MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING MANAJEMEN-DIRI (BKMD) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN EFIKASI-DIRI DALAM BELAJAR SISWA SEKOLAH MENEGAH ATAS.

(1)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ... ii

KATA PENGANTAR ... .. v

DAFTAR ISI ... . vii

DAFTAR TABEL ... .. x

DAFTAR GAMBAR ... . xii

DAFTAR LAMPIRAN ... . . xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... .. . 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... .. ... 10

C. Tujuan Penelitian ... ... 14

D. Manfaat / Signifikansi Penelitian . ... ... 21

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 22

BAB II. KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. ... . 20

A.Kajian Pustaka . ... . 20

1. Kompetensi Belajar ... . 20

a. Pengertian Kompetensi Belajar ... . 20

b. Unsur-unsur Kompetensi dalam Belajar ... . 24

2. Efikasi-diri dalam belajar ... . 46

3. Prestasi belajar ... . 59

4. Latar belakang kondisi Sekolah Menengah Atas (SMA) ……….... . 65

5. Bimbingan dan konseling manajemen-diri (self-management) ... .. 67

a. Pengertian ... 68

b. Asumsi dan Kerangka Kerja Strategi manajemen-diri ... 70

c. Langkah-langkah komnseling manajemen-diri ... 72

d. Teknik bimbingan dam konseling manajemen-diri ... 79


(2)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri

f. Layanan Bimbingan dan konseling dengan Model BKMD untuk

meningkatkan kompetensi dan efikasi dalam belajar ... ... 93

B. Kerangka Pemikiran ... . 100

C. Hipotesis Penelitian ... . 109

BAB III. METODE PENELITIAN ... .. . 111

A. Pendekatan Peneliitian ... ... 111

B. Subyek Penelitian ... 112

C. Prosedur Penelitian ... 116

D. Penyusunan Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-Diri ... 119

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 131

F. Definisi Operasional Variabel ... 132

G. Instrumen Penelitian ... 137

H. Teknik Analisis Data ... 144

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 152

A. Temuan Penelitian ... 152

1. Profil Kompetensi dan Efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar siswa SMA ... 152

2. Model BKMD yang efektif untuk meningkatkan konpetensi dan efikasi diri dalam belajar ... ... 156

3. Keefektifan Model BKMD untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi Diri dalam belajar menuju kesuksesan belajar ... 162

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 185

C. Keterbatasan Penelitian ... . 211

D. Peluang Penggunaan Model BKMD ... 212

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 214

A. Kesimpulan ... 214

B. Saran ... ... . 218

DAFTAR PUSTAKA ... . 221


(3)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Karakteristik Sekolah Yang Menjadi Tempat Penelitian ………114 3.2. Sebaran Sampel Penelitian ………..115 3.3. Rancangan Kuasi Eksperimen ……….117 3.4.Struktur Draf Hipotetik Model Konseling Manajemen Diri untuk

Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar ………... 123 3.5. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen ………. 142 3.6. Rangkuman Hasil Uji Persyaratan Analisis Teknik Covarians ... 150 4.1. Rata-rata dan Persentase Kompetensi, Efikasi Belajar dan Prestasi

Belajar Siswa SMA Secara Umum ... ... ... 153 4.2 . Rata-rata, Persentase Kompetensi Belajar, Efikasi-diri dalam Belajar dan

Prestasi Belajar Siswa SMA dilihat dari Latar Belakang Sekolah ... 153 4.3.Ringkasan Struktur Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-Diri

(BKMD) yang Efektif untuk Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri

dalam Belajar ...………... 158 4.4.Ringkasan Struktur Pedoman Pelaksanaan Model BKMD untuk

Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri Belajar ...….... 159 4.5.Skor rata-rata dan Persentase Kompetensi Belajar, Efikasi Belajar dan

Prestasi Belajar Pada Tes Awal dan Tes Akhir... 166 4.6.Data Kompetensi Belajar, Efikasi-diri Belajar dan Prestasi Belajar dilihat

Dari Latar Belakang Sekolah ... 169 4.7.Rangkuman Hasil Analisis Kovariat, tentang Keefektifan Layanan

BK dengan Model BKMD ... 172 4.8. Korelasi antara Kompetensi Belajar, Efikasi-diri dalam Belajar

dengan Prestasi Belajar ……….. 173 4.9. Kenaikan Sekor Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Eksperimen


(4)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri

dan �2 yang Disesuaikan ………..………..…………... 174

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Alur Kegiatan Penelitian ………..119 4.1. Grafik Persentase Rata-rata Tingkat Penguasaan Kompetensi Belajar,

Efikasi-diri dalam Belajar dan Prestasi Belajar……….………...168 4.2. Grafik Rata-rata Persentase Kompetensi Belajar pada Tes Awal

dan Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol ………170 4.3. Grafik Rata-rata Persentase Efikasi-diri dalam Belajar pada Tes Awal


(5)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 235

Lampiran 2. Bukti Pertimbangan Ahli (judgement expert) ... 238

Lampiran 3. Daftar Hadir PesertaSeminar Praktisi Uji Model BKMD ... 242

Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 244

Lampiran 5. Instrumen Pengumpul Data ... 251

Lampiran 6. Data Ujicoba Instrumen Pengumpul Data ... 257

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 264

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian Kompetensi Belajar, Efikasi-diri dalam Belajar dan Prestasi Belajar ... 276

Lampiran 9. Rangkuman Hasil Analisis Data ... 285

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel ... 290

Lampiran 11. Hasil Perhitunga Analisis Data Uji Keefektifan dengan Analisis Covarians ... 291

Lampiran 12. Daftar Riwayat Hidup Peneliti ... 328

Lampiran Kusus

1. Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri (BKMD) Untuk meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar.

2. Pedoman Pelaksanaan Model BKMD.

3. Lampirannya Pedoman Pelaksanaan BKMD (Modul dan LKS).

4. Buku Petunjuk (Manual) Penggunaan Model BKMD Untuk meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar.


(6)

M. Jumarin, 2012

Model Bimbingan Dan Konseling Manajemen-Diri (Bkmd) Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Efikasi-Diri


(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Di abad XXI ini, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dihadapkan pada situasi kehidupan dan tuntutan belajar yang kompleks, sarat dengan peluang dan tantangan yang sulit diprediksi, yang oleh Jarvis (1992) disebut sebagai paradoks belajar. Sebagai remaja, siswa SMA dituntut untuk mampu menyesuaikan diri menghadapi tugas perkembangan dan mengelola diri untuk menyiapkan masa depannya, kususnya di bidang belajar. Situasi seperti di atas dapat menimbulkan masalah penyesuaian diri bagi remaja, seperti: tidak bertanggung jawab, perasaan sedih dan tak berdaya, perasaan tidak aman, cemas, kawatir dan sebagainya (Hurlock, 1990; Yusuf, 2004). Menghadapi hal seperti di atas diperlukan kemampuan atau kompetensi belajar pada siswa SMA. Tugas utama guru, pembimbing adalah membantu siswa mengembangkan kompetensi belajar, to learn how to learn (Rogers, 1983; Joice et al., 2009; De Porter & Hernacki, 2000; Schmidt, 2003). “Sekolah masa depan pada dasarnya adalah sekolah yang mampu memberikan bekal kepada anak didik berupa kemampuan dalam bertindak, belajar dan mengatur masa depannya sendiri secara aktif dan mandiri” (Sidi, 2001:16).

Kompetensi belajar merupakan modal yang penting bagi siswa untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan, namun demikian kompetensi belajar akan berfungsi optimal kalau diperkuat oleh aspek lain. Menurut Bandura (1996) efikasi-diri menjadi mesin yang kuat dalam sistem pembangkit kemampuan manusia. Suatu kompetensi akan terwujud secara optimal dalam suatu perilaku kalau ditunjang adanya efikasi-diri yang kuat. Nelson dan Jones (2011:437) mengatakan bahwa “Untuk


(8)

2

melaksanakan kinerja yang ahli orang perlu memiliki keterampilan yang dipersyaratkan dan keyakinan akan efikasinya untuk menggunakannya”. Oleh karena itu untuk menghadapi tuntutan hidup dan belajar, disamping siswa ditingkatkan kompetensi belajar mereka harus pula ditingkatkan efikasi-diri dalam belajarnya.

Berbagai penelitian menunjukkan sebagian siswa SMA menghadapi masalah belajar, diantaranya kurang memiliki kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar. Kondisi tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa kurang optimal. Di Yogyakarta, masalah belajar merupakan persoalan terbesar kedua yang dihadapi siswa sesudah masalah masa depan (Jumarin, 1999), siswa tidak tahan lama dalam belajar dan baru belajar menjelang ujian (Fauzan, 1992), belum memahami cara belajar dan menghadapi ujian dengan baik (Yusuf, 1998; Suharto, 1998), siswa SMA di Jawa Barat kurang mampu mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mengabaikan tugas (Suherman, 2007), 54,41% mahasiswa UPI mengalami kejenuhan belajar tingkat tinggi (Agustin, 2009). Studi pendahuluan pada siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo tahun 2011 menunjukkan penguasaan kompetensi dan efikaksi-diri dalm belajar sebagian siswa SMA rendah dan kurang, diantaranya: kompetensi mengelola waktu (42,6%), mengelola lingkungan belajar (29,9%), mengerjakan tugas (36,3), menghadapi ujian (24%), mengikuti pelajaran (24%), kurang yakin sukses belajar 43,8%, kurang yakin mampu menghadapi tugas yang beragam (41%).

Peningkatan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar melalui layanan bimbingan dan konseling (BK) memerlukan suatu model bimbingan dan konseling yang efektif. Fokus penelitian ini terkait dengan pengembangan model BK yang efektif


(9)

3

untuk meningkatkan kompetensi, efikasi-diri dalam belajar. Hal ini dilakukan karena: (1) masih dijumpai sebagian siswa yang mengalami hambatan belajar, kususnya kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar yang rendah, sehingga prestasi belajar belum optimal, (2) dalam praktek layanan BK belajar di sekolah masih dijumpai berbagai hambatan, (3) berdasarkan penelusuran peneliti belum ada model BK yang kusus untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar.

Penguasan kompetensi belajar bagi siswa SMA merupakan salah satu aspek dalam Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Penguasaan kompetensi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar (Edward & Marilyn, 1997; Lindgren, dalam The Liang Gie, 1998; Clyde & John, 1997). Kemampuan belajar menurut Bloom (1976) terkait dengan waktu dan usaha yang diperlukan. Brown dan Holtzman (1966) membagi konstruk kebiasaan belajar, yaitu menghindari penundaan dan metode kerja. The Liang Gie (1998) mengemukakan beberapa keterampilan belajar, yaitu (1) memiliki sikap akademik dan minat studi; (2) menyiapkan lingkungan studi yang efektif; (3) keterampilan pokok, seperti membaca, mencatat; (4) keterampilan akademik, seperti mengikuti kuliah, mencatat bacaan, menempuh ujian; (5) keterampilan pendukung, seperti: konsentrasi, menghafal, mengelola waktu, mengatur diri; (6) keterampilan kusus seperti: melakukan penelitian, berfikir kreatif. Fred Orr (1978) mengemukakan perilaku belajar yaitu: (1) strategi manajemen waktu, (2) keterampilan manajemen pribadi, (3) penguasaan keterampilan dasar belajar, (4) menjaga stabilitas kesegaran dan kesehatan fisik, dan (5) reaksi emosional terhadap kegagalan. Dengan menganalisis pandangan tersebut dan


(10)

4

beberapa pakar pendidikan lainnya, maka kompetensi belajar dalam penelitian ini mencakup empat indikator, yaitu (1) kompetensi mengelola waktu belajar, (2) kompetensi mengelola kondisi kesehatan dan kemampuan memecahkan hambatan belajar, (3) kompetensi mengelola lingkungan belajar, (4) kompetensi dalam hal metode atau teknik dasar dalam belajar.

Terkait dengan efikasi-diri dalam belajar, Bandura (1986) mengatakan bahwa perilaku orang dapat diprediksi berdasarkan keyakinan seseorang akan kemampuannya. Keyakinan ini akan membantu individu untuk menentukan apa yang akan dilakukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Bandura (2008) mengemukakan konstruk efikasi-diri, yaitu (1) magnitude atau level, terkait keyakinan individu akan kemampuannya dalam menghadapi tingkat kesulitan tugas, (2) generality, terkait keyakinan individu akan kemampuan dalam menghadapi berbagai situasi dan keragaman tugas, (3) strength, terkait kuatnya keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai hasil atau sukses. Berbagai penelitian menunjukkan efikasi-diri menentukan perilaku seseorang. Efikasi-diri akademik menjadi prediktor bagi prestasi akademik (Muijs, 1997), ada hubungan antara keyakinan diri terkait tugas sekolah dengan prestasi akademik (Schutz, 1997). Efikasi-diri berkorelasi dengan prestasi akademik (Schunk, 1995; Bandura, 1997). Berbagai penelitian di Indonesia juga menyimpulkan adanya hubungan antara efikasi-diri dengan prestasi belajar (Ekoheriadi, 2008; Susilawati, 2009).

Pencapaian prestasi belajar siswa SMA merupakan gambaran penguasaan terhadap standar kompetensi (Permendiknas, 22 tahun 2006). Penelitian ini lebih


(11)

5

difokuskan pada prestasi belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), karena umumnya mata pelajaran ini dipakai untuk seleksi masuk pendidikan lanjutan, diujikan secara nasional, dan masyarakat memiliki perhatian yang tinggi terhadap kelompok pelajaran ini. Data hasil ujian menunjukkan adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar kususnya kelompok IPTEK. Tingkat kelulusan pada ujian akhir nasional (UAN) secara nasional, tahun 2007 sebesar 89%, dan tahun 2008 sebesar 92% (Kompas, Juli, 2008). Tingkat kelulusan UAN di Kabupaten Kulon Progo tahun 2009 sebesar 95,8%, rata-rata nilai UAN tahun 2008 sebesar 6,786, dan tahun 2009 sebesar 6,84. Studi pendahuluan di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan nilai murni hasil ulangan aau ujian rata-rata 69,8%, masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dan pencapaian prestasi belajar setiap sekolah berbeda-beda.

Dilihat dari latar belakang sekolah, terdapat keragaman kualitas antar sekolah, yang diwujudkan dalam status atau kategori sekolah, seperti sekolah potensial, sekolah standar, sekolah mandiri, sekolah RSBI. Beragamnya kondisi tersebut secara kelembagaan mencerminkan kinerja lembaga, dan secara individual kususnya siswa, akan mempengaruhi perilaku belajar setiap siswa. Sekolah yang kualitasnya bagus, misalnya sekolah RSBI dan sekolah mandiri dalam penerimaan siswa baru dapat melakukan seleksi dengan menentukan kriteria yang lebih tinggi dibanding sekolah berstandar. Dalam proses pembelajaran, pada sekolah RSBI dan sekolah mandiri lebih teratur, para siswa tampak lebih serius, tertib, berdisiplin, semangat kompetisi tinggi, dibanding sekolah lain. Demikian pula hasil ujian kususnya nilai NEM setiap sekolah berbeda, biasaanya sekolah RSBI dan sekolah mandiri lebih unggul.


(12)

6

Layanan BK memiliki peran penting untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri siswa. Menurut Cobia & Henderson (2003), Rae S. Lee, (1993) layanan BK memberikan sumbangan pada keefektifan sekolah, meningkatkan perilaku belajar dan prestasi belajar siswa. Namun demikian layanan BK di sekolah belum optimal, karena menghadapi berbagai keterbatasan dan hambatan. Keterbatasan tersebut diantaranya: terbatasnya kemampuan konselor dalam menghadapi masalah siswa yang kompleks, dan terbatasnya kemampuan konselor dalam mengelola sumber-sumber bimbingan secara optimal (Nurihsan, 1998), pembimbing tidak memiliki jadual yang jelas, tidak memiliki pedoman materi bimbingan yang terorganisasi, belum dapat mengembangkan program layanan dengan baik (Sedanayasa, 2003), 86% kompetensi teoritik konselor kurang (Hayati, 2010). Studi pendahuluan tentang layanan BK di SMA Kabupaten Kulon Progo juga menunjukkan hal yang sama, guru-guru BK SMA menghadapi masalah dalam hal waktu layanan BK klasikal (78%), memilih strategi (38%), administrasi (39%), pengembangan program (40%), pengembangan materi (57%) pengembangan kompetensi (43%), sistem evaluasi (67%).

Upaya mengoptimalkan layanan BK untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dapat dilakukan melalui berbagai cara. Penelitian ini menekankan pada pengembangan model yang terkait dengan strategi layanan, yaitu kemungkinan model BK yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri belajar dan prestasi belajar siswa. Situasi dan kondisi belajar yang kompleks dan terus berubah, memerlukan pemilihan model BK yang efektif. Model BK yang digunakan hendaknya dapat menfasilitasi perubahan perilaku yang lebih permanen dan


(13)

7

dapat ditransfer untuk menghadapi persoalan hidup lainnya. Maier (2002) menyarankan agar memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara aktif dengan melibatkan diri secara penuh, baik fisik, pikiran, perasaan, intuitif secara bersamaan. UU. No 20 tahun 2003, Woolfolk (1995) menekankan pendidikan harus berpusat pada peserta didik, tanggung jawab dan kemampuan untuk belajar bersandar pada diri siswa.

Terdapat beragam pendekatan, teori, model dalam layanan BK. Karasu (McLeod, 2003) menyebut ada 400 model konseling dan psikoterapi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu teori, teknik, yang terbukti efektif untuk semua orang dan semua situasi. Hosford & de Viser (Hackney & Cormier, 1985) mengatakan bahwa perbedaan teknik kerja, akan berbeda untuk semua individu, berbeda untuk beragam problem dan tujuan. Karasu & Petterson (Nelaon, 2002) merekomendasikan teori integrasi atau eklektik.

Kanfer (1980) mengemukakan model administratif dan model partispatif. Linney & Saidman (1989) mengemukakan intervensi berpusat pada konseli, dan berpusat pada lingkungan. Kehidupan yang semakin kompleks menuntut kemampuan konseli untuk dapat mengarahkan diri. Hackney & Cormier (1985) menegaskan jika ingin mempromosikan perubahan yang terjadi pada konseli bertahan dalam waktu lama, maka konselor harus berhubungan dengan perubahan yang diarahkan sendiri oleh konseli. Menurut Woolfolk (1995) jika tujuan pendidikan untuk menghasilkan orang yang mampu mendidik diri sendiri, konseli harus belajar mengelola kehidupannya, menyiapkan tujuannya, menyediakan pengukuhnya. Oleh karena itu layanan BK belajar hendaknya lebih diarahkan untuk dikelola konseli sendiri, dengan bantuan


(14)

8

konselor yang semakin sedikit. Salah satu model yang demikian adalah model manajemen-diri (self-management).

Model konseling manajemen-diri adalah suatu model dalam konseling yang memberikan tanggung jawab pada konseli untuk secara aktif mengarahkan diri dalam memecahkan masalahnya, dengan bantuan secara minimal dari konselor. Model ini tidak saja merespon masalah yang dihadapi konseli sekarang, tetapi juga menyiapkan konseli untuk pencegahan, mengantisipasi masalah hidup yang akan datang (Steward dkk., 1978), merupakan investasi masa depan yang sangat berharga (Woolfolk, 1995).

Terdapat beberapa teknik dalam konseling manajemen-diri, Kanfer (1980:339) mengemukakan “Most self-management programs combine techniques that involve standard-setting, self-monitoring, self-evaluation, and self-reinforcement”. Hackney & Cormier (1979) mengemukakan teknik monitoring, reward, self-contracting. Cormier & Cormier (1985) mengemukakan teknik self-monitoring, stimulus control, dan self-reward. Woolfolk (1995) mengemukakan teknik goal setting, recording and evaluation progress, self reinforcement. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik penentuan tujuan, pengendalian stimulus, pemantauan diri, dan pengukuhan diri. Penggunaan kombinasi teknik dipilih karena: Pertama, dalam berbagai penelitian menunjukkan penggunakan kombinasi teknik lebih efektif dibanding teknik tunggal. Kedua, perilaku belajar yang akan diubah melalui model konseling ini sangat kompleks, sehingga penggunaan teknik tunggal tidak akan memadai. Ketiga, layanan BK belajar di sekolah merupakan suatu proses yang berkelanjutan yaitu mulai dari perumusan tujuan sampai evaluasi, dan teknik konseling manajemen-diri yang digunakan sesuai dengan prosedur konseling pada umumnya.


(15)

9

Kajian teoritik dan hasil penelitian menunjukkan konseling manajemen-diri efektif dan efisien. Efektif dan produktif dalam menangani aspek kognitif (Karoley & Kanfer, 1982). Pelatihan pemantauan-diri dapat meningkatkan penyelesaian tugas sekolah dan prestasi belajar (Susan et al., 1998). Siswa yang dibimbing untuk memantau diri dan membuat catatan harian tentang perilakunya, menunjukkan peningkatan perilaku belajar dan prestasi belajar (Good, & Brophy, 1990). Mahasiswa yang dilatih dengan self-control dapat meningkatkan lamanya belajar, efektif menggunakan waktu belajar, meningkatkan prestasi akademik (Sapprington dkk, 1990). Perumusan tujuan belajar yang spesifik, strategi pengajaran, prestasi dan umpan balik, hadiah yang menyertai perilaku efektif mengembangkan efikasi-diri (Schunk, 1995).

Sepanjang penelusuran peneliti melalui berbagai jurnal, laporan penelitian dan praktek layanan bimbingan dan konseling, di Indonesia belum dikembangkan model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar pada siswa SMA. Penelitian yang terkait dengan teknik manajemen-diri dibidang psikologi klinis, pendidikan, konseling, dan kesehatan, umumnya terkait dengan suatu perilaku yang spesifik, seperti: terhadap proaktivitas remaja (Asrori, 1995), mengurangi gangguan dan problem perilaku (Shear & Shapiro, 1993; Cospi dalam Finkel & Campbell, 2001). Penelitian tentang pengembangan model bimbingan dan konseling manajemen-diri untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar belum ditemukan di Indonesia, oleh karena itu peneliti menjamin akan keaslian atau originalitas penelitian ini.

Model BKMD untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar yang akan dikembangkan ini memiliki landasan teoritik yang kokoh. Dalam berbagai


(16)

10

literatur disebutkan bahwa konseling manajemen-diri merupakan bagian dari teori behavioristik. Dilihat dari posisi teoritik yang digunakan, penelitian ini berlandaskan teori behavioristik kontemporer (Corey, 1996), kognitif behavioral (McLeod, 2007), karena penganut behaviorisme mengakui pentingnya peran kognisi dan tanggung jawab konseli dalam perubahan prilaku. Fieldman (1992) mengatakan ada kesamaan landasan filosofis antara manajemen-diri dengan konseling humanistik. Strategi self-management dekat dengan teori sosial-kognitif dari Bandura. Pada strategi self-management prosedur behavioristik masih sangat jelas.

Pemilihan model BKMD relevan dengan tuntutan standar proses pendidikan dan standar kompetensi lulusan siswa SMA (PP. No.19, tahun 2005). Model BKMD yang menekankan keaktifan, pilihan, keputusan, tanggung jawab pada konseli, sesuai dengan proses perkembangan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Havighurs (Hurlock, 1996), Erikson (Hall & Lindzey, 1986). Penerapan model BKMD untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar siswa, diharapkan menjadi salah satu pilihan bagi guru BK dalam melaksanakan tugasnya, sehingga layanan BK menjadi lebih dinamis, dapat mengatasi sebagian hambatan dalam layanan BK di sekolah. Bagi siswa dengan penerapan model BKMD yang dikembangkan ini, kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar siswa meningkat, sehingga mencapai keberhasilan belajar, dan dalam jangka panjang siswa lebih mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalalah 1. Identifikasi Masalah


(17)

11

Merujuk pada uraian latar belakang penelitian di atas, ada beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu permasalahan peningkatan kompetensi belajar, peningkatan efikasi-diri dalam belajar, peningkatan prestasi belajar, beragamnya kondisi sekolah sehingga mempengaruhi perilaku belajar siswa, dan perlunya pengembangan model bimbinhgan dan konseling manajemen-diri yang efektif untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-manajemen-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar.

a. Kompetensi belajar

Untuk menghadapi beban dan tuntutan belajar, sebagian siswa kurang memiliki kompetensi dalam belajar. Gejala kurangnya kompetensi belajar adalah: kurang perhatian dalam mengikuti pelajaran, motivasi belajar rendah, malas belajar, menunda tugas, tidak dapat mengatur waktu, menyontek, kurang mampu mengelola lingkungan belajar, kurangnya kecakapan dalam metode belajar dan sebagainya. Kondisi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Kompetensi belajar adalah seperangkat pengetahuan, sikap/nilai, keterampilan dan kecakapan yang dimiliki seseorang pelajar yang ditunjukkan dalam perilaku belajar, yaitu dalam memberikan respons secara tepat dalam proses belajar, yaitu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku dalam bentuk tujuan belajar sebagaimana telah diprogramkan oleh sekolah, yang ditunjukkan adanya kemampuan mengelola waktu belajar, kemampuan mengelola kesehatan dan menghadapi hambatan belajar, kemampuan mengelola lingkungan belajar, dan kemampuan dalam metode atau teknik kusus dalam belajar. Kompetensi dalam hal metode belajar merupakan


(18)

12

keterampilan dan kecakapan pokok yang dimiliki pelajar yang ditunjukkan dalam cara belajar, yaitu perilaku mengikuti pelajaran, membaca, menulis dan meringkas, mengerjakan tugas, mengingat atau menghafal, menghadapi ulangan atau ujian, menggunakan sumber-sumber belajar dan teknologi informasi belajar.

b. Efikasi-diri dalam belajar

Masalah rendahnya efikasi-diri dalam belajar pada siswa SMA ditandai adanya gejala kecemasan, malas, kekhawatiran, kejenuhan, kurang percaya diri, ketakutan dalam menghadapi beban belajar yang semakin kompleks dan berat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Efikasi-diri dalam belajar adalah suatu keyakinan seorang pelajar akan kemampuan yang dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan belajar, sehingga mampu menyelesaikan tugas belajar dengan hasil yang baik, yang ditandai dengan adanya (1) keyakinan akan kemampuan menyelesaikan tingkat kesulitan belajar, dengan ciri berani mengadapi kesukaran belajar, mampu memecahkan masalah yang sulit, menyukai tantangan, berani bertanggung jawab atau menanggung resiko atas tindakannya, (2) kemampuan menghadapi segala situasi tugas belajar yang beragam, dengan ciri disiplin dan mentaati kewajiban, menghargai waktu, toleran terhadap tekanan, produktif, menanggung beban yang beragam, (3) keyakinan akan kemampuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dengan ciri berorientasi pada hasil atau tujuan, dorongan berprestasi tinggi, optimisme pantang menyerah, tekun dan ulet.

c. Prestasi belajar

Sebagian siswa mengalami masalah kesulitan belajar, diantaranya rendahnya prestasi belajar siswa SMA. Rata-rata nilai ujian nasional di Kabupaten


(19)

13

Kulon Progo 6,89, banyak siswa SMA yang prestasi belajarnya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kondisi tersebut harus mendapatkan perhatian, kususnya bagi guru BK. Prestasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kelomppok IPTEK. Prestasi belajar kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi adalah hasil belajar yang dicapai siswa berupa skor atau angka yang menggambarkan penguasan materi pelajaran yang terkait dengan mata pelajaran bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, teknologi informasi, sebagai hasil murni dari ulangan tengah semester dan akhir semester yang terdokumen dalam buku nilai setiap guru bidang studi pada mata pelajaran tersebut.

d. Latar belakang sekolah dan keragam perilaku belajar siswa

Kenyataannya kondisi setiap sekolah berbeda, ada sekolah yang berkualitas, ada yang kurang berkualitas, meskipun pemerintah telah mengupayakan adanya pemerataan dalam hal mutu pendidikan, diantaranya melalui penentuan Standar Nasional Pendidikan (PP. No 19 tahun 2005). Karagaman sekolah tersebut akan mempengaruhi kinerja seluruh sistem dalam sekolah, diantaranya adalah perilaku siswa dalam belajar. Siswa yang berasal dari sekolah yang berkualitas umumnya perilaku belajar lebih rajin, disiplin, motivasi belajar tinggi, mandiri, semangat kompetisi tinggi. Hal ini cenderung berbeda dengan perilaku belajar pada siswa dari SMA yang kurang berkualitas. Latar belakang sekolah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kondisi spesifik yang ada sekolah tempat penelitian dilakukan, sehingga membedakan antara sekolah satu dengan sekolah yang lain, baik terkait dengan aspek fisik georafis, sumber daya yang tersedia, manajemen, kondisi


(20)

14

akademik, masukan siswa, perilaku siswa dalam belajar, hasil lulusan dan karakteristik lainnya, yang secara formal dinyatakan dalam ketagori SMA potensial, SMA berstandar, SMA Mandiri, SMA Rintisan Sekolah Bertaraf internasional. e. Model bimbingan dan konseling manajemen-diri

Gejala belum optimalnya layanan BK di sekolah disebabkan adanya berbagai keterbatasan dan hambatan, diantaranya tidak adanya jam kusus layanan BK, kurangnya kemampuan konselor dalam memilih, mengembangkan dan menggunakan model bimbingan dan konseling. Tuntutan kehidupan dan pendidikan dewasa ini menghendaki siswa untuk aktif, mandiri, mengarahkan diri dalam hidup dan belajar. Oleh karena itu perlu pengembangan suatu model bimbingan dan konseling yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk secara aktif mengarahkan diri dengan bantuan minimal dari konselor, kususnya untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar. Salah satu model BK yang demikian adalah konseling manajemen-diri. Kenyataannya model BK manajemen-diri masih jarang digunakan guru BK. Model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) dalam penelitian ini diartikan sebagai “kerangka kerja yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan layanan bimbingan dan konseling, untuk merancang, membentuk, memandu kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan mendasarkan strategi manajemen-diri, untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar, yang dilakukan dengan menjelaskan perilaku belajar yang menjadi sasaran, menjelaskan strategi manajemen-diri, mendorong siswa melakukan


(21)

15

kegiatan belajar dengan merumuskan tujuan belajar, mengedalikan lingkungan belajar, memantau kegiatan belajar dan memberikan pengukuh-diri, dan semua itu menekankan keaktifan siswa dan bantuan minimal dari konselor.

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah: “Model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) seperti apa yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar siswa Sekolah Menengah Atas?”

2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah peneltian sebagaimana dikemukakan di bagian atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana profil penguasaan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar kususnya kelompok mata pelajaran IPTEK pada siswa Sekolah Menengah Atas?

b. Apakah model BKMD efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa Sekolah Menengah Atas?

c. Apakah model BKMD efektif untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas?

d. Apakah apabila model BKMD secara tidak langsung efektif untuk meningkatkan prestasi belajar kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi pada siswa Sekolah Menengah Atas?


(22)

16

e. Apakah ada perbedaan keefektifan model BKMD untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa Sekolah Menengah Atas ditinjau dari latar belakang sekolah?

f. Apakah ada perbedaan keefektifan model BKMD untuk meningkatkan efikasi-diri dalam belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas ditinjau dari latar belakang sekolah?

g. Apakah secara tidak langsung ada perbedaan keefektifan model BKMD untuk meningkatkan prestasi belajar ditinjau dari latar belakang sekolah?

h. Bagaimana bentuk model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan model BKMD yang efektif untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar, yang didasarkan data-data empirik melalui studi keefektifan model. Dengan demikian produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebuah model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. Secara operasional, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh gambaran atau profil tingkat penguasaan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, dan prestasi belajar kususnya kelompok mata pelajaran IPTEK pada siswa Sekolah Menengah Atas.


(23)

17

2. Mengkaji keefektifan model BKMD untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan selanjutnya meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas.

3. Mengetahui perbedaan keefektifan model BKMD untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar pada siswa SMA ditinjau dari latar belakang sekolah.

4. Menemukan rumusan akhir model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Memperkaya wawasan dan khasanah perkembangan keilmuan bidang bimbingan dan konseling di sekolah, kususnya dalam layanan bimbingan dan konseling belajar untuk meningkatkan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas.

b. Memberikan pengetahuan baru akan pentingnya peningkatan kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, untuk meningkatkan keberhasilan belajar pada siswa SMA dengan menerapkan model bimbingan dan konseling manajemen- diri.


(24)

18

c. Menjadi referensi bagi peneliti berikutnya, kususnya yang akan mengkaji lebih lanjut keefektifan model bimbingan dan konseling manajemen-diri untuk meningkatkan aspek atau bidang bimbingan yang lain.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam hal:

a. Model BKMD ini dapat digunakan oleh guru BK sebagai salah satu model dalam layanan BK untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar siswa SMA.

b. Memperkaya model-model bimbingan dan konseling belajar yang telah ada, sehingga prinsip-prinsip umum model bimbingan dan konseling manajemen-diri yang dikembangkan ini dapat digunakan oleh konselor atau guru BK dalam layanan BK, pada aspek atau bidang bimbingan yang lain, baik yang bersifat pemahaman, pencegahan, pengentasan, maup0un pengembangan.

c. Hasil penelitian ini yang berupa model BKMD yang efektif untuk meningkatykan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar, diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai hambatan dalam layanan BK di sekolah.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini ditulis dalam lima Bab dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Bab I mengetengahkan permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan struktur organisasi


(25)

19

disertasi. Bab II menguraikan konsep-konsep teoritik dan kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian yaitu kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan konseling manajemen-diri. Bab III menjelaskan pendekatan penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, definisi opersional, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV menguraikan diskripsi hasil penelitian, perumusan model BKMD, uji keefektifan model BKMD, pembahasan hasil penelitian, keterbatasan model BKMD, dan peluang penggunaan model BKMD.

Disertasi ini diakhiri dengan Bab V yang mediskripsikan kesimpulan, selanjutnya diajukan saran kepada pihak-pihak terkait sebagai evaluasi dan tindak lanjut dari penelitian. Daftar pustaka disertakan sebagai literatur dan referensi dari berbagai sumber yang dijadikan acuan dalam disertasi ini. Bagian akhir disertasi ini dilampirkan perijinan, alat pengumpul data, perhitungan analisis data, dan biografi penulis. Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri (BKMD) untuk Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar dan perangkat penunjangnya sebagai produk penelitian ini dilampirkan secara terpisah.


(26)

111

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menyajikan uraian tentang metode penelitian yang terdiri atas: pendekatan penelitian, subyek penelitian, prosedur penelitian, penyusunan model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD), metode pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian terkait bimbingan dan konseling manajemen-diri, kompetensi belajar, efikasi belajar telah banyak dilakukan, namun umumnya terkait hubungan atau pengaruh konseling manajemen-diri dengan suatu variabel termasuk perilaku belajar dan efikasi belajar. Demikian pula penelitian tentang kompetensi belajar dan efikasi belajar umumnya dilakukan dalam kaitannya dengan variabel lain, baik sebagai variabel bebas atau variabel terikat. Penelitian yang fokus pada pengembangan model bimbingan dan konseling manajemen-diri kususnya untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi belajar sepanjang penelusuran peneliti belum dijumpai.

Tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya model bimbingan dan konseling manajemen-diri yang efektif untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar pada siswa SMA. Untuk mencapai tujuan tersebut maka model penelitian yang tepat digunakan adalah riset dan pengembangan (research and development). Penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (2003:271) diarahkan sebagai “a process used to develop and validate educational product”. Produk dimaksud dalam penelitian ini adalah model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) yang efektif untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar


(27)

112 menuju keberhasilan belajar siswa SMA. Borg & Gall (2003) mengemukakan langkah-langkah dalam penelitian pengembangan, meliputi: (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan model hipotetik, (4) penelaahan model hipotetik, (5) revisi, (6) uji coba terbatas, (7) revisi hasil uji coba, (8) pengujian lapangan lebih luas, (9) revisi model akhir, (10) diseminasi dan sosialisasi.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif, dengan tipe exploratory mixed methods design (Cresswel, 2008). Rancangan exploratory mixed methods design adalah suatu prosedur untuk mengombinasikan, menganalisis dan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memahami masalah penelitian. Pendekatan kualitatif dilakukan pada tahap penyusunan model bimbingan dan konseling manajemen-diri, yang meliputi studi pendahuluan, kajian pustaka, penyusunan draf awal model bimbingan dan konseling manajemen-diri, melakukan uji model dari para ahli dan praktisi, uji kelayakan model, sampai penyusunan bentuk akhir model bimbingan dan konseling manajemen-diri. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk untuk mengungkap gambaran umum atau profil kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar siswa SMA, dan menguji keefektifan model bimbingan dan konseling manajemen-diri yang dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar.

B. Subyek Penelitian

Sesuai dengan pendekatan penelitian riset dan pengembangan, subyek penelitian mencakup beberapa tahap, yaitu:

1. Pada tahap pendahuluan, kususnya pada assesmen kebutuhan layanan bimbingan, kompetensi belajar, efikasi belajar, studi kepustaan dan regulasi terkait layanan


(28)

113 BK, maka subyek penelitiannya adalah guru pembimbing, guru bidang studi, siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo, dokumen berupa buku, jurnal, produk peraturan perundangan terkait dengan pendidikan.

2. Pada tahap pengembangan model konseling manajemen-diri, subyek penelitian adalah para ahli bimbingan dan konseling sebanyak dua orang, para praktisi bimbingan dan konseling (guru BK) di Sekolah Menengah Atas sebanyak 20 orang. Uji empirik terbatas melibatkan 30 siswa SMAN 1 Temon Kulon Progo. 3. Pada tahap pengujian keefektifan model BKMD yang dikembangkan, subyek

penelitian adalah semua siswa SMA kelas II (SMA Mandiri, SMA RSBI, dan SMA standar).

Siswa SMA kelas II digunakan sebagai subyek penelitian karena:

1. Dilihat dari tahap perkembangan, siswa SMA berada pada masa remaja. Menurut Havighurs (Hurlock, 1996) remaja harus mampu menguasai tugas perkembangan dalam hal mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional, mempersiapkan karir ekonomi. Erikson (Hall & Lindzey, 1986) menyebut berada tahap mencari identitas diri, mulai menyadari diri, memiliki kekuatan untuk mengontrol nasibnya, memiliki kebutuhan untuk menentukan dirinya dan tujuannya. Menurut Super (Zunker, 1986) dalam perkembangan karir remaja mulai mempertimbangkan pilihan, dan melakukan pilihan karir meskipun belum final. Karakteristik tersebut sangat kondusif bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling belajar dengan model manajemen-diri.

2. Siswa SMA Kelas II dipilih karena mereka telah mengikuti pendidikan selama 1 tahun di kelas I, sehingga mereka telah memiliki perilaku belajar tertentu. Pada siswa


(29)

114 kelas 1 mereka masih dalam penyesuaian, sedangkan pada kelas III, siswa mulai berkonsentrasi menghadapi Ujian Akhir dan persiapan masuk perguruan tinggi

Lokasi penelitian dipilih pada siswa SMA di Kabupaten Kulon Progo, yaitu siswa SMAN 1 Wates, SMAN II Wates, dan SMAN 1 Negeri Pengasih, sebab:

a. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berjarak 20 km dari kota Yogyakarta. Kondisi masyarakatnya tidak jauh berbeda dengan masyarakat di kota lain, baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan sebagainya.

