ProdukHukum BankIndonesia

No.11/ 17 /DPM

Jakarta, 7 Juli 2009

SURAT EDARAN
Kepada
SEMUA BANK UMUM SYARIAH
DAN UNIT USAHA SYARIAH

Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan
Prinsip Syariah

Sehubungan
11/30/PBI/2009

dengan

penerbitan

Peraturan


Bank

Indonesia

Nomor

tanggal 7 Juli 2009 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari

Berdasarkan Prinsip Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor

108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5034),

dipandang perlu untuk mengatur tata cara pemberian fasilitas likuiditas intrahari
berdasarkan prinsip syariah sebagai berikut:
I. KETENTUAN UMUM
1. Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
2. Bank Umum Syariah adalah Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
3. Unit Usaha Syariah adalah Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
4. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement.

5. Bank…

2

5. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System.
6. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SKNBI
adalah suatu sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur

mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
7. Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
8. Fasilitas Likuiditas Intrahari Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya
disebut FLIS adalah fasilitas pendanaan yang disediakan Bank Indonesia
kepada Bank dalam kedudukan sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan
SKNBI, yang dilakukan dengan cara repurchase agreement (repo) surat
berharga yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari
penggunaan.
9. FLIS dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLIS-RTGS adalah
FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam
operasional Sistem BI-RTGS.
10. FLIS dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLIS-Kliring adalah
FLIS untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat
penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet.
11. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah
surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.


12. Surat…

3

12. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN adalah surat
berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uang rupiah.
13. Repo SBIS dalam rangka penggunaan FLIS, yang selanjutnya disebut Repo
SBIS adalah repo intraday dengan agunan SBIS (collateralized borrowing)
dalam rangka penggunaan FLIS-RTGS dan/atau FLIS-Kliring.
14. Repo SBSN dalam rangka penggunaan FLIS, yang selanjutnya disebut Repo
SBSN adalah repo intraday melalui transaksi penjualan SBSN oleh Bank
kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali sesuai dengan harga
dan jangka waktu yang disepakati dalam rangka penggunaan FLIS-RTGS
dan/atau FLIS-Kliring.
15. Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya
disebut PUAS adalah pasar uang antar bank sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Pasar Uang Antar Bank
berdasarkan Prinsip Syariah.


II. PENYEDIAAN FLIS
1. Bank dapat memperoleh FLIS baik dalam bentuk FLIS-RTGS maupun
FLIS-Kliring.
2. Bank dapat menggunakan FLIS jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank Indonesia
berupa SBIS dan/atau SBSN;
b. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS; dan
c. berstatus aktif sebagai peserta BI-RTGS dan/atau tidak sedang
dikenakan sanksi penghentian sebagai peserta SKNBI.
3. Bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan
akan menggunakan FLIS harus mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Bank Indonesia dan dilengkapi dengan dokumen persyaratan sebagai
berikut:
a. Perjanjian…

4

a. Perjanjian Penggunaan FLIS sebagaimana contoh dalam Lampiran-1
sebanyak 2 (dua) eksemplar yang masing-masing dibubuhi meterai
cukup dan telah ditandatangani oleh direksi atau pejabat Bank yang

berwenang, dengan peruntukan:
1) 1 (satu) eksemplar untuk Bank Indonesia.
2) 1 (satu) eksemplar untuk Bank.
b. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia :
1) fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang dilegalisir
Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika
penandatangan perjanjian dilakukan oleh direksi;
2) fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan
surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang diberikan wewenang
untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak
dilakukan oleh direksi.
3) fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum
perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili
Bank jika penandatanganan perjanjian dilakukan oleh direksi; atau
4) fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada angka 3) dan
surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang diberikan wewenang
untuk menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak
dilakukan oleh direksi.
Dalam hal UUS, yang dimaksud dengan anggaran dasar dan
peraturan daerah adalah anggaran dasar bank umum konvensional

dari UUS yang bersangkutan atau peraturan daerah yang menjadi
dasar pendirian bank pembangunan daerah dari UUS yang
bersangkutan.
c. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri :

1) fotokopi…

5

1) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusatnya yang
memuat

kewenangan

pejabat

untuk

mewakili


Bank

jika

penandatangan perjanjian dilakukan oleh Chief Executive Officer
(CEO); atau
2) fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat
kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk
menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak
dilakukan oleh CEO.
4. Selain dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 3, Bank
juga melampirkan dokumen pendukung lainnya berupa fotokopi identitas
diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor
dari pejabat Bank yang berwenang untuk menandatangani perjanjian
sebagaimana dimaksud pada angka 3 serta Perjanjian Pengagunan SBIS
Dalam Rangka Repo SBIS dan Janji (Wa’ad) Untuk Membeli Kembali
SBSN Dalam Rangka Repo SBSN.
5. Dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan angka 4 disampaikan
dengan surat pengantar kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan
Moneter-Biro Operasi Moneter (BI cq.DPM-BOpM), Jl. M.H. Thamrin

No.2, Jakarta 10350.
6. Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis mengenai persetujuan atau
penolakan permohonan FLIS kepada Bank paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan angka 4 diterima
oleh Bank Indonesia secara lengkap dan benar.
7. Dalam hal permohonan FLIS disetujui, Bank Indonesia membuka akses bagi
Bank untuk menggunakan FLIS melalui BI-SSSS.
8. Dalam hal Bank telah memiliki akses FLIS sebagaimana dimaksud pada
angka 7 dan di kemudian hari Bank yang bersangkutan tidak lagi memenuhi
persyaratan FLIS maka Bank Indonesia menghentikan akses penggunaan
FLIS melalui BI-SSSS.
III. TRANSAKSI…

6

III. TRANSAKSI REPO DALAM RANGKA PENGGUNAAN FLIS
1. Dalam rangka memperoleh FLIS, Bank merepokan SBIS dan/atau SBSN
milik Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam BI-SSSS.
2. Repo SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan
menggunakan akad qard (pinjaman) dan rahn (gadai).

3. Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan
menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’ad (janji)
oleh Bank kepada Bank Indonesia untuk membeli kembali SBSN dalam
jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati.
4. SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat
FLIS jatuh waktu; dan
b. tidak sedang diagunkan kepada Bank Indonesia.
5. SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 11 (sebelas) hari kerja pada
saat FLIS jatuh waktu;dan
b. tidak sedang diagunkan.
6. Bank Indonesia menetapkan dan mengumumkan harga SBSN yang dapat
direpokan dalam rangka penggunaan FLIS melalui BI-SSSS, Sistem LHBU
dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
7. Harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan penjualan SBSN sama
dengan harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan pembelian kembali.
8. Repo SBIS dan/atau Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. repo dalam rangka FLIS-RTGS
1) Bank harus memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLISRTGS pada BI-SSSS.
2) pemindahan…

7

2) pemindahan SBIS dan/atau SBSN sebagaimana dimaksud pada angka
1) dilakukan pada saat Bank membutuhkan FLIS-RTGS (self
assessment) selama jam operasional BI-RTGS sampai dengan cut-off
warning sistem BI-RTGS.
3) SBIS dan/atau SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak
dapat

dipindahkan

dari

rekening

FLIS-RTGS

selama

Bank

menggunakan FLIS-RTGS.
4) Bank dapat memindahkan kembali SBIS dan/atau SBSN sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dari rekening FLIS-RTGS setelah Bank
menyelesaikan FLIS-RTGS.
b. repo dalam rangka FLIS-Kliring
1) Bank harus memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLISKliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan pendanaan
awal (prefund).
2) pemindahan SBIS dan/atau SBSN sebagaimana dimaksud pada angka
1) dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet dimulai sesuai
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia.
3) Bank dapat memindahkan kembali SBIS dan/atau SBSN sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dari rekening FLIS-Kliring sesuai ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia.

IV. PENGGUNAAN FLIS
1. Penggunaan FLIS-RTGS
a. Bank dapat menggunakan FLIS-RTGS sejak Sistem BI-RTGS dibuka
sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sepanjang Bank telah
memindahkan SBIS dan/atau SBSN ke rekening FLIS-RTGS.

b. penggunaan…

8

b. penggunaan FLIS-RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo
rekening giro rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk:
1) penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) sistem BIRTGS; dan
2) penyelesaian akhir Kliring Debet apabila surat berharga yang
direpokan untuk FLIS-Kliring tidak mencukupi, sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia.
2. Penggunaan FLIS-Kliring
Penggunaan FLIS-Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo
rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk
memenuhi kewajiban Bank dalam penyelesaian akhir Kliring Debet
sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening FLISKliring.
3. Mekanisme penggunaan FLIS melalui BI-SSSS dilakukan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank IndonesiaScripless Securities Settlement System.

V. PENYELESAIAN FLIS
1. Bank harus menyelesaikan FLIS pada hari penggunaan FLIS (T+0) paling
lambat sampai dengan pre cut-off time Sistem BI-RTGS.
2. Penyelesaian FLIS dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI-RTGS setiap
terdapat transaksi masuk (incoming transaction) ke rekening giro Rupiah
Bank di Bank Indonesia.
3. Mekanisme penyelesaian FLIS melalui BI-SSSS dilakukan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Bank IndonesiaScripless Securities Settlement System.

VI. BIAYA…

9

VI. BIAYA ATAS PENGGUNAAN FLIS
1. Bank Indonesia mengenakan biaya atas penggunaan FLIS yang dihitung
sebagai berikut :
Biaya Penggunaan FLIS = Nominal Penggunaan FLIS x [t / (10,5 jam x 60 menit )] x R x [1/360]

Keterangan:
t

= Waktu penggunaan FLIS (dalam hitungan menit).

R

= Rata-rata tertimbang PUAS overnight terakhir sebelum hari
penggunaan FLIS.

10,5 jam

= Jangka waktu dari mulai dibukanya jam operasional Sistem
BI-RTGS (06.30 WIB) sampai dengan cut off warning
Sistem BI-RTGS (17.00 WIB).

2. Biaya atas penggunaan FLIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 dihitung
dengan cara sebagai berikut:
a. untuk penggunaan FLIS dalam 1 (satu) jam pertama, biaya atas
penggunaan FLIS dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLIS
yang digunakan Bank (extend) dengan waktu penggunaan dibulatkan
menjadi 1 (satu) jam dalam hitungan menit.
b. untuk penggunaan FLIS setelah 1 (satu) jam pertama sebagaimana
dimaksud pada huruf a, biaya atas penggunaan FLIS dihitung sesuai
dengan saldo penggunaan FLIS dengan waktu penggunaan dibulatkan ke
atas dalam hitungan menit terdekat.
3. Perhitungan biaya atas penggunaan FLIS sebagaimana dimaksud pada angka
2 adalah sebagaimana contoh dalam Lampiran-2.
4. Pembebanan biaya atas penggunaan FLIS dilakukan pada 1 (satu) hari kerja
setelah penggunaan FLIS.

VII. PERLAKUAN…

10

VII. PERLAKUAN FLIS YANG TIDAK DISELESAIKAN
1. Dalam hal Bank tidak menyelesaikan FLIS sampai dengan batas waktu
sebagaimana dimaksud pada butir V.1 maka terhadap nilai FLIS yang tidak
diselesaikan secara otomatis diperlakukan sebagai transaksi repo dengan
Bank Indonesia dengan jangka waktu 1 (satu) hari kerja.
2. Atas masing-masing jenis dan seri surat berharga yang direpokan
sebagaimana dimaksud pada butir III.1 dikenakan haircut yang besarnya
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan melalui BI-SSSS, Sistem
LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
3. Atas transaksi repo sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank dikenakan
biaya repo dengan perhitungan sebagai berikut:
Biaya Repo = (Repo Rate ) x (t / 360 ) x Nominal Penggunaan Repo

Repo Rate = BI Rate + Marjin tertentu
t = jumlah hari kalender repo SBIS/SBSN
4. Bank Indonesia dapat mengubah repo rate sebagaimana dimaksud pada
angka 3 yang dan mengumumkannya melalui BI-SSSS, Sistem LHBU
dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
5. Pada tanggal repo SBIS atau repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka
1 jatuh waktu, BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg
dengan penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut :
a. melakukan setelmen dana dengan cara mendebet rekening giro Bank
sebesar nilai setelmen first leg ditambah biaya repo SBIS atau biaya repo
SBSN.
Dalam hal selama periode repo SBSN terdapat pembayaran imbalan
SBSN maka pembayaran imbalan tersebut akan mengurangi nilai
setelmen dana.
b. melakukan setelmen surat berharga dengan ketentuan sebagai berikut :

1) dalam…

11

1) dalam hal SBIS, dilakukan dengan cara memindahkan kembali
pencatatan seri SBIS yang diagunkan dari sub rekening hold SBIS
ke sub rekening aktif sebesar nilai nominal Repo SBIS yang jatuh
waktu.
2) dalam hal SBSN, dilakukan dengan cara mengkredit rekening surat
berharga Bank sebesar nilai nominal SBSN yang direpokan.
6. Dalam hal Bank tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk
setelmen pelunasan repo SBIS atau repo SBSN sampai dengan cut off
warning sistem BI-RTGS, BI-SSSS secara otomatis membatalkan setelmen
second leg.
7. Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk pelunasan repo SBIS atau
repo SBSN jatuh waktu yang diakibatkan karena kegagalan setelmen second
leg, Bank Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. mendebet rekening giro Bank untuk penyelesaian biaya repo SBIS atau
biaya repo SBSN yang harus dibayar; dan
b. Pelunasan seri SBIS yang direpokan sebelum jatuh waktu (early
redemption) atau memperlakukan jenis, seri dan nominal SBSN yang
gagal dibeli kembali oleh Bank sebagai transaksi jual putus (outright
selling) secara otomatis melalui BI-SSSS.

VIII. KETENTUAN LAIN-LAIN
Bank yang telah menandatangani Perjanjian Penggunaan dan Pengagunan FLIS
sebelum berlakunya Surat Edaran ini harus menggantinya dengan Perjanjian
Penggunaan FLIS sebagaimana contoh terlampir dalam Surat Edaran ini.

IX. PENUTUP…

12

IX. PENUTUP
Dengan diberlakukannya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 7/36/DPM tanggal 3 Agustus 2005 perihal Tata Cara Pemberian Fasilitas
Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 7 Juli 2009.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat
Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

HENDAR
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER