PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1999
TENTANG
PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
UMUM

Bangsa Indonesia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa sumber daya alam hewani,
nabat i at aupun keindahan alam dan gej ala alam lainnya. Pot ensi sumber daya alam dan ekosist emnya
t ersebut perlu dikembangkan dan dimanf aat kan unt uk sebesar-besarnya kesej aht eraan rakyat dengan
memperhat ikan asas konservasi yait u pelest arian kemampuan dan pemanf aat an sumber daya alam
hayat i dan ekosist emnya secara serasi dan seimbang.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya
ant ara lain mengat ur t ent ang pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar. Pemanf aat an j enis
t umbuhan dan sat wa liar t ersebut perlu dit indaklanj ut i dalam Perat uran Pemerint ah unt uk menj amin
kelancaran, ket ert iban dan kelest arian sumber daya alam hayat i dalam melaksanakan segala kegiat an
pemanf aat an t umbuhan dan sat wa.
Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayat i dan ekosist emnya yait u mengendalikan cara-cara
pemanf aat an sumber daya alam hayat i t ersebut unt uk menj amin t erpeliharanya keanekaragaman
sumber genet ik dan ekosist emnya sehingga mampu menunj ang pembangunan, ilmu penget ahuan dan

t eknologi. Dalam memanf aat kan t umbuhan dan sat wa selalu dipegang prinsip menghindari bahaya
kepunahan dan at au menghindari penurunan pot ensi pert umbuhan populasi t umbuhan dan sat wa liar.
Pemanf aat an t umbuhan dan sat wa dilakukan melalui bent uk pengkaj ian, penelit ian dan
pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pert ukaran, budidaya t anaman obat obat an at aupun pemeliharaan unt uk kesenangan.
PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Angka 1
Cukup j elas
Angka 2
Cukup j elas
Angka 3
Pembesaran j enis-j enis sat wa liar yang berkembangbiaknya dengan cara bert elur, maka
pembesaran dapat dimulai
dari menet askan t elur yang diambil langsung dari alam dan membesarkan hasil t et asan t elur
hingga mencapai umur
at au ukuran t ert ent u unt uk dapat dimanf aat kan
Angka 4
Cukup j elas
Angka 5


Cukup
Angka 6
Cukup
Angka 7
Cukup
Angka 8
Cukup
Angka 9
Cukup

j elas
j elas
j elas
j elas
j elas

Pasal 2
Ayat (1)
Dalam memanf aat kan t umbuhan dan sat wa liar harus memperhat ikan aspek pelest arian dengan

melakukan
pengendalian pemanf aat annya sehingga t idak merusak kondisi populasi alam.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 3
Cukup j elas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 5
Ayat (1)
Kewaj iban memberit ahukan t ersebut adalah konsekuensi dari prinsip bahwa t indakan apapu yang
dilakukan
t erhadap sat wa liar yang dilindungi akan membawa dampak t erhadap kelest arian lingkungan yang
bersif at global.
Karena it u pemerint ah sebagai penanggung j awab kepent ingan publik, berhak unt uk menget ahui

hasil pengkaj ian,
penelit ian dan pengembangan sat wa liar yang dilindungi.
Pemberit ahuan hasil pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan t ersebut t idak harus dalam wuj ud
sat wa t et api
cukup dengan inf ormasi yang memadai at as hasil pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan
t ersebut .
Kewaj iban memberit ahukan t ersebut t idak mengurangi hak para penelit i yang t imbul dari hasil
penelit iannya sesuai
dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)

Cukup j elas
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perat uran per undang-undangan adalah Keput usan Presiden Nomor 100
Tahun 1993 t ent ang
Izin Penelit ian Bagi Orang Asing.
Ayat (2)

Cukup j elas
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pengembangbiakan sat wa dalam lingkungan yang t erkont rol (capt ive
breeding) di dalam
kandang, dapat j uga dilakukan di lingkungan semi alami. Pengembangbiakan sat wa liar ini
merupakan kegiat an
pengembangbiakan di mana induk-induknya melakukan perkawinan (apabila cara reproduksinya
secara kawin) di
dalam lingkungan yang t erkont rol at au (apabila cara reproduksinya secara t idak kawin) induknya
t elah berada di
dalam lingkungan yang t erkont rol t ersebut pada saat t erj adinya awal berkembangnya anakan
(t elur, j anin).
Yang dimaksud dengan lingkungan yangt erkont rol pada pengembangbiakan sat wa liar merupakan
lingkungan yang
dimanipulasi unt uk t uj uan memproduksi j enis sat wa t ert ent u dengan membuat bat as-bat as yang
j elas unt uk
menj aga keluar masuknya sat wa, t elur, at au gamet sert a dicirikan oleh ant ara lain adanya rumah
buat an,
pembuangan limbah, f asilit as kesehat an, perlindungan dari predat or dan pemberian makanan

secara buat an.
Yang dimaksud dengan perbanyakan t umbuhan secara buat an ( art if icial pr opagat ion) merupakan
kegiat an
memperbanyak dan menumbuhkan t umbuhan di dalam kondisi yangt erkont rol dari mat erial unt uk
memperbanyak
t umbuhan sepert i bij i, pot ongan (st ek), pemencaran rumput , kult ur j aringan dan spora.
St ok induk t umbuhan unt uk penangkaran dapat diambil dari alam dengan memperhat ikan keadaan
populasi di alam
sert a dikelola sedemikian rupa sehingga dapat dij amin pemeliharaan st ok induk t ersebut dalam
j angka panj ang.
Yang dimaksud dengan kondisi t erkont rol pada perbanyakan t umbuhan merupakan kondisi di luar
lingkungan
alaminya yang secara int ensif dimanipulasi oleh campur t angan manusia dengan t uj uan unt uk
memperoleh dan
memperbanyak t umbuhan dengan j enis at au hi brit yang t erpilih, sert a dicirikan oleh ant ara lain
adanya pengolahan
lahan, pemupukan, pengendalian hama dan gulma, irigasi, at au perlakuan persemaian sepert i
penumbuhan dalam
pot , pembuat an bedengan at au perlindungan dari keadaan cuaca.


Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Mereka yang t elah memiliki izin penangkaran t idak ot omat is dapat melakukan kegiat an
perdagangan. Namun
demikian, pemegang izin penangkaran t i dak lagi memerlukan izin perdagangan unt uk melakukan
kegiat an
perdagangan asal sudah memenuhi st andar kualif ikasi t ert ent u sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4) Pasal ini.
Ayat (3)

Huruf a
Penangkar baru dapat melakukan t indakan perdagangan apabila populasi sat wa hasil
penangkarannya t elah
memenuhi j umlah t ert ent u.
Huruf b
Ment eri dalam memberikan rekomendasi kepada penangkar unt uk dapat melakukan kegiat an
perdagangan j uga
harus mempert imbangkan kesungguhan seseorang penangkar dalam melakukan kegiat an
penangkar secara
prof esional. Prof esionalisme ini harus dinilai dalam rangka menunj ang upaya konservasi.
Huruf c
Sekalipun penangkar t elah memenuhi kualif ikasi sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b,
akan t et api at as
dasar pert imbangan kelangkaan sesuat u j enis t umbuhan dan at au sat wa, pemerint ah
berwenang menunda
rekomendasi unt uk melakukan perdagangan bagi penangkar sampai wakt u yang dipandang layak
t elah t erj aminnya
kelest arian j enis t umbuhan at au sat wa langka yang bersangkut an.
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 11

Ayat (1)
Generasi kedua ini dalam ist ilah penangkaran dikenal dengan kode F2 yait u individu sat wa hasil
ket urunan kedua
(pengembangbiakan) dari induk yang dit angkap at au diambil langsung dari alam.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 12
Cukup j elas
Pasal 13

Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 14
Ayat (1)
Apabila secara t eknis, penandaan secara f isik mengalami kesulit an at au mengganggu perilaku
sat wa maka cukup
dilakukan dengan sert if ikasi.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 16
Ayat (1)

Pada dasarnya sat wa liar yang dilindungi yang diperoleh dari alam t et ap dalam penguasaan
negara, karena it u
sekalipun seseorang at au badan at as dasar izin Ment eri dapat memanf aat kan sat wa dari alam akan
t et api t idak
menimbulkan hak kepemilikan at as sat wa yang bersangkut an.
Dengan demikian st at us sat wa t ersebut dalam penguasaan penangkar adalah sat wa yang dit it ipkan
oleh Negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)

Pada saat dit et apkan Perat uran Pemerint ah ini, ket ent uan yang mengat ur kegiat an perburuan
adalah Perat uran
Pemerint ah Nomor 13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Perdagangan dari hasil penangkaran waj ib dilengkapi dengan penandaan at au sert if ikasi.
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Badan Usaha dalam Perat uran Pemerint ah ini t ermasuk j uga Koperasi.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan perdagangan dalam skala t erbat as adalah kegiat an mengumpulkan dan
menj ual hasil
perburuan t radisional dengan menggunakan alat -alat t radisional yang dilakukan oleh masyarakat
yang t inggal
di dalam dan di sekit ar Areal Buru dan Taman Buru sebagaimana dimaksud dalam Perat uran
Pemerint ah Nomor
13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 21
Yang dimaksud dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1997
t ent ang Penerimaan Negara Bukan Paj ak besert a perat uran pelaksanaannya.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 23
Cukup j elas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 25

Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 26
Cukup j elas
Pasal 27
Cukup j elas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 29
Cukup j elas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 31
Cukup j elas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 34
Tumbuhan liar j enis Raf lesia yang dimaksud dalam ket ent uan ini meliput i seluruh j enis dari Genus
Raf lesia.
Pasal 35
Cukup j elas

Pasal 36
Pada saat dit et apkan Perat uran Pemerint ah ini, Perat uran Pemerint ah yang mengat ur mengenai
budidaya t anaman
obat -obat an adalah Perat uran Pemerint ah Nomor 44 Tahun 1995 t ent ang Perbenihan Tanaman.
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 38
Cukup j elas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat ini adalah konsekuensi dari prinsip unit as ekosist em
global, dimana
f lora dan f auna Indonesia t ermasuk bagian yang t idak t erpisahkan. Karena it u, konvensi
int ernasional yang berkait an
dengan t umbuhan dan sat wa liar sepert i CITES ( Convent ion on Int ernat ional Trade in Endangered
Species of Wil d

Fauna and Fl ora) t ermasuk yang harus mendapat perhat ian yang sungguh-sungguh dalam
penet apan daf t ar
klasif ikasi j enis t umbuhan dan sat wa liar.
Sekalipun pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar t ermasuk perdagangan t umbuhan dan
sat wa liar yang t idak
dilindungi pada prinsipnya dapat dibenarkan namun prakt ek perdagangan t ersebut selalu harus
t unduk pada
kepent ingan yang lebih besar yait u “ pelest arian lingkungan hidup” baik dalam kerangka
t ercipt anya keseimbangan
ekosist em global maupun keseimbangan ekosist em mikro.
Karena it u, pengendalian perdagangan t umbuhan dan sat wa liar senant iasa harus disesuaikan
dengan ket ent uanket ent uan konvensi int ernasional sepert i CITES, dan j uga dengan t idak melupakan upaya-upaya
konservasi yang
dilakukan di dalam negeri. Keberhasilan at au kegagalan upaya konservasi t ent unya akan berakibat
langsung t erhadap
populasi t umbuhan dan sat wa, dengan demikian selalu t erbuka kemunkinan j enis t umbuhan dan
sat wa liar t ert ent u
berubah st at us dari kondisi yang “ t idak dilindungi” menj adi harus “ dilindungi” dan demikian pula
sebaliknya . Maka
daf t ar berdasarkan klasif ikasi “ dilindungi” dan “ t idak dilindungi” dalam ayat (1) Pasal ini
senant iasa dapat
berubah sesuai perkembangan keadaan f akt ual lingkungan.
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Wilayah habit at adalah wilayah yang secara alamiah merupakan t empat beradanya at au habit at
hidup sesuat u j enis
t umbuhan at au sat wa unt uk dapat melest arikan populasinya.
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 45
Pada saat dit et apkannya Perat uran Pemerint ah ini, ket ent uan yang mengat ur mengenai perburuan
yang dilakukan oleh
masyarakat set empat adalah Perat uran Nomor 13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru.
Pasal 46
Cukup j elas
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 48
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 49
Cukup j elas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Pasal 51
Cukup j elas
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 53
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 55
Cukup j elas
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 57
Cukup j elas

Pasal 58
Ayat (1)
Cukup
Ayat (2)
Cukup
Ayat (3)
Cukup
Ayat (4)
Cukup

j elas
j elas
j elas
j elas

Pasal 59
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 62
Cukup j elas
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 64
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 65
Ot orit as Pengelola dan ot orit as Keilmuan dalam rangka konservasi t umbuhan dan sat wa liar t ermasuk
j uga dalam
rangka pelaksanaan CITES.
Pasal 66
Ayat (1)

Pelaksanaan t ugas Ot orit as Pengelola adalah Ment eri sebagaimana diat ur dalam Perat uran
Pemerint ah ini.
Ayat (2)
Cukup j elas
Pasal 67
Cukup j elas
Pasal 68
Cukup j elas
Pasal 69
Cukup j elas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3802