Penyelidikan Batubara Daerah Pemayungan Kabupaten Tebo Prov. Jambi Dan Kabupaten Indragiri Hulu Prov. Riau

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PEMAYUNGAN, KABUPATEN TEBO,
PROVINSI JAMBI DAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROVINSI RIAU
Truman Wijaya, Bambang Hernawan dan Asep Suryana
Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Daerah penyelidikan batubara terletak di Daerah Pemayungan dan sekitarnya yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Tebo Prov. Jambi dan Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi
Riau. Secara geografis terletak antara 00°40’00” - 01°05’00” LS dan 102°00’00” – 102°15’00”
BT. Secara geologi sebagian besar wilayah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan
Sumatera Selatan bagian utara atau Sub Cekungan Jambi dan sebagian kecil termasuk ke
dalam Cekungan Sumatera Tengah. Batubara berada pada Formasi Muaraenim dengan
ketebalan mulai dari 15 centimeter sampai sekitar 30 centimeter, melensa, kemiringan lapisan
sekitar 5°- 30°. Analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan kalori rata-rata adalah
5069 Cal/gr dengan kadar sulfur rata-rata sekitar 0,19%. Batubara dari daerah penyelidikan
diklasifikasikan sebagai lignit yang kaya Vitrinite dengan nilai reflektansi rata-rata antara 0,30
% sampai 0,35%. Sumberdaya hipotetik batubara yang dihitung sampai kedalaman 100 meter
yaitu sebesar 1.371.250 ton. Pemanfaatan batubara tersebut dapat dipakai sebagai bahan
baku blending batubara.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cekungan Sumatera Selatan telah

dikenal sebagai cekungan batubara yang
sangat potensial. Hamparan cekungan ini
meliputi wilayah Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Jambi dan sebagian
Provinsi Lampung. Kegiatan penyelidikan
potensi
batubara
pada
Cekungan
Sumatera Selatan telah dilakukan sejak
lama, namun sampai saat ini masih
terdapat daerah pada Cekungan Sumatera
Selatan yang belum terdata potensi
batubaranya.
Sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, Pusat Sumber Daya Geologi
melakukan
kegiatan
Penyelidikan
Pendahuluan

Batubara
di
daerah
Pamayungan dan sekitarnya, untuk
mengumpukan informasi awal endapan
batubara
yang
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
acuan
untuk
pengembangan lebih lanjut, terutama untuk
pengembangan
tambang
bawah
permukaan ke depan di Cekungan
Sumatera Selatan.


Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan penyelidikan di
daerah ini adalah untuk mengumpulkan
data geologi endapan batubara dalam
rangka inventarisasi potensi endapan
batubara berdasarkan lembar peta
topografi Bakosurtanal skala 1:50.000.
Pekerjaannya terutama difokuskan untuk
mengetahui
pola
sebaran,
bentuk
geometris, dimensi dan kualitas dari
endapan batubara serta urutan stratigrafi
batubara maupun batuan pengapitnya.
Tujuannya
untuk
mengetahui
potensi sumberdaya batubara di daerah
tersebut dalam rangka melengkapi data

potensi batubara di seluruh Cekungan
Sumatera Selatan serta melengkapi data
base potensi batubara Indonesia di Pusat
Sumber Daya Geologi yang dapat dijadikan
sebagai
acuan
pemerintah
untuk
pengembangan dan pemanfaatannya lebih
lanjut.
Lokasi Daerah Penyelidikan
Daerah
Pemayungan
dan
sekitarnya termasuk dalam wilayah
Kabupaten Tebo Prov. Jambi dan

Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.
Secara geografis daerah penyelidikan
terletak antara 00°40’00” - 01°05’00” LS

dan 102°00’00” – 102°15’00” BT Batasbatas geografis daerah penyelidikan dalam
praktek di lapangan dapat digeser atau di
pindahkan
untuk
menyesuaikan
penyebaran atau akumulasi dari endapan
batubara.
Daerah penyelidikan terletak lebih
kurang 220 km di sebelah baratlaut Kota
Jambi. Daerah ini dapat dicapai dengan
menggunakan pesawat terbang dari
Jakarta
menuju
Jambi,
kemudian
dilanjutkan dengan transportasi darat
menuju lokasi yang dituju.
Waktu Penyelidikan dan Pelaksana
Kegiatan
Kegiatan lapangan berlangsung

