PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KARYAWAN : Studi Kasus Pada Program Pelatihan Computerized Numericai Control Terhadap Kemampuan Karyawan Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia, Tahun 2001.

7 a 9?.

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN KARYAWAN

(Studi Kasus Pada Program Pelatihan Computerized Numerical
Control Terhadap Kemampuan Karyawan Unit Profit Center AIPCM
PT. Dirgantara Indonesia, Tahun 2001)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

tz^S.

OLEH:

ANGGIAT TAMBUNAN
NIM:009754


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002

£~

DISETUJUI DAN DISAHKAN PEMBIMBING

PEMBIMBING

Prof. Dr. H. TB. ABlKl SYAMSUBOIN MAKMUN. MA

Pembimbing II

Prof. Dr. NANANG FATTAH

DIKETAHUI


KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Prof. Dr. H. TB. ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN , MA

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang hubungan
(pengaruh) pelatihan terhadap peningkatan kemampuan karyawan yang
penelitiannya dilakukan pada program pelatihan computerized Numerical
control terhadap kemampuan karyawan unit profit center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia
Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pelatihan dikaji dari
pendapat -pendapt ahli antara lain Zainuddin Arif, D.Sudjana, Edwin B
Flippo, sedangkan teori prestasi kerja dikaji dari pendapat ahli antara lain
Moh.As'ad, Rusli Syarif, Tani Handoko.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasional dan expost facto. Pengumpulan data utama dilakukan melalui

penyebaran angket, disamping itu dilakukan pula wawancara dan studi
dokumentasi. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 60 orang peserta

pelatihan. Dimana penarikan sampel tersebut dilakukan melalui teknik
random sampling.

(X1)

Temuan penelitian ini adalah: (1) Hubungan antara materi pelatihan
dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh koefisien korelasi

sebesar 0,4305 dan koefisien determinasi 18,53%. (2) Hubungan antara

kemampuan instrutur (X2) dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,3832 dan koefisien determinasi 14,68%. (3)

Hubungan antara fasilitas pelatihan (X3) dengan Mutu Proses Pelatihan
(Y1) diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0,3357 dan koefisien
determinasi 11,27%. (4) Hubungan peserta pelatihan(X4) dengan mutu
proses pelatihan (Y1) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,2756 dan
koefisien determinasi 7,60%. (5) Hubungan antara variabel pelatihan
(X1,X2,X3dan X4)

dengan Mutu Proses Pelatihan (Y1) diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,5744 dan koefisien determinasi 32,99%. (6)

Hubungan antara Mutu Proses Pelatihan dengan Prestasi Kerja Lulusan
Pelatihan (Y2) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,4743 dan koefisien
determinasi 22,5 %.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat hubungan yang
signifikan antara materi pelatihan dengan Mutu Proses Pelatihan (2)
Terdapat hubungan signifikan antara kemampuan instruktur dengan Mutu
Proses Pelatihan (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas
pelatihan dengan Mutu Proses Pelatihan. (4) Terdapat hubungan yang
signifikan antara peserta pelatihan terhadap mutu proses pelatihan. (5)
Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pelatihan dengan Mutu
Proses Pelatihan. (6) Terdapat hubungan antara Mutu Proses Pelatihan
dengan Kemampuan Karyawan Lulusan Pelatihan.

DAFTAR ISI

Halaman

i
jj

LEMBAR PERSETUJUAN
PERNYATAAN

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFARTABEL
DAFTAR GAMBAR

v
vi
viii
ix
x

BAB IPENDAHULUAN


A. Latar Belakang Penelitian

1

B. Identifikasi Masalah

4

C. Perumusan Masalah

6

D. Tujuan Penelitian

8

E. Manfaat Penelitian

9


F. Paradigma Penelitian

9

G. Definisi Operasional

11

H. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

13

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Pelatihan

16

B. Mutu Proses Pelatihan


31

C. Konsep Kemampuan Karyawan

32

D. Hubungan Pelatihan dengan Kemampuan Karyawan

33

E. Pelatihan Computerized Numerical Control (CNC)

35

F.

39

Hasil Penelitian Terdahulu


BAB III. PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian

42

B. Populasi dan Sampel Penelitian

43

C. Instrumen Pengumpulan Data

44

D. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data

50

VIII

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

60

•B.

81

Pembahasan Hasil Penelitian

C. Temuan Penelitian

91

D. Pembahasan Temuan Penelitian


92

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

99

B. Implikasi

100

C.

103

Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

107

LAMPIRAN

110

IX

DAFTAR TABEL

Tabei

Halama*n

1-1 Kisi-Kisi Pertanyaan Variabel penelitian

49

I-2 Validitas Tes Materi Pelatihan

51

I-3 Validitas Tes Kemampuan Instruktur

52

I-4 Validitas Tes Fasilitas Pelatihan

52

I-5 Validitas Tes Peserta Pelatihan

52

I-6 Validitas Mutu proses Pelatihan

53

I-7 Validitas Tes Prestasi Kerja Lulusan Pelatihan

53

I-8 Hasil Perhitungan Reabilitas Angket Uji Coba

55

V-7 Korela Antara Pelatihan dan Mutu Proses Pelatihan

60

V-8 Korelasi Mutu Proses Pelatihan Terhadap
Kemampuan Karyawan

73

IX

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1

Paradigma Penelitian

10

1.2

Pengaruh Variabel X Terhadap Y

15

11.1

Langkah-Langkah Pelatihan dan Pengembangan

24

IV.1 Tingkat Hubungan Setiap Variabel X dengan Y

80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beiakang

PT. Dirgantara Indonesia ( Dulu PT. IPTN ) yang berlokasi di

Bandung, merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
usaha produk dan jasa kedirgantaraan di bawah naungan PT.Bahana

Pakarya Industri Strategis (BPIS). Sebagai Industri strategis PT.Dirgantara
Indonesia mengemban sekaligus dua misi yang amat penting, yaitu misi
bisnis untuk memperoleh laba sebagaimana umumnya sebuah badan

usaha berbentuk perseroan terbatas, dan misi alih teknologi yang
mengharuskan PT. Dirgantara Indonesia menguasai dan menjadi ujung
tombak pengembangan teknologi serta industri kedirgantaraan nasional.
Dari sisi bisnis PT. Dirgantara Indonesia telah memasarkan sekitar 300

pesawat terbang dan helikopter, serta sistem senjata, komponen pesawat,
dan jasa lainnya.
Ketika tahun 1997 krisis ekonomi dan moneter melanda kawasan

Asia Tenggara dan Indonesia yang berdampak pada berkurangnya
potensi pasar PT. Dirgantara Indonesia. Berkait dengan itu, sejak oktober

1998

industri

ini mempersiapkan

paradigma

baru.

PT.

Dirgantara

Indonesia telah melaksanakan program restrukturisasi yang mencakup
diantaranya:

melakukan

penataan ulang

perampingan

organisasi sesuai

kebutuhan,

postur Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai

dengan volume bisnis PT.Dirgantara Indonesia di masa depan, serta
restrukturisasi

permodalan

dan

keuangan

digulirkan.

Melalui

restrukturisasi ini postur karyawan menyusut dari 15.000 menjadi 10.000
dan organisasi baru yang dibentuk diarahkan pada pembentukan

Business Unit untuk mempertajam fokus bisnis dan meningkatkan

agresifitas pemasaran. Kewenangan unit-unit bisnis diperbesar dengan
desentralisasi kegiatan usaha dan pengelolaan keuangan serta sumber

daya lain untuk mendukung kelancaran operasional. Dengan adanya
restrukturisasi organisasi dan restrukturisasi SDM di lingkungan PT.
Dirgantara Indonesia, maka perusahaan ini melakukan berbagai pelatihan

agar para karyawan

dapat menyesuaikan dengan organisasi, orang-

orangnya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, dan prosedur-prosedumya.

Produk

Pesawat

Dirgantara

Indonesia

hanya

mungkin

dipertahankan sebagai produk andalan dimasa depan, jika mampu tidak

hanya memiliki nilai tambah teknologi yang

menjadi

kebanggaan

internasional tetapi juga harus memiliki nilai tukar atau terjual di pasar

global dengan memiliki daya saing dalam kualitas, harga dan penyerahan
tepat waktu dan didukung oleh layanan purna jual yang canggih. Untuk

mengantisipasi ini, PT.Dirgantara Indonesia

harus mempersiapkan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan yang lebih
unggul dan profesional. Oleh karena itu maka peranan pembinaan SDM di

PT. Dirgantara Indonesia menjadi sangat penting, terrmasuk di dalamnya
pembinaan SDM di Unit Profit Center AIPCM (Aircraft Industrial Parts and

Component Manufacturing), tempat penulis melakukan penelitian, yang

merupakan salah satu bagian organisasi PT. Dirgantara Indonesia, yang
berfungsi membuat part-part dan komponen

pesawat terbang untuk

menunjang assembling pesawat terbang sesuai dengan Master Plan.
Sehubungan dengan aktivitasnya, Unit Profit Center AIPCM ini harus

dapat memanfaatkan karyawannya sebaik-baiknya mengingat bagian ini
merupakan sumber daya yang paling penting dalam pembuatan part dan
komponen pesawat terbang.
Usaha yang dilakukan Unit Profit Center AIPCM untuk membentuk

SDM yang profesional dan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja ialah
dengan memberikan berbagai pelatihan bagi karyawannya diantaranya
pelatihan CNC ( Computerized Numerical Control ) Machine. Dengan
dilaksanakannya program pelatihan yang baik dan berkesinambungan,
diharapkan akan membawa hasil yang
karyawan

yaitu

meningkatnya

lebih menguntungkan bagi

pengetahuan

dan

kecakapan

serta

keterampilan karyawan sehingga nanti mereka benar-benar mampu untuk

menangani

pekerjaannya

secara

efektif

dan

efisien

serta

dapat

menunjang ke arah peningkatan prestasi kerjanya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merasa

tertarik

melakukan penelitian guna mendapatkan informasi tentang

bagaimana pengaruh pelatihan CNC Machine terhadap peningkatan
kemampuan
Indonesia.

karyawan

Unit Profit Center AIPCM

PT.

Dirgantara

B. Identifikasi Masalah

Pelatihan yang dilaksanakan PT. Dirgantara Indonesia ini merupakan hal

penting dalam meningkatkan kemampuan karyawan, artinya menuju
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan pola-pola perilaku
berusaha ke arah yang lebih baik, dan mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi serta mengantisipasi perkembangan bisnis
di masa yang akan datang.

Pola utama yang telah dikembangkan PT.Dirgantara Indonesia
dalam membina karyawan adalah dengan melaksanakan sistem pelatihan
yang berorientasi pada kebutuhan. Dimana kebutuhan peserta ini tergali
sebelum pelatihan dimulai. Dan juga sistem pelatihan dilaksanakan secara
terpadu- berkelanjutan.

Hasil pelatihan ini diharapkan mampu membawa keberhasilan
peningkatan

prestasi

kerja

karyawan

unit

profit

center

AIPCM,

sebagaimana dikemukakan Edwin B. Pilippo (1961: 228-229) bahwa "
Pelatihan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan

dalam menjalankan pekerjaan tertentu dan merupakan beban penting bagi
organisasi di mana pekerjaan itu berada"

Pola-pola

kegiatan

pelatihan

yang

diterapkan

akan

turut

menentukan besarnya konstribusi terhadap prestasi kerja karyawan . Dale
Yoder ( 1962: 225) mengemukakan bahwa "Pelatihan yang

baik

menjalankan asas individual difference, relation to job analisis, motivation,

active participation, selection of trainess, selection of trainers's training,

training methods, dan principles of learning". Dengan demikian dalam
suatu pelatihan sedikitnya terdapat 5

faktor yang turut menentukan

keberhasilan pelatihan yaitu:
1 Materi Pelatihan

Materi

pelatihan

menjawab

harus disesuaikan

permasalahan yang

dengan

dihadapi,

kebutuhan,

dan

mampu

bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini penting karena tingginya motivasi
karyawan mengikuti kegiatan pelatihan banyak dipengaruhi oleh
apakah materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan mampu
memenuhi harapannya.
2

Kemampuan Instruktur (pelatih)

Kemampuan instruktur sangat penting dalam suatu pelatihan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Alex S. Nitisemito (1982:105) mengemukakan
peranan

pelatih

sangat

menentukan

berhasil

tidaknya

pelatihan

tersebut.

3 Fasilitas pelatihan

Fasitas pelatihan turut menentukan keberhasilan suatu pelatihan

karena kegiatan pembelajaran dalam pelatihan akan efektif jika
lingkungan dan fasilitas kondusif bagi jalannya proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan Zainudin Arif ( 1990) bahwa dalam merancang
dan

melaksanakan

kegiatan

belajar,

tahap

pertama

yang

perlu

dipersiapkan adalah iklim belajar ( sarana belajar dan pengaturan fisik).

4 Peserta pelatihan

Peserta pelatihan merupakan bahan mentah yang akan diolah di dalam

lembaga pendidikan yang nantinya akan berubah menjadi hasil olahan
atau lulusan.

5 Mutu proses pelatihan ( pembelajaran)

Proses pelatihan (pembelajaran) sangat penting dalam pelatihan,
karena dengan proses pembelajaran memungkinkan terjadinya proses
perubahan tingkah laku sesorang dalam mencapai suatu tujuan
Muhibbin syah (2000:113) mengungkapkan bahwa:

Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri manusia.

Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju dari pada keadaan sebelumnya

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitihan ini adalah seberapa besar pola
pelatihan yang diselenggarakan UPC AIPCM selama ini memberikan

sumbangan berarti terhadap peningkatan kemampuan karyawan.
C. Perumusan Masalah

Unjkfk memperjelas masalah yang diteliti, berikut ini dikemukakan
rumusan masalah secara umum " Seberapa besar pengaruh pelatihan

computerized

numerical

Control

machine

dalam

meningkatkan

kemampuan karyawan unit Profit Center AIPCM PT. Dirganta Indonesia "

8

D. Tujuan Penelitian

Berpijak pada permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaanpertanyaan penelitian serta dengan memperhatikan variabel tersebut di

atas, maka secara operasional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
ini :

1. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
materi pelatihan CNC Machine terhadap mutu proses pelatihan
karyawan Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

2 .Umuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
kemampuan instruktur terhadap mutu proses pelatihan karyawan
Unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

3. Utmik memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
fasilitas pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

4. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya pengaruh
peserta pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
5. Urvtuk mengetahui informasi mengenai ada tidaknya pengaruh

keseluruhan komponen pelatihan terhadap mutu proses pelatihan
karyawan unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia
6. Untuk mengetahui informasi mengenai ada tidaknya pengaruh mutu

proses pelatihan terhadap peningkatan prestasi kerja lulusan hasil

pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT. Dirgantara
Indonesia
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan
Sumber daya manusia dalam hal ini pengembangan kemampuan
karyawan unit profit center AIPCM, agar lebih mampu dan terampil dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan peran yang diberikan.

Secara teoritis penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran yang
dapat digunakan sebagai tambahan informasi pengetahuan tentang
proses pelaksanaan pelatihan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi

pelatihan dan pengembangan konsep-konsep atau teori-teori

dalam pelatihan.

Secara

praktis

bermanfaat bagi

perusahaan

PT.

Dirgantara

Indonesia dalam upaya peningkatan prestasi kerja karyawan sedangkan
bagi bagian personalia AIPCM sebagai lembaga penyelenggara pelatihan,
sebagai bahan masukan untuk keperluan perancangan kegiatan pelatihan
guna meningkatkan kualitas dari segi penyelenggara pelatihan.
E. Paradigma Penelitian

Upfuk mempermudah memberikan gambaran ruang lingkup dari penelitian
ini maka penulis membuat kerangka pola pikir dalam penelitian ini, maka
paradigma penelitiannya adalah

10

»

e

//
Instrumental Input
Materi Pelatihan
Kompetensi Pelatih
Fasilitas

Mutu Proses Pelatiha

Proses Delajar

Oiutput

Kemampuan Karyawa

mengajar

Bimbingan
Evaluasi
Peserta Uidik

( Karyawan Belum
Teriatih)

GAMBARI.1

Paradigma Penelitian

Peserta pelatihan sebelum pelatihan merupakan masukan mentah

yang berkaitan dengan karakteristik peserta yang meliputi struktur kognitif,
pengetahuan, ketrampilan, kebutuhan belajar, pendidikan, usia status

sosial dan kebiasaan belajar. Kemudian dalam proses pelatihan, yaitu
adanya treatment pelatihan yaitu yang menyangkut interaksi antara

masukan mentah ( peserta) dan masukan sarana. Dalam mutu proses
pelatihan adanya proses pembelajaran, bimbingan dan evaluasi.

Kemudian lulusan hasil pelatihan merupakan output (keiuaran),

yaitu peningkatan kemampuan karyawan yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
sesuai dengan kebutuhan belajar yang diperlukan peserta didalam
rencana pengelolaan AIPCM.

Setelah pelatihan selesai dilaksanakan diharapkan penerapan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh selama pelatihan dalam

melaksanakan pekerjaan meningkat ( prestasi kerja meningkat)

I

11

F. Definisi Operasional

Untuk adanya kesamaan interpretasi terhapat proses dan hasil
penelitian yang dilakukan maka perlu dikemukakan definisi operasional
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Variabel Bebas (X)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah

pelatihan. Pengertian pelatihan sebagaimana dikemukakan Moekiyat
(1993:3) bahwa "pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang
menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan

keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku ,dalam waktu yang
relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek
daripada teori".

Dalam penelitian ini secara operasional pengertian pelatihan mesin

CNC adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
ketrampHan karyawan dalam mengoperasikan mesin computer numerical
control di PT.Dirgantara Indonesial

Dengan mengacu pada konsep di atas, pelatihan dalam penelitian
ini ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Materi pelatihan (Xl} , diukur melalui : (1) Kesesuaian materi yang
diberikan; (2) Kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi
peserta; (3) Manfaat materi pelatihan bagi peserta.

b. Kemampuan instruktur (X2) , yang dapat diukur dari : (1) Sistimatika
penyajian; (2) kejelasan dalam menyampaikan materi; (3) Kesesuaian

12

metode; (4) Alat bantu yang digunakan; (5) Kemampuan
mempraktekkan materi; (6) Daya simpati terhadap. peserta.

c. Fasilitas pelatihan (X3), diukur melalui: (1) Tempat dan ruangan
pelatihan; (2) Kelengkapan alat-alat pelatihan; (3) Kelengkapan buku/
modul dan media pelatihan.

d. Peserta pelatihan (X4), diukur melalui: (1) Kebutuhan pelatihan; (2)
Disiplin ;(3) Ketepatan penggunaan waktu; Partisipasi aktif
2. Variabel terikat (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah mutu
proses pelatihan (Yi) dan kemampuan karyawan (Y2)

- Mutu proses pelatihan/pembelajaran (Y1) merupakan kunci pokok dari

terlahirnya hasil pelatihan. Mutu proses pelatihan diukur melalui : (1)

Tujuan belajar; (2) Metode pembelajaran ; (3) Kerjasama yang baik; (4)
Penilaian hasil belajar

- Kemampuan Karyawan adalah merupakan kuantitas peserta yang
dihasilkan dari setiap kegiatan pelatihan yang disertai kualitas

perubahan tingkah laku yang didapat melalui proses pelatihan yang
mencakup penguasaan peserta terhadap materi yang diberikan pada
pelatihan sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan ditempat kerja dengan baik.

Yang dapat diukur dari kemampuan karyawan adalah melalui : (1) Hasil

penilaian pelatihan; (2) Pemahaman materi; (3) Penguasaan materi; (4)
Aspek pengetahuan; (5) Perubahan sikap: (6) Ketrampilan; (7) Kualitas;

13

(8) Ketepatan Jadwal; (9) Kesadaran biaya; (10) Kerjasama, (11)
pengetahuan pekerjaan dan (12) Adaptasi
G. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi

Anggapan
kebenarannya

dasar adalah

diterima

oleh

memperkuat permasalahan,

sebuah titik tolak

peneliti.
membantu

Asumsi

pemikiran

yang

ini diperlukan

untuk

peneliti dalam

memperjelas

menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen
pengumpulan data.

Seperangkat yang dibangun sebagai landasan untuk keyakinan
tentang kokohnya pelaksanaan penelitian, adalah sebagai berikut ini.

1. Pelatihan sebagai alat manajemen digunakan untuk mengembangkan
penetahuan dan keterampilan agar prestasi kerja (kinerja) individu dan
organisasi meningkat (Terence Jackson, 1989)

2. Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada
suatu pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya, atau suatu

pekerjaan

yang

ada

kaitannya

dengan

pekerjaannya

(Faustino

Cordosa ,1999: 197)

3. Karyawan akan lebih baik apabila mereka merasa bahwa organisasi
menyediakan peluang bagi prestasi mereka untuk dihargai dan
diberikan ganjaran (TV. Rao, 1986)

14

Perumusan Hipotesis

Berdasarkan

asumsi-asumsi

penelitian

tersebut di atas,

maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ini
1. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara materi pelatihan

CNC Machine terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit Profit
Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

2. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara kemampuan
instruktur terhadap mutu proses pelatihan karyawan Unit Profit
Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas pelatihan terhadap
mutu proses pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara peserta pelatihan terhadap
mutu proses pelatihan karyawan unit Profit Center AIPCM PT.
Dirgantara Indonesia

5. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara keseluruhan

komponen pelatihan terhadap mutu proses pelatihan karyawan unit
Profit Center AIPCM PT. Dirgantara Indonesia

6. Terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara mutu proses
pelatihan terhadap output (kemampuan karyawan) unit Profit Center
AIPCM PT. Dirgantara Indonesi

15

Pengaruh antara variabel-variabel tersebut digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR I.2

Pengaruh Variabel X Terhadap Y

Y2

Keteranga X1: Materi Pelatihan
X2: Kemampuan Instruktur
X3: Fasilitas Pelatihan
X4: Peserta Pelatihan

Y1: Mutu Proses Pelatihan

Y2: Output ( Kemampuan karyawan)

^^
(
1

v' * -

< t> 4

^

\

^

i

BAB III

"s^ PROSEDUR PENELITIAN

J" //1
-/
/
=:z^/

A. Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti,

maka metode yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Dasar

pertimbangan

tersebut

sesuai

dengan

ciri-ciri

metode

deskriptif

sebagaimana dikemukakan Winarno Surakhmad (1980:139) yaitu: " (1)
Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa

sekarang dan pada masalah yang aktual; (2) data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis(karena itu metode ini
sering pula disebut metode analitik)

Apabila ditinjau dari kedua ciri tersebut, maka penulis berpendapat
bahwa deskriptif-analitis ini tepat untuk diterapkan pada penelitian ini.
Penelitian ini menyelidiki masalah yang aktual, karena meneliti suatu
kehidupan sosial yang sedang berlangsung dan dapat diamati pada masa

sekarang. Demikian pula untuk ciri kedua, dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk menemukan dan mengumpulkan data yang berkenaan

dengan

masalah

penelitian, kemudian data tersebut disusun dan

dianalisis untuk mencari kesimpulan dari hasil penelitian ini.

Dalam pada itu mengacu pada hipotesis penelitian, maka metode

yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikategorikan pada metode

42

korelasional, oleh karena berusaha menghubungkan suatu variabel degan

variabel

lainnya

untuk

memahami

suatu

fenomena

dengan

cara

menentukan tingkat/ derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut.

Tingkat hubungan tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi yang
berfungsi

sebagai

alat

untuk

membandingkan

variabilitas

hasil

pengukuran terhadap variabel-variabel tersebut.
Di sisi lain, penelitian ini dapat juga disebut penelitian yang sifatnya

" Ex post facto", oleh karena data dikumpulkan setelah peristiwanya
terjadi,

sehingga

asumsinya

adalah

bahwa data yang

diperlukan

sebenarnya sudah ada, akan tetapi belum diungkapkan serta tidak
mengalami perlakuan tertentu secara disengaja.
B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan Profit Center
AIPCM yang telah mengikuti pelatihan pada tahun 2001, yang berjumlah

160 Orang. Mengingat beberapa pertimbangan efisiensi dan efektivitas

kerja penelitian, maka dilakukan pengambilan sampel. Acak Sederhana
(Simple

Random

sedemikian

rupa

Sampling),
sehingga

yakni
tiap

sebuah

subyek

sampel

penelitian

yang
dari

diambil
populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

Jelasnya merupakan sampel kesempatan (probability sampling) sehingga
hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif bebas dari subyektivitas si
peneliti atau orang lain"

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

n =

N(ZJ2(0.25)
Keterangan :
r5

(N-1)E2+(ZJ2(0.25)

n =Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

Za- Variabel random normal standard untuk tinkat kepercayaan 1- a
E = Besar penyipangan maksimum yang diharapkan

Dengan menggunakan rumus diatas, yaitu dengan tingkat

kepercayaan yang diinginkan adalah 95% dan tingkat ketelitian 5%,
didapat n ( ukuran sampel) = 60 orang.
C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengungkap data tentang

variabel-variabel dalam penelitian ini, yakni Pelatihan CNC Machine dan
prestasi

kerja,

serta

data

pendukung

lain

yang

dianggap

dapat

memperkuat analisis penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner, dan dilengkapi pula dengan wawancara.
Selain pedoman tersebut digunakan alat bantu lain berupa buku catatan,

kamera, alat perekam . Selanjutnya data itu dihimpun dari foto copy
dokumen-dokumen penting.

Dalam penelitian ini Kuesioner digunakan untuk mengungkapkan

data mengenai variabel pelatihan dan prestasi kerja karyawan Unit Profit
Center AIPCM. Pedoman wawancara disusun untuk mengungkapkan

data-data pendukung penelitian yang tidak terungkap melalui kuesioner,
seperti tujuan, materi, sumber belajar dan sarana pembelajaran.
Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan

berpedoman kepada variabel-variabel yang akan diukur dan landasan
yang ditetapkan.

Adapun

langkah-langkah

yang

ditempuh

dalam

penyusunan

instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan indikator-indikator penelitian untuk setiap variabel

b. Menyusun kisi-kisi yang diperlukan untuk memudahkan
penyusunan instrumen penelitian .

c. Menyusun

item-item

pertanyaan/pernyataan

dengan

menggunakan alternatif jawaban yang disediakan sebanyak 4
alternatif, dan disusun berdasarkan arah positif ke negatif dengan
diberi skor4,3,2,1.

d. Memeriksa kembali, apakah semua variabel dan indikator telah
dirumuskan

dalam

kisi-kisi,

dan

semua

item

pertanyaan/

pernyataan telah menggambarkan isi/ konten yang diperlukan
untuk menyaring data dilapangan.

Agar alat pengumpul data yang digunakan valid dan reliabel, maka
dalam pengembangan alat pengumpulan data ini ditempuh langkahlangkah sebagai berikut:

1. Membatasi definisi operasional masing-masing variabel, sehingga
ditemukan indikator-indikator dari setiap variabel dan jenis data yang
akan

dikumpulkan,

sehingga

menghasilkan

kisi-kisi

instrumen

penelitian.

2. Menjabarkan kisi-kisi instrumen penelitian ke dalam pernyataan/
pertanyaan, sehingga diperoleh seperangkat pemyataan-pemyataan
dalam daftar isian(angket/kuesioner)

Berdasarkan pada konsep-konsep tersebut,

maka disusunlah

batasan masing-masing variabel penelitian serta indikator-indikatornya
sebagai berikut:
1.

Variabel Pelatihan

a. Materi pelatihan , meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
(1) Kesesuaian materi dengan masalah yang dihadapi peserta
(2) Kesesuaian materi yang diberikan
(3) Ruang lingkup materi

(4) Manfaat materi pelatihan bagi peserta

b. Kemampuan instruktur, meliputi indikator-indikator sebagai
berikut:

(1) Kualitas instruktur

(2) Kejelasan dalam menyampaikan materi
(3) Kemampuan mempraktekan materi

(4) Daya simpati terhadap peserta
(5) Memotivasi semangat peserta
c. Fasilitas pelatihan, meliputi indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Kondisi tempat dan ruangan pelatihan
(2) Kelengkapan alat-alat pelatihan

(3) Kelengkapan buku/ modul dan media pelatihan
(4) Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
d. Peserta pelatihan

(1) Kebutuhan pelatihan

(2) Ketepatan penggunaan waktu
(3) Partisifasi aktif
(4) Kehadiran
(5) Gairah belajar
(6) Disiplin

2. Variabel mutu proses velatihan, meliputi indikator-indikator sebagai
berikut:

(1) Tujuan belajar

(2) Metode pembelajaran

(3) Kerjasama yang baik
(4) Sikap

(5) Kesesuaian isi materi
(6) Perbandingan materi

(7) Penilaian hasil pelatihan (belajar)
3. Kemampuan Karyawan, meliputi indikator-indikator sebagai berikut:
(1) Hasil penilaian pelatihan
(2) Pemahaman materi
(3) Penguasaan materi
(4) Aspek pengetahuan
(5) Perubahan sikap

(6) Ketrampilan
(7) Kualitas

(8) Ketepatan jadwal
(9) Kesadaran biaya
(10) Kerjasama

(11) Pengetahuan pekerjaan
(12) Adaptasi

Dari batasan dan indikator masing-masing variabel penelitian

tersebut di atas, selanjutnya disusun kisi-kisi pertanyaan beserta jumlah

itemnya. Untuk mengukur variabel pelatihan digunakan 24 pertanyaan

dengan sebaran 6 soal materi pelatihan, 7 soal kemampuan instruktur, 5
soal fasilitas pelatihan, dan 6 soal peserta pelatihan. Sedangkan untuk

mengukur variabel mutu proses pelatihan dan prestasi kerja lulusan
pelatiha digunakan 28 pertanyaan.

Untuk lebih jelasnnya kisi-kisi

pertanyaan beserta sebaran jumlah item dan nomor pertanyaan dapat
dilihat pada tabel
TABEL 111-1

KISI-KISI PERTANYAAN VARIABEL PENELITIAN
Indikator

Variabel

Instrumen

Item

Penelitian
Materi Pelatihan

1.

(X1)
2.
3.
4.

Kemampuanlnstruktur
(X2)

Butir

Kesesuaian materi dengan masalah
Yang dihadapi peserta
Kesesuaian materi yang diberikan
Ruang lingkup materi
Manfaat materi pelathan bagi peserta

1.

Kualitas Instruktur

2.

Kejelasan

dalam

Kuesioner

1,2
3
4

5,6
Kuesioner

menyampaikan

7

8,9

materi

Peserta Pelatihan

1.

(X4)

2.

Kemampuan mempraktekan materi
Daya simpati terhadap peserta
Memotivasi semangat peserta
Kondisi tempat dan ruangan pelatihan
Kelengkapan alat-alat pelatihan
Kelengkapan buku/ modul dan media
pelatihan
Pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar
Kebutuhan pelatihan
Ketepatan penggunaan waktu

3.

Partisifasi aktif

22

4.

Kehadiran

23

5.
6.

Gairah belajar
Disiplin

25

1.

Tujuan belajar

2.

Metode pembelajaran

3.
4.

5.
Fasilitas Pelatihan

1.

(X3)

2.

3.

4.

MutuProses Pelatihan

(Y1)

3.

Kerjasama yang baik

4.

Sikap

5.

Kesesuaian isi materi

6.

Perbandingan materi
Penilaian hasil belajar
Hasil penilaian pelatihan

7.

Kemampuan Karyawan
(Y2)

1.

10
11

12,13
Kuesioner

14

15

16

17,18
Kuesioner

19,20
21

24

Kuesioner

1

2,3
4

5,6
7

8

9,10
Kuesioner

1

2.

Pemahaman materi

2

3.

6.

Penguasaan materi
Aspek pengetahuan
Perubahan sikap
Ketrampilan

4,5,6
7,8,9
10,11,12

7.

Kualitas

4.

5.

Ketepatan jadwal
Kesadaran biaya
9.
10 . Kerjasama
11 . Pengetahuan pekerjaan
12 . Adaptasi

8.

3

13
14
15
16
17
18

D. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data
Sebelum

dilakukan

penelitian

yang

sesungguhnya

instrumen

pengumpul data perlu diuji coba. Pelaksanaan uji coba ini dilakukan pada
karyawan yang pernah mengikuti pelatihan diluar responden sampel yang
diteliti, berjumlah 15 orang.. Tujuan pelaksanaan uji coba instrumen
penelitian adalah untuk menguji kesahilan ( validitas) dan keterandalan
(reliabilitas) instrumen.
1. Uji coba Validitas

Maksud dari uji coba validitas adalah untuk mengetahui apakah setiap

item pada kisi-kisi instrumen penelitihan sahih atau tidak. Sedangkan

uji validitas menurut Suharsimi Arikunto (2000:223) adalah " Tingkat
sesuatu tes yang mampu mengukur apa yang hendak diukur"
Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi

Pearson

Poduct Moment, sebagai berikut:

xy •

{"X*2-(X*)2^I^2-(I>)2}

Keterangan, n jumlah responden.

Nilai korelasi yang diperoleh akan diuji apakah signifikan, dengan
menggunakan hipotesis:

H0: Butir berkorelasi positif dengan skor total.

•\

">

H1 : Butir tidak berkorelasi positif dengan skor total.

Statistik yang digunakan adalah:

/, = \

r1, Jika th>t, maka H0 diterima, artinya

butir secara

VI-r2

signifikan berkorelasi positif dengan skor total.
Suatu butir dikatakan valid jika butir tersebut memiliki korelasi yang
positif dan signifikan.

Dari keseluruhan instrumen penelitian seluruh soal dinyatakan valid.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 111-2

VALDITAS TES MATERI PELATIHAN
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

4,784

Signifikan

2

2,697

Signifikan

3

2,431

Signifikan

4

5,916

Signifikan

5

3,908

Signifikan

6

4,531

Signifikan

/

TABEL 111-3

VALDITAS TES KEMAMPUAN INSTRUKTUR
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

5,799

Signifikan

2

4,484

Signifikan

3

3,476

Signifikan

4

2,710

Signifikan

5

2,217

Signifikan

6

2,297

Signifikan

7

3,768

Signifikan

TABEL III-4

VALIDITAS TES FASILITAS PELATIHAN
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

3,961

Signifikan

2

6,105

Signifikan

3

2,506

Signifikan

4

2,006

Signifikan

5

2,766

Signifikan

TABEL III-5

VALDITAS TES PESERTA PELATIHAN
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

2,769

Signifikan

2

3,177

Signifikan

3

2,086

Signifikan

4

2,250

Signifikan

5

2,257

Signifikan

6

3,746

Signifikan

7

2,139

Signifikan

TABEL 111-6

VALDITAS TES MUTU PROSES PELATIHAN
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

3,659

Signifikan

2

2,547

Signifikan

3

3,581

Signifikan

4

3,715

Signifikan

5

2,429

Signifikan

6

3,834

Signifikan

7

3,659

Signifikan

8

3,042

Signifikan

9

5,259

Signifikan

10

3,659

Signifikan

TABEL III-7

VALDITAS TES KEMAMPUAN KARYAWAN
Butir Tes

T hitung

Signifikansi

1

2,946

Signifi kan

2

4,464

Signifi kan

3

3,242

Signifi kan

4

2,915

Signifi kan

5

2,615

Signifi kan

5,223

Signifi kan

4,464

Signifi kan

5,223

Signifi kan

9

3,898

Signifi kan

10

3,702

Signifi kan

11

1,905

Signifi kan

12

2,890

Signifi kan

13

3,599

Signifi kan

14

3,384

Signifi kan

15

3,599

Signifi kan

16

3,554

Signifi kan

17

3,487

Signifi kan

18

5,223

Signifi kan

2. Uji Coba Reliabilitas

Untuk menguji keterandalan ( reliabilitas) instrumen penelitian
digunakan rumus alpha, yang bentuk rumusnya sebagai berikut:

(

k

IX

a

S.

Keterangan:

k = banyaknya butir soal.

.S"; = variansi dari butir ke-i
S1-. - variansi dari total butir.

Dengan cara yang sama pada pengujian validitas nilai a diuji
apakah signifikan atau tidak.

Kriteria yang digunakan mengkonsultasikan besarnya koefisien
Alpha adalah:
Interpretasi

Besarnya Nilai r

Antara
Antara
Antara
Antara
Antara

0,800 sampai dengan
0,600 sampai dengan
0,400 sampai dengan
0,200 sampai dengan
0,000 sampai dengan

1,000
0,800
0,600
0,400
0,200

Sangat Tinggi
Cukup

Agak Rendah
Rendah

Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-

rumus tersebut di atas,

diperoleh hasil pengujian

sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini:

reliabilitas

TABEL 111-8

HASIL PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET UJI COBA
Nama Variabel

Koefisien Alpha

Indeks korelasi

Interpretasi

X1

0,8
0,8
0,6
0,7
0,8
0,9

Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Sangat Tinggi

Reliabel

X2

X3
X4
Y1
Y2

Reliabel
Reliabel

Reliabel
Reliabel
Reliabel

3) Menghitung koefisien determinasi untuk menafsirkan makna
korelasi, dengan rumus:
AV = r2xl00%

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, beberapa rangkaian kegiatan pengolahan

dan analisis data dapat digambarkan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:

Memeriksa kembali angket yang telah diisi untuk menentukan

mana yang dapat diolah dan yang tidak dapat diolah kemudian
memberikan nomor urut untuk setiap jaaban respon dari ketiga variabel
penelitian.

1. Skoring, bertujuan untuk memberikan bobot pada setiap jawaban

responden berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan. Keseluruhan
data berupa data kategori berjenjang agar mudah diolah secara
statistik.

2. Data yang diperoleh dimasukkan ( disalin ) kedalam lembarkerja
program Excel sesuai dengan nomor urut responden.
3. Proses perhitungan untuk operasi aritmatika seperti menjumlah,
membagi, mengalikan dan menarik akar dapat dilakukan dengan

menggunakan program excel , perhitungan korelasi antara variabel
dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Window..
Berdasarkan harga statistik yang diperoleh dapat disimpulkan erat
tidaknya hubungan antara

Kriteria penafsiran terhadap signifikansi korelasi yang dipergunakan

dalam penelitian ini mengacu pada rumusan yang dikemukakan oleh
Guilford ( 1956: 145) yang disadur oleh Rochman Natawijaya ( 1988:
48) sebagai berikut:
0,00 - 0,20 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan
0,21 - 0,40 : Korelasi rendahl; hubungan jelas tetapi kecil

0,41 -0,70 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan
0,71 - 1,00 : Korelasi kecil; hubungan hampir dapat diabaikan

Guna keperluan korelasi, karena datanya berupa data ordinal atau

data berjenjang, maka untuk analisisnya digunakan analisis Spearman.
Adapun rumus statistik yang digunakan di dalam melakukan analisis data
adalah :

6JX
n\n —I)

dimana t/,. adalah selisih dari ranking pasangan data.

apabila terdapat nilai pengamatan yang sama, statistik yang digunakan
adalah:

l^+I^-Z"?
1=1

V /=l

dengan

'=1

»

„>-n

tr '

12

v'"1_/

^ •

^ ' ^ 12

dengan t adalah ranking-ranking yang sama pada variabel X atau Y.
Untuk menguji signifikasi nilai korelasi yang diperoleh, digunakan statistik
/• -Jn - 2

uji /,,= ',

dengan db = n-2

dimana

hipotesis statistiknya Ho: p = 0
H\:p*0.

Dengan

kriteria pengujiannya adalah Jika th> ttatau /,,