Tabel 3.1

Karakteristik Sekolah Yang menjadi Tempat Penelitian

ASPEK

SEKOLAH

SMAN1 Pengasih SMAN1 Wates SMAN2 Wates Tahun Berdiri 1991 (alih fungsi

dari SPG)

1957 1982

Lokasi Desa Margosari ( Kecamatan Pengasih) Kota Wates (Ibukota Kabupaten) Bendungan (Ibukota Kecamatan Wates) Status Sekolah Berstandar Mandiri,

penyelenggara kelas Akselerasi

Sekolah RSBI, sejak tahun 2008

Status Akreditasi A A A

Jumlah Kelas 17 21 15

NEM SMP

terendah diterima Tahun 2009/2010 Tahun 2010/2011 29,45 30,80 34,70 35,05 Seleksi kusus Seleksi Kusus Rata-rata Nilai

USBN SMA Tahun 2009/2010 Tahun 2010/2011 6,98 7,3 7,96 8,08 7,89 8,1


(30)

115 b. Dipilih SMAN 1 Pengasih (berstandar), SMAN 1 Wates (mandiri), SMAN 2 Wates (RSBI), karena sekolah sekolah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, kususnya dalam hal kualitas dan kategori sekolah, sehingga hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan kepada siswa-siswa SMA yang lain di Indonesia, baik yang berada di kota maupun di daerah, dengan kualitas yang berbeda. Adapun karakteristik sekolah yang dijadikan obyek penelitian disajikan dalam tabel 3.1.

Adapun sampel penelitian terdiri 160 siswa SMA kelas II yang terbagi atas 80 siswa untuk kelompok eksperimen, dan 80 siswa kelas untuk kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling. Secara purposive dilakukan dengan mempertimbangkan ciri-ciri sekolah sesuai tujuan penelitian dan melihat keterwakilan asal sekolah. Secara acak dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama dilakukan memilih 2 kelas sebagai anggota sampel, untuk masing-masing sekolah. Tahap kedua dilakukan pemilihan anggota sampel (siswa dalam kelompok kelas) untuk ditempatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun anggota sampel penelitian disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Sebaran Sampel Penelitian

SEKOLAH & JUM. SISWA KELAS II

JUMLAH SAMPEL KELOMPOK EKSPERIMEN KELOMPOK KONTROL SMAN1 Pengasih 6 kelas 46 siswa (2 kelas) 23 siswa Kelas XI IPA3

23 siswa Kelas XI IPA1 SMAN 1 Wates

208 siswa (7 kelas) 60 siswa

30 siswa Kelas XI IPA1

30 siswa KXI IPA2 SMA Negeri 2

160 siswa (5 Kelas) 54 siswa

27 siwa Kelas XI IPA3

27 siswa Kelas XI IPA2 Jumlah 541 siswa 160 siswa 80 siswa 80 siswa


(31)

116

C. Prosedur Penelitian

Penelitian untuk mengembangkan model bimbingan dan konseling manajemen-diri ini, dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:

1. Tahap Pertama Studi Pendahuluan

a. Melakukan pengkajian teoritis mengenai konsep-konsep bimbingan dan konseling diri, hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan strategi manajemen-diri, mengkaji ketentuan formal pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. b. Melakukan assesment tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah,

permasalah dan kebutuhan guru BK, kususnya terkait dengan teknik bimbingan dan konseling manajemen-diri, assesment tentang kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar pada siswa SMA.

2. Tahap Kedua Pengembangan Model, yaitu:

a. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, disusun draf model Bimbingan dan Konseling Manajemen-Diri (BKMD) yang efektif untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar.

b. Melakukan validasi draf model BKMD. Terkait dengan isi dan sistematika model, dimintakan pertimbangan dari ahli bimbingan dan konseling, sedangkan terkait dengan sistematika, keterbacaan, bahasa, kepraktisan, didiskusikan dengan akademisi dan guru BK atau praktisi dalam bidang bimbingan dan konseling, dan ahli bahasa Indonesia. Berdasarkan masukan dari para ahli dan praktisi, dilakukan penyempurnaan.

c. Melakukan uji lapangan secara terbatas, yaitu melaksanakan draf model bimbingan dan konseling manajemen-diri kepada siswa SMA secara terbatas, yang dilaksanakan oleh konselor atau guru BK. Uji lapangan terbatas ini


(32)

117

dimaksudkan untuk mengetahui kepraktisan atau keterlaksanaan, dan keterbacaan model konseling yang dikembangkan. Berdasarkan informasi, masukan selama uji kepraktisan, selanjutnya dilakukan penyempurnaan, sehingga disusunlah model BKMD hipotetik.

3. Tahap Ketiga Pengujian Keefektifan Model BKMD

a. Melakukan pelatihan kepada para konselor (guru BK) di sekolah tempat pengujian keefektifan model, agar mampu melaksanakan model bimbingan dan konseling manajemen-diri untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi- diri dalam belajar siswa SMA.

b. Melakukan uji lapangan secara luas, yaitu melaksanakan perlakuan melalui pendekatan kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-postest control group design. Eksperimen dimulai dengan memberikan test awal (pretest) tentang kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar siswa SMA baik kelompok eksperimen dan kontrol, memberikan perlakuan berupa model hipotetik bimbingan dan konseling manajemen-diri untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar kepada kelompok eksperimen, dan memberikan perlakuan pada kelompok kontrol teknik bimbingan secara konvensial yaitu dengan ceramah dan anya jawab, melakukan tes akhir (post-test) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun rancangan kuasi eksperimen disajikan dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Rancangan Kuasi Eksperimen

KELOMPOK PRETEST PERLAKUAN POST TEST Eksperimen T1 X1 T2 Kontrol T1 X2 T2


(33)

118

Keterangan

T1 adalah tes awal untuk mengukur kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar.

X1 adalah pemberian perlakuan BK belajar dengan Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri.

X2 adalah layanan BK dengan metode konvensional.

T2 adalah tes akhir untuk mengukur kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar dan prestasi belajar setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi perlakuan, setelah berselang beberapa waktu.

c. Melakukan analisis data untuk mengetahui keefektifan model bimbingan dan konseling manajemen-diri untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi diri dalam belajar pada siswa SMA, dengan cara membandingkan sekor kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

4. Tahap Keempat Penyusunan Bentuk Akhir Model BKMD.

Hasil uji keefektifan model, menjadi bahan konklusi dan rekomendasi untuk menyusun bentuk akhir Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-Diri untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar siswa SMA, yang telah teruji (tested model).

5. Tahap kelima, Deseminasi Model.

Pada tahap ini dilakukan penyebaran hasil penelitian, melalui artikel pada jurnal ilmiah, buku, dan pelatihan.

Tahap-tahap penelitian tersebut digambarkan dalam sebuah alur penelitian, sebagaimana disajikan dalam gambar 3.1 berikut ini


(34)

119

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian

D. Penyusunan Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-Diri (BKMD) untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar dan Efikasi-diri dalam Belajar.

Pengembangan Model BKMD untuk meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam belajar hipotetik dilakukan melalui beberapa tahap. Penyusunan draf awal didasarkan pada hasil studi pendahuluan terkait dengan kebutuhan layanan BK di SMA, kompeteni belajar dan efikasi belajar siswa SMA, serta studi literatur.

TAHAPAN KEGIATAN HASIL

Pendahuluan

Kajian Literatur

Asssesmen Prestasi belajar, kompetensibelajar,efikasi diri,Kebutuhan model BK

Pengembangan

Validasi Isi, revisi, validasi empirik, Revisi Model Hipotetik

Uji Effektivitas model hipotetik di

Lapangan

Desseminasi Artikel Jurnal Ilmiah

Buku Manual Pelatihan

1. Latihan Pelaksana 2. Uji Effektivitas

Model Empirik

Finalisasi Revisi, Penyusunan

model Akhir Penyusunan Model Hipotetik

Model Hipotetik I BKMD

Model Hipotetik II BKMD

Bahan Penyusunan model Hipotetik BKMD

Model AkhirBKMD Draft Model Akhir BKMD


(35)

120 1. Definisi Operasional

Model diartikan sebagai suatu pola sistematis yang berisi perangkat asumsi, proposisi atau prinsip-prinsip yang terferifikasi secara empirik yang diorganisasikan kedalam struktur kerja untuk menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan perilaku atau arah tindakan. Shetzer & Stone (1982) mengemukakan bahwa model merujuk pada gambaran dari sebuah hasil akhir yang diabstraksikan karena nilai-nilai yang melekat atau telah menjadi sifatnya. Dalam suatu model terdapat beberapa komponen diantaranya: rasional, visi dan misi, tujuan, asumsi-asumsi, prosedur dan teknik dan sebagainya. Menurut Joice dan Weill (2009) setiap model belajar memiliki unsur-unsur (1) sintakmatik atau tahap-tahap kegiatan, (2) system sosial, situasi suasana yang berlaku dalam model, (3) prinsip reaksi atau pola kegiatan & bagaimana pengajar memberikan respon kepada siswa, (4) sistem atau segala sarana, bahan alat yang diperlukan, (5) dampak instruksional dan pengiring.

Model bimbingan dan konseling manajemen-diri (BKMD) untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai Kerangka kerja yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan layanan bimbingan dan konseling, untuk merancang, membentuk, memandu kegiatan layanan bimbingan dan konseling dengan mendasarkan strategi manajemen-diri, untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar, yang dilakukan dengan menjelaskan perilaku belajar yang menjadi sasaran, menjelaskan konseling manajemen-diri, mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dengan merumuskan tujuan belajar, mengendalikan


(36)

121 lingkungan belajar, memantau kegiatan belajar dan memberikan pengukuh-diri, dan semua itu menekankan keaktifan siswa dan bantuan minimal dari konselor.

2. Menyusun draf hipotetik awal Model Konseling Manajemen-Diri (KMD) untuk Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam belajar.

Berdasarkan definisi operasional maka disusun garis besar draf rumusan hipotetik Model Konseling Manajemen-diri untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi diri dalam belajar yang disajikan dalam uraian di bawah ini. Draf awal model ini diberi nama model Konseling Manajemen-diri (KMD). Rumusan draf ini merupakan substansi model KMD. Model KMD ini dilengkapi dengan Pedoman Pelaksanaan Model KMD, yang merupakan penjabaran Model KMD kedalam aspek yang lebih operasional, agar dapat dilaksanakan atau dipraktekkan.

Secara garis besar Model KMD untuk meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar pada siswa SMA adalah sebagai berikut:

a. Rumusan Model Konseling Manajemen-Diri (KMD) Hipotetik

Model Konseling Manajemen-Diri memberikan pemahaman tentang konsep KMD, yang berisi beberapa aspek, yaitu: Rasional, Hakekat, Pernyataan Filosofis, Asumsi-asumsi, Visi dan Misi, Tujuan, Target intervensi, Prosedur dan teknik, Kompetensi Konselor, Struktur dan isi intervensi, Evaluasi dan kriteria keberhasilan, Dukungan Sistem layanan.

b. Pedoman Pelaksanaan Model KMD.

Pedoman Pelaksanaan Model KMD merupakan landasan operasional-programatik model BKMD, menjadi panduan yang memberikan arahan teknis operasional bagi konselor atau guru BK dalam penyelenggaraan layanan BK dengan menggunakan model KMD. Pedoman pelaksanaan KMD ini berisi:


(37)

122 Deskripsi, Karakteristik hubungan, Setting Layanan, Komposisi kelompok, Peran konselor dan konseli, Adegan layanan, Prakondisi dan keterbatasan, Struktur isi dan intervensi, dan Pelaksanaan layanan.

Pedoman pelaksanaan dilengkapi dengan lampiran Modul Layanan BK dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

1) Materi Pelatihan Model KMD untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar. Materi ini berupa Modul, yang merupakan alat bantu berupa bahan tertulis yang berisi materi yang dapat mengembangkan kompetensi belajar dan efikasi diri dalam belajar pada siswa SMA. Modul ini diperuntukkan bagi guru BK dan siswa yang mengikuti layanan BK dengan program KMD.

2) Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran yang berupa form (blangko isian) yang harus diisi atau dikerjakan oleh siswa selama mengikuti program KMD untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar.

Secara rinci draf Model KMD hipotetik disajikan dalam tabel di bawah ini.


(38)

123 Tabel 3.4.

Struktur Draf Model Konseling Manajemen Diri untuk Meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam Belajar Hipotetik

A. Rasional: berisi alasan perlunya pengembangan model KMD untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar pada siswa SMA.

B. Konsep: menjelaskan konsep model KMD, Kompetensi Belajar, Efikasi-diri dalam Belajar dan Prestasi Belajar.

C. Pernyataan Filosofis: berisi pernyataan yang terkait dengan hakekat manusia, Pendidikan dan Bimbingan dan Konseling, Bimbingan dan Konseling dengan teknik Manajemen-diri.

D. Asumsi-asumsi: berisi asumsi-asumsi yang mendasari dilaksanakan layanan BK dengan model KMD untuk meningkatkan kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar.

E. Visi dan Misi: berisi arah yang akan dicapai dengan adanya layanan BK dengan model KMD, serta cara-cara yang dilakukan untuk mencapai arah tersebut.

F. Tujuan, berisi tujuan layanan BK dengan model KMD.

G. Target intervensi, berisi sasaran layanan BK dengan model KMD, baik dari aspek kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, maupun prestasi belajar

H. Prosedur dan Teknik: berisi langkah-langkah dalam pelaksanaan layanan BK dengan model KMD.

I. Kompetensi Konselor: berisi kompetensi yang harus dipenuhi konselor untuk dapat melaksanakan layanan BK dengan model KMD

J. Struktur dan Isi Intervansi, berisi susunan dan sesi kegiatan atau pertemuan layanan BK dengan model KMD.

K. Evaluasi dan Indikator keberhasilan, berisi cara mengevaluasi keberhasilan intervensi dan indikator keberhasilan intervensi.

L. Dukungan sistem, berisi dukungan sistem yang dperlukan agar model KMD dapat dilaksanakan dengan baik.


(39)

124 Pedoman Pelaksanaan Model KMD

A. Diskripsi dan Tujuan: berisi uraian tentang hakekat komponen operasional KMD dan tujuan disusunnnya pedoman pelaksanaan. B. Karakteristik hubungan: menjelaskan hubungan antara konselor dengan

konseli dalam suasana pelaksanaan layanan BK dengan KMD

C. Setting layanan: menjelaskan setting pelaksanaan layanan BK dengan KMD, yaitu adegan klasikal.

D. Komposisi kelompok: menjelaskan komposisi kelompok dalam setting klasikal, yaitu sejumlah siswa dalam satu kelas.

E. Peran konselor dan konseli: memberikan penjelasan peran yang harus dilakukan konselor dan konseli dalam melaksanakan layanan BK dengan model KMD, agar pelaksanaan KMD berjalan lancar dan mampu mencapai tujuan.

F. Adegan layanan: menjelaskan suasana dan langkah-langkah dalam pelaksanaan layanan BK dengan model KMD.

G. Prakondisi dan keterbatasan: menjelaskan kondisi awal yang harus dimiliki konseli untuk terlaksananya model KMD, serta keterbatasan model KMD dan upanya mengatasi keterbatasan KMD.

H. Struktur dan isi intervensi: menjelaskan susunan atau sesi kegiatan dan jenis kegiatan yang harus dilaksanakan dalam model KMD.

I. Pelaksanaan Layanan: berisi aktivitas yang haris dilaksanakan pada setiap pertemuan, baik menyangkut topik, tujuan, waktu, kegiatan, metode, alat, materi dan sebagainya.

Lampiran

A.Materi Pelatihan

Modul 1. Manajemen-diri Dalam Belajar.

Modul 2. Mengelola Waktu, Kesehatan dan menghadapi hambatan, dan mengelola lingkungan untuk belajar.

Modul 3. Mengikuti Pelajaran, Membaca, Mencatat, dan Memanfaatkan Sumber Belajar.

Modul 4. Mengingat, Mengerjakan Tugas, Menghadapi Ujian.


(40)

125 yang Sulit dan Beragam.

Modul 6. Saya Yakin Mampu Meraih Sukses Dalam Belajar. B. Lembar Kerja Siswa

Tugas Pertama, Form I.A, Form I.B, Form I.C.

Tugas Kedua, Form II.A, Form II.B, Form II.C, Form II.D. Tugas Ketiga, Form III.A, Form III.B, Form III.C.

Tugas Keempat: Form IV.A, Form IV.B. Tugas Kelima: Form V

3. Uji Ahli dan Praktisi terhadap draf Model BKMD

Draf Model KMD dan Pedoman Pelaksanaan serta lampirannya selanjutnya dimintakan pertimbangan kepada ahli dan praktisi. Pertimbangan ahli dilakukan oleh Dr. Suwardjo MSi, dan Dr. Nurwangit MS. Dr. Suwardjo M.Si. adalah Dosen Prodi BK dan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dan dosen Pasca sarjana Universitas Negeri Semarang. Gelar Magister bidang Psikologi dari UNPAD, dan gelar Doktor bidang Bimbingan dan Konseling dari UPI. Dr. Nurwangit MS adalah dosen Prodi BK dan Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, Gelar Magister Psikologi dari UGM, dan Doktor Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Malang. (Bukti pertimbangan ahli, disajikan dalam lampiran 2).

Secara umum kedua ahli memberikan penilaian baik, beberapa aspek dinilai sedang. Adapun secara kusus masukan dari kedua ahli tersebut adalah:

a. Terdapat beberapa bagian tata tulis dan bahasa yang salah.

b. Nama Model (Model Konseling Manajemen-diri), karena dalam uraian dalam pedoman pelaksanaan, Modul lebih diwarnai nuansa bimbingan, penggunaan


(41)

126 istilah konseling tidak konsisten. Disarankan nama Model diganti Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri.

c. Tentang struktur model, yang pada draf model awal diberi nama bagian utama, bagian pelengkap, lampiran model, disarankan diberi nama komponen model, komponen perangkat, dan komponen pelengkap model. d. Uraian tentang pernyataaan filosofis perlu dikaitkan dengan bimbingan dan

konseling.

e. Pada bagian visi dan misi dipertanyakan lebih tepat untuk kelompok atau perorangan, dan disarankan untuk kelompok.

f. Dalam pedoman umum, pedoman pelaksanaan dan modul, seringkali menggunakan istilah setting kelompok dan klasikal, kenyataannya settingnya klasikal.

g. Uraian dukungan sistem kurang spesifik, terutama langkah konselor untuk membangun dukungan sistem.

h. Pada pedoman pelaksanaan, uraian tentang keterbatasan harus dilengkapi dengan uraian bagaimana mengatasi keterbatasan.

i. Materi pelatihan supaya diberi nama modul.

j. Bebarapa catatan-catatan kecil ditulis langsung dalam model hipotetik KMD. k. Pada uraian keterbatasan, perlu dilanjutkan dengan uraian bagaimana

menghadapinya.

l. Frekuensi pertemuan 11 kali, apa rasionalnya dan jaminan keberhasilannya. m. Perlu penekanan motivasi diri siswa untuk berubah pada setiap pertemuan. n. Format, terminologi penomeran pada bagian latihan supaya konsisten.


(42)

127 Beberapa saran tersebut diterima, dan selanjutnya model yang disusun diperbaiki. Seluruh istilah Model Konseling Manajemen-diri dalam draf hipotetik yang dikembangkan diganti dengan Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri (Model BKMD). Uraian pernyataan filosofis dikaitkan dengan BK. Sesuai saran nama model, yang dipakai adalah setting klasikal, dan seluruh istilah kelompok dilengkapi dengan kelompok klasikal. Pada aspek dukungan sistem diuraikan langkah-langkah yang harus diusahakan konselor. Terkait Pedoman pelaksanaan, pada keterbatasan model dilengkapi dengan uraian cara mengatasi keterbatasan model BKMD. Judul pada halaman materi pelatihan diberi judul Modul Layanan BK. Uraian frekuensi pertemuan sebelas kali diberi uraian rasional. Pada bagian awal modul diberi uraian yang menekankan motivasi siswa untuk berubah, mengarahkan diri sendiri. Istilah dan penomeran dalam lembar kerja diperbaiki.

Hasil perbaikan draf model BKMD berdasarkan masukan dari ahli selanjutnya dimintakan penilaian ulang, dan secara umum para ahli dapat menerima draf hipotetik model BKMD. Berdasarkan draf model BKMD yang telah diperbaiki tersebut selanjutnya dilakukan uji kepraktisan oleh praktisi BK, yaitu guru-guru BK SMA.

Uji model oleh praktisi melibatkan guru BK yang yang tergabung dalam ABKIN Kulon Progo, MGBK SMA Kabupaten Kulon Progo. Uji dilakukan melalui seminar sehari, pada tanggal 21 Juni 2011, yang diikuti 20 guru BK (daftar hadir terlampir pada lampiran 3). Uji praktisi lebih menekankan pada aspek keterlaksanaan model, sehingga masukan dari


(43)

128 praktisi lebih menekankan pada komponen operasional atau pedoman pelaksanaan model, materi dan lembar kerja. Masukan tersebut adalah:

a. Target atau sasaran model BKMD supaya lebih dirinci, tidak diuraikan secara naratif.

b. Menyarankan model hendaknya lebih menekankan pendekatan kognitif. c. Rumusan tujuan dalam materi terlalu luas, atau kurang operasional, perlu

ada kompetensi dasar.

d. Waktu, kapan dilaksanakan, banyak sekolah tidak ada jam kusus BK e. Setting layanan tidak dalam kelompok, tetapi klasikal.

f. Pada materi pembentukan motivasi masih sedikit, perlu penekanan pada penumbuhan motivasi diri siswa, atau kesadaran siswa.

g. Alat peraga dalam bentuk kertas atau kain flanel supaya ditiadakan, atau dilengkapi dengan LCD atau proyektor, sebab disetiap sekolah sudah tersedia Proyektor.

h. Pada lembar kerja siswa, supaya ada form mengetahui orang tua, sehingga orang tua ikut memantau kegiatan belajar siswa.

i. Pada aspek materi, supaya dalam model dikemukakan kompetensi minimal. j. Disamping ada modul, supaya ada kelengkapan materi kusus yang lebih

ringkas dalam bentuk Compact Disk (CD) untuk guru BK pelaksana model BKMD , supaya guru pembimbing dapat melaksanakan secara tepat. k. Beberapa saran terkait tata tulis dan format Lembar Kerja Siswa.

Berdasarkan masukan dari praktisi maka maka model BKMD hopotetik yang telah disempurnakan, dilakukan perbaikan lebih lanjut. Target atau sasaran model BKMD dirinci secara spesifik. Rumusan tujuan dalam


(44)

129 modul diperbaiki, dan pada bagian awal modul ditambah komponen kompetensi dasar. Waktu pelaksanaan dilakukan pada jam kusus BK atau di luar jam pelajaran. Setting layanan diganti dari kelompok menjadi klasikal. Setiap awal pertemuan dikemukakan materi yang menggugah motivasi siswa untuk merubah diri, mengelola diri sendiri. Alat peraga/pelengkap pada modul dalam bentuk kertas atau kain flanel ditiadakan, dan diganti dengan ringkasan materi modul dalam bentuk CD. Lembar kerja siswa disiapkan form tanda tangan orang tua.

Perbaikan model BKMD berdasarkan masukan dari ahli dan praktisi, menghasilkan menghasilkan Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri (BKMD) hipotetik kedua. Model BKMD Hipotetik kedua selanjutnya dilakukan uji lapangan secara terbatas.

4. Uji Lapangan terbatas

Uji lapangan terbatas dimaksudkan untuk menguji keterlaksanaan model BKMD hipotetik di lapangan. Keterlaksaan model di lapangan meliputi: Ketersediaan waktu, kemudahan guru BK memahami model dan melaksanakan model, kemauan/kesediaan siswa mengikuti kegiatan BK dengan model BKMD, kemudahan siswa SMA memahami modul dan lembar kerja, kemudahan dan ketertiban siswa dalam mengerjakan tugas dalam LKS, dukungan sistem. Uji ini dilakukan di SMA Negeri Temon 1, dilakukan pada kelas XI IPA 2. Pelaksana uji kepraktisan ini adalah Aris Swasana SPd. (guru BK SMAN 1 Temon dan Ketua MGBK SMA). Setelah mendapatkan pelatihan penggunaan Model BKMD, yang bersangkutan diminta mempraktekkan Model yang dikembangkan, di bawah pengarahan peneliti.


(45)

130 Selama pelaksanaan uji kepraktisan, peneliti mendampingi guru BK, dan setelah selesai suatu sessi pertemuan, melakukan diskusi tentang pelaksanaan uji coba, dan melakukan penyempurnaan. Secara umum model yang dikembangkan dapat dilaksanakan dengan baik, guru BK dapat melaksanakan dengan baik, dan siswa SMA dapat memahami isi model BKMD yang diujicobakan, meskipun pada latihan pertama siswa-siswa banyak yang bertanya. Meski demikian ada beberapa masukan, yaitu:

1) Ada beberapa kesalahan tata-tulis dalam pedoman pelaksanaan dan modul. 2) LKS perlu format lebih jelas.

3) Kalau memungkinkan perlu ada animasi gambar, disamping ada modul, sebaiknya disiapkan materi kusus pelatihan yang lebih ringkas dalam bentuk power point atau gambar.

4) Persoalan waktu pelaksanaan layananan BKMD, disekolah tidak ada jam kusus layanan BK, sehingga dilaksanakan di luar jam pelajaran.

5) Pada awal tugas pertama siswa masih mengalami kebingungan, namun setelah pada latihan kedua siswa sudah jelas dan tidak ada kebingungan. 6) Ada satu dua kasus siswa yang pada saat mengisi lembar tugas belum

mengisi lembar tugas.

Semua saran dan catatan pelaksanaan uji terbatas diterima, dan dilakukan penyempurnaan. Hasil perbaikan atau penyempurnaan tersebut menjadi bentuk Model Bimbingan dan Konseling Manajemen-diri (BKMD) untuk meningkatkan kompetensi belajar dan efikasi-diri dalam belajar menuju keberhasilan belajar pada siswa SMA. Adapun Struktur Model BKMD, Pedoman Pelaksanaan dan lampiran sama dengan draf Model KMD hipotetik


(46)

131 pertama, namun isinya sudah dilakukan penyempurnaan. Berdasarkan Model BKMD untuk meningkatkan Kompetensi dan Efikasi-diri dalam belajar yang bersifat hipotetik, maka dilakukan pengujian keefektifan model BKMD.

E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan pendekatan penelitian ini riset dan pengembangan (RD), maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode campuran (mixed method) kualitatif dan kuantitatif. Pada tahap penyusunan Model BKMD, yang meliputi kajian pustaka, studi pendahuluan, pengamatan praktek layanan BK, penyusunan model hipotetik BKMD, melakukkan uji model hipotetik pada para ahli dan praktisi, uji kelayakan model hipotetsis, sampai penyusunan bentuk akhir Model BKMD menggunakan metode kualitatif. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, wawancara, pengamatan, dan angket.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengungkap data tentang permasalahan yang dihadapi guru BK, kebutuhan layanan BK, kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, dan prestasi belajar kelompok IPTEK pada siswa SMA, dan menguji keefektifan Model BKMD. Untuk pengumpulan data tersebut digunakan metode angket dan dokumentasi. Metode angket untuk mengungkap data tentang permasalahan yang dihadapi guru BK, kebutuhan model BKMD dalam layanan BK, kompetensi dan efikasi-diri dalam belajar, sedang metode dokumentasi digunakan untuk mengungkap data tentang prestasi belajar kelompok IPTEK. Dokumen prestasi belajar yang digunakan adalah dokumen nilai ujian murni ujian tengah semester, dan nilai murni hasil ujian akhir semester.


(47)

132 F. Definisi Operasional Variabel

Terdapat empat variabel yang perlu didefinisikan secara operasional, yaitu variabel kompetensi belajar, efikasi-diri dalam belajar, prestasi belajar kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi, dan latar belakang sekolah.

1. Kompetensi belajar

Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan yang memadai atau disyaratkan untuk melakukan suatu tugas. Kompetensi adalah “seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu” (Kep. Mendiknas RI No. 045/U/2002).

Belajar merupakan proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kaitannya dengan belajar di sekolah, belajar adalah suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh siswa atau pelajar untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru, berupa penguasaan sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan atau standar kompetensi sebagaimana telah diprogramkan oleh sekolah, sebagai hasil dari pengalaman siswa itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan belajarnya. Dalam proses belajar kususnya berinteraksi dengan lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar, diperlukan suatu pengetahuan, sikap, keterampilan yang diwujudkan dalam suatu perilaku tertentu.

Dalam penelitian ini definisi operasional kompetensi belajar adalah “Seperangkat pengetahuan, sikap/nilai, ketrampilan dan kecakapan yang dimiliki seseorang pelajar untuk melakukan kegiatan belajar, agar mampu memberikan


(48)

133 respons secara tepat dalam proses belajar, yang ditunjukkan dalam perilaku belajar dengan ditandai adanya kemampuan mengelola waktu belajar, kemampuan mengelola kesehatan dan mengatasi hambatan belajar, kemampuan mengelola lingkungan belajar, dan kemampuan dalam metode atau teknik kusus dalam belajar, yang diukur melalui inventory atau skala kompetensi belajar, untuk memperoleh perubahan perilaku dalam bentuk tujuan belajar sebagaimana diprogramkan oleh sekolah”.

Berdasarkan definisi tersebut terdapat empat indikator kompetensi belajar, yaitu:

a. Kemampuan dalam mengelola waktu adalah pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai, keterampilan dan kecakapan pelajar yang ditunjukan dalam perilaku dalam merancang dan mendayagunakan waktu belajar.

b. Kemampuan mengelola kesehatan dan menghadapi hambatan dalam belajar adalah pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai, keterampilan dan kecakapan pelajar yang ditunjukkan dalam perilaku dalam mengusahakan kondisi fisik dan psikis yang sehat untuk belajar, serta kemampuan menghadapi hambatan dan tantangan serta kegagalan dalam belajar.

c. Kemampuan mengelola lingkungan belajar, adalah pemahaman, sikap dan nilai, kecakapan dalam menciptakan, mengatur dan mengendalikan lingkungan belajar, baik lingkungan fisik, dan lingkungan sosial budaya untuk kepentingan belajar.

d. Kemampuan dalam hal metode belajar adalah pengetahuan, sikap/nilai, ketrampilan dan kecakapan pokok yang harus dimiliki pelajar yang ditunjukkan dalam perilaku belajar, yaitu proses menerima bahan pelajaran, menyimpan dan mereproduksi, yang ditunjukkan dalam perilaku mengikuti


(1)

Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif-Naturalistik. Bandung: Tarsito.

Nelaon, M.L. (2002). “An Assesment-Based Model for Counseling Strategies Selection”. Journal of Counseling & Development. 2002. 80. 438-449. Nelson, R. dan Jones. (2011). Teori dan Praktek Konseling dan Terapi

(Terjemahan Edisi ke empat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Novikasari. (2009). Pengaruh Sumber Belajar dan Kemandirian Belajar terhadap Nogosari tahun 2998/2009. Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Nunnally, J.C. (1978). Psychometric Theory (2’nd ed.). New York: Mc Graw Hill Book Company.

Nurihsan , J.A. (1998). Bimbingan Komprehensif. Model Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Menengah Umum. Desertasi Doktor Program Pasca Sarjana: IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Olson, C.L. (1987). Statistics Making Sense of Data. Massachusetts: Allyn Bacon, Inc.

Pajares, F. (1996). “Self-efficacy Beliefs Achievement settings”. Review of Educational Research, 66, 543-578.

Pajares, F., Britner, S.L. dan Valiante, G. (2000). “Relation Beetween Achievement and Self-beliefs of Midle School Students in Writing in Science”. Contemporary Educational Psychology 25, 406-422.

Pajares, F. dan Schunk, D. H. (2001). “Self-beliefs and School Cuccess: Self- Eficacy, Self-Concept, and School Achievement”. In Riding R,& Reyner S, (Eds). Perception (pp.239-266). London: Ablex Publishing.

Palcovitz, R.J., dan Lore, R.K. (1997). “Note Taking and Note Review why Students Fail Questions Based on Lecture Material”, dalam Ware, E.M. dan Millard, R.J. (Eds). Handbook on Student Development: Advising, career Development, and Field Placement. Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlabum Association Publisher.

Pamularsih, A. (2008). Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Boyolali. Skripsi Fakultas Kesehatan


(2)

Passer, M.W. dan Smith, R.W. (2001). Psychology. New York: Mc. Graw Hill. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2006, tentang Standard Pendidikan

Nasional Indonesia.

Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Permendiknas. No 23. Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan pendidikan dasar dan Menengah.

Pervin. L.A. (1984). Personality, Theory, and Research. New York: John Willey & Sons.

Peters, D. L. (1972). “Effect of note taking and rate of presentation on short term objective test performance”. Journal of Educational Psychology, 1972, 63, 276-280.

Pintrich, P.R. dan Schunk, D.H. (1996). Motivation in Education:

Theory,Research and Applications. Englewood Cliffs,NJ: Merrill Prentice Hall.

Pintrich, P. R. Dan Graft, E.U. (1990). “Motivational and Self Regulated Learning, Component of Classroom Academic Performance”. Journal of Educational Psychology,l 82, (2), Juni 1990.

Posavac, E.J. dan Carey, R.G. (1986). Program Evaluation. Englewood Cliffs , New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Prayitno , dan Erman Amti. (1997). Dasar dan Landasan Bimbingan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti.

Putra, I. A. (2009). Hubungan Antara Kecemasan Emosi dan Stress Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa di SMAN 2 Batu. Skripsi,

Universitas Negeri Malang: tidak diterbitkan.

Rae, L.S. (1993). Effect of Clasroom Guidance on Student Achievement. Guidance and Counseling in Midle School. 9 (27). 163-167.

Rimm, dan Cunningman. (1996). Contemporary Psychotherapies. Toronto: Charles E. Merril Publishing Company.


(3)

Rogers, C.R. (1983). Freedom To Learn for the 80’s. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Roose, C. (2002). Kuasai Lebih Cepat. Buku Pintar Accelerated Learning. Bandung: Kaifa.

Rosjidan. (1988). Teori-teori Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti.

Safitri,Y. (2008). Minat Baca, Kemampuan Memahami Bacaan dan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia (Skripsi). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Sapprington, A. A., et al. (1980).” Self –Directed Study Skill Programs for

Student on Probation”. Journal of Counseling Psychology 1980. 7. (6). 616 – 619.

Sawyer, R.J. et. al. (1992). “Direct Teaching, Strategy Instruction, and Strategy Instruction With Explicit Self-Regulation: Effect of the Composition Skills and Slf-Efficacy of Student With Learning Disabilities”. Journal of

Educational Psychology 1992, 84. (3), 340-352.

Schertzer , B. & Stone, S. (1980). Fundamental of Counseling. Boston: Houghtson Mifflin Company.

Schiefelbein, E. dan Simons, J. (1981). The Determinant of School Achievement. Review of the A Reseach for Developing Countries, Ottawa: IDRC.

Schmidt, J.J. (2003). Counseling in School Essential Services and Comprehensive Model. Boson:Allyn and Bacon.

Schunk, D.H. (1983). “Reward Contingencies and the Development Children’s Skills and Self-efficacy”. Journal of Educational Psychology, 75, 93-105. Schunk, D.H. (1995). “Self-efficacy and Education and Instruction”. In J.E.

Maddux (Eds), Self-Eficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research, and Application (281-303). New York: Plennum Press.

Schunk, D.H., dan Hanson, A.R. (1985). “Peer models: Influence on Children’s Self-Efficacy and Achievement”. Journal of Educational Psychology, 77, 54-61.

Schutz, P.A.L. (1997). “Educational Goal, Strategies Use and the Academic Performance of High School Student’s”. High School Journal 1997 (Feb-March) Vol. 80 (3) 193-201.


(4)

Sedanayasa, G. (2003). Model Kolaborasi Pembimbing dan Guru dalam Peningkatan Ketrampilan Belajar Siswa dengan Pendekatan Multimodal (Studi Diskriptive Analitik) pada Siswa SMU Negeri I Singaraja. Disertasi PPs UPI: tidak diterbitkan.

Setiadi, R. (2010). Self-Efficacy. In Indonesian Literacy Teaching Context: A Theoritical and Emperical perspective. Bandung: Rizqi.

Shappiro, L.E. (1998). Mengajarkan Emotional Intelegence (terjemahan). Jakarta: Gramedia.

Shear, S.M. dan Shapiro, E.S. (1993). “Effect of Using Self-Recording and self-Observation in Reducing Disruptive Behavior”. Journal of School

Psychology, Vol 31, pp. 519-534.

Shelton, J.L. (1976). Behavior Modification for Counseling Centers: A Guide for Program Development. Washington DC.: ACPA-APGA.

Sidi, I.J. (2001). Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina.

Silberman, M.L. (2006). Active Learning (terjemahan). Bandung: Nusa Media. Snyder dan Gangestad. (1986). “On the Nature of Self-Monitoring: Matters of

Assessment, Matters of Validity”. Journal of Social Psychology, 51, 125-139.

Spates, C.R. dan Kafer, FH. (1987). “Monitoring, Evaluation, and Reinforcement in Children Learning: A Test of a Multi Stage

Self-Regulation Model”. Behavior Therapy, 8, 9 – 16

Spiers, P.A. dan Pihl, R.O. (1997). “The Effect of Study Habit, Personality and Order of Presentation on Success in Open-Book Objective Examination”. In Handbook on Student Development: Advising, career Development, and Field Placement (Editor Ware E.M. dan Millard,R.J.). Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlabum Association Publisher.

Stewart, N.R., Winborn, B.B., dan Burks, H. M, Jr. (1978). Syastematic Counseling. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Sudarsono. (1984). Comparison of Academic Achievement in Indonesian Private and Public Elementary Schools. Florida: Disertation, the Florida State University.


(5)

Sudjana. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Suharto. (1988). Model Bimbingan Konseling Perkembangan di Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Disertasi. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman. (2006). Model Pengembangan Kecakapan Pengarahan Diri Siswa dengan Pendekatan Konseling Perkembangan. Disertasi PPs. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumardi A. (2008). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial di Sekolah dan

Kecemasan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X MAN I Salatiga. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Suparno, S.A. (2000). Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta: Depdiknas. Dirjen Dikti.

Supriyadi. (1991). Studi Komparasi teknik Pengukuran Sikap Equal Appearing interval, Summated Rating, dan Skala Likert. Thesis Master Fakultas Psikologi UGM: tidak diterbitkan.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Susilawati, A. (2009). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Syamsuddin, A. (2005). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosda.

Terborg, J.R., (1977). “Validation and extension of an individual differences model of work performance”. Organizational Behavior and Human Performance, 1977, 18, 129-149.

The Liang Gie. (1984) . Kemajuan Studi. No 4. Yogyakarta.

The Liang Gie. (1998). Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.

Thorensen, C.E. dan Mahoney, M.J. (1974). Behavioral Self Control. New York: Holt Rinehart & Winston.

Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(6)

Townsen, R. (2007). Learn Really Well (terjemahan Hardjono). Yogyakarta: Andi. Trull, T. J. (2005). Clinical Psychology. Belmont California: Thomson Wadsworth. Undang-undang Republik Indonensia Nomor 14 Tahun 2005. tentang Guru dan

Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, tentan Sistem Pendidikan Nasional.

Watson, D.L. dan Tarp, R.G. (1981). Self-Directed Behavior Self-Modification for Personal Adjustment. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing

Company.

Winkel W.S. (1997). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Wood, S.J. et.al. (1998). Effect of Self-Monitoring on Task Behaviors of at Risk Midle School Students. Journal of Behavior Education, 1998 (Jun), 8, 263-279.

Woolfolk, A. E. (1995). Educational Psychology (forth edition). Boston: Allyn & Bacon.

Yusuf, S. L.N. (1998). Model Bimbingan dan Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi. Bandung: PPs IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. Yusuf, S. L.N. (2004). Mental Hygiene. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf, S. L.N. (2006). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Zimmerman, B.J. (2009). Self-Efficacy ind Academic, In Self-Efficacy in Changing Societies (Bandura ed.). Stanford University Press.

Zimmerman. B.J. dan Bandura, A. (2001). Impact of Self-regulatory influences on writing course attainment. American Educational Research Journal, 31, 845-862.

Zulhaida, A. (2007). Pengaruh Locus of Control dan Efikasi-Diri terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi Universitas Gunadarma Jakarta: tidak diterbitkan.

Zunker, V.G. (1986). Career Counseling: Applied Concepts of Life Planning. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.