mulai awal Juni hingga awal Juli 2015
selama lebih kurang 25 hari. Pekerjaan
lapangan dilanjutkan dengan pekerjaan
kantor berupa analisis conto batubara di
laboratorium, pengolahan dan interpretasi
data,
pembuatan
peta/penampang/
diagram, penyusunan laporan akhir dan
publikasi hasil kegiatan atau presentasi.
Kegiatan lapangan dilaksanakan
oleh satu tim dari Pusat Sumber Daya
Geologi yang terdiri atas ahli geologi,
surveyor dan petugas preparasi conto.
Penyelidik Terdahulu
Beberapa penyelidik terdahulu
sebelumnya telah meneliti daerah Tebo
dan Indragiri Hulu Ibnu diantaranya: Ibnu,
dkk. (2012), yang melakukan penyelidikan
Batubara Bersistem Pada Cekungan

Sumatera Selatan, daerah Sinambo dan
Sekitarnya Kab. Tebo, Prov. Jambi;
Suwarna, dkk. (1994) yang memetakan
Geologi Lembar Rengat, Sumatera.
GEOLOGI UMUM
Daerah penyelidikan termasuk
pada Peta Geologi Lembar Muarabungo
(Simanjuntak, dkk, 1991). Berdasarkan

Peta Geologi Lembar Muarabungo, daerah
penyelidikan berada pada Sub Cekungan
Jambi.
Stratigrafi
Simanjuntak dkk (1991) menyusun
stratigrafi Lembar Muarabungo menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu Pra Tersier, Tersier
dan Kuarter. Urutan Pra Tesier berumur
mulai Karbon Awal–Perm Tengah terdiri
atas Formasi Terantam (Karbon Awal),
Formasi Gangsal, Formasi Pengabuhan,

Formasi Mentulu
(Ketiganya berumur
Permokarbon), dikelompokkan sebagai
Kelompok Tigapuluh, Formasi Mengkarang
(Perm Awal) dan Formasi Pelepat (Perm
Awal–Tengah).
Urutan Tersier terdiri atas Formasi
Lahat (Eosen–Oligosen Awal), Formasi
Kelesa (Eosen–Oligosen Awal), Formasi
Talangakar (Oligosen Akhir–Miosen Awal),
Formasi Lakat (Oligosen Akhir– Miosen
Awal), Formasi Gumai (Miosen Awal–
Tengah), Formasi Airbenakat (Miosen
Tengah–Akhir),
Formasi
Muaraenim
(Miosen Akhir–Pliosen Awal) dan Formasi
Kasai (Plio Plistosen).
Endapan Kuarter tersusun oleh
batuan produk gunungapi, endapan undak

sungai, endapan rawa dan aluvium.
Disamping itu terdapat batuanbatuan terobosan dengan kisaran umur
mulai Jura hingga Kuarter yang terdiri atas
Pluton Granit, Granit, Pegmatit, Diorit,
Granodiorit, Dasit dan Syenit.
Struktur Geologi
Struktur
yang
mempengaruhi
Lembar Muarabungo cukup kompleks,
meliputi proses tektonik yang berlangsung
sejak Karbon hingga Resen. Unsur struktur
utama yang terdapat di lembar ini adalah
lipatan dan sesar.
Perlipatan
umumnya
berarah
Barat–Timur dan Baratlaut–Tenggara.
Lipatan berarah Barat–Timur mempengaruhi batuan Pra Tersier, sedangkan
berarah

Baratlaut-Tenggara
mem-

pengaruhi batuan Pra Tersier dan Tersier.
Ciri lipatan menunjukkan pengaruh
deformasi pada batuan Pra Tersier lebih
kuat dibandingkan Tesier dan Kuarter.
Pensesaran umumnya dapat dibagi
atas empat arah yaitu BaratBaratlaut–
Timur Tenggara, Baratlaut –Tenggara,
Timurlaut–Baratdaya dan TimurTimurlaut –
Barat Baratdaya. Pensesaran pada batuan
Pra Tersier lebih kuat dibandingkan pada
Tersier.
Indikasi Endapan Batubara
Merujuk pada stratigrafi Lembar
Muarabungo (Simanjuntak, dkk, 1991),
potensi endapan batubara diperkirakan
ada pada formasi berumur Tersier yaitu
Muara Enim yang berumur-Miosen Awal,

sehingga penyelidikan lapangan lebih
difokuskan terhadap formasi tersebut.
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Kegiatan penyelidikan terdiri dari
Pengumpulan
Data
Sekunder,
Pengumpulan Data Primer, Analisis
Laboratorium dan Pengolahan Data.
Pengumpulan
data
sekunder
dilakukan dengan kegiatan studi pustaka,
dimana data yang diperoleh kemudian
dijadikan sebagai acuan dalam penentuan
rencana kegiatan lapangan.
Pengumpulan
data
primer
dilakukan dalam kegiatan penyelidikan
lapangan. Pada kegiatan ini dilakukan
pengamatan singkapan batubara dan
batuan, pemerian, pengukuran jurus dan
kemiringan
lapisan,
plotting
lokasi,
domuntasi, serta pengambilan conto.
Conto batubara yang diambil dari
lapangan kemudian dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis dengan berbagai metode
untuk dapat menentukan kualitas batubara
daerah penyelidikan.
Data keseluruhan, baik data
lapangan, data penyelidik terdahulu,
maupun data laboratorium kemudian diolah
untuk menghasilkan informasi kuantitas
dan kualitas batubara daerah penyelidikan.

Hasil akhir kegiatan ini disajikan dalam
bentuk laporan yang dilampiri peta.
HASIL PENYELIDIKAN
Morfologi
Berdasarkan pengamatan, analisa
peta topografi daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi,
yaitu dataran teras sungai, perbukitan
berelombang, dan bukit memanjang.
Satuan dataran teras sungai
menempati 35% dari daerah penyelidikan.
Ketinggian berkisar dari 20 meter hingga
40 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan lereng berkisar 0 sampai 10.
Satuan ini memiliki ciri yang khas di lokasi,
berupa adanya endapan aluvial sungai
disekitar bantaran sungai.
Satuan perbukitan bergelombang,
menempati 45% dari daerah penyelidikan.
Ketinggian berkisar dari 80 meter hingga
150 meter di atas permukaan laut dengan
kemiringan lereng berkisar 10 sampai 30.
Satuan ini disusun oleh kelompok Manday.
Lahan di sekitar ini umumnya dijadikan
perkebunan, dan sebagian masih berupa
hutan. Pola aliran sungai dendritik dengan
erosi vertikal.
Satuan
perbukitan
tinggi
memanjang, menempati 20% dari daerah
penyelidikan. Ketinggian berkisar dari 150
meter hingga 400 meter di atas permukaan
laut dengan kemiringan lereng berkisar 40
sampai 80. Bukit memanjang terkenal
dengan
nama
Bukit
Limau
atau
Pegunungan Kubur Panjang.
Stratigrafi Daerah Penyelidikan.
Urutan
stratigrafi
di
daerah
penyelidikan dari tua ke muda berdasarkan
pengamatan di lapangan adalah sebagai
berikut: Batuan Tersier terdiri atas Formasi
Kelesa, Formasi Lakat, Formasi Tualang,
Formasi Gumai, Formasi Airbenakat,
Formasi Muaraenim, Formasi Kasai dan
Formasi Kerumutan yang berumur mulai
Eosen – Oligosen hingga Plio – Plistosen.

Endapan
Kuarter
merupakan
endapan termuda yang menutupi daerah
penyelidikan terdiri atas Endapan Aluvium,
undak sungai, endapan rawa dan kipas
aluvial berumur Plistosen – Holosen.
Struktur Geologi
Pola struktur utama di daerah
penyelidikan dapat dibedakan atas
perlipatan dan sesar, yang berarah
baratlaut-tenggara
dan
timurlautbaratdaya.
Endapan Batubara
Secara umum batubara yang
tersingkap
di
daerah
penyelidikan
berwarna hitam, kusam kadang terdapat
sisipan mengkilap, masif tidak berlapis,
mengotori tangan, di tiap tempat terdapat
sisipan batulempung karbonan. Ketebalan
lapisan batubara antara 0,75 m sampai
0,90 m. Batulempung batubaraan hadir
sebagai sisipan dalam lapisan batubara
dengan ketebalan 0,25-0,30 m. Lapisan
pengapit bagian atas dan bawah (roof and
floor)
adalah
lempung
batubaraan
kehitaman. Keberadaan batubara ini
cenderung membentuk lensa-lensa pada
batulempung dengan sebaran yang
terbatas.
Analisis kimia terhadap 6 conto
batubara menunjukkan kandungan lengas
(moisture) 11,91-13,04 % adb, zat terbang
(volatile matter) 41,76-48,61 % adb, karbon
tertambat (fix carbon) 34,55-39,25 % adb,

total sulfur 0,15-0,22 % adb, berat jenis
(relative density) 1,32-1,43 gr/cm3 dengan
nilai kalori 4604-5469 cal/gr adb.
Analisis
petrografi
organik
memperlihatkan bahwa conto batubara
daerah penyelidikan didominasi oleh
maseral vitrinit (88,30-96,40 %) dengan
nilai reflektansi vitrinit (Rvmax) sebesar 0,300,35 %, yang menunjukkan bahwa conto
tersebut dapat dikategorikan sebagai lignit.
Potensi Endapan Batubara
Estimasi sumberdaya batubara
harus didasarkan konsistensi sebaran
lateral yang dapat ditelusuri pada jarak
tertentu mengacu pada SNI 5015:2011
tentang Pedoman Pelaporan, Sumberdaya
dan Cadangan Batubara. Data lapangan
menunjukkan bahwa lapisan batubara di
daerah penyelidikan membentuk lensalensa dengan sebaran terbatas. Oleh
karena itu, potensi kuantitatif batubara di
daerah penyelidikan tidak dapat dihitung.
KESIMPULAN
1. Formasi pembawa batubara di
daerah
penyelidikan
adalah
Formasi Muaraenim.
2. Batubara di daerah penyelidikan
membentuk lensa-lensa dengan
sebaran terbatas.
3. Kualitas
batubara
daerah
penyelidikan
diklasifikasikan
sebagai lignit dengan nilai kalori
4604-5469 cal/gr adb.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, D.,dkk, 2012, penyelidikan Batubara Bersistem Pada Cekungan Sumatera Selatan,
daerah Sinambo dan Sekitarnya Kab. Tebo, Prov. Jambi.
Darman, H., dkk., 2000, An Outline 0f The Geology of Indonesia, IAGI.
De Coster, G.H., 1974, The Geology of the Central and South Sumatera Basin, Indonesia
Petroleum Association, 3 rd Ann. Conv, Proceeding.
N. Suwarna, T.Budhitrisna,S. Santosa, S. Andi Mangga,, 1994 ) Peta Geologi Lembar Rengat,
Sumatera, Puslitbang Geologi, Bandung)

Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan Bukitsusah

FORMASI
KUARTER

UMUR
PLISTOSEN

PEMERIAN

KASAI

Batupasir
tufaan,batupasir
kuarsa,konglomerat
polimik,tufa,batulempung
tufaan
batupasir,kerakalan.

MUARA

Perselingan batupasir tufaan,serpih
tufaan,tufa,lensa batubara

PLIOSEN
ENIM
AKHIR

AWAL

T E R S I E R

TENGAH

MIOSEN

AIR
BENAKAT

Sungai,danau

Transisi darat - laut
dangkal

Perselingan batulempung,batupasir,
serpih,batulanau,sisipan
batupasir,lensa batupasir,kuarsa
lignit

Laut dangkal - darat

Serpih,batulempung,sisipan
batupasir,
karbonan,gampingan,kaya foram

Sub litoral - Batial

GUMAI

TUALANG

LAKAT
OLIGOSEN

Pra Tersier

LINGKUNGAN
PENGENDAPAN

GANGSAL

A. Batupasir kuarsitan,batulempung,
batulempung kaya pirit,batupasir
Peralihan Sub litoral
glukonit
- Sublitoral luar
B.Batulempung dan batupasir
kuarsa,gampingan,lanauan
A. Batupasir kuarsa,batulempung
Fluviatil,
serpih, lanau,karbonan,pirit,kayu
lakustrin,
terkersikan
payau,dataran pasang
B.Konglomerat polimik,Batupasir
surut
kuarsa,batulempung,tufa,batu
lanau,lensa batubara
Batu sabak, filit, kuarsit, marbel

Gambar 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

---------

Gambar 2. Peta Penyelidikan Batubara Daerah Pemayungan Kabupaten Tebo Prov. Jambi
Dan Kabupaten Indragiri Hulu Prov. Riau

Gambar 3. Singkapan batubara tebal sekitar 0,50 meter pada pinggiran Sungai Karang
(SP-12)

Gambar 4. Singkapan Lempung Batubaraan Tebal 0,5 m Dengan Sisipan Batupasir Halus,
di km 27 Menuju Desa Alim (SP-15)