PENYELIDIKAN MINERAL DAN BATUBARA DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN KAPUAS HULU
PENYELIDIKAN MINERAL DAN BATUBARA
DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN KAPUAS HULU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Irwan Muksin, Kusdarto, Armin Tampubolon
Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
Sari
Kegiatan ini dilakukan untuk penyusunan basis data sebagai implementas kerjasama antara
Indonesia dengan Malaysia dalam penelitian sumberdaya mineral dan energi di sepanjang
wilayah perbatasan. Kegiatan yang dilakukan berupa pemetaan dan pengamatan geologi
sepanjang lintasan di wilayah Kecamatan Badau, Empanang dan Puring Kencana, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Mineral non logam yang dijumpai di daerah penyelidikan adalah Andesit dengan sumberdaya
hipotetik 463.000.000 ton,
diorit dengan sumberdaya hipotetik 1.055.050.000 ton, kaolin dengan
sumberdaya hipotetik 10.000.000 ton, lempung dengan sumberdaya hipotetik 62.625.000 ton,
pasir kuarsa dengan sumberdaya hipotetik 20.537.500 ton, sirtu dengan sumberdaya hipotetik
3.445.000 dan toseki dengan sumberdaya hipotetik 31.000.000 ton.
Indikasi mineral logam yang dijumpai di daerah penyelidikan berupa endapan krom (566 ppm)
pada satu lokasi di lingkungan batuan ofiolit sekitar Badau, emas (11-24 ppb) pada empat lokasi
di lingkungan batuan ofiolit terubah kaolin disekitar Badau dan logam dasar (Cu = 113 ppm, Pb
= 106 ppm dan Zn = 102-151 ppm).
Batubara dijumpai di daerah Dusun Telutuk, Desa Laja Sandang, Kecamatan Empanang,
diperkirakan berupa 2 seam dengan ketebalan 1,50 dan 0,90 m, dengan nilai kalori 6.518 - 6.996
kal/gr dan sumber daya hipotetik.26.820 ton.
PENDAHULUAN
Daerah perbatasan Kalimantan – Malaysia
termasuk ke dalam busur kontinen yang
tersusun
atas
batuan
sedimen,
batuan
metamorf, batuan vulkanik dan batuan
terobosan
yang
berpotensi
membentuk
mineral logam, non logam dan endapan
batubara. Dewasa ini kebutuhan akan mineral
dan batubara semakin meningkat, hal ini
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
bahan baku untuk berbagai jenis industri dan
energi non migas.
Pada tahun 2010 ini sesuai dengan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Pusat
Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan
penyelidikan mineral dan batubara di daerah
perbatasan Republik Indonesia – Malaysia
yaitu di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat. Kegiatan ini dilaksanakan
dalam rangka kerjasama dengan Pemerintah
Malaysia
untuk
mengungkap
potensi
sumberdaya mineral dan batubara di daerah
perbatasan Kalimantan – Serawak (Malaysia).
Kabupaten Kapuas Hulu dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) terletak
dekat pada Kawasan Andalan KTI (Kawasan
Timur Indonesia), yaitu Kawasan Andalan
Sanggau
atau
Kawasan
Pengembangan
Terpadu Katulistiwa, diharapkan dari hasil
kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan
galian di daerah tersebut dapat memberi
masukan pada para pengambilan keputusan,
dalam
menentukan
kebijakan
dalam
pengembangan kawasan tersebut di atas,
khususnya dalam bidang pertambangan.
(2)
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Berdasarkan
sudut
lereng
dan
bentuk
topografi, secara umum morfologi daerah
penyelidikan dapat dibagi ke dalam tiga
satuan utama yaitu, morfologi perbukitan
terjal, morfologi perbukitan bergelombang
dan dataran alluvial sungai.
Satuan morfologi perbukitan terjal menempati
bagian
tengah
daerah
penyelidikan
memperlihatkan perbukitan menonjol, pada
level ketinggian mulai 500 m hingga lebih
dari 1000 m di atas permukaan laut. Diantara
perbukitan yang membentuk morfologi terjal
ini adalah Bukit Putau (580 m), Bukit Besar
(912 m) dan G. Tugak (920 m) sebagai
kawasan Pegunungan Pangurdulang yang
berbatasan
langsung
dengan
Serawak
Malaysia di bagian tengah, Bukit Burak (820
m) di utara, dan G. Melapi (1135 m) di barat
daerah penyelidikan, dicirikan oleh tebing
terjal yang sebagian besar tersusun oleh
batuan terobosan Sintang. Satuan morfologi
perbukitan
terjal
dijumpai
setempat,
membentuk
perbukitan
yang
menonjol
diantara perbukitan bergelombang (
inselberg).
Sungai-sungai yang mengalir di daerah
morfologi perbukitan terjal ini pada umumnya
memiliki penampang lembah “V” .
Sungai-sungai ini merupakan cabang-cabang S.
Merukai (paling barat) dan S. Kenua Kecil di
bagian tengah. Sungai-sungai ini mengalir ke
arah selatan.
Satuan morfologi perbukitan bergelombang
landai
menempati
barat
laut
daerah
penyelidikan terutama di bagian barat daerah
penyelidikan. Satuan morfologi ini berada
pada ketinggian antara 200 m hingga 500 m di
atas permukaan laut. Sungai-sungai yang
mengalir pada morfologi ini memiliki
lembah-lembah yang lebar namun alirannya masih
cukup deras dan banyak mengendapkan
kerikil-bongkah batuan. Diantaranya adalah S.
Kenua Kecil dan S. Kantuk. Morfologi ini
tersusun dari batuan sedimen dari cekungan
Ketungau, litologinya berupa lempung dan
batupasir setempat dijumpai batubara.
Sedangkan morfologi dataran alluvial cukup
luas menempati bagian timur laut, diisi oleh
endapan alluvium berupa lempung, pasir dan
kerikil. Interval ketinggian satuan morfologi
ini berkisar beberapa meter di atas permukaan
laut. Di atas peta topografi satuan morfologi
ini dicirikan oleh bentuk aliran sungai yang
berkelok-kelok
(
meandering).
Pada
penampakan
lapangan
menunjukkan
komposisi batuan yang mencirikan morfologi
dataran ini adalah endapan lumpur, pasir dan
kerikil yang cukup luas.
Stratigrafi daerah penyelidikan disusun oleh
batuan dari tua ke muda sebagai berikut :
-
Komplek Mafik Danau (JKld) dan
Kompleks Kapuas (Jklk) berumur Jura
sampai Kapur Awal merupakan batuan
ofiolit dan sedimen terdiri dari gabro,
diorit, dolerit, basal umumnya terubah
kuat, satuan ini bersentuhan sesar dengan
batuan Kelompok Embaluh (KTe).
-
Kelompok Embaluh (KTe) berumur
Kapur Akhir – Eosen Tengah terdiri dari
batuan turbiidit, umumnya perselingan
antara
batulumpur,
serpih,
argilit,
batusabak dan batupasir yang sebagian
termetakan.
-
Batuan Cekungan Ketungau, diendapkan
mulai dari Eosen Atas sampai Oligosen
Bawah dengan tebal mencapai 7000 meter,
disusun dari paling bawah oleh Formasi
Kantu (Teka).
-
Formasi Kantu (Teka) terdiri dari
batupasir berbutir sedang-kasar dengan
sedikit konglomerat dan batulumpur di
bagian bawah, lanau dan batulumpur,
setempat
dijumpai
lapisan
batubara.
Formasi Kantu ini diendapkan tidak selaras
dengan di atas Komplek Semitau.
-
Batupasir Tutoop (Tetu), terdiri dari
batupasir
kuarsa
dengan
sedikit
konglomerat, batulumpur pejal sampai
berlapis baik diendapkan selaras di atas
Formasi Kantu.
-
Formasi Ketungau (Teke), terdiri dari
batulumpur, batupasir halus, dan lapisan
(3)
tipis batubara di bagian atas, diendapkan
selaras di atas Batupasir Tutoop.
-
Batuan Terobosan Sintang (Toms), yang
terdiri dari granit dan andesit.
-
Endapan termuda berupa alluvium,
merupakan endapan hasil rombakan dari
batuan yang lebih tua, pada satuan ini di
beberapa tempat dijumpai bahan galian
sirtu dan lempung.
Petunjuk
struktur
geologi
di
daerah
penyelidikan teramati pada singkapan batuan
bancuh di bagian timur Badau dengan bidang
patahan mendatar berarah hampir
utara-selatan,
disamping
itu
juga
teramati
pembalikan
kedudukan
lapisan
batuan
sedimen
malihan
yang
mengalami
penghancuran tektonik. Berdasarkan data dari
Peta Geologi Bersistem Lembar Nangaobat,
ditunjukkan dua sesar utama yaitu sesar
mendatar berarah utara-selatan di dekat Badau
dan perkiraan sesar dengan arah barat
laut-tenggara di bagian laut-tenggara Badau.
POTENSI ENDAPAN BAHAN
GALIAN
Potensi Mineral Non Logam
Setelah dilakukan penyelidikan di bagian
utara daerah perbatasan (Kecamatan Badau,
Empanang dan Puring Kencana) dan dijumpai
: andesit, diorit, kaolin, lempung, pasirkuarsa,
sirtu dan toseki
1. Andesit
Andesit dijumpai berupa intrusi dari batuan
terobosan
Sintang
dan
Satuan
batuan
Volkanik, Batuan Komplek Mafik Danau.
Andesit batuan terobosan Sintang, berwarna
hitam bintik putih , porfiritik, masif,
sedangkan andesit dari dan Batuan Komplek
Mafik
Danau
umumnya
terpropilitkan
berwarna abu-abu terang, keras.
Andesit di aliran Sungai Kekurak, Desa
Kekurak, Kec. Badau berupa boulder-boulder
berukuran 1 - 2 m dengan luas sebaran kurang
lebih 30 ha didapat sumberdaya hipotetik
500.000 ton
,
sedangkan andesit di Bukit
Semelawi, Dusun Semirah, Desa Gerugu,
Kec. Empanang berbutir kasar, porfiritik,
masif, keras, merupakan Batuan terobosan
Sintang, dengan luas sebaran 700 ha dengan
ketinggian
75
m
didapat
sumberdaya
hipotetik 437.500.000 ton, , mempunyai kuat
tekan 1.007,43 kg/cm
2, Andesit di Bukit
Kepayang, Dusun Semirah, Desa Gerugu,
Kec. Empanang dengan luas sebaran 100 ha
dengan ketinggian 30 m didapat sumberdaya
hipotetik 25.000.000 ton. Andesit di daerah
ini belum diusahakan.
2. Diorit
Diorit di daerah ini berupa mikrodiorit porfir,
berwarna abu-abu dari batuan beku dalam
yang terjadi akibat pembekuan magma di
dekat
permukaan
bumi.
Batuan
ini
menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus
hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir
anhedral – subhedral. merupakan intrusi
batuan terobosan sintang.
Diorit di Bukit Putaw, Dusun Semirah, Desa
Gerugu, Kec. Empanang merupakan Batuan
terobosan Sintang, dengan luas sebaran 1.200
ha
dengan
ketinggian
75
m
didapat
sumberdaya hipotetik 750.000.000 ton, dari
hasil pengamatan mikroskopi menunjukkan
tekstur porfiritik, berbutir halus hingga
berukuran 2,5 mm, dominan berbutir kasar,
bentuk butir anhedral – subhedral, disusun
oleh fenokris plagioklas, piroksen dan
mineral opak di dalam masa dasar mikrolit
plagioklas, gelas dan sedikit mineral opak,
sebagian permukaan batuan diselimuti oksida
besi. Plagioklas, sebagai fenokris dan masa
dasar, tidak berwarna, berbutir halus hingga
berukuran 0,2 mm, bentuk butir anhedral -
subhedral, menunjukkan kembar karlsbad dan
albit-karlsbad, sebagian tampak berzona dan
terubah ke klorit/karbonat sebagian. Reliks
mineral mafik, sebagai fenokris maupun
masadasar, berwarna hijau, berukuran hingga
2,5 mm, bentuk butir subhedral, beberapa
individu berbentuk euhedral, retak-retak
halus, menunjukkan pleokroisme lemah,
umumnya terubah ke klorit karbonat dan
mineral opak, diinklusi oleh butiran-butiran
halus plagioklas dan opak Mineral Opak,
sebagai mikrofenokris maupun masa dasar,
berwarna hitam, kedap cahaya, berbutir halus
hingga berukuran 0,5 mm, bentuk butir
anhedral,
terdapat
menyebar,
sebagian
teroksidasi menjadi oksida besi. Masa dasar,
(4)
didominasi oleh mikrolit plagioklas,reliks
mineral mafik disertai oleh butiran-butiran
halus mineral opak. komposisi : Plagioklas
60 %, karbonat 10 %, Opak 5 %, klorit 20 %,
mempunyai kuat tekan 911,53 kg/cm
2; di
Dusun Sungai Antu, Desa Sungai Antu, Kec.
Puring Kencana dijumpai berwarna abu-abu,
keras. dengan luas sebaran kurang lebih 50 ha
dan ketinggian 1 m mempunyai sumberdaya
hipotetik sebesar 1.300.000 ton, dari hasil
pengamatan
mikroskopi
menunjukkan
holokristalin hipidiomorfik granular berbutir
halus hingga berukuran 1,5 mm, bentuk butir
anhedral – subhedral, disusun oleh fenokris
plagioklas, piroksen,dan sedikit mineral opak
di dalam masa dasar mikrolit plagioklas,
gelas, mineral opak dan piroksen. Plagioklas,
tidak berwarna, berbutir halus hingga
berukuran 1,5 mm, bentuk butir anhedral -
subhedral, menunjukkan kembar karlsbad dan
albit-karlsbad, sebagian tampak berzona,
sedikit terubah ke klorit dan mineral lempung.
Piroksen, berwarna hijau pucat, berbutir halus
hingga berukuran 1 mm, bentuk butir
anhedral-subhedral, retak-retak halus, sedikit
pleokroisme,
menunjukkan
kembar
sederhana, diinklusi oleh butiran-butiran
halus mineral opak, sedikit terubah ke
temolit/klorit. Honblende, berwarna hijau
kecoklatan, berbutir halus hingga 0,3 mm,
bentuk subhedral, tampal inklusi plagioklas,
opak, sebagaian terubah ke klorit/mineral
opak. Biotit, berwarna goklat, pleokrolk kuat,
bentuk butlr subhedral, memanjang, sebagian
terubah ke klorir dan mineral opak, tersebar
dalam batuan. Kuarsa, berbutir halus hingga
0,2 mm, granular, tersebar dalam batuan.
Mineral Opak, berwarna hitam, kedap cahaya,
berbutir sangat halus hingga berukuran 0,75
mm, bentuk butir anhedral, terdapat tersebar
dalam batuan. komposisi : Plagioklas 50 %,
Piroksen 10 %, hornblende 3 %, Opak 2 %,
Klorit 10 %, biotit 20 %, kuarsa 5 %; di
daerah Dusun Kantuk Asam, Desa Kantuk
Asam,
Kec.
Puring
Kencana
dengan
ketinggian 75 m, luas sebaran 450 ha didapat
sumberdaya hipotetik 303.750.000 ton, dari
hasil pengamatan mikroskopi menunjukkan
tekstur holokristalin, hipidiomorfik granular,,
berbutir halus hingga berukuran 1,5 mm,
bentuk butir anhedral – subhedral, disusun
oleh plagioklas, , hornblende, kuarsa, dan
mineral opak. Plagioklas, tidak berwarna,
berbutir halus hingga berukuran 1,2 mm,
bentuk
butir
anhedral
-
subhedral,
menunjukkan kembar karlsbad dan
albit-karlsbad,
sebagian
tampak
berzona.
