PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN” (Studi Semiotika Pemaknaan Lirik Lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty Wibowo).
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
SKRIPSI
Oleh:
Rr. Tika Lestiana
NPM . 0843010032
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
Disusun Oleh:
Rr. Tika Lestiana
NPM . 0843010032
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian skr iosi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Drs. Kusnar to M.Si
NIP 19580801 198402 1001
Mengetahui
DEKAN
Dra. Suparwati, M.Si
NPT 195507181983022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
Oleh:
Rr . Tika Lestiana
0843010032
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas
Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 13 J uni 2012
TIM PENGUJ I
1. Ketua
PEMBIMBING UTAMA
Dr a. Sumar djijati, M.Si
NIP. 196203231993092001
Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
2. Sekr etar is
Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
3. Anggota
Yuli Candrasar i, S.Sos, M.Si
NPT. 3 7107 94 00271
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Suparwati, M.Si
NPT.195507181983022001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan karunia serta kenikmatan yang tak terhingga sehingga
penulis berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat
RahmatNya pula dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMAKNAAN
LIRIK LAGU HAMIL DULUAN” (Studi Semiotika Pemaknaan terhadap Lirik
Lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty Wibowo) dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas
Pembangunan Nasional.
2.
Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Kusnarto, M.Si Dosen Pembimbing utama yang telah
mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5.
Seluruf staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6.
Kedua orang tua, bapak dan ibu serta keluarga besar yang telah
banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama
ini.
7.
My beloved dan sahabat terbaik dalam karir dan usahaku selama
ini. Ciza, Etha, Dita, dan Tanti. Jume, Ucid, Mumun, Depee dan
Poow. Wa’toe, Ayik, Amri, Ramzie. I Love you all.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................... i
Halaman Persetujuan dan Pengesahan Ujian Skripsi ................................... ii
Halaman Persetujuan dan Pengesahan Skripsi ............................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi .................................................................................................... vi
Daftar Gambar ........................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
Abstraks ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ................................................................... 9
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 9
2.1.1 Definisi Komunikasi ................................................................... 9
2.1.2 Komunikasi Verbal dan Non Verbal ........................................... 10
2.1.3 Media Komunikasi Massa .......................................................... 11
2.1.4 Musik ......................................................................................... 14
2.1.5 Lirik Lagu ................................................................................... 15
2.1.6 Nilai dan Norma Sosial ............................................................... 16
2.1.7 Semiotika ................................................................................... 25
2.1.8 Semiotika Komunikasi ............................................................... 27
2.1.9 Teori Tanda Ferdinand De Saussure ........................................... 32
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.10 Makna Dalam Kata ................................................................... 36
2.1.11 Definisi Kata Dalam Lirik Lagu ................................................ 37
2.1.12 Perubahan Makna dan Ambiguitas ............................................ 39
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 42
3.1 Metode Penelitian ................................................................................ 42
3.2 Kerangka Konseptual ........................................................................... 43
3.2.1. Unit Analisis ............................................................................. 43
3.2.2 Corpus ........................................................................................ 43
3.2.3 Konsep Operasional ................................................................... 45
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 48
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................ 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 50
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 50
4.2 Penyajian Data ..................................................................................... 52
4.3 Pemaknaan Lirik Lagu “Hamil Duluan” menurut Dikotomi Saussure .... 54
4.4 Analisis Data ........................................................................................ 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 75
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 75
5.2 Saran .................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77
LAMPIRAN ............................................................................................. 78
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Semiotik Saussure …………………………………….. 36
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir …………………………………….. 41
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Dangdut Hamil Duluan Dicekal di Jatim………………… 78
Lampiran 2
: Pelantun Lagu ‘Hamil Duluan’ Pasrah Dicekal………….. 81
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKS
RR. TIKA LESTIANA, PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty
Wibowo)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terdapat
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dipopulerkan oleh Tuty Wibowo. Lirik
lagu tersebut menuai cekal oleh KPID karena dinilai bertentangan dengan UU
tentang Penyiaran, serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran. Sehingga lagu “Hamil Duluan” dilarang pemutaran dan penayangannya,
baik di radio maupun televisi.
Penelitian ini menggunakan Teori Semiotik Ferdinant De Saussure. Dalam
teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan
pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal
melalui lirik atau kata-kata yang termuat di dalam lagu “Hamil Duluan”, sedang
pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau nilainlai yang terkandung didalam lirik lagu “Hamil Duluan”. Eksistensi semiotika
Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan signifikasi.
Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda
dalam sebuah sistem berdasarkan aturan tertentu. Dengan menggunakan
signifikasi tersebut digunakan untuk mengetahui makna dari lirik lagu “Hamil
Duluan” tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Jenis data yang
digunakan dalam penilitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil
langsung dari lirik lagu “Hamil Duluan”. Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini peneliti menyimpulkan berbagai makna yang digambarkan
dalam lirik lagu tersebut.
Dari hasil pemaknaan dapat diketahui bahwa lirik lagu “Hamil Duluan”
menceritakan realitas sosial, sehingga terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai
sosial yaitu Norma Susila, Norma Agama dan Norma Hukum.
Kata Kunci : Pemaknaan, Semiotik, Lir ik Hamil Duluan
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
RR. TIKA LESTIANA, LYRICS MEANING " HAMIL DULUAN"
(Semiotics Studies Meaning Lyr ics " Hamil Duluan" by Tuty Wibowo)
Purpose of this study was to determine the meaning contained in the lyrics
of the song "Hamil Duluan" popularized by Tuty Wibowo. Lyrics of the song
banned by KPID reap as it is considered contrary to the Law on Broadcasting and
the Broadcasting Code of Conduct and Standards Release Program. So the song
"Hamil Duluan" banned screenings and broadcast, both radio and television.
This study uses a semiotic theory Ferdinant De Saussure. In this semiotic
theory is divided into two parts, namely markers (signifier) and the sign
(signified). Marker is seen as a form or physical form can be identified by words
or words contained in the song "Hamil Duluan", is being seen as a sign of
meaning are revealed through the concept, function or value contained within the
lyrics of the song "Hamil Duluan". Semiotics of Saussure's existence is the
relation between signifier and signified by signification. Semiotics is the
significance of studying the system of signs that mark in relation elements of a
system based on certain rules. By using a significance that is used to determine the
meaning of the lyrics of the song "Hamil Duluan" is.
The method used is a qualitative method. Type of data used in this study is
the primary data, which data has taken directly from the lyrics of the song "Hamil
Duluan". Data analysis techniques used in this study researchers concluded that
depicted a variety of meanings in the lyrics of the song.
From the results it can be seen that the meaning of the lyrics to "Hamil
Duluan" tells the social reality, resulting in distortion of social values that Moral
Norms, Religious Norms and Law Norms.
Keywor ds: Meaning, Semiotics, Lyr ics “Hamil Duluan”
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda
adalah bisnis dari semua komunikasi (Little Jhon dalam sumber Sobur 2004 : 15).
Manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini, termasuk juga
melalui sebuah karya seni. Sebuah karya seni memerlukan sebuah media dalam
menyampaikan pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.
Berbicara masalah musik dan lagu tidak terlepas dari musik khas Indonesia
yaitu dangdut dan industri musik. Musik dangdut disini diartikan sebagai musik
populer, bukan hanya genre musik dangdut. Musik dangdut dalam komoditasnya
sekarang telah dijadikan sebagai industri yang dapat menghasilkan banyak uang
serta mengesampingkan nilai seni itu sendiri.
Jhon Storey dalam bukunya mempunyai asumsi yang dibuat bahwa musik
sebagai sebuah industri, industri musik menentukan nilai guna produk-produk
yang dihasilkan. Paling jauh, khalayak secara pasif mengkonsumsikan apa yang
ditawarkan oleh industri musik. Paling buruk, mereka menjadi korban budaya,
yang secara ideologis dimanipulasi melalui musik yang mereka konsumsi. Seperti
argumen Leon Resselson menyatakan bahwa “Industri musik memberikan kepada
publik apa yang mereka inginkan” (Storey, 2007 : 121). Jelas terlihat bahwa
musik popular diciptakan, direkam, dirilis, diedarkan, dan dijual mempunyai
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
pertimbangan hanya mengikuti selera pasar atau publik atau konsumen tanpa
mempertimbangkan faktor ideologi sebuah musik dan sebuah lagu dari
penciptanya sendiri.
Musisi sebagai pencipta lagu dalam menciptakan lagunya dituntut oleh
pihak perusahaan rekaman untuk menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan
“telinga” pasar. Hal tersebut dapat “memenjarakan” sebuah kreatifitas seni yang
keluar dari hati yang paling dalam yang kemudian dituangkan dalam sebuah lagu
baik dari segi lirik maupun aransemennya. Yang pada akhirnya banyak dari para
musisi yang berusaha menciptakan lagunya tanpa menginginkan campur tangan
dari pihak perusahaan rekaman. Hal tersebut dimaksudkan agar para musisinya
dapat bebas bergerak dan berkata tanpa adanya campur tangan dari perusahaan
rekaman yang notabene hanya bertujuan bisnis dan mencari keuntungan dari lagulagu yang telah diciptakan untuk dapat dijual kepada pemilik.
Musik sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat Soerjono Soekanto
(Rachmawati, 2001:1) bahwa “Musik berkaitan erat dengan setting sosial
kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dimana lirik lagu menjadi
penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isu-isu sosial yang terjadi”.
Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang
merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di
dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana
atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian
terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir
dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar
atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.
(Setianingsih, 2003:8)
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realita sosial yang terjadi di
masyarakat, sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam Rachmawati
(2000:1) yang menyatakan :
“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia
berada. Musik gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi tersebut
manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan
lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi
suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu
maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah
bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.”
Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula
dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tertulis yang
dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut,
tapi makna yang terkandung didalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan
bukan hanya instrumen ataupun vokalika yang mendukung. Tapi faktor moment
ketika pesan kapan harus disampaikan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Dalam sebuah lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty
Wibowo menunjukkan adanya permasalahan yaitu lirik yang berbau vulgar. Pada
lagu tersebut seorang wanita menceritakan kisah dengan pasangannya saat
berduaan, berawal dari bercumbu mesra, berpelukan, kemudian bersenggama,
hingga akhirnya hamil diluar pernikahan.
Lirik ‘vulgar’ dalam lagu ‘Hamil Duluan’ yang dinyanyikan oleh Tuty
Wibowo, Penyanyi yang sempat popular pada tahun 1990 ini rupanya
mengundang kontroversi di masyarakat. Lagu yang laris manis setelah di Lipsync
oleh si ‘Keong Racun’ Shinta – Jojo ini, ditolak penanyangan video klipnya oleh
sejumlah televisi swasta.
Lagu dangdut `Hamil Duluan' ini menuai cekal. Setelah KPID Jawa
Tengah, kini giliran KPID Jawa Timur melarang pemutaran dan penayangan lagu
tersebut,
baik
di
radio
maupun
televisi,
karena
dinilai
seronok.
http://tribunnews.com/2011/11/15/dangdut-hamil-duluan-dicekal-di-jatim.htm
Ketua Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID) Jatim, Dony Maulana Arief mengatakan, isi lagu-lagu yang dicekal
tersebut bertentangan dengan UU 32/2002 tentang Penyiaran, serta Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Pasal yang dilanggar
terutama Pasal 19 P3SPS.
Dalam pasal tersebut ditegaskan, bahwa sebuah program siaran, baik lagu
atau klip video dilarang memuat lirik dan adegan gambar yang bermuatan seks
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
secara eksplisit atau vulgar. Sebuah program siaran juga dilarang memuat adegan
tarian, gerakan tubuh dan atau lirik yang dapat dikategorikan cabul atau
membangkitkan gairah seks, serta merendahkan perempuan sebagai obyek seks.
Seperti diketahui, lirik lagu Hamil Duluan memang seolah berisi ajakan untuk
seks bebas. Lagu ini justru dinyanyikan dengan riang, ketika seorang remaja hamil
sebelum menikah.
Media massa telah sejak lama tidak diragukan lagi kekuatannya dalam
mempengaruhi audiencenya, dan jahatnya kekuatan itu cenderung membabi buta,
tak kenal laki-laki dan wanita, tua dan muda, besar dan kecil, bila mereka tak
mampu menyaring informasi yang diperoleh maka dengan mudah terhipnotis oleh
isi media. Manusia juga merupakan makhluk peniru dapat dengan mudah menelan
bulat-bulat isi media, tak peduli baik atau tidak baikkah pesan yang disampaikan
melalui media tersebut bagi dirinya.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam
perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film dewasa yang
berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku
yang mengandung unsur pornografi itu menyenangkan dan dapat diterima
lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan
adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan
masyarakat yang berbeda.
Mengangkat masalah pornografi sebenarnya tidak terlepas dari keinginan
tahuan masyarakat akan masalah yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Ketabuan membuat orang tidak berani mengungkapkan secara terbuka.
Akibatnya, pornografi dianggap sebagai sesuatu yang begitu rahasia dan
misterius. Inilah yang menjadikan pornografi sebagai kenikmatan bagi setiap
orang atas publikasi yang bersifat seksual tersebut. Tetapi bila pornografi
disalahgunakan akan menimbulkan kesengsaraan, rasa bersalah, gelisah,
dimanfaatkan, takut dan lain sebagainya.
Pada kenyataan di jaman yang modern ini kehidupan masyarakat sudah
semakin kurang terkendali karena pengaruh dari budaya asing (westernisasi) yang
kerap mengeksploitasi pornografi, hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa kita dan norma ketimuran. Pornografi umumnya dikaitkan dengan tulisan
dan penggambaran, karena cara seperti itulah yang paling banyak ditemukan
dalam mengekspos masalah seksualitas.
Pornografi terkait dengan bisnis, dampaknya bagi masyarakat sangat luas,
baik psikologis, sosial, etis maupun teologis. Secara psikologis, pornografi
membawa beberapa dampak antara lain, timbulnya sikap dan perilaku antisosial.
Manusia pada umumnya menjadi kurang responsif terhadap penderitaan,
kekerasan dan tindakan-tindakan perkosaan. Akhirnya,
pornografi akan
menimbulkan kecenderungan yang lebih tinggi pada penggunaan kekerasan
sebagai bagian dari seks. Dampak psikologis ini bisa menghinggapi semua orang,
dan dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang parah dan menjadi
ancaman yang membawa bencana bagi kemanusiaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Dari uraian tersebut, kemudian menarik minat peneliti untuk mengetahui
makna yang terkandung dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang digambarkan oleh
Tuty Wibowo.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana makna yang
terkandung dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty Wibowo.
Untuk menganalisis sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut. Penelitian
menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan semiotik dari teori
tanda Ferdinand De Saussure.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana makna yang terkandung
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty Wibowo ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah Untuk
mengetahui makna dibalik lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty
Wibowo.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teor itis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah Literature
penelitian ilmu komunikasi khususnya pada kajian analisis tanda komunikasi
berupa lirik lagu dengan pendekatan semiotik. Dan bisa menambah wawasan
bagi pendengar untuk mengetahui makna yang disampaikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak
pendengar lirik lagu. Dan dapat membantu dalam memahami pesan yang ada
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty Wibowo.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1
Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2).
Menurut
(Effendy,
2001:11) proses komunikasi adalah:
“Proses
komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Pikiran bisa
berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
http://www.scribd.com/deefit/d/3397081-Persepsi-remaja-terhadap-programdakwahtaimen
Komunikasi terjadi antara satu orang dengan yang lainnya, mempunyai
tujuan untuk mengubah, membentuk perilaku orang menjadi sasaran komunikasi.
Di samping itu komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol, seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Berelson dan Stainer, 1964).
Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan
oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat
fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi
9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi
komunikasi tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan
dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif
yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesanpesan non verbal. Emosi juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti
novel, musik, puisi, atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan
perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:21).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian
yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolaan pesan yang
terjadi dalam diri seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang
berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup
tanpa berkomunikasi.
2.1.2
Komunikasi Verbal dan Non Ver bal
Simbol atau pesan variabel adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Hampir semua rancangan wicara yang kita sadari termasuk ke
dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat dianggap
sebagai suatu sistem kode verbal.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan
dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang menginterpretasikan
berbagai aspek realitas individu kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstrak
realitas kita yang mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek
atau konsep yang diwakili kata-kata itu.
Komunikasi Non Verbal adalah Proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kotak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbolsimbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya
emosi, dan gaya berbicara.
Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi,
problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang
dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk menginterpretasikan pengalaman
anda jauh lebih muda, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagai sejumlah
pengalaman serupa. Namun bila berkomunikasi melibatkan orang-orang berbeda
budaya, proses abstraksi juga menyulitkan. (Mulyana, 2004).
2.1.3
Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui
media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).
Komunikasi massa menyiarkan infomasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada
komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan
kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa
menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi.
Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang
komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil
menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati
dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan
bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang, benak
komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil
ialah kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak
(Effendy, 2003:80).
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi
massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83):
a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang
disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah
komunikan yang besar dalam komunikasi masa dengan keterbukaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya
dengan sifat heterogen komunikan.
c. Media massa menimbulkan keserampakan artinya keserampakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan
terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non
pribadi ini timbul disebabkan karena teknologi dari penyebaran yang
massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan
komunikator yang bersifat umum.
Ada dua jenis media komunikasi massa:
1. Media Cetak
Media yang mempergunakan unsur pencetakan untuk penyampaian
pesannya. Sehingga pesan dapat dilihat atau dibaca oleh massa.
Contohnya: surat kabar, buku, majalah, jurnal, leaflet, brosur, stiker,
bulletin, hand out, poster, spanduk, dan lain sebagainya.
2. Media Elektr onik
Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian
pesan dari sumber kepada massa. Pesan dapat dilihat, didengar, atau
dibaca oleh khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekadar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
media cetak. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin hari
semakin cepat.
Contohnya: televisi, radio, film, video recording, komputer, elektronic
board, audio cassette, internet dan sebagainya.
http://www.anneahira.com/pengertian-media-komunikasi.htm
2.1.4
Musik
Dalam setiap nada ada harapan, dalam setiap kalimat musik ada kesehatan,
dan dalam setiap lagu ada kegembiraan, dengan musik, hidup diharapkan menjadi
lebih baik dan berkualitas. Begitu kata filusuf Aristotales.
Setiap alat indra menerima rangsangan stimulus dari lingkungan sekitar.
Musik merupakan salah satu rangsangan stimulus khas untuk indra pendengaran.
Musik adalah bunyi yang diterima berdasarkan sejarah, lokasi budaya, dan selera
setiap individu. Musik lebih dari sekedar bunyi. Ia adalah bunyi yang dibentuk
dalam komposisi yang disusun secara harmonis.
Menurut psikologis Drs. Monty P. Sadadarma, MS, AT, MPC, MFCC,
musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh orang pendengaran
melalui saraf dalam tubuh kita, serta disampaikan ke susunan saraf pusat. Ia bisa
menimbulkan kesan tertentu didalam diri kita.
Akibatnya, jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakhentakan kaki di lantai atau mengetuk-ketukan tangan di meja. Kita juga bisa
membayangkan iramanya didalam diri kita sendiri.
Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan alat musik mempengaruhi getaran
udara yang ada disekeliling kita. Harmonisasi nada dan iramanya mempengaruhi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
kesan harmoni di dalam diri. “Jika harmoni musik setara dengan irama internal
tubuh kita, musik akan memberikan kesan menyenangkan. Sebaliknya, jika
harmoni musik akan memberikan kesan kurang menyenangkan”. Papar Monty.
Musik telah menjadi bagian hidup bagi sebagian orang musik menjadi
spirit untuk melakukan aktifitas. Musik dapat mengubah orang menjadi sedih,
menjadi senang dan frustasi menjadi semangat. Apapun jenis musik yang
didengarkan, musik terbukti dapat membuat perasaan akan menjadi tidak baik dan
lebih baik.
Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun manusia berasa. Hal ini
dikarenakan musik disampaikan dengan melalui berbagai macam media
komunikasi elektronik, diantaranya melalui radio, tape recorder, compact disc,
internet ataupun melalui sarana yang lain seperti konser musik, pesta dan lain
sebagainya.
Suka harjana menguapkan ciri musik sebenarnya adalah musik orang
kebanyakan (common people), komersil, merupakan hiburan dan pengaruh
kebudayaan barat. (Sobur, 2004:145)
2.1.5
Lir ik Lagu
Sebuah lagu belum lengkap keberadaannya tanpa adanya lirik. Lirik lagu
diciptakan oleh mereka-mereka yang mempunyai inspirasi dan insting yang lebih,
sehingga nantinya akan tercipta lirik demi lirik yang cukup indah untuk
diperdengarkan.
Lirik lagu dalam musik dapat menjadi saran atau media komunikasi untuk
mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau
nilai. Oleh karena itu ketika sebuah lirik diaransir dan dipergunakan kepada
khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebarnya luasnya
sebesar sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. (Setianingsih,
2003:7-8)
Lirik lagu merupakan salah satu dari beragam karya seni yang ada. Ia pada
dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh karena itu
lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa.
Sebenarnya, lirik sebuah lagu tak ubahnya dengan lirik sebuah puisi atau sajak.
Yang membedakan hanyalah cara membawakannya saja, puisi atau sajak
dibawakan dengan cara membaca dan menghafal dengan penuh penghayatan,
sedangkan lirik lagu dibawakan dengan irama alunan musik yang dipadu
padankan oleh sebuah irama. Oleh karena itu saat ini musik sangat digandrungi
oleh setiap masyarakat. Ciri musik ini, yang ada pada intinya merupakan musik
orang kebanyakan (Common People), komersial, merupakan hiburan dan salah
satu bentuk kebudayaan barat (Sobur, 2004:145).
2.1.6
Nilai dan Norma Sosial
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan
bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt
(1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu
pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan
anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda,
orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat
yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh,
masyarakat barat sebagian besar penduduknya terbiasa dengan pacaran di muka
umum, bermesraan di muka umum. Sementara pada masyarakat timur lebih
cenderung menghindari hal-hal tersebut karena mengganggu keharmonisan,
dianggap tidak sopan dan menyimpang dari tata krama.
Masyarakat Indonesia, yang notabene masyarakat Timur, acapkali
dianggap masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Dalam
hal nilai dan perilaku seksualitas, ada sejumlah anggapan yang membedakan,
bahkan mempertentangkan antara masyarakat Barat dan Timur. Salah satu
anggapan yang sering dijumpai di tengah masyarakat adalah
Barat dikenal
sebagai lambang pengumbaran nafsu seksual secara bebas tanpa norma dan susila.
Sementara Timur menjadi lambang kesucian, keagungan dan pengekangan diri
dari nafsu seksual. Karena itu jika ada warga masyarakat Timur yang tidak sesuai
dengan anggapan ini maka dituduh sebagai kelainan atau penyimpangan dari nilai
budaya dan identitas Timur (Heryanto, 1994: 137).
Tolak ukur peradaban suatu masyarakat tercermin dari penjagaan nilainilai moral dalam setiap aspek hidupnya. Pelanggaran terhadap nilai-nilai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
kebaikan memberi peluang yang sangat besar bagi hancurnya sendi-sendi
kehidupan masyarakat tersebut. Pada dasarnya susunan sosial adalah susunan
moral. Masyarakat disusun menurut peraturan moral. Kegiatan akal budi yang
mengarahkan manusia pada pemahaman tentang tatacara dan perjalanan
kehidupan sosial, sifat dunia sosial, interaksi sosial antar sesama manusia, tidak
dapat dikatakan lain kecuali nilai moral itu sendiri (Berry, 1993: 33).
Salah satu masalah yang cukup memprihatinkan berkaitan dengan nilai
nilai sosial, khususnya nilai moral, adalah makin maraknya pornografi dan
pornoaksi di tengah masyarakat. Pornografi dan pornoaksi merupakan satu bentuk
kejahatan sosial berupa perbuatan yang diasosiasikan sebagai eksploitasi seksual
rendahan. Seksualitas pada dirinya sendiri memang mampu mengungkapkan
banyak hal tentang manusia. Kebermaknaannya meliputi banyak dimensi yakni
dimensi biologis-fisik, behavioural, klinis, psiko-sosial, sosiokultural (Gunawan,
1993: 2) dan yang tidak kalah penting adalah dimensi religius. Akan tetapi jika
keluhuran dan kesakralan maknanya direduksikan pada nilai komersial, tentu ini
menjadi masalah besar. Pengeksploitasian seks sebagai barang komoditi
mengakibatkan seseorang terkondisi untuk memandang seks sebagai barang
konsumsi. Karena itu, konsumsi seperti ini dapat saja terjadi tanpa batas dan arah.
Salah satu gejala yang dapat dilihat adalah gaya hidup free sex yang pada saat ini
telah menggoyahkan aturan-aturan perilaku seks yang sudah mapan (Gunawan,
1993: 2).
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai
sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi
oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat
yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas
beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan,
atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah,
dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau
bahkan harus dihormati dan diteladani.
Menurut Prof. Notonegoro Jenis-jenis Nilai Sosial dibedakan atas:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitasnya.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai diantaranya: Nilai
kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia
(rasio, budi, cipta), Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa
manusia (perasaan, estetis), Nilai kebaikan atau nilai moral yang
bersumber pada unsur kehendak atau keamanan (karsa, etika), Nilai
religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
Nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma
merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar
dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga
masyarakat. Menurut Robert M. Z. Lawang, “Norma merupakan patokan
berperilaku dalam kelompok tertentu”. Adapun Jenis/Macam norma yang berlaku
dalam masyarakat:
1. Norma Agama, Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah
suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para
penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang
kuat, orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
2. Norma Kesusilaan, Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak
manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran
dari norma kesusilan.
3. Norma Kesopanan, Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah
laku yang berlaku di masyarakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah
beberapa contoh dari norma kesopanan.
4. Norma Kebiasaan (Habit), Norma ini merupakan hasil dari perbuatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini
dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan
acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah
contoh dari norma ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
5. Norma Hukum, Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).
Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar ramburambu lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.
Hubungan antara nilai dan norma adalah Norma dibangun di atas nilai
sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai
sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.
Berbagai macam norma dalam masyarakat. Dilihat dari tingkatan sanksi atau
kekuatan mengikatnya terdapat:
1.
Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan
sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan
memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika
minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
2.
Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara
bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulangulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu,
membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang
lebih tua, dst.
3.
Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang
bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh
masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina,
berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
4.
Adat (customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun
sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum
adat.
5.
Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis,
ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara
tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma
hukum didukung oleh adanya
aparat,
sehingga memungkinkan
pelaksanaan yang tegas.
Kita tentunya menginginkan suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan
sesuai dengan tatanan sosial yang berlaku. Akan tetapi, di kehidupan masyarakat
yang majemuk seperti sekarang ini, hal tersebut sangatlah sulit dijumpai. Bahkan
dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat yang harmonis dan selaras tersebut
hanyalah sebatas angan-angan belaka, karena tindakan penyimpangan sosial pasti
selalu ada, meskipun bentuk penyimpangan yang terjadi tersebut sangat kecil atau
ringan. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang
yang tidak tertib dalam berlalu lintas, berbagai tindak kejahatan, dan lain
sebagainya.
Perilaku penyimpangan (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku
yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku penyimpangan
dapat terjadi di mana saja, baik di keluarga maupun di masyarakat. Menurut G.
Kartasaputra, perilaku penyimpangan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang tidak sesuai atau tidak menyesuaikan diri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik yang dilakukan secara
sadar ataupun tidak.
Penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dilihat
berdasarkan
kadar
penyimpangannya
dan
dilihat
berdasarkan
pelaku
penyimpangannya.
a. Ber dasarkan Kadar Penyimpangan
1 . Penyimpangan primer
Penyimpangan primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku
penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan
penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus
menerus (insidental saja) dan pada umumnya tidak begitu merugikan
orang lain, misalnya mabuk saat pesta, mencoret-coret tembok tetangga,
ataupun balapan liar di jalan. Penyimpangan jenis ini bersifat sementara
(temporer), maka orang yang melakukan penyimpangan primer, masih
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya
perilaku penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang
dan terus menerus meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk
penyimpangan ini mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan,
pemerkosaan, perampokan, dan pencurian. Penyimpangan jenis ini sangat
merugikan orang lain, sehingga pelakunya dapat dikenai sanksi hukum
atau pidana.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
b . Berdasar kan Pelaku Penyimpangan
1. Penyimpangan individu (individual deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan
orang lain. Contohnya seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang
melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami
atau istri yang selingkuh, perzinahan (seks diluar nikah) dan anak yang
durhaka terhadap orang tua. Dilihat dari kadarnya penyimpangan perilaku
yang bersifat individual, menyebabkan pelakunya mendapat sebutan
seperti pembandel, pembangkang, pelanggar, bahkan penjahat.
2 . Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang yang secara
bersama-sama melakukan tindakan yang menyimpang. Contohnya pesta
narkoba yang dilakukan kelompok satu geng, perkelahian massal
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
SKRIPSI
Oleh:
Rr. Tika Lestiana
NPM . 0843010032
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
Disusun Oleh:
Rr. Tika Lestiana
NPM . 0843010032
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian skr iosi
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Drs. Kusnar to M.Si
NIP 19580801 198402 1001
Mengetahui
DEKAN
Dra. Suparwati, M.Si
NPT 195507181983022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan”
oleh Tuty Wibowo)
Oleh:
Rr . Tika Lestiana
0843010032
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas
Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal 13 J uni 2012
TIM PENGUJ I
1. Ketua
PEMBIMBING UTAMA
Dr a. Sumar djijati, M.Si
NIP. 196203231993092001
Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
2. Sekr etar is
Drs. Kusnar to, M.Si
NIP. 19580801 198402 1001
3. Anggota
Yuli Candrasar i, S.Sos, M.Si
NPT. 3 7107 94 00271
Mengetahui,
DEKAN
Dra. Suparwati, M.Si
NPT.195507181983022001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan karunia serta kenikmatan yang tak terhingga sehingga
penulis berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat
RahmatNya pula dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMAKNAAN
LIRIK LAGU HAMIL DULUAN” (Studi Semiotika Pemaknaan terhadap Lirik
Lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty Wibowo) dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas
Pembangunan Nasional.
2.
Ibu Dra. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Bapak Kusnarto, M.Si Dosen Pembimbing utama yang telah
mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5.
Seluruf staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6.
Kedua orang tua, bapak dan ibu serta keluarga besar yang telah
banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama
ini.
7.
My beloved dan sahabat terbaik dalam karir dan usahaku selama
ini. Ciza, Etha, Dita, dan Tanti. Jume, Ucid, Mumun, Depee dan
Poow. Wa’toe, Ayik, Amri, Ramzie. I Love you all.
8.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Juni 2012
Penulis
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................... i
Halaman Persetujuan dan Pengesahan Ujian Skripsi ................................... ii
Halaman Persetujuan dan Pengesahan Skripsi ............................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi .................................................................................................... vi
Daftar Gambar ........................................................................................... viii
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
Abstraks ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ................................................................... 9
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 9
2.1.1 Definisi Komunikasi ................................................................... 9
2.1.2 Komunikasi Verbal dan Non Verbal ........................................... 10
2.1.3 Media Komunikasi Massa .......................................................... 11
2.1.4 Musik ......................................................................................... 14
2.1.5 Lirik Lagu ................................................................................... 15
2.1.6 Nilai dan Norma Sosial ............................................................... 16
2.1.7 Semiotika ................................................................................... 25
2.1.8 Semiotika Komunikasi ............................................................... 27
2.1.9 Teori Tanda Ferdinand De Saussure ........................................... 32
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.10 Makna Dalam Kata ................................................................... 36
2.1.11 Definisi Kata Dalam Lirik Lagu ................................................ 37
2.1.12 Perubahan Makna dan Ambiguitas ............................................ 39
2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 42
3.1 Metode Penelitian ................................................................................ 42
3.2 Kerangka Konseptual ........................................................................... 43
3.2.1. Unit Analisis ............................................................................. 43
3.2.2 Corpus ........................................................................................ 43
3.2.3 Konsep Operasional ................................................................... 45
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 48
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................ 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 50
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 50
4.2 Penyajian Data ..................................................................................... 52
4.3 Pemaknaan Lirik Lagu “Hamil Duluan” menurut Dikotomi Saussure .... 54
4.4 Analisis Data ........................................................................................ 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 75
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 75
5.2 Saran .................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77
LAMPIRAN ............................................................................................. 78
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Semiotik Saussure …………………………………….. 36
Gambar 2. Diagram Kerangka Berpikir …………………………………….. 41
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Dangdut Hamil Duluan Dicekal di Jatim………………… 78
Lampiran 2
: Pelantun Lagu ‘Hamil Duluan’ Pasrah Dicekal………….. 81
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKS
RR. TIKA LESTIANA, PEMAKNAAN LIRIK LAGU “HAMIL DULUAN”
(Studi Semiotika Pemaknaan Lir ik Lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty
Wibowo)
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terdapat
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dipopulerkan oleh Tuty Wibowo. Lirik
lagu tersebut menuai cekal oleh KPID karena dinilai bertentangan dengan UU
tentang Penyiaran, serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran. Sehingga lagu “Hamil Duluan” dilarang pemutaran dan penayangannya,
baik di radio maupun televisi.
Penelitian ini menggunakan Teori Semiotik Ferdinant De Saussure. Dalam
teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) dan
pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal
melalui lirik atau kata-kata yang termuat di dalam lagu “Hamil Duluan”, sedang
pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau nilainlai yang terkandung didalam lirik lagu “Hamil Duluan”. Eksistensi semiotika
Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan signifikasi.
Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda
dalam sebuah sistem berdasarkan aturan tertentu. Dengan menggunakan
signifikasi tersebut digunakan untuk mengetahui makna dari lirik lagu “Hamil
Duluan” tersebut.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Jenis data yang
digunakan dalam penilitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil
langsung dari lirik lagu “Hamil Duluan”. Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini peneliti menyimpulkan berbagai makna yang digambarkan
dalam lirik lagu tersebut.
Dari hasil pemaknaan dapat diketahui bahwa lirik lagu “Hamil Duluan”
menceritakan realitas sosial, sehingga terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai
sosial yaitu Norma Susila, Norma Agama dan Norma Hukum.
Kata Kunci : Pemaknaan, Semiotik, Lir ik Hamil Duluan
x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRACT
RR. TIKA LESTIANA, LYRICS MEANING " HAMIL DULUAN"
(Semiotics Studies Meaning Lyr ics " Hamil Duluan" by Tuty Wibowo)
Purpose of this study was to determine the meaning contained in the lyrics
of the song "Hamil Duluan" popularized by Tuty Wibowo. Lyrics of the song
banned by KPID reap as it is considered contrary to the Law on Broadcasting and
the Broadcasting Code of Conduct and Standards Release Program. So the song
"Hamil Duluan" banned screenings and broadcast, both radio and television.
This study uses a semiotic theory Ferdinant De Saussure. In this semiotic
theory is divided into two parts, namely markers (signifier) and the sign
(signified). Marker is seen as a form or physical form can be identified by words
or words contained in the song "Hamil Duluan", is being seen as a sign of
meaning are revealed through the concept, function or value contained within the
lyrics of the song "Hamil Duluan". Semiotics of Saussure's existence is the
relation between signifier and signified by signification. Semiotics is the
significance of studying the system of signs that mark in relation elements of a
system based on certain rules. By using a significance that is used to determine the
meaning of the lyrics of the song "Hamil Duluan" is.
The method used is a qualitative method. Type of data used in this study is
the primary data, which data has taken directly from the lyrics of the song "Hamil
Duluan". Data analysis techniques used in this study researchers concluded that
depicted a variety of meanings in the lyrics of the song.
From the results it can be seen that the meaning of the lyrics to "Hamil
Duluan" tells the social reality, resulting in distortion of social values that Moral
Norms, Religious Norms and Law Norms.
Keywor ds: Meaning, Semiotics, Lyr ics “Hamil Duluan”
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda
adalah bisnis dari semua komunikasi (Little Jhon dalam sumber Sobur 2004 : 15).
Manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini, termasuk juga
melalui sebuah karya seni. Sebuah karya seni memerlukan sebuah media dalam
menyampaikan pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.
Berbicara masalah musik dan lagu tidak terlepas dari musik khas Indonesia
yaitu dangdut dan industri musik. Musik dangdut disini diartikan sebagai musik
populer, bukan hanya genre musik dangdut. Musik dangdut dalam komoditasnya
sekarang telah dijadikan sebagai industri yang dapat menghasilkan banyak uang
serta mengesampingkan nilai seni itu sendiri.
Jhon Storey dalam bukunya mempunyai asumsi yang dibuat bahwa musik
sebagai sebuah industri, industri musik menentukan nilai guna produk-produk
yang dihasilkan. Paling jauh, khalayak secara pasif mengkonsumsikan apa yang
ditawarkan oleh industri musik. Paling buruk, mereka menjadi korban budaya,
yang secara ideologis dimanipulasi melalui musik yang mereka konsumsi. Seperti
argumen Leon Resselson menyatakan bahwa “Industri musik memberikan kepada
publik apa yang mereka inginkan” (Storey, 2007 : 121). Jelas terlihat bahwa
musik popular diciptakan, direkam, dirilis, diedarkan, dan dijual mempunyai
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
pertimbangan hanya mengikuti selera pasar atau publik atau konsumen tanpa
mempertimbangkan faktor ideologi sebuah musik dan sebuah lagu dari
penciptanya sendiri.
Musisi sebagai pencipta lagu dalam menciptakan lagunya dituntut oleh
pihak perusahaan rekaman untuk menghasilkan sebuah karya yang sesuai dengan
“telinga” pasar. Hal tersebut dapat “memenjarakan” sebuah kreatifitas seni yang
keluar dari hati yang paling dalam yang kemudian dituangkan dalam sebuah lagu
baik dari segi lirik maupun aransemennya. Yang pada akhirnya banyak dari para
musisi yang berusaha menciptakan lagunya tanpa menginginkan campur tangan
dari pihak perusahaan rekaman. Hal tersebut dimaksudkan agar para musisinya
dapat bebas bergerak dan berkata tanpa adanya campur tangan dari perusahaan
rekaman yang notabene hanya bertujuan bisnis dan mencari keuntungan dari lagulagu yang telah diciptakan untuk dapat dijual kepada pemilik.
Musik sebagaimana dapat disimpulkan dari pendapat Soerjono Soekanto
(Rachmawati, 2001:1) bahwa “Musik berkaitan erat dengan setting sosial
kemasyarakatan dan gejala khas akibat interaksi sosial dimana lirik lagu menjadi
penunjang dalam musik tersebut dalam menjembatani isu-isu sosial yang terjadi”.
Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah keberadaan lirik
lagunya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang
merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di
dunia sekitar, dimana dia berinteraksi didalamnya.
Lirik lagu dalam musik yang sebagaimana bahasa, dapat menjadi sarana
atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian
terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu diaransir
dan diperdengarkan kepada khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar
atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu.
(Setianingsih, 2003:8)
Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realita sosial yang terjadi di
masyarakat, sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam Rachmawati
(2000:1) yang menyatakan :
“Musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia
berada. Musik gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi tersebut
manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan
lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi
suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu
maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah
bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.”
Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan erat pula
dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Untuk menyampaikan sebuah pesan tidak hanya tertulis yang
dijadikan acuan sebagai tanda untuk berinteraksi dalam menyikapi pesan tersebut,
tapi makna yang terkandung didalam pesan tersebut yang bisa menggugah. Dan
bukan hanya instrumen ataupun vokalika yang mendukung. Tapi faktor moment
ketika pesan kapan harus disampaikan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Dalam sebuah lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty
Wibowo menunjukkan adanya permasalahan yaitu lirik yang berbau vulgar. Pada
lagu tersebut seorang wanita menceritakan kisah dengan pasangannya saat
berduaan, berawal dari bercumbu mesra, berpelukan, kemudian bersenggama,
hingga akhirnya hamil diluar pernikahan.
Lirik ‘vulgar’ dalam lagu ‘Hamil Duluan’ yang dinyanyikan oleh Tuty
Wibowo, Penyanyi yang sempat popular pada tahun 1990 ini rupanya
mengundang kontroversi di masyarakat. Lagu yang laris manis setelah di Lipsync
oleh si ‘Keong Racun’ Shinta – Jojo ini, ditolak penanyangan video klipnya oleh
sejumlah televisi swasta.
Lagu dangdut `Hamil Duluan' ini menuai cekal. Setelah KPID Jawa
Tengah, kini giliran KPID Jawa Timur melarang pemutaran dan penayangan lagu
tersebut,
baik
di
radio
maupun
televisi,
karena
dinilai
seronok.
http://tribunnews.com/2011/11/15/dangdut-hamil-duluan-dicekal-di-jatim.htm
Ketua Bidang Pengawasan Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID) Jatim, Dony Maulana Arief mengatakan, isi lagu-lagu yang dicekal
tersebut bertentangan dengan UU 32/2002 tentang Penyiaran, serta Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Pasal yang dilanggar
terutama Pasal 19 P3SPS.
Dalam pasal tersebut ditegaskan, bahwa sebuah program siaran, baik lagu
atau klip video dilarang memuat lirik dan adegan gambar yang bermuatan seks
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
secara eksplisit atau vulgar. Sebuah program siaran juga dilarang memuat adegan
tarian, gerakan tubuh dan atau lirik yang dapat dikategorikan cabul atau
membangkitkan gairah seks, serta merendahkan perempuan sebagai obyek seks.
Seperti diketahui, lirik lagu Hamil Duluan memang seolah berisi ajakan untuk
seks bebas. Lagu ini justru dinyanyikan dengan riang, ketika seorang remaja hamil
sebelum menikah.
Media massa telah sejak lama tidak diragukan lagi kekuatannya dalam
mempengaruhi audiencenya, dan jahatnya kekuatan itu cenderung membabi buta,
tak kenal laki-laki dan wanita, tua dan muda, besar dan kecil, bila mereka tak
mampu menyaring informasi yang diperoleh maka dengan mudah terhipnotis oleh
isi media. Manusia juga merupakan makhluk peniru dapat dengan mudah menelan
bulat-bulat isi media, tak peduli baik atau tidak baikkah pesan yang disampaikan
melalui media tersebut bagi dirinya.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam
perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film dewasa yang
berkebudayaan barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku
yang mengandung unsur pornografi itu menyenangkan dan dapat diterima
lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka, terkadang tanpa memikirkan
adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta norma-norma dalam lingkungan
masyarakat yang berbeda.
Mengangkat masalah pornografi sebenarnya tidak terlepas dari keinginan
tahuan masyarakat akan masalah yang selama ini dianggap sebagai hal yang tabu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Ketabuan membuat orang tidak berani mengungkapkan secara terbuka.
Akibatnya, pornografi dianggap sebagai sesuatu yang begitu rahasia dan
misterius. Inilah yang menjadikan pornografi sebagai kenikmatan bagi setiap
orang atas publikasi yang bersifat seksual tersebut. Tetapi bila pornografi
disalahgunakan akan menimbulkan kesengsaraan, rasa bersalah, gelisah,
dimanfaatkan, takut dan lain sebagainya.
Pada kenyataan di jaman yang modern ini kehidupan masyarakat sudah
semakin kurang terkendali karena pengaruh dari budaya asing (westernisasi) yang
kerap mengeksploitasi pornografi, hal ini tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa kita dan norma ketimuran. Pornografi umumnya dikaitkan dengan tulisan
dan penggambaran, karena cara seperti itulah yang paling banyak ditemukan
dalam mengekspos masalah seksualitas.
Pornografi terkait dengan bisnis, dampaknya bagi masyarakat sangat luas,
baik psikologis, sosial, etis maupun teologis. Secara psikologis, pornografi
membawa beberapa dampak antara lain, timbulnya sikap dan perilaku antisosial.
Manusia pada umumnya menjadi kurang responsif terhadap penderitaan,
kekerasan dan tindakan-tindakan perkosaan. Akhirnya,
pornografi akan
menimbulkan kecenderungan yang lebih tinggi pada penggunaan kekerasan
sebagai bagian dari seks. Dampak psikologis ini bisa menghinggapi semua orang,
dan dapat pula berjangkit menjadi penyakit psikologis yang parah dan menjadi
ancaman yang membawa bencana bagi kemanusiaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Dari uraian tersebut, kemudian menarik minat peneliti untuk mengetahui
makna yang terkandung dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang digambarkan oleh
Tuty Wibowo.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana makna yang
terkandung dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty Wibowo.
Untuk menganalisis sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu tersebut. Penelitian
menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan semiotik dari teori
tanda Ferdinand De Saussure.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana makna yang terkandung
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty Wibowo ini?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas adalah Untuk
mengetahui makna dibalik lirik lagu “Hamil Duluan” yang dibawakan oleh Tuty
Wibowo.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teor itis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah Literature
penelitian ilmu komunikasi khususnya pada kajian analisis tanda komunikasi
berupa lirik lagu dengan pendekatan semiotik. Dan bisa menambah wawasan
bagi pendengar untuk mengetahui makna yang disampaikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak
pendengar lirik lagu. Dan dapat membantu dalam memahami pesan yang ada
dalam lirik lagu “Hamil Duluan” oleh Tuty Wibowo.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1
Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2).
Menurut
(Effendy,
2001:11) proses komunikasi adalah:
“Proses
komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”. Pikiran bisa
berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.
Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
http://www.scribd.com/deefit/d/3397081-Persepsi-remaja-terhadap-programdakwahtaimen
Komunikasi terjadi antara satu orang dengan yang lainnya, mempunyai
tujuan untuk mengubah, membentuk perilaku orang menjadi sasaran komunikasi.
Di samping itu komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol, seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain (Berelson dan Stainer, 1964).
Musik juga merupakan bagian dari komunikasi, seperti yang dikemukakan
oleh William I. Gorden menyatakan bahwa komunikasi itu mempunyai empat
fungsi. Keempat fungsi tersebut meliputi komunikasi sosial, komunikasi
9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Menurutnya, fungsi
komunikasi tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan juga berkaitan
dengan fungsi-fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsi_komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif
yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi). Perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesanpesan non verbal. Emosi juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti
novel, musik, puisi, atau lukisan. Harus diakui musik juga dapat mengekspresikan
perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia (Mulyana, 2005:21).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian
yang luas dan beragam walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolaan pesan yang
terjadi dalam diri seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang
berhubungan dengan manusia itu, dimana tidak mungkin manusia bisa hidup
tanpa berkomunikasi.
2.1.2
Komunikasi Verbal dan Non Ver bal
Simbol atau pesan variabel adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Hampir semua rancangan wicara yang kita sadari termasuk ke
dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat dianggap
sebagai suatu sistem kode verbal.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan
dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang menginterpretasikan
berbagai aspek realitas individu kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstrak
realitas kita yang mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek
atau konsep yang diwakili kata-kata itu.
Komunikasi Non Verbal adalah Proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kotak mata,
penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbolsimbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya
emosi, dan gaya berbicara.
Bila kita menyertakan budaya sebagai variabel dalam proses abstraksi,
problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseorang
dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk menginterpretasikan pengalaman
anda jauh lebih muda, karena dalam suatu budaya orang-orang berbagai sejumlah
pengalaman serupa. Namun bila berkomunikasi melibatkan orang-orang berbeda
budaya, proses abstraksi juga menyulitkan. (Mulyana, 2004).
2.1.3
Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) disini ialah komunikasi melalui
media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang
dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).
Komunikasi massa menyiarkan infomasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh lebih sukar daripada
komunikasi antar pribadi. Seorang komunikator yang menyampaikan pesan
kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa
menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi.
Suatu pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang
komunikator melalui media massa yang mahir adalah seseorang yang berhasil
menemukan metode yang tepat untuk menyiarkan pesannya guna membina empati
dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah komunikan
bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara dua orang, benak
komunikator harus mengenai setiap komunikan. Komunikasi massa yang berhasil
ialah kontak pribadi dengan pribadi yang diulangi ribuan kali secara serentak
(Effendy, 2003:80).
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk
melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi
massa diantaranya (Effendy, 2003:81-83):
a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang
disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah
komunikan yang besar dalam komunikasi masa dengan keterbukaan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya
dengan sifat heterogen komunikan.
c. Media massa menimbulkan keserampakan artinya keserampakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan
terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non
pribadi ini timbul disebabkan karena teknologi dari penyebaran yang
massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan
komunikator yang bersifat umum.
Ada dua jenis media komunikasi massa:
1. Media Cetak
Media yang mempergunakan unsur pencetakan untuk penyampaian
pesannya. Sehingga pesan dapat dilihat atau dibaca oleh massa.
Contohnya: surat kabar, buku, majalah, jurnal, leaflet, brosur, stiker,
bulletin, hand out, poster, spanduk, dan lain sebagainya.
2. Media Elektr onik
Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian
pesan dari sumber kepada massa. Pesan dapat dilihat, didengar, atau
dibaca oleh khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekadar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
media cetak. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang semakin hari
semakin cepat.
Contohnya: televisi, radio, film, video recording, komputer, elektronic
board, audio cassette, internet dan sebagainya.
http://www.anneahira.com/pengertian-media-komunikasi.htm
2.1.4
Musik
Dalam setiap nada ada harapan, dalam setiap kalimat musik ada kesehatan,
dan dalam setiap lagu ada kegembiraan, dengan musik, hidup diharapkan menjadi
lebih baik dan berkualitas. Begitu kata filusuf Aristotales.
Setiap alat indra menerima rangsangan stimulus dari lingkungan sekitar.
Musik merupakan salah satu rangsangan stimulus khas untuk indra pendengaran.
Musik adalah bunyi yang diterima berdasarkan sejarah, lokasi budaya, dan selera
setiap individu. Musik lebih dari sekedar bunyi. Ia adalah bunyi yang dibentuk
dalam komposisi yang disusun secara harmonis.
Menurut psikologis Drs. Monty P. Sadadarma, MS, AT, MPC, MFCC,
musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh orang pendengaran
melalui saraf dalam tubuh kita, serta disampaikan ke susunan saraf pusat. Ia bisa
menimbulkan kesan tertentu didalam diri kita.
Akibatnya, jika kita mendengarkan musik kita cenderung menghentakhentakan kaki di lantai atau mengetuk-ketukan tangan di meja. Kita juga bisa
membayangkan iramanya didalam diri kita sendiri.
Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan alat musik mempengaruhi getaran
udara yang ada disekeliling kita. Harmonisasi nada dan iramanya mempengaruhi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
kesan harmoni di dalam diri. “Jika harmoni musik setara dengan irama internal
tubuh kita, musik akan memberikan kesan menyenangkan. Sebaliknya, jika
harmoni musik akan memberikan kesan kurang menyenangkan”. Papar Monty.
Musik telah menjadi bagian hidup bagi sebagian orang musik menjadi
spirit untuk melakukan aktifitas. Musik dapat mengubah orang menjadi sedih,
menjadi senang dan frustasi menjadi semangat. Apapun jenis musik yang
didengarkan, musik terbukti dapat membuat perasaan akan menjadi tidak baik dan
lebih baik.
Musik senantiasa hadir dimanapun dan kapanpun manusia berasa. Hal ini
dikarenakan musik disampaikan dengan melalui berbagai macam media
komunikasi elektronik, diantaranya melalui radio, tape recorder, compact disc,
internet ataupun melalui sarana yang lain seperti konser musik, pesta dan lain
sebagainya.
Suka harjana menguapkan ciri musik sebenarnya adalah musik orang
kebanyakan (common people), komersil, merupakan hiburan dan pengaruh
kebudayaan barat. (Sobur, 2004:145)
2.1.5
Lir ik Lagu
Sebuah lagu belum lengkap keberadaannya tanpa adanya lirik. Lirik lagu
diciptakan oleh mereka-mereka yang mempunyai inspirasi dan insting yang lebih,
sehingga nantinya akan tercipta lirik demi lirik yang cukup indah untuk
diperdengarkan.
Lirik lagu dalam musik dapat menjadi saran atau media komunikasi untuk
mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau
nilai. Oleh karena itu ketika sebuah lirik diaransir dan dipergunakan kepada
khalayak juga mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebarnya luasnya
sebesar sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. (Setianingsih,
2003:7-8)
Lirik lagu merupakan salah satu dari beragam karya seni yang ada. Ia pada
dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh karena itu
lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa.
Sebenarnya, lirik sebuah lagu tak ubahnya dengan lirik sebuah puisi atau sajak.
Yang membedakan hanyalah cara membawakannya saja, puisi atau sajak
dibawakan dengan cara membaca dan menghafal dengan penuh penghayatan,
sedangkan lirik lagu dibawakan dengan irama alunan musik yang dipadu
padankan oleh sebuah irama. Oleh karena itu saat ini musik sangat digandrungi
oleh setiap masyarakat. Ciri musik ini, yang ada pada intinya merupakan musik
orang kebanyakan (Common People), komersial, merupakan hiburan dan salah
satu bentuk kebudayaan barat (Sobur, 2004:145).
2.1.6
Nilai dan Norma Sosial
Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan
bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt
(1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu
pengalaman itu berarti apa tidak berarti. Dalam rumusan lain, nilai merupakan
anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda,
orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi
oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat
yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh,
masyarakat barat sebagian besar penduduknya terbiasa dengan pacaran di muka
umum, bermesraan di muka umum. Sementara pada masyarakat timur lebih
cenderung menghindari hal-hal tersebut karena mengganggu keharmonisan,
dianggap tidak sopan dan menyimpang dari tata krama.
Masyarakat Indonesia, yang notabene masyarakat Timur, acapkali
dianggap masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Dalam
hal nilai dan perilaku seksualitas, ada sejumlah anggapan yang membedakan,
bahkan mempertentangkan antara masyarakat Barat dan Timur. Salah satu
anggapan yang sering dijumpai di tengah masyarakat adalah
Barat dikenal
sebagai lambang pengumbaran nafsu seksual secara bebas tanpa norma dan susila.
Sementara Timur menjadi lambang kesucian, keagungan dan pengekangan diri
dari nafsu seksual. Karena itu jika ada warga masyarakat Timur yang tidak sesuai
dengan anggapan ini maka dituduh sebagai kelainan atau penyimpangan dari nilai
budaya dan identitas Timur (Heryanto, 1994: 137).
Tolak ukur peradaban suatu masyarakat tercermin dari penjagaan nilainilai moral dalam setiap aspek hidupnya. Pelanggaran terhadap nilai-nilai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
kebaikan memberi peluang yang sangat besar bagi hancurnya sendi-sendi
kehidupan masyarakat tersebut. Pada dasarnya susunan sosial adalah susunan
moral. Masyarakat disusun menurut peraturan moral. Kegiatan akal budi yang
mengarahkan manusia pada pemahaman tentang tatacara dan perjalanan
kehidupan sosial, sifat dunia sosial, interaksi sosial antar sesama manusia, tidak
dapat dikatakan lain kecuali nilai moral itu sendiri (Berry, 1993: 33).
Salah satu masalah yang cukup memprihatinkan berkaitan dengan nilai
nilai sosial, khususnya nilai moral, adalah makin maraknya pornografi dan
pornoaksi di tengah masyarakat. Pornografi dan pornoaksi merupakan satu bentuk
kejahatan sosial berupa perbuatan yang diasosiasikan sebagai eksploitasi seksual
rendahan. Seksualitas pada dirinya sendiri memang mampu mengungkapkan
banyak hal tentang manusia. Kebermaknaannya meliputi banyak dimensi yakni
dimensi biologis-fisik, behavioural, klinis, psiko-sosial, sosiokultural (Gunawan,
1993: 2) dan yang tidak kalah penting adalah dimensi religius. Akan tetapi jika
keluhuran dan kesakralan maknanya direduksikan pada nilai komersial, tentu ini
menjadi masalah besar. Pengeksploitasian seks sebagai barang komoditi
mengakibatkan seseorang terkondisi untuk memandang seks sebagai barang
konsumsi. Karena itu, konsumsi seperti ini dapat saja terjadi tanpa batas dan arah.
Salah satu gejala yang dapat dilihat adalah gaya hidup free sex yang pada saat ini
telah menggoyahkan aturan-aturan perilaku seks yang sudah mapan (Gunawan,
1993: 2).
Satu bagian penting dari kebudayaan atau suatu masyarakat adalah nilai
sosial. Suatu tindakan dianggap sah, dalam arti secara moral diterima, kalau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
tindakan tersebut harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi
oleh masyarakat di mana tindakan tersebut dilakukan. Dalam sebuah masyarakat
yang menjunjung tinggi kasalehan beribadah, maka apabila ada orang yang malas
beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan, cercaan, celaan, cemoohan,
atau bahkan makian. Sebaliknya, kepada orang-orang yang rajin beribadah,
dermawan, dan seterusnya, akan dinilai sebagai orang yang pantas, layak, atau
bahkan harus dihormati dan diteladani.
Menurut Prof. Notonegoro Jenis-jenis Nilai Sosial dibedakan atas:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitasnya.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai diantaranya: Nilai
kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia
(rasio, budi, cipta), Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa
manusia (perasaan, estetis), Nilai kebaikan atau nilai moral yang
bersumber pada unsur kehendak atau keamanan (karsa, etika), Nilai
religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau
keyakinan manusia.
Nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma
merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar
dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga
masyarakat. Menurut Robert M. Z. Lawang, “Norma merupakan patokan
berperilaku dalam kelompok tertentu”. Adapun Jenis/Macam norma yang berlaku
dalam masyarakat:
1. Norma Agama, Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah
suatu agama. Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para
penganutnya. Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang
kuat, orang tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
2. Norma Kesusilaan, Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak
manusia. Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran
dari norma kesusilan.
3. Norma Kesopanan, Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah
laku yang berlaku di masyarakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah
beberapa contoh dari norma kesopanan.
4. Norma Kebiasaan (Habit), Norma ini merupakan hasil dari perbuatan
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Orang-orang yang tidak melakukan norma ini
dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan
acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau pulang kampung adalah
contoh dari norma ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
5. Norma Hukum, Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan
larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara).
Sangsi norma hukum bersifat mengikat dan memaksa. Melanggar ramburambu lalulintas adalah salah satu contoh dari norma hukum.
Hubungan antara nilai dan norma adalah Norma dibangun di atas nilai
sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai
sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat.
Berbagai macam norma dalam masyarakat. Dilihat dari tingkatan sanksi atau
kekuatan mengikatnya terdapat:
1.
Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan
sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan
memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika
minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.
2.
Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara
bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulangulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu,
membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang
lebih tua, dst.
3.
Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang
bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh
masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina,
berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
4.
Adat (customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun
sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum
adat.
5.
Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis,
ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara
tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma
hukum didukung oleh adanya
aparat,
sehingga memungkinkan
pelaksanaan yang tegas.
Kita tentunya menginginkan suatu kehidupan yang harmonis, selaras, dan
sesuai dengan tatanan sosial yang berlaku. Akan tetapi, di kehidupan masyarakat
yang majemuk seperti sekarang ini, hal tersebut sangatlah sulit dijumpai. Bahkan
dapat dikatakan bahwa kondisi masyarakat yang harmonis dan selaras tersebut
hanyalah sebatas angan-angan belaka, karena tindakan penyimpangan sosial pasti
selalu ada, meskipun bentuk penyimpangan yang terjadi tersebut sangat kecil atau
ringan. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang
yang tidak tertib dalam berlalu lintas, berbagai tindak kejahatan, dan lain
sebagainya.
Perilaku penyimpangan (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku
yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku penyimpangan
dapat terjadi di mana saja, baik di keluarga maupun di masyarakat. Menurut G.
Kartasaputra, perilaku penyimpangan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang tidak sesuai atau tidak menyesuaikan diri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik yang dilakukan secara
sadar ataupun tidak.
Penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dilihat
berdasarkan
kadar
penyimpangannya
dan
dilihat
berdasarkan
pelaku
penyimpangannya.
a. Ber dasarkan Kadar Penyimpangan
1 . Penyimpangan primer
Penyimpangan primer disebut juga penyimpangan ringan. Para pelaku
penyimpangan ini umumnya tidak menyadari bahwa dirinya melakukan
penyimpangan. Penyimpangan primer dilakukan tidak secara terus
menerus (insidental saja) dan pada umumnya tidak begitu merugikan
orang lain, misalnya mabuk saat pesta, mencoret-coret tembok tetangga,
ataupun balapan liar di jalan. Penyimpangan jenis ini bersifat sementara
(temporer), maka orang yang melakukan penyimpangan primer, masih
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Penyimpangan sekunder
Penyimpangan sekunder disebut juga penyimpangan berat. Umumnya
perilaku penyimpangan dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang
dan terus menerus meskipun pelakunya sudah dikenai sanksi. Bentuk
penyimpangan ini mengarah pada tindak kriminal, seperti pembunuhan,
pemerkosaan, perampokan, dan pencurian. Penyimpangan jenis ini sangat
merugikan orang lain, sehingga pelakunya dapat dikenai sanksi hukum
atau pidana.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
b . Berdasar kan Pelaku Penyimpangan
1. Penyimpangan individu (individual deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan secara perorangan tanpa campur tangan
orang lain. Contohnya seorang pejabat yang korupsi, oknum polisi yang
melakukan pemerasan terhadap individu yang memiliki suatu kasus, suami
atau istri yang selingkuh, perzinahan (seks diluar nikah) dan anak yang
durhaka terhadap orang tua. Dilihat dari kadarnya penyimpangan perilaku
yang bersifat individual, menyebabkan pelakunya mendapat sebutan
seperti pembandel, pembangkang, pelanggar, bahkan penjahat.
2 . Penyimpangan kelompok (group deviation)
Penyimpangan jenis ini dilakukan oleh beberapa orang yang secara
bersama-sama melakukan tindakan yang menyimpang. Contohnya pesta
narkoba yang dilakukan kelompok satu geng, perkelahian massal