnya, pangsa utama pertumbuhan investasi pada triwulan I 2010

��

��

�����



��



��





���

���������������������


��� ���

��� ��� ��� ���
����

��� ���

��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����

���

diperkirakan masih didominasi oleh investasi bangunan.
Peningkatan pertumbuhan investasi didukung oleh perkembangan
berbagai indikator dini investasi. Investasi nonbangunan
mengindikasikan perbaikan yang tercermin dari impor barang modal
yang cenderung meningkat hingga Februari 2010. Pola yang sama
juga tercermin pada pertumbuhan konsumsi semen (Grafik 2.6) yang

Grafik 2.5

membaik hingga Februari 2010 sejalan dengan bergulirnya realisasi

Pertumbuhan Impor Barang Modal

sektor bangunan dan proyek infrastruktur. Selain itu, perkembangan
kegiatan investasi tersebut sejalan dengan perkembangan realisasi PMA
dan PMDN yang cenderung membaik hingga akhir tahun 2009. Hal

��

��������

�����

tersebut didukung informasi BKPM bahwa realisasi investasi PMA pada
��
��

��

��

��

��

��

��
��











��
�����



��� ���

���
���

�����������������
��� ��� ��� ���
����

��� ���

��� ��� ��� ��� ��� ���
����
����

Grafik 2.6
Pertumbuhan Konsumsi Semen

���

triwulan I 2010 diperkirakan meningkat pada kisaran 9,2 – 11,7 miliar
dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009. Selain
itu, peningkatan investasi didukung oleh perbaikan pada sisi pembiayaan
sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit investasi yang mulai
membaik (Grafik 2.7).
Semakin membaiknya kondisi perekonomian negara mitra
dagang dan harga komoditas mendorong kinerja ekspor tumbuh
meningkat. Hal tersebut tercermin dari kenaikan permintaan negara
maju seperti Amerika dan negara emerging markets terutama China
(Grafik 2.8). Tren peningkatan indeks produksi, tingkat kepercayaan
konsumen serta sentimen bisnis negara G3 dan China hingga Februari

9

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2010

2010 juga mendukung akselerasi pertumbuhan ekspor. Selain itu, harga
�������

�������

��

��

berdampak positif pada tingginya volume perdagangan global yang

��
��

��

tercermin dari indeks Baltic Dry. Perdagangan dengan negara lainnya
seperti India juga diperkirakan semakin membaik sehubungan dengan

��
��


��

disepakatinya Free Trade Agreement (AI-FTA) negara-negara ASEAN
dengan India serta mulai diimplementasikannya ACFTA secara penuh





�����������������

��
���

komoditas yang cenderung meningkat di pasar internasional turut

pada Februari 2010 mencapai 11,20 miliar dolar AS atau meningkat

������������



��

���

pada awal tahun 2010. Data ekspor BPS terkini mencatat nilai ekspor

��



��

���

����

��



��

����

���

��

��



����

tajam 57,05% (yoy) dibandingkan dengan Februari 2009. Berdasarkan
perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan I 2010 diperkirakan

����

Grafik 2.7

tumbuh meningkat yaitu sebesar 19,0% (yoy). Sejalan dengan hal

Pertumbuhan Kredit Investasi dan PMTB

tersebut, pertumbuhan ekspor non migas masih ditopang oleh ekspor
komoditas primer berupa produk pertambangan seperti batubara dan
produk hasil industri seperti minyak kelapa sawit.
Tren positif pertumbuhan impor diprakirakan berlanjut pada

���

�������

�������

��

triwulan I 2010 sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik

���������������

��

dan peningkatan permintaan eksternal. Hal tersebut ditunjukkan

����������������

��

oleh pergerakan indikator penuntun impor yang membaik dibandingkan

������������������

���

�������������������




��




��

���

��



��

���

��



��

���

��

���

���

��

pada akhir tahun, pada Februari impor kembali menunjukkan peningkatan

���

baik secara tahunan maupun bulanan. Berdasarkan data BPS, nilai impor

���

pada Februari 2010 mencapai 9,50 miliar dolar AS atau meningkat

���

sebesar 63,23% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun

���
����

����

����

dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.9). Setelah menunjukkan tren positif

����

sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, impor pada triwulan I 2010
diperkirakan tumbuh mencapai 21,1% (yoy). Pangsa pertumbuhan impor

Grafik 2.8

terutama masih bersumber dari impor bahan baku/penolong yang tumbuh

Pertumbuhan Ekspor ke Negara Maju

membaik. Dilihat dari golongan komoditas HS 2 dijit, pertumbuhan nilai
impor pada Februari 2010 didorong oleh pertumbuhan impor beberapa
komoditas yang terkait dengan penambahan kapasitas produksi seperti

�����������������������������������������������������������

���

��������������

����

���

���������

���

�����

�������������������������������
�������������������������������

�����
�����

���

�����

���

�����

���

�����

��
��
��
��
��

����

��
����

��

��
����

��

��

��

����

��

Realisasi kinerja operasi keuangan Pemerintah selama Januari-

����

Februari 2010 diwarnai oleh pencapaian target APBN yang lebih

���������

����

baik untuk penerimaan dan belanja negara dibandingkan tahun

����

2009. Sebagaimana