Hornblende, berwarna hijau pucat kecoklatan,
berbutir halus hingga berukuran 1,5 mm,
bentuk butir anhedral-subhedral, retak-retak
halus,
pleokroisme,
beberapa
individu
menunjukkan kembar sederhana, diinklusi
oleh butiran-butiran halus mineral opak,
sebagian terubah ke klorit/epidot. dan mineral
opak. Kuarsa, berbutir halus hingga 0,5 mm,
granular, terdapat diantara plagioklas, tidak
berwarna, tersebar dalam batuan. Klorit,
sebagai mineral sekunder menggantikan
piroksen,
berwarna
hijau
kecoklatan,
berukuran hingga 0,5 mm, bentuk butir
anhedral, menunjukkan pleokroisme lemah,
pada bagian tedapat besama butiran-butiran
halus mineral opak dan piroksen. Mineral
Opak, berwarna hitam, kedap cahaya,
berbutir halus hingga berukuran 0,1 mm,
bentuk butir anhedral, terdapat tersebar,
sebagian
merupakan
mineral
sekunder
bersama hornblende. komposisi : Plagioklas
50 %, hornblende 20 %, Opak 3 %, klorit 15,
kuarsa 10 %, epidot 2 %, mempunyai kuat
tekan 793,71 kg/cm
2. Diorit didaerah ini
belum dimanfaatkan.
3. Kaolin
Kaolin salah satu anggota dari beberapa
kelompok mineral lempung. Merupakan hasil
pengendapan
kembali
kaolin
residu.
Keterjadiannya
tidak
bersifat
regional.
Dijumpai pada Kompleks Kapuas.
Kaolin di Desa Seriang, Kec. Badau, warna
putih abu-abu, ketebalan 4 m mempunyai luas
sebaran 100 ha dengan sumberdaya hipotetik
10.000.000 ton, hasil pengujian bakaran 1.410
°C, conto tersebut terdapat pori-pori banyak,
masa gelas baru terbentuk sedikit, tidak
terdapat gelembung, homogenitas leburan dan
warnanya merata. Warna conto sebelum
dibakar putih kekrem-kreman, setelah dibakar
warnanya krem. Diperkirakan conto dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada
pembuatan keramik dengan suhu bakar di
(5)
bawah 1.100 – 1.200 °C. Hasil analisis XRD
menunjukan
mineral
kuarsa,
kaolin,
muskopit. Kaolin di daerah ini belum
diusahakan.
4. Lempung
Lempung di daerah ini terbentuk akibat proses
pelapukan dari batuan Kelompok Embaluh
dan batuan sedimen dari Cekungan Ketungau.
Lempung di Kec. Badau, Desa Sei Tembaga,
ketebalan 10 m mempunyai luas sebaran 15
ha dengan sumberdaya hipotetik 3.000.000
ton, hasil analisis XRD menunjukan mineral
kuarsa dan kaolin, Dusun Seriang Hulu, Desa
Seriang mempunyai luas sebaran 50 ha
dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik
3.750.000 ton, Desa Tojum mempunyai luas
sebaran 50 ha dengan ketebalan 3 m,
sumberdaya hipotetik 3.750.000 ton; Kec.
Empanang, Dusun Semirah, Desa Gerugu,
mempunyai luas sebaran 100 ha dengan
ketebalan
2
m,
sumberdaya
hipotetik
5.000.000 ton, Dusun Upak Tengah, Desa
Upak mempunyai luas sebaran 50 ha dengan
ketebalan
2
m,
sumberdaya
hipotetik
2.500.000
ton,
hasil
analisis
XRD
menunjukan
mineral
kuarsa,
kaolin,
montmorillonite, Dusun Upak Hilir, Desa
Upak mempunyai luas sebaran 30 ha dengan
ketebalan
3
m,
sumberdaya
hipotetik
2.250.000 ton, Dusun Telutuk, Desa Laja
Sandang mempunyai luas sebaran 150 ha
dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik
11.250.000 ton, berdasarkan hasil pengujian
bakaran 1.410 °C, conto tersebut terdapat
pori-pori banyak, masa gelas belum terbentuk,
tidak
terdapat
gelembung,
homogenitas
leburan dan warnanya merata. Warna conto
sebelum dibakar kuning, setelah dibakar
warnanya hitam. Diperkirakan conto dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada
pembuatan keramik dengan suhu bakar di
bawah 1.100 °C, Dusun Sebindang, Desa
Ensanak mempunyai luas sebaran 150 ha
dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik
1.500.000 ton; Kec. Puring Kencana, Dusun
Kantuk Asam, Desa kantuk Asam mempunyai
luas sebaran 260 ha dengan ketebalan 2 m,
sumberdaya hipotetik 13.000.000 ton,
berdasarkan hasil pengujian bakaran 1.410 °C,
conto tersebut terdapat pori-pori banyak, masa
gelas
belum
terbentuk,
tidak
terdapat
gelembung,
homogenitas
leburan
dan
warnanya merata. Warna conto sebelum
dibakar
coklat
muda,
setelah
dibakar
warnanya
coklat
kekuning-kuningan.
Diperkirakan
conto
dapat
dimanfaatkan
sebagai bahan campuran pada pembuatan
keramik dengan suhu bakar di bawah 1.100
°C,
Dusun Sungai Antu, Desa Sungai Antu
mempunyai luas sebaran 50 ha dengan
ketebalan
2
m,
sumberdaya
hipotetik
2.500.000 ton,
Dusun Sungai Mawang, Desa
Sungai Mawang mempunyai luas sebaran 100
ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya
hipotetik 5.000.000 ton, Dusun Kedang Baru,
Desa Kedang mempunyai luas sebaran 20 ha
dengan ketebalan 10 m, sumberdaya hipotetik
5.000.000 ton,
Dusun Kantuk balau, Desa
Kantuk Balau mempunyai luas sebaran 30 ha
dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik
1.500.000 ton, Dusun Kantuk Aping, Desa
Kantuk Aping mempunyai luas sebaran 35 ha
dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik
2.625.000 ton. Lempung di daerah ini belum
di usahakan.
5. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa terjadi dari hasil pengendapan
kembali (
rework) dari batuan - batuan yang
kaya mineral kuarsa (granitik), tercuci dan
terkonsentrasi pada dasar sungai.
Endapan pasir kuarsa di Desa Desa Kekurak,
Kec badau mempunyai luas sebaran 30 ha
dengan ketebalan 10 m, sumberdaya hipotetik
7.950.000 ton, dari hasil analisis kimia
kandungan SiO
2= 74,04 %, Al
2O
3= 9,56 %,
Fe
2O
3= 12,28 % , di aliran Sungai Seriang
Desa Seriang, Kec Badau mempunyai luas
sebaran 50 ha dengan ketebalan 2 m,
sumberdaya hipotetik 2.650.000 ton, dari
hasil analisis kimia kandungan SiO
2= 91,20
%, Al
2O
3= 4,36 %, Fe
2O
3= 1,09 %, di aliran
Sungai Mirah, Dusun Semirah, Desa Gerugu,
Kec. Empanang mempunyai luas sebaran 100
ha dengan ketebalan 1 m, sumberdaya
hipotetik 2.650.000 ton, dari hasil analisis
kimia kandungan SiO
2= 86,36 %, Al
2O
3=
7,76 %, Fe
2O
3= 1,76 %, di aliran Sungai
Asam, Dusun Kersik Bunga, Desa Kantuk
Asam, Kec. Puring Kencana mempunyai luas
sebaran 75 ha dengan ketebalan 1 m,
(6)
sumberdaya hipotetik 1.987.500 ton, dari
hasil analisis kimia kandungan SiO
2= 90,08
%, Al
2O
3= 4,36 %, Fe
2O
3= 1,61 % dan di
aliran Sungai Asam Dusun sungai Antu, Desa
Sungai
Antu,
Kec.
Puring
Kencana
mempunyai luas sebaran 100 ha dengan
ketebalan
2
m,
sumberdaya
hipotetik
5.300.000 ton, dari hasil analisis kimia
kandungan SiO
2= 90,12 %, Al
2O
3= 4,56 %,
Fe
2O
3= 1,87 %. Endapan pasir kuarsa
didaerah ini dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan.
6. Sirtu
Sirtu darat terdiri dari kerakal, kerikil, pasir,
diperkirakan merupakan hasil rombakan
batuan yang lebih tua.
Endapan sirtu di Dusun Kantuk Asam, Desa
Kantuk
Asam,
Kec.
Puring
Kencana
mempunyai luas sebaran 65 ha dengan
ketebalan
2
m,
sumberdaya
hipotetik
3.445.000 ton. Sirtu di daerah ini digunakan
sebagai bahan pembuatan jalan antara
Putusibau sampai perbatasan Malaysia,
oleh
PT Eria Makmur.
7. Toseki
Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan
batuan vulkanik yang berkomposisi asam dan
terbentuk sebagai hasil ubahan hidrotermal
batuan vulkanik jenis tufa riolitik atau dasit
atau dasitik. Termasuk dalam batuan komplek
Kapuas.
Toseki di Desa Sei Tembaga mempunyai
luas sebaran 4 ha dengan ketebalan 10 m,
sumberdaya hipotetik 1.000.000 ton, Desa
Badau mempunyai luas sebaran 50 ha dengan
ketebalan 20 m, sumberdaya hipotetik
25.000.000
ton
dan
Desa
Sebindang
mempunyai luas sebaran 50 ha dengan
ketebalan
4
m,
sumberdaya
hipotetik
5.000.000 ton, berdasarkan hasil pengujian
bakaran 1.410 °C, conto tersebut terdapat
pori-pori
banyak,
masa
gelas
belum
terbentuk,
tidak
terdapat
gelembung,
homogenitas leburan dan warnanya merata.
Warna conto sebelum dibakar putih, setelah
dibakar warnanya putih. Diperkirakan conto
dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
pada pembuatan keramik dengan suhu bakar
di bawah 1.200 °C, hasil analisis XRD
menunjukan mineral kuarsa dan kaolin. Saat
ini telah ditambang sebagai bahan bangunan
dan konstruksi jalan.
Potensi Mineral Logam
Keterdapatan mineral logam di wilayah
penyelidikan diindikasikan dengan kehadiran
butiran emas dalam konsentrat dulang. Dari
sebanyak 22 contoh konsentrat dulang yang
diambil selama penyelidikan setidaknya ada
sebanyak tujuh lokasi mengandung butiran
emas dimana teramati di bawah mikroskop
binokuler berupa butiran sangat halus hingga
kasar
terdapat
dalam
empat
contoh.
Berdasarkan hasil analisis geokimia batuan,
terdapat indikasi endapan krom (566 ppm)
pada satu lokasi di lingkungan batuan ofiolit
sekitar Badau, emas (11-24 ppb) pada empat
lokasi di lingkungan batuan ofiolit terubah
kaolin disekitar Badau dan logam dasar (Cu =
113 ppm, Pb = 106 ppm dan Zn = 102-151
ppm).
Indikasi adanya endapan emas dan logam
dasar di daerah penyelidikan juga ditunjukan
dari hasil geokimia sedimen sungai aktif.
Kandungan unsur Au diatas nilai ambang
yaitu lebih dari 8 ppb dijumpai disekitar
Badau hingga perbatasan Puring Kencana dan
Empanang. Namun tidak diikuti dengan nilai
anomali Ag karena terlalu kecil, yaitu
umumnya lebih kecil dari 1 ppm.
Indikasi logam dasar (Cu, Pb dan Zn)
ditunjukan dari hasil geokimia sediment
sungai aktif. Nilai anomali untuk tembaga
(Cu) yaitu 22 ppm hingga 83 ppm terdapat di
daerah Badau hingga kearah barat dengan
pola sebaran mirip dengan anomali emas. Pola
anomali untuk Pb dan Zn mirip dengan untuk
Cu sehingga mermiliki korelasi positif.
Dengan ditemukanya butiran emas dalam
konsentrat
dulang
disejumlah
titik
penyontohan, hal ini bukan saja sebagai
petunjuk dalam menemukan sumber emas
primer, akan tetapi juga menunjukan adanya
kemungkinan endapan emas plaser dibagian
hilir dari aliran sungai pembawa butiran emas
tersebut. Dalam beberapa conto konsentrat
dulang teramati adanya mineral sinabar
(trace) yang menunjukan bahwa sistim
(7)
pembentukan mineralisasi emas di daerah ini
di duga merupakan tipe epitermal. Apabila
mengacu kepada luas hamparan alluvial yang
menempati wilayah perbatasan Malaysia ini
yaitu
sekitar
20.000
Ha
lebih,dapat
menggambarkan kemungkinan cukup besar
potensi
emas
plaser.
Namun
masih
memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Potensi Batubara
Di daerah penyelidikan dijumpai 6 lokasi
singkapan batubara, 4 lokasi endapan hanya
berupa lensa dengan tebal 25 cm, dan 2 lokasi
berupa perlapisan yang menerus di daerah
Dusun Telutuk, Desa Laja Sandang, Kec.
Empanang, sehingga yang dapat dihitung
sumberdayanya hanya di daerah tersebut.
§
Panjang singkapan 100 m, lebar = 50/sin
33
o= 50/ 0,544= 91,91 m dan tebal = 1,5
m.
maka sumberdaya nya : 100 x 91,91 x 1,5
x 1,35 = 186.11,77 ton.
§
Panjang singkapan 100 m, lebar = 50/sin
48
o= 50/ 0,74= 67,57 m dan tebal = 0,9 m.
maka sumberdaya nya: 100 x 67,57 x 0,9
x 1,35 = 8.209,75 ton.
Evaluasi hasil analisis yang telah dilakukan
pada conto tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
§
Nilai kalori berkisar antara 6.518 kal/gr
sampai 6.996kal/gr.
Dari hasil analisis tersebut, maka berdasarkan
klasifikasi
ASTM
batubara
di
daerah
penyelidikan termasuk ke dalam jenis Sub
Bituminous C – Sub Bituminous A.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN
PENGEMBANGAN
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan maka
pengkajian atau penilaiannya didasarkan pada
beberapa aspek antara lain : kualitas,
kuantitas, lokasi dan pemasaran, disamping
aspek lainnya. Untuk mengetahui prospek
pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya
mineral dan batubara di wilayah ini perlu
dilakukan analisis potensi dan kegunaan
bahan galian tersebut.
Dari hasil kajian sampai saat ini, diperkirakan
terdapat beberapa bahan galian non logam
yang
diharapkan
keterdapatannya
dapat
dijadikan
daerah
prospek
untuk
dikembangkan lebih lanjut dan mampu
menjadi unggulan. Bahan galian serta daerah
yang dimaksud adalah :
a.
Bahan Bangunan seperti andesit, diorit
dan sirtu, yang sangat berguna sebagai
bahan baku pembuatan jalan di wilayah
ini, yang saat ini dalam keadaan rusak
berat.
b.
Bahan keramik berupa lempung (
bond clay), kaolin dan toseki. Lempung, yang
merupakan mineral ikutan dalam endapan
batubara, mempunyai nilai ekonomis
tersendiri. Juga toseki dalam rangka
konservasi bahan galian, disarankan untuk
tidak digunakan lagi sebagai bahan
kontruksi jalan, dapat digunakan andesit,
yang dijumpai dalam jumlah banyak.
c.
Perlu dilakukan eksplorasi umum endapan
batubara di daerah Telutuk, Desa Laja
Sandang, Kec. Empanang, Kab. Kapuas
Hulu, di daerah ini diperkirakan terdapat 2
seam batubara dengan ketebalan 0,9 m dan
1,5 m.
1. Andesit Dan Diorit
Peranan bahan galian ini penting sekali di
sektor
konstruksi,
terutama
dalam
pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya,
gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan
lainnya.
Dalam
pemanfaatannya
dapat
berbentuk batu belah,
splitdan abu batu.
Beberapa lokasi andesit dan diorit di daerah
penyelidikan yang mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan :
-
Andesit dan diorit di daerah Dusun
Semirah,
Desa
Gerugu,
Kecamatan
Empanang mempunyai mutu yang baik,
dapat dipakai untuk bahan bangunan
konstruksi sedang sampai berat dan
cadangannya
cukup
besar.
Andesit
mempunyai kuat tekan 1.007,43 kg/cm
2,
sedangkan diorit 911,53 kg/cm
2-
Diorit di daerah Dusun Kantuk Asam,
Desa Kantuk Asam, Kecamatan Puring
Kencana mempunyai kuat tekan 793,71
kg/cm
2, dapat dipakai untuk bahan
(8)
bangunan
konstruksi
sedang
dan
cadangannya cukup besar.
2. Sirtu
Penggunaan sirtu (pasir dan batu) sampai saat
ini terbatas sebagai bahan bangunan, terutama
sebagai campuran beton berat atau sebagai
pengeras jalan.
Untuk
penambangan
pasir
dan
batu
diperlukan pengawasan yang ketat, karena
umumnya
para
penambang
kurang
memperhatikan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan kurangnya pengetahuan tambang
dan minimnya bimbingan yang dilakukan
instansi
terkait,
sehingga
seringkali
mempercepat proses kerusakan lingkungan.
Di kabupaten Kapuas Hulu sirtu terdapat di
daerah Dusun Kantuk Asam, Desa Kantuk
Asam, Kec. Puring Kencana dan di daerah
Desa Tanjung kerja, Kec. Putussibau Utara.
Saat ini sirtu tersebut sudah dimanfaatkan
untuk pembangunan jalan.
3. Emas
Berdasarkan petunjuk awal, jenis komoditas
yang mungkin bisa dikembangkan adalah
Emas (Au) plaser. Karena bagian hilir dari
lokasi keterdapatan butiran emas sebagaimana
teramati pada konsentrat dulang, merupakan
endapan alluvial yang cukup luas mulai dari
bagian tenggara Badau hingga selatan.
Sehingga
melalui
penyelidikan
lanjutan
diharapkan diperoleh potensi yang memadai
setidaknya untuk usaha pertambangan rakyat
dengan teknologi tradisional dengan
prinsip-prinsip tanpa merusak lingkungan. Misalnya
melakukan pendulangan pada aliran-aliran
sungai purba atau
suction dredgekecil
sepanjang
aliran sungai purba seperti sekitar
sungai Seriang dan S. Pesayah. Akan tetapi
tetap harus terlebih dahulu dikaji lebih teliti
untuk memastikan potensi dan metode yang
tepat.
Dengan kondisi harga emas yang terus
meningkat akhir-akhir ini merupakan peluang
untuk membuka usaha pertambangan emas
pada “cut off grade” yang rendah dengan
teknologi sederhana namun masih ekonomis.
4. Batubara
Peningkatan pemakaian batubara untuk PLTU
disebabkan oleh biaya produksi listrik relatif
ekonomis dibanding dengan sumber energi
lainnya terlebih dengan bahan bakar minyak.
Di samping itu potensi batubara di Indonesia
cukup besar dengan total sumberdaya 104,94
milyar ton dan total cadangan 21,13 milyar
ton (PMG, 2009). Dari jumlah tersebut ± 60
% merupakan batubara jenis kualitas rendah.
Peluang pemanfaatan batubara kualitas rendah
untuk PLTU mulut tambang cukup besar dan
terbuka, bila melihat peningkatan jumlah
kebutuhan energi listrik nasional sebesar
15,53%
pertahun,
sedangkan
jumlah
pemasokan energi listrik baru mencapai
3,04% per tahun. Di sisi lain semakin
berkurangnya
cadangan
minyak
bumi
Indonesia.
Oleh karena sumber daya batubara yang tidak
terlalu besar dan juga sarana infrastruktur
yang tidak memungkinan serta jauh dari
pelabuhan maka pemanfaatan batubara di
kabupaten Kapuas Hulu dapat digunakan
untuk PLTU mulut tambang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penyelidikan di daerah perbatasan,
Kabupaten Kapuas Hulu ini, dijumpai :
1.
Bahan Bangunan seperti andesit, diorit
dan sirtu, yang sangat berguna sebagai
bahan baku pembuatan jalan di wilayah
ini, yang saat ini dalam keadaan rusak
berat. Andesit mempunyai sumberdaya
hipotetik
463.000.000
ton,
diorit
mempunyai
sumberdaya
hipotetik
1.055.050.000 ton dan sirtu 3.445.000 ton.
2.
Bahan keramik berupa lempung, kaolin
dan
toseki.
Lempung
mempunyai
sumberdaya hipotetik 62.625.000 ton,
kaolin mempunyai sumberdaya hipotetik
10.000.000 ton dan toseki mempunyai
sumberdaya hipotetik 31.000.000 ton
3.
Bahan galian industri berupa pasir kuarsa
dengan sumberdaya hipotetik 20.537.500
ton
4.
Indikasi mineral logam yang ditemukan
terdiri dari emas, logam dasar (Cu, Pb, dan
(9)
Zn) dan krom (Cr). Emas selain tipe plaser,
juga memiliki petunjuk tipe primer
bersama-sama dengan logam dasar lainnya
dalam lingkungan batuan ofiolit. Indikasi
emas primer dan logam dasar berkaitan
dengan pembentukan urat-urat kuarsa yang
banyak ditemukan di daerah Badau.
Sementara emas plaser dengan mineral
ikutannya seperti krom diduga menyebar
luas dibagian selatan Badau. Kehadiran
butiran sinabar dalam konsentrat dulang
mengindikasikan
pembentukan
emas
primer tipe suhu rendah (epithermal) di
daerah ini. Namun demikian, masih
memerlukan penelitian lebih lanjut.
5.
Di daerah penyelidikan dijumpai 6 lokasi
singkapan batubara, 4 lokasi endapan
hanya berupa lensa dengan tebal 25 cm,
dan 2 lokasi berupa perlapisan yang
menerus dan sumberdaya di lokasi pertama
186.11,77 ton. Sedangkan di lokasi kedua
8.209,75 ton. Kualitas batubara umumnya
menunjukan cukup baik dan menunjukan
rank yang cukup tinggi yaitu 6.518 kal/gr –
6.996
kal/gr.
Berdasarkan klasifikasi
ASTM batubara di daerah penyelidikan
termasuk ke dalam jenis Sub Bituminous C
– Sub Bituminous A dan Lignit.
Saran
Agar dilakukan penyelidikan lanjutan
terhadap beberapa bahan galian di bawah ini
:
1.
Andesit di daerah Bukit Semelawi dan
Bukit Kepayang, Dusun Semirah, Desa
Gerugu, Kec. Empanang, dan diorit di
daerah Bukit Putaw, Dusun Semirah, Desa
Gerugu, Kec. Empanang sebarannya luas.
2.
Berdasarkan
hasil
penyelidikan
ini
disarankan
melakukan
penyelidikan
lanjutan dengan metoda pemetaan geologi
rinci, geokimia batuan dan geokimia soil
pada lingkungan batuan ofiolit dari
kelompok
Kapuas
dengan
sasaran
menemukan zona pembentukan emas
primer yang dalam hal ini diduga juga
berasosiasi dengan logam dasar. Bila
melihat penyebaran batuan ofiolit beserta
ubahan dan zona urat kuarsa yang masih
menerus kearah perbatasan Malaysia dan
diperkirakan melintasi batas negara maka
disarankan untuk melakukan kerjasama
antar negara dalam melacak sumber emas
primer. Untuk sasaran potensi emas plaser
disarankan dilakukan pemboran bangka
dan sumur uji acak diharapkan alluvial
yang ada disekitar Badau. Disamping itu
penyontohan
“Bench
Gravel”
dapat
dilakukan pada dinding sampai purba yang
ada untuk mengetahui ada tidaknya potensi
emas yang bisa segera di tambang secara
tradisional.
