ProdukHukum BankIndonesia
TENAGA KERJA ASING PADA PERBANKAN NASIONAL
Oleh: Tim Perbankan dan Enquiry Point
A.
PENDAHULUAN
Kehadiran pekerja asing dalam
perekonomian nasional suatu negara,
secara teroritis dimaksudkan untuk
menciptakan kompetisi yang pada
gilirannya akan menciptakan efisiensi
dan meningkatkan daya saing
perekonomian. Namun demikian,
kehadiran
pekerja
asing
juga
menimbulkan masalah sentimen
nasionalisme bagi sebagian kalangan
baik di negara maju maupun di
negara sedang berkembang.
Kebutuhan akan Tenaga Kerja Asing
(TKA) khususnya tenaga kerja yang
memiliki
keahlian
(high-skilled
worker) semakin meningkat seiring
dengan kemajuan ekonomi di suatu
negara. Masalah yang ditimbulkan
karena kurangnya tenaga ahli juga
dialami AS terutama pasca serangan
11
September
2001.
Setelah
serangan itu AS memperketat
masuknya
orang
asing.
Alan
Greenspan mengkhawatirkan kondisi
tersebut karena akan menurunkan
daya saing ekonomi AS dan
memperlebar perbedaan penghasilan
antara high-skilled dan lesser-skilled
worker. Greenspan menghimbau
agar pemerintah mempermudah
masuknya tenaga ahli asing bila ingin
mempertahankan
daya
saing
perekonomian
Amerika
Serikat.
Kebutuhan akan tenaga ahli tersebut
tidak dapat menunggu dilakukannya
terlebih dahulu reformasi sistem
pendidikan agar
menghasilkan
tenaga ahli yang dibutuhkan AS,
Greenspan mengatakan ”the world is
moving too fast for political and
1
bureaucratic dawdling”.
Khusus mengenai TKA, meskipun
liberalisasi yang dilakukan dalam
rangka WTO dimaksudkan untuk
mengatur
free
movement
of
personel, namun demikian, saat ini
movement
of
personel
masih
dikaitkan
dengan
kepemilikan
perusahaan. Artinya, apabila pihak
asing diizinkan untuk membeli atau
mendirikan suatu perusahaan maka
pihak asing tersebut juga dibolehkan
untuk
membawa
atau
memperkerjakan tenaga ahli atau
pimpinan
perusahaan.
Bagi
perbankan misalnya, bank asing
dibolehkan untuk mempekerjakan
tenaga ahli asing di bank tersebut.
Dalam kerangka WTO ini sektor jasa
yang ditawarkan sebanyak 5 (lima)
1
Alan Greenspan, The Age of Turbulence
Adventures in a New World, (New York: The
Penguin Press, 2007), hal 407
sektor jasa yaitu sektor pariwisata,
keuangan, telekomunikasi, angkutan
laut, dan konsultan konstruksi.
Komitmen yang diberikan dalam
Putaran Uruguay tersebut merupakan
komitmen liberalisasi multilateral
yang mengikat secara hukum bagi
negara terlibat dalam komitmen
tersebut. Dalam penyusunannya,
komitmen yang diberikan oleh
Indonesia
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan ketentuan
domestik yang berlaku. Dalam
komitmen ini dinyatakan bahwa
asing boleh membawa tenaga
ahlinya untuk bekerja di perusahaan
Indonesia.
Komitmen
ini
dimaksudkan
untuk
mengatasi
kelangkaan tenaga ahli pada industri
perbankan. Disamping itu juga
dimaksudkan
untuk
alih
pengetahuan.
mengenai persyaratan
kualifikasi tentang ahli.
Dalam
kaitannya
dengan
alih
pengetahuan,
komitmen
yang
diberikan oleh Indonesia dalam
rangka WTO, mensyaratkan bahwa
pihak
asing
dibolehkan
memperkerjakan tenaga ahli asing di
perbankan dengan ketentuan setiap
satu tenaga ahli diwajibkan untuk
mengangkat 2 (dua) understudies.
Akan tetapi persyaratan understudies
ini tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Salah satu penyebabnya
adalah tidak jelasnya ketentuan
Perjanjian Perdagangan Jasa (GATS)
dalam rangka WTO membolehkan
negara anggota untuk menerapkan
standar untuk mengakui pendidikan
dan keahlian yang dibutuhkan dan
harus dipenuhi oleh tenaga kerja
yang ingin bekerja di suatu sektor
industri jasa. Dalam kaitan ini
seyogianya standar tersebut tidak
ditetapkan oleh pemerintah akan
tetapi oleh organisasi profesi. Untuk
industri perbankan di Indonesia
misalnya,
dapat
disusun
oleh
Perbanas. Hal ini dimaksudkan agar
dan
atau
Dalam era yang semakin liberal,
melarang masuknya TKA apalagi
dalam kaitannya dengan intra
agencies transfer yaitu pembeli
perusahaan
dibolehkan
untuk
membawa pimpinan dan atau tenaga
ahli yang dibutuhkannya akan
membawa dampak ekonomi politik
dan hukum yang negatif. Satu hal
yang harus diperhatikan dalam
kaitannya dengan TKA adalah tidak
adanya standar keahlian yang
berlaku.
Standar
keahlian
ini
diperlukan untuk menyaring TKA
yang
datang
ke
Indonesia.
Pemberlakuan standar profesi ini
dapat menyeleksi kehadiran TKA
tanpa
melanggar
kewajiban
internasional
dalam
rangka
komitmen di WTO.
tidak
terjadi
konflik
dengan
ketentuan fit and proper test yang
diberlakukan oleh Bank Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, dalam tulisan ini akan dibahas
pengaturan mengenai TKA di
perbankan
Indonesia
dengan
membandingkan pada pengaturan
TKA di negara lain serta kewajiban
internasional mengenai pengurangan
hambatan tenaga kerja lintas negara
(movement of natural persons).
Liberalisasi Perdagangan Jasa dan
TKA
Salah satu unsur dari proses
liberalisasi sektor jasa adalah upaya
untuk
mengurangi
hambatan
pergerakan tenaga kerja atau yang
dikenal dengan Movement of Natural
Persons (MNP). Bentuk MNP ini terdiri
dari intra corporate transferee (ICT)
dan independent professional (IP)
dimana perbedaan antara keduanya
adalah ICT memerlukan keberadaan
perusahaan (asing) terlebih dahulu,
baru dilakukan pemindahan TKA dari
induk perusahaan atau cabang
perusahaan tersebut di luar negeri,
sementara IP tidak tergantung pada
keberadaan
perusahaan
asing
tersebut dan lebih merupakan
profesional yang menjual jasa
keahliannya.
Ketentuan WTO yang spesifik
mengatur mengenai MNP adalah
annex GATS on Movement of Natural
Persons
Supplying
under
the
Agreement (Annex on MNP). Annex
on MNP berlaku baik bagi natural
person yang bertindak sebagai
penyedia jasa (independent) maupun
natural person yang bekerja pada
perusahaan negara anggota. Namun
demikian, perjanjian tersebut tidak
berlaku bagi pencari kerja
(job
seeker) dalam arti bahwa pekerja
tersebut harus memiliki akses pada
pasar kerja negara anggota, serta
tidak berlaku bagi measures yang
terkait dengan kewarganegaraan,
residensi, atau employment yang
bersifat permanen. Lebih lanjut,
untuk melindungi integrity dan untuk
memastikan pergerakan MNP antar
negara secara lebih baik, negara
anggota
dimungkinkan
untuk
melakukan pengaturan mengenai
masuknya MNP ke dalam suatu
wilayah negara.
Pengurangan hambatan MNP oleh
negara anggota dilakukan melalui
perundingan
dan
hasilnya
dicantumkan dalam schedule of
commitments masing-masing negara.
Secara umum, negara anggota WTO,
terutama negara maju, sangat
membatasi pergerakan tenaga kerja
lintas negara. Berbeda pada mode 1
(cross border supply) dan mode 3
(commercial presence) yang agresif,
negara maju cenderung membatasi
komitmen MNP dari negara lain
terutama untuk melindungi tenaga
kerja domestiknya.
Indonesia telah memiliki komitmen
mode 4 termasuk di sektor
perbankan. Secara umum komitmen
mode 4 mendasarkan pada economic
need test dimana masuknya TKA
didasarkan pada ada tidaknya
kebutuhan atas TKA dimaksud,
terutama untuk posisi manager dan
technical expert. Sementara untuk
sektor
perbankan,
komitmen
Indonesia meliputi :
1. pihak asing dapat menjadi
pengurus pada bank campuran
dimana jumlah pengurus dari
pihak asing disesuaikan dengan
proporsi kepemilikan saham pihak
asing;
2. untuk Bank Asing, diantara
pengurus
bank
tersebut
(executive position) minimal salah
satunya harus WNI;
3. economic needs test tidak berlaku
untuk sektor perbankan bagi TKA
berupa technical expert dan
manager,
namun
terdapat
kewajiban bagi mereka untuk
mengangkat 2 WNI sebagai
understudies;
4. kemungkinan pemberian izin
secara temporer (temporary entry)
bagi technical expert/advisor dari
KC Bank Asing dan Bank
Campuran untuk jangka waktu
maksimum 3 bulan/orang.
Pengaturan TKA di Perbankan
Indonesia
Di sektor perbankan, Indonesia telah
memiliki peraturan yang mengatur
penggunaan TKA oleh perbankan
nasional yang dituangkan dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
9/8/PBI/2007 tentang Pemanfaatan
TKA dan Program Alih Pengetahuan
di Sektor Perbankan. PBI tersebut
merupakan pelaksanaan dari Pasal 39
UU Perbankan yang mengatur bahwa
perbankan
Indonesia
dapat
menggunakan TKA dengan beberapa
pembatasan.
Salah satu alasan dikeluarkannya PBI
tersebut adalah untuk merespon
semakin terbukanya kesempatan
investasi dalam berbagai sektor,
termasuk sektor perbankan nasional,
yang
membawa
konsekuensi
terhadap meningkatnya pemanfaatan
TKA oleh bank. Selain itu, terdapat
kebutuhan
untuk
memenuhi
kekurangan tenaga ahli di sektor
perbankan, serta dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan tenaga
kerja Indonesia melalui program alih
pengetahuan
(transfer
of
knowledge).
!
PBI ini tidak dimaksudkan untuk
melakukan pembatasan terhadap
pemanfaatan
TKA
di
sektor
perbankan, namun lebih mengarah
pada pengaturan yang bersifat lebih
moderat
untuk
memberikan
ketertiban dan kepastian hukum
kepada semua pihak.
Secara umum tujuan pengaturan PBI
ini antara lain adalah untuk:
a. memperjelas bidang-bidang tugas
tertentu dan jabatan-jabatan
tertentu yang diperkenankan
untuk diisi oleh TKA di sektor
perbankan;
b. memperjelas persyaratan yang
harus dimiliki oleh TKA untuk
mengisi jabatan-jabatan tertentu;
serta
c. memperjelas tata cara program
alih pengetahuan dari TKA
terutama kepada pegawai Bank,
pelajar/mahasiswa,
dan/atau
masyarakat umum.
Pada
prinsipnya,
bank
dapat
memanfaatkan TKA pada level
jabatan-jabatan
tertentu,
yaitu
bidang-bidang tugas yang dinilai
belum sepenuhnya dapat diisi oleh
Tenaga Kerja Indonesia dikarenakan
kualifikasi keahlian Tenaga Kerja
Indonesia belum memadai.
Bidang-bidang tugas tertentu yang
diperkenankan untuk diisi oleh TKA
tersebut diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia, yaitu SE No.
9/27/DPNP
tentang
Pelaksanaan
Pemanfaatan TKA dan Program Alih
Pengetahuan di sektor Perbankan.
Beberapa pengaturan pemanfaatan
TKA di Perbankan Indonesia antara
lain:
a. Jabatan-jabatan
yang
diperkenankan untuk diduduki
oleh TKA (tergantung pada
kelompoknya) adalah i) Komisaris
dan Direksi; ii) Pejabat Eksekutif;
dan/atau
iii)
Tenaga
Ahli/Konsultan.
b. Bank dilarang memanfaatkan TKA
pada bidang tugas Personalia dan
Kepatuhan.
c. TKA
wajib
memenuhi
persyaratan:
i)
memiliki
pengalaman dan keahlian sesuai
bidang
tugas
yang
akan
ditempati;
dan
ii)
tidak
merangkap jabatan pada Bank,
perusahaan, atau lembaga lain.
d. Terdapat 4 (empat) kelompok
bank yang dapat memanfaatkan
TKA, yaitu:
1) Bank yang 25% (dua puluh
lima perseratus) atau lebih
sahamnya dimiliki oleh warga
negara asing dan atau badan
hukum
asing,
dapat
memanfaatkan TKA untuk
jabatan Komisaris, Direksi,
Pejabat Eksekutif, dan/atau
Tenaga Ahli/Konsultan;
2) Bank yang kurang dari 25%
(dua puluh lima perseratus)
sahamnya dimiliki oleh warga
negara asing dan/atau badan
hukum asing, hanya dapat
menggunakan TKA untuk
jabatan Tenaga Ahli/Konsultan
(namun masih terbuka untuk
diberikan pengecualian bagi
jabatan
Pengurus
sesuai
kondisi tertentu);
3) Kantor Cabang Bank Asing
(KCBA),
hanya
dapat
menggunakan TKA untuk
jabatan
Pimpinan
Kantor
Cabang; dan/atau Tenaga
Ahli/Konsultan (namun masih
dapat diberikan pengecualian
untuk jabatan selain jabatan
yang diatur tersebut dengan
memperoleh persetujuan BI
terlebih dahulu); dan
4) Kantor Perwakilan Bank Asing,
hanya dapat menggunakan
TKA untuk jabatan Pemimpin
Kantor Perwakilan dan/atau
Tenaga
Ahli/Konsultan
(namun
masih
terbuka
pengecualian
sebagaimana
halnya untuk KCBA).
5) Bank
wajib
menjamin
terjadinya alih pengetahuan
(transfer of knowledge) dalam
pemanfaatan TKA.
6) Kewajiban alih pengetahuan
berlaku bagi Pejabat Eksekutif
dan/atau
Tenaga
Ahli/Konsultan, dan dilakukan
melalui: i) penunjukan 2 (dua)
orang tenaga pendamping
untuk 1 (satu) orang TKA; ii)
pendidikan dan pelatihan
kerja
bagi
tenaga
pendamping;
dan
iii)
pelaksanaan pelatihan atau
pengajaran oleh TKA dalam
jangka
waktu
tertentu
terutama kepada pegawai
Bank,
pelajar/mahasiswa,
dan/atau masyarakat umum.
7) Jangka waktu pemanfaatan
setiap TKA paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang
1 (satu) kali paling lama 1
(satu) tahun.
Pengaturan TKA Perbankan di
Beberapa Negara
Malaysia
Secara umum pengaturan TKA di
Malaysia juga mengutamakan warga
Malaysia. Namun demikian, terdapat
prinsip non diskriminasi sebagaimana
diatur dalam labour law article 60L:2
dimana baik TK Malaysia dan TKA
dapat mengajukan complaint kepada
Pemerintah dalam hal terdapat
diskriminasi yang diberikan oleh
pemberi kerja. Pengertian TKA
tersebut tidak meliputi orang asing
yang telah memperoleh permanent
"
resident Malaysia yang haknya telah
menyerupai TK Malaysia.
mendapatkan Entry Permit, antara
lain:
Suatu perusahaan hanya dapat
mempekerjakan tenaga kerja asing di
bidang pertanian dan manufaktur.
Namun demikian tidak semua tenaga
kerja asing dapat bekerja di bidang
ini. Hanya warga negara Kamboja,
Indonesia,
Filipina,
Srilangka,
Thailand, Bangladesh, dan Pakistan
yang diperbolehkan bekerja di sektor
ini.
1. Orang
yang
mempunyai
kemampuan dengan kualifikasi
khusus atau yang dikategorikan
sebagai profesional.
Tenaga kerja asing yang boleh
bekerja di Malaysia adalah tenaga
kerja asing yang berstatus sebagai
Permanent
Resident.
Permanent
Resident adalah penduduk yang
tinggal secara tetap (permanen) di
suatu daerah tertentu. Sebelum
seseorang mengajukan permohonan
untuk mendapatkan status sebagai
permanent
resident,
yang
bersangkutan
harus
tetap
mendapatkan izin masuk (Entry
Permit) untuk tinggal di Malaysia
setelah izin tinggal habis jangka
waktunya. Penerbitan Entry Permit
yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi
bukan hak dari tenaga kerja asing
melainkan lebih mengarah kepada
persyaratan (eligibility).
Berdasarkan
The
Immigration
(Prohibition of Entry) Order 1963,
hanya beberapa orang dengan
kategori tertentu yang berhak
2. Orang yang mempunyai sertifikat
dari Kementerian Perumahan
Rakyat (The Ministry of Home
Affairs)
di
mana
yang
bersangkutan
dapat
meningkatkan
perekonomian
Malaysia.
3. Istri atau anak di bawah 6 (enam)
tahun dari orang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.
4. Seorang istri warga negara
Malaysia yang telah tinggal
terpisah dari suaminya selama 5
(lima) tahun.
5. Anak warga negara Malaysia di
bawah 6 (enam) tahun.
6. Karena suatu alasan khusus.
Syarat suatu perusahaan boleh
mempekerjakan tenaga kerja asing di
bidang lain adalah apabila tenaga
kerja lokal di Malaysia belum
mempunyai
kemampuan
yang
dibutuhkan oleh perusahaan tersebut
ataupun
tenaga
kerja
bidang
pekerjaan dimaksud tidak ada di
Malaysia.
Perusahaan
yang
diperbolehkan
mempekerjakan tenaga kerja asing
dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu
perusahaan dengan modal luar
negeri US$ 2 juta atau lebih.
Perusahaan ini secara otomatis
diperbolehkan menempatkan 5 (lima)
orang tenaga kerja asing di
perusahaannya. Jumlah tersebut
sudah termasuk tenaga kerja asing
yang dipekerjakan di kantor pusat
perusahaan
tersebut.
Namun
demikian perusahaan diperbolehkan
untuk menambah jumlah tenaga
kerja asing apabila diperlukan
dengan syarat harus mengajukan
permohonan kepada Departemen
Sumber Daya Manusia. Kategori
perusahaan
lainnya
adalah
perusahaan dengan modal luar
negeri kurang dari US$ 2 juta.
Perusahaan dalam kategori ini
diperbolehkan
mempekerjakan
tenaga kerja asing di bidang-bidang
tertentu.
Sementara untuk perbankan dan
financial institution tidak terdapat
pengaturan yang spesifik terkait
penggunaan TKA. Dalam Banking
and Financial Institutions Act 1989
(BAFIA 1989) hanya diatur bahwa
pengangkatan pimpinan bank di
Malaysia hanya dapat dilakukan
setelah memperoleh persetujuan dari
Bank Negara Malaysia. Selain itu,
pimpinan bank (chief executive) di
Malaysia
juga
harus
menetap
(resident) di Malaysia selama periode
jabatannya.
Dalam Pasal 56 BAFIA 1989 hanya
diatur bahwa yang tidak dapat
menjadi pimpinan bank adalah:
1. Pailit atau telah melakukan
penundaan pembayaran baik
terjadi di dalam atau di luar
Malaysia;
2. Melakukan tindak pidana terkait
dengan dishonesty, fraud atau
violence yang diancam dengan
hukuman 1 tahun yang telah
diputus oleh Pengadilan baik di
dalam maupun luar Malaysia;
3. Dihukum
karena
tindakan
pelanggaran (offence) terhadap
BAFIA;
4. Apabila melawan hukum, pernah
ditahan, dideportasi, atau pernah
berada di bawah pengawasan
karena kejahatan atau obatobatan terlarang;
5. Apabila
yang
bersangkutan
pernah menjadi direktur atau
secara langsung terkait dalam
manajemen atau perusahaan
yang dinyatakan bermasalah oleh
otoritas yang berwenang di
Malaysia
ataupun
di
luar
Malaysia.
Khusus ketentuan huruf e di atas,
orang yang memenuhi kriteria
tersebut dapat tetap menjabat atas
izin
Menkeu
berdasarkan
rekomendasi Bank Negara Malaysia.
#
Thailand
Thailand
menetapkan
beberapa
pekerjaan yang dapat diduduki oleh
TKA. Setiap orang asing hanya dapat
bekerja
di
Thailand
setelah
memperoleh izin dari Departemen
Tenaga Kerja kecuali orang asing
yang diizinkan tinggal sementara
sesuai dengan UU Imigrasi untuk
melakukan pekerjaan yang sangat
diperlukan untuk jangka waktu tidak
lebih dari 15 hari. Untuk kasus yang
terakhir, pihak asing tersebut cukup
memberitahukan
secara
tertulis
kepada Departemen Tenaga Kerja
Thailand.
Selain harus memenuhi ketentuan
keimigrasian, jenis pekerjaan yang
terbuka bagi TKA juga terbatas pada
daftar
yang
tercantum
dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dengan pembatas jangka waktu
kerjanya.
Seseorang yang ingin bekerja di
Thailand
harus
mengajukan
permohonan visa untuk non imigran
tipe
“B”
(visa
bisnis)
dari
Kedutaan/Konsulat Thailand. Apabila
seseorang telah masuk ke Thailand,
pemilik
perusahaan
dapat
mengajukan permohonan visa satu
tahun dari kantor imigrasi.
Sebagaimana halnya pengaturan di
Malaysia, pengaturan TKA sektor
perbankan di Thailand tidak diatur
secara spesifik. Dalam Commercial
Banking Act B.E 2505 Section 12
quarter,
hanya
diatur
bahwa
seseorang tidak diperbolehkan untuk
memperoleh
jabatan
sebagai
direktur, manajer, wakil manajer,
asisten manajer, atau konsultan di
suatu perbankan apabila:
1. Pernah dinyatakan pailit;
2. Diputuskan bersalah berdasarkan
keputusan tetap di pengadilan
berkaitan dengan integritas;
3. Dipecat dari kantor pemerintah
atau
organisasi
pemerintah
lainnya;
4. Telah menjadi direktur, manajer,
deputi manajer, asisten manajer
pada bank umum yang sah
kecuali memperoleh izin dari Bank
of Thailand;
5. Dipindahkan dari posisinya di
bank
komersial
dengan
rekomendasi menteri berdasarkan
section 25;
6. Bergerak di bidang jasa politik;
7. Menjadi pegawai pemerintah
yang
bertugas
mengawasi
perbankan
Thailand
kecuali
memperoleh izin dari Menteri
Keuangan;
8. Menjadi manajer, deputi manajer,
asisten manajer dari partnership
ataupun perusahaan terbatas
dimana kedudukannya sebagai
shareholder, kecuali ditunjuk
sebagai direktur aau konsultan
$
dari bank komersial tanpa
mempunyai kewenangan untuk
memutus.
Jepang
Berdasarkan The Immigration Control
and Refugee Recognition Law, TKA
yang dapat bekerja di Jepang terdiri
atas beberapa kategori. Kategori
pertama adalah TKA yang dapat
bekerja di semua bidang pekerjaan di
Jepang. TKA dalam kategori ini
adalah TKA yang mempunyai status
sebagai
permanent
resident,
keturunan atau anak dari warga
negara Jepang, keturunan atau anak
dari permanent resident, dan long
term resident. TKA yang mempunyai
salah satu status tersebut, bebas
memilih pekerjaan dan dapat dengan
bebas untuk pindah kerja sesuai
keinginan mereka.
Kategori lainnya adalah TKA yang
hanya boleh bekerja di bidangbidang tertentu adalah profesor,
artis, rohaniawan, investor, jasa
akuntan,
jasa
medis,
peneliti,
instruktur, insinyur, spesialis di
bidang
humanistis
dan
jasa
internasional,
tenaga
kerja
berpengalaman,
dll.
Namun
demikian, TKA yang masuk dalam
kategori
ini
apabila
mereka
menginginkan
peningkatan
penghasilan di luar pekerjaannya,
TKA dimaksud dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh
ekstra
status
atau
mengubah
residential status mereka.
Kategori lainnya adalah TKA yang
tidak boleh bekerja di Jepang kecuali
memperoleh status tambahan yaitu
mahasiswa, calon mahasiswa, aktivis
kebudayaan, dan berstatus sebagai
tanggungan orang lain. Mahasiswa
atau calon mahasiswa yang ingin
bekerja, harus mendapatkan izin
terlebih dahulu dari Kantor Imigrasi.
Izin tersebut dapat diperoleh apabila
pekerjaan
tersebut
tidak
mengganggu aktivitas pokok mereka.
Untuk ketenagakerjaan di sektor
perbankan, tidak terdapat aturan
yang spesifik yang menyangkut TKA,
hanya
terdapat
pengaturan
mengenai Direktur Bank. Berdasarkan
article 7 Banking Law 1981, terdapat
pembatasan posisi direktur dalam
suatu bank. Seseorang yang telah
menjabat sebagai direktur di suatu
bank, tidak dapat menjabat dengan
jabatan yang sama di perusahaan lain
kecuali mendapatkan izin dari
Menteri Keuangan.
Uni Eropa
Pergerakan tenaga kerja asing di
negara-negara Eropa yang tergabung
dalam European Union atau Uni
Eropa secara umum tidak ada
pembatasannya. Batasan bagi tenaga
kerja asing hanya ada di lingkup
persyaratan keimigrasian. Bahkan
bagi tenaga kerja asing yang
mempunyai keahlian tinggi atau
khusus diberikan kemudahan yakni
dengan diberlakukannya blue card.
Kemudian bagi tenaga kerja asing
yang berasal dari negara-negara yang
tergabung dalam Uni Eropa, apabila
ingin bekerja di salah satu negara Uni
Eropa,
persyaratan-persyaratan
keimigrasian tidak berlaku. Sebagai
contoh di Jerman, tenaga kerja asing
non Uni Eropa yang ingin bekerja di
Jerman harus memiliki dokumendokumen keimgrasian yang lengkap,
misalnya visa dan passport, izin
tinggal dan izin bekerja. Lain halnya
bagi tenaga kerja asing yang berasal
dari negara-negara Uni Eropa dimana
persyaratan-persyaratan
tersebut
tidak berlaku karena tidak terdapat
pembatasan untuk lalu lintas bagi
tenaga kerja yang berasal dari
negara-negara Uni Eropa.
Pengaturan tenaga kerja asing di
sektor perbankan di Jerman secara
umum tidak ada pembatasan. Di
dalam General Provisions German
Banking Act (Gesetz über das
Kreditwesen), diatur bahwa orang
yang bertugas untuk memimpin
manajemen dan berhak mewakili
bank disebut sebagai Managers.
Lebih lanjut di dalam German
Banking Act hanya diatur bahwa
orang-orang yang akan duduk
sebagai Managers pada suatu bank
harus
memperoleh
persetujuan
terlebih dahulu dari Federal Financial
Supervisory Authority dan Deutsche
Bundesbank. Calon Managers suatu
bank harus mempunyai pengalaman
dan
kemampuan
di
bidang
perbankan
serta
kemampuan
manajerial. Selain itu calon Managers
tersebut harus merupakan orang
yang terpercaya yang akan diseleksi
oleh Federal Financial Supervisory
Authority dan Deutsche Bundesbank.
Tidak terdapatnya pembatasan bagi
tenaga kerja asing juga berlaku bagi
kantor cabang dan kantor perwakilan
bank asing di Jerman. Menurut
German Banking Act hanya diatur
keharusan bagi Managers kantor
cabang atau kantor perwakilan bank
asing untuk bermukim di Jerman
bukan
keharusan
untuk
memperkerjakan tenaga kerja yang
berasal dari warga negara Jerman.
Managers kantor cabang atau kantor
perwakilan bank asing tersebut tetap
harus
memenuhi
persyaratan
sebagaimana diatur dalam German
Banking Act dan identitasnya harus
dilaporkan kepada Federal Financial
Supervisory Authority dan Deutsche
Bundesbank selaku otoritas pengatur
dan pengawas perbankan di Jerman.
Penutup
Pengaturan penggunaan TKA untuk
sektor perbankan di Indonesia
terdapat dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/8/PBI/2007
tentang tentang Pemanfaatan TKA
dan Program Alih Pengetahuan di
Sektor Perbankan.
Adapun
secara
umum
tujuan
pengaturan dalam PBI ini antara lain
adalah untuk memperjelas bidangbidang tugas tertentu dan jabatanjabatan tertentu yang diperkenankan
untuk diisi oleh TKA di sektor
perbankan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memanfaatkan
TKA di Perbankan Indonesia antara
lain
jenis-jenis
jabatan
yang
diperkenankan untuk diisi oleh TKA,
kemampuan teknis perbankan yang
harus dimiliki oleh TKA, pengalaman
TKA di bidang perbankan, jenis-jenis
bank yang dapat memanfaatkan
TKA, kewajiban alih pengetahuan
(transfer of knowledge) dan jangka
waktu pemanfaatan TKA oleh bank.
Hal yang berbeda terjadi di beberapa
negara lain, seperti di Malaysia,
Thailand, Jepang dan Uni Eropa.
Secara umum pada negara-negara
tersebut tidak terdapat pengaturan
tentang pemanfaatan TKA di sektor
perbankan. Hal-hal yang diatur di
dalam regulasi perbankan terkait
dengan sumber daya manusia hanya
berupa
keharusan
bagi
calon
pemimpin bank untuk mempunyai
keahlian dan pengalaman yang
cukup di bidang perbankan serta
integritas yang baik. Bahkan di
Jerman, yang merupakan salah satu
negara yang tergabung dalam Uni
Eropa, untuk kantor cabang dan
kantor perwakilan bank asing untuk
posisi pimpinan kantor dibolehkan
diisi oleh TKA dengan persyaratan
TKA tersebut harus bermukim di
Jerman.
Adapun pembatasan yang dilakukan
terhadap TKA di Malaysia, Thailand,
Jepang dan Uni Eropa hanya berada
di
ruang
lingkup
persyaratan
keimigrasian, dimana TKA yang ingin
bekerja di negara-negara tersebut
harus
mempunyai
dokumendokumen perizinan yang legal dan
lengkap. Dengan adanya dokumen
perizinan yang legal dan lengkap
maka
akan
memberikan
perlindungan kepada TKA tersebut.
Pengaturan
TKA
melalui
PBI
No.9/8/PBI/2007
tentang
Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan
Program Alih Pengetahuan di Sektor
Perbankan Indonesia di satu sisi
bertujuan untuk melindungi dan
memastikan ketersediaan tenaga
kerja Indonesia di negaranya sendiri.
Namun di sisi lain pengaturan
tersebut dapat menimbulkan kesan
seolah-olah
ada
pembatasan
terhadap penggunaan TKA di sektor
perbankan. Adanya pengaturan yang
ketat
tersebut
menyebabkan
perbankan tidak leluasa untuk
mempergunakan TKA sesuai dengan
kebutuhan organisasinya. Dengan
demikian,
perbankan
harus
menyesuaikan kembali kebutuhan
akan TKA yang tidak dapat dipenuhi
oleh tenaga kerja lokal. Kebutuhan
tersebut harus disesuaikan dengan
aturan yang berlaku sehingga
perbankan tidak terkena sanksi.
Pembatasan
TKA
dikhawatirkan
dapat menghambat perkembangan
perbankan itu sendiri. Perbankan kini
dihadapkan pada persaingan ketat
sehingga perbankan terus dituntut
untuk melakukan inovasi dalam
pelayanannya
kepada
nasabah.
Sementara itu kebutuhan sumber
daya manusia dari dalam negeri yang
mempunyai keahlian masih kurang.
Kekurangan akan keahlian sumber
daya manusia dari dalam negeri
seharusnya dapat diisi oleh TKA.
Dengan adanya pembatasan tersebut
perbankan harus melakukan evaluasi
terhadap rencana penggunaan TKA
sehingga
pada
akhirnya
menyebabkan ketidakefisienan dalam
manajemen sumber daya manusia.
Sebaiknya tidak perlu dilakukan
pengaturan yang sangat ketat dalam
hal penggunaan TKA di sektor
perbankan Indonesia. Adapun yang
perlu diatur secara detail adalah
meliputi permasalahan keimigrasian
dan persyaratan kualifikasi keahlian
sumber daya manusia di sektor
perbankan. Lebih lanjut bagi TKA
yang
bekerja
di
perbankan
seharusnya diatur secara jelas dan
transparan mengenai persyaratan
kualifikasi keahlian yang harus
dipenuhi oleh TKA tersebut yakni
mengenai pemberlakuan standar
profesi dan kewajiban menunjuk
understudy. Dengan memberlakukan
standar profesi dan kewajiban
menunjuk
understudy
maka
kekhawatiran
dengan
semakin
dominannya TKA dalam industri
perbankan
dapat
diminimalkan.
Membiarkannya tidak diatur akan
berdampak negatif yaitu masuknya
TKA
yang
berkualitas
dan
berkompetensi rendah. Hal ini akan
menciptakan industri perbankan yang
rapuh.
Secara empiris terlihat bahwa
kehancuran industri perbankan atau
bangkrutnya suatu bank umumnya
disebabkan oleh salah kelola dan
penerapan prinsip good govenance
yang lemah.2 Kehadiran bankir asing
2
Enron Corporation adalah salah satu contoh
perusahaan yang tidak menerapkan Good
Corporate Governance dengan baik. Enron
menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir
2001, ketika terungkap bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung
terutama oleh penipuan akuntansi yang
yang
sesuai
dengan
standar
kompetensi yang diatur secara jelas
tentunya akan membawa angin
positif tidak saja untuk alih
sistematis, terlembaga, dan direncanakan
secara kreatif. Sejak akhir tahun 2000, ketika
harga saham Enron di posisi puncak, para
eksekutif menjual saham yang mereka miliki
dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama
empat tahun terakhir, Kenneth L. Lay (Ken
Lay), presiden komisaris sekaligus direktur
Enron sendiri diperkirakan meraup untung
US$ 205 juta dari penjualan sahamnya.
Dalam kurun yang sama dia membujuk
karyawan dan investor untuk membeli saham
Enron, antara lain dengan iming-iming
laporan keuangan yang menjanjikan tapi
palsu itu. Bahkan pada 26 September 2001,
ketika harga saham jatuh menjadi US$ 25 per
lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur
karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya
membujuk mereka membeli. Dalam e-mail
yang dikirimkan kepada para karyawan yang
risau, dia mengatakan perusahaan dalam
kondisi sehat secara keuangan dan bahwa
harga saham Enron "luar biasa murah" dalam
posisi itu. Namun, hanya beberapa pekan
kemudian, Enron melaporkan kerugian yang
bermuara pada kebangkrutannya. Para
karyawan tak bisa menjual saham mereka
sampai semuanya sudah terlambat: Enron
kehilangan nilai sama sekali.
melaporkan
Operasinya
di
Eropa
kebangkrutannya pada 30 November 2001,
dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di
AS
Enron
mengajukan
permohonan
perlindungan Chapter 11 (Reorganization)
US Bankruptcy Code yang mengatur tentang,
restrukturisasi dan penyehatan perusahaan
debitur. Saat itu, kasus tersebut merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan
menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan
pekerjaan mereka. Sejak itu, Enron menjadi
lambang populer dari penipuan dan korupsi
korporasi yang dilakukan secara sengaja.
(Dikutip
dari
Wikipedia
Indonesia
(id.wikipedia.org) dan korantempoonline
“Enron dan Sisi Gelap Kapitalisme” 23
Januari 2002 (www. korantempo.com)).
pengetahuan
tetapi
sekaligus
membawa budaya kerja (corporate
culture) yang baik.
Pengaturan mengenai aspek-aspek
tersebut di atas diharapkan dapat
menciptakan meningkatkan daya
saing perbankan di Indonesia dan
pada gilirannya dapat meningkatkan
daya saing perekonomian Indonesia.
!
Oleh: Tim Perbankan dan Enquiry Point
A.
PENDAHULUAN
Kehadiran pekerja asing dalam
perekonomian nasional suatu negara,
secara teroritis dimaksudkan untuk
menciptakan kompetisi yang pada
gilirannya akan menciptakan efisiensi
dan meningkatkan daya saing
perekonomian. Namun demikian,
kehadiran
pekerja
asing
juga
menimbulkan masalah sentimen
nasionalisme bagi sebagian kalangan
baik di negara maju maupun di
negara sedang berkembang.
Kebutuhan akan Tenaga Kerja Asing
(TKA) khususnya tenaga kerja yang
memiliki
keahlian
(high-skilled
worker) semakin meningkat seiring
dengan kemajuan ekonomi di suatu
negara. Masalah yang ditimbulkan
karena kurangnya tenaga ahli juga
dialami AS terutama pasca serangan
11
September
2001.
Setelah
serangan itu AS memperketat
masuknya
orang
asing.
Alan
Greenspan mengkhawatirkan kondisi
tersebut karena akan menurunkan
daya saing ekonomi AS dan
memperlebar perbedaan penghasilan
antara high-skilled dan lesser-skilled
worker. Greenspan menghimbau
agar pemerintah mempermudah
masuknya tenaga ahli asing bila ingin
mempertahankan
daya
saing
perekonomian
Amerika
Serikat.
Kebutuhan akan tenaga ahli tersebut
tidak dapat menunggu dilakukannya
terlebih dahulu reformasi sistem
pendidikan agar
menghasilkan
tenaga ahli yang dibutuhkan AS,
Greenspan mengatakan ”the world is
moving too fast for political and
1
bureaucratic dawdling”.
Khusus mengenai TKA, meskipun
liberalisasi yang dilakukan dalam
rangka WTO dimaksudkan untuk
mengatur
free
movement
of
personel, namun demikian, saat ini
movement
of
personel
masih
dikaitkan
dengan
kepemilikan
perusahaan. Artinya, apabila pihak
asing diizinkan untuk membeli atau
mendirikan suatu perusahaan maka
pihak asing tersebut juga dibolehkan
untuk
membawa
atau
memperkerjakan tenaga ahli atau
pimpinan
perusahaan.
Bagi
perbankan misalnya, bank asing
dibolehkan untuk mempekerjakan
tenaga ahli asing di bank tersebut.
Dalam kerangka WTO ini sektor jasa
yang ditawarkan sebanyak 5 (lima)
1
Alan Greenspan, The Age of Turbulence
Adventures in a New World, (New York: The
Penguin Press, 2007), hal 407
sektor jasa yaitu sektor pariwisata,
keuangan, telekomunikasi, angkutan
laut, dan konsultan konstruksi.
Komitmen yang diberikan dalam
Putaran Uruguay tersebut merupakan
komitmen liberalisasi multilateral
yang mengikat secara hukum bagi
negara terlibat dalam komitmen
tersebut. Dalam penyusunannya,
komitmen yang diberikan oleh
Indonesia
lebih
rendah
jika
dibandingkan dengan ketentuan
domestik yang berlaku. Dalam
komitmen ini dinyatakan bahwa
asing boleh membawa tenaga
ahlinya untuk bekerja di perusahaan
Indonesia.
Komitmen
ini
dimaksudkan
untuk
mengatasi
kelangkaan tenaga ahli pada industri
perbankan. Disamping itu juga
dimaksudkan
untuk
alih
pengetahuan.
mengenai persyaratan
kualifikasi tentang ahli.
Dalam
kaitannya
dengan
alih
pengetahuan,
komitmen
yang
diberikan oleh Indonesia dalam
rangka WTO, mensyaratkan bahwa
pihak
asing
dibolehkan
memperkerjakan tenaga ahli asing di
perbankan dengan ketentuan setiap
satu tenaga ahli diwajibkan untuk
mengangkat 2 (dua) understudies.
Akan tetapi persyaratan understudies
ini tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Salah satu penyebabnya
adalah tidak jelasnya ketentuan
Perjanjian Perdagangan Jasa (GATS)
dalam rangka WTO membolehkan
negara anggota untuk menerapkan
standar untuk mengakui pendidikan
dan keahlian yang dibutuhkan dan
harus dipenuhi oleh tenaga kerja
yang ingin bekerja di suatu sektor
industri jasa. Dalam kaitan ini
seyogianya standar tersebut tidak
ditetapkan oleh pemerintah akan
tetapi oleh organisasi profesi. Untuk
industri perbankan di Indonesia
misalnya,
dapat
disusun
oleh
Perbanas. Hal ini dimaksudkan agar
dan
atau
Dalam era yang semakin liberal,
melarang masuknya TKA apalagi
dalam kaitannya dengan intra
agencies transfer yaitu pembeli
perusahaan
dibolehkan
untuk
membawa pimpinan dan atau tenaga
ahli yang dibutuhkannya akan
membawa dampak ekonomi politik
dan hukum yang negatif. Satu hal
yang harus diperhatikan dalam
kaitannya dengan TKA adalah tidak
adanya standar keahlian yang
berlaku.
Standar
keahlian
ini
diperlukan untuk menyaring TKA
yang
datang
ke
Indonesia.
Pemberlakuan standar profesi ini
dapat menyeleksi kehadiran TKA
tanpa
melanggar
kewajiban
internasional
dalam
rangka
komitmen di WTO.
tidak
terjadi
konflik
dengan
ketentuan fit and proper test yang
diberlakukan oleh Bank Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut di
atas, dalam tulisan ini akan dibahas
pengaturan mengenai TKA di
perbankan
Indonesia
dengan
membandingkan pada pengaturan
TKA di negara lain serta kewajiban
internasional mengenai pengurangan
hambatan tenaga kerja lintas negara
(movement of natural persons).
Liberalisasi Perdagangan Jasa dan
TKA
Salah satu unsur dari proses
liberalisasi sektor jasa adalah upaya
untuk
mengurangi
hambatan
pergerakan tenaga kerja atau yang
dikenal dengan Movement of Natural
Persons (MNP). Bentuk MNP ini terdiri
dari intra corporate transferee (ICT)
dan independent professional (IP)
dimana perbedaan antara keduanya
adalah ICT memerlukan keberadaan
perusahaan (asing) terlebih dahulu,
baru dilakukan pemindahan TKA dari
induk perusahaan atau cabang
perusahaan tersebut di luar negeri,
sementara IP tidak tergantung pada
keberadaan
perusahaan
asing
tersebut dan lebih merupakan
profesional yang menjual jasa
keahliannya.
Ketentuan WTO yang spesifik
mengatur mengenai MNP adalah
annex GATS on Movement of Natural
Persons
Supplying
under
the
Agreement (Annex on MNP). Annex
on MNP berlaku baik bagi natural
person yang bertindak sebagai
penyedia jasa (independent) maupun
natural person yang bekerja pada
perusahaan negara anggota. Namun
demikian, perjanjian tersebut tidak
berlaku bagi pencari kerja
(job
seeker) dalam arti bahwa pekerja
tersebut harus memiliki akses pada
pasar kerja negara anggota, serta
tidak berlaku bagi measures yang
terkait dengan kewarganegaraan,
residensi, atau employment yang
bersifat permanen. Lebih lanjut,
untuk melindungi integrity dan untuk
memastikan pergerakan MNP antar
negara secara lebih baik, negara
anggota
dimungkinkan
untuk
melakukan pengaturan mengenai
masuknya MNP ke dalam suatu
wilayah negara.
Pengurangan hambatan MNP oleh
negara anggota dilakukan melalui
perundingan
dan
hasilnya
dicantumkan dalam schedule of
commitments masing-masing negara.
Secara umum, negara anggota WTO,
terutama negara maju, sangat
membatasi pergerakan tenaga kerja
lintas negara. Berbeda pada mode 1
(cross border supply) dan mode 3
(commercial presence) yang agresif,
negara maju cenderung membatasi
komitmen MNP dari negara lain
terutama untuk melindungi tenaga
kerja domestiknya.
Indonesia telah memiliki komitmen
mode 4 termasuk di sektor
perbankan. Secara umum komitmen
mode 4 mendasarkan pada economic
need test dimana masuknya TKA
didasarkan pada ada tidaknya
kebutuhan atas TKA dimaksud,
terutama untuk posisi manager dan
technical expert. Sementara untuk
sektor
perbankan,
komitmen
Indonesia meliputi :
1. pihak asing dapat menjadi
pengurus pada bank campuran
dimana jumlah pengurus dari
pihak asing disesuaikan dengan
proporsi kepemilikan saham pihak
asing;
2. untuk Bank Asing, diantara
pengurus
bank
tersebut
(executive position) minimal salah
satunya harus WNI;
3. economic needs test tidak berlaku
untuk sektor perbankan bagi TKA
berupa technical expert dan
manager,
namun
terdapat
kewajiban bagi mereka untuk
mengangkat 2 WNI sebagai
understudies;
4. kemungkinan pemberian izin
secara temporer (temporary entry)
bagi technical expert/advisor dari
KC Bank Asing dan Bank
Campuran untuk jangka waktu
maksimum 3 bulan/orang.
Pengaturan TKA di Perbankan
Indonesia
Di sektor perbankan, Indonesia telah
memiliki peraturan yang mengatur
penggunaan TKA oleh perbankan
nasional yang dituangkan dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
9/8/PBI/2007 tentang Pemanfaatan
TKA dan Program Alih Pengetahuan
di Sektor Perbankan. PBI tersebut
merupakan pelaksanaan dari Pasal 39
UU Perbankan yang mengatur bahwa
perbankan
Indonesia
dapat
menggunakan TKA dengan beberapa
pembatasan.
Salah satu alasan dikeluarkannya PBI
tersebut adalah untuk merespon
semakin terbukanya kesempatan
investasi dalam berbagai sektor,
termasuk sektor perbankan nasional,
yang
membawa
konsekuensi
terhadap meningkatnya pemanfaatan
TKA oleh bank. Selain itu, terdapat
kebutuhan
untuk
memenuhi
kekurangan tenaga ahli di sektor
perbankan, serta dalam upaya untuk
meningkatkan kemampuan tenaga
kerja Indonesia melalui program alih
pengetahuan
(transfer
of
knowledge).
!
PBI ini tidak dimaksudkan untuk
melakukan pembatasan terhadap
pemanfaatan
TKA
di
sektor
perbankan, namun lebih mengarah
pada pengaturan yang bersifat lebih
moderat
untuk
memberikan
ketertiban dan kepastian hukum
kepada semua pihak.
Secara umum tujuan pengaturan PBI
ini antara lain adalah untuk:
a. memperjelas bidang-bidang tugas
tertentu dan jabatan-jabatan
tertentu yang diperkenankan
untuk diisi oleh TKA di sektor
perbankan;
b. memperjelas persyaratan yang
harus dimiliki oleh TKA untuk
mengisi jabatan-jabatan tertentu;
serta
c. memperjelas tata cara program
alih pengetahuan dari TKA
terutama kepada pegawai Bank,
pelajar/mahasiswa,
dan/atau
masyarakat umum.
Pada
prinsipnya,
bank
dapat
memanfaatkan TKA pada level
jabatan-jabatan
tertentu,
yaitu
bidang-bidang tugas yang dinilai
belum sepenuhnya dapat diisi oleh
Tenaga Kerja Indonesia dikarenakan
kualifikasi keahlian Tenaga Kerja
Indonesia belum memadai.
Bidang-bidang tugas tertentu yang
diperkenankan untuk diisi oleh TKA
tersebut diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia, yaitu SE No.
9/27/DPNP
tentang
Pelaksanaan
Pemanfaatan TKA dan Program Alih
Pengetahuan di sektor Perbankan.
Beberapa pengaturan pemanfaatan
TKA di Perbankan Indonesia antara
lain:
a. Jabatan-jabatan
yang
diperkenankan untuk diduduki
oleh TKA (tergantung pada
kelompoknya) adalah i) Komisaris
dan Direksi; ii) Pejabat Eksekutif;
dan/atau
iii)
Tenaga
Ahli/Konsultan.
b. Bank dilarang memanfaatkan TKA
pada bidang tugas Personalia dan
Kepatuhan.
c. TKA
wajib
memenuhi
persyaratan:
i)
memiliki
pengalaman dan keahlian sesuai
bidang
tugas
yang
akan
ditempati;
dan
ii)
tidak
merangkap jabatan pada Bank,
perusahaan, atau lembaga lain.
d. Terdapat 4 (empat) kelompok
bank yang dapat memanfaatkan
TKA, yaitu:
1) Bank yang 25% (dua puluh
lima perseratus) atau lebih
sahamnya dimiliki oleh warga
negara asing dan atau badan
hukum
asing,
dapat
memanfaatkan TKA untuk
jabatan Komisaris, Direksi,
Pejabat Eksekutif, dan/atau
Tenaga Ahli/Konsultan;
2) Bank yang kurang dari 25%
(dua puluh lima perseratus)
sahamnya dimiliki oleh warga
negara asing dan/atau badan
hukum asing, hanya dapat
menggunakan TKA untuk
jabatan Tenaga Ahli/Konsultan
(namun masih terbuka untuk
diberikan pengecualian bagi
jabatan
Pengurus
sesuai
kondisi tertentu);
3) Kantor Cabang Bank Asing
(KCBA),
hanya
dapat
menggunakan TKA untuk
jabatan
Pimpinan
Kantor
Cabang; dan/atau Tenaga
Ahli/Konsultan (namun masih
dapat diberikan pengecualian
untuk jabatan selain jabatan
yang diatur tersebut dengan
memperoleh persetujuan BI
terlebih dahulu); dan
4) Kantor Perwakilan Bank Asing,
hanya dapat menggunakan
TKA untuk jabatan Pemimpin
Kantor Perwakilan dan/atau
Tenaga
Ahli/Konsultan
(namun
masih
terbuka
pengecualian
sebagaimana
halnya untuk KCBA).
5) Bank
wajib
menjamin
terjadinya alih pengetahuan
(transfer of knowledge) dalam
pemanfaatan TKA.
6) Kewajiban alih pengetahuan
berlaku bagi Pejabat Eksekutif
dan/atau
Tenaga
Ahli/Konsultan, dan dilakukan
melalui: i) penunjukan 2 (dua)
orang tenaga pendamping
untuk 1 (satu) orang TKA; ii)
pendidikan dan pelatihan
kerja
bagi
tenaga
pendamping;
dan
iii)
pelaksanaan pelatihan atau
pengajaran oleh TKA dalam
jangka
waktu
tertentu
terutama kepada pegawai
Bank,
pelajar/mahasiswa,
dan/atau masyarakat umum.
7) Jangka waktu pemanfaatan
setiap TKA paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang
1 (satu) kali paling lama 1
(satu) tahun.
Pengaturan TKA Perbankan di
Beberapa Negara
Malaysia
Secara umum pengaturan TKA di
Malaysia juga mengutamakan warga
Malaysia. Namun demikian, terdapat
prinsip non diskriminasi sebagaimana
diatur dalam labour law article 60L:2
dimana baik TK Malaysia dan TKA
dapat mengajukan complaint kepada
Pemerintah dalam hal terdapat
diskriminasi yang diberikan oleh
pemberi kerja. Pengertian TKA
tersebut tidak meliputi orang asing
yang telah memperoleh permanent
"
resident Malaysia yang haknya telah
menyerupai TK Malaysia.
mendapatkan Entry Permit, antara
lain:
Suatu perusahaan hanya dapat
mempekerjakan tenaga kerja asing di
bidang pertanian dan manufaktur.
Namun demikian tidak semua tenaga
kerja asing dapat bekerja di bidang
ini. Hanya warga negara Kamboja,
Indonesia,
Filipina,
Srilangka,
Thailand, Bangladesh, dan Pakistan
yang diperbolehkan bekerja di sektor
ini.
1. Orang
yang
mempunyai
kemampuan dengan kualifikasi
khusus atau yang dikategorikan
sebagai profesional.
Tenaga kerja asing yang boleh
bekerja di Malaysia adalah tenaga
kerja asing yang berstatus sebagai
Permanent
Resident.
Permanent
Resident adalah penduduk yang
tinggal secara tetap (permanen) di
suatu daerah tertentu. Sebelum
seseorang mengajukan permohonan
untuk mendapatkan status sebagai
permanent
resident,
yang
bersangkutan
harus
tetap
mendapatkan izin masuk (Entry
Permit) untuk tinggal di Malaysia
setelah izin tinggal habis jangka
waktunya. Penerbitan Entry Permit
yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi
bukan hak dari tenaga kerja asing
melainkan lebih mengarah kepada
persyaratan (eligibility).
Berdasarkan
The
Immigration
(Prohibition of Entry) Order 1963,
hanya beberapa orang dengan
kategori tertentu yang berhak
2. Orang yang mempunyai sertifikat
dari Kementerian Perumahan
Rakyat (The Ministry of Home
Affairs)
di
mana
yang
bersangkutan
dapat
meningkatkan
perekonomian
Malaysia.
3. Istri atau anak di bawah 6 (enam)
tahun dari orang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b.
4. Seorang istri warga negara
Malaysia yang telah tinggal
terpisah dari suaminya selama 5
(lima) tahun.
5. Anak warga negara Malaysia di
bawah 6 (enam) tahun.
6. Karena suatu alasan khusus.
Syarat suatu perusahaan boleh
mempekerjakan tenaga kerja asing di
bidang lain adalah apabila tenaga
kerja lokal di Malaysia belum
mempunyai
kemampuan
yang
dibutuhkan oleh perusahaan tersebut
ataupun
tenaga
kerja
bidang
pekerjaan dimaksud tidak ada di
Malaysia.
Perusahaan
yang
diperbolehkan
mempekerjakan tenaga kerja asing
dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu
perusahaan dengan modal luar
negeri US$ 2 juta atau lebih.
Perusahaan ini secara otomatis
diperbolehkan menempatkan 5 (lima)
orang tenaga kerja asing di
perusahaannya. Jumlah tersebut
sudah termasuk tenaga kerja asing
yang dipekerjakan di kantor pusat
perusahaan
tersebut.
Namun
demikian perusahaan diperbolehkan
untuk menambah jumlah tenaga
kerja asing apabila diperlukan
dengan syarat harus mengajukan
permohonan kepada Departemen
Sumber Daya Manusia. Kategori
perusahaan
lainnya
adalah
perusahaan dengan modal luar
negeri kurang dari US$ 2 juta.
Perusahaan dalam kategori ini
diperbolehkan
mempekerjakan
tenaga kerja asing di bidang-bidang
tertentu.
Sementara untuk perbankan dan
financial institution tidak terdapat
pengaturan yang spesifik terkait
penggunaan TKA. Dalam Banking
and Financial Institutions Act 1989
(BAFIA 1989) hanya diatur bahwa
pengangkatan pimpinan bank di
Malaysia hanya dapat dilakukan
setelah memperoleh persetujuan dari
Bank Negara Malaysia. Selain itu,
pimpinan bank (chief executive) di
Malaysia
juga
harus
menetap
(resident) di Malaysia selama periode
jabatannya.
Dalam Pasal 56 BAFIA 1989 hanya
diatur bahwa yang tidak dapat
menjadi pimpinan bank adalah:
1. Pailit atau telah melakukan
penundaan pembayaran baik
terjadi di dalam atau di luar
Malaysia;
2. Melakukan tindak pidana terkait
dengan dishonesty, fraud atau
violence yang diancam dengan
hukuman 1 tahun yang telah
diputus oleh Pengadilan baik di
dalam maupun luar Malaysia;
3. Dihukum
karena
tindakan
pelanggaran (offence) terhadap
BAFIA;
4. Apabila melawan hukum, pernah
ditahan, dideportasi, atau pernah
berada di bawah pengawasan
karena kejahatan atau obatobatan terlarang;
5. Apabila
yang
bersangkutan
pernah menjadi direktur atau
secara langsung terkait dalam
manajemen atau perusahaan
yang dinyatakan bermasalah oleh
otoritas yang berwenang di
Malaysia
ataupun
di
luar
Malaysia.
Khusus ketentuan huruf e di atas,
orang yang memenuhi kriteria
tersebut dapat tetap menjabat atas
izin
Menkeu
berdasarkan
rekomendasi Bank Negara Malaysia.
#
Thailand
Thailand
menetapkan
beberapa
pekerjaan yang dapat diduduki oleh
TKA. Setiap orang asing hanya dapat
bekerja
di
Thailand
setelah
memperoleh izin dari Departemen
Tenaga Kerja kecuali orang asing
yang diizinkan tinggal sementara
sesuai dengan UU Imigrasi untuk
melakukan pekerjaan yang sangat
diperlukan untuk jangka waktu tidak
lebih dari 15 hari. Untuk kasus yang
terakhir, pihak asing tersebut cukup
memberitahukan
secara
tertulis
kepada Departemen Tenaga Kerja
Thailand.
Selain harus memenuhi ketentuan
keimigrasian, jenis pekerjaan yang
terbuka bagi TKA juga terbatas pada
daftar
yang
tercantum
dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dengan pembatas jangka waktu
kerjanya.
Seseorang yang ingin bekerja di
Thailand
harus
mengajukan
permohonan visa untuk non imigran
tipe
“B”
(visa
bisnis)
dari
Kedutaan/Konsulat Thailand. Apabila
seseorang telah masuk ke Thailand,
pemilik
perusahaan
dapat
mengajukan permohonan visa satu
tahun dari kantor imigrasi.
Sebagaimana halnya pengaturan di
Malaysia, pengaturan TKA sektor
perbankan di Thailand tidak diatur
secara spesifik. Dalam Commercial
Banking Act B.E 2505 Section 12
quarter,
hanya
diatur
bahwa
seseorang tidak diperbolehkan untuk
memperoleh
jabatan
sebagai
direktur, manajer, wakil manajer,
asisten manajer, atau konsultan di
suatu perbankan apabila:
1. Pernah dinyatakan pailit;
2. Diputuskan bersalah berdasarkan
keputusan tetap di pengadilan
berkaitan dengan integritas;
3. Dipecat dari kantor pemerintah
atau
organisasi
pemerintah
lainnya;
4. Telah menjadi direktur, manajer,
deputi manajer, asisten manajer
pada bank umum yang sah
kecuali memperoleh izin dari Bank
of Thailand;
5. Dipindahkan dari posisinya di
bank
komersial
dengan
rekomendasi menteri berdasarkan
section 25;
6. Bergerak di bidang jasa politik;
7. Menjadi pegawai pemerintah
yang
bertugas
mengawasi
perbankan
Thailand
kecuali
memperoleh izin dari Menteri
Keuangan;
8. Menjadi manajer, deputi manajer,
asisten manajer dari partnership
ataupun perusahaan terbatas
dimana kedudukannya sebagai
shareholder, kecuali ditunjuk
sebagai direktur aau konsultan
$
dari bank komersial tanpa
mempunyai kewenangan untuk
memutus.
Jepang
Berdasarkan The Immigration Control
and Refugee Recognition Law, TKA
yang dapat bekerja di Jepang terdiri
atas beberapa kategori. Kategori
pertama adalah TKA yang dapat
bekerja di semua bidang pekerjaan di
Jepang. TKA dalam kategori ini
adalah TKA yang mempunyai status
sebagai
permanent
resident,
keturunan atau anak dari warga
negara Jepang, keturunan atau anak
dari permanent resident, dan long
term resident. TKA yang mempunyai
salah satu status tersebut, bebas
memilih pekerjaan dan dapat dengan
bebas untuk pindah kerja sesuai
keinginan mereka.
Kategori lainnya adalah TKA yang
hanya boleh bekerja di bidangbidang tertentu adalah profesor,
artis, rohaniawan, investor, jasa
akuntan,
jasa
medis,
peneliti,
instruktur, insinyur, spesialis di
bidang
humanistis
dan
jasa
internasional,
tenaga
kerja
berpengalaman,
dll.
Namun
demikian, TKA yang masuk dalam
kategori
ini
apabila
mereka
menginginkan
peningkatan
penghasilan di luar pekerjaannya,
TKA dimaksud dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh
ekstra
status
atau
mengubah
residential status mereka.
Kategori lainnya adalah TKA yang
tidak boleh bekerja di Jepang kecuali
memperoleh status tambahan yaitu
mahasiswa, calon mahasiswa, aktivis
kebudayaan, dan berstatus sebagai
tanggungan orang lain. Mahasiswa
atau calon mahasiswa yang ingin
bekerja, harus mendapatkan izin
terlebih dahulu dari Kantor Imigrasi.
Izin tersebut dapat diperoleh apabila
pekerjaan
tersebut
tidak
mengganggu aktivitas pokok mereka.
Untuk ketenagakerjaan di sektor
perbankan, tidak terdapat aturan
yang spesifik yang menyangkut TKA,
hanya
terdapat
pengaturan
mengenai Direktur Bank. Berdasarkan
article 7 Banking Law 1981, terdapat
pembatasan posisi direktur dalam
suatu bank. Seseorang yang telah
menjabat sebagai direktur di suatu
bank, tidak dapat menjabat dengan
jabatan yang sama di perusahaan lain
kecuali mendapatkan izin dari
Menteri Keuangan.
Uni Eropa
Pergerakan tenaga kerja asing di
negara-negara Eropa yang tergabung
dalam European Union atau Uni
Eropa secara umum tidak ada
pembatasannya. Batasan bagi tenaga
kerja asing hanya ada di lingkup
persyaratan keimigrasian. Bahkan
bagi tenaga kerja asing yang
mempunyai keahlian tinggi atau
khusus diberikan kemudahan yakni
dengan diberlakukannya blue card.
Kemudian bagi tenaga kerja asing
yang berasal dari negara-negara yang
tergabung dalam Uni Eropa, apabila
ingin bekerja di salah satu negara Uni
Eropa,
persyaratan-persyaratan
keimigrasian tidak berlaku. Sebagai
contoh di Jerman, tenaga kerja asing
non Uni Eropa yang ingin bekerja di
Jerman harus memiliki dokumendokumen keimgrasian yang lengkap,
misalnya visa dan passport, izin
tinggal dan izin bekerja. Lain halnya
bagi tenaga kerja asing yang berasal
dari negara-negara Uni Eropa dimana
persyaratan-persyaratan
tersebut
tidak berlaku karena tidak terdapat
pembatasan untuk lalu lintas bagi
tenaga kerja yang berasal dari
negara-negara Uni Eropa.
Pengaturan tenaga kerja asing di
sektor perbankan di Jerman secara
umum tidak ada pembatasan. Di
dalam General Provisions German
Banking Act (Gesetz über das
Kreditwesen), diatur bahwa orang
yang bertugas untuk memimpin
manajemen dan berhak mewakili
bank disebut sebagai Managers.
Lebih lanjut di dalam German
Banking Act hanya diatur bahwa
orang-orang yang akan duduk
sebagai Managers pada suatu bank
harus
memperoleh
persetujuan
terlebih dahulu dari Federal Financial
Supervisory Authority dan Deutsche
Bundesbank. Calon Managers suatu
bank harus mempunyai pengalaman
dan
kemampuan
di
bidang
perbankan
serta
kemampuan
manajerial. Selain itu calon Managers
tersebut harus merupakan orang
yang terpercaya yang akan diseleksi
oleh Federal Financial Supervisory
Authority dan Deutsche Bundesbank.
Tidak terdapatnya pembatasan bagi
tenaga kerja asing juga berlaku bagi
kantor cabang dan kantor perwakilan
bank asing di Jerman. Menurut
German Banking Act hanya diatur
keharusan bagi Managers kantor
cabang atau kantor perwakilan bank
asing untuk bermukim di Jerman
bukan
keharusan
untuk
memperkerjakan tenaga kerja yang
berasal dari warga negara Jerman.
Managers kantor cabang atau kantor
perwakilan bank asing tersebut tetap
harus
memenuhi
persyaratan
sebagaimana diatur dalam German
Banking Act dan identitasnya harus
dilaporkan kepada Federal Financial
Supervisory Authority dan Deutsche
Bundesbank selaku otoritas pengatur
dan pengawas perbankan di Jerman.
Penutup
Pengaturan penggunaan TKA untuk
sektor perbankan di Indonesia
terdapat dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/8/PBI/2007
tentang tentang Pemanfaatan TKA
dan Program Alih Pengetahuan di
Sektor Perbankan.
Adapun
secara
umum
tujuan
pengaturan dalam PBI ini antara lain
adalah untuk memperjelas bidangbidang tugas tertentu dan jabatanjabatan tertentu yang diperkenankan
untuk diisi oleh TKA di sektor
perbankan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memanfaatkan
TKA di Perbankan Indonesia antara
lain
jenis-jenis
jabatan
yang
diperkenankan untuk diisi oleh TKA,
kemampuan teknis perbankan yang
harus dimiliki oleh TKA, pengalaman
TKA di bidang perbankan, jenis-jenis
bank yang dapat memanfaatkan
TKA, kewajiban alih pengetahuan
(transfer of knowledge) dan jangka
waktu pemanfaatan TKA oleh bank.
Hal yang berbeda terjadi di beberapa
negara lain, seperti di Malaysia,
Thailand, Jepang dan Uni Eropa.
Secara umum pada negara-negara
tersebut tidak terdapat pengaturan
tentang pemanfaatan TKA di sektor
perbankan. Hal-hal yang diatur di
dalam regulasi perbankan terkait
dengan sumber daya manusia hanya
berupa
keharusan
bagi
calon
pemimpin bank untuk mempunyai
keahlian dan pengalaman yang
cukup di bidang perbankan serta
integritas yang baik. Bahkan di
Jerman, yang merupakan salah satu
negara yang tergabung dalam Uni
Eropa, untuk kantor cabang dan
kantor perwakilan bank asing untuk
posisi pimpinan kantor dibolehkan
diisi oleh TKA dengan persyaratan
TKA tersebut harus bermukim di
Jerman.
Adapun pembatasan yang dilakukan
terhadap TKA di Malaysia, Thailand,
Jepang dan Uni Eropa hanya berada
di
ruang
lingkup
persyaratan
keimigrasian, dimana TKA yang ingin
bekerja di negara-negara tersebut
harus
mempunyai
dokumendokumen perizinan yang legal dan
lengkap. Dengan adanya dokumen
perizinan yang legal dan lengkap
maka
akan
memberikan
perlindungan kepada TKA tersebut.
Pengaturan
TKA
melalui
PBI
No.9/8/PBI/2007
tentang
Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan
Program Alih Pengetahuan di Sektor
Perbankan Indonesia di satu sisi
bertujuan untuk melindungi dan
memastikan ketersediaan tenaga
kerja Indonesia di negaranya sendiri.
Namun di sisi lain pengaturan
tersebut dapat menimbulkan kesan
seolah-olah
ada
pembatasan
terhadap penggunaan TKA di sektor
perbankan. Adanya pengaturan yang
ketat
tersebut
menyebabkan
perbankan tidak leluasa untuk
mempergunakan TKA sesuai dengan
kebutuhan organisasinya. Dengan
demikian,
perbankan
harus
menyesuaikan kembali kebutuhan
akan TKA yang tidak dapat dipenuhi
oleh tenaga kerja lokal. Kebutuhan
tersebut harus disesuaikan dengan
aturan yang berlaku sehingga
perbankan tidak terkena sanksi.
Pembatasan
TKA
dikhawatirkan
dapat menghambat perkembangan
perbankan itu sendiri. Perbankan kini
dihadapkan pada persaingan ketat
sehingga perbankan terus dituntut
untuk melakukan inovasi dalam
pelayanannya
kepada
nasabah.
Sementara itu kebutuhan sumber
daya manusia dari dalam negeri yang
mempunyai keahlian masih kurang.
Kekurangan akan keahlian sumber
daya manusia dari dalam negeri
seharusnya dapat diisi oleh TKA.
Dengan adanya pembatasan tersebut
perbankan harus melakukan evaluasi
terhadap rencana penggunaan TKA
sehingga
pada
akhirnya
menyebabkan ketidakefisienan dalam
manajemen sumber daya manusia.
Sebaiknya tidak perlu dilakukan
pengaturan yang sangat ketat dalam
hal penggunaan TKA di sektor
perbankan Indonesia. Adapun yang
perlu diatur secara detail adalah
meliputi permasalahan keimigrasian
dan persyaratan kualifikasi keahlian
sumber daya manusia di sektor
perbankan. Lebih lanjut bagi TKA
yang
bekerja
di
perbankan
seharusnya diatur secara jelas dan
transparan mengenai persyaratan
kualifikasi keahlian yang harus
dipenuhi oleh TKA tersebut yakni
mengenai pemberlakuan standar
profesi dan kewajiban menunjuk
understudy. Dengan memberlakukan
standar profesi dan kewajiban
menunjuk
understudy
maka
kekhawatiran
dengan
semakin
dominannya TKA dalam industri
perbankan
dapat
diminimalkan.
Membiarkannya tidak diatur akan
berdampak negatif yaitu masuknya
TKA
yang
berkualitas
dan
berkompetensi rendah. Hal ini akan
menciptakan industri perbankan yang
rapuh.
Secara empiris terlihat bahwa
kehancuran industri perbankan atau
bangkrutnya suatu bank umumnya
disebabkan oleh salah kelola dan
penerapan prinsip good govenance
yang lemah.2 Kehadiran bankir asing
2
Enron Corporation adalah salah satu contoh
perusahaan yang tidak menerapkan Good
Corporate Governance dengan baik. Enron
menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir
2001, ketika terungkap bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung
terutama oleh penipuan akuntansi yang
yang
sesuai
dengan
standar
kompetensi yang diatur secara jelas
tentunya akan membawa angin
positif tidak saja untuk alih
sistematis, terlembaga, dan direncanakan
secara kreatif. Sejak akhir tahun 2000, ketika
harga saham Enron di posisi puncak, para
eksekutif menjual saham yang mereka miliki
dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama
empat tahun terakhir, Kenneth L. Lay (Ken
Lay), presiden komisaris sekaligus direktur
Enron sendiri diperkirakan meraup untung
US$ 205 juta dari penjualan sahamnya.
Dalam kurun yang sama dia membujuk
karyawan dan investor untuk membeli saham
Enron, antara lain dengan iming-iming
laporan keuangan yang menjanjikan tapi
palsu itu. Bahkan pada 26 September 2001,
ketika harga saham jatuh menjadi US$ 25 per
lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur
karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya
membujuk mereka membeli. Dalam e-mail
yang dikirimkan kepada para karyawan yang
risau, dia mengatakan perusahaan dalam
kondisi sehat secara keuangan dan bahwa
harga saham Enron "luar biasa murah" dalam
posisi itu. Namun, hanya beberapa pekan
kemudian, Enron melaporkan kerugian yang
bermuara pada kebangkrutannya. Para
karyawan tak bisa menjual saham mereka
sampai semuanya sudah terlambat: Enron
kehilangan nilai sama sekali.
melaporkan
Operasinya
di
Eropa
kebangkrutannya pada 30 November 2001,
dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di
AS
Enron
mengajukan
permohonan
perlindungan Chapter 11 (Reorganization)
US Bankruptcy Code yang mengatur tentang,
restrukturisasi dan penyehatan perusahaan
debitur. Saat itu, kasus tersebut merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan
menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan
pekerjaan mereka. Sejak itu, Enron menjadi
lambang populer dari penipuan dan korupsi
korporasi yang dilakukan secara sengaja.
(Dikutip
dari
Wikipedia
Indonesia
(id.wikipedia.org) dan korantempoonline
“Enron dan Sisi Gelap Kapitalisme” 23
Januari 2002 (www. korantempo.com)).
pengetahuan
tetapi
sekaligus
membawa budaya kerja (corporate
culture) yang baik.
Pengaturan mengenai aspek-aspek
tersebut di atas diharapkan dapat
menciptakan meningkatkan daya
saing perbankan di Indonesia dan
pada gilirannya dapat meningkatkan
daya saing perekonomian Indonesia.
!