398 apindo siapkan 50 ukm tembus china dukungan pemerintah ditunggu 97

Apindo siapkan 50 UKM tembus China, Dukungan pemerintah ditunggu
Written by Artikel
Tuesday, 10 August 2010 09:36 -

JAKARTA Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyiapkan 50 usaha kecil menengah
(UKM) bidang garmen, makanan dan minuman serta kerajinan tangan untuk menembus pasar
China.
Ketua Bidang UKM Apindo, Nina Tbrsi-nah mengatakan saat ini terdapat 50 UKM binaan
Apindo yang akan disiapkan untuk melakukan ekspor ke China setelah mengikuti forum bisnis
dalam ajang World Expo Shanghai China (WESC) pada Juli 2010.
"Ada permintaan cukup besar terutama garmen, makanan dan minuman serta produk kerajinan
[handicraft] sehingga UKM binaan disiapkan agar dapat memenuhi standar produk yang
diminta," katanya kemarin.
Menurut Nina, sebagai tindak lanjut dari kegiatan WESC yang telah diikuti, Apindo melakukan
pendampingan terhadap UKM agar bisa memenuhi order produk yang jumlahnya sangat besar.
"Penyiapan UKM itu dilakukan oleh sebuah tim dari Apindo terutama agar bisa memenuhi
spesifikasi produk yang diminta dan memenuhi kebutuhan volume barang pesanannya."
Dia menyebutkan sejumlah produk seperti tepung tapioka, pakaian, batik dan kain sarung, serta
beberapa kerajinan tangan khas Indonesia cukup banyak diminta.
"Untuk menyiapkan UKM agar bisa menembus pasar China, diperlukan dukungan dari
pemerintah, perbankan dan lembaga lainnya."

Pasalnya sejumlah persoalan masih menghambat peningkatan daya saing UKM Indonesia
seperti persoalan izin usaha, kemudahan memenuhi standar produk nasional, sampai
pembiayaan perbankan.
"Untuk itu, diharapkan pemerintah dan perbankan bisa memberikan sejumlah kemudahan bagi
UKM baik dari penyederhanaan birokrasi dan perizinan sampai kemudahan akses pembiayaan
serta bunga kredit lebih bersaing."
Bunga kredit
Nina menyebutkan mayoritas UKM di luar negeri seperti di Asean memperoleh suku bunga
kredit dari perbankan maksimal hanya 4%, sedangkan di dalam negeri suku bunga masih di
atas 12%.
Padahal, UKM sangat berpeluang menembus pasar ekspor a.l ke China de-ngan meningkatkan
kualitas produk yang lebih eksklusif dan lebih memiliki ciri khas dari Indonesia.
Beberapa produk garmen seperti baju kasual anak dan dewasa, batik dan kain sarung temyata
diminati terutama untuk kelas menengah ke atas dengan ciri khas produk Indonesia dan
diproduksi terbatas.

1/2

Apindo siapkan 50 UKM tembus China, Dukungan pemerintah ditunggu
Written by Artikel

Tuesday, 10 August 2010 09:36 -

Selain itu, permintaan tepung tapioka juga sangat besar mencapai 300.000 ton per tahun
sehingga perlu dipersiapkanprodusen UKM yang mampu memenuhi volume dan sesuai kualilas
pesanan.
Untuk merealisasikan program itu, Apindo berkerja sama dengan CSIS (Center For Strategic
And International Studies) yang mengatur kerja sama dengan pengusaha di China.
Vice Chairman CSIS Jusuf Wanandi menyampaikan potensi ekspor lainnya ke China adalah
arang batok kelapa yang mencapai 1 juta ton per tahun dengan nilai order hingga US$300 juta
per tahun atau sekitar Rp3 triliun.
Untuk memenuhi permintaan itu, diperlukan kesiapan dari UKM berbagai daerah penghasil
arang batok kelapa sehingga volume kebutuhan yang sangat besar itu bisa dipenuhi secara
maksimal.
Sebelumnya, Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi mengatakan dari forum bisnis yang diikuti
50 pelaku UKM ditujukan memberi pembelajaran dengan mencari pasar dan relasi bisnis serta
meninjau pusat kegiatannya dan penjajakan kerja sama.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharam
mengatakan pihaknya tidak yakin rencana pembiayaan perbankan terhadap sektor UMKM bisa
disalurkan maksimal karena masih terdapat sejumlah persoalan yang menghambat terjadinya
penyerapan.

Sejumlah faktor yang membuat pembiayaan perbankan setiap tahun tidak efektif, terutama
menyangkut proses penyusunan rencana bisnis bank yang tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan.
"Hal itu membuat terjadinya mismatch antara rencana bisnis bank dan kondisi di pasar UMKM
sendiri mulai dari pendistribusian alokasi (plafon) kredit per wilayah yang tidak mencerminkan
kebutuhan pelaku usahanya, sampai alokasi kredit per sektoral yang juga tidak tepat jumlah,"
ujarnya.
Sumber : Bisnis Indonesia

2/2