3.
Endapan batubara di daerah Telutuk, yang
dijumpai bersamaan dengan lempung
sebagai mineral ikutan, dimana formasi
pembawa
batubara
(Formasi
Kantu)
sebarannya luas. Walaupun dari segi
kualitas batubara termasuk baik dan
menarik untuk di kembangkan tetapi
sumberdaya batubaranya tidak cukup
besar, hal ini memerlukan pembuktian
lebih
lanjut
dengan
melakukan
penyelidikan lebih teliti dan detail agar di
dapat singkapan batubara yang lebih
banyak sehingga lebih representatif dalam
perhitungan kuantitas batubara yang lebih
terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Pujobroto,
1988,
Penyelidikan
Pendahuluan Endapan Batubara Pada
Formasi
Kantu
Di
Kecamatan
Empanang, Kab. Kapuas Hulu, Prov.
Kalimantan
Barat,
Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Agus Subarnas, 1998, Eksplorasi Endapan
Batubara Di Daerah Mandai, Kab.
Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan Barat,
Direktorat
Sumberdaya
Mineral,
Bandung
Kusdarto, 2004, Inventarisasi dan Evaluasi
Mineral Non Logam Di Kabupaten
Sintang
Dan
Kapuas
Hulu,
Kalimantan
Barat,
Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung
Martua Raja P, Eksplorasi Pendahuluan
Sumberdaya Batumulia dan Bahan
(10)
Galian Industri Di Daerah Putussibau,
Kab. Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan
Barat,
Direktorat
Sumberdaya
Mineral, Bandung
R. Heryanto, 1993, Peta Geologi Lembar
Sintang, Kalimantan Skala 1 :
250.000, PPPG, Bandung
Surono,
1993,
Peta
Geologi
Lembar
Nangaobat, Kalimantan Skala 1 :
250.000, PPPG, Bandung
Surono,
1993,
Peta
Geologi
Lembar
Putussibau, Kalimantan Skala 1 :
250.000, PPPG, Bandung
Surono,
1993,
Peta
Geologi
Lembar
Pegunungan
Kapuas,
Kalimantan
Skala 1 : 250.000, PPPG, Bandung
Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan
Galian Industri, PPTM, Bandung
……….., 2010, Kabupaten Kapuas
Hulu Dalam Angka, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar 1. Peta Lokasi Keterdapatan Mineral Dan Batubara Di Wilayah Perbatasan
Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
(1)
bawah 1.100 – 1.200 °C. Hasil analisis XRD menunjukan mineral kuarsa, kaolin, muskopit. Kaolin di daerah ini belum diusahakan.
4. Lempung
Lempung di daerah ini terbentuk akibat proses pelapukan dari batuan Kelompok Embaluh dan batuan sedimen dari Cekungan Ketungau. Lempung di Kec. Badau, Desa Sei Tembaga, ketebalan 10 m mempunyai luas sebaran 15 ha dengan sumberdaya hipotetik 3.000.000 ton, hasil analisis XRD menunjukan mineral kuarsa dan kaolin, Dusun Seriang Hulu, Desa Seriang mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 3.750.000 ton, Desa Tojum mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 3.750.000 ton; Kec. Empanang, Dusun Semirah, Desa Gerugu, mempunyai luas sebaran 100 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 5.000.000 ton, Dusun Upak Tengah, Desa Upak mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 2.500.000 ton, hasil analisis XRD menunjukan mineral kuarsa, kaolin, montmorillonite, Dusun Upak Hilir, Desa Upak mempunyai luas sebaran 30 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 2.250.000 ton, Dusun Telutuk, Desa Laja Sandang mempunyai luas sebaran 150 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 11.250.000 ton, berdasarkan hasil pengujian bakaran 1.410 °C, conto tersebut terdapat pori-pori banyak, masa gelas belum terbentuk, tidak terdapat gelembung, homogenitas leburan dan warnanya merata. Warna conto sebelum dibakar kuning, setelah dibakar warnanya hitam. Diperkirakan conto dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada pembuatan keramik dengan suhu bakar di bawah 1.100 °C, Dusun Sebindang, Desa Ensanak mempunyai luas sebaran 150 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 1.500.000 ton; Kec. Puring Kencana, Dusun Kantuk Asam, Desa kantuk Asam mempunyai luas sebaran 260 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 13.000.000 ton, berdasarkan hasil pengujian bakaran 1.410 °C, conto tersebut terdapat pori-pori banyak, masa
gelas belum terbentuk, tidak terdapat gelembung, homogenitas leburan dan warnanya merata. Warna conto sebelum dibakar coklat muda, setelah dibakar warnanya coklat kekuning-kuningan. Diperkirakan conto dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada pembuatan keramik dengan suhu bakar di bawah 1.100 °C, Dusun Sungai Antu, Desa Sungai Antu mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 2.500.000 ton, Dusun Sungai Mawang, Desa Sungai Mawang mempunyai luas sebaran 100 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 5.000.000 ton,Dusun Kedang Baru, Desa Kedang mempunyai luas sebaran 20 ha dengan ketebalan 10 m, sumberdaya hipotetik 5.000.000 ton, Dusun Kantuk balau, Desa Kantuk Balau mempunyai luas sebaran 30 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 1.500.000 ton, Dusun Kantuk Aping, Desa Kantuk Aping mempunyai luas sebaran 35 ha dengan ketebalan 3 m, sumberdaya hipotetik 2.625.000 ton. Lempung di daerah ini belum di usahakan.
5. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa terjadi dari hasil pengendapan kembali (rework) dari batuan - batuan yang kaya mineral kuarsa (granitik), tercuci dan terkonsentrasi pada dasar sungai.
Endapan pasir kuarsa di Desa Desa Kekurak, Kec badau mempunyai luas sebaran 30 ha dengan ketebalan 10 m, sumberdaya hipotetik 7.950.000 ton, dari hasil analisis kimia kandungan SiO2 = 74,04 %, Al2O3 = 9,56 %, Fe2O3 = 12,28 % , di aliran Sungai Seriang Desa Seriang, Kec Badau mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 2.650.000 ton, dari hasil analisis kimia kandungan SiO2 = 91,20 %, Al2O3 = 4,36 %, Fe2O3 = 1,09 %, di aliran Sungai Mirah, Dusun Semirah, Desa Gerugu, Kec. Empanang mempunyai luas sebaran 100 ha dengan ketebalan 1 m, sumberdaya hipotetik 2.650.000 ton, dari hasil analisis kimia kandungan SiO2 = 86,36 %, Al2O3 = 7,76 %, Fe2O3 = 1,76 %, di aliran Sungai Asam, Dusun Kersik Bunga, Desa Kantuk Asam, Kec. Puring Kencana mempunyai luas sebaran 75 ha dengan ketebalan 1 m,
(2)
sumberdaya hipotetik 1.987.500 ton, dari hasil analisis kimia kandungan SiO2 = 90,08 %, Al2O3 = 4,36 %, Fe2O3 = 1,61 % dan di aliran Sungai Asam Dusun sungai Antu, Desa Sungai Antu, Kec. Puring Kencana mempunyai luas sebaran 100 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 5.300.000 ton, dari hasil analisis kimia kandungan SiO2 = 90,12 %, Al2O3 = 4,56 %, Fe2O3 = 1,87 %. Endapan pasir kuarsa didaerah ini dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
6. Sirtu
Sirtu darat terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, diperkirakan merupakan hasil rombakan batuan yang lebih tua.
Endapan sirtu di Dusun Kantuk Asam, Desa Kantuk Asam, Kec. Puring Kencana mempunyai luas sebaran 65 ha dengan ketebalan 2 m, sumberdaya hipotetik 3.445.000 ton. Sirtu di daerah ini digunakan sebagai bahan pembuatan jalan antara Putusibau sampai perbatasan Malaysia, oleh PT Eria Makmur.
7. Toseki
Endapan toseki biasanya berasosiasi dengan batuan vulkanik yang berkomposisi asam dan terbentuk sebagai hasil ubahan hidrotermal batuan vulkanik jenis tufa riolitik atau dasit atau dasitik. Termasuk dalam batuan komplek Kapuas.
Toseki di Desa Sei Tembaga mempunyai luas sebaran 4 ha dengan ketebalan 10 m, sumberdaya hipotetik 1.000.000 ton, Desa Badau mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 20 m, sumberdaya hipotetik 25.000.000 ton dan Desa Sebindang mempunyai luas sebaran 50 ha dengan ketebalan 4 m, sumberdaya hipotetik 5.000.000 ton, berdasarkan hasil pengujian bakaran 1.410 °C, conto tersebut terdapat pori-pori banyak, masa gelas belum terbentuk, tidak terdapat gelembung, homogenitas leburan dan warnanya merata. Warna conto sebelum dibakar putih, setelah dibakar warnanya putih. Diperkirakan conto dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran pada pembuatan keramik dengan suhu bakar di bawah 1.200 °C, hasil analisis XRD
menunjukan mineral kuarsa dan kaolin. Saat ini telah ditambang sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan.
Potensi Mineral Logam
Keterdapatan mineral logam di wilayah penyelidikan diindikasikan dengan kehadiran butiran emas dalam konsentrat dulang. Dari sebanyak 22 contoh konsentrat dulang yang diambil selama penyelidikan setidaknya ada sebanyak tujuh lokasi mengandung butiran emas dimana teramati di bawah mikroskop binokuler berupa butiran sangat halus hingga kasar terdapat dalam empat contoh. Berdasarkan hasil analisis geokimia batuan, terdapat indikasi endapan krom (566 ppm) pada satu lokasi di lingkungan batuan ofiolit sekitar Badau, emas (11-24 ppb) pada empat lokasi di lingkungan batuan ofiolit terubah kaolin disekitar Badau dan logam dasar (Cu = 113 ppm, Pb = 106 ppm dan Zn = 102-151 ppm).
Indikasi adanya endapan emas dan logam dasar di daerah penyelidikan juga ditunjukan dari hasil geokimia sedimen sungai aktif. Kandungan unsur Au diatas nilai ambang yaitu lebih dari 8 ppb dijumpai disekitar Badau hingga perbatasan Puring Kencana dan Empanang. Namun tidak diikuti dengan nilai anomali Ag karena terlalu kecil, yaitu umumnya lebih kecil dari 1 ppm.
Indikasi logam dasar (Cu, Pb dan Zn) ditunjukan dari hasil geokimia sediment sungai aktif. Nilai anomali untuk tembaga (Cu) yaitu 22 ppm hingga 83 ppm terdapat di daerah Badau hingga kearah barat dengan pola sebaran mirip dengan anomali emas. Pola anomali untuk Pb dan Zn mirip dengan untuk Cu sehingga mermiliki korelasi positif. Dengan ditemukanya butiran emas dalam konsentrat dulang disejumlah titik penyontohan, hal ini bukan saja sebagai petunjuk dalam menemukan sumber emas primer, akan tetapi juga menunjukan adanya kemungkinan endapan emas plaser dibagian hilir dari aliran sungai pembawa butiran emas tersebut. Dalam beberapa conto konsentrat dulang teramati adanya mineral sinabar (trace) yang menunjukan bahwa sistim
(3)
pembentukan mineralisasi emas di daerah ini di duga merupakan tipe epitermal. Apabila mengacu kepada luas hamparan alluvial yang menempati wilayah perbatasan Malaysia ini yaitu sekitar 20.000 Ha lebih,dapat menggambarkan kemungkinan cukup besar potensi emas plaser. Namun masih memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Potensi Batubara
Di daerah penyelidikan dijumpai 6 lokasi singkapan batubara, 4 lokasi endapan hanya berupa lensa dengan tebal 25 cm, dan 2 lokasi berupa perlapisan yang menerus di daerah Dusun Telutuk, Desa Laja Sandang, Kec. Empanang, sehingga yang dapat dihitung sumberdayanya hanya di daerah tersebut. § Panjang singkapan 100 m, lebar = 50/sin
33o = 50/ 0,544= 91,91 m dan tebal = 1,5 m.
maka sumberdaya nya : 100 x 91,91 x 1,5 x 1,35 = 186.11,77 ton.
§ Panjang singkapan 100 m, lebar = 50/sin 48o = 50/ 0,74= 67,57 m dan tebal = 0,9 m. maka sumberdaya nya: 100 x 67,57 x 0,9 x 1,35 = 8.209,75 ton.
Evaluasi hasil analisis yang telah dilakukan pada conto tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
§ Nilai kalori berkisar antara 6.518 kal/gr sampai 6.996kal/gr.
Dari hasil analisis tersebut, maka berdasarkan klasifikasi ASTM batubara di daerah penyelidikan termasuk ke dalam jenis Sub Bituminous C – Sub Bituminous A.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan maka pengkajian atau penilaiannya didasarkan pada beberapa aspek antara lain : kualitas, kuantitas, lokasi dan pemasaran, disamping aspek lainnya. Untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya mineral dan batubara di wilayah ini perlu dilakukan analisis potensi dan kegunaan bahan galian tersebut.
Dari hasil kajian sampai saat ini, diperkirakan terdapat beberapa bahan galian non logam yang diharapkan keterdapatannya dapat dijadikan daerah prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu menjadi unggulan. Bahan galian serta daerah yang dimaksud adalah :
a. Bahan Bangunan seperti andesit, diorit dan sirtu, yang sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan jalan di wilayah ini, yang saat ini dalam keadaan rusak berat.
b. Bahan keramik berupa lempung (bond clay), kaolin dan toseki. Lempung, yang merupakan mineral ikutan dalam endapan batubara, mempunyai nilai ekonomis tersendiri. Juga toseki dalam rangka konservasi bahan galian, disarankan untuk tidak digunakan lagi sebagai bahan kontruksi jalan, dapat digunakan andesit, yang dijumpai dalam jumlah banyak. c. Perlu dilakukan eksplorasi umum endapan
batubara di daerah Telutuk, Desa Laja Sandang, Kec. Empanang, Kab. Kapuas Hulu, di daerah ini diperkirakan terdapat 2 seam batubara dengan ketebalan 0,9 m dan 1,5 m.
1. Andesit Dan Diorit
Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu. Beberapa lokasi andesit dan diorit di daerah penyelidikan yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan :
- Andesit dan diorit di daerah Dusun Semirah, Desa Gerugu, Kecamatan Empanang mempunyai mutu yang baik, dapat dipakai untuk bahan bangunan konstruksi sedang sampai berat dan cadangannya cukup besar. Andesit mempunyai kuat tekan 1.007,43 kg/cm2, sedangkan diorit 911,53 kg/cm2
- Diorit di daerah Dusun Kantuk Asam, Desa Kantuk Asam, Kecamatan Puring Kencana mempunyai kuat tekan 793,71 kg/cm2, dapat dipakai untuk bahan
(4)
bangunan konstruksi sedang dan cadangannya cukup besar.
2. Sirtu
Penggunaan sirtu (pasir dan batu) sampai saat ini terbatas sebagai bahan bangunan, terutama sebagai campuran beton berat atau sebagai pengeras jalan.
Untuk penambangan pasir dan batu diperlukan pengawasan yang ketat, karena umumnya para penambang kurang memperhatikan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tambang dan minimnya bimbingan yang dilakukan instansi terkait, sehingga seringkali mempercepat proses kerusakan lingkungan. Di kabupaten Kapuas Hulu sirtu terdapat di daerah Dusun Kantuk Asam, Desa Kantuk Asam, Kec. Puring Kencana dan di daerah Desa Tanjung kerja, Kec. Putussibau Utara. Saat ini sirtu tersebut sudah dimanfaatkan untuk pembangunan jalan.
3. Emas
Berdasarkan petunjuk awal, jenis komoditas yang mungkin bisa dikembangkan adalah Emas (Au) plaser. Karena bagian hilir dari lokasi keterdapatan butiran emas sebagaimana teramati pada konsentrat dulang, merupakan endapan alluvial yang cukup luas mulai dari bagian tenggara Badau hingga selatan. Sehingga melalui penyelidikan lanjutan diharapkan diperoleh potensi yang memadai setidaknya untuk usaha pertambangan rakyat dengan teknologi tradisional dengan prinsip-prinsip tanpa merusak lingkungan. Misalnya melakukan pendulangan pada aliran-aliran sungai purba atau suction dredge kecil sepanjang aliran sungai purba seperti sekitar sungai Seriang dan S. Pesayah. Akan tetapi tetap harus terlebih dahulu dikaji lebih teliti untuk memastikan potensi dan metode yang tepat.
Dengan kondisi harga emas yang terus meningkat akhir-akhir ini merupakan peluang untuk membuka usaha pertambangan emas pada “cut off grade” yang rendah dengan teknologi sederhana namun masih ekonomis. 4. Batubara
Peningkatan pemakaian batubara untuk PLTU disebabkan oleh biaya produksi listrik relatif ekonomis dibanding dengan sumber energi lainnya terlebih dengan bahan bakar minyak. Di samping itu potensi batubara di Indonesia cukup besar dengan total sumberdaya 104,94 milyar ton dan total cadangan 21,13 milyar ton (PMG, 2009). Dari jumlah tersebut ± 60 % merupakan batubara jenis kualitas rendah. Peluang pemanfaatan batubara kualitas rendah untuk PLTU mulut tambang cukup besar dan terbuka, bila melihat peningkatan jumlah kebutuhan energi listrik nasional sebesar 15,53% pertahun, sedangkan jumlah pemasokan energi listrik baru mencapai 3,04% per tahun. Di sisi lain semakin berkurangnya cadangan minyak bumi Indonesia.
Oleh karena sumber daya batubara yang tidak terlalu besar dan juga sarana infrastruktur yang tidak memungkinan serta jauh dari pelabuhan maka pemanfaatan batubara di kabupaten Kapuas Hulu dapat digunakan untuk PLTU mulut tambang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penyelidikan di daerah perbatasan, Kabupaten Kapuas Hulu ini, dijumpai : 1. Bahan Bangunan seperti andesit, diorit
dan sirtu, yang sangat berguna sebagai bahan baku pembuatan jalan di wilayah ini, yang saat ini dalam keadaan rusak berat. Andesit mempunyai sumberdaya hipotetik 463.000.000 ton, diorit mempunyai sumberdaya hipotetik 1.055.050.000 ton dan sirtu 3.445.000 ton. 2. Bahan keramik berupa lempung, kaolin
dan toseki. Lempung mempunyai sumberdaya hipotetik 62.625.000 ton, kaolin mempunyai sumberdaya hipotetik 10.000.000 ton dan toseki mempunyai sumberdaya hipotetik 31.000.000 ton 3. Bahan galian industri berupa pasir kuarsa
dengan sumberdaya hipotetik 20.537.500 ton
4. Indikasi mineral logam yang ditemukan terdiri dari emas, logam dasar (Cu, Pb, dan
(5)
Zn) dan krom (Cr). Emas selain tipe plaser, juga memiliki petunjuk tipe primer bersama-sama dengan logam dasar lainnya dalam lingkungan batuan ofiolit. Indikasi emas primer dan logam dasar berkaitan dengan pembentukan urat-urat kuarsa yang banyak ditemukan di daerah Badau. Sementara emas plaser dengan mineral ikutannya seperti krom diduga menyebar luas dibagian selatan Badau. Kehadiran butiran sinabar dalam konsentrat dulang mengindikasikan pembentukan emas primer tipe suhu rendah (epithermal) di daerah ini. Namun demikian, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Di daerah penyelidikan dijumpai 6 lokasi singkapan batubara, 4 lokasi endapan hanya berupa lensa dengan tebal 25 cm, dan 2 lokasi berupa perlapisan yang menerus dan sumberdaya di lokasi pertama 186.11,77 ton. Sedangkan di lokasi kedua 8.209,75 ton. Kualitas batubara umumnya menunjukan cukup baik dan menunjukan rank yang cukup tinggi yaitu 6.518 kal/gr – 6.996 kal/gr. Berdasarkan klasifikasi ASTM batubara di daerah penyelidikan termasuk ke dalam jenis Sub Bituminous C – Sub Bituminous A dan Lignit.
Saran
Agar dilakukan penyelidikan lanjutan terhadap beberapa bahan galian di bawah ini :
1. Andesit di daerah Bukit Semelawi dan Bukit Kepayang, Dusun Semirah, Desa Gerugu, Kec. Empanang, dan diorit di daerah Bukit Putaw, Dusun Semirah, Desa Gerugu, Kec. Empanang sebarannya luas. 2. Berdasarkan hasil penyelidikan ini
disarankan melakukan penyelidikan lanjutan dengan metoda pemetaan geologi rinci, geokimia batuan dan geokimia soil pada lingkungan batuan ofiolit dari kelompok Kapuas dengan sasaran menemukan zona pembentukan emas primer yang dalam hal ini diduga juga berasosiasi dengan logam dasar. Bila melihat penyebaran batuan ofiolit beserta ubahan dan zona urat kuarsa yang masih menerus kearah perbatasan Malaysia dan diperkirakan melintasi batas negara maka
disarankan untuk melakukan kerjasama antar negara dalam melacak sumber emas primer. Untuk sasaran potensi emas plaser disarankan dilakukan pemboran bangka dan sumur uji acak diharapkan alluvial yang ada disekitar Badau. Disamping itu penyontohan “Bench Gravel” dapat dilakukan pada dinding sampai purba yang ada untuk mengetahui ada tidaknya potensi emas yang bisa segera di tambang secara tradisional.
3. Endapan batubara di daerah Telutuk, yang dijumpai bersamaan dengan lempung sebagai mineral ikutan, dimana formasi pembawa batubara (Formasi Kantu) sebarannya luas. Walaupun dari segi kualitas batubara termasuk baik dan menarik untuk di kembangkan tetapi sumberdaya batubaranya tidak cukup besar, hal ini memerlukan pembuktian lebih lanjut dengan melakukan penyelidikan lebih teliti dan detail agar di dapat singkapan batubara yang lebih banyak sehingga lebih representatif dalam perhitungan kuantitas batubara yang lebih terukur.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Pujobroto, 1988, Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara Pada Formasi Kantu Di Kecamatan Empanang, Kab. Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan Barat, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Agus Subarnas, 1998, Eksplorasi Endapan
Batubara Di Daerah Mandai, Kab. Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan Barat, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung
Kusdarto, 2004, Inventarisasi dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Sintang Dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung
Martua Raja P, Eksplorasi Pendahuluan Sumberdaya Batumulia dan Bahan
(6)
Galian Industri Di Daerah Putussibau, Kab. Kapuas Hulu, Prov. Kalimantan Barat, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung
R. Heryanto, 1993, Peta Geologi Lembar Sintang, Kalimantan Skala 1 : 250.000, PPPG, Bandung
Surono, 1993, Peta Geologi Lembar Nangaobat, Kalimantan Skala 1 : 250.000, PPPG, Bandung
Surono, 1993, Peta Geologi Lembar Putussibau, Kalimantan Skala 1 : 250.000, PPPG, Bandung
Surono, 1993, Peta Geologi Lembar Pegunungan Kapuas, Kalimantan Skala 1 : 250.000, PPPG, Bandung Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan
Galian Industri, PPTM, Bandung ……….., 2010, Kabupaten Kapuas
Hulu Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar 1. Peta Lokasi Keterdapatan Mineral Dan Batubara Di Wilayah Perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat