EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT PADA TANAH VULKANIS KABUPATEN PASAMAN BARAT DI SUMATERA BARAT.
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT PADA TANAH
VULKANIS KABUPATEN PASAMAN BARAT DI SUMATERA BARAT
(A land evaluation model for oil palm cultivation in volcanic soils of West Pasaman Region in WestSumatra) Dian Fiantis *) ABSTRACT
A land evaluation model for oil palm cultivation in volcanic soils of West Pasaman Region in West Sumatera was developed for evaluating climatic suitability and estimation of radiation, climatic and land production potential. Three methods were compared to estimate crop evapotranspiration and results showed that the method of Dorenbos and Pruitt (1977) provided a better estimation of crop evapotranspiration and crop-water requirement for oil palm. The results showed that the used of climate in land evaluation system for oil palm cultivation would enable a more accurate interpretation of the results for land evaluation. Based on land production potential, soils of volcanic origin in West Pasaman have high production potential for oil palm.
Key words: land evaluation model, oil palm, volcanic soils
PENDAHULUAN
Lahan adalah salah satu sumber daya alam yang sangat penting artinya dalam menyediakan kebu-tuhan hidup manusia terutama pangan. Disam-ping itu juga lahan berfungsi sebagai tempat segala aktivitas kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Setiap tahun terjadi peningkatan ke-butuhan penggunaan lahan, baik untuk keperluan pertanian ataupun nonpertanian. Semuanya ini memerlukan informasi dan data yang cukup agar dapat direncanakan penggunaannya yang sesuai.
Tersedianya data atau informasi sumber daya suatu lahan yang akurat amat diperlukan dalam merencanakan penggunaan lahan, baik itu untuk pertanian, perkebunan, industri, perdagangan ataupun pemukiman. Informasi ini baru dapat di-peroleh melalui kegiatan penelitian yang meliputi survei tanah ke lapangan, analisis sifat dan ciri tanah di laboratorium, pembuatan peta serta peni-laian kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Salah satu penggunaan lahan yang se-dang giat dilaksanakan adalah untuk pengem-bangan areal perkebunan terutama kelapa sawit.
Kelapa sawit sekarang merupakan tanaman primadona karena mempunyai banyak kegunaan mulai dari bahan baku minyak goreng kebutuhan rumah tangga dan pendukung industri kosmetik.
Permintaan terhadap minyak kelapa sawit tiap tahun meningkat baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk diekspor. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar terhadap produksi minyak kelapa sawit, diperlukan perluasan lahan yang memungkinkan dihasilkannya produski yang optimal. Produksi yang maksimum dan berkesinambungan baru dapat dicapai jika lahan tempat tanaman ini ditanam sesuai dan tepat.
Salah satu lahan yang memungkinkan untuk perluasan areal perkebunan kelapa sawit adalah pada tanah berbahan induk vulkanis yang terda-pat pada dataran rendah. Ini dikarenakan kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 400 m diatas permukaan laut. Di Sumatera Barat, areal ini terdapat di daerah Pasaman. Tanah pada daerah ini berasal dari batuan Andesit G. Talamau dan G. Pasaman. Tanah daerah ini memepunyai sifat yang khas yang tak dipunyai oleh tanah lain seperti terjadinya fikasasi unsur fosfor yang sangat tinggi. Hasil penelitian Fiantis (1995 dan 2000) menunjukan fiksasi P pada tanah vulkanis G. Talamau dan G. Pasaman dapat mencapai 99 persen. Ini merupa-kan kendala yang cukup serius, karena P akan mempengaruhi produksi tanaman.
Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan digu-nakan model kuantitatif dari FAO yang mema-dukan data lingkungan, iklim dan kondisi tanah (sifat fisika dan kimia tanah). Setiap data diberi penilaian (rating) tersendiri dan dimasukkan ke dalam beberapa rumus matematika sehingga akhirnya didapatkan potensi produksi suatu la-han berdasarkan iklim (Climatic Production Potential = CPP) secara kuantitatif. Dengan me-masukkan data produksi tanaman yang sebenar-nya model ini akan dapat memprediksi produksi tanaman yang sebenarnya dari suatu lahan (Land Production Potential = LPP). Adanya program modelling ini, akan lebih memudahkan untuk menyusun program perencanaan oleh pemerintah daerah dan petani di daerah ini. Dengan meng-ganti beberapa variabel tertentu dari program modelling ini, dapat juga memprediksi hasil tanaman pada daerah lain.
*) Laboratorium Survey, Klasifikasi dan Pemetaan Tanah
(2)
Penelitian ini bertujuan untuk
(1) pembuatan peta tanah berdasarkan sifat khas tanah vulkanis;
(2) penilaian kesesuaian lahan terutama dari bahan induk vulkanis untuk tanaman kelapa sawit; dan
(3) pembuatan program modelling guna mem-prediksi potensi produksi kelapa sawit.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat di-buat suatu perencanaan untuk (1) jangka pendek, dimana dapat dihasilkan suatu indeks kualitas la-han dan peta kualitas lala-han untuk pengembangan kelapa sawit di Sumatera Barat, (2) jangka pan-jang dapat dibuat suatu Sistem Informasi Geogra-fis (SIG) untuk areal pengembangan kelapa sawit dan penyusunan model potensi produksi tanaman ini di Sumatera Barat. Selanjutnya dengan ada-nya model ini, dapat digunakan untuk daerah lain dengan hanya menukarkan parameter-parameter yang ada pada model sesuai dengan keadaan tanah dan lingkungan daerah itu.
BAHAN DAN METODA PENELITIAN Penelitian lapangan dan pengambilan contoh tanah
Meliputi kegiatan survey dan pengambilan contoh tanah vulkanis dari daerah sekitar G. Pasaman. Terdiri dari dua tahap yaitu:
(1) studi kepustakaan, meliputi penelahaan ba-han-bahan referensi yang dapat mendukung perencanaan pengambuilan sampel, pengolah-an data dpengolah-an pembahaspengolah-an hasil serta penulispengolah-an laporan kemajuan dan akhir.
(2) survei dan pengambilan contoh di lapangan, Pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah berdasarkan informasi yang didapat dari peta-peta geologi, topografi, tanah dan iklim dae-rah yang bersangkutan. Untuk survei dan pengambilan contoh digunakan alat-alat stan-dar ke lapangan seperti bor, cangkul, parang, meteran, GPS (Geographical Positioning Satellite), Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, ring sampel dan lain-lainnya yang dianggap perlu. Alat yang digunakan di labor adalah sesuai dengan analisis yang akan dilakukan
Di lapangan akan diamati keadaan lingkung-an dlingkung-an morfologi tlingkung-anah denglingkung-an cara pembuatlingkung-an profil tanah dan pemboran. Contoh tanah akan diambil contoh tanah tak terganggu untuk analisis sifat fisika tanah dan contoh tanah terganggu untuk analisis sifat kimia, biologi dan mineralogi tanah. Sampel tanah kemudian dimasukkan ke
dalam kantong plastik, dilabeli dan diikat dengan baik.
Penelitian laboratorium
Karakterisasi tanah didapatkan dengan cara analisis:
(i) sifat fisika tanah yaitu tekstur dengan metoda Na-resin (Bartolli et al., 1991);
(ii) kerapatan isi (bulk density), kadar air pada berbagai macam tekanan (pF); (iii) sifat kimia tanah yaitu pH tanah
(H2O dan KCl), kapasitas tukar kation
(KTK) dan anion (KTA), C organik, P tersedia dan P potensial, nitrogen total; Pembuatan peta tanah tanah
Setelah selesai proses karakterisasi, maka data yang didapatkan akan diinput ke dalam pro-gram GS+ for Windows. Propro-gram GS+ ini ada-lah program analisis Geostatostika dan pemetaan yang dapat secara cepat dan efisien mengukur dan menggambarkan hubungan spasial 2 dan/atau 3 dimensi parameter-patameter yang diamati dengan lingkungan pengambilan contoh tanah sehingga akhirnya dapat dibuatkan suatu peta dari daerah yang diteliti.
Penilaian Kesesuaian Lahan
Untuk penilaian kesesuaian lahan diperlukan data yang terdiri atas:
(1) data iklim yaitu rata-rata jam penyinaran ma-tahari (n, jam/hari); rata-rata suhu udara maksimum (Tmax 0C), rata-rata suhu udara
minimum (Tmin 0C); rata-rata humiditas
harian (RH, %); rata-rata kecepatan amgin (U, m s-1 and m hari-1), total hujan bulanan
(P, mm), dan jumlah hari hujan (RD)
(2) data lingkungan tanah seperti drainase tanah;, kedalaman efektif tanah, periode banjir, kemiringan lahan, batu di permukaan (Rock outcrop);
(3) data karakteristik tanah yaitu KTK dan KTA, pH, N total, P2O5 tersedia, K2O tersedia,
salinitas, kejenuhan alumunium, struktur, konsistensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Pasaman
Daerah Pasaman merupakan daerah sentra produksi kelapa sawit dengan persentase mencapai 94% dari total areal perkebunan kelapa
(3)
sawit yang terdapat di Sumatera Barat (Badan agribisnis Departemen Pertanian, 1998). Perke-bunan kelapa sawit di daerah Kabupaten Pasa-man dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu jenis perkebunan kelapa sawit (1) inti yang dikelola oleh perusahaan perkebunan baik nasio-nal maupun swasta, yang mencapai luas 45.353 ha dan (2) plasma yang diusahakan oleh masya-rakat setempat dengan luas 20.739 ha (unpublish-ed data dari Pemda Tk. II Kabupaten Pasaman, 2001). Rata-rata produksi yang dihasilkan oleh petani plasma ternyata lebih tinggi (12,76 ton ha -1) bila dibandingkan dengan rata-rata produksi
dari perkebunan inti (11,28 ton ha-1). Produksi
kelapa sawit ini adalah 50% lebih rendah daripa-da produksi optimum kelapa sawit yang menca-pai 20-25 ton TBS ha-1 tahun-1. Produksi TBS
(Tandan Buah Segar) dari kelapa sawit berumur 3 tahun adalah sekitar 4 ton ha-1 dan meningkat
hingga 20 ton ha-1 pada saat tanaman berumur 14
tahun dan setelah itu menurun sampai umur akhir
produksi yaitu setelah 25 tahun (Tim Penulis PS, 2000).
Perkebunan kelapa sawit di daerah Pasaman ini umumnya terdapat pada tanah dengan bahan induk abu vulkanis dari G. Pasaman dan G. Talamau. Batuan induk tanahnya tergolong andesit dari periode Tersier-Kwarter. Menurut Fiantis (2000) tanah vulkanis dari G. Pasaman di-klasifikasikan sebagai Andisols menurut system Klasifikasi tanah Soil Taxonomy. Tanah yang terbentuk menurut Subardja et al. (1990) dido-minasi oleh Andisols yang umumnya telah ber-kembang, berpenampang dalam, tekstur halus sampai sedang dengan drainase agak cepat sam-pai sedang. Jenis tanah yang ada pada daerah Pasaman Barat ini terdiri dari ordo Inceptisols (terdiri atas great group: Tropaquepts, Eutopepts, Humitropepts), Andisols (Hydrudands dan Hapludands), Histosols (Tropohemists), Entisols (Tropopsamments, Tropaquents) dan Oxisols (Hapludox) yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Tanah Dominan pada Kabupaten Pasaman Barat
Evaluasi Keadaan Iklim untuk Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Pasaman
Pertumbuhandan produksi kelapa sawit ter-utama dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu iklim dan tanah. Faktor iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kela-pa sawit. Kondisi geografi yang cocok untuk ke-lapa sawit yaitu pada daerah 150 LU – 150 LS.
Unsur-unsur iklim yang penting yaitu curah hu-jan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan angin. Data iklim pada daerah yang diteliti disaji-kan pada Tabel 1.
(4)
Tabel 1. Data Iklim pada daerah Kabupaten Pasaman
Menurut Sys et al. (1993) faktor iklim yang berperan antara lain: temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah antara 22-300C, temperatur minimum tidak boleh lebih
rendah dari 180 C; presipitasi sebaiknya diatas 1700 mm per tahun dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun dengan bulan kering tidak melebihi 2 bulan berturut-turut. Sedangkan curah hujan yang tinggi akan mengurangi kadar minyak pada buah kelapa sawit; untuk mendapatkan hasil yang tinggi sinar matahari haruslah melebihi 1300 jam per tahun. Pada Tabel 10 disajikan kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan iklim untuk kelapa sawit.
Berdasarkan data iklim pada Tabel 10, maka tanah vulkanis G. Pasaman dapat digolongkan kepada lahan yang berpotensi sangat tinggi untuk pengembangan kelapa sawit. Potensi air untuk kebutuhan tanaman termasuk sangat cukup, temperatur udara sesuai sehingga ordo kesesuaian lahan berdasarkan data iklim adalah sangat sesuai (S1). Presipitasi pada daerah G. Pasaman lebih besar bila dibandingkan dengan potensial evapotranspirasi menurut Papadakis (Tabel 2 dan Gambar 2), dengan demikian terjadi surplus air dan tidak terdapat bulan kering yang nyata sepanjang tahun. Dengan curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari tanah dan kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara di dalam tanah, dengan bantuan air unsur-unsure hara tersebut menjadi tersedia bagia tanaman. Sebaliknya bila tanah kekurangan air, akar tanaman sukar untuk menyerap unsure hara dari dalam tanah, yang berakibat pada musim kemarau yang berkepanjangan, produksi kelapa sawit akan menurun. Pada Tabel 3 disajikan karakteristik, diagnosis dan klasifikasi iklim berdasarkan sistem Papadakis.
Tabel 2. Potensial Evapotranspirasi (PET) menurut Papadakis untuk daerah Pasaman
Month Presipitasi (mm) eatmax eatmean ed = (eatmean . RH/100) PET = 5.625 (eatmax – ed) (mm)
Januari 606 48.14 36.12 28.896 108.25
Februari 234 49.76 36.33 29.064 116.42
Maret 386 49.76 36.76 28.665 118.66
April 502 48.14 36.12 29.257 106.21
Mei 339 49.76 37.38 29.156 115.89
Juni 411 48.14 35.70 27.846 114.15
Juli 298 48.14 35.70 27.489 116.16
Agustus 630 48.14 35.70 28.203 112.14
September 620 46.79 35.70 27.846 106.56
Oktober 281 46.79 35.70 28.56 102.54
November 759 46.79 35.70 28.917 100.54
Desember 137 48.14 35.91 28.441 110.81
Total 5066 1328.33
Tabel 3. Karakteristik, diagnosis dan Klasifikasi iklim daerah Pasaman
Variabel Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des PET (mm month-1) 108 116 118 106 115 114 116 112 106 102 100 110
Presipitasi 606 234 386 502 339 411 298 630 620 281 759 137 Cadangan air 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Humidity Index 5.59 2.00 3.25 4.72 2.92 3.60 2.56 5.61 5.81 2.74 7.54 1.23 Leaching rain 497 117 267 395 223 296 183 517 513 178 658 26
Parameters unit Jan. Feb. Mar. Apr. May Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Annual
Eto mm 4.31 4.67 4.7 4.42 4.27 4.04 4.17 4.28 4.27 4.23 4.04 3.95 4.28
Rel. Humidity % 80 80 78 81 78 78 77 79 78 80 80 81 79.2
Precipitation mm 606 234 386 502 339 411 298 630 620 281 759 137 5066
T mean 0C 27.2 27.3 27.5 27.2 27.8 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.1
T max 0C 32.2 32.8 32.8 32.2 32.8 32.2 32.2 32.2 31.7 31.7 31.7 31.7 32.2
T min 0C 22.2 21.7 22.2 22.2 22.8 21.7 21.7 21.7 22.2 22.2 22.2 22.2 22.1
Bright sunshine h/d 7.5 8.2 8 7.8 8 8.1 8.4 7.8 7 6.8 6.5 6.5 7.6
Climate: Koppen: Afa
(5)
0 200 400 600
J F M A M J J A S O N D
M onths EP (mm) P (mm)
Gambar 2. Precipitasi dan evaporasi pada stasiun iklim di Sukamenanti, Pasaman.
Estimasi Kebutuhan Air Tanaman (Crop-Water Requirements) untuk Kelapa Sawit
Metoda pendugaan kebutuhan air tanaman digunakan karena kesulitan mendapatkan data yang akurat di lapangan. Dari data analisis kadar
air dalam bermacam tegangan (pF 0 – 4.2) dida-patkan cadangan air tersedia (available water storage) berkisar antara 35–40% atau antara 15 – 48 mm, dengan kadar air tersedia meningkat dari lapisan atas tanah ke lapisan bawah (Gambar 3).
Gambar 3. Distribusi profil ketersediaan air pada tanah vulkanis G. Pasaman
Evapotranspirasi Referensi (ETo) pada Dae-rah G. Pasaman
Hasil kalkulasi besarnya evapotranspirasi un-tuk tanaman referensi (ETo) dengan
mengguna-kan metoda Dorenbos and Pruitt (1977) terdapat pada Tabel 11. ETo harian berkisar antara 5.26–
6.16 mm dan bulanan antara 157–191 mm. Nilai ETo dengan menggunakan metoda Dorenbos and
Pruitt ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai PET dengan menggu-nakan metoda
Papadakis (Tabel 1). Perbedaan nilai dikarenakan Papadakis hanya memperhi-tungkan jumlah presipitasi dan suhu udara rata-rata dan maksimum, sedangkan Dorenbos and Pruit menambahkan beberapa parameter lain se-perti kelembaban udara relatif, kecepatan angin, lamanya penyinaran matahari, panjang hari dan radiasi. Hasil kalkulasi Evapotranspirasi tanaman referensi (ETo) daerah Pasaman dapat dilihat pada Tabel 4.
(6)
Tabel 4. Kalkulasi Evapotranspirasi referensi (ETo) pada daerah Pasaman.
Data Jan. Febr. Maret April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total
Tmax (0T) 32.2 32.8 32.8 32.2 32.8 32.2 32.2 32.2 31.7 31.7 31.7 31.7
Tmin (0T) 22.2 21.7 22.2 22.2 22.8 21.7 21.7 21.7 22.2 22.2 22.2 22.2
T rata (0T) 27.2 27.3 27.5 27.2 27.8 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0
Presipitasi (mm) 606 234 386 502 339 411 298 630 620 281 759 137 5066
RH (%) 80 80 78 81 78 78 77 79 78 80 80 81
ea 48.14 49.76 49.76 48.14 49.76 48.14 48.14 48.14 46.79 46.79 46.79 48.14 ed 28.89 29.06 28.66 29.25 29.15 27.85 27.48 28.20 27.84 28.56 28.91 28.44 ea - ed 19.25 20.70 21.10 18.89 20.61 20.29 20.66 19.94 18.95 18.23 17.88 19.70
Sunshine 7.5 8.2 8.0 7.8 8.0 8.1 8.4 7.8 7.0 6.8 6.5 6.5
Wind (km/jam) 4.07 3.63 3.53 3.73 3.70 3.40 3.87 3.50 3.73 3.10 3.33 3.93 Wind (km/hari) 97.68 87.12 84.72 89.52 88.80 81.60 92.88 84.00 89.52 74.40 79.92 94.32
f (u) 0.53 0.51 0.50 0.51 0.51 0.49 0.52 0.50 0.51 0.47 0.49 0.52
(1 – W) 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
W 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76
n 7.5 8.2 8.0 7.8 8.0 8.1 8.4 7.8 7.0 6.8 6.5 6.5
N 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1
n/N 0.62 0.68 0.66 0.64 0.66 0.67 0.69 0.64 0.58 0.56 0.54 0.54
Ra 15.0 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
Rns 6.30 6.85 6.84 6.57 6.27 6.10 6.31 6.35 6.19 6.13 5.87 5.76
f (ed) 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.11
f(n/N) 0.66 0.71 0.70 0.68 0.70 0.70 0.72 0.68 0.62 0.61 0.58 0.58
f(T) 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10
Rnl 1.10 1.18 1.17 1.12 1.15 1.22 1.28 1.16 1.08 1.02 0.97 0.99
Rn 5.20 5.67 5.67 5.45 5.12 4.88 5.04 5.19 5.11 5.11 4.90 4.77
ETo (mm/hari) 5.77 6.15 6.16 5.85 5.75 5.47 5.73 5.69 5.60 5.40 5.26 5.45 68.28 ETo (mm/bulan) 178.87 172.33 195.10 175.38 178.32 163.96 177.75 176.46 167.88 167.25 157.69 169.04 2076
Evapotranspirasi (ETc) Tanaman Kelapa Sawit pada Daerah G. Pasaman
Koefisien tanaman (Crop coefficient = Kc)
kelapa sawit yang sudah dewasa dan telah ber-produksi diestimasikan sekitar 1 dengan demi-kian evapotranspirasi kelapa sawit adalah sama dengan ETo dikarenakan ETc = Kc . ETo. Nilai
ETc tahunan kelapa sawit pada daerah Pasaman
adalah 2076 mm tahun-1. Nilai ET
c yang didapat
pada daerah G. Pasaman ini ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan ETc kelapa sawit di
Malaysia yang berkisar antara 1583 – 2003 mm tahun-1 (Adzemi, 1999).
Penentuan Radiation-thermal Production Potential (RPP) Kelapa Sawit
Kelapa sawit dikelompokan kedalam tanam-an Group II dtanam-an untuk menentuktanam-an laju fotosin-tesis maksimim (Pm) kelapa sawit dan Leaf Area Index digunakan gambar yang terdapat pada Gambar 4 dan Lampiran 3. Adapun sifat dan cirri kelapa sawit yang dinilai terdapat pada Tabel 11. Sedangkan hasil kalkulasi RPP kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 5.
(7)
Gambar 4: Penentuan Leaf Area Index, Hubungan antara laju fotosintensis daun (Pm laju maksimum pada keadaan cuaca baik) pada suhu optimum dan radiasi fotosintesis aktif (PAR) untuk jenis tanaman Group I, II, III dan IV (FAO 1981 cited in Sys et al. 1991)
Gambar 5. Hubungan antara Leaf Area Index (LAI) dan Laju Pertumbuhan Maksimum dengan LAI 5 (Sys et al. 1991)
Penentuan Climatic Production Potential (CPP) Kelapa Sawit
Hasil penghitungan CPP ditampilkan pada Tabel 6. Ternyata dari hasil kalkulasi parameter iklim yang terdiri dari presipitasi, suhu udara maksimum, minimum dan rata-rata, lama penyi-naran matahari dan panjang hari, kecepatan angin dan kelembaban udara, maka potensi produksi kelapa sawit berdasarkan iklim adalah termasuk kelas S1(sangat sesuai). Berdasarkan penghitung-an indeks kesesuaipenghitung-an (suitability rating index) dari methoda Storie dan Square Root, maka tingkat indeks kesesuaian daerah Pasaman adalah 85 dan 92.
Tabel 6. Hasil Perhitungan CPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman
Penentuan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan cara ‘matching’ antara kualitas atau karakteristik lahan dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Parameter penilaian kesesuaian lahan berdasar-kan kualitas lahan untuk kelapa sawit yang meru-pakan hasil ’matching’ antara kriteria dengan sifat dan ciri tanah disajikan pada Tabel 7. Kriteria penilaiannya menggunakan metoda
FAO /UNESCO (Sys et al., 1993). Performa klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit pada daerah Penelitian terdapat pada Tabel 8. Nilai LPP dan CPP dapat dilihat pada Tabel 9.
Dari hasil kalkulasi ‘rating index’ menurut metoda Storie dan Square Root maka daerah Penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu: (1) S2 (sesuai) untuk daerah perkebunan plasma 3 di Lembah Binuang, (2) S3 (agak sesuai) untuk daerah Pujorahayu yang terletak
(8)
di-luar areal perkebunan dan (3) N (tidak sesuai) untuk daerah diluar kawasan perkebunan di Lembah Binuang. Kendala yang dihadapi untuk peningkatan produksi pada areal perkebunan plasma kelapa sawit adalah reaksi tanah (pH) yang kurang optimum untuk kelapa sawit (< 5.8) dan tekstur tanah. Sedangkan factor penghambat
pada areal di luar perkebunan kelapa sawit adalah reaksi tanah yang masam dan KTK tanah yang rendah. Sedangkan faktor pendukung propduksi kelapa sawit yang optimum di daerah Pasaman adalah tersedianya bahan organik yang cukup tinggi dan iklim yang sesuai.
Tabel 7. Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993) Kualitas Lahan Rating dan Kesesuaian Profil Tanah
Pujorahayu Lembah Binuang Plasma 3 T Plasma 3 U
Lereng (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Bahaya Banjir 0(F0, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Drainase 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Porositas (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) Ketersediaan Air (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1)
Mg (cmolckg-1) 2(60, S2) 2(60, S2) 0(100, S1) 2(60, S2)
K (cmolckg-1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1)
CEC (cmolckg-1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
ACEC (cmolckg-1) 1(85, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1)
C-Org (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Kej. Basa (%) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2)
pH (H2O) 1(85, S1) 1(85, S1) 2(60, S2) 1(85, S1)
Sifat Fisika Tanah
Tekstur 3(40, S3) 3(40, S3) 3(40, S3) 3(40, S3)
Kedalam tanah (cm) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2)
Konsistensi 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1)
Tabel 8. Performa klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO untuk kelapa sawit pada daerah Pasaman
Parameter Iklim Value Kelas Level Limitasi Rating
c Presipitasi (mm) 5066 S1 0 100
c Suhu rata-rata 27.1 S1 0 100
c Suhu max 32.2 S1 0 100
c Suhu min 22.1 S1 0 100
c n/N 0.62 S1 1 85
Indeks Iklim Storie method / Square Root Method 75/78 Rating Iklim Storie method / Square Root Method 85/92
Kelas Iklim S1 / S1 S1
Lokasi: Pujorahayu
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
t Lereng 3 S1 0 94
w Bahaya banjirdrainase Well-drained0 S1S1 01 10080 s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL82 S1S2 12 86.585
f
Kation Basa (cmolckg-1) 3.03 S1 2 63.5
ACEC (cmolckg-1) 13.28 S2 2 60
pH (H2O) 4.81 S3 3 34
C-Organik 5.92 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 26 / 52 Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S3f / S2f
(9)
Lokasi: Lembah Binuang
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
T Lereng 3 S1 0 94
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / Struktur SiCL S1 1 85
Kedalaman tanah (cm) 82 S2 2 86.5
f
Kation Basa (cmolckg-1) 1.10 S3 3 40
ACEC (cmolckg-1) 15 S 2 2 60
pH (H2O) 4.68 N1 4 25
C-Organik 7.02 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 17 / 16 Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya Ns,f
Lokasi: Plasma 3 T
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
T Lereng 1 S1 0 98
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
Drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL92 S1S2 12 8594
f
Kation Basa (cmolckg-1) 10 S1 0 100
ACEC (cmolckg-1) 30.44 S1 0 100
pH (H2O) 5.57 S1 1 85.6
C-Organik 10.04 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 70 / 65 Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S2f / S2f
Lokasi: Plasma 3 U
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
t Lereng 2 S1 0 96
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL93 S1S2 12 8595
f
Kation Basa (cmolckg-1) 4.23 S2 2 78
ACEC (cmolckg-1) 24.72 S1 0 100
pH (H2O) 5.61 S1 1 86.7
C-Organik 7.38 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 54 / 65 Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S2s
Tabel 9. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per bulan pada daerah Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya (ton ha-1)
RPP (ton ha-1)
CPP (ton ha-1)
Indeks Manajemen (My)
Indeks Tanah (Sy) LPP
(ton ha-1)
Pujorahayu 12.76 9.90 18.26 1.82 0.38 12.63
Lb. Binuang 12.76 9.90 18.26 2.92 0.24 12.80
Plasma 3 T 12.76 9.90 18.26 0.67 1.00 12.23
Plasma 3 U 12.76 9.90 18.26 1.50 0.47 12.87
Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per Tahun pada Daerah Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya
(ton ha-1 tahun-1) (ton haRPP -1) (ton haCPP -1) Manajemen (My) Indeks Indeks Tanah (Sy) (ton haLPP -1 tahun-1)
Pujorahayu 153.12 118.8 219.12 21.84 4.61 22061
Lb. Binuang 153.12 118.8 219.12 34.95 2.88 22055
Plasma 3 T 153.12 118.8 219.12 8.39 12 22061
(10)
Tabel 10. Kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993)
Kualitas Lahan
Kelas iklim, limitasi dan rating S1
S2 S3 N1 N2
2 3 4
0 1 60 40 25 0
100 95 85
Lereng (%) 0 – 4 5 – 9 8 – 16 16 – 30 30 - 50 > 50
Bahaya Banjir F0 F1 - F2 F3 F4
Drainase Well-drained Mod-well-drained
Imperfectly drained
Poor and aerated
Poorly drained Very poorly Porositas (%) > 25 24 - 20 19 - 15 14-Okt 09-Jun <6 Ketersediaan Air (%) > 85 85 - 70 70 - 60 60 - 50 < 50 -Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1) > 2.6 2.5 – 1.5 < 1.5 - -
-Mg (cmolckg-1) > 0.6 0.6 – 0.4 < 0.4 - -
-K (cmolckg-1) > 0.2 0.2 – 0.1 < 0.1 - -
-CEC (cmolckg-1) > 10.0 10.0 – 8.0 8.0 – 6.0 < 6.0 -
-ACEC (cmolckg-1) > 5.0 5 – 3.5 3.5 – 2.0 < 2.0 -
-C-Org (%) > 2.0 1.9 – 1.0 < 1.0 - -
-Kej. Basa (%) > 35 35 – 20 < 20 - -
-pH (H2O) 5.8 – 5.5 5.5 – 5.0 5.0 – 4.2 4.2 – 3.5 < 3.5
-5.8 – 6.0 6.0 – 6.5 6.5 – 7.0 7.0 – 7.5 - > 7.5 Sifat Fisika Tanah
Tekstur C – SiCs SiCL, Co, CL, SC, L
SCL SL, Lfs - Cm, SiCm, LS, LcS, fS, S, cS Kedalam tanah (cm) > 150 150 – 100 100 – 50 50 – 25 - < 25 Konsistensi Sangat Gembur Gembur -
keras
Keras – sangat keras
Sangat keras - massive
Tabel 11. Sifat dan Ciri Tanaman Kelapa Sawit (Sys et al., 1993) Periode Pertumbuhan
(hari)
Sifat dan Ciri Tanaman
Periode Pembentukan Hasil Leaf Area Indexmaksimum Indeks Panen (HarvestIndex)
75 - 89 0 1.2 – 1.5 0
90 - 119 0 1.5 – 2.0 0
120 - 149 0 2.0 – 2.5 0
150 - 179 0 2.5 – 3.0 0
180 - 209 0 3.0 – 3.4 0
210 - 239 0 – 29 3.4 – 3.9 0 – 0.04
240 - 269 30 – 59 3.9 – 4.4 0.04 – 0.08
270 - 299 60 – 89 4.4 – 4.9 0.08 – 0.12
300 - 329 90 – 119 4.9 – 5.4 0.12 – 0.15
330 - 364 120 – 149 5.4 – 6.0 0.15 – 0.20
365 - 150 6.0 0.20
365 + 150 6.0 0.20
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara fisiografis dan iklim daerah G. Pasaman sangat sesuai untuk dijadikan areal per-kebunan kelapa sawit. Tingkat kesesuaian iklim untuk pengembangan kelapa sawit adalah pada kelas S1. Kelas kesesuaian lahan dan tanah ber-ada dibawah kelas kesesuaian iklim yaitu S2, S3 dan N. Kendala yang utama dihadapi pada ting-kat agak sesuai dan tidak sesuai adalah pH tanah pada lapisan atas dibawah 5 dan ketersediaan hara yang rendah. Faktor penunjang untuk pe-ningkatan produksi kelapa sawit adalah
keterse-diaan bahan organik yang cukup tinggi dan sifat Fisika tanah yang relatif baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas atas terlaksananya penelitian ini melalui bantuan dana dalam Proyek Penelitian Dana Rutin tahun 2001 dengan kontrak No. 01/Rutin/V/2001. Terima kasih juga diucapkan kepada Sdr. Adrian, Ledy Fitrisia dan Ari Prima Wahyudi mahasiswa Jurusan Tanah Faperta Unand yang telah mem-bantu mendapatkan data iklim dan produksi kela-pa sawit di daerah Pasaman..
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Adzemi, M. A. 1999. Land Evaluation System for Elaeis Guineensis Jacq Cultivation in Peninsular Malaysia. Ph.D. Thesis Universiti Putra Malaysia. Serdang, Selangor Malaysia. 583 p.
Ahmad, F., I. N. Dt. R. Imbang, E. Farda, D. Fiantis. 1994. Peranan Mineral Liat Non Kristalin Dalam Pembentukan Tanah Berbahan Induk Abu Vulkanis Pada Toposequen G. Merapi dan G. Talamau di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. 56 p. Allen, B. L. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in
Soil Environments. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 199-277.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan Peluang Investasi Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Penerbit Kanisius. Yokyakarta. 54 p.
Bartoli, F., G. Burtin and A. J. Herbillon. 1991. Disggrega-tion and clay dispersion of Oxisols: Na resin, a recommended methodology. Geoderma, 40:301-317. Blakemore, L.C., P.L. Scarle, and B. K. Daly. 1987. Soil
Bureau Laboratory Methods for chemical analysis of soil. New Zealand Soil Bureau. Soil Rep. 10A. DSIRO. New Zealand.
Brawell, J. M., A.C. Campbell, and B. D. Mitchell. 1970. An Assignment of some thermal & chemical technique used in the study of the poorly ordered aluminosilicates in soil clays. Clay Mineralogy 8 : 325-335.
Egawa, T. 1977. Properties of Soil Derived from Volcanic Ash Soils. In K. H. Tan (ed.). 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Comp. New York. pp. 249-302. FAO-ISRIC-ISSS. 1998. World Reference Base for Soil
Resources. World Soil Resources Reports No. 84. FAO of UN. Rome.
Farmer, V. C., W. J. McHardy, F. Palmieri, A. Violante, and P. Violante. 1991. Syntethic allophanes formed in calcareous environments; Nature, conditions of formati-on and transformatiformati-ons. SSSA Journal Vol. 55: 1162-1166.
Fiantis, D. 1995. Properties of Volcanic Ash Soils from the Marapi and Talamau Volcanoes in West Sumatera (Indonesia). M. Sc. thesis. Univ. of Gent. 131 p. Fiantis, D. 1997. Hubungan antara sifat muatan permukaan
dan mineralogi tanah vulkanis di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. Fiantis, D. 2000. Colloid-Surface Characteristics and
Ameli-oration Problems of some volcanic soils in West Sumatra, Indonesia. Ph. D. Thesis. Universiti Putra Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. 315 p. Fiantis, D., E. Van Ranst and J. Shamshuddin. 1998.
Mineralogical and charge properties of volcanic ash soils
from West Sumatra, Indonesia. Malaysian J. of Soil Sci. 2:45-57.
Jackson, 1965. Free Oxides, ydroxides and amorphous aluminosilicates. In Black (ed.) Methods of soil analysis Part I. Physical and Mineralogical Properties. Amer. Soc. of Agronomy. Madison.
Parfitt, R. L., and T. Henmi. 1982. Comparison of an oxalate-extraction method and an infrared spectroscopic method for determining allophane in soil clays. Soil Sci. Plant Nutr., 28:183-190.
Parfitt, R. L., and A. D. Wilson. 1985. Estimation of Allophane anf Halloysite in three sequences of volcanic ash soils New Zealand. In E. Fernandez Caldas and D.H. Yaolan (editors). Volcanic Soils. Catena Suppl. 7:1-8.
Shoji, S., M. Nanzyo, and R. Dahlgren. 1993. Volcanic Ash Soils. Elsevier. Amsterdam. 288 p.
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. A Basic system of Soil Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. 2nh ed. USDA, NRCS. Washington. 846 p. Subardja, A., K. Djuanda, Y. Hadian, CD. Samdan, Y.
Muljadi, W. Supriatna dan J. Dal. 1990. Buku Kete-rangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Lubuk Sikaping (076) Sumatera. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 301 p.
Subardja, D., A. Priyono dan rasta. 1994. Potensi Sumberda-ya lahan Sumatera Barat. Dalam H. H. Djohar (editor). Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Sumberdaya Lahan Di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. hal:1-6.
Sys, C., E. Van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation, part III, Crop Requirements. Agricultural Publications No. 7. General Administration for Development Cooperations. Brussels, Belgium. 199 p.
Tan, K.H. 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Com-pany. New York. 418 p.
Tan, K.H. 1992. Principle of Soil Chemistry (2nd ed.). Marcell Dekker. New York. 352 p.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pe-manfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penerbit Swa-daya. Jakarta. 218 p.
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia, vol. I A. Martinus Nijhoff. The Hague.
Van Ranst, E. 1991. Land Evaluation. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 512 p.
Van Ranst, E. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 287 p.
Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 1051-1087.
Wann, S. S., and G. Uehara. 1978. Surface charge manipulation of constant surface potential soil colloids. I. Relation to sorbed phosphorus, Soil Sci. Soc. Am. J. 42:565-570
(1)
Tabel 4. Kalkulasi Evapotranspirasi referensi (ETo) pada daerah Pasaman.
Data Jan. Febr. Maret April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Total Tmax (0T) 32.2 32.8 32.8 32.2 32.8 32.2 32.2 32.2 31.7 31.7 31.7 31.7
Tmin (0T) 22.2 21.7 22.2 22.2 22.8 21.7 21.7 21.7 22.2 22.2 22.2 22.2
T rata (0T) 27.2 27.3 27.5 27.2 27.8 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0 27.0
Presipitasi (mm) 606 234 386 502 339 411 298 630 620 281 759 137 5066
RH (%) 80 80 78 81 78 78 77 79 78 80 80 81
ea 48.14 49.76 49.76 48.14 49.76 48.14 48.14 48.14 46.79 46.79 46.79 48.14 ed 28.89 29.06 28.66 29.25 29.15 27.85 27.48 28.20 27.84 28.56 28.91 28.44 ea - ed 19.25 20.70 21.10 18.89 20.61 20.29 20.66 19.94 18.95 18.23 17.88 19.70 Sunshine 7.5 8.2 8.0 7.8 8.0 8.1 8.4 7.8 7.0 6.8 6.5 6.5 Wind (km/jam) 4.07 3.63 3.53 3.73 3.70 3.40 3.87 3.50 3.73 3.10 3.33 3.93 Wind (km/hari) 97.68 87.12 84.72 89.52 88.80 81.60 92.88 84.00 89.52 74.40 79.92 94.32 f (u) 0.53 0.51 0.50 0.51 0.51 0.49 0.52 0.50 0.51 0.47 0.49 0.52 (1 – W) 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 W 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 n 7.5 8.2 8.0 7.8 8.0 8.1 8.4 7.8 7.0 6.8 6.5 6.5 N 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 n/N 0.62 0.68 0.66 0.64 0.66 0.67 0.69 0.64 0.58 0.56 0.54 0.54 Ra 15.0 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80 Rns 6.30 6.85 6.84 6.57 6.27 6.10 6.31 6.35 6.19 6.13 5.87 5.76 f (ed) 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.11 f(n/N) 0.66 0.71 0.70 0.68 0.70 0.70 0.72 0.68 0.62 0.61 0.58 0.58 f(T) 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 16.10 Rnl 1.10 1.18 1.17 1.12 1.15 1.22 1.28 1.16 1.08 1.02 0.97 0.99 Rn 5.20 5.67 5.67 5.45 5.12 4.88 5.04 5.19 5.11 5.11 4.90 4.77 ETo (mm/hari) 5.77 6.15 6.16 5.85 5.75 5.47 5.73 5.69 5.60 5.40 5.26 5.45 68.28 ETo (mm/bulan) 178.87 172.33 195.10 175.38 178.32 163.96 177.75 176.46 167.88 167.25 157.69 169.04 2076
Evapotranspirasi (ET
c) Tanaman Kelapa
Sawit pada Daerah G. Pasaman
Koefisien tanaman (Crop coefficient = K
c)
kelapa sawit yang sudah dewasa dan telah
ber-produksi diestimasikan sekitar 1 dengan
demi-kian evapotranspirasi kelapa sawit adalah sama
dengan ET
odikarenakan ET
c= K
c. ET
o. Nilai
ET
ctahunan kelapa sawit pada daerah Pasaman
adalah 2076 mm tahun
-1. Nilai ET
c
yang didapat
pada daerah G. Pasaman ini ternyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan ET
ckelapa sawit di
Malaysia yang berkisar antara 1583 – 2003 mm
tahun
-1(Adzemi, 1999).
Penentuan Radiation-thermal Production
Potential (RPP) Kelapa Sawit
Kelapa sawit dikelompokan kedalam
tanam-an Group II dtanam-an untuk menentuktanam-an laju
fotosin-tesis maksimim (Pm) kelapa sawit dan Leaf Area
Index digunakan gambar yang terdapat pada
Gambar 4 dan Lampiran 3. Adapun sifat dan
cirri kelapa sawit yang dinilai terdapat pada Tabel
11. Sedangkan hasil kalkulasi RPP kelapa sawit
dapat dilihat pada Tabel 5.
(2)
Gambar 4: Penentuan Leaf Area Index, Hubungan antara laju fotosintensis daun (Pm laju maksimum pada keadaan cuaca baik) pada suhu optimum dan radiasi fotosintesis aktif (PAR) untuk jenis tanaman Group I, II, III dan IV (FAO 1981 cited in Sys et al. 1991)
Gambar 5. Hubungan antara Leaf Area Index (LAI) dan Laju Pertumbuhan Maksimum dengan LAI 5 (Sys et al. 1991)
Penentuan Climatic Production Potential
(CPP) Kelapa Sawit
Hasil penghitungan CPP ditampilkan pada
Tabel 6. Ternyata dari hasil kalkulasi parameter
iklim yang terdiri dari presipitasi, suhu udara
maksimum, minimum dan rata-rata, lama
penyi-naran matahari dan panjang hari, kecepatan angin
dan kelembaban udara, maka potensi produksi
kelapa sawit berdasarkan iklim adalah termasuk
kelas S1(sangat sesuai). Berdasarkan
penghitung-an indeks kesesuaipenghitung-an (suitability rating index)
dari methoda Storie dan Square Root, maka
tingkat indeks kesesuaian daerah Pasaman adalah
85 dan 92.
Tabel 6. Hasil Perhitungan CPP Kelapa Sawit di Daerah Pasaman
Penentuan Land Production Potential (LPP)
Kelapa Sawit
Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan
cara ‘matching’ antara kualitas atau karakteristik
lahan dengan syarat tumbuh kelapa sawit.
Parameter penilaian kesesuaian lahan
berdasar-kan kualitas lahan untuk kelapa sawit yang
meru-pakan hasil ’matching’ antara kriteria dengan
sifat dan ciri tanah disajikan pada Tabel 7.
Kriteria penilaiannya menggunakan metoda
FAO /UNESCO (Sys et al., 1993). Performa
klasifikasi kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit
pada daerah Penelitian terdapat pada Tabel 8.
Nilai LPP dan CPP dapat dilihat pada Tabel 9.
Dari hasil kalkulasi ‘rating index’ menurut
metoda Storie dan Square Root maka daerah
Penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 jenis
yaitu: (1) S2 (sesuai) untuk daerah perkebunan
plasma 3 di Lembah Binuang, (2) S3 (agak
sesuai) untuk daerah Pujorahayu yang terletak
(3)
di-luar areal perkebunan dan (3) N (tidak sesuai)
untuk daerah diluar kawasan perkebunan di
Lembah Binuang. Kendala yang dihadapi untuk
peningkatan produksi pada areal perkebunan
plasma kelapa sawit adalah reaksi tanah (pH)
yang kurang optimum untuk kelapa sawit (< 5.8)
dan tekstur tanah. Sedangkan factor penghambat
pada areal di luar perkebunan kelapa sawit adalah
reaksi tanah yang masam dan KTK tanah yang
rendah. Sedangkan faktor pendukung propduksi
kelapa sawit yang optimum di daerah Pasaman
adalah tersedianya bahan organik yang cukup
tinggi dan iklim yang sesuai.
Tabel 7. Hasil penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993)
Kualitas Lahan Rating dan Kesesuaian Profil Tanah
Pujorahayu Lembah Binuang Plasma 3 T Plasma 3 U
Lereng (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Bahaya Banjir 0(F0, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Drainase 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Porositas (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Ketersediaan Air (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1) 0(100, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1)
Mg (cmolckg-1) 2(60, S2) 2(60, S2) 0(100, S1) 2(60, S2)
K (cmolckg-1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1)
CEC (cmolckg-1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
ACEC (cmolckg-1) 1(85, S1) 1(85, S1) 0(100, S1) 1(85, S1)
C-Org (%) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1) 0(100, S1)
Kej. Basa (%) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2)
pH (H2O) 1(85, S1) 1(85, S1) 2(60, S2) 1(85, S1)
Sifat Fisika Tanah
Tekstur 3(40, S3) 3(40, S3) 3(40, S3) 3(40, S3)
Kedalam tanah (cm) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2) 2(60, S2)
Konsistensi 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1) 1(85, S1)
Tabel 8. Performa klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO untuk kelapa sawit pada daerah Pasaman
Parameter Iklim Value Kelas Level Limitasi Rating
c Presipitasi (mm) 5066 S1 0 100
c Suhu rata-rata 27.1 S1 0 100
c Suhu max 32.2 S1 0 100
c Suhu min 22.1 S1 0 100
c n/N 0.62 S1 1 85
Indeks Iklim Storie method / Square Root Method 75/78
Rating Iklim Storie method / Square Root Method 85/92
Kelas Iklim S1 / S1 S1
Lokasi: Pujorahayu
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
t Lereng 3 S1 0 94
w Bahaya banjirdrainase Well-drained0 S1S1 01 10080
s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL82 S1S2 12 86.585
f
Kation Basa (cmolckg-1) 3.03 S1 2 63.5
ACEC (cmolckg-1) 13.28 S2 2 60
pH (H2O) 4.81 S3 3 34
C-Organik 5.92 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 26 / 52
(4)
Lokasi: Lembah Binuang
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
T Lereng 3 S1 0 94
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / Struktur SiCL S1 1 85
Kedalaman tanah (cm) 82 S2 2 86.5
f
Kation Basa (cmolckg-1) 1.10 S3 3 40
ACEC (cmolckg-1) 15 S 2 2 60
pH (H2O) 4.68 N1 4 25
C-Organik 7.02 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 17 / 16
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya Ns,f
Lokasi: Plasma 3 T
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
T Lereng 1 S1 0 98
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
Drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL92 S1S2 12 8594
f
Kation Basa (cmolckg-1) 10 S1 0 100
ACEC (cmolckg-1) 30.44 S1 0 100
pH (H2O) 5.57 S1 1 85.6
C-Organik 10.04 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 70 / 65
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S2f / S2f
Lokasi: Plasma 3 U
Parameter lahan Value Kelas Level Limitasi Rating
t Lereng 2 S1 0 96
w Bahaya banjir 0 S1 0 100
drainase Well-drained S1 1 80
s Tekstur / StrukturKedalaman tanah (cm) SiCL93 S1S2 12 8595
f
Kation Basa (cmolckg-1) 4.23 S2 2 78
ACEC (cmolckg-1) 24.72 S1 0 100
pH (H2O) 5.61 S1 1 86.7
C-Organik 7.38 S1 0 100
Indeks Lahan Storie method / Square Root Method 54 / 65
Kelas Kesesuaian Lahan Sebenarnya S2s
Tabel 9. Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per bulan pada daerah Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya (ton ha-1)
RPP (ton ha-1)
CPP (ton ha-1)
Indeks Manajemen (My)
Indeks Tanah (Sy) LPP
(ton ha-1)
Pujorahayu 12.76 9.90 18.26 1.82 0.38 12.63
Lb. Binuang 12.76 9.90 18.26 2.92 0.24 12.80
Plasma 3 T 12.76 9.90 18.26 0.67 1.00 12.23
Plasma 3 U 12.76 9.90 18.26 1.50 0.47 12.87
Nilai Climatic Production Potential (CPP) dan Land Production Potential (LPP) Kelapa Sawit per Tahun pada Daerah Pasaman
Lokasi Profil Produksi Sebenarnya
(ton ha-1 tahun-1) (ton haRPP -1) (ton haCPP -1) Manajemen (My) Indeks Indeks Tanah (Sy) (ton haLPP -1 tahun-1)
Pujorahayu 153.12 118.8 219.12 21.84 4.61 22061
Lb. Binuang 153.12 118.8 219.12 34.95 2.88 22055
Plasma 3 T 153.12 118.8 219.12 8.39 12 22061
(5)
Tabel 10. Kriteria penilaian kesesuaian lahan berdasarkan kualitas lahan untuk kelapa sawit (Sys et al., 1993)
Kualitas Lahan
Kelas iklim, limitasi dan rating S1
S2 S3 N1 N2
2 3 4
0 1 60 40 25 0
100 95 85
Lereng (%) 0 – 4 5 – 9 8 – 16 16 – 30 30 - 50 > 50
Bahaya Banjir F0 F1 - F2 F3 F4
Drainase Well-drained
Mod-well-drained
Imperfectly drained
Poor and aerated
Poorly drained Very poorly
Porositas (%) > 25 24 - 20 19 - 15 14-Okt 09-Jun <6
Ketersediaan Air (%) > 85 85 - 70 70 - 60 60 - 50 < 50
-Ketersediaan Hara
Ca (cmolckg-1) > 2.6 2.5 – 1.5 < 1.5 - -
-Mg (cmolckg-1) > 0.6 0.6 – 0.4 < 0.4 - -
-K (cmolckg-1) > 0.2 0.2 – 0.1 < 0.1 - -
-CEC (cmolckg-1) > 10.0 10.0 – 8.0 8.0 – 6.0 < 6.0 -
-ACEC (cmolckg-1) > 5.0 5 – 3.5 3.5 – 2.0 < 2.0 -
-C-Org (%) > 2.0 1.9 – 1.0 < 1.0 - -
-Kej. Basa (%) > 35 35 – 20 < 20 - -
-pH (H2O) 5.8 – 5.5 5.5 – 5.0 5.0 – 4.2 4.2 – 3.5 < 3.5
-5.8 – 6.0 6.0 – 6.5 6.5 – 7.0 7.0 – 7.5 - > 7.5
Sifat Fisika Tanah
Tekstur C – SiCs SiCL, Co, CL,
SC, L
SCL SL, Lfs - Cm, SiCm, LS,
LcS, fS, S, cS
Kedalam tanah (cm) > 150 150 – 100 100 – 50 50 – 25 - < 25
Konsistensi Sangat Gembur Gembur - keras
Keras – sangat keras
Sangat keras - massive
Tabel 11. Sifat dan Ciri Tanaman Kelapa Sawit (Sys et al., 1993) Periode Pertumbuhan
(hari)
Sifat dan Ciri Tanaman
Periode Pembentukan Hasil Leaf Area Indexmaksimum Indeks Panen (HarvestIndex)
75 - 89 0 1.2 – 1.5 0
90 - 119 0 1.5 – 2.0 0
120 - 149 0 2.0 – 2.5 0
150 - 179 0 2.5 – 3.0 0
180 - 209 0 3.0 – 3.4 0
210 - 239 0 – 29 3.4 – 3.9 0 – 0.04
240 - 269 30 – 59 3.9 – 4.4 0.04 – 0.08
270 - 299 60 – 89 4.4 – 4.9 0.08 – 0.12
300 - 329 90 – 119 4.9 – 5.4 0.12 – 0.15
330 - 364 120 – 149 5.4 – 6.0 0.15 – 0.20
365 - 150 6.0 0.20
365 + 150 6.0 0.20
KESIMPULAN DAN SARAN
Secara fisiografis dan iklim daerah G.
Pasaman sangat sesuai untuk dijadikan areal
per-kebunan kelapa sawit. Tingkat kesesuaian iklim
untuk pengembangan kelapa sawit adalah pada
kelas S1. Kelas kesesuaian lahan dan tanah
ber-ada dibawah kelas kesesuaian iklim yaitu S2, S3
dan N. Kendala yang utama dihadapi pada
ting-kat agak sesuai dan tidak sesuai adalah pH tanah
pada lapisan atas dibawah 5 dan ketersediaan
hara yang rendah. Faktor penunjang untuk
pe-ningkatan produksi kelapa sawit adalah
keterse-diaan bahan organik yang cukup tinggi dan sifat
Fisika tanah yang relatif baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Lembaga Penelitian Universitas Andalas
atas terlaksananya penelitian ini melalui bantuan
dana dalam Proyek Penelitian Dana Rutin tahun
2001 dengan kontrak No. 01/Rutin/V/2001.
Terima kasih juga diucapkan kepada Sdr. Adrian,
Ledy Fitrisia dan Ari Prima Wahyudi mahasiswa
Jurusan Tanah Faperta Unand yang telah
mem-bantu mendapatkan data iklim dan produksi
kela-pa sawit di daerah Pasaman..
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Adzemi, M. A. 1999. Land Evaluation System for Elaeis
Guineensis Jacq Cultivation in Peninsular Malaysia. Ph.D. Thesis Universiti Putra Malaysia. Serdang, Selangor Malaysia. 583 p.
Ahmad, F., I. N. Dt. R. Imbang, E. Farda, D. Fiantis. 1994. Peranan Mineral Liat Non Kristalin Dalam Pembentukan Tanah Berbahan Induk Abu Vulkanis Pada Toposequen G. Merapi dan G. Talamau di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. 56 p. Allen, B. L. and B.F. Hajek. 1989. Mineral occurrence in
Soil Environments. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 199-277.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1998. Potensi dan Peluang Investasi Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Penerbit Kanisius. Yokyakarta. 54 p.
Bartoli, F., G. Burtin and A. J. Herbillon. 1991. Disggrega-tion and clay dispersion of Oxisols: Na resin, a recommended methodology. Geoderma, 40:301-317. Blakemore, L.C., P.L. Scarle, and B. K. Daly. 1987. Soil
Bureau Laboratory Methods for chemical analysis of soil. New Zealand Soil Bureau. Soil Rep. 10A. DSIRO. New Zealand.
Brawell, J. M., A.C. Campbell, and B. D. Mitchell. 1970. An Assignment of some thermal & chemical technique used in the study of the poorly ordered aluminosilicates in soil clays. Clay Mineralogy 8 : 325-335.
Egawa, T. 1977. Properties of Soil Derived from Volcanic Ash Soils. In K. H. Tan (ed.). 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Comp. New York. pp. 249-302. FAO-ISRIC-ISSS. 1998. World Reference Base for Soil
Resources. World Soil Resources Reports No. 84. FAO of UN. Rome.
Farmer, V. C., W. J. McHardy, F. Palmieri, A. Violante, and P. Violante. 1991. Syntethic allophanes formed in calcareous environments; Nature, conditions of formati-on and transformatiformati-ons. SSSA Journal Vol. 55: 1162-1166.
Fiantis, D. 1995. Properties of Volcanic Ash Soils from the Marapi and Talamau Volcanoes in West Sumatera (Indonesia). M. Sc. thesis. Univ. of Gent. 131 p. Fiantis, D. 1997. Hubungan antara sifat muatan permukaan
dan mineralogi tanah vulkanis di Sumatera Barat. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang. Fiantis, D. 2000. Colloid-Surface Characteristics and
Ameli-oration Problems of some volcanic soils in West Sumatra, Indonesia. Ph. D. Thesis. Universiti Putra Malaysia, Serdang, Selangor, Malaysia. 315 p. Fiantis, D., E. Van Ranst and J. Shamshuddin. 1998.
Mineralogical and charge properties of volcanic ash soils
from West Sumatra, Indonesia. Malaysian J. of Soil Sci. 2:45-57.
Jackson, 1965. Free Oxides, ydroxides and amorphous aluminosilicates. In Black (ed.) Methods of soil analysis Part I. Physical and Mineralogical Properties. Amer. Soc. of Agronomy. Madison.
Parfitt, R. L., and T. Henmi. 1982. Comparison of an oxalate-extraction method and an infrared spectroscopic method for determining allophane in soil clays. Soil Sci. Plant Nutr., 28:183-190.
Parfitt, R. L., and A. D. Wilson. 1985. Estimation of Allophane anf Halloysite in three sequences of volcanic ash soils New Zealand. In E. Fernandez Caldas and D.H. Yaolan (editors). Volcanic Soils. Catena Suppl. 7:1-8.
Shoji, S., M. Nanzyo, and R. Dahlgren. 1993. Volcanic Ash Soils. Elsevier. Amsterdam. 288 p.
Soil Survey Staff. 1999. Soil Taxonomy. A Basic system of Soil Classification for Making and Interpreting Soil
Surveys. 2nh ed. USDA, NRCS. Washington. 846 p.
Subardja, A., K. Djuanda, Y. Hadian, CD. Samdan, Y. Muljadi, W. Supriatna dan J. Dal. 1990. Buku Kete-rangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar Lubuk Sikaping (076) Sumatera. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 301 p.
Subardja, D., A. Priyono dan rasta. 1994. Potensi Sumberda-ya lahan Sumatera Barat. Dalam H. H. Djohar (editor). Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Sumberdaya Lahan Di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. hal:1-6.
Sys, C., E. Van Ranst, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation, part III, Crop Requirements. Agricultural Publications No. 7. General Administration for Development Cooperations. Brussels, Belgium. 199 p.
Tan, K.H. 1984. Andosols. Van Nostrand Reinhold Com-pany. New York. 418 p.
Tan, K.H. 1992. Principle of Soil Chemistry (2nd ed.). Marcell Dekker. New York. 352 p.
Tim Penulis PS. 2000. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pe-manfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penerbit Swa-daya. Jakarta. 218 p.
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia, vol. I A. Martinus Nijhoff. The Hague.
Van Ranst, E. 1991. Land Evaluation. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 512 p.
Van Ranst, E. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC for Post-Graduate Soil Scientists University of Gent. 287 p.
Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In : J.B. Dixon and S. B. Weed. Minerals in Soil Environments. SSSA. Madison. pp. 1051-1087.
Wann, S. S., and G. Uehara. 1978. Surface charge manipulation of constant surface potential soil colloids. I. Relation to sorbed phosphorus, Soil Sci. Soc. Am. J. 42